Você está na página 1de 6

Kekurangan dan Kelebihan Voluntary Counselling and Testing (VCT) dan

Provider-Initiated HIV Testing and Counselling (PITC)

Kekurangan
Secara umum, konseling dan tes menjadi strategi utama dalam program
pencegahan dan penatalaksanaan kasus HIV. Sampai dengan tahun 2006,
kebijakan global yang dilakukan untuk surveilans HIV adalah dengan Client-
Innitiated Voluntary Counseling and Testing (VCT) yang dilakukan didalam
maupun diluar unit pelayanan kesehatan, VCT mempunyai prinsip 3C yakni
consent, counseling dan confidentiality. VCT bersifat sukarela, karena bersifat
sukarela VCT belum dapat menjaring terlalu luas. Masyarakat yang belum
sukarela penuh untuk melakukan VCT karena minimnya pengetahuan, stigma
masyarakat, serta perasaan malu dan takut. Hal ini tentu saja diperparah dengan
suatu fakta bahwa gejala-gejala penyakit akibat infeksi HIV baru muncul setelah
beberapa tahun terinfeksi HIV. Sehingga, para penderita HIV tidak merasa sakit
sehingga menambah keengganan mereka untuk melakukan VCT ini. penerapan
pola VCT yang dijadikan ujung tombak dalam tingkat penemuan kasus penderita
HIV di Indonesia belum efektif sebab jangkauan layanan pemeriksaan HIV
dengan program VCT masih terbatas. Pola VCT ini hanya menghimbau
masyarakat secara sukarela untuk memeriksakan diri ke rumah sakit dan bersedia
menjalani tes dan konsultasi sehingga penemuan kasus HIV di Indonesia dengan
VCT sangat rendah karena stigma dan minimnya pengetahuan menyebabkan
banyak orang yang enggan memeriksakan diri.
VCT dinilai tidak cukup efektif sehingga muncul inisiatif untuk membuat
tes HIV “lebih rutin”. VCT tidak dapat diimplementasikan pada skala besar dalam
komunitas dan negara yang memiliki pendapatan rendah. Salah satu alasan bahwa
VCT mahal dan sulit diimplementasikan dikarenakan VCT memerlukan
infrastruktur substansial, waktu, dan staf yang terlatih. Alasan lainnya adalah fakta
ketika seseorang tidak ingin memeriksakan status HIV nya.Untuk itulah, pada
sekitar Agustus 2006, WHO bersama dengan UNAIDS membuat suatu pernyataan
kebijakan untuk mempromosikan Provider-Innitiated HIV Testing and Counseling
(PITC) pada fasilitas penyedia layanan kesehatan yang diintegrasikan pada
pelayanan tertentu seperti Antenatal Care (ANC) dan TB. PITC dilakukan untuk
menemukan dan melakukan penanganan lanjutan pada pasien HIV positif pada
pasien TB. Berbeda dengan PITC, VCT memang difokuskan untuk pencegahan
penularan HIV. Layanan VCT atau PICT di negara lain, termasuk USA, dibiayai
oleh pemerintah, dimana peran petugas kesehatan tinggi sekali. Di USA, seluruh
biaya tes juga disubsidi pemerintah gratis atau minimal terjangkau, termasuk di
dalamnya untuk tes CD4+. Hal ini tidak terjadi di Indonesia, di mana tes
CD4+ dan virus load masih harus ditanggung secara mandiri untuk pasien yang
tidak memiliki jaminan kesehatan. Oleh karena itu, angka transmisi HIV/ AIDS di
negara tersebut dapat terkontrol.

Kelebihan
Program VCT ini dilakukan secara sukarela dan rahasia, VCT secara
keseluruhan terdiri dari pencegahan dengan penekanan terhadap kerahasiaan dan
kesediaan individual dalam mengambil keputusan, termasuk melindungi
keputusan individu untuk tidak melakukan tes atau mendengar hasil tes. Model
dari VCT memperlihatkan keefektifannya dalam meningkatkan pengertian
terhadap resiko, penyelenggaraan lingkungan yang mendukung bagi seseorang
yang baru mengetahu status HIV, menunjukkan perubahan perilaku sebagai
langkah pencegahan, dan meningkatkan akses terhadap layanan pendukung.
Ketika VCT diimplementasikan secara luas dalam lingkup mobilisasi komunitas,
maka VCT akan membantu untuk membukan epidemik HIV, penurunan
penolakan, stigma dan diskriminasi, meningkatkan kesempatan konseling untuk
pasangan dan respon dukungan yang sangat besar. Salah satu keistimewaan dari
layanan VCT ini tidak hanya pada proses konseling, tapi sampai pada proses tes
dan pos tes. Selain bertujuan untuk membantu perubahan perilaku, juga guna
mencegah penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta untuk
sosialisasi dan mempromosikan layanan dini. Layanan untuk hiv semakin banyak
terutama di puskesmas sebagai ujung tombak kesehatan di mayarakat. layanan
yang selama ini di kenal dengan nama VCT dengan prinsip sukarelanya di rasa
kurang berhasil dalam menjangkau masyarakat untuk melakukan tes hiv. Padahal
dengan tes HIV seseorang bisa mengetahui status kesehatannya sehingga apabila
ada kasus baru dalam HIV bisa segera di tangani untuk menekan angka kematian
akibat AIDS.
Konseling VCT meliputi dialog antara konselor dan klien dengan
penekanan terhadap perilaku yang aman, dukungan terhadap adanya perubahan
perilaku dan menjadi netral dalam menghargai keputusan klien untuk
melaksanakan tes, karena ini merupakan keputusan klien yang mandiri dan tanpa
paksaan dalam menjalani tes HIV. Pandangan publik secara perspektif
menunjukkan bahwa pelayanan VCT semakin mempermudah individu untuk
melakukan pencegahan dan mendapatkan perawatan HIV. Model dari VCT
memperlihatkan keefektifannya dalam meningkatkan pengertian terhadap resiko,
penyelenggaraan lingkungan yang mendukung bagi seseorang yang baru
mengetahu status HIV, menunjukkan perubahan perilaku sebagai langkah
pencegahan, dan meningkatkan akses terhadap layanan pendukung. Ketika VCT
diimplementasikan secara luas dalam lingkup mobilisasi komunitas, maka VCT
akan membantu untuk membukan epidemik HIV, penurunan penolakan, stigma
dan diskriminasi, meningkatkan kesempatan konseling untuk pasangan dan respon
dukungan yang sangat besar. Layanan untuk hiv semakin banyak terutama di
puskesmas sebagai ujung tombak kesehatan di mayarakat. layanan yang selama
ini di kenal dengan nama VCT dengan prinsip sukarelanya di rasa kurang berhasil
dalam menjangkau masyarakat untuk melakukan tes hiv . padahal dengan tes HIV
seseorang bisa mengetahui status kesehatannya sehingga apabila ada kasus baru
dalam HIV bisa segera di tangani untuk menekan angka kematian akibat AIDS.
Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) merupakan salah satu
strategi penting dalam meningkatkan cakupan layanan tes HIV dan
menghubungkan klien ke layanan lanjutan. PITC juga dikenal sebagai ‘tes rutin’
atau ‘tes konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan’ dimana berbeda dengan
pendekatan tes HIV yang diprakarsai oleh klien, dalam PITC tes HIV ditawarkan
oleh petugas di fasilitas layanan kesehatan secara rutin. Dengan pendekatan ini
hambatan-hambatan yang ada dalam tes HIV yang diprakarsai oleh klien bisa
diperkecil, antara lain karena klien bisa mendapatkan tes HIV sambil mengakses
layanan kesehatan lainnya serta tes HIV bisa dilaksanakan tanpa harus bergantung
pada motivasi klien untuk mencari tes HIV. Tes HIV bisa lebih dikondisikan
sebagai sesuatu yang normal dan sifatnya rutin, sehingga diagnosa lebih dini bisa
didapatkan oleh mereka yang mengakses layanan di fasilitas kesehatan. PICT
membiasakan Konseling dan Tes HIV di sarana layanan kesehatan dan
masyarakat, KKT HIV menjadi standar perawatan, Menyediakan model layanan
KT alternative, Meningkatkan cakupam layanan KT, Mengidentifikasi pasien
yang memerlukan ART, Memperbaiki tatalaksana IO dan HIV. Program PICT ini
memiliki daya jangkau lebih luas dari VCT karena inisiatif tes berasal dari petugas
kesehatan sehingga mampu menghindari keterlambatan diagnosis. Peran provider
kesehatan dalam PICT lebih efektif karena merupakan penentu pelaksanaan
program ini. Sebaliknya dalam mekanisme PITC, peran provider kesehatan lebih
efektif, dokter berperan aktif untuk melihat pasien bersangkutan memiliki gejala.
Program baru dalam penanggulangan terkait layanan yaitu PITC provider
initiation counseling testing, PITC di rasa bisa menjaring lebih banyak masyarakat
untuk melakukan tes HIV. saat ini yang paling banyak melakukan tes PITC adalah
ibu hamil, keuntungan yang di dapat adalah suaminya bisa juga ikut di tes,
kemudian bilamana ada ibu hamil yang di temukan positif HIV maka akan segera
di berikan obat dan bayinya bisa di cegah supaya tidak ikut tertular hiv.
Keunggulan dari PICT daripada VCT adalah karena dari penyedia layanan
kesehatan yang menyarankan pasien untuk melakukan tes hiv dan di lihat daripada
latar belakang masyrakat indonesia yang lebih mendengarkn saran dari penyedia
layanan atau dokter. keuntungan lainnya yang tak kalh penting dari pitc adalah
masyarakat banyak jadi lebih tau informasi tentang hiv dan tidak lagi memandang
hiv sebagai sebuah penyakit yang menakutkan dan dari hasil konseling yang di
lakukan pada saat melakukan tes minimal orang yang di konseling tau bagaimana
caranya menjaga dir agar tidak terinfeksi HIV.

Tolok Perbandingan VCT PITC


Pasien/Klien  Datang ke klinik  Datang ke klinik
khusus untuk karena penyakit
konseling dan terkait HIV
testing HIV misalnya pasien
 Berharap dapat
TB/suspek TB
pemeriksaan  Tidak bertujuan
 Pada umumnya
HIV
asimtomatis  Tes HIV
diprakarsai oleh
petugas kesehatan
berdasarkan
indikasi

Petugas kesehatan atau Konselor terlatih baik Petugas kesehatan


konselor petugas kesehtan yang dilatih untuk
maupun bukan petugas memberrikan
kesehatan konseling dan edukasi
Tujuan utama Penekanan pada Penekanan pada
konseling dan tes HIV pencegahan penularan diagnosis HIV untuk
HIV melalui peenatalaksaan yang
pengkajian faktor tepat bagi TB-HIV nya
risisko, pengurangan dan rujukan ke PDP
risiko, perubahan
perilaku dan tes HIV
serta peningkatan
kulaitas hidup
Pertemuan pra tes  Konseling berfokus  Petugas kesehatan
klien memprakarsai tes
 Secara individula
HIV kepada pasien
 Kedua hasil baik
yang terindikasi
positif maupun  Diskusi dibatasi
negatif sanma- tentang perlunya
sama pentingnya menjalani tes HIV
unruk diketahui  Perhatian khusus
pasien karena untuk yang
pentingnya upaya dihasilkan HIV
pencegahan dan positif dengan fokus
peningkatan pada perawatan
kualitas hidup medis dan upaya
pencegahan
Tindak lanjut Klien dengan hasil Perawatan pasien HIV
HIV positif dirujuk ke berkoordinasi dengan
layanan PDP dan petugas TB rujukan ke
dukungan lain yang layanan dukungan lain
ada di masyarakat yang ada di masyarakat

Daftar pustaka

Retnaningsih, diah Astuti Saputri. 2016. Voluntary Counseling and Testing untuk
Orang Berisiko HIV/AIDS. Al-Balagh-Vol.No.1.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS secara
Sukarela. Jakarta: Depkes RI.
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/artikel/artikel-tematik/1338-pitc-dan-
aspek-hak-asasi-ibu-hamil (diakses 15 maret 2019)
https://core.ac.uk/download/pdf/12349382.pdf (diakses 15 maret 2019)

Você também pode gostar