Você está na página 1de 8

AKTIVA TIDAK BERUJUD (INTANGIBLE ASSET)

Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul
dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu.
Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva
tidak berujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk
goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.

AKUNTANSI UNTUK AKTIVA TAK BERUJUD


Secara umum, akutansi untuk aktiva tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk
aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap, aktiva berujud juga dicatat atas harga dasar harga
perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis selama masa
manfaat aktiva tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku aktiva
tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika
ada).
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi aktiva tak berujud bila
dibandingkan dengan akutansi aktiva tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk
menghapus aktiva tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat
amortisasi aktiva tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening aktiva
tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening
Akumulasi Amortisasi, seperti halnya akumulasi depresiasi pada aktiva tetap. Namun
sebagian besar perusahaan memilih cara yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit
rekening aktiva tak berujud. Perbedaan kedua ialah bahwa periode amortisasi suatu aktiva tak
berujud tidak boleh melebihi 40 tahun. Sebagai contoh, jika masa manfaat suatu aktiva tak
berujud adalah 60 tahun, maka amortisasinya harus dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika
masa menfaat aktiva tak berujud kurang dari 4 tahun, maka masa manfaat itulah yang akan
digunakan. Aturan tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar semua aktiva tak berujud,
terutama yang tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode waktu yang wajar.
Berbeda dengan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak berujud hanya mengenal satu metoda,
yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi aktiva tak berujud pada
berbagai perusahaan relatif mudah diperbandingkan.
Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti
property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan
keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank,
piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak
memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud.
Aktiva ini merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk
menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini
biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi
aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk
jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk
jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
1. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh
dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari
orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan cara
membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
2. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek
dagang , dan wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi
nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya
adalah goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas
konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
3. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya
dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini
secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill
hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan
aktiva lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya
secara simultan.
4. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa
aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat
kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten
memeiliki umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang
dicantumkan dalam kontrak lease.
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa
yang diaplikasikan untuk aktiva tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan
yaitu :
1. Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.
2. Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
3. Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas
pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
Mencatat Biaya Pembelian Aktiva Tak Berwujud
Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi
dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum,
dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan
biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari aktiva yang diterima, mana
yang lebih dapat ditentukan.
Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud
Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara
1. Aktiva tak Berwujud yang dapat 1.Di kapaitalisasikan pada biaya 1. Dibebankan atau dik
diidentifikasi secara terpisah ( hak akuisisi. tergantung pada aktiva
paten, merek dagang, dan biaya
organisasi ) tertentu.
2. Diamortisasi selama umur hukum 2. Jika dikapitalisasi, ak
atau estimasi masa manfaat mana yang sebagai aktiva tak berw
lebih singkat dengan umur maksimum dibeli.
40 tahun
2.Aktiva tak berwujud yang tidak 1. Dibebankan pada saa
dapat diidentifikasi secara terpisah ( 2. Tidak tersedia piliha
goodwill ) pengkapitalisasian, seh
ada amortisasi

Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.


Kadang kala perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya
yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan aktiva tak berwujud tersebut hanya
akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang
sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan
paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai aktiva. Karena kendala ini, biaya yang
dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak
mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang
dibeli melalui transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya.
Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud
Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur aktiva tak
berwujud :
1. Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat
maksimum.
2. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat mengubah
batas umur masa manfaat aktiva tersebut.
3. Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi umur
manfaat.
4. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
5. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi
keunggulan kompetitif yang sudah ada.
6. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan dengan
layak.
7. Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur manfaat
efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya
aktiva tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau
umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari
penggunaan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang
belum diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian
penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai buku
aktiva yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi
periode amortisasi tidak lebih dari 40 tahun.
Pelepasan Aktiva Tak Berwujud
Ketika sebuah aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang
belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui
dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari
pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.

AKTIVA TIDAK BERWUJUD YANG DAPAT DIPERTUKARKAN


Aktiva Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva tak berwujud yang
dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya :
mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi.
a. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan
kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi
penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak paten
biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan memberikan
hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada rancangan dasar
penemuan yang lama.
Harga perolehan suatu aktiva-aktiva tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang
dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh pemerintah.
Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari kemungkinan adanya
pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat berguna bagi perusahaan dalam
mengamankan upaya memperoleh laba melalui penjualan barang atau jasa. Itulah sebabnya
perusahaan yang berhasil menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk
mengeluarkan sejumlah uang demi memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pohak lain
(pesaing) tidak dibenarkan untuk memproduksi danmenjual temuan baru tersebut.
Pengeluaran untu memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (atau sering
disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.
Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau
selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa
manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai
ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak
paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut. Untuk
memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT Erwin Megah
membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000,00. Masa manfaat hak tersebut
diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi per tahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp.
60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.
Des 31 Biaya Paten …………………………….. Rp. 7.500.000
Hak Paten ………………………… Rp. 7.500.000
( untuk mencatat amortisasi hak paten )

Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.


b. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa
kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya
tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan
mempertahankan hak tersebut.
Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya.
Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya
diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.
c. Merek Dagang atau Nama Dagang
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang
membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu. Apabila
kita mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola, dengan cepat
terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak akan salah mengartikannya
pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perusahaan dan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama
dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang atau
mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut
adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan
meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran
lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak tersebut.
Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa
manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat sulitnya
penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu yang relatif
pendek.
d. Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)
Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald, atau
Pizza Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak yang
diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus
mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha
tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-
ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin
tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas
tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang
artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan
kemungkinan perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak franchise
dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila
jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi adalah
semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya
terbatas, maka harga perolehan franchise (atau lisensi) harus diamortasi sebagai biaya operasi
selama jangka waktu ijin pengeoprasianhak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak
terbatas, maka amortisasi dilakuakn selama jangka waktu ijin pengoprasian hak tersebut.
Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka
waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar. Jika dalam jangka perjanjian franchise
tesebut pihak pemegang hak diwajibkan membayar secara tahunan, maka pembayaran
tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada periode dilakukan pembayaran.
e. Lease hold (Hak sewa)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh
pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud)
karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber
daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali
(berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati
oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
f. Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah,
puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu.
Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaantersebut biaya
organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada
underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian
dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat. Biaya-biaya
tersebut dikapitalisasi sebagau aktiva tak berujud dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya
biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan
menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya
aktiva tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.
h. Goodwill
Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan adalah
goodwill. Goodwill adalah segala atribut yang memberi nilai atau citra yang menguntungkan
yang melekat pada suatu perusahaan. Dalam hal ini termasuk diantaranya: manajemen yang
istimewa, lokasi yang strategis, hubungan baik dengan para konsumen, karyawan yang
terlatih, produk dengankualitas tinggi, hubungan yang harmonis dengan para karyawan. Hal-
hal yang positif seperti ini apabila dimiliki perusahaan, akan menaikkan nilai perusahaan.
Semakin banyak hal positif yang dimiliki perusahaan, maka akan bertambah semakin tangguh
pula perusahaan itu. Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa goodwill mencerminkan
keuntungan yang diharapkan diatas keuntungan normal. Oleh karena itu goodwill merupakan
suatu aktiva tak berujud yang berbeda dari aktiva tak berujud lainnya. Goodwill tidak bisa
dijual tanpa mengalihkan atau menjual perusahaannya, karena goodwill hanya dapat
diindetifikasi dengan perusahaan sebagai keseluruhan.
Persoalan yang timbul apabila goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan
secara keseluruhan adalah bagaimana menentukan besarnya goodwill tersebut. Berbagai
faktor seperti disebutkan di atas (manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis dan
sebagainya) banyak ditemukan pada berbagai perusahaan, tetapi menentukan besarnya
goodwill sangat sulit dan sangat subyektif. Hal ini mudah dimengerti, karena penentuan
goodwill tanpa melalui transaksi pertukaran akan menyebabkan penilain menjadi subyektif
dan laporan keuangan menjadi kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, goodwill akan hanya
dicatat apabila timbul dari transaksi pertukaran yang meliputi pembelian perusahaan secara
keseluruhan.
Penentuan Harga Pasar Aktiva yang Diperoleh
PERUSAHAAN DAGANG BORNEO MAKMUR
Neraca
31 Desember 2010

Kas Rp 2.000.000 Utang Wesel Rp 9.500.000


Piutang dagang ( neto ) 6.400.000 Utang Dagang 1.500.000
Persediaan 5.600.000 Modal, Bambang 32.500.000
Aktiva tetap ( neto ) 29.000.000
Rp
43.000.000 Rp 43.000.000

Penentuan harga secara keseluruhan dibeli, maka goodwill adalah kelebihan harga
perolehan di atas harga pasar aktiva bersih (aktiva dikurangi utang) yang diperoleh. Dalam
menentukan besarnya goodwill, harga beli (harga perolehan) pertama-tama dibandingkan
dengan harga pasar aktiva dan utang yang diperoleh. Kelebihan harga beli di atas harga pasar
aktiva bersih itulah yang disebut goodwill. Sebagai contoh, pada tanggal 31 Desember 2009,
Usaha Dagang Graha Cipta Lestari memutuskan untuk membeli perusahaan dagang Borneo
Makmur (sebuah perusahaan perseorangan) dengan harga Rp. 61.000.000,00. Pengkajian atas
neraca perusahaan Borneo Makmur menunjukkan hal-hal berikut:
Aktiva bersih perusahaan dagang Borneo Makmur adalah RP. 32.000.000,00 seperti
terlihat pada saldo rekening modal, atau dapat pula dihitung sebagai berikut:
Total Aktiva Rp. 43.000.000,00
Total Kewajiban 11.000.000,00
Aktiva bersih ( menurut nilai historis ) Rp. 32.000.000,00

Apabila perusahaan bersedia untuk membayar Rp. 61.000.000,00 maka jumlah goodwill
akan dapat ditentukan dengan mudah. Namun kita harus berhati-hati, sebab aktiva dan utang
perusahaan dagang Boneo Makmur dalam neraca di atas dilaporkan berdasarkan nilai buku,
bukan harga pasar. Oleh karena itu, kita harus menentukan harga pasar aktiva bersih
perusahaan dagang Borneo Makmur di atas.
Harga pasar aktiva bersih perusahaan dagang Borneo Makmur adalah Rp. 52.500,00
dengan perhitungan sebagai berikut:
Aktiva
Kas ……………………………………………………Rp 2.000.000
Piutang dagang ( neto ) ……………………………… 6.400.000
Persediaan ……………………………………………….. 8.100.000
Aktiva tetap ( neto ) ………………………………….. 47.000.000
Jumlah aktiva ……………… Rp. 63.500.000
Kewajiban
Utang wesel ……………………………………… Rp. 9.500.000
Utang dagang ………………………………………….. 1.500.000
………………………………………… Rp. 11.000.000
Aktiva bersih ( berdasar nilai pasar ) Rp. 52.000.000

Dari perhitungan sebagai berikut terlihat adanya berbedaan yang cukup besar antara harga
perolehan dengan harga pasar untuk persediaan dan aktiva tetap. Persediaan menurun harga
perolehannya adalah Rp. 5.600.000,00, sedang menurut harga pasarnya Rp. 8.100.000,00.
Aktiva tetap berdasar harga perolehannya adalah Rp. 29.000.000,00, tetapi menurut harga
pasarnya adalah Rp. 47.000.000,00.
Adanya berbedaan antara harga perolehan dengan harga pasar seperti terlihat pada contoh
ini tidak mengherankan. Dalam hal persediaan, selain karena harga sudah naik, salah satu
penyebabnya mungkin karena perusahaan Borneo Makmur menggunakan metoda persediaan
LIFO. Apabila harga naik dan perusahaan berkembang, maka harga perolehan persediaan
yang akan dilaporkan dalam neraca adalah meliputi barang yang dibeli lebih awal dengan
harga yang lebih rendah. Selain itu, seperti telah dijelaskan di atas, depresiasi aktiva tetap
tidak lain adalah proses alokasi harga perolehan. Oleh karena itu nilai buku aktiva tetap bisa
berbeda cukup besar dengan harga pasarnya.
Perhitungan Goodwill
Goodwill dihitung sebagai selisih antara harga beli dengan harga pasar aktiva bersih yang
diperoleh. Dengan demikian goodwill pada contoh di atas akan menjadi Rp. 8.500.000,00
dengan perhitungan sebagai berikut:
Harga beli ( harga perolehan ) ……………………Rp. 61.000.000,00
Kurangi : Harga pasar aktiva bersih … …………. 52.000.000,00
Goodwill ………………………………………… Rp. 8.500.000,00

Pencatatan transaksi pembelian perusahaan dilakukan dengan mencatat aktiva bersih


sebesar nilai pasarnya, goodwill sebesar harga perolehannya dan kas dikredit sebesar harga
belinya. Selanjutnya goodwill dihapus selama jangka waktu tertentu yang ditaksir secara
wajar. Amortisasi goodwill dicatat dengan mendebet Biaya Amortisasi Goodwill dan
mengkredit rekening Goodwill. Dalam neraca, goodwill dilaporkan sebagai aktiva tak
berujud.
BIAYA RESEARCH DAN PENGEMBANGAN
Biaya research dan pengembangan bukan aktiva tak berujud, tetapi karena pengeluaran-
pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka pengeluaran tersebut akan
dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar
jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan dalam rangka mendapatan produk
baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota,
atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah
negara sedang berkembang.
Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-kadang
sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali terdapat
ketidakpastian mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun kapan
manfaat tersebut akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk research dan
pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Pengeluaran
seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil:
Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp.
30.000.000,00 untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini
telah menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak
paten. Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat
dimasukkan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai
biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.
Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa
dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan
menyebabkan aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat,
bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan aktiva yang
sifatnya sangat spekulatif dalam neraca. Pendapat mana yang benar sangat sulit untuk
ditentukan. Perbedaan pendapat ini menunjukan betapa sulitnya menetapkan suatu acuan
yang tepat dalam pelaporan keuangan.

PENYAJIAN DALAM LAPORAN KEUANGAN


Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva
tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila
mana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri ataupun dalam catatan
atas laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga
harus dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga
disebutkan. Contoh penyajian aktiva tetap, sumber alam dan aktiva tak berujud dalam neraca
adalah sebagai berikut:
PT. ARDI PERKASA
Neraca sebagian

Aktiva Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga perolehan, dikurangi deplesi …… Rp 95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
Dasar harga perolehan ……….. Rp 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi 1.229.000.000
987.100.000
Jumlah aktiva tetap ……………. Rp 1.073.500.000
Aktiva tak berujud
Hak Paten ………………………… 410.000.000
Jumlah …………………………….. Rp 1.483.500.000

BAB 3
RINGKASAN

Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu.
Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva
tidak berujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki eksistensi
fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan menjadi subjek
amortisasi, klasifikasi Aktiva Tak Berwujud yaitu cara akuisisi (manner of acquisition), dapat
diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan (exchangeability), periode manfaat yang
diharapkan (period of expected benefit).
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan
prinsip biaya, Selama periode penggunaan,menerapkan prinsip penandingan, Pada disposisi,
menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama
dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi
dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang
mempunyai nilai residu. Biaya aktiva tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat
yang dapat ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan
estimasi umur manfaatnya. Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan
sumber alam, tetapi aktiva tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap.

DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com
Jusup Al. Haryono. 2009. Dasar-dasar Akuntansi jilid 2. Yogyakarta
: STIE YKPN

Você também pode gostar