Você está na página 1de 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi
Dwi K, 2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat
(PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai
institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya
meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat,
seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-
elemen tersebut yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan
yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap
pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih
aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan
keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai

1
penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui
pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan
evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus
diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang
telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan
yang sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara
menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin
meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC,
DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan.
Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam
bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang
akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang
paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini
dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini
sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari
semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk
2
dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di
Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah
penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia
adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.
Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009,
2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk.
Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini
menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman
yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara
serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar
penderita TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan
strategi untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah
penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe
menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem
respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan
penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB
paru

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah TB Paru
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
3
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium
tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru
ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang
hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-
paru.

B. Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan
kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.

C. Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis
post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana
gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel
ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel pada jalan nafas atau paru.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari
cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya.

5
Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC primer akan muncul bertahun-
tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990;
Snieltzer, 2000).

D. Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang sekali
terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di
jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan
paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus
(limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks
primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan cacat
atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di
hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara
perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang
bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum
dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ
lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

E. Tanda Dan Gejala


Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai
40-410 C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat
terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi
dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
paru.

6
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000).

F. Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium
tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi
hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak
bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan
membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.

G. Penegakan Diagnistic TB Paru


Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan patologi
anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru
adalah pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi
Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes RI, 2002). Oleh
karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam
menetapkan diagnosis dan pengobatan.

H. Pengobatan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
7
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller,
2002).
Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus disuntik
dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk berobat.
Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis
obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan
(Depkes RI, 1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enam
bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z),
Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel
1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan tuberkulosis
dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan
terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat
anti tuberkulosis dalam satu kemasan (WHO, 2002)

8
Paduan Obat
Kategori Tahap Tahap Untuk Klien TUberculosis
Intensif lanjutan
I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro
(+) dengan kerusakan
jaringan paru yang luas
TBC ekstra paru sakit
II 2HRZES 5H3R3E3 berat
atau TBC paru BTA (+),
1HRZE kambuh
TBC paru BTA (+),
gagal
TBC paru BTA (+),
III 4H3R3
pengobatan ulang karena
2HRZ
lalai berobat
TBC paru BTA (-) Ro (+)
TBC ekstra paru

Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI,
2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan,
sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat
tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid
diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI,
2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH :
Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada Streptomisin
dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat
mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis
optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti tuberkulosis

9
yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual, muntah-muntah, gatal-gatal, mata
kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek
samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena ketidakteraturan minum obat
dapat menyebabkan resistensi terhadap obat.
Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru dilakukan
dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid. Dengan
memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan
resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak
ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat komunitas
untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu memantau pengobatan
dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum
obat.
Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu: Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang dilaksanakan
di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB
paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi
salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui
pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.
3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh
pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum obat
seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan
diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem
surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.
5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka
waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penatalaksaan Keperawatan
Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak.
Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan.
Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat
menjalani “follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai
10
penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk
produktif dan berkeringat malam hari.
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu
produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau
lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003).

Penatalaksanaan Diet
Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki
dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar
penderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal
2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin
serum yang rendah (75-100 gram)
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
6. Macam diet untuk penyakit TBC:
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)

I. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
11
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

J. Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin
terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat
mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid
dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular
interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat
imunisasi BCG.

K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
12
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

13
BAB III

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Core/ inti komunitas
a. Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan kondisi
perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua komponen yang terdapat
dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya adalah perbatasan wilayah.
b. Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein
yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan
mengenai penduduk.(Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin 2009).
Menurut A. Guillard (1985), demografi adalah elements de statistique humaine on
demographic compares. Defenisi demografi antara lain.
1) Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah kependudukan,
terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan perkembangan suatu
penduduk.
2) Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar, komposisi, dan
distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya sepanjang masa melalui
komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
3) Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan komponen
penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
c. Ethnicitic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai
budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi berikutnya. Etnik
berbeda dengan ras. Ras merupakan sistim pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik visik, pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan
bentuk kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan dan perilaku yang
diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi berikutnya. (Efendi ferry dan
Makhfudli ,2009).
d. Values and beliefs

14
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenal apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau buruk. Sedangkan, norma
budaya adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas. Norma
budaya merupakan sesuatu kaidah yang memiliki sifat penerapan terbatas pada
penganut budaya terkait. Nilai dan norma yang diyakini oleh individu tampak di
dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari. (Efendi ferry dan Makhfudli
,2009).

2. Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah
minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak menimbulkan
stress.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk
kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio,
koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
15
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk megurangi
stress. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat
dan seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di
atas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan,
karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

C. Rencana Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang
harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnose
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka
ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut
yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes)
adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong
untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan
serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
16
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih
lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai
berikut :
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik
dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

D. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksaan
kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan
kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
17
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkatb
keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil stabil
atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan
primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan
individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak mampuannya.

E. Evaluasi
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal
yang dievaluasi adalah masukan (input),pelaksanaan (proses),dan akhir akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula .Ada 4 deminsi yang perlu dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian ,yaitu :Daya guna ,hasil guna , kelayakan ,kecukupan
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/ menurun , dalam rangka waktu berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :

Keterangan:

= peran dari masyarakat

= Peran perawat

18
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan ,pada awalnya peran perawat lebih beser dari pada klien
dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait lima tugas
kesehatan yaitu :mengenal masalah kesehatan ,mengambil keputusan tindakan kesehatan
,merawat anggota keluarga ,menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan yang
tersedia ,sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
yaitu melalui proses keperawatan .

19
BAB Iv
CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU

Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah Bilalang 2 kelurahan bilalang,


Kecamatan kotamobagu utar menggunakan pendekatan proses keperawatan community as
partner yang meliputi pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan
melibatakan kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut.

A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
Kabupaten / kotamadya : Kota kotamobagu
Kecamatan : Kotamobagu Utara
Kelurahan : Bilalang II
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Pontodon
Selatan : Bilalang 4
Barat : Bilalang 3
Timur : Pontodon
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman

2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-laki 258 49
2 Perempuan 271 51
Total 529 100

20
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian
besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%), dan
laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar
daerah.

b. Berdasarkan kelompok usia


No Umur/ tahun Bilalang 2 %
1 Bayi / balita (0-5) 19 4
2 Anak – anak 60 11
3 Remaja 69 13
4 Dewasa 343 65
5 Lansia 38 7
Total 529 100
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur
tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan kelompok umur yang
terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%).

3. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa suku
mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%)

4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 465 88
2 Kristen 35 7

21
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Total 529 100

Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama,


menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang
beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%) , hindu, budha tidak ada.

5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6 Tamat S1 24 4,5
7 >S1 1 0,1
8 Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100

Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa tingkat


pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%), sedangkan yang terendah
yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan
informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet. Pada
daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru.

6. Data status kesehatan


a. Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 3 orang
a. Pemeriksaan kehamilan

22
Teratur :3 orang (100%)
Tidak teratur : - orang (0%)
b. Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 18 orang ( 94,74%)
Belum lengkap : 1 orang (5,26 %)
Jumlah balita : 19 orang
c. Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur :16 orang (84,2 %)
Tidak teratur : 3 orang (15,8 %)
d. Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
Lengkap : 16 orang (84,2%)
Belum lengkap : 3 orang (15,8 %)
DS: Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi anaknya
belum lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur
karena takut dengan efek imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk
mengurus semuanya
e. Status gizi balita berdasar KMS
Garis hijau : 10orang (52,6 %)
Garis kuning : 9 orang (47,3 %)
Garis merah : - orang (0%)
DS=Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada balita
yang pernah berada di garis merah pada status gizinya

b. Keluarga berencana
2) Jumlah PUS : 69 orang
3) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
4) Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 1 orang (1,4%)
PIL : 7 orang (10,1%)
Kondom : 6 orang (8,7%)
Suntik : 34 orang (49,3%)
Tdak KB : 21 orang (30,4%)
23
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB
karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain karena
ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa rumit
DO= Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan 33 %
cukup mengerti tentang KB
c. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain { di rumah } : 10 orang ( 14,5 %)
d. Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %)
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
Tidak ada masalah :21orang (55,26%)
e. Distribusi penyakit di masyarakat
1) TB Paru : 23 orang (43,5%)
2) ISPA : 5 orang (11,3%)
3) Hipertensi : 21 orang (47,7%)
4) DM : 8 orang (18,18%)
5) Asma : 2 orang (4,5%)
6) Vertigo : 1 orang (2,27%)
7) Gastritis : 2 orang (4,5%)
8) Otot Dan Tulang : 11 orang (25%)
9) Hipotensi : 1 Orang (2,27%)
10) Faringitis : 1 Orang (2,27%)
11) Batu Ginjal : 2 orang (4,5%)
DS= Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke
puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga
24
sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja.
Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-
kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak
ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat.

D0= warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%


Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%

Data Subsystem meliputi


1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
a. Penyediaan air bersih
i. PAM : 136 KK(99,3%)
ii. Sumur : 1 KK(0,7%)
b. Penyediaan air minum
i. PAM : 75 KK(54,7%)
ii. Aqua : 62 KK(45,3%)
c. Pemanfaatan air minum
i. PAM :75KK (54,7%)
ii. Air minum steril :62 KK (45,3%)
d. Pengelolaan air minum
i. Selalu dimasak : 118 KK (86,1%)
ii. Kadang dimasak dimasak :14 KK (10,2%)
iii. Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%)
b. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 137 KK (100%)
2) Pembuangan air limbah
Got :137 KK (100%)
3) Keadaan pembuangan air limbah
a) Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%)
b) Lancar : 136 KK (99,27%)
c. Kandang ternak
25
1) Kepemilikan kandang ternak
a) Ya : 7 KK (5,1%)
b) Tidak : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak
Diluar rumah : 7 KK (100%)
d. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
2) Macam jamban yang dimiliki
a) Septi tank :129 KK (94,2%)
b) Sumur cemplung :8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
a) Bersih : 132 KK (96,4%)
b) Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
a) WC umum : -KK (%)
b) Jamban tetangga : -KK (%)
c) Sungai : -KK (%)
d) Sawah : -KK (%)
e. Keadaan rumah
1) Type rumah
a) Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
b) Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
2) Status rumah
a) MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
b) Kontrak : 2 KK (1,5%)
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
a) Ada : 90 KK (65,69%)
b) Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang
memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
26
5) Luas kamar tidur
a) Memenuhi syarat :115 KK (83,9%)
b) Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%)
6) Penerangan rumah oleh matahari
a) Baik : 70 KK (51,1%)
b) Cukup : 23 KK (16,79%)
c) Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
1. Memiliki : 18 KK(13,1%)
2. Tidak memiliki : 119 KK(86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK(100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK(100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)

2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
a) jumlah TK : 1 Buah
b) Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
c) Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
d) Jumlah SMU/sederajat : - Buah
e) Jumlah PT/sederajat :- Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
1) Karang taruna : 1 Kelompok
2) Pengajian : 1 Kelompok
3) Ceramah Agama : 2 X/Bulan
4) PKK : 2 X / Bulan
c. Sarana ibadah
27
1) Jumlah masjid :2 Buah
2) Mushola :1 Buah
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : - Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : - Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : - buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu :1 Buah
Puskesmas :Buah
Rumah Sakit :Buah
Praktek Dokterwasta :Buah
Praktek Bidan :Buah
Praktek Kesehtan Lain :Buah
Tukang Gigi :Buah

3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
a) PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
28
b) Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
c) Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
d) Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
e) Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
a) Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
b) Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
a) pasar tradisional : -buah
b) Pasar swalayan : - buah
c) Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
a) < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
b) Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
c) Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
d) >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
a) Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
b) 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
c) >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil
Makanan

4. Keamanan dan transportrasi


a. Keamanan
1) Sarana keamanan
a) Poskamling : 1 Buah
b) Pemadam Kebakaran : Buah
c) Instansi Polisi : Buah
b. Transportasi
1) Fasilitas Tranportasi
a) Jalan raya :500 m
29
b) Jalan tol :-m
c) Jalan setapak : 300 m
2) Alat transportasi yang dimiliki
a) Tidak Punya : 13jiwa (9%)
b) Sepeda Pancal : 31 Jiwa (21,7%)
c) Mobil : 10 Jiwa (6,9%)
d) Sepeda Motor : 85 Jiwa (59,4 % )
e) Becak : 4 Jiwa (2,8%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan / kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%)
b) Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%)

5. Politik dan Pemerintahan


a. Stuktur organisasi pemerintahan
Ada
b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat ( PKK, karang taruna, panti, LKMD,
posyandu)
Ada
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Tidak ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa (39,4%)
2) TV : 129 jiwa (94,2%)
3) Telepon :137 jiwa (100%)
4) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)

7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam :- Buah
b. Kolam Renang :- Buah
30
c. Taman Kota :- Buah
d. Bioskop :- Buah

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan
- Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penyakit TB paru di
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru Bilalang 2 Kelurahan
masyarakat tidak tahu tentang Bilalang kecamatan
perawatan TB Paru sehingga kotamobagu utara
mereka kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat
(kadang di got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.

DO:
1. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
2. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru
sebanyak 57%
3. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap

31
1.
2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi
1. Dari hasil wawancara dengan tentang penyakit TB paru peningkatan
warga bahwa masyarakat yang prevalensi penyakit
menderita TB Paru tidak TB Paru di Bilalang 2
memeriksakan / mengontrol Kelurahan bilalang
kesehatannya ke puskesmas kecamatan
2. Dari hasil wawancara dengan Kotamobagu utara
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB ke
Puskesmas
3. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/ lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela
nya
DO:
2. Jumlah penderita TB Paru TB
Paru sebanyak 23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK

32
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan di dalam
rumah tampak gelap
3. DS: Kurangnya peranan Kurang pengetahuan
1. Dari hasil wawancara ternyata fasilitas pelayanan tentang perawatan TB
warga masyarakat belum pernah kesehatan paru di Bilalang 2
mendapatkan informasi tentang Kelurahan Bilalang
penyakit TB paru baik dari tenaga kecamatan
kesehatan maupun melalui leaflet. kotamobagu utara
2. Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
DO:
1. fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tersebut hanya terdapat 1
buah puskesmas pembantu
2. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 180 KK (47,2 %)
3. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 101 KK (26,5 %)
4. Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
5. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
6. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru
sebanyak 57%

33
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan
kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit
TB paru
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit
TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan

D. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi

Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru
Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan
kotamobagu utara
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di
Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan
kotamobagu utara
Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di Bilalang 2
Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu
utara

34
DIAGNOSA
N
KRITERIA KEPERAWATAN
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3

10. Sumber daya dana 4 4 2

11. Sumber daya peralatan 3 4 2


12. Sumber daya orang 2 3 2
Jumlah skor 46 49 43

Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi

E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama


1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit
TB paru
2. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang kecamatan
kotamobagu utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit
TB paru

35
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan kotamobagu utara berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan

F. Perencanaan
No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat internal dan eksternal
diharakan tidak terjadi dapat: yang dapat
peningkatan prevalensi 1. Semua penduduk yang meningkatkan atau
penyakit TB menderita TB Paru menurunkan motivasi
memeriksakan untuk memeriksakan
kesehatannya ke diri ke puskesmas
puskesmas 2. Identifikasi penyebab
2. Masyarakat rutin masyarakat tidak
mengambil obat TB di engambil obat di
puskesmas puskesmas
3. Masyarakat yang 3. Identifikasi penyebab
menderita TB Paru tidak masyarakat putus obat
mengalami putus obat dan 4. Beri penyuluhan
Rutin minum obat tentang tentang
4. Masyarakat membuka penyakit TB Paru dan
jendela kamarnya akibat bila tidak
5. Warga yang belum mengkonsumsi obat
memiliki ventilasi dapat dengan benar serta
membuat ventilasi penyebab putus obat
6. Pencahayaan yang cukup
2 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat tentang perawatan
diharakan tidak terjadi dapat: penyakit TB pru
penyakit TB paru 1. Masyarakat tahu tentang 2. Jelaskan kepada
perawatan TB Paru masyarakat untuk
2. Masyarakat dapat mengkususkan alat

36
mengkhususan alat tenun tenun dan makan
dan alat makan antara antara penderita TB
penderita dengan orang dan orang sehat
yang sehat. 3. Jelaskan kepada
4. Warga yang memilki masyarakat pentingnya
pengetahuan tentang TB penerangan rumah
paru oleh matahari
5. Warga memilki cukup 4. Anjurkan masyarakat
pengetahuan TB paru untuk meiliki
6. Penerangan rumah oleh pencahayaan dalam
matahari cukup rumah yang terang
7. Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
3 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat pengetahuan
diharapkan pengetahuan dapat: masyarakat tentang
masyarkat meningkat tentang 1. Pengetahuan masyarakat TB Paru
TB Paru serta peranan fasilitas tentang TB Paru meningkat 2. Lakukan penyuluhan
pelayanan kesehatan (80%) kesehatan tentang TB
meningkat 2. Masyarakat mengetahui paru(pengertian,
tentang TB paru, penyebab, penyebab, cara
cara pencegahan dan pencegahan dan
penularan penularan)
3. Adanya penyuluhan dari 3. Anjurkan untuk
tenaga kesehatan tentang meningkatkan
TB Paru fasilitas pelayanan
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat

37
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi dapat kita tarik kesimpulan
bahwa masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh pemerintah
daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan bidang
kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang lainnya
yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.

B. Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat

38
DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika :


Jakarta

Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika : Yogyakarta

Mubarak

Faisalado Candra widyanto (2014) Keperawatan komunitas dengan pendekatan praktis Nuha
medika : Yogyakarta

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

39

Você também pode gostar