Você está na página 1de 8

QUALITY ANALYSIS OF LOCAL GOVERNMENT

WEBSITES IN INDONESIA

TB. M. YUSUF KHUDRI, DWI MARTANI, TEGUH I. MAULANA

Accounting Department, Faculty of Economics, University of Indonesia

Gd. Department of Accounting, FEUI New Campus Depok, Indonesia, 16424

Phone: + 6221-7272425

E-mail: yusufkh@ui.ac.id

1. PERKENALAN

Reformasi birokrasi di Indonesia, terutama di bidang manajemen keuangan ditandai dengan rilis
berbagai paket hukum yang mengatur keuangan yang lebih ketat manajemen dan pemanfaatan negara
sumber daya keuangan. Transparansi adalah salah satunya masalah dalam manajemen keuangan publik
yang memiliki abanyak perhatian. Masalah transparansi dalam Indonesia sebelum era reformasi
(sebelum 1998) adalah ahal sensitif yang sulit dicapai karena pembatasan akses informasi oleh putusan
rezim. Though Shuler, Jaeger dan Bertot (2010) menyatakan bahwa transparansi dan hak akses
informasi sektor publik adalah bentuk mendasar demokrasi partisipatif, mendorong kepercayaan pada
pemerintah, mencegah korupsi, pengambilan keputusan, meningkatkan akurasi tata kelola informasi,
serta dasar lainnya fungsi dalam masyarakat. Di sisi lain, sejalan dengan pengembangan teknologi
informasi, penggunaan sistem informasi berbasis web dalam layanan publik baik untuk penyebaran
informasi atau menjadi bagian dari layanan itu sendiri, menjadi tren terbaru di administrasi publik
(Wong dan Welch, 2004). Penggunaan teknologi informasi dipandang sebagai hal yang positif saluran
untuk meningkatkan tingkat akuntabilitas dalam sektor publik dan pemberdayaan publik (La Porte, de
Jong, dan Demchak, 2002). Di internasional praktek, khususnya terkait dengan transparansi, Kehadiran
teknologi informasi secara signifikan mengurangi biaya untuk mengumpulkan, biaya untuk
mendistribusikan dan biaya untuk mengakses informasi sektor publik (Roberts, 2006). Selain itu, dengan
semakin banyak informasi diharapkan akan dikirimkan tepat waktu itu dapat meningkatkan transparansi
sektor publik dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memantau kinerja lembaga publik
(Wong dan Welch, 2004). Seiring dengan semakin banyaknya internet pengguna di Indonesia,
kebutuhan pada tingkat tertentu kualitas situs web menjadi tak terhindarkan. Lokal Pemerintah
membutuhkan situs web yang menarik bagi keduanya ketentuan konten dan penampilan (desain). Ini
penting bahwa orang memiliki keinginan untuk membuka dan menggunakan informasi yang terkandung
di situs sehingga proses pemerintah daerah disebut e-government dapat dieksekusi dengan lancar.
Namun sayangnya sejauh ini sebagai pengetahuan penulis, sebuah studi komprehensif berusaha menilai
kualitas tampilan situs tersebut terutama di situs web pemerintah daerah sangat terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai kualitas situs web milik pemerintah daerah di Indonesia Indonesia, terutama di
tingkat pemerintah daerah
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Banyak saluran dapat digunakan untuk menyampaikan atau menyebarluaskan informasi wajib kepada
publik seperti kertas atau media elektronik lainnya. Sepanjang dengan perkembangan teknologi
informasi, khususnya Internet, untuk lebih memudahkan ketentuan dan akses publik ke informasi.
Beattie dan Pratt (2001) mengungkapkan bahwa Internet dianggap sebagai proses yang berpotensi
revolusioner untuk pelaporan karena penggunaan internet memiliki global skala, interaktivitas, dan
kecepatan akses yang baik. Di praktik internasional, Roberts (2006) menyatakan bahwa internet secara
signifikan mengurangi biaya pengumpulan, distribusi, dan akses ke informasi pemerintah. Publik harus
memiliki akses yang lebih mudah ke yang penting informasi yang sebelumnya hanya dapat dilakukan
melalui dokumen cetak (Sari dan Martani,2012). Penggunaan Internet untuk mendorong atransparansi
yang masuk akal tidak hanya ada di dalamnya kapasitas teknologi, tetapi juga karena Internet dapat
memenuhi sebagian besar harapan masyarakat (Jaeger dan Bertot, 2010). Mengukur tingkat
pengungkapan sukarela di internet bisa dilakukan di level pengungkapan dan penyajian konten di
insitutional situs web. Perez, et al (2005) dalam studinya tentang isi informasi mengatakan bahwa
pemerintah publik harus memiliki situs web yang mencakup, yaitu

(1) informasi anggaran dan arus kas,

(2) keuangan informasi,

(3) indikasi manajemen

dan layanan yang diberikan. Sedangkan dalam kasus presentasi pengungkapan mendefinisikan Perez, et
al (2005) desain dan navigasi situs termasuk enam hal-hal penting yang berdampak pada level akses ke
administrasi situs, yaitu:

(1) informasi yang mudah dikenali,

(2) mempersonalisasikan informasi yang disajikan kepada pengguna,

(3) kemudahan transfer informasi,

(4) kemudahan informasi manajemen yang disediakan,

(5) penggunaan berbagai bahasa untuk mengekspresikan informasi, dan

(6) kemudahan berinteraksi dengan pengguna. Sedangkan riset terkait dengan kualitas tampilan situs

terbatas . Padahal situs tersebut mungkin menampilkan kualitas salah satu faktor penting yang
mempengaruhi informasi pengguna akan menggunakan situs sebagai sumbernya informasi. Hermana
dan Silfianti (2011) mengevaluasi situs aplikasi dalam mengimplementasikan egovernment di Indonesia
berdasarkan karakteristik web, popularitas dan web webmetrics. Meskipun tidak secara khusus
difokuskan kualitas penampilan situs, hasilnya dari studi mereka menunjukkan halaman web ada
perbedaan antara Jawa dan luar Jawa. Penelitian dari Hermana et. Al, (2012) yang mencoba meneliti
kualitas satu situs web pemerintah daerah berdasarkan pada fitur web. Meskipun fitur web terbatas
digunakan, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa profil area adalah fitur yang paling umum
disajikan sementara FAQ adalah yang paling tidak umum Fitur disajikan pada pemerintah daerah situs
web. Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis faktor-faktor yang
dianggap memiliki pengaruh pada kualitas lokal situs web pemerintah dalam studi sebelumnya. Di
secara umum, variabel yang diidentifikasi dikelompokkan ke dalam kapasitas keuangan lokal dan
regional karakteristik, yang meliputi kapasitas keuangan pemerintah daerah dan karakteristik daerah

pemerintah,

2.1 Pemerintah Daerah Kota dan Kapasitas Keuangan Kota

2.1.1 Pengeluaran pemerintah daerah Perez et al (2009) mengatakan bahwa lokal

pemerintah dengan kondisi keuangan yang lebih baik miliki lebih banyak kapasitas untuk membangun
informasi yang lebih baik infrastruktur teknologi, informasi yang lebih baik infrastruktur teknologi,
antara lain bisa digunakan sebagai kendaraan untuk menyebarkan lebih banyak informasi kepada publik.
Di sisi lain,teori pensinyalan di sektor swasta menyatakan bahwa pengungkapan informasi dapat
menjadi sinyal bagi pengguna tentang informasi yang terkait dengan kondisi dihadapi oleh entitas ini.
Sehubungan dengan lokal pengeluaran pemerintah, pemerintah daerah akan mengungkapkan lebih
banyak kesuksesan pembangunan melalui modal pengeluaran, tetapi pengeluaran rutin seperti
pengeluaran personel atau pengeluaran untuk barang / jasa kemungkinan tidak akan diungkapkan.
Berdasarkan literatur ini kami membuat hipotesis kami sebagai berikut:

H1: Ada hubungan positif antara jumlah belanja modal pada kualitas situs web Pemerintah Daerah
Desain

H2: Ada hubungan negatif antara jumlah pemerintah daerah pengeluaran pegawai untuk kualitas Lokal
Desain situs web pemerintah.

H3: Ada hubungan negatif antara jumlah pengeluaran untuk barang / area layanan untuk kualitas Lokal
Desain situs web pemerintah.

2.1.2 Pendapatan sumber sendiri

Ketergantungan pada transfer dana miliki menjadi salah satu dari banyak variabel yang diuji dalam
berbagai studi yang berkaitan dengan tata kelola di sektor publik. Ingram (1984) yang mengamati
transfer dana sebagai media negara yang lebih tinggi untuk memberikan tekanan pada yang lebih
rendah tingkat pemerintahan dalam menjalankan pemerintahan daerah. Sedangkan Giroux dan
McLelland (2003) miliki menunjukkan bahwa pendapatan lokal mencerminkan pendapatan daerah
kemampuan untuk mendukung jalannya pemerintahan di Indonesia wilayah. Semakin tinggi pendapatan
berarti semakin tinggi kemampuan untuk mempersiapkan media yang baik untuk mengkomunikasikan
informasi kepada publik. Berdasarkan literatur-literatur ini kami buat hipotesis kami sebagai berikut:
H4: Ada hubungan positif antara jumlah pendapatan sumber sendiri dari lokal pemerintah dengan
kualitas lokal kualitas situs web pemerintah

2.2 Karakteristik dari Kotamadya atau Kota

2.2.1 Jenis pemerintah daerah

Giroux dan McLelland (2003) menemukan itu ada perbedaan antara kota yang memiliki kota kebijakan
utama manajer atau dewan walikota terkait pemerintahan mereka. Dalam konteks Indonesia karena
semua kepala daerah dipilih langsung, kepala daerah menentukan perbedaan itu tidak relevan. Namun,
ada perbedaan dalam karakteristik daerah dalam bentuk kabupaten atau kota dianggap berdampak
pada kualitas pemerintahan di Indonesia pemerintah lokal. Martani dan Lestiani (2012) miliki mencoba
melihat dampak dari jenis kabupaten dan kota-kota pada pengungkapan keuangan informasi, tetapi
tidak menemukan yang signifikan perbedaan, meskipun keduanya menunjukkan arah positif. Ini
mungkin karena terbatasnya sampel yang digunakan di studi mereka. Berdasarkan literatur ini kami
membuat kami hipotesis sebagai berikut:

H5: Ada perbedaan kualitas desain situs web pemerintah daerah antara kabupaten dan kota di
Indonesia.

2.2.2 Jumlah Penduduk

Sebagai salah satu pemangku kepentingan pemerintah daerah Di sisi lain, populasi memiliki peran yang
sangat penting dalam mendorong transparansi dalam pemerintahan lokal upaya, misalnya semakin
banyak jumlah orang meminta informasi maka tekanan juga akan peningkatan yang mendorong
pemerintah daerah untuk menyediakan media yang lebih baik untuk menghasilkan yang lebih baik
informasi. Piotrowski & Bertelli (2010) ditemukan bahwa ada pengaruh positif di antara populasi dengan
informasi dan perubahan warna laporan keuangan. Variabel serupa juga memiliki telah digunakan
Ingram (1984) dalam penelitiannya. Berdasarkan literatur-literatur ini kami buat hipotesis kami sebagai
berikut:

H6: Ada hubungan positif antara populasi suatu daerah terhadap kualitas lokal kualitas situs web
pemerintah

3. METODOLOGI DAN DATA PENELITIAN

Data penelitian ini berasal dari 491 lokal pemerintah daerah / kota atau kota di Indonesia Indonesia,
masing-masing dari setiap situs web lokal pemerintah diakses pada Mei 2013 menggunakan mesin
pencari google (http://www.google.co.id) sebagai titik masuk, mengenai konsistensi hasil, penilaian situs
web yang dilakukan oleh para peneliti untuk memastikan keseragaman penilaian. Url dari situs web
ditemukan dengan menggunakan kata kunci “kota namakota” (nama kota kota) atau “kabupaten
namakabupaten ”(Nama Kotamadya The Kotamadya). Para peneliti menggunakan regional atau
kotamadya dalam Bahasa Indonesia berdasarkan fakta bahwa kotamadya atau regional atau kota
menggunakan bahasa inggris nama itu sulit ditemukan.
3.1 Model Penelitian

Model penelitian dari penelitian ini mengadaptasi beberapa model penelitian prekursor dengan
beberapa perubahan dalam pengukuran tergantung dan independen variabel yang disesuaikan dengan
ketersediaan data di Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: DESAIN = β0 + β1CAPSPEN + β2EMPSPEN + β3GOODSPEN + β4PAD + β5POP + β6TYPE + ε… (1)


Dimana DESIGN adalah kualitas pemerintah daerah situs web, CAPSPEN adalah Pengeluaran Modal
untuk Pemerintah Daerah, EMPSPEN adalah karyawan pengeluaran pemerintah daerah, GOODSPEN
adalah

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan data populasi semua pemerintah daerah di tingkat kota atau kota di
Indonesia Indonesia berdasarkan standarisasi kode dan provinsi, kota / kota di Indonesia Indonesia yang
diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2011. Ini membatasi penelitian di situs web
resmi kota atau kota, tidak termasuk situs web unit lain di kota atau kota yang tinggal di luar situs resmi
kotamadya atau kota. Sebagai ilustrasi untuk "Kabupaten Aceh Selatan ", mesin pencari Google pada 12
Juli, 2013, memberikan "Situs web Resmi Kabupaten Aceh Selatan "dengan url"
www.acehselatankab.go.id/ "dan melakukan analisis dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas a situs web dengan mengadopsi kerangka
kerja kualitas situs web yang dikembangkan oleh Hasan & Abuelrub (2011), yang terdiri dari beberapa
bagian: konten, desain, organisasi atau pengaturan, kemudahan penggunaan, dan Penelitian ini
menambahkan unsur lain yaitu konter pengunjung, dan mencatat jumlah pengunjung selama
pengumpulan data, pada bulan Februari 2013 – Mei 2013. Penyesuaian lebih lanjut dari kerangka kerja
astudi yang dilakukan oleh Hasan & Abuelrub (2011) adalah pertanyaan tentang desain hanya
menggunakan satu pertanyaan untuk desain, sejak saat ini desain situs web di secara umum sudah
memiliki beragam warna, jadi untuk desain dibuat hanya satu pertanyaan, yaitu desain situs web berisi
slider atau gambar bergerak di bagian depan halaman, sementara zat itu terkandung ke dalam
pertanyaan tentang keberadaan gambar, suara dan video, lebih ke substansi atau multi media
menjelaskan tujuan, sementara mendesain lebih banyak menuju penempatan di tampilan situs web.
Nilai kualitas tertinggi dari lokal situs web pemerintah sebesar 39 dari nilai maksimum dari 43, diperoleh
oleh dua kota, mereka adalah Kabupaten Buleleng (Bali) dan Garut (Jawa Barat), sedangkan mode
adalah 0m sebanyak 84 kota atau pemerintah kota, nilai rata-rata kualitas dari situs web adalah: 19,66,
dan median kami 23. Untuk kemungkinan total skor 43 penilaian kualitas adalah a situs web yang
merupakan hasil dari 43 item tadi dinilai untuk setiap situs web kabupaten / kota. Dari situs 491
kabupaten kota yang memiliki posisi 10 skor teratas adalah Kab. Kabupaten Buleleng. Garut kabupaten.
Solok Selatan, Kab. Timor Tengah Utara, Bekasi, Kab. Kabupaten Klungkung. Purwakarta, Bandung,
Pekalongan, dan Sawahlunto, pada Sebaliknya ada 84 kota atau kota itu memiliki 0 untuk skor kualitas
situs web mereka. Untuk situs yang memiliki penghitung pengunjung situs web kami mencatat 227 situs
pemerintah kabupaten kota fitur penghitung pengunjung sementara sisanya 264 tidak memiliki fitur
penghitung pengunjung, dari 227 situs yang memiliki fitur penghitung pengunjung, direkam Kabupaten
Mandailing Natal, Kabupaten Samosir, memiliki ajumlah pengunjung 0, sedangkan kabupaten Buton
Utara, yaitu Kabupaten itu, Kota Gorontalo memiliki sejumlah pengunjung ke 1, ini mungkin karena fitur
tersebut ditampilkan, tetapi tidak berfungsi, itu bisa disebabkan oleh salah satu sistem penyimpanan
data untuk data angkanya kunjungan. Pemerintah kota setempat atau situs web kota dengan jumlah
kunjungan tertinggi diraih oleh situs web Kota Bogor, dengan nomor dari kunjungan sebanyak
14.945.890, dan untuk lokal situs web pemerintah kota atau kota dengan jumlah kunjungan terkecil
selain 0 dan / atau 1 diambil oleh Kabupaten Pekalongan dengan jumlah 70. Untuk sepuluh pemerintah
daerah kota atau kota situs web jumlah kunjungan yang disajikan di

4.2. Analisis Varians

Analisis selanjutnya dalam bentuk analisis varian untuk menentukan kemungkinan adanya perbedaan
kualitas situs desain didasarkan pada beberapa indikator Analisis varian satu arah dilakukan dengan
mengelompokkan kota atau kota dengan mengurutkan ukuran pendapatan sumber sendiri, dengan 50
kota atau kota dengan sumber pendapatan tertinggi dan 50 kotamadya atau kota dengan milik terendah
Sumber Analisis varian dengan data yang dikelompokkan berdasarkan kota atau kota berdasarkan dana
penyamaan menghasilkan hasil yang signifikan dengan p = 0,008 yaitu lebih kecil dari 0,05, jadi ada yang
signifikan perbedaan rata-rata dari nilai kualitas situs web pada kelompok kota atau kota saat
dikelompokkan berdasarkan jumlah dana pendamping. Hasil analisis ragam untuk rerata kualitas
kotamadya desain situs atau kota dikelompokkan berdasarkan total pendapatan menunjukkan signifikan
hasil (pp = 0,002, kurang dari 0,05), menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kota atau
kota ketika dikelompokkan menurut total pendapatan. Hasil serupa diperoleh dari analisis satu arah
varian kota atau kota yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk, jumlah pengelompokan
menggunakan 50 kota atau kota dengan populasi tertinggi dan 50 kota atau kota dengan populasi
terendah, lalu sisanya, masukkan kelompok terpisah Dari hasil analisis ini diperoleh p = 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05 begitu ada perbedaan yang signifikan dalam nilai situs web desain berkualitas di kota atau
kota dikelompokkan berdasarkan populasi. Ketika dikelompokkan berdasarkan tingkat pengeluaran
analisis varian satu arah yang dihasilkan aperbedaan signifikan dari analisis ini diperoleh p = 0,011 yang
lebih kecil dari 0,05 sehingga ada perbedaan signifikan dalam nilai kualitas desain situs web di
kotamadya grup atau kota saat dikelompokkan berdasarkan pengeluaran personel. Sedangkan hasil
yang diperoleh p = 0,031 yaitu lebih kecil dari 0,05, jadi ada yang signifikan perbedaan nilai situs desain
berkualitas pada kelompok kota atau kota ketika dikelompokkan

5. KESIMPULAN

Menurut analisis yang dilakukan pada pemerintah daerah kota atau kota di Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa, secara keseluruhan, ada variasi di seluruh kota atau kota di Indonesia dalam hal
kualitas desain situs web. Juga dapat dinyatakan bahwa sebagian besar situs web yang dikelola oleh
pemerintah kota setempat atau kota di Indonesia masih dianggap rendah dalam hal kualitas. Ditemukan
bahwa ada variasi besar pemerintah daerah kota atau pemanfaatan situs web kota oleh pengguna.
Sayangnya hampir 50% pemerintah daerah kota atau situs web kota tidak menunjukkan informasi
statistik tentang pengunjung mereka, tetapi dapat disimpulkan jumlah pengguna lokal pemerintah
kotamadya atau situs web kota masih rendah. Ini dapat menjadi perhatian bagi para pengelola situs
yang sekarang menjadi pemerintah kota atau situs web kota yang kurang menarik bagi pengguna,
mungkin karena kualitas desain yang buruk, tetapi penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk
menentukan apakah tingkat pemanfaatan yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas situs
web atau keadaan apatis pengguna secara umum.

Dari hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kualitas area desain situs web
berdasarkan populasi, pendapatan sumber sendiri, jumlah pengeluaran modal, pengeluaran pegawai,
pengeluaran barang / jasa. Kualitas desain setiap wilayah yang tidak merata adalah efek logis dari
gambaran statistik. Ketidaksamaan yang sangat nyata terlihat pada area yang umumnya dikategorikan
dalam kelompok rendah untuk semua indikator dengan kelompok indikator tinggi.

Studi ini juga menunjukkan bahwa pendapatan dan populasi adalah faktor penting yang mendorong
pemerintah daerah untuk menyediakan situs web berkualitas tinggi. Tingginya pendapatan asli daerah
(PAD) menjadi sumber daya penting bagi daerah karena menunjukkan kemampuan daerah dalam
memperoleh sumber pendanaan independen. Semakin tinggi kemampuan dana untuk meningkatkan
fleksibilitas lokal dalam mengelola dan menyediakan situs web berkualitas tinggi. Di sisi lain, terutama
jika jumlah orang yang memenuhi syarat memberikan tekanan pada pemerintah daerah untuk
memberikan informasi yang memadai. Ini mendorong pemerintah daerah harus menyediakan sarana
yang baik salah satunya melalui situs.

6. BATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki kelemahan yang bisa jadi dikoreksi dalam penelitian selanjutnya. Penjelasan
rendah kekuatan variabel independen (adjusted R2 = 11,8%) yang dapat digunakan sebagai indikator
bahwa Model yang digunakan dalam penelitian ini masih kurang dalam menangkap beberapa variabel
yang mungkin memiliki signifikan pengaruh pada kualitas masalah desain situs web seperti kekuatan
politik lokal, atau masalah sosial seperti itu sebagai pendidikan (Garcia dan Sanchez, 2013). Metode dari
pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dilakukan satu kali untuk setiap situs. Studi
selanjutnya dapat menggunakan beberapa waktu pengamatan untuk setiap situs jadi dinamika
perbaikan yang terjadi di setiap situs dapat diamati. Penelitian lebih lanjut juga dapat menggunakan
penilaian metode kualitas yang tidak terbatas pada Keberadaan indikator seperti yang digunakan dalam
hal ini belajar .

REFERENSI:

[1] Beattie, V., dan Pratt, K. (2001) .Business pelaporan: Memanfaatkan kekuatan internet

untuk pengguna. Edinburgh: Institute of Chartered Akuntan Skotlandia.

[2] Giroux, Gary, dan McLelland, Andrew J. (2003). Struktur pemerintahan dan akuntansi berlatih di kota
besar. Jurnal dari Akuntansi dan Kebijakan Publik, 22, 203-230.

[3] Hasan, L. & Abuelrub, E. (2011). Menilai kualitas situs web. Komputasi Terapan dan Informatika 9, 11-
29.
[4] Hermana B., & Silfianti W. (2011). Mengevaluasi implementasi e-government oleh lokal

pemerintah: kesenjangan digital berbasis internet layanan publik di Indonesia. Internasional

Jurnal Bisnis dan Ilmu Sosial 2 (3), 156-163.

[5] Hermana B., Tarigan A., Medyawati H., & Silfianti W. (2012). Kekayaan informasi, fitur situs web, dan
transparansi keuangan pada situs web pemerintah daerah di Indonesia. Jurnal Teoritis dan Terapan
Teknologi Informasi, 43 (2), 229-236.

[6] Ingram, Roberts W. (1984). Ekonomis insentif dan pilihan pemerintah negara bagian praktik
akuntansi. Jurnal Akuntansi Penelitian, 22 (1), 126-144.

[7] Jaeger, Paul T., Bertot, John C. (2010). Transparansi dan perubahan teknologi: Memastikan akses
publik yang setara dan berkelanjutan ke informasi pemerintah. Pemerintah Informasi Triwulan, 27, 371-
376.

[8] La Porte, Todd M., Martin de Jong, dan Chris Demchak. (2002). Demokrasi dan birokrasi di zaman
web. Administrasi dan Masyarakat 34.411–426.

[9] Martani, Dwi, dan Lestiani, Annisa. (2012). Pengungkapan dalam keuangan pemerintah daerah
pernyataan: kasus Indonesia. Global Ulasan Akuntansi dan Keuangan, 3 (1), 67- 84

[10] Perez, C.C., Hernandez, A.M, dan Bolivar, M.P. (2005). Akses warga ke online informasi keuangan
pemerintah: Praktek di Negara-negara Uni Eropa. Pemerintah Informasi Triwulanan 22, 258-276.

[11] Piotrowski, S. J. (2007). Pemerintah transparansi dalam jalur administrasi pembaruan. New York:
SUNY Press.

[12] Piotrowsky, S.J., & Bertelli, A. 2010. Mengukur Transparansi Kota. Tanggal 14 Konferensi IRSPM,
Bern, Swiss, April.

[13] Roberts, A. (2006). Pingsan: Pemerintah kerahasiaan di era informasi. New York: Cambridge Press.

[14] Sari, Rora P. & Martani, Dwi. (2012). Analisis Pengaruh kinerja dan karakteristik PEMDA

terhadap tingkat pengungkapan dan kualitas informasi dalam situs web PEMDA. Makalah

dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 2012.

[15] Shuler, J. A., Jaeger, P. T., & Bertot, J. C. (2010). Implikasi menyelaraskan eg government prinsip dan
Federal Program Perpustakaan Penyimpanan (FDLP). Kuartal Informasi Pemerintah, 27, 9−16.

[16] Wong, Wilson dan Welch, Eric. (2004). Apakah e-government mempromosikan akuntabilitas?
SEBUAH analisis komparatif dari keterbukaan situs web dan akuntabilitas pemerintah. Pemerintahan: An

Jurnal Kebijakan Internasional,Administrasi, dan Lembaga, 17 (2), 275- 279. Lihat statistik publikasi

Você também pode gostar