Você está na página 1de 33

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

PERTEMUAN KE VII

MATERI AKUNTANSI PERPAJAKAN ASET TETAP

KELOMPOK 5 / KELAS F

NAMA

MARIA GRASELA NIO (171600078)

AYU YUSRI (171600088)

MARIA ELISABETH I.S RITAN (171600069)

SUMIRASTYA M (171600165)

NURUL KAMARIA (171600198)

ADI IRAWAN (171600085)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITA PGRI ADI BUANA SURABAYA

2019
Daftar isi

Daftar Isi .

Daftar Tabel

Isi Materi

Defenisi Beban Dibayar Di Muka………………………………..


Asuransi Dibayar Di Muka………………………………………….
Sewa Dibayar Di Muka……………………………………………….
Sewa atas Tanah dan/atau Bangunan………………………
Sewa Dan Penghasilan Lain Sehubungan Dengan Penggunaan Harta
Pajak Dibayar Di Muka……………………………………………….
Pajak Penghasilan 22………………………………………….
Tarif Pajak Penghasilan 22…………………………………..
Pajak Penghasilan 23…………………………………………..
Bukan Objek Pajak Penghasilan 23…………………………….
Pajak Penghasilan 24……………………………………………
Pajak Penghasilan 25…………………………………………..
Pajak Masukan (PPN Masukan)……………………………

Rangkuman
ASET TETAP

DEFENISI ASET TETAP


Dalam SAK –ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68),aset tetap adalah aset berwujud yang
memiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa ,untuk disewakan
kepihak lain,atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu
priode.SAK menggunakan istilah aset tetap, tetapi dalam perpajakan tidak menggunakan istilah
aset tetap.
Sedangkan menurut pajak ,sesuai dengan pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 ,aset tetap
adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di Indonesia ,dimiliki dsan
di pergunakan untuk mendapatkan,menagih,dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

PEROLEHAN ASET TETAP


Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah harga
beli di tambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau konstruksi dan jika dapayt
diterapkan ,jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam SAK-ETAP.
Dalam penjelasan pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 ,harga perolehan atau harga penjualan
dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagai mana yang di
maksud dalam pasal 18 ayat (4) UU PPh Nomor 36 tahun 2008 adalah jumlah yang sesungguhnuya
dikeluarkan/ diterima .termasuk dalam harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang di
keluarkan dalam dalam rangka memperoleh harta tersebut,seperti bea masuk,biaya
pengankutan,dan biaya pemasangan.
Sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
/diterima.adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual menyebabkan harga perolehan
menjadi lebih besar atau kebih kecil di bandingkan dengan jual beli tersebut tidak di pengaruhi
oleh hubungan istimewa.
Pembelian Dalam Negeri
Contoh:
Tanggal 1 januari 2012 PT sisi membeli kendaraa oprasional seharga Rp 200.000.000
belum termasuk PPN 10% .maka jurnal yang di buat oleh PT sisi adalah sebagai berikut.
a. Jika PT Sisi adalah pengusaha Kena Pajak (PKP)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Kendaraan 200.000.000 -


Pajak Masukan 20.000.000 -
Kas /Bank - 220.000.000

b. Jika PT sisi adalah non –PKP

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Kendaraan 220.000.000 -


Kas/Bank -
220.000.000

Kendaraan = 110% x Rp200.000.000 = 220.000.000

Pembelian Impor dari Luar Negeri

Contoh :
Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi mengimpor computer dari Taiwan dengan nilai impor
sebesar Rp 150.000.000 dan PPN sebesar 10% .jurnal yang dibuat oleh PT sisi adalah
sebagai berikut.
a. Jika PT Sisi adalah PKP yang mempunyai API
Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan kantor 150.000.000 -


Pajak masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.750.000 -
Kas /Bank - 168.750.000

PPN Masukan = 10% x Rp150.000.000 = Rp 165.000.000


PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp3.750.000
b. Jika PT Sisi adalah non-PKP yang mempunyai API
Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan kantor 165.000.000 -


PPh 22 dibayar di muka 3.750.000 -
Kas/ Bank - 168.750.000

Komputer = 110% x Rp150.000.000 = Rp 165.000.000


PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp 3.750.000

c. Jika PT Sisi adalah PKP yang tidak mempunyai API

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan kantor 150.000.000 -


Pajak masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar dimuka 11.000.000 -
Kas /Bank - 176.250.000

PPh 22 = 7,5% x Rp150.000.000 = 11.250.000

d. Jika PT Sisi adalah non-PKP dan tidak mempunyai API

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan kantor 165.000.000 -


PPh 22 dibayar di muka 11.250.000 -
Kas/ Bank - 176.250.000

Computer = 110% x Rp150.000.000 = Rp 165.000.000


PPh 22 = 7,5% x Rp150.000.000 = Rp11.250.000

sewa

Akuntansi
Dalam SAK-ETAP yang di atur oleh IAI ( 2009:83-88), klasifikasi sewa
adalah sebagai berikut:
A. Sewa pembiayaan ( finance lease)
Ciri- ciri sewa pembiayaan adalah:
a) Sewa mengalikan kepemilikan aset kepada lease pada akhir
masa sewa.
b) Lease mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang
cukup rendah dibandingkan dengan nilai wajar pada tanggal
opsi dimulai dapat dilaksanakan sehingga pada awal sewa
dapat dipastikan bahwa opsi memang akan di laksanakan.
c) Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset
meskipun hak milik tidak dialikan yaitu masa sewa sama atau
lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan.
d) Pada awal sewa ,nilai kini dari jumlah pembayaraan sewa
minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan
yaitu pembayaraan sewaaan minimum sama atau lebih dari
90% nilai wajar aset sewaan
e) Aset sewaan bersifat khusus dan di mana hanya lease yang
dapat menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material

B. Sewa oprasi ( operating lease)


C. Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)

Laporan keuangan lessee

Sewa pembiayaan
1. Pada awal masa sewa pembiayaan lease akan mencatat aset dan kewajiban
sewa pembiayaan dalam neraca sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa ditambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar oleh lease pada
akhir masa sewa.
2. Tingkat diskon yang digunaka untuk menentukan nilai tunai dari
pembayaran sewa adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau
tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa
3. Sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset sewaan
berdasarkan umur manfaat aset sewaan dan beban bunga berdasarkan
tingkat bunga yang diperhitungkan dalam setiap priode akuntansi
4. Jika tidak ada kepastian yang memandai bahwa lease akan mendapatkan
hak kepemilikan pada akhir masa sewa ,maka aset sewaan harus disusutkan
selam jangka waktu yang lebih pendek antara masa sewa dengan umur
manfaat aset sewaan
5. Apabila aset sewaan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa ,maqka
perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban
diakui sebagai keuntungan dan keruguian pada priode terjadinya.
Sewa oprasi
Pembayaraan sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis lurus selama
masa sewa,meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap priode.

Laporan keuangan lessor


Sewa pembiayaan
1. Pada awal sewa pembiayaan,aset yang disewakan oleh lessor harus diperlakukan
sebagai penanam neto sewa ,yang terdiri dari jumlah piutang sewa ditanbah nilai resedu
yang akan diterima oleh lessor pada akhir masa sewa dikurangi dengan pendapatanm
sewa yang belum diakui dan simnpanan jaminan.
2. Selisih antara piutang sewa ditambah nilai residu dengan harga perolehan aset yang
disewakan diakui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui.
3. Pendapatan sewa yang belum diakui harus dialokasikan secara konsisten sebagai
pendapatan tahunan berjaalan berdasarkan suatu tingkat pengembalian berkalas atas
penanaman neto sewa.
4. Apabila aset yang disewakan dijual belum berakhirnya masa sewa,maka perbedaan
antara harga jual dengan penanaman neto sewa pada saat penjualan di lakukan harus
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada priode terjadinya.

Sewa Oprasi
1. Pembayaran sewa merupakan pendapatan sewa yang harus diakui dan diukur
berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa,meskipun pembayaran sewa mungkin
dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap priode.
2. Aset yang disewakan harus disusutkan
3. Apabila aset yang yang disewakan dijual ,maka perbedaan antara nilai buku dan harga
jual harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada priode terjadinya.

Perpajakan
Dalam KMK -1169/KMK.01 /1991 dirumuskan bahwa sewa guna usaha (SGU) adalah suatu
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyimpanan barang modal ,baik secara SGU dengan hak opsi
(finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk di pergunakan oleh lessee
selama jangaka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berskala.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2 yaitu:
A. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
Kegiataan SGU digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa
baranng modal,harus dapat menutupi harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor
2. Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
golongan 1,3 tahun untuk barang modal golongan II dan III,dan 7 tahun untuk
golongan bangunan ,(SE-10/PJ.42/1994 jo. SE-129/PJ/2010).
3. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse
Ketiga kriteria diatas harus dipenuhi seluruhnya agar transaksi SGU dapat digolongkan sebagai
SGU dengan hak opsi bagi perusahan pembiayaan yang ada didalam negeri.

Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lesse adalah sebagai berikut:

lessor Lessee
Pajak penghasilan Pajak penghasilan
 Penghasilan = angsuran pokok + bunga  beban sewa = angsuran pokok + bunga
Penghasilan bukan objek PPh 23 tetapi Beban sewa beban yang dapat
pengenaan pajaknya dilakukan dengan dikurangkan(deductible expenses)
perhitungan akhir tahun dalam SPT Beban sewa bukan objek PPh 23
Tahunan.

 Beban penyusutan aset tetap beban yang


 beban penyusutan aset tetap beban yang
tidak boleh dikurangkan (non-deductible
tidak boleh dikuraangkan ( non-
expenses)
deductible expenses)
 beban penyisihan piutang tak tertagih -
beban yang dapat dikurangkan
(deductible expenses)
 makanisme angsuransi pajak PPh 25 -
diatur UU PPh
Pajak pertambahan nilai Pajak pertambahan nilai

 memungut PPN atas penyerahan barang


modal kepada lessee
-
B. sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
kriteria suatu transaksi digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi adalah sebagai
berikut:
a) Jumlah pembayaran SGU selama priode SGU pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan aset yang di –SGU –kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh
lessor.
b) Perjanjian SGU tidak memuat keteentuan tentang opsi untuk lessor

Perlakuan perpajakna untuk lessor dan lessee adalah sebagai berikut :

lessor Lessee
Pajak penghasilan Pajak penghasilan
 Beban penyusutan aset tetap beban  Beban sewa beban yang dapat dikurangkan
yang dapat dikurangkan (deductible (deductible expenses)untuk penyewaan yang
expenses) barang modalnya termasuk objek PPh 23

 Penghasilan sewa objek PPh final atau  Memotong PPh 23 atas pembayaran sewa
PPh Pasal 15 atau PPh 23
Pajak pertambahan nilai Pajak pertambahan nilai

 Memungut PPN atas jasa sewa yang di -


berikan

Menurut Mansur dan Wardoyo (2004) ,SGU dengan hak opsi adalah kegiatan jasa pembiayaan,
yang berupa penyediaan kredit bagi lessee oleh lessor, maka penghasilan bagi lessor adalah bunga
yang diterima pada saat angsuran pelunasan kewajiban SGU.
Kegiatan SGU di golongkan sebagai SGU tanpa hak opsi apabila memenuhi karaktristik sebagai
berikut:
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang di SGU-kan ditambah keuntungan lesse .
2. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse.

Laporan Keuangan Lessee


Peraturan perpajakan untuk SGU denagan hak opsi bagi lesse adalah :
1. Selama masa SGU ,lesse tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang di
SGU-kan sampai saat lesse menggunakan hak opsi untuk membeli barang ytersebut.
2. Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut ,lesse melakukan
penyusutan dan dasar penyusutanya adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan
3. Pembayaran SGU yang dibayar atau terutang oleh lesse kecuali pembebanan atas tanah
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi
SGU tersebut memenuhi ketentuan capital lease.
4. Dalam masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirijen Pajak melakukan
koreksi atas pembembanan biaya SGU.
5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran SGU yang dibayar atau terutang
berdasarjkan perjanjian SGU dengan hak opsi

Peraturan perpajakan untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessse adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah baiaya
yang dapat dikurangkan oleh penghasilan bruto
2. Lessee wajib memotong PPh 23 atas pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayarkan
atau terutang keppada lessor
3. Atas pembayaran jasa dalam transakasi SGU tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee,di
kenaikan utang PPN.

Laporan Keungan Lessor


Perlakuan perpajakan untuk SGU dengan hak opsi bagi lessor adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran SGU berupa imbalan
jasa SGU yaitu seluruh pembayaran SGU dikurangi dengan angsuran pokok.
2. Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset tetap yang di-SGU-kan dengan hak opsi.
3. Dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan,maka Dirijren Pajak
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
4. Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldon
akhir piutang.(PMK-81/PMK.03/2009).
5. Kerugian sebenarnya yang disebabkan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang gtak tertagih.
6. Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dipakai untuk
menutupi kerugian sebagimana dimaksud maka jumlah kelebihan cadangan tersebut
diperhitungkan sebagai penghasikan ,sedangkan dalam hal jumlah cadangan tersebut tidak
mencukupi maka kekurangnya diperhitungkan sebagai kerugian.
7. Atas pembayaran jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada lesse,
dikecualikan dari pengenaan PPN. Tetapi penyerahan barang dsari lessor ke lesse
dikenakan PPN.

Besarnya angsuran PPh 25 setiap bulan bagi WP SGU dengan hak opsi adalah sebesar jumlah PPh
yang terutang berdasarkan laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dibagi 12 bulan.
Peraturan perpajakn untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessor adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh lessor merupakan
objek PPh.
2. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di –SGU-kan tanpa hak
opsi,sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh beserta peraturan peleksanaanya.

Berikut jurnal yang dibuat apabila SGU tidak memeiliki hak opsi atau dikategorikan sebagai sewa
–menyewa biasa :

Keterangan Debit Kredit

Lessor (wajib pungut PPN)

Kas /Bank xxx -

PPh 23 dibayar d imuka xxx -

Pajak pengeluaran - xxx

Penghasilan sewa - xxx

Lesse (wajib pungut PPh 23)


Beban sewa xxx -
Pajak masukan xxx -
Utang PPh 23 - xxx
Kas /Bank - xxx

Contoh
PT Jocelyn membeli mesin produksi dengan cara leasing pada tanggal 11 maret 2012 dimana
pembelian ini merupakan capital lease dengan priode leasing selama 4 tahun.
Pada akhir masa leasing ada opsi pembelian dengan harga Rp2.000.000 tingkat bunga implasit
10% .pembayaran pertama dilakukan pada tanggal 11 Maret 2012.

Lessee:
Present Value (PV) leasing
= PV IFA Cicilan + PV IF nilai opsi
1 1
= [𝑐𝑖𝑐𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑥 1 − 1 + 1 ] + [𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑜𝑝𝑠𝑖 𝑥 1 − (1+𝑖)ⁿ]
(1+𝑖)ⁿ
――――――
𝑖

1 1
=[𝑅𝑝1.500.00 𝑥 1 − ( 1+0.1)ᵌ + 1 ] +[𝑅𝑝2.000.000 𝑥 1 − (1+0.1)4
]
――――――
0.1

= (Rp1.500.000 x 3,4869) +( Rp2.000.000 x 0,6830)


= Rp5.230.350 + Rp1.336.000 =Rp6.596.350

Tanggaal Keterangan Debit Kredit


Aset tetap leasing 6.596.350 -
Utang leasing jangka pendek - 1.374.239.58
11maret 2012 Utang leasing jangka panjang - 5.222.110,42
Utang leasing jangka pendek 137.423,96 -
Kas/Bank - 137.423,96
11 april 2012 Utang leasing jangka pendek 137.423,96 -
Beban bunga 645.892,60 -
Kas/Bank - 783.316,56
Setiap tanggal 11 tiap bulan selama tahun 2012 dilakukan pembayaran untuk utang leasing dan
Bunga leasing sebesar 10% dari sisa utang.

Utang leasing jangka panjang 1.649.087,52 -


31 des 2012 Utang leasing jangka pendek - 1.649.087,52
Beban penyusutan aset leasing 957.572,92 -
Akumulasi Depresiasi aset leasing - 957.572,92
PENYUSUTAN ASET TETAP
Dalam SAK –ETAP yang diatur oleh IAI (2009:71-73), metode penyusutan yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut.
a) Metode garis lurus ( straight line method)menghasilkan pembembanan ysng tetap selama
umur manfaat aset jika nilai residunya tdak berubah.
b) Metode saldo menurun (diminishing balance method) menghasilkan pembebanan yang
menurut selama umur manfaat aset.
c) Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method) menghasilkan
pembebanan berdasrkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.

Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan perpajakn adalaqh sebagai berikut:
1. Metode garis lurus (straight line method) untuk kelompok bangunan dan bukan baangunan
2. Metode saldo menurun (declining balance method) untuk kelompok bukan bangunan
saj,dan pada akhir pada masa manfaat disusutkan sekaligus
Didalam perpajakan tidak mengenal nilai sisa karena prinsip penyusutan dalam ketentuan Pasal
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah mekanisme pengalokasikan biaya yang dikeluarkan untuk
pengelolahan aset selama masa manfaat.

Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan


Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 mengatur masa manfaat harta berwujud dan
tariff penyusutan baik menurun metode garis lurus maupun saldo menurun sebagai berikut:

Masa Tariff penyusutan


Kelompok harta berwujud Manfaat
Garis lurus Saldo menurun
I .Bukan bangunan
 Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
 Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
 Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
 Kelompok 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
 Permanen 20 tahun 5% -
 Tidak permanen 10 tahun 10% -

Didalam lain pihak ,ada harta berwujut yang menurut akuntansi dapat disusutkjan ,tetapi menjurut
perpajakan tidak dapat dibebanka sebagai penyusutan secara keseluruhan yang dapat pengurang
penghasilan bruto dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Atas perolehan aset tersebut termasuk pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto sesuai pasal 9 ayat 1 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 ,misalnya:
a. Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak.
b. Biaya perolehan aset yang digunakan untuk memberi pengantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan PMK-83/PMK.03./2009
2. Barang modal di –SGU-kan ,baik SGU dengan hak opsi ataupun tanpa hak opsi bagi lessee
dan SGU dengan hak opsi bagi lessor

Sesuai KEP-220/PJ.2002 tentang perlakuan PPh atas pemakaian telepon seluler dan
kendaraan perusahan terdapat perlakuan PPh yang memberikan batasan-batasan tertentu
atas biaya perolehan dapat dibebankan melalui penyusutan untuk aset sebagai berikut.
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekeraanya,dapat
disebabkan sebagai biaya persusahan sebesr 50% dari jumlah biaya perolehan atau
pembelian melalui penyussutan aset tetap kelompok 1,dan atas biaya berlangan atau
pengisihan ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler tersebut dapat dibebankan
sebagai biaya ruti perusahaan sebesar 50%
2. Biaya oerolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,minibus,atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahan untuk antar jemput parra
pegawai,dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahan melalui penyusutan
aset tetap kelompok 2,dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan
tersebut dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin perusahan.

Contoh:
Gedung dibeli pada tanggal 1 januari 2000 dengan harga sebesar Rp600.000.000.Estimasi
pemanfaat gedung tersebut menurut akuntasi adalah 30 tahun ,sedangkan menurut pajak adalah 20
tahun .Jurnal yang dibuat oleh perusahan untuk mencatat beban penyusutan gedung tersebut pada
tahun 2011 adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2011 Beban penyusutan gedung 20.000.000 -
Akumulasi penyusutan gedung - 20.000.000
Biaya penyusutan gedung = 600.000.000 : 30 = 20.000.000
Sementara perhitungan beban penyusutan gedung untuk tahun 2011 menurut perpajakan adalah
5% x Rp600.000.000 = 30.000.000.
Atas perbedaan perhitungan tersebut ,perusahan tidak perlu membuat jurnal penyusaian .dengan
demikian perusahaan harus melakuakan koreksi negative pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian
SPT tahunan PPh badan sebesar Rp30.000.000 – Rp20.000.000 =Rp10.000.000

Perubahan umur manfaat


Dalam SAK –ETAP yang diatur oleh IAI (2009:70-73) ,kebijakan perbaaikan dan perawatan
aset tetap yang dilakukan oleh etitas dapat mempengaruhi masa manfaat aset tetap,maka etitas
harus menelah ulang metode penyusutan saat ini dan mengubah penyusutan untuk mencerminkan
pola hyang baru.
Contoh

Sebuah mobil boks Isuzu Panther yang dibeli pada tanggal 11 Desember 2006 dengan harga
Rp100.000.000 dengan masa manfaat 10 tahun .Pada tanggal 25 oktober 2011 perusahan
mengeluarkan Rp 20.000.000 (capital expenditure) untuk mobil boks Isuzu Panther ,dimana
pengeluaran tersebut diprediksi dapat menanbah masa manfaat 3 tahun lagi .Metode penyusutan
menurut akuntansi dan pajak adalah metode garis lurus.

Diminta :

1. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut untuk tanggal 25 0ktober 2011


2. Hitunglah beban penyusutan untuk tahun 2011 ,baik secara akuntansi maupun perpajakan
.
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal saat pengisihan SPT untuk tahun 2012

Jawab :

1. Jurnal transaksi untuk tanggal 25 Oktober 2011

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Kendaraan 20.000.000 -
25 Okt 2011 Kas/Bank - 20.000.000
2. Beban penyusutan tahun 2011
Keterangan Akuntansi (Rp)
Biaya perolehan 100.000.000
Akum .Pemyusutan →11 des 2006 s.d 25 Okt 2011 =59 bulan (49.200.000)
Nilai buku 50.800.000
Pengeluaran capital expenditure yang menambah masa manfaat 20.000.000
Biaya perolehan setelah disesuikan 70.800.000

Total beban penyusutan atas mobil boks Isuzu pather adalah:


( Rp10.000.00 x 12,5% x 10/120) + (Rp70.800.000 x 2/97) = Rp11.460.000 .
Jurnal untuk membukukanya yaitu:
Keterangan Debit Kredit
Tanggal
Beban penyusutan gedung 11.460.000 -
31/12/11 Akumulasi penyusutan gedung - 11.460.000

3. Beban penyusutan atas mobil boks Isuzu pather menurut perpajakan adalah:
( Rp 100.000.000 x 12,5% x 10/12 ) + ( Rp20.000.000 x 2/12 ) = Rp10.840.000
Perusahan melakuak koreksi positif pada rekonsilisai fiskal saat pengisian SPT tahunan
sebesar Rp11.460.000 – Rp10.840.000 = Rp620.000
PERTUKARAN ASET TETAP
Dalam SAK-ETAPyang diatur oleh IAI (2009; 70), apabilah asset tetap diperoleh melelui
pertukaran dengan asset nonmometer atau kombinasi asset moneter dan aset nonmoneter maka
biaya perolehan diukutr dari nilai wajar kecuali :
Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau
Nilai wajar aset yang diterima atau asset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal maka
biaya perolehan diukur pada jumblah aset yang diserahkan

Menurut penjelasan pasal 10 UU PPH Nomor 36 tahun 2008 nilai perolehan atau nilai
pejualan dalam hal terjadi tukanr menukar harta adalah jumblah yang seharusan dikeluar
atau diterima berdasarkan harga pasar. Harta yang diperoleh berdasarkan teransaksi tukar
menukar dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai penjualannya adalah jumblah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Selisi antara harga
pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan meruoakan keuntungan yang
dikenakan pajak.
CONTOH :
Tanggal 11 Agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional yaitu mombil Avanza yan
dibei pada tanggal 14 Desember 2009 ditukar dengan mobil kijang Innov. Herga pasar mobil
kijang Innova sebesr Rp.230.000.000, sisanya dibayar secara tunai melalui bank. Mobil Avanza
dibeli dengan harga Rp.150.000.000. metode penyusutan menurut pajak dan akuntansi adalah
metode garis lurus,dengan masa manfaat sama dengan PNK-96/PMK.03/2009.
Dimintah :
Hitunglah laba/rugi atas pertukaran, secara akuntansi maupun perpajaka.
Buatlah jurnal atas pertukaran aset tersebut.
Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisihan SPT.

Jawab :
Laba atau Rugi pertukaran aset tetap
Keterangan Akuntansi Perpajakan
(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 150.000.000 150.000.000
Akum penyusutan (31.250.000) (31.250.000)
Nilai buku 118.750.000 118.750.000
Harga pasar aset lama 100.000.000 100.000.000
Rugi asset lama 18.750.000 18.750.000
Harga pasar aset baru 230.000.000 230.000.000
Harga pasar aset lama 100.000.000
Kas /bank yang dikeluarkan 130.000.000

Akumulasi penyusitan menurut :


Akuntansi = Rp.150.000.000/8× 1 = Rp.31.250.000
Perpajakan = 12,5% × Rp.150.000.000 × 1 8⁄12 = Rp.31.250.000

Jurnal pertukaran aset tetap


Tanggal Keterangan Debet Kredit
11-08-11 Kendaraan baru 230.000.000
Pajak masukan 23.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan lama 31.250.000
Rugi pertukaraan asset 18.750.000
Kendaraan lama 150.000.000

PPN pasal 16D 10.000.000

Kas/Bank 143.000.000

PPN masukan = 10%×Rp.230.000.000 = Rp.23.000.000


Sesuai pasal 16D UU PPN nomor 42 tahun 2009 atas penyerahan asset oleh PKP yang menurut
tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjual belikan tertuang PPN sepanjang PPN yang
dibayar pada saat perolehannya dapat di kreditkan
Kas/bank = Rp.130.000.000 + Rp.23.000.000 – Rp.10.000.000 = Rp.143.000.000
Tidak ada perbedaan pengakuaan besarnya rugi pertukaran aset yang terjadi antara akuntansi dan
perpajakan.oleh karna itu perusahan tidak melakukan koreksi pada rekonsiliasi fiskal saat
pengisiaan SPT tahunan PPH.
PENGHENTIAN ASET TETAP

Pelepasan Aset Tetap


Dalam setiap penjualan aset, dapat timbul laba atau rugi sebesar selisi antara harga pasar
dengan nilai buku aset.Namun karena perbedaan metode penyusutan dan estinasi masa
manfaat,laba atau rugi penjualan aset dapat berbeda jumlahnya antara akuntansi dan perpajakan.
Kerugian karena penjualan atau penggalian harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan ,menagi dan memelihara penghasilan dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.kerugian karena penjualan atu penggalian harta yang dimiliki
tetapi tidak digunakan dalam perusahan atau yang dimilikitetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan,menagi dan memelihara penghasilan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto.Tetapi apabila terjadi keuntungan maka keuntungannya merupakan objek PPH yang
dihutang dari selisih harga jual(harga pasal)dengan harga perolehan .
Menurut pasal 16D UU PPN nomor 42 tahun 2009 penggalihan aset oleh PKP yang meurut
tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan dikenakan PPN sebesar 10% dari
DPP,kecuali atas penyerahan yang pajk masuknya tidak dapat dikredit yaitu (1) aset yang tidak
berhubung langsung dengan kegiatan usaha sesuai pasal 9 ayat(8) huruf b;dan (2)aset kendaraan
bermotor berupa sedan dan station wagon sesuai pasa 9 ayat (8) huruf c.DPD-nya sebesar harga
jual atau harga pasar wajar dari aset yang diserahkan.PKP tidak perlu menyetorkan sendiri secara
langsung dapat dikomensasikan dengan pajak masukuknya terlebih dulu atau diperlakukan dengan
pajak keluaran. PKP juga melaporkan PPN atas penyerahan aset bekas dengan menggunakan SPT
masa PPN masa pajak yang sama dengan bulan penyerahan

CONTOH:
Sebuah mobil boks yang dibelih perusahan pada tanggal 12 juli 2010 dengan harga Rp
48.000.000.estimasi masa manfaat mobil boks menurit akuntansi adalah 6 Tahun,sedangkan
menurut perpajaka adalah 8 Tahun.pada Tanggal 31 Desember 2011,mobil boks tersebut dijual
dengan harga 40.000.000. metode penyusutan menurut akuntansi dan perpajakn adalah metode
garis lurus.
Diminta:
Hitunglah laba/rugi atas penjualan mobil boks, secara akuntansi maupun perpajakan.
Buatlah jurnal atas penjualan atas aset tersebut .
Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT tahunan.
Jawab:
Laba atau rugi penjualan mobil boks

keterangan Akuntansi Perpajakan


(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 48.000.000 48.000.000
Akum penyusutan (12.000.000) (8.500.000)
Nilai buku 36.000.000 39.5000.000
Harga pasar 40.000.000 40.000.000
Laba pejualan aset 4.000.000 500.000

Akumulasi penyusutan menurut:


Akuntansi = Rp.48.000.000 / 6 =Rp.12.000.000
Perpajakan = 12,5% Rp.48.000.000 =Rp.8.500.000

Jurnal penjualan mobil

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Des 2011 Kas/bank 44.000.000 -
Akumulasi penyusutan kendaraan 12.000.000 -
Kendaraan - 48.000.000
PPN 16D - 4.000.000
Laba penjualan kendaraan - 4.000.000
Sesuai pasal 16D UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 atas penyerahan aset oleh PKP yang menurut
tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN, sepanjang PPN yang
dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

Atas perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara akuntansi dan
perpajakan, maka perusahaan tidak perlu membuat jurnal peyesuaian. Perbedaan pengakuan
besrnya laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap (beda permanen) antar perpajakan
dan akuntansi. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi
fiskal saat pengisihan SPT Tahunan sebesar Rp.4.000.000-Rp.500.000=Rp.3.500.000

TIDAK MEMILIKI MASA MANFAAT


Menurut SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009; 74), antitas harus menghentikan pengakuan
aset tetap pada saat ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang diekspetasikan dari
penggunaanya. Entitas dapat mencataat aset tetap sebesr nilai tercatat aset tetap (Rp.1), apabila
aset tetap masih dapat digunakan untuk opersional sehari-hari. Tetapi apabila aset etap sudah
tidak dapat digunakan lagi maka entitas harus mengakui keuntungan atas kerugian atas
penghentian pengakuan aset tetap dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut tidak dihentikan
pengakuannya. Keuntungan tersebut tidak boleh diklsaifikasikan sebagai pedapat.
Berikut ini merupakan perbedaan mendasar antara perlakuan menurut akuntansi dengan
perpajakan berkaitan dengan aset tetap :

No Uraian Akuntansi Perpajakan


1. Biaya perolehan Setara harga tunainya pada Untuk transaksi yang tiding
tanggal pengakuan. Jika mempunyai hubungan isteimewa
biaya ditangguhkan lebih dari berdasarkan harga yang
waktu kredit normal,maka sesungguhnya.
sebesar nilai tunai semua
Untuk transaksi yang mempuyai
pembayaran masa akan
hubungan istimewa dihitung
datang.
berdasarkan harga pasar.
Untuk pertukaran aset
Untuk transaksi tukar menukar
menggunakan nilai wajar.
adalah berdasarkan harga pasar.
Dalam langka likuidas, peleburan,
pemekaran, pemecahan atau
penggabungan adalah harga pasar
kecuai ditentuka lain oleh Menteri
keuangan
Revalusi adalah sebesar nilai setelah
revaluasi

2. Penentuan masa Tergantung pada justifikasi Sudah diatur dalam peraturan


manfaat manajemen dengan Menteri keuangan.
pertimbangan faktor-faktor
seperti daya pakai aset,
perkembangan teknologi,
pembatasan hokum,
3. Saat dimuli Penyusutan dimulai ketika Penyusutan dimulai sejak bulan
penyusitan aset tersedia untuk timbulnya pengeluaran atas
digunakan. perolehan aset
Penyusutan dimulai sejak bulan
selesainya pengerjaan harta. (untuk
harta yang masih dalam proses
pengerjaan).
Dengan persetujuan Dirjen pajak,
WP dapat melakukan penyusutan
mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk
mendapatkan,menagi dan
memelihara penghasila atau pada
bulan harta yang bersangkutan mulai
menghasilkan.
4. Penghitungan Jumblah bulan dapat Jumblah bulan selalu dibulatkan ke
jumblah bulan dibulatkan ke atas atau ke atas, walaupun dibeli di atas tanggal
sejak dimulainya bawah. Misalnya pembelian 15 setiap bulannya.
penyusutan. diatas tanggal 15 dibulatka
ke bawah dan belum diakui
penyusutannya.
5. Metode Metode garis lurus Kelompok bangunan harus
penyusutan menggunakan metode garis lurus.
Metode saldo menurun
Kelompok selain bangunan boleh
Metode jumblah unit
menggunakan metode garis lurus
produksi entitas harus
atau metode saldo menurun asalkan
memilih metode penyusutan
diterapkan secara taat asas.
yang mecerminkan
ekspektasi dalam pola
penggunaan manfaat
ekonomi masa depan aset.
6. Nilai residu Nilai residu harus di-review Tidak mengakui adanya nilai residu.
minimum setiap akhir tahun
buku.
7. System Penyusutan secara Penyusutan individual
penyusutan individual,kecuali untuk
Penyusutan gabungan /grup
peralatan kecil (small tools)
boleh secara golongan
8. Aset yang boleh Semua aset tetap yang Hanya aset yang dimiliki dan
disusutkan dimiliki entitas, kecuali tanah digunakan untuk mendapatkan,
dan aset tatap yang menagih dan memelihara
memenuhi definisi properti pengahasilan yang merupakan objek
investasi. pajak tidak final.
9. Pengeluaran Disusutkan sesuai masa Disusutkan terpisah dari aset
yang dapat manfaat yang ditinjau ulang, lamanya,seolah-olah seperti aset
memperpanjang dalam hal ini jumblah dengan masa manfaat baru sehingga
mur masa mnfaat tercatat aset tetap harus akan menjadi lebih lama
ditambahkan dengan pembebanannya.
pengeluara biaya perbaikan
tersebut.

CONTOH :
PT asia adalah

PKP yang mempunyai API. Pada tanggal 17 maret 2011 PT Asia mengimpor sebuah
mesin dengan harga faktur sebesar US$ 10. Biaya angsuransi dan biaya angkut sebsar
20% dan 4% dari harga faktur.Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing -
masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Mesin tersebut juga kenakan PPN 10%.Kurs
mentri keuangan pada saat itu adalah US$=Rp.10.000.000
Selaoin itu,perusahaan juga mengeluarkan biaya pelatiahan untuk operator mesin
tersebut sebesar Rp.22.200.000 termasuk untuk biaya untuk teknisi dari Taiwan
selama melatih operator mesin tersebut.
Menurut akuntansi,mesin tersebut mempunyai ekstinasi umur 5 tahun,sementara
menurut perpajakan mesin tersebut termasuk kelompok 1.Metode penyusutan baik
menurut akuntansi maupun perpajakan adalah metode garis lurus.Pada tanggal 31
desember 2012, perusahaan memutuskan u tuk menjual aset tetapnya dengan
hargaRp.100.000.000

Diminta:
Buatlah jurnal yang dibuat PT Asia untuk perolehan aset tetap.
Buatlah jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2011oleh perusahaan dan tentukan
besarnya koreksi fiskalyang harus dilakukan.
Hitunglah laba/rugi atas penjualan aset tetapnya,baik secara akuntansi maupun perpajakan.
Buatlah jurnal atas penjualan aset tetap tersebut
Tentukan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan untuk SPT tahunan PPh.

Jawab;
Harga faktur (cost) = US$ 10,000
Biaya asuransi (insurance) :2% x US$ 10,000 =US$ 200
Biaya angkut (freight) :4% x US$ 10,000 =US$ 400
CIF (cost,insurance,freight) US$ 10,600
CIF dalam Rupiah :US$ 10,600 X Rp.10.000 =Rp.106.000.000
Bea masuk :20% x Rp.106.000.000 =Rp. 21.200.000
Bea masuk tambahan :10% x Rp.106.000.000 =Rp.10.600.000
Nilai impor mesin =Rp.137.800.000
Harga perolehan mesin =Nilai impor +biaya pelatihan
=Rp137.800.000+Rp22.200.000 =Rp.160.000.000

Jurnal perlehan mesin

Tanggal Keterangan Debet Kredit


17 Mar Mesin 160.000.000 -
2011
Pajak masukan 13.780.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.445.000 -
Kas/bank - 177.225.000

PPN Masukan =10% x Rp.137.800.000 =Rp.13.780.000


PPh 22 = 2,5% x Rp.137.800.000 =Rp.3.445.000

Jurnal penyusutan mesin pada akhir tahun 2011

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Des Beban penyusutan mesin 24.000.000
2011
Akumulasi penyusutan mesin 24.000.000

Beban penyusutan = Rp.160.000.000/5 =Rp.24.000.000


Sementara itu, perhitungan beban penyusutan untuk tahun 2011 menurut perpajakan adalah
25% x Rp.160.000.000 = Rp.33.333.33. atas perbedaan perhitungan tersebut, perusahaan tidak
peril membuat jurnal penyeuaian.
Perbedaan estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu (beda temporer) antara
perpajakan dan akuntansi. Oleh karena itu perisahaan harus melakukan koreksi negatif pada
rekonsiliasi fiskal saat pengisihan SPT tahunan sebesar Rp.33.333.333-Rp.24.000.000
=Rp9.333.333.
Laba atau rugi penjualan mesin

Keterangan Akuntansi Perpajakan


(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 160.000.000 160.000.000
Akum penyusutan (56.000.000) 73.333.333
Nila buku 104.000.000 86.666.667
Harga pasar 100.000.000 100.000.000
(rugi) laba penjualan aset ( 4.000.000) 13.333.333

Akumulasi penyusutan menurut :


Akuntansi = Rp.160.000.000 / 5 = Rp.56.000.000
Perpajakan =25% x Rp.160.000.000 / 5 = Rp.73.333.333

Jurnal penjualan mesin

Tanggal Keteranan Debet Kredit


31 Des 2012 Kas/bank 110.000.000 -
Akumulasi penyusutan mesin 56.000.000 -
Rugi penjualan mesin 4.000.000 -
Mesin - 160.000.000
PPN pasal 16D - 10.000.000

Sesuai pasal 16D UU PPN Nomor 42 tahun 2009atas penyerahaan aset oleh PKP yang menurut
tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan teruntung PPN, sepanjang PPN yang
dibayar pada

Atas perbedaan pengakuan sebesarnya laba atau rugi penjualan aset yang terjadi antara
akuntansi dan perpajakan, perusahan tidak perlu memebuat jurnal penyesuaian. Perbedaan
pengakuan laba atau rugi penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap

REVALUASI ASET TETAP


Revaluasi asset tetap ialah suatu penilaian kembali atas asset tetap yang dimiliki perusahaan sehin gga
sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revaluasi tersebut. Dalam akuntansi, revaluasi asset tetap
pada umumnya tidak diperkenankan. Hal ini disebabkan karena SAK-ETAP menganut penilaian asset
tetap berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran . namun demikian, menurut pargraf, 15.15
(2009) penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan ketentuan pemerintah. Dengan adanya
kewenangan dari pemerintahan untuk mengatur penyimpangan dari konsep biaya perolehan maka
dikeluarkan peraturan mengenai penilaian kembali asset tetap melalui PMK-79/PMK.03/2008 tanggal 23
Mei 2008 yang menggantikan KMK-486 KMK. 03/2002 tanggal 28 november 2002.

Di dalam laporan keuangan haruslah dijelaskan mengenai penyimpangan tersebut di dalam


penyajian asset tetap serta pengaruh dari penyimpangan terhadap gambaran keuangan entitas. Selisih
nilai revaluasi asset tgetap diakui dalam ekuitas dengan akun “ syrplus revaluasi asset tetap”. Akun
tersebut dalam ekuitas dengan dapat dipindahkan langsung saldo laba pada axset tersebut dihentikan
pengakuannya. Hal ini meliputu pemindahaan sekaligus “ surplus revaluasi asset tetap” pada saat
penghentiaan atau pelepasan asset tersebut. Tetapi, surplus revaluasi asset tetap dapat dipindahkan
sejalan dengan penggun aan asset oleh entitas.

Surplus revaluasi asset tetap yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan
antara juml;ah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian asset denagn jumlah penyusutan
berdasarkan biaya perolehan asset tersebut. P[emindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak
dilakukan melalui laporan laba rugi.
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga pasar ( penilaian dari jasa penilaian atau ahli penilai) xxx

Nilai tercatat asset tetap xxx

Surplus Revaluasi Asset Tetap xxx

Beberapa perbedaan antara KMK-486/KMK.03/2002 dengan PMK-79/pmk.03/2008 dijelaskan


pada tabel
No Pembanding KMK-486/KMK.03/2002 PMK-79/PMK.03/2008
( Peraturan Lama ) ( Peraturan Baru )
1 Objek revaluasi Seluruh atau sebagian aset tetap Seluruh asset tetap berwujud,
termasuk asset tetap perusaan yang termasuk tanah yang bersatus hak
sudah pernah dilakukan penilaian milik atau hak guna bangunan ; atau
kembali berdasarkan ketentuan yang
Seluruh asset tetap berwujud tidak
berlaku sebelumnya
termasuk tanah, yang terletak atau
( pasal 3 ayat ( 2)) berada di Indonesia, dimiliki dan
dipergunakan untuk mendaptkan,
Tidak ada kentuan mengenai status
menagi,dan memlihara penghasilan
kepemilikan tanah yang dapat
yang merupakan objek pajak.
revaluasi
( Pasal 3 Ayat ( 1 ))
2 Jangka waktu Penilaian kembali dapat dilakukan Penilaiaan kembali asset tetap
paling banyak satu kali dalm tahun perusaan tidak dapat dilakukan
buku yang sama ( pasal 3 ayat ( 3)) kembali sebelum lewat jangka waktu
5 tahun terhitung sejak penilaian
kembali asset tetap persahaan terakir
yang dilakuka berdasarkan PMK ini.
( pasal 3 ayat (3))
3 Batas waktu Tidak ada Penilaian kembali aset tetap perusaan
penilaian kembali dilakukan dalam jangka waktu paling
terhitung sejak lama satu tahun sejak tangkal laporan
laporan penilaian perusaan perusaan jasa penilai atau
diterbitkan . ahli penilai. ( pasal 4 ayat (3)).
4 Perhitungan PPh Atas selisih lebih penilaian kembali Atas selisih lebih penilaian kembali
final atas revaluasi diatas nilai sisah buku fiskal semula asset tetap perusaan diatas nilai sisah
aset tetap setelah dikompensasikan terlebih buku fiskal semula dikenakan PPh
(pengunaan sisa dahulu dengan nilai sisah kerugian yang bersifat final sebesar 10 %
rugi fiskal sebagai fiskal tahun – tahun sebelumnya
( pasal 5)
pengurang selisih dikenakan PPh yang bersifat final
lebih revaluasi) sebesar 10 % ( pasal 5 ayat (1)) Tidak disebutkan lagi adanya hak
untuk mengkompensasikan rugi
fiskal tahun-tahun sebelumnya
5 Hak untuk WP yang karena kondisi Perusahaan yang kondisi
mengangsur PPh keuangannya tiodak memungkinkan keuangannya tidak memungkinkan
Final yang untuk me.lunasi sekaligus dapat m untuk melunasi sekaligus PPh yang
terhutanng engangsur PPh yang terhutang terutang dan mengajukan
dengan mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling
pembayaran secara angsuran dalam lama 12 bulan sesuai ketentuan
UU KUP. Dalam hal n besarnya PPh dalam UU KUP.
lebih darai Rp. ( Pasal (6))
2.000.000.000.000 dapat
Tidak disebutkan adanya kemudahan
mengajukan permohonan
pembayaran angsuran lebih dari 1
pembayaran secara angsuran leebih
hingga 5 tahun untuk WP dengan
dari 1 tahun hingga 5 tahun kepada
PPh terutang lebih dari Rp.
Dirjen pajak.
2.000.000.000.000
( pasal 6 ayat (1)), ayat (2 ), dan ayat
(3))
6 Pengalihan aset Dalam hal WP melakukan Dalam hal perusahaan melakukan
tetap sebelum pengalihan asset tetap perusaan yang pengalihan asset tetap berupa :
berahir masa memperoleh persetujuan penilaian
Asset tetap kelompok satu dan
kembali sebelum berahirnya masa
kelompok dua yang telah
manfaat baru ( maanfaat baru, atas pengalihan memperoleh persetujuan penilaian
early divestment ) tersebut, dikenakan ta,bahan PPh kembali sebelum berahirnya masa
yang bersifat final sebesar 20 % dari manfaat baru; atau
selisih lebih penilaian kembali diatas
Asset tetap kelompok 3, kelompok 4,
nilai sisah buku fiskal semula tanpa
bangunan, dan tanah yang telah
dikonpensasikan dengan sisah
memperoleh persetujuan penilaian
kerugian fiskal tahun – tahun
kembali sebelum lewat jangka waktu
sebelumnya.
10 tahun,
( pasal 8 ayat ( 1 ))
Maka atas selisih lebih penilaian
kembali diatas nilai sisah buku fiskal
semula, dikenakan tambahan PPh
yang bersifat final dengan tarif
sebesar tarif tertinggi PPh WP badan
dalam negeri yang berlaku pada saat
penilaian kembali dikurangi 10%
(pasal 8 ayat (1)).
7 Pengalihan aset Dikecualikan dari tambahan PPh Tambahan PPh final sebesar tariff
tetap dalm rangka final sebesar 20 % ( pasal 8 ayat ( tertinggi PPh WP badan dalam negeri
pengabungan, 1)) dalam hal pengalihan aset tetpa yang berlaku pada saat penuilaian
peleburan, atau perusaan dalam rangka memenuhi kembali dikurangi 10% tidak berlaku
pemekaran usaha persyaratan penggabungan, bagi pengalihan aset tetap persuhaan
peleburan, atau pemekaran usaha dala rangka pengabungan, peleburan,
untuk tujuan perpajakan atau pemekaran usaha yang medapat
persetujuan. ( pasal 8 ayat ( 2)) huruf
Pasal 8 ayat ( 2) huruf b )
b)

PPh final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tujuan
perpajakn wajib dibayar lunas ke kas Negara dengan menggunakan SSP paling lama 15 hari
setelah tanggal terbitkanya keputusan persetujuan atau paling lama pada tanggal jatu tempo setiap
angsuran pembayaran dalam hal perusaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran secara
angsuran. Keterlembatan pelunasan PPh terutang final tersebut baik secara keseluruhan maupun
secara angsuran, maka akan dikenakan sabgsi adminitrasi berupa bunga sesuai dengan UU KUP
nomor 28 tahun 2007.
Perhitungan dapat di lakukan dengan membangdingkan :

harga pasar ( penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai ) xxx

nilai buku fiskal xxx


selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tuuan perpajakan xxx

atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tujuan perpajakan dikenai PPh yang
bersifat final sebesar 10%. Apabila perusaan melakukan pengalihan aset tetap ynag telah
dievaluasi, maka perusaan dikenai tambahan PPh yang nbersifat final, denga tariff sebesar trif
tertinggi PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.
Tambahan PPh bersifat final tersebut wajib dibayar lunas ke kas Negara paling lama 15 hari setlah
akhir bulan terjadinya pengalihan aset tetap tersebut . keterlambatan pelunasan tambahan PPh yang
bersifat final yang terutang, akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan UU KUP
Nomor 28 tahun 2007 dan peraturan pelaksaannya
Jurnal pencatatan atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Aset Tetap xxxx
Akumulasi penyusutan aset tetap xxxx
Surpulus revaluasi aset tetap
xxxx
PPh final atas revaluasi aset tetap xxxx
kas bank

xxxx

Contoh :
Tanggal 31 desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen Pajak untuk
melakukan revaluasi aset tetap yang dimilikinya. Berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi :
Tanah yamg diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp500.000.000 dan harga
revaluasi Rp. 1.000.000.000
Bangunan permanen yang diperoleh pada januari 2009 dengan harga perolehan Rp. 600.000.000
dan harga revaluasi Rp. 850.000.000 ( masa manfaat akuntansi sesuai dengan masa manfaat
perpajakan)
Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 ( masa manfaat akuntansi sesuai dengan masa
manfaat perpajakan), diperoleh pada juli 2009 dengan harga perolehan Rp. 100.000.000 dan harga
revaluasi Rp. 200.000.000
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp. 350.000.000
Rugi fiskal yang belum dikompensasikan adalah sebagai berikut
Rugi tahun 2010 Rp. 150.000.000
Rugi tahun 2009 Rp. 125.000.000
Rugi tahun 2008 Rp. 115.000.000
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan metode garis lurus.

Jawab:

Biaya perolehan tanah Rp. 500.000.000


Biaya perolehan bangunan : Rp. 600.000.000
-/- Akumulasi Penyusutan : ( Rp. 90.000.000) →Rp. 600.000.000/20 x 3
Rp. 510.000.000
Biaya petrolehan mesin Rp. 100.000.000
-/- akumulasi penyusutan ( Rp.31.250.000) → Rp. 100.000.000 x 30/(12x8)
Rp. 68.750.000

Nilai tercatat aset tetap = nilai buku fiskal Rp. 1.078.750.000


Harga pasar ( 1.000.000.000 + 850.000.000 + 200.000.000) = Rp. 2.050.000.000
Nilai tercaatat aset tetap = nilai buku fiskal = Rp. 1.078.750.000
Surplus revaluasi aset tetap = selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan
Untuk tujuan perpajakan = Rp.971 250.000
PPh final = 10 % x Rp.971.250.000 = Rp.97.125.000

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Tanah 500.000.000
Bangunan 250.000.000
Akumulasi penyusutan bangunan 90.000.000
Mesin 100.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 31.250.000
Surplus revaluasi aset tetap 971.250.000
PPh final atas revaluasi aset tetap 97.125.000
Kas/bank 97.125.000

Perlakuan perlakuan aset tetap setelah direvaluasi akan memilik nilai buku yang sama dengan nilai
pasar.nilai pasar ( nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap ) tersebit merupakan dasar
penyusutan yang baru dan mulai berlaku pada saat dilakukanya revauasi.masa maanfaat aset tetap
menjadi nol kembali atau seolah olah belum pernah disusutkan.
Ketentuan perpajakn atas revaluasi aset tetap, sebelum PMK-79/PMK.03/2008 jo. PER-
12/PJK/2002 tanggal 2 desember 2002 dan SE-08/PJ.31/2002 tanggal 4 desember 2002
Penilaian kembali aset tetap perusaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset
tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusaan jasa
penilaian atau ahli penilai yang diakui atau memperoleh ijin pemerintah.dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang dietapkan oleh perusaan jasa penilai atau ahli penilai yang diakui olh pemerintah
ternyata kemudian tidak mencerminkan keadaan yang sebernanya makan Dirjen pajak akan
mentapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang bersangkutan
Atau selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisah buku fiskal semula setelah
dikompesasikan terlebih dahulu dengan sisah kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya.berdasarkan
ketentuan pasal 6 ayat (2) UU PPh nomor 36 tahun 2008 yaitu kerugian tersebut dikompensasikan
dengan pengahsilan neto atau laba fiskal selama 5 tahun berturut turut dimulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun didaptnya kerugian tersebut, dikenakan PPh yang bersifat final sbesar
10%. Kompesasi kerugian fiskal sebgaimana dimaksud tetap harus dilakukan terlebih dahulu,
meskipun dalam tahun pajak dilakukanya penilain terdapat PhKP dari keuntungan usaha dan/atau
sumber lainnya
Contoh :
Aset tetap dibeli pada tahun 2009 dan direvaluasi pada tahun 2011. Aset tersebut termasuk dalam
kelompok satu bukan bangunan dengan masa manfaat 4 tahun. Setelah direvaluasi manfaat aset
sejak 2011 kembali menjadi 4 tahun bukan 2 tahun.
Dalam hal WP melakukan pengalihan aset tetap perusahaan yang telah memperoleh
persetujuan penilaian kembali sbelum berakhirnya masa manfaat baru kelompok aset dimaksud,
maka atas pengalihan tersebut dikenakan tambahan PPh yang bersifal final sebesar 20% dari selisih
lebihg penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan dengan sisa
kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya
Dikecualikan dari kententuan pengenaan tambahan PPh final 20% sebagaimana dimaksud
tersebut, dalam hal :
Pengalihan aset tetap perusahan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau kebijakan
pemerintahan atau keputusan pengadilan.
Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan, pengabungan, peleburan
atau pemekaran usaha untuk tujuan perpajakan.
Penarikan aset tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak
dapat diperbaiki lagi.

Você também pode gostar