Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PERTEMUAN KE VII
KELOMPOK5/KELASF
NAMA
MARIAGRASELANIO (171600078)
AYUYUSRI (171600088)
MARIAELISABETHI.SRITAN (171600069)
SUMIRASTYAM (171600165)
NURULKAMARIA (171600198)
ADIIRAWAN (171600085)
PROGRAMSTUDIAKUNTANSI
FAKULTASEKONOMIUNIVERSITAPGRIADIBUANASURABAYA
2019
Daftar isi
DaftarIsi.
DaftarTabel
IsiMateri
Rangkuman
ASET TETAP
Sewa
Akuntansi
Dalam SAK-ETAP yang di atur oleh IAI ( 2009:83-88), klasifikasi sewa adalah sebagai
berikut:
A. Sewa pembiayaan ( finance leas)
Ciri- ciri sewa pembiayaan adalah:
a) Sewa mengalikan kepemilikan aset kepada lease pada akhir masa sewa.
b) Lease mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan dengan nilai wajar pada tanggal opsi dimulai dapat
dilaksanakan sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi
memang akan di laksanakan.
c) Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak
milik tidak dialikan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur
ekonomis aset sewaan.
d) Pada awal sewa ,nilai kini dari jumlah pembayaraan sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan yaitu pembayaraan sewaaan
minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan
e) Aset sewaan bersifat khusus dan di mana hanya lease yang
dapat menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material
f)
B. Sewa oprasi ( operating lease)
C. Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)
o Sewa oprasi
Pembayaraan sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan metode garis
lurus selama masa sewa,meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam jumlah yang
tidak sama setiap priode.
o Sewa Oprasi
1. Pembayaran sewa merupakan pendapatan sewa yang harus diakui dan diukur
berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa,meskipun pembayaran sewa
mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap priode.
2. Aset yang disewakan harus disusutkan
3. Apabila aset yang yang disewakan dijual ,maka perbedaan antara nilai buku dan harga
jual harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada priode terjadinya.
Perpajakan
Dalam KMK -1169/KMK.01 /1991 dirumuskan bahwa sewa guna usaha (SGU) adalah
suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyimpanan barang modal ,baik secara SGU
dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk di
pergunakan oleh lessee selama jangaka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berskala.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2 yaitu:
A. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
Kegiataan SGU digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai
sisa baranng modal,harus dapat menutupi harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor
2. Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
golongan 1,3 tahun untuk barang modal golongan II dan III,dan 7 tahun untuk
golongan bangunan ,(SE-10/PJ.42/1994 jo. SE-129/PJ/2010).
3. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse
Ketiga kriteria diatas harus dipenuhi seluruhnya agar transaksi SGU dapat
digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi bagi perusahan pembiayaan yang ada
didalam negeri.
Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lesse adalah sebagai berikut:
Lessor Lessee
Pajak penghasilan Pajak penghasilan
Penghasilan = angsuran pokok + beban sewa = angsuran pokok +
bunga bunga
Penghasilan bukan objek PPh Beban sewa beban yang dapat
23 tetapi pengenaan pajaknya dikurangkan(deductible expenses)
dilakukan dengan perhitungan Beban sewa bukan objek PPh 23
sakhir tahun dalam SPT Tahunan.
Menurut Mansur dan Wardoyo (2004) ,SGU dengan hak opsi adalah kegiatan jasa pembiayaan,
yang berupa penyediaan kredit bagi lessee oleh lessor, maka penghasilan bagi lessor adalah
bunga yang diterima pada saat angsuran pelunasan kewajiban SGU.
Kegiatan SGU di golongkan sebagai SGU tanpa hak opsi apabila memenuhi karaktristik sebagai
berikut:
1. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang di SGU-kan ditambah keuntungan lesse .
2. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse.
Peraturan perpajakan untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessse adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah baiaya
yang dapat dikurangkan oleh penghasilan bruto
2. Lessee wajib memotong PPh 23 atas pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayarkan
atau terutang keppada lessor
3. Atas pembayaran jasa dalam transakasi SGU tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee,di
kenaikan utang PPN.
Laporan Keungan Lessor
Perlakuan perpajakan untuk SGU dengan hak opsi bagi lessor adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran SGU berupa imbalan
jasa SGU yaitu seluruh pembayaran SGU dikurangi dengan angsuran pokok.
2. Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset tetap yang di-SGU-kan dengan hak opsi.
3. Dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan,maka Dirijren Pajak
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
4. Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldon
akhir piutang.(PMK-81/PMK.03/2009).
5. Kerugian sebenarnya yang disebabkan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang gtak tertagih.
6. Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dipakai untuk
menutupi kerugian sebagimana dimaksud maka jumlah kelebihan cadangan tersebut
diperhitungkan sebagai penghasikan ,sedangkan dalam hal jumlah cadangan tersebut
tidak mencukupi maka kekurangnya diperhitungkan sebagai kerugian.
7. Atas pembayaran jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada lesse,
dikecualikan dari pengenaan PPN. Tetapi penyerahan barang dsari lessor ke lesse
dikenakan PPN.
Besarnya angsuran PPh 25 setiap bulan bagi WP SGU dengan hak opsi adalah sebesar jumlah
PPh yang terutang berdasarkan laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dibagi 12
bulan.
Peraturan perpajakn untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessor adalah sebagai berikut:
1. Seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh lessor merupakan
objek PPh.
2. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di –SGU-kan tanpa hak
opsi,sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh beserta peraturan peleksanaanya.
Berikut jurnal yang dibuat apabila SGU tidak memeiliki hak opsi atau dikategorikan sebagai
sewa –menyewa biasa :
Keterangan Debit Kredit
Kas /Bank -
xxx
PPh 23 dibayar d imuka -
Pajak pengeluaran
xxx
xxx
Penghasilan sewa -
- xxx
Contoh
PT Jocelyn membeli mesin produksi dengan cara leasing pada tanggal 11 maret 2012 dimana
pembelian ini merupakan capital lease dengan priode leasing selama 4 tahun.
Pada akhir masa leasing ada opsi pembelian dengan harga Rp2.000.000 tingkat bunga implasit
10% .pembayaran pertama dilakukan pada tanggal 11 Maret 2012.
Lessee:
Present Value (PV) leasing
= PV IFA Cicilan + PV IF nilai opsi
1 1
= [𝑐𝑖𝑐𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑥 1 − 1 + 1 ] + [𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑜𝑝𝑠𝑖 𝑥 1 − (1+𝑖)ⁿ]
(1+𝑖)ⁿ
――――――
𝑖
1 1
=[𝑅𝑝1.500.00 𝑥 1 − ( 1+0.1)ᵌ + 1] +[𝑅𝑝2.000.000 𝑥 1 − (1+0.1)4
]
――――――
0.1
Didalam lain pihak ,ada harta berwujut yang menurut akuntansi dapat disusutkjan ,tetapi
menjurut perpajakan tidak dapat dibebanka sebagai penyusutan secara keseluruhan yang dapat
pengurang penghasilan bruto dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Atas perolehan aset tersebut termasuk pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto sesuai pasal 9 ayat 1 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 ,misalnya:
a. Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak.
b. Biaya perolehan aset yang digunakan untuk memberi pengantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan PMK-83/PMK.03./2009
2. Barang modal di –SGU-kan ,baik SGU dengan hak opsi ataupun tanpa hak opsi bagi
lessee dan SGU dengan hak opsi bagi lessor
Sesuai KEP-220/PJ.2002 tentang perlakuan PPh atas pemakaian telepon seluler dan
kendaraan perusahan terdapat perlakuan PPh yang memberikan batasan-batasan tertentu
atas biaya perolehan dapat dibebankan melalui penyusutan untuk aset sebagai berikut.
1. Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekeraanya,dapat
disebabkan sebagai biaya persusahan sebesr 50% dari jumlah biaya perolehan atau
pembelian melalui penyussutan aset tetap kelompok 1,dan atas biaya berlangan
atau pengisihan ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler tersebut dapat
dibebankan sebagai biaya ruti perusahaan sebesar 50%
2. Biaya oerolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,minibus,atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahan untuk antar jemput parra
pegawai,dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahan melalui
penyusutan aset tetap kelompok 2,dan atas biaya pemeliharaan atau perbaikan
rutin kendaraan tersebut dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya rutin
perusahan.
Contoh:
Gedung dibeli pada tanggal 1 januari 2000 dengan harga sebesar Rp600.000.000.Estimasi
pemanfaat gedung tersebut menurut akuntasi adalah 30 tahun ,sedangkan menurut pajak adalah
20 tahun .Jurnal yang dibuat oleh perusahan untuk mencatat beban penyusutan gedung tersebut
pada tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Sebuah mobil boks Isuzu Panther yang dibeli pada tanggal 11 Desember 2006 dengan harga
Rp100.000.000 dengan masa manfaat 10 tahun .Pada tanggal 25 oktober 2011 perusahan
mengeluarkan Rp 20.000.000 (capital expenditure) untuk mobil boks Isuzu Panther ,dimana
pengeluaran tersebut diprediksi dapat menanbah masa manfaat 3 tahun lagi .Metode penyusutan
menurut akuntansi dan pajak adalah metode garis lurus.
Diminta :
Jawab :
3. Beban penyusutan atas mobil boks Isuzu pather menurut perpajakan adalah:
( Rp 100.000.000 x 12,5% x 10/12 ) + ( Rp20.000.000 x 2/12 ) = Rp10.840.000
Perusahan melakuak koreksi positif pada rekonsilisai fiskal saat pengisian SPT tahunan
sebesar Rp11.460.000 – Rp10.840.000 = Rp620.000
PERTUKARAN ASET TETAP
Dalam SAK-ETAPyang diatur oleh IAI (2009; 70), apabilah asset tetap diperoleh melelui
pertukaran dengan asset nonmometer atau kombinasi asset moneter dan aset nonmoneter
maka biaya perolehan diukutr dari nilai wajar kecuali :
Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial atau
Nilai wajar aset yang diterima atau asset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal maka biaya perolehan diukur pada jumblah aset yang diserahkan
Menurut penjelasan pasal 10 UU PPH Nomor 36 tahun 2008 nilai perolehan atau nilai
pejualan dalam hal terjadi tukanr menukar harta adalah jumblah yang seharusan dikeluar
atau diterima berdasarkan harga pasar. Harta yang diperoleh berdasarkan teransaksi tukar
menukar dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai penjualannya adalah jumblah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Selisi antara harga
pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan meruoakan keuntungan yang
dikenakan pajak.
CONTOH :
Tanggal 11 Agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional yaitu mombil Avanza
yan dibei pada tanggal 14 Desember 2009 ditukar dengan mobil kijang Innov. Herga pasar
mobil kijang Innova sebesr Rp.230.000.000, sisanya dibayar secara tunai melalui bank.
Mobil Avanza dibeli dengan harga Rp.150.000.000. metode penyusutan menurut pajak dan
akuntansi adalah metode garis lurus,dengan masa manfaat sama dengan PNK-
96/PMK.03/2009.
Dimintah :
1. Hitunglah laba/rugi atas pertukaran, secara akuntansi maupun perpajaka.
2. Buatlah jurnal atas pertukaran aset tersebut.
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisihan SPT.
Jawab :
1. Laba atau Rugi pertukaran aset tetap
Keterangan Akuntansi Perpajakan
(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 150.000.000 150.000.000
Akum penyusutan (31.250.000) (31.250.000)
Nilai buku 118.750.000 118.750.000
Harga pasar aset lama 100.000.000 100.000.000
Rugi asset lama 18.750.000 18.750.000
CONTOH:
Sebuah mobil boks yang dibelih perusahan pada tanggal 12 juli 2010 dengan harga Rp
48.000.000.estimasi masa manfaat mobil boks menurit akuntansi adalah 6 Tahun,sedangkan
menurut perpajaka adalah 8 Tahun.pada Tanggal 31 Desember 2011,mobil boks tersebut dijual
dengan harga 40.000.000. metode penyusutan menurut akuntansi dan perpajakn adalah metode
garis lurus.
Diminta:
1. Hitunglah laba/rugi atas penjualan mobil boks, secara akuntansi maupun perpajakan.
2. Buatlah jurnal atas penjualan atas aset tersebut .
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT tahunan
Jawab:
1. Laba atau rugi penjualan mobil boks
Keterangan Akuntansi Perpajakan
(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 48.000.000 48.000.000
Akum penyusutan (12.000.000) (8.500.000)
Nilai buku 36.000.000 39.5000.000
Harga pasar 40.000.000 40.000.000
Laba pejualan aset 4.000.000 500.000
Akumulasi penyusutan menurut:
Sesuai pasal 16D UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 atas penyerahan aset oleh PKP yang menurut
tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN, sepanjang PPN yang
dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
3. Atas perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara akuntansi dan
perpajakan, maka perusahaan tidak perlu membuat jurnal peyesuaian. Perbedaan
pengakuan besrnya laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap (beda
permanen) antar perpajakan dan akuntansi. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan
koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisihan SPT Tahunan sebesar
Rp.4.000.000-Rp.500.000=Rp.3.500.000
CONTOH :
PT asia adalah PKP yang mempunyai API. Pada tanggal 17 maret 2011 PT Asia
mengimpor sebuah mesin dengan harga faktur sebesar US$ 10. Biaya angsuransi dan
biaya angkut sebsar 20% dan 4% dari harga faktur.Tarif bea masuk dan bea masuk
tambahan masing -masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Mesin tersebut juga kenakan
PPN 10%.Kurs mentri keuangan pada saat itu adalah US$=Rp.10.000.000
Selain itu,perusahaan juga mengeluarkan biaya pelatiahan untuk operator mesin tersebut
sebesar Rp.22.200.000 termasuk untuk biaya untuk teknisi dari Taiwan selama melatih
operator mesin tersebut.
Menurut akuntansi,mesin tersebut mempunyai ekstinasi umur 5 tahun,sementara
menurut perpajakan mesin tersebut termasuk kelompok 1.Metode penyusutan baik
menurut akuntansi maupun perpajakan adalah metode garis lurus.Pada tanggal 31
desember 2012, perusahaan memutuskan u tuk menjual aset tetapnya dengan
hargaRp.100.000.000
Diminta:
1. Buatlah jurnal yang dibuat PT Asia untuk perolehan aset tetap.
2. Buatlah jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2011oleh perusahaan dan
tentukan besarnya koreksi fiskalyang harus dilakukan.
3. Hitunglah laba/rugi atas penjualan aset tetapnya,baik secara akuntansi maupun
perpajakan.
4. Buatlah jurnal atas penjualan aset tetap tersebut
5. Tentukan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan untuk SPT tahunan PPh.
Jawab;
1. Harga faktur (cost) = US$ 10,000
Biaya asuransi (insurance) :2% x US$ 10,000 =US$ 200
Biaya angkut (freight) :4% x US$ 10,000 =US$ 400
CIF (cost,insurance,freight) US$ 10,600
CIF dalam Rupiah :US$ 10,600 X Rp.10.000 =Rp.106.000.000
Bea masuk :20% x Rp.106.000.000 =Rp. 21.200.000
Bea masuk tambahan :10% x Rp.106.000.000 =Rp.10.600.000
Nilai impor mesin =Rp.137.800.000
Harga perolehan mesin =Nilai impor +biaya pelatihan
=Rp137.800.000+Rp22.200.000 =Rp.160.000.000
Sementara itu, perhitungan beban penyusutan untuk tahun 2011 menurut perpajakan
adalah 25% x Rp.160.000.000 × 10⁄12 = Rp.33.333.33. atas perbedaan perhitungan
tersebut, perusahaan tidak peril membuat jurnal penyeuaian.
Perbedaan estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu (beda temporer)
antara perpajakan dan akuntansi. Oleh karena itu perisahaan harus melakukan koreksi
negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisihan SPT tahunan sebesar Rp.33.333.333-
Rp.24.000.000 =Rp9.333.333.
3. Laba atau rugi penjualan mesin
Keterangan Akuntansi Perpajakan
(Rp) (Rp)
Biaya perolehan 160.000.000 160.000.000
Akum penyusutan (56.000.000) 73.333.333
Nila buku 104.000.000 86.666.667
Harga pasar 100.000.000 100.000.000
(rugi) laba penjualan aset ( 4.000.000) 13.333.333
Sesuai pasal 16D UU PPN Nomor 42 tahun 2009atas penyerahaan aset oleh PKP yang
menurut tujuan semula aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan teruntung PPN,
sepanjang PPN yang dibayar pada
5. Atas perbedaan pengakuan sebesarnya laba atau rugi penjualan aset yang terjadi antara
akuntansi dan perpajakan, perusahan tidak perlu memebuat jurnal penyesuaian.
Perbedaan pengakuan laba atau rugi penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap
PPh final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tujuan
perpajakn wajib dibayar lunas ke kas Negara dengan menggunakan SSP paling lama 15 hari setelah
tanggal terbitkanya keputusan persetujuan atau paling lama pada tanggal jatu tempo setiap angsuran
pembayaran dalam hal perusaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran secara angsuran.
Keterlembatan pelunasan PPh terutang final tersebut baik secara keseluruhan maupun secara
angsuran, maka akan dikenakan sabgsi adminitrasi berupa bunga sesuai dengan UU KUP nomor 28
tahun 2007.
Perhitungan dapat di lakukan dengan membangdingkan :
harga pasar ( penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai ) xxx
selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tuuan perpajakan xxx
atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusaan untuk tujuan perpajakan dikenai PPh
yang bersifat final sebesar 10%. Apabila perusaan melakukan pengalihan aset tetap ynag telah
dievaluasi, maka perusaan dikenai tambahan PPh yang nbersifat final, denga tariff sebesar trif
tertinggi PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.
Tambahan PPh bersifat final tersebut wajib dibayar lunas ke kas Negara paling lama 15 hari
setlah akhir bulan terjadinya pengalihan aset tetap tersebut .keterlambatan pelunasan tambahan
PPh yang bersifat final yang terutang, akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai
dengan UU KUP
Nomor 28 tahun 2007 dan peraturan pelaksaannya
Jurnal pencatatan atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Aset Tetap xxxx
Akumulasi penyusutan aset tetap xxxx
Surpulus revaluasi aset tetap xxxx
PPh final atas revaluasi aset tetap xxxx
kas bank xxxx
Contoh :
Tanggal 31 desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen Pajak untuk
melakukan revaluasi aset tetap yang dimilikinya. Berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi :
1. Tanah yamg diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp500.000.000 dan
harga revaluasi Rp. 1.000.000.000
2. Bangunan permanen yang diperoleh pada januari 2009 dengan harga perolehan Rp.
600.000.000 dan harga revaluasi Rp. 850.000.000 ( masa manfaat akuntansi sesuai
dengan masa manfaat perpajakan)
3. Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 ( masa manfaat akuntansi sesuai
dengan masa manfaat perpajakan), diperoleh pada juli 2009 dengan harga perolehan Rp.
100.000.000 dan harga revaluasi Rp. 200.000.000
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp. 350.000.000
Rugi fiskal yang belum dikompensasikan adalah sebagai berikut
Rugi tahun 2010 Rp. 150.000.000
Rugi tahun 2009 Rp. 125.000.000
Rugi tahun 2008 Rp. 115.000.000
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan metode garis lurus.
Jawab:
Biaya perolehan tanah Rp. 500.000.000
Biaya perolehan bangunan : Rp. 600.000.000
-/- Akumulasi Penyusutan : ( Rp. 90.000.000) →Rp. 600.000.000/20 x 3
Rp. 510.000.000
Biaya petrolehan mesin Rp. 100.000.000
-/- akumulasi penyusutan ( Rp.31.250.000) → Rp. 100.000.000 x 30/(12x8)
Rp. 68.750.000
Perlakuan perlakuan aset tetap setelah direvaluasi akan memilik nilai buku yang sama dengan
nilai pasar.nilai pasar ( nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap ) tersebit merupakan dasar
penyusutan yang baru dan mulai berlaku pada saat dilakukanya revauasi.masa maanfaat aset
tetap menjadi nol kembali atau seolah olah belum pernah disusutkan.
Ketentuan perpajakn atas revaluasi aset tetap, sebelum PMK-79/PMK.03/2008 jo. PER-
12/PJK/2002 tanggal 2 desember 2002 dan SE-08/PJ.31/2002 tanggal 4 desember 2002
Penilaian kembali aset tetap perusaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusaan jasa
penilaian atau ahli penilai yang diakui atau memperoleh ijin pemerintah.dalam hal nilai pasar
atau nilai wajar yang dietapkan oleh perusaan jasa penilai atau ahli penilai yang diakui olh
pemerintah ternyata kemudian tidak mencerminkan keadaan yang sebernanya makan Dirjen
pajak akan mentapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang bersangkutan
Atau selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisah buku fiskal semula setelah
dikompesasikan terlebih dahulu dengan sisah kerugian fiskal tahun-tahun
sebelumnya.berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2) UU PPh nomor 36 tahun 2008 yaitu kerugian
tersebut dikompensasikan dengan pengahsilan neto atau laba fiskal selama 5 tahun berturut turut
dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didaptnya kerugian tersebut, dikenakan PPh yang
bersifat final sbesar 10%. Kompesasi kerugian fiskal sebgaimana dimaksud tetap harus dilakukan
terlebih dahulu, meskipun dalam tahun pajak dilakukanya penilain terdapat PhKP dari
keuntungan usaha dan/atau sumber lainnya
Contoh :
Aset tetap dibeli pada tahun 2009 dan direvaluasi pada tahun 2011. Aset tersebut termasuk dalam
kelompok satu bukan bangunan dengan masa manfaat 4 tahun. Setelah direvaluasi manfaat aset
sejak 2011 kembali menjadi 4 tahun bukan 2 tahun.
Dalam hal WP melakukan pengalihan aset tetap perusahaan yang telah memperoleh
persetujuan penilaian kembali sbelum berakhirnya masa manfaat baru kelompok aset dimaksud,
maka atas pengalihan tersebut dikenakan tambahan PPh yang bersifal final sebesar 20% dari
selisih lebihg penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan
dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya
Dikecualikan dari kententuan pengenaan tambahan PPh final 20% sebagaimana dimaksud
tersebut, dalam hal :
a. Pengalihan aset tetap perusahan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan pemerintahan atau keputusan pengadilan.
b. Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan, pengabungan,
peleburan atau pemekaran usaha untuk tujuan perpajakan.
c. Penarikan aset tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang
tidak dapat diperbaiki lagi.