Você está na página 1de 7

Aku tamat dari sekolah dan pesantren penuh duka,

Di situ tak kutemukan kehidupan,


Tidak pula cinta,
Tak kutemukan hikmah, dan tidak pula kebijaksanaan.
Guru-guru sekolah adalah orang-orang yang tak punya nurani,
Mati rasa, mati selera,
Dan kyai-kyai adalah orang-orang yang tak punya himmah,
Lemah cita, miskin pengalaman.

Sajak ini merupakan kritikan Muhammad Iqbal yang dilontarkan kepada sistem pendidikan
Barat dan sistem pendidikan Islam tradisional. Dia memandang bahwa sistem pendidikan
Barat itu lebih cenderung kepada materialisme. Kecenderungan ini pada gilirannya akan
merusak nilai-nilai spiritual manusia yang lebih tinggi. Pendidikan Barat dalam pandangan
Iqbal kiranya hanya dapat mencetak manusia menjadi out put yang memiliki intelektual tinggi,
tapi pendidikan ini tidak menaruh perhatian yang besar terhadap hati nurani anak didik. Sistem
pendidikan seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang tidak seimbang antara aspek lahiriah dengan aspek batiniah.
Beberapa pemikiran penting Muhammad Iqbal.
 Socrates memusatkan perhatiannya kepada alam manusia semata. Baginya, kajian
yang tepat mengenai manusia adalah manusia itu sendiri dan bukan tentang alam
tumbuh-tumbuhan, serangga, dan bintang-bintang. Betapa beda dengan semangat Al-
Qur’an, yang memandang lebah yang sederhana sebagai salah satu penerima wahyu
Ilahi, serta selalu menyeru pembaca agar mengamati perubahan angina yang terus
meneru, pergantian siang dan malam, awan, langit berbintang, serta planet-planet
yang bergerak melintasi ruang angkasa tak bertepi.
 Sebagai seorang murid Socrates yang setia, Plato memandang rendah pencerapan
indrawi, yang menurut pandangan hanya menghasilkan pendapat (opini) dan bukan
pengetahuan yang sebenarnya. Betapa berbedanya dengan Al-Qur’an, yang
memandang pendengaran dan penglihatan sebagai anugrah Ilahi yang paling
berharga dan menyatakan keduanya bahwa keduanya dimintai tanggung jawab oleh
Tuhan atas segala kegiatan mereka di dunia ini. Hal inilah yang luput dari kajian para
sarjana Muslim awal akibat pesona spekulasi klasik. Mereka membaca Al-Qur’an
dengan cahaya pemikiran yunani.
 Tujuan pokok Al-Qur’an adalah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri
manusia terkait berbagai relasinya dengan Tuhan dan alam semesta. Aspek pokok
ajaran Al-Qur’an inilah yang menyebabkan Goethe tatkala memberikan tinjauan umum
soal Islam sebagai kekuatan yang mendidik berkata pada Eckermann: “Lihatlah
bagaimana ajaran ini (Islam) tidak pernah gagal; dengan segala sistem yang ada pada
kita, kita tidak dapat melangkah, dengan secara umum kita bisa mengatakan, tidak
seorang pun yang dapat melangkah lebih jauh dari itu”.
 Muhammad Iqbal menganggap zakat yang hukumnya wajib dalam Islam, memiliki
posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil. Beliau pun tidak dapat
menerima kapitalisme dan imperialisme barat. Barat menurut penilaiannya amat
dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus
diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya. Bagi Iqbal materialisme
merusak nilai-nilai yang lebih tinggi.

Review Buku Muhammad Iqbal Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam

1. KEHIDUPAN ALAM SEMESTA

Ad-Dukhan 38-39 : Diciptakan tidak main-main

"Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya." (QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 38)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal," (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191)

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan Bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-
utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing
(ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fatir 35: Ayat 1)

"Katakanlah, Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan


(makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 20)

Kesimpulan :

Allah menciptakan alam semesta beserta isinya ini tidak main-main. Allah punya
TargetNya dan KepentinganNya dalam kaitannya dengan seluruh apa yang diciptakannya.
Artinya semua ciptaan Allah pasti ada sisi kemanfaatannya.

Manusia punya peran menjadi Khalifatulloh yakni yang memakmurkan bumi.


Bagaimana caranya? Manusia harus bisa mengaitkan seluruh benda yang dilihatnya ke Allah
setelah itu ia juga harus berfikir bagaimana mendayagunakannya demi kemaslahatan orang
banyak. Itulah Ulil Amri. Itulah tafakkur. Berfikir sambil merenung.

Maka ayat pada Q.S. Ali Imron 191. Itu adalah akibat setelah ia menemukan
kemanfaatan dari apa yang ia fikirkan kemudian ia kaitkan kepada Allah lalu ia menemukan
sisi manfaatnya. Ingat Allah dalam kondisi apapun baik itu melihat benda, peristiwa, ataupun
kejadian alam ini pun sepanjang waktu siang dan malam dalam kondisi duduk, berdiri dan
berbaring.

2. MANUSIA

Toha 122 : Pilihan Tuhan

Al- Baqarah 30 : Wakil Tuhan

Al- Ahdzab 72 : Pengemban Amanah ( Kebebasan + Resiko )

Kesimpulan :

Manusia adalah makhluk teristimewa ciptaan Tuhan. Artinya semua manusia apapun
itu strata sosialnya, kedudukannya, pekerjaannya, sukunya, adatnya atau apapun saja aslinya
manusia itu sudah dipilih. Diamanati oleh Tuhan. Untuk apa ? Untuk mewakili Tuhan
memakmurkan bumi maka manusia disebut Kholifatulloh.

Drama manusia yang akhirnya dipilih ternyata metafora sekali, Allah menawarkan
tugas itu kepada Bumi, Gunung dan sebagainya tetapi mereka enggan memikulnya karena
tahu bahwa amanat ini amat berat. Tetapi manusia berani memanggulnya. Dan sindiran Allah
pun tegas bahwa manusia itu dzolim dan bodoh. Hal ini justru pesannya menjadi terbalik
artinya kalau kita memegang amanat itu yang juga punya hak memilih dan risiko ( pahala dan
dosa ) maka bekal kita adalah jangan bodoh dan jangan dzolim.

Berarti manusia bukan makhluk yang statis. Ia adalah makhluk yang dinamis dan
berkembang yang jika dijabarakan kedinamisan ini harus mengarah ke hal yang lebih baik.
Hijrah terus menerus ke hal yang lebih baik lagi dan lagi. Belajar terus menerus.

3. MANUSIA : AKTUS DAN POTENSIA

Dunia Barat dari sisi Sains memang luar biasa tetapi hanya naturalisme mutlak (Hanya
mengandalkan rasio belaka) yang jangan dikira hanya mengandalkan rasio ini bagus justru
akan memunculkan eternal recurrence (keterulangan abadi) yang akhirnya membuat manusia
layaknya robot yang justru mengabaikan batin sehingga munculah materialistik. Akhirnya
diranah psikisnya Orang yang hanya mengandalkan rasio akan konflik terbuka dengan dirinya
sendiri. Efek parahnya adalah orang demikian akan egois, rakus dan kerja keras yang goalnya
hanya dunia. Cara pandang demikian ini Ibaratnya hanya Lari Sprint tetapi mereka lupa bahwa
harusnya pemikiran dan cara pandang hidup kita adalah lari marathon. Harus punya
pandangan yang jauh sampai ke akhirat. Efek Marathon adalah manusia akan percaya diri,
tidak mudah stress dan selalu optimis dalam hidup.

Dunia Timur juga punya kelemahan, walau sudah berfikir secara marathon tetapi
kepengin instan. Fokusnya mistikisme atau menciptakaan kesetiaan baru terhadap
nasionalisme dan patriotisme secara berlebihan akhirnya berfikirnya tidak logis dan juga anti
kebudayaan. Atau jika dijabarkan secara sederhana sepertinya banyak yang salah sangka
dengan takdir. Apa yang ia sangka takdirnya padahal belum tentu takdirnya menurut Allah.
Kepasrahan akut, kemalasan, keminderan dan juga kedzoliman dibilangnya takdir padahal itu
hanyalah pelarian saja dari kemauan untuk bekerja keras, berfikir cerdas dan juga penguatan
Iman. Inilah kesalahan memaknai takdir.

Sebab Kemunduran Islam bisa berasal dari Gerakan Rasionalisme (Hanya


mengandalkan rasio) kalau di Islam munculnya gerakan Liberal yang memunculkan gagasan-
gagasan baru atau memancing persoalan tanpa memikirkan solusinya. Sibuk debat, berbicara
kontroversi, atau menambah ide baru tanpa pernah difikirkan solusinya. Kurang produktif. Efek
selanjutnya adalah Kelompok Konservatif akan semakin responsif dengan gerakan
Rasionalisme sehingga kelompok ini semakin defensive. Mentalnya menjadi pesimis misalnya
ungkapan tidak apa-apa di dunia sengsara yang penting di akherat sukses. Mengapa kita
putus asa? Seharusnya mental kita adalah di dunia harus sukses dan di akherat juga harus
sukses. Mental defensive ini juga memunculkan pemahaman bahwa orang tersebut putus asa
dengan kebaikan. Sehingga melawan keburukan dengan keburukan. Jika diibaratkan oleh Al
Ghozali adalah Orang ingin mencuci pakaian tetapi menggunakan air kencing. Mental
demikian menandakan bahwa ia sudah kadung putus asa dengan kebaikan. Efeknya adalah
kejahatan ia lawan dengan kejahatan yang ia sangka itu kebaikan.

Efek besar dari konservatif devensif adalah masyarakat diorganisasikan secara besar,
semuanya diatur sedemikian rupa. Mulai cara berpakaian sampai cara kegiatan lainnya diatur
hal ini akan menghilangkan sifat indufidualisme yang kreatif. Hal ini pun justru telah mematikan
proses ijtihad. Manusia akan kaku dan terlalu formalistik.

Sebab lainnya adalah munculnya asketisme yakni orang yang menghilangkan jati
dirinya dan melarikan diri dari dunia. Ibaratnya Orang mencari Tuhan setelah menemukan
Tuhan ia lupa dengan dunia dan tidak mau berusaha memperbaiki dunia. Padahal Nabi
Muhammad SAW setelah ke Sidratul Muntaha adalah kembali ke dunia dan berusaha
memperbaiki dunia. Jika diambil gagasannya adalah Manusia yang lulus secara HambaAllah
dan juga Khalifatulloh. Jika di sufi ada pandangan Pantheistik yang menghilangkan individu
dan tidak mau mengurusi dunia. Ibaratnya ia sudah menjadi Allah padahal Allah menyuruh
kita sebagai Khalifatulloh.

4. EVOLUSI KEHIDUPAN KEAGAMAAN

Iman menurut Iqbal dalam hal keagamaan adalah tahap awal dari tiga masa kehidupan
keagamaan yaitu Iman ( Faith ), Berfikir ( Thought ), dan Menemukan ( Discovery ). Ketiga
masa kehidupan keagamaan ini tidaklah bisa berdiri sendiri semuanya saling mendukung dan
bertahap. Jika mandeg dalam Iman akan menghilangkan indifidualitas maka dengan bekal
dasar rasionalitasnya manusia akan mengenali kekurangan dan kelebihan realitas dan akan
menyadari adanya bentuk tertinggi akal yaitu intuisi yang dengannya ia akan menemukan
realitas mutlak. Dengan demikian penemuan Tuhan tidak memutus jaringan-jaringan logis.

Merasionalkan iman bukan berarti menganggap filsafat lebih unggul dari agama justru
hal ini akan membuat akal menemukan kebenaran dan agama akan semakin kuat. Dengan
berfilsafat yang bertumpu pada keagamaan hal ini akan menambah keyakinan kepada agama
jauh lebih kuat.

Pencarian landasan rasional ini dalam Islam bisa dianggap bermula dari Nabi
Muhammad SAW yang berdo'a : Tuhan singkapkanlah kepadaku hakikat tertinggi segala
sesuatu ( Allahumma Arina Al Asyya' Kama Hiya )

Kebanyakan manusia tidak akan percaya diceritakan sesuatu pasti dalam akalnya ia
akan mencari buktinya. Ini bukan berarti ragu-ragu tetapi jika digarisbesarkan adalah Iman
kemudian analisis dan akhirnya Iman yang lebih kuat.

5. PIKIRAN TERBATAS ?

Gagasan yang mengatakan bahwa pemikiran itu terbatas sehingga dianggap tidak bisa
menjangkau yang tak terbatas adalah berdasarkan kekeliruan tentang gagasan fikiran dalam
pengetahuan. Padahal setiap fikiran menemukan hal yang baru ia sudah melewati batas
fikirannya yang semula. Artinya fikiran tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam lingkaran sempit
indifidualitas seseorang. Bahkan semua sains dan penemuan berawal dari fikiran yang
direalisasikan dengan perbuatan. Bahkan daya fikir manusia jauh lebih jauh dari indifidualisme
seseorang. Bahkan akal pun jika diteruskan bisa nyambung ke intuisi, ilham sampai Nur
Muhammad. Akal bisa sampai ke yang tak terbatas sebab akal berasal dari yang tak terbatas
yang mengungguli indifidu-indifidu.

6. ANTI ESENSIALISME

Adalah manusia merupakan pembuat nasibnya sendiri. Tidak ada yang universal
dalam kehidupan ini sebab kehidupan realitas adalah proses evolusioner dan bertujuan.
Artinya setiap saat manusia akan berubah. Ibaratnya kita berucap Hidup saat kita berkata Dup
dengan sendirinya Kata Hi sudah menjadi masa lalu. Kita adalah sekarang ini artinya apa yang
kita eksistensial maka itulah diri kita. Hal ini akan membuat kita menjadi manusia yang sadar
dengan kemanusiaannya yang bebas tetapi bertanggungjawab dengan perannya sebagai
manusia. Artinya setiap individu harus menemukan makna hidup dalam pengalamannya
sendiri.

7. EGO / KHUDI

Ego secara harfiah berarti diri "self". Secara garis besar ego adalah kemandirian,
personalitas dan individualitas. Ciri ego adalah kesendirian yang esensial. Misalnya :
Nikmat, sehat, sakit itu khas milik indifidu. Mungkin dokter tahu kita sakit tetapi yang bisa
merasakan sakit tetap diri kita. Kita harus bisa menemukan siapa diri kita. Apa passion kita.
Apa bakat kita. Lalu setelah kita menyadari ego kita maka kita harus fokus dan telaten disitu
sampai kita menjadi ahli.

Sifat Dasar ego adalah kebebasan dan kreatifitas. Dua hal ini sangat dianjurkan dalam
Islam sebab terutama karena dua hal : Berakhirnya risalah dan mandegnya ijtihad. Umat islam
butuh manusia yang berfikir bebas dan berfikir kreatif. Dua hal ini setubuh sebab bebas tanpa
kreatif adalah kosong sedangkan kreatif pasti juga butuh kebebasan.

Setelah kita menyadari keegoan kita. Setelaah kita menyadari passion kita. Setelah
kita menyadari bakat kita. Maka kita harus memiliki Variabel Ego yakni Sifat Percaya diri,
Sifat Menghargai diri, Sifat Yakin kepada diri, Sifat Menjaga diri dan Sifat Penegasan
Diri. Didalam perjuangan bakat dan passion kita maka variable ego harus dikuatkan terus
menerus

8. PENGUAT DAN PELEMAH EGO

Untuk memperkuat Ego ada enam yakni cinta ( isyq), Faqr, Semangat dan Keberanian,
Toleransi (Tenggang Rasa), Kasb al-halal (Berusaha yang Halal) dan Bekerja Orisinil serta
kreatif.
Faktor-faktor yang melemahkan ego manusia dan menjadikannya manusia yang buruk
yaitu 1. rasa takut dan kurang pede, 2. Sual atau meminta-minta atau bergantung terhadap
orang lain, 3. Slavery (Diatur-atur orang), 4. Rasa bangga terhadap bibit bebet bobot secara
membabi buta.

9. EGO DAN BUTUH BERMASYARAKAT

Ego itu hanya dapat berkembang baik jika tidak menyendiri tetapi harus bergaul
dengan ego-ego yang lain yakni kita butuh bermasyarakat. Kegiatan-kegiatan pribadi yang
ditujukan kepada kegiatan sosial akan saling menguntungkan karena ego secara individu tidak
akan mencapai kemungkinan-kemungkinan yang lebih luhur kecuali melibatkan ego dengan
tujuan-tujuan sosial. Itu Artinya ego harus melebur dalam kegiatan bermasyarakat. Jadi,
manusia harus ambil kontribusi positif dan produktif dalam masyarakat

10. EVOLUSI EGO MENUJU INSAN KAMIL

Ego bisa menuju Insan Kamil dengan cara : ia patuh kepada hukum ( Di Luar diri), atau
mengontrol diri sebagai bentuk tertinggi dari kesadaran diri ( Di dalam diri), akhirnya manusia
akan menyadari bahwa ia wakil Tuhan di dunia sebagai cita-cita utama dari manusia sempurna
( Khalifatulloh )

Bangkitlah!
Dan pikullah amanat di atas pundakmu,
Hembuskan panas nafasmu di atas kebun ini,
Agar harum-haruman narwasatu meliputi segala. Janganlah!
Jangan pilih hidup bagai nyanyian ombak,
Hanya bernyanyi ketika terhempas di pantai!
Tapi, jadilah kamu air bah!
Menggugah dunia dengan amalmu

Você também pode gostar