Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The
International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah kematian wanita yang terjadi
pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya, akan
tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan.
Angka kematian maternal dan angka kematian bayi merupakan ukuran bagi
kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan
ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan indikator yang mencerminkan
status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan
melahirkan.
Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Anak termasuk Angka Kematian Bayi
dan Angka Harapan Hidup waktu lahir telah ditetapkan sebagai indikator – indikator
derajat kesehatan dalam Indonesia Sehat 2010.Kematian maternal merupakan masalah
kompleks yang tidak hanya memberikan pengaruh pada para wanita saja, akan tetapi
juga memengaruhi keluarga bahkan masyarakat sekitar. Kematian maternal akan
meningkatkan risiko terjadinya kematian bayi. Kematian wanita pada usia reproduktif
juga akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan dan dapat menyebabkan
kemunduran perkembangan masyarakat, karena wanita merupakan pilar utama dalam
2 keluarga yang berperan penting dalam mendidik anak , memberikan perawatan
kesehatan dalam keluarga dan membantu perekonomian keluarga.
Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
AKI sebesar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat tajam dari tahun 2007
yang sudah mencapai 228. AKI di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan Negara
lain di ASEAN seperti di Singapore hanya 6/ 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33/
100.000 kelahiran hidup, Filipina 112/100.000 kelahiran hidup ( Depkes RI, 2012).
Penyebab kematian ibu sangat beragam, tetapi di Indonesia masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan
Infeksi ( Depkes RI, 2015).
Hasil beberapa penelitian yang berhubungan dengan faktor risiko kematian
maternal di Indonesia maupun di negara lain menunjukkan bahwa kematian maternal
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang berhubungan dengan faktor ibu, faktor status
reproduksi, faktor yang berhubungan dengan komplikasi obstetrik, faktor yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan, faktor sosial ekonomi dan faktor sosial
budaya.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia tahun 2001
menunjukkan bahwa 89,5% kematian maternal di Indonesia terjadi akibat komplikasi
kehamilan, persalinan dan masa nifas dan 10,5% terjadi karena penyakit yang
memperburuk kondisi ibu.( Hasil SKRT tahun 2001) menunjukkan bahwa proporsi
kematian maternal tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lebih dari 34 tahun dan
melahirkan lebih dari tiga kali (18,4%).Kasus kematian maternal terutama terjadi akibat
komplikasi perdarahan (34,3%), keracunan kehamilan (23,7%) dan infeksi pada masa
nifas (10,5%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah perdarahan post partum
(18,4%). Kasus kematian karena penyakit yang memperburuk kesehatan ibu hamil,
terbanyak adalah penyakit infeksi (5,6%). Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menekan angka kematian maternal. WHO pada tahun 1999 memprakarsai program
Making Pregnancy Safer (MPS), untuk mendukung negara – negara anggota dalam
usaha untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan maternal akibat komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas. MPS merupakan 5 komponen dari prakarsa Safe
Motherhood yang dicanangkan pada tahun 1987 oleh WHO untuk menurunkan
kematian maternal, namun demikian angka kematian maternal di dunia masih tinggi.
Berbagai konferensi dunia yang diselenggarakan untuk membahas tentang
kematian maternal telah banyak dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan strategi
menurunkan kematian maternal, mulai dari konferensi tentang kematian ibu di Nairobi,
Kenya tahun 1987, World Summit for Children di New York tahun 1990, The
International Conference on Population and Development (ICPD) pada tahun 1994
sampai dengan yang terakhir The Millenium Summit in 2000, dimana semua anggota
PBB berkomitmen dengan Millenium Development Goals untuk menurunkan tiga
perempat angka kematian maternal pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa
masalah kematian maternal merupakan permasalahan masyarakat global yang menjadi
prioritas utama.
Upaya penurunan angka kematian maternal di Indonesia telah banyak
dilakukan. Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya Safe Motherhood
dinyatakan sebagai empat pilar Safe Motherhood, yaitu pelayanan Keluarga Berencana,
pelayanan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial.
Departemen Kesehatan mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau minimal
didampingi oleh bidan dan pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu
hamil. Target yang ingin dicapai dengan adanya program Safe Motherhood yang
dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1988 adalah penurunan angka
kematian maternal menjadi 225 per 100.000 KH pada tahun 2000. Selanjutnya dengan
dicanangkannya Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman (Making Pregnancy Safer)
pada tahun 2000 maka target penurunan angka kematian maternal pada tahun 2010
adalah 125 per 100.000 KH, dan pada tahun 2015 diharapkan angka kematian maternal
telah mencapai 80 per 100.000 KH. Dalam perkembangannya, penurunan angka
kematian maternal yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Upaya menurunkan
angka kematian maternal di Indonesia telah dilakukan, antara lain dengan penempatan
bidan di desa sebagai bentuk kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan status
kesehatan ibu, terutama untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu,
dikembangkannya sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS – KIA), serta dilakukannya kerjasama lintas sektoral antara lain dengan
pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera
(GRKS).
Data terakhir AKI berada pada posisi 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB
34/1000 kelahiran hidup. Angka ini lebih memprihatinkan apabila dilihat dari jumlah
riil kematian ibu dan bayi. Kematian bayi, khususnya komponen neonatus memberi
kontribusi kematian yang cukup besar yaitu kurang lebih sebesar 40% dan komponen
ini sangat terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Situasi ini membuat program Kesehatan Ibu dan Bayi harus melaksanakan
upaya akselerasi dalam pelayanan persalinan dan komplikasinya karena hampir semua
ibu hamil sudah kontak dengan tenaga kesehatan pada saat mereka mendapatkan
pelayanan antenatal pertama kali. Angka capaian tahun 2011 menunjukkan Kunjungan
Pertama Antenatal (K1) mencapai 95%. Sayangnya belum semua ibu tersebut
mendapatkan pelayanan Antenatal berkualitas, mengingat angka kunjungan antenatal
minimal 4 kali (K4) lebih kecil yaitu 89% dan belum semua ibu hamil mendapatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil (Pn. 84%), serta masih cukup
banyak yang melahirkan dirumah. Hal ini cukup memprihatinkan padahal pemerintah
telah meluncurkan program dengan tujuan “universal coverage” yang artinya pelayanan
persalinan bagi semua ibu hamil.
Selayaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah sebanyak mungkin, namun
pada kenyataannya angka menunjukkan bahwa kematian menurun sangat lambat dan
data menunjukkan bahwa semakin banyak kematian terjadi di rumah sakit, bahkan di
beberapa provinsi jumlah tersebut sangat meningkat, walau-pun mungkin merupakan
rujukan tidak berkualitas. Hal ini dapat diakibatkan karena pelayanan di tingkat institusi
pelayanan belum prima ataupun terjadi keterlambatan pelayanan rujukan ibu dan BBL
/neonatus yang mengakibatkan terlambat datang di fasilitas pelayanan rujukan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengembangan sistem
kegawatdaruratan maternal dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
maternal
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengembangan sistem kegawatdaruratan maternal
b. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas maternal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu keluaran dari Program EMAS yaitu berfungsinya Sistem Rujukan
Kegawat-daruratan Ibu dan BBL (Neonatal) yang efektif, efisien dan
berkeadilan di semua kabupaten yang di fasilitasi yaitu 10-30 kabupaten selama 5
tahun, agar kematian ibu dan BBL (Neonatus) dapat dicegah sebanyak-banyaknya.
Hasil Kajian awal di 10 kabupaten tahun I memperlihatkan adanya ketidakselarasan
pelayanan rujukan antar fasilitas dan belum memadainya implementasi berbagai program
pelayanan Ibu dan BBL (Neonatus) di lapangan yang seyogianya berjalan beriringan dan
terpadu. Hal ini mengakibatkan keluaran dan dampak yang diharapkan masih belum
memadai.
Melalui Program EMAS diupayakan suatu pendekatan komprehensif dan
terpadu, didukung dengan sistem tatakelola (governance), teknologi informasi
komunikasi terkini, alat monitoring dan evaluasi untuk memfungsikan semua progam
terkait dengan Pelayanan Kegawatdaruratan Ibu dan BBL (Neonatus) dengan
memanfaatkan Alat Pantau Kinerja Jejaring Sistim Rujukan dengan disertai Pedoman
Operasional yang terpadu dan komprehensif serta dilengkapi dengan semua Pedoman
Teknis terkait untuk mencapainya.
Di dalam Undang Undang No. 46 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang
Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rujukan tidak hanya terdapat dibidang
kegawatdaruratan tetapi juga rujukan perorangan dan kesehatan masyarakat lainnya.
Dalam Panduan ini, tidak semua jenis rujukan dimanfaatkan di dalam kerangka pikir.
Rujukan Medis
Sistem Rujukan Efektif, Efisien, dan Berkeadilan
Mekanisme Alur Rujukan
tata Kelola yang baik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka kematian maternal, angka kesakitan maternal dan angka kematian bayi
merupakan ukuran bagi kemajuan kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan
dengan masalah kesehatan ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan
indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu
pada waktu hamil dan melahirkan.
Upaya penurunan angka kematian dan kesakitan maternal di Indonesia telah
banyak dilakukan. Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya Safe Motherhood
dinyatakan sebagai empat pilar Safe Motherhood, yaitu pelayanan Keluarga Berencana,
pelayanan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial.
Safe Motherhood yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun
1988 adalah penurunan angka kematian maternal menjadi 225 per 100.000 KH pada
tahun 2000. Selanjutnya dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Kehamilan yang
Aman (Making Pregnancy Safer) pada tahun 2000 maka target penurunan angka
kematian maternal pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 KH, dan pada tahun 2015
diharapkan angka kematian maternal telah mencapai 80 per 100.000 KH.
Selayaknya kematian ibu dan bayi dapat dicegah sebanyak mungkin, namun pada
kenyataannya angka menunjukkan bahwa kematian menurun sangat lambat
3.2 Saran
Dalam pengembangan system kegawatdaruratan menurunkan angka kematian
mortalitas dan morbiditas perlu kerjasama yang baik antara satu dengan yang lainnya,
( Masyarakat, tokoh masyarakat, LSM, Lintas program dan lintas sektoral )