Você está na página 1de 4

ASAS TAMANSISWA 1922

Azas 1922 adalah asas perjuangan yang di dalamnya terkandung dasar-dasar yang
menjelasakan sifat-sifat Tamansiswa.

ASAS PERTAMA :

Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertib persatuan dalam
kehidupan umum agar tercipta kedamaian.

Dalam pasal ini terkandung dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap individu untuk mengatur
dirinya sendiri. Di jelasakan pula bahwa arti kata Kebebasan bukan berarti kebebasan yang
dengan leluasa menjalankan kepentingan-kepentingan suatu individu dengan
mengesampingkan norma dan adat istiadat yang ada, namun kebebasan yang terbatas dan
harus mengingat tertib-damainya hidup bersama. Dalam ayat ke 2 dalam pasal ini
mengemukakan bahwa tujuan dari hidup mereka tadi, yaitu hidup tertib dan damai.

Dalam pasal ini juga terdapat dasar kodrat alam, yang digunakan untuk mengganti sistem
pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman. Kemajuan yang
sejati hanya dapat diperoleh dengan perkembangan kodrati, yang dikenal dengan istilah
“evolusi”. Dasar kodrat alam inilah yang kemudian mewujudkan “among sistem” kita, yang
mana dalam sistem ini guru-guru kita lah yang menjadi pamong, yaitu sebagai pemimpin
yang berdiri di belakang dengan semboyan “tutwuri handayani”, yakni tetap mempengaruhi
dengan memberi kesempatan kepada anak didik agar dapat mandiri. Dengan demikian maka
si pamong seharusnya wajib menyingkirkan segala macam hal yang menjadi penghalang
anak-didik dalam menuntut ilmu dan berkaya. Dalam pasal ini juga guru dituntut untuk dapat
berperan aktif dalam membimbing anak didik dalam setiap gerak geriknya dan mengawasi
kegiatan mereka agar anak didik dapat menghindari mara bahaya yang mengancam
keselamatan mereka.

ASAS KEDUA:

Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menjadikan manusia yang merdeka.

Asas kedua ini berbunyi:

“Dalam sistem ini, maka pelajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang
merdeka batinya, merdeka fikiranya dan merdeka tenaganya.
Guru hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi harus juga mendidik
si murid mencari sendiri pengetahuan itu dan memaksimalkan guna amal keperluan umum.
Pengetahuan yang baik dan perlu yaitu yang bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin
dalam hidup bersama.”

Pasal ini berdasar pada dasar kemerdekaan yang menegaskan bahwa kemerdekaan tadi
hendaknya diterapkan dalam cara berfikir anak didik agar mandiri dan tidak mengikuti buah
pemikiran orang lain.

Dengan asas kemerdekaan itu dapat diciptakan dan dikembangkan oto-aktivitas anak didik,
agar berkembang kreativitasnya, dan dengan cara kreatif anak didik mampu mencari sendiri
pengetahuan yang mereka perlukan. Setelah ilmu pengetahuan dapat dikuasai oleh anak
didik, hendaknya ilmu tersebut dapat dimanfaatkan bagi kepentingan hidup bersama. Artinya
dengan ilmu dan pengetahuan yag dimiliki, anak didik tersebut dapat hidup, dan
kehidupannya bermanfaat bagi masyarakat.

ASAS KETIGA :

Pendidikan hendaknya didasarkan atas keadaan dan budaya Indonesia.

Pasal ini mencakup aspek sosial dan ekonomi bahkan politik supaya bangsa kita selalu
berpegang pada norma-norma, adat istiadat dan budaya Indonesia agar tidak timbul
kekacauan dalam ruang lingkup pendidikan juga dalam masyarakat.

Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan kita supaya jangan hanya mengutamakan kecerdasan
saja yang kemudian mengarah pada menuhankan akal. Hendaknya kita juga memperhatikan
aspek kejiwaan anak didik maka yang harus kita kembangkan adalah seluruh jiwa secara utuh
yaitu cipta, rasa dan karsa. Jadi tidak boleh hanya sefihak saja.

Dengan berpegang pada kepribadian bangsa sendiri, kita mencari pola-pola kehidupan baru
yang sesuai dengan perkembangan alam dan jaman tetapi tetap memiliki pegangan yang kuat,
ialah kebudayaan bangsa. Dengan demikian maka pola kehidupan yang baru itu akan tetap
selaras dengan kepribadian kita, yang memberikan hidup damai bagi seluruh bangsa dan juga
menemukan keselarasan dengan nilai budaya asing yang dianut oleh bangsa-bangsa lain.
ASAS KEEMPAT :

Pendidikan diberika kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam pasal ini terdapat dasar Kerakyatan atau demokrasi yang dianut oleh Tamansiswa.
Disini yang lebih diutamakan adalah bagaimana memberikan pendidikan kepada seluruh
lapisan masyarakat. Jika hanya ada sebagian kecil saja rakyat yang terdidik, maka kaum
terpelajar yang sangat terbatas itu kurang faedahnya bagi pembinaan bangsa (nation-
building).

Dalam pasal keempat ini juga terdapat asas pemerataan agar dapat memperluas akses
pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Ki Hajar Dewantara memberi
himbauan bahwa memberikan pendidikan dan memotivasi, meningkatkan kreatifitas dan
kemandirian dalam masyarakat hendaknya lebih diutamakan.

ASAS KELIMA :

Untuk mencapai azas kemerdekaan maka kita harus bekerja sesuai kemampuan diri sendiri.

Inilah asas yang sangat penting bagi setiap orang yang sungguh-sungguh menginginkan
kemerdekaan hidup yang sepenuhnya. Jangan menerima bantuan yang dapat mengikat diri
kita baik berupa ikatan lahir ataupun batin. Kita boleh menerima bantuan dari siapa saja asal
tidak mengikat sedemikian rupa sehingga dapat kengurangi kemerdekaan dan kebebasan kita.
Dinyatakan juga dalam pasal ini bahwa pokok dari asas kita adalah berusaha dengan
kekuatan diri sendiri (mandiri).

ASAS KEENAM :

Oleh karena itu kita harus bersandar pada kekuatan diri sendiri.

Syarat mutlak agar menjadi pribadi yang merdeka dan mandiri yaitu keharusan untuk dapat
mengontrol atau memenejemen segala macam usaha dan langkah hidup kita. Dalam pasal ini
Ki Hajar Dewantara mengajarkan kita untuk dapat senantiasa hidup sederhana.

ASAS KETUJUH :

Pamong hendaklah mendidik anak dengan sepenuh hati, tulus , ikhlas dan tanpa
mengharapkan imbalan.
Asas ini berbunyi ;

“Dengan tidak terikat lahir / batin, serta dengan suci hati, berniatlah kita berdekatan dengan
sang anak. Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan diri akan berhamba
kepada sang anak.”

Disini dikemukakan “ sumpah jabatan “ seorang pamong dan sekaligus ditunjukan kemuliaan
profesi guru. Pengabdian melalui dunia pendidikan hendaknya merupakan pilihan secara suka
rela dengan dilandasi oleh “sepi ing pamrih “ dan rasa penuh tanggung jawab.

Pendekatan kepada sang anak didasari oleh cinta kasih dan kasih sayang. Bukanya karena
tujuan lain, melainkan karena panggilan tugas yang secara naluriah dirasakan sebagai
kewajiban manusiawi.

Anak didik dituliskan sebagai sang anak, dimaksud untuk menunjukan kedudukanya sebagai
makhluk Tuhan, sehingga membimbing, mendekati dan mendidiknya merupakan amanah
Tuhan.

Pamong melaksanakan tugasnya bukan karena kewenangan dan kekuasaanya, melainkan


didorong oleh kecenderungan hatinya untuk menyerahkan diri sepenuh hati akan tugas yang
merupakan amanah itu.

Você também pode gostar