Você está na página 1de 15

ANALISIS RELASI STRATEGI DAN INOVASI KEPARIWISATAAN

TERHADAP KEMAJUAN PARIWISATA BANYUWANGI

oleh
MUHAMMAD SOFYAN HADI
18/424821/SA/19193

1. Pendahuluan

Banyuwangi merupakan 1 dari 38 kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur

dan yang paling luas di Pulau Jawa. Kabupaten ini mempuyai luas 5.782 km2,

terletak di ujung timur Pulau Jawa serta berbatasan langsung dengan Selat Bali.

Posisi tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi Kabupaten Banyuwangi karena

Banyuwangi sendiri merupakan gerbang ujung timur Pulau Jawa dan terhubung

langsung dengan Pulau Bali yang notabene merupakan tempat yang banyak

diminati oleh wisatawan.

Kabupaten tersebut memiliki budaya yang kaya dan keindahan alam yang

beragam pula. Saat ini, Banyuwangi mulai tumbuh dan berhasil dikenal sebagai

salah satu daerah yang maju dalam industri pariwisata. Indikator terpilihnya

Kabupaten Banyuwangi sebagai sepuluh daerah yang akan dipromosikan ke luar

negeri oleh Kementerian Pariwisata tersebut menandakan bahwa indeks

pariwisata Kabupaten Banyuwangi telah memenuhi syarat yang layak untuk dapat

bersaing pada taraf internasional.

1
2

Perkembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi tentunya tidak luput dari

pengaruh strategi yang dilakukan oleh Banyuwangi. Bahkan, dalam acara “12th

UNWTO Awards Forum” yang diadakan di Madrid, Spanyol pada tahun 2016,

empat kunci strategi pariwisata Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan

“UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism” dengan kategori

“Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dari anak organisasi Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO). Raihan

prestasi tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Banyunwangi,

melainkan juga menjadi kebanggaan bagi Indonesia.

Selain inovasi kebijakan publik yang efisien, strategi penetapan struktur

pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Banyuwangi juga terintegrasi secara

maksimal. Keramaian dan pengembangan aktivitas pariwisata di Banyuwangi

bertumpu pada tiga obek wisata utama yaitu Pantai Plengkung, Kawah Ijen, dan

Pantai Sukamade. Ketiga destinasi tersebut disebut juga dengan tiga objek wisata

berlian. Istilah tiga objek wisata berlian tercetus karena garis penghubung antar

lokasi ketiga objek wisata tersebut membentuk sebuah berlian dengan bangun

segitiga. Ketiga objek itulah yang menjadi tumpuan dari aktivitas pariwisata yang

berlangsung di Kabupaten Banyuwangi dari dulu hingga sekarang. Ketiga objek

wisata tersebut masing-masing memiliki destinasi wisata satelit yang nantinya

diharapkan dapat turut memajukan perekonomian masyarakat sekitar destinasi

wisata tersebut.

Studi sebelumnya dilakukan oleh Eri Irawan (2015) tentang implementasi

kebijakan pembangunan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa implementasi pengembangan pariwisata Kabupaten


3

Banyuwangi dilakukan dengan sistem kepemimpinan bidang (leading sector) oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Selain itu, dilakukan juga kerja sama dengan

pemangku kepentingan yang lain. Kesimpulan yang kedua membahas tentang

penyimpulan strategi kebijakan pariwisata yang ideal bagi Kabupaten

Banyuwangi, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model kebijakan yang

ideal adalah dengan pengembangan kepariwisataan yang berbasis masyarakat.

Berdasarkan topik yang dibahas, adapun tujuan yang ingin dicapai ialah

untuk mengetahui dan menganalisis strategi pengelolaan pariwisata secara makro

yang dilakukan pemerintah Kabupaten Banyuwangi, mengetahui hal-hal yang

menjadi faktor pendukung kemajuan industri pariwisata, mengetahui bagaimana

pengaruh keikutsertaan pemangku kepentingan lain dalam mendorong

berkembangnya industri pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, dan yang terakhir

ialah untuk mengetahui dampak regulasi yang dikeluarkan pemerintah terhadap

situasi kepariwisataan daerah.

Pembatasan masalah atau ruang lingkup dari makalah ini ialah pembahasan

mengenai perkembangan industri pariwisata Kabupaten Banyuwangi, empat

strategi umum yang menjadi kunci keberhasilan industri pariwisata Banyuwangi,

dan yang terakhir ialah mengenai pemaparan serta analisis rancangan arah

perkembangan destinasi wisata yang dituangkan melalui peraturan pemerintah

daerah Kabupaten Banyuwangi.


4

2. Pembahasan

Peningkatan kualitas industri pariwisata di Kabupaten Banyuwangi memang

terjadi begitu pesat. Manajemen hingga pemasarannya juga dilakukan dengan baik

sehingga saat ini Kabupaten Banyuwangi tumbuh menjadi daerah yang dikenal

sebagai penyedia produk-produk wisata yang berkualitas. Keberhasilan tersebut

dapat dilihat melalui data jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten

Banyuwangi. Terhitung dari tahun 2010 hingga 2017, kenaikan jumlah wisatawan

terlihat begitu signifikan. Pada tahun 2010, wisatawan yang datang ke Kabupaten

Banyuwangi mencapai jumlah sekitar 497.000 wisatawan domestik dan 5.000

wisatawan asing. Sedangkan pada tahun 2017, jumlah wisatawan yang datang ke

Kabupaten Banyuwangi mencapai sekitar 4.800.000 wisatawan domestik dan

91.000 wisatawan asing.

Banyaknya wisatawan yang datang ke Kabupaten Banyuwangi tentunya juga

berdampak positif terhadap kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Banyuwangi.

Terhitung jumlah devisa yang masuk dari adanya peningkatan wisatawan asing

maupun domestik ialah sebesar Rp 546 miliar, uang tersebut tentunya masuk ke

kantong masyarakat dan pemerintah. Data menyebutkan bahwa industri pariwisata

Banyuwangi turut andil dalam mendorong peningkatan penghasilan masyarakat

Kabupaten Banyuwangi sebanyak dua kali lipat, yang awalnya Rp 20,8 Juta per

tahun (2010) menjadi Rp 41,5 juta per tahun (2016). Selain itu, banyaknya jumlah

devisa yang masuk tersebut juga turut serta dalam menekan angka kemiskinan

Kabupaten Banyuwangi hingga menjadi 8,79% (2016), jumlah tersebut berada

dibawah rata-rata kemiskinan di Jawa Timur, yang mana Jawa Timur memiliki

angka kemiskinan sebesar 11%.


5

2.1 Empat Strategi Kunci dalam Kemajuan Pariwisata Banyuwangi

Semua keberhasilan dari pengembangan pariwisata di Kabupaten

Banyuwangi memang tidak dapat dipungkiri berpangkal dari strategi kebijakan

dari pemerintah. Sistem birokrasi yang mendorong masyarakat untuk

berpartisipasi aktif serta dibantu dengan kesadaran pemangku kepentingan yang

lain membuat kebijakan publik yang dilakukan tampak berhasil. Pariwisata

Kabupaten Banyuwangi membentuk model kerangka organisasi yang menuntut

masyarakat sekitar untuk bekerja di bagian depan (front-line staff), hal tersebut

dilakukan sebagai implementasi pencetusan pariwisata yang berbasis partisipasi

publik di Kabupaten Banyuwangi. Namun, eksekusi model pariwisata tersebut

juga harus disertai dengan pelatihan sumber daya manusia sehingga masyarakat

sebagai para pelaku wisata yang berhadapan langsung dengan wisatawan dapat

lebih memahami tentang perencanaan, pelaksanaan aktivitas pariwisata dan cara

pemberian layanan kepariwisataan yang baik.

Secara khusus, terdapat empat strategi yang dilakukan oleh Kabupaten

Banyuwangi dalam langkah pengembangan industri pariwisata. Pertama,

memasarkan potensi wisata melalui kesatuan produk daerah yang tidak dipisah-

pisah, selanjutnya ialah memilih dan menetapkan strategi pemasaran yang tepat,

yang ketiga adalah pembaruan dan inovasi yang berkelanjutan, dan yang terakhir

ialah pemanfaatan potensi lokal dalam upaya menarik minat wisatawan.

Mengambil dari paparan strategi pertama, yaitu memasarkan potensi wisata

melalui kesatuan produk daerah yang tidak dipisah-pisah. Dapat disimpulkan

bahwa upaya pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi tidak difokuskan


6

pada satu tempat destinasi saja, tetapi dikembangkan secara merata. Dalam hal ini,

Banyuwangi membuat sebuah pemerekan kota (city branding) yang bertajuk “The

Sunrise of Java”. Pembuatan merek tersebut dilakukan dalam rangka efisiensi

pemasaran produk wisata. Melalui pembuatan merek tersebut, Banyuwangi

menciptakan suatu kesatuan identitas kota yang terdiri dari promosi berbagai

destinasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi sehingga tidak hanya satu destinasi

saja yang dikenal oleh calon wisatawan, tetapi juga berbagai destinasi lain yang

ada di Kabupaten Banyuwangi. Dengan kata lain, produk wisata yang akan

dipasarkan oleh Banyuwangi bukan dipromosikan dalam bentuk sebuah

“destinasi”, melainkan dipromosikan dalam bentuk “daerah” yang memiliki

berbagai destinasi di dalamnya.

Implementasi kebijakan yang lain adalah dengan menetapkan “pola orbit dan

satelit” pada masing-masing daerah wisata satelit yang berada di kawasan dekat

dengan wisata utama. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pengelolaan

destinasi dan supaya wisata satelit tersebut bisa berkembang. Dengan begitu,

wisata satelit dapat berjalan sejajar dengan wisata utama untuk nantinya

membentuk suatu karakteristik daerah yang menyediakan berbagai layanan paket

wisata.

Strategi kedua yang dilakukan oleh Kabupaten Banyuwangi ialah memilih

dan menetapkan pemasaran yang tepat. Berkaitan dengan hal itu, strategi pertama

yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi ialah penetapan target pasar. Pariwisata

Banyuwangi membidik tiga segmen kalangan, yaitu anak muda, pengguna

internet, dan kaum perempuan. Jumlah anak muda (16-30 tahun) di Indonesia
7

adalah sebesar 62 juta jiwa, pengguna internet sebesar 82 juta jiwa, dan kaum

perempuan sebesar 120 juta jiwa.

Selain penetapan target pasar, tentunya perlu dilakukan promosi pemasaran

dalam rangka mengenalkan pariwisata Banyuwangi. Menurut Avinda dkk.

(2016:56), Kegiatan promosi yang efektif merupakan hal yang sangat esensial

dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah. Karena akan sia-sia apabila

suatu daerah memiliki daya tarik wisata yang baik tetapi tidak dikenal oleh calon

wisatawan. Mengenai hal promosi, Kabupaten Banyuwangi melakukan berbagai

hal seperti mengiklankan Daya Tarik Wisata (DTW) Kabupaten Banyuwangi

dengan publikasi leaflet, brosur, memasang iklan di JTV, pengembangan website,

dan peluncuran aplikasi android. Selain pengiklanan, juga dilakukan promosi

penjualan dengan pembentukan merek (brand) yaitu “The Sunrise of Java” dan

yang terbaru ialah “Majestic Banyuwangi”.

Strategi ketiga yang dilakukan oleh Kabupaten Banyuwangi ialah dengan

pembaruan dan inovasi yang berkelanjutan. Kabupaten Banyuwangi baru-baru ini

meresmikan sebuah bandara berkonsep hijau yang diharapkan dapat menjadi ikon

baru Banyuwangi dan juga dapat mempermudah akses para wisatawan yang ingin

datang ke Banyuwangi. Selain pembangunan bandara tersebut, pihak Kabupaten

Banyuwangi juga berusaha untuk membentuk dan mengembangkan destinasi-

destinasi baru. Pembaruan destinasi yang dilakukan secara berkala tersebut

memiliki tujuan agar wisatawan tidak merasa jenuh dengan wisata di

Banyuwangi, apalagi masih belum semua destinasi di Banyuwangi memiliki unsur

3A (aksebilitas, amenitas, atraksi) yang baik sehingga destinasi-destinasi tersebut

masih harus dikembangkan agar lebih baik lagi.


8

Selain pengembangan dan pembuatan destinasi, inovasi juga dilakukan dalam

hal perbaikan layanan pariwisata, terutama perbaikan halaman web dan

pengembangan pelaku wisata. Mengingat bahwa pada zaman sekarang, tindakan

dalam merespon isu revolusi 4.0 sudah banyak digencarkan sehingga pemanfaatan

informasi teknologi harus juga dilakukan oleh Kabupaten Banyuwangi agar dapat

lebih berdaya saing dalam hal kualitas pengembangan industri pariwisata.

Kabupaten Banyuwangi juga merupakan daerah yang pengelolaan

pariwisitanya berbasis partisipasi publik sehingga dibutuhkan pelatihan tentang

pelayanan seperti apa yang diinginkan oleh para wisatawan. Pelatihan tersebut

ditujukan untuk para pelaku wisata supaya mereka dapat memberi pelayanan yang

bagus kepada para wisatawan yang datang. “Kebijakan pengembangan pariwisata

yang paling tepat memang harus melibatkan publik, terutama komunitas

masyarakat lokal” (Irawan.2015:766). Dengan adanya partisipasi dari masyarakat

lokal, dampak dari adanya objek wisata dapat dirasakan secara langsung sehingga

dapat mendorong adanya peningkatan ekonomi masyarakat lokal yang

bersangkutan.

Strategi terakhir yang dilakukan Banyuwangi yaitu dengan pemanfaatan

potensi lokal dalam upaya menarik minat wisatawan. Potensi lokal merupakan

modal wisata yang paling mudah untuk diolah karena pada hakikatnya potensi

lokal terjadi secara alamiah dan melekat di dalam suatu masyarakat. Ketika

potensi tersebut dikemas dengan berorientasi pada pariwisata, potensi lokal

tersebut dapat menjadi daya tarik wisata yang khas dan juga dapat dikembangkan

lebih baik lagi sampai potensinya dapat termanfaatkan dengan maksimal.


9

Berkaitan dengan hal itu, pemanfaatan potensi lokal Kabupaten Banyuwangi

juga dapat dilakukan dengan cara mengembangkan wisata budaya. Implementasi

yang dilakukan oleh Kabupaten Banyuwangi adalah dengan memfasilitasi dan

mendukung adanya perayaan festival yang diinisiasi oleh masyarakat

Banyuwangi.

2.2 Analisis Konsep Pengembangan Destinasi di Kabupaten Banyuwangi

Penentuan arah pengembangan dan strategi kebijakan destinasi yang

dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi tentunya tidak bisa dieksekusi

dengan tiba-tiba, dengan kata lain, dibutuhkan analisis dan penilaian terlebih

dahulu terhadap apa yang ada di lapangan. Berdasarkan analisis dan penilaian

tersebut, dalam Rancangan Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

(RIPPDA) diputuskan bahwa konsep pengembangan wisata di Banyuwangi

adalah ekowisata. Menganalisis hal tersebut, memang tepat untuk menetapkan

ekowisata sebagai konsep pengembangan daerah Banyuwangi karena memang

potensi wisata yang paling banyak dan paling diminati oleh wisatawan domestik

adalah wisata alam.

Mengenai strategi pengembangan secara menyeluruh terhadap destinasi

wisata yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Banyuwangi menerapkan pola

pengembangan pola segitiga berlian (Triangle Diamond), yaitu pola

pengembangan yang menitikberatkan pada tiga objek wisata utama dan unggulan

yang terdiri dari Kawah Ijen, Pantai Plengkung, dan Pantai Sukamade. Sedangkan

pola pengembangan pada masing-masing Wilayah Pengembangan Pariwisata

(WPP) mengacu pada Pola Orbit Satelit. Pola tersebut menganalogikan antariksa
10

dengan pengembangan wisata dimana orbit sebagai pusatnya yaitu wisata utama

disertai dengan satelit yang melingkarinya yaitu destinasi disekitar wisata utama.

Gambar 1. Visual Pola Segitiga Berlian dan Pola Orbit-Satelit


Sumber: RIPPDA Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi meresmikan tiga WPP, yaitu WPP I dengan pusatnya

di Kawah Ijen, WPP II dengan pusatnya di Pantai Plenkung, dan WPP III

pusatnya di Pantai Sukamade. Penentuan pemilihan wisata utama atau pusat

tersebut dilakukan dengan menggunakan pembobotan nilai destinasi wisata yang

kriterianya diambil dari unsur-unsur pokok kepariwisataan, yaitu keunikan daya

tarik, amenitas, dan aksesibilitas, kelembagaan, kebersihan dan kegiatan wisata,

kenyamanan dan keamanan, serta yang terakhir adalah tentang apakah detinasi

tersebut masuk dalam program strategis pembangunan di Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan pembobotan nilai yang dilakukan oleh pihak dinas dan

pemerintah, ketiga destinasi yaitu TWA Kawah ijen, Pantai Plengkung, dan Pantai
11

Sukamade menempati urutan pertama dalam kawasannya masing-masing

sehingga ditetapkan sebagai wisata utama.

Tabel 1. Rencana WPP Kabupaten Banyuwangi

Sumber: RIPPDA Kabupaten Banyuwangi

Segmentasi WPP dilakukan berdasarkan wilayah yang didiami, bukan

berdasarkan karakteristik destinasi sehingga bisa saja pada satu WPP terdiri dari

tipe destinasi yang cenderung homogen. Produk wisata yang tidak homogen

tersebut mengurangi tingkat poin diversifikasi yang menjadi faktor pendukung

suatu WPP.

Masalah diversifikasi dapat dilihat melalui kasus yang dialami zona WPP II

yang mana hampir semua destinasi satelit bagian WPP II (zona Pantai Plengkung)
12

adalah wisata pantai. Padahal keberagaman jenis wisata pada setiap WPP

diperlukan dalam rangka penyediaan paket wisata. Dengan kata lain, strategi

tersebut tidak cocok untuk diterapkan pada wilayah yang daya tariknya cenderung

homogen. Salah satu solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk menutupi

kekurangan tersebut adalah dengan cara melakukan hal yang bertujuan untuk

meningkatkan diversifikasi destinasi tetapi dalam ruang lingkup yang lebih kecil,

yaitu dengan cara memperkuat dan mengembangkan suatu kesatuan karakter

(image) wisata yang homogen namun dengan atraksi yang berbeda-beda disetiap

destinasi, dengan bergitu diversifikasi akan tetap terjaga.

Mengacu pada kasus WPP II, konsep pengembangan destinasi yang cocok

adalah konsep wisata bahari. Tema bahari tersebut dirasa tepat karena WPP II

memiliki potensi bahari yang sangat baik karena ditopang oleh destinasi Pantai

Plengkung yang merupakan destinasi dengan bobot nilai kepariwisataan paling

besar di Banyuwangi. Selain itu, WPP II memiliki wisata satelit yang sebagian

besar merupakan potensi bahari sehingga dapat mendukung eksistensi dari WPP II

tersebut.

Meskipun strategi tersebut tidak efektif jika dihubungkan dengan

pengembangan keberagaman atraksi, strategi kebijakan tersebut sangat efektif

apabila dikaitkan dengan permasalahan peningkatan keterkaitan berbagai destinasi

yang ada di masing-masing WPP. Melalui adanya kebijakan strategi pola segitiga

berlian tersebut, destinasi yang menjadi bagian dari satu zona WPP akan otomatis

terhubung dan mempunyai imbas satu sama lain. Selain itu, dengan adanya wisata

satelit tersebut juga akan berdampak positif pada kemajuan pengembangan

destinasi karena dengan adanya kemudahan interaksi dan keterkaitan satu sama
13

lain membuat setiap destinasi yang ada bisa melakukan banding antar objek

wisata lalu membentuk konsensus dalam hal arah pengembangan destinasi untuk

membedakan ciri khas masing-masing destinasi.

3. Kesimpulan

Konsep pengembangan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi dilakukan

dengan pola pengembangan berbasis pada paritisipasi publik. Dengan kata lain,

setiap elemen masyarakat didorong untuk terlibat langsung terhadap aktivitas

pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Melalui adanya keterlibatan tersebut,

dampak secara langsung bisa dirasakan oleh masyarakat sehingga dapat

mendorong kenaikan pendapatan dan meningkatkan taraf kesejahteraan.

Sedangkan, strategi khusus dalam pengembangan kepariwisataan Banyuwangi

dibagi menjadi empat. Secara umum, keempat strategi tersebut memuat tentang

karakteristik kepariwisataan Bayuwangi yang mengedepankan pemanfaatan

potensi lokal dalam pengembangannya dengan mempertimbangkan aspek

kesinambungan dan keberlanjutan, hal tersebut juga disertai dengan perencanaan

yang didasari oleh analisis yang baik pula sehingga eksekusi dan hasil dari

kebijakan pariwisata dapat dicapai dengan optimal.

Konsep pengembangan destinasi utama di Kabupaten Banyuwangi adalah

ekowisata. Penentuan tersebut dilakukan dengan analisis latar belakang yang

bagus disertai dengan pertimbangan yang dirasa tepat. Di samping hal tersebut,

pola strategi yang dianut oleh pariwisata Banyuwangi ialah pola segitiga berlian

dan pola orbit satelit. Strategi tersebut memiliki kekurangan jika dikaitkan dengan
14

diversifikasi destinasi wisata, tetapi sangat efektif apabila dihubungkan dengan

peningkatan keterkaitan antar destinasi.


DAFTAR PUSTAKA

Avinda, Chintiya B. dkk 2016. “Strategi Promosi Banyuwangi sebagai Destinasi


Wisata (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata)”. Jurnal IPTA.
4. 55-60.
Irawan, Eri. 2015. “Implementasi Kebijakan Pembangunan Pariwisata di
Kabupaten Banyuwangi”. Jurnal UNAIR. tanpa nomor volume. 758-770.
Kabupaten Banyuwangi. 2012. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Banyuwagi.
Kusuma, Bayu M. A. 2014. “Pembangunan Terintegrasi dalam Mewujudkan Kota
Pariwisata Bertaraf Internasional: Studi Kasus di Kabupaten Banyuwangi”.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. 2. 117-130.

DAFTAR LAMAN

http://surabaya.tribunnews.com/2018/02/02/tahun-ini-banyuwangi-target-5-juta-
kunjungan-wisatawan diakses pada 13 Novermber 2018. Pukul 19.00 WIB
Halaman ini terakhir diubah pada 2 Februai 2018, pukul 18.59 WIB.
https://travel.kompas.com/read/2016/01/22/104123127/Empat.Strategi.Banyuwa
ngi.Raih.Penghargaan.Pariwisata.PBB diakses pada 13 November 2018.
Pukul 18.30 WIB Halaman ini terakhir diubah pada 22 Januari 2016, pukul
10.41 WIB.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/02/07/p3s0qs291-azwar-
anas-paparkan-strategi-pengembangan-wisata-banyuwangi diakses pada 15
Novermber 2018. Pukul 19.45 WIB Halaman ini terakhir diubah pada 7
November, pukul 17.49 WIB.

15

Você também pode gostar