Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
“SEDIAAN EMULSI”
Disusun oleh:
Mina Audina (31113030)
Ms. Rochmatin (31113031)
Nadhya Dwi Y (31113032)
Nikken Nurul R (31113033)
Nova Mardiana (31113034)
Novia Hergiani (31113035)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia farmasi kita mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang
umumnya di pakai dalam pembuatan obat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat itu di
pakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering di jumpai dan sering di
gunakan merupakan emulsi.
Menurut Farmakope Indonesia III (1979 : 9) emulsi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Menurut Farmakope Indonesia IV (1995 : 6) emulsi adalah sIstem dua fase
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan
kecil.
Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit 2 fase cair yang tidak bercampur, diaman satu diantaranya
didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Farfis II (Martin, dkk.., 1993 :
1143)
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang
ditambahkan adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).
Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan
cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana
lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang
berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan
es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan percobaan dimulai dari pre formulasi
dan membuat suatu sediaan emulsi minyak ikan (oleum Iecoris aselli) dengan
menggunakan emulgator tween dan span dengan formula yang berbeda-beda dan
akan di cari pada formula berapa emulsi minyak ikan yang di buat lebih stabil.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan emulsi ini diantaranya adalah :
1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi
2. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.
3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.
4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
5. Membuat sediaan emulsi yang stabil dalam jangka waktu yang lama.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan dan penentuan
kestabilan suatu emulsi dengan nilai HLB butuh yang bervariasi yang didasarkan pada
penampakan fisik dari emulsi tersebut misalnya perubahan volume, perubahan warna
dan pemisahan fase terdispersi dan pendispersi dalam jangka waktu tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdipersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok.
Zat pengemulsi yang sering digunakan adalah gelatin, gom akasia, tragakan,
sabun, senyawa amonium kwarterner, senyawa kolesterol, surfaktan, atau emulgator
lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan zat pengental,
misalnya tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa.
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh
air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak).
1. Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air,
sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w).
2. Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai
produk air dalam minyak (w/o).
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w
menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni
natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat.
Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
2. Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4
bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan
3. Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.
Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu :
a. Flokulasi dan creaming
Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan
oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya
kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu
emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi
yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah
tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.
b. Koalesen dan Demulsifikasi
Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas
permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film
antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul
menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses
lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan
yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan
pengocokan.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif
permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan
tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada
permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
B. Data Praformulasi
1. Zat Aktif
a. Levertan
Sinonim : Oleum Iecoris Aselli, Oleum Morrhuae, Cod Liver Oil, Minyak
ikan.
Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar Gadus
morhua Linne. Dan spesies lain dari familia Gadidae. Mengandung tidak
kurang dari 255 µg (850 unit FI) vitamin A dan tidak kurang dari 2,125 µg (85
unit FI) vitamin D per g minyak ikan.
Pemerian : Cairan minyak, encer; Kuning pucat; Bau khas, tidak tengik, bau
seperti ikan; Rasa khas, agak manis
Kelarutan
a. Berdasarkan FI IV
Sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam eter, dalam kloroform,
dalam karbon disulfida dan dalam etil asetat.
b. Berdasarkan Martindale
B.P. Praktis tidak larut dalam alkohol; mudah larut dalam kloroform,
eter, dan petroleum terang
U.S.P. Kelarutan : sedikit larut dalam alkohol; mudah larut dalam eter dan
kloroform. Simpan di tempat yang tertutup rapat dan kedap udara. Terlindumg
dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan
Minyak ikan kaya akan sumber vitamin D dan juga sumber yang baik
dari vitamin A. Itu juga mengandung beberapa asam lemak tak jenuh yang
merupakan faktor – faktor makanan dasar dan tidak terjadi dalam kandungan
vitamin A dan D.
Sari Minyak ikan atau salepnya sangat mendukung untuk mempercepat
penyembuhan luka bakar, koreng, menekan sakit dan luka pada permukaan,
tetapi pada observasi yang terkontrol telah menghentikan nilai penguatan yang
tegas.
Bobot Jenis : Antara 0,918 dan 0,927
Bobot per ml : 0,917 g sampai 0,924 g
Dosis
Dosis lazim : Dewasa 1 x pakai = 5 ml
1 x hari = 8 - 30 ml
Wadah dan Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya dapat
digunakan botol atau wadah lain yang telah dikeluarkan udaranya dengan cara
hampa udara atau dialiri gas inert.
2. Zat Tambahan
a. Cetyl Alkohol (FI IV hal 172, Handbook of Pharmaceutical Excipients IV hal
130)
Pemerian
Warna putih, rasa lemah, bau khas, berbentuk granul atau kubus.
Kelarutan
Larut dengan adanya peningkatan temperatur, praktis tidak larut air
dan dalam etanol 95%.
Titik lebur : 45,520 C
Bobot jenis : 42,44 (untuk material asli)
Stabilitas : Stabil dengan adanya asa, alkali , cahaya dan air serta
tidak dapat tengik.
Inkompatibilitas : Ketidakcampuran dengan bahan pengoksidasi yang
kuat
Fungsi : Penstabil
b. Asam Stearat (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th edition hal. 494)
Pemerian
Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau putih.
Kelarutan
Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter,
larut dalam etanol, heksan, dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air.
Konsentrasi : 1-20%
Kegunaan : Emulsifying agent
OTT : Inkomapatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan zat
pengoksidasi.
Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.
c. Tween 80 ( Farmakope Indonesia IV halaman 687, Handbook of
Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 375 )
Pemerian
Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning mudahingga coklat
muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak
berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak
mineral.
Konsentrasi : 1-15%.
Stabilitas : Stabil pada elektrolit dan asam lemah, dan basa. Berangsur-
angsur akan tersaponi dengan asam kuat dan basa.
OTT : Akan berubah warna atau mengendap dengan phenol, dan tannin.
pH larutan : 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat
sejuk dan kering.
d. Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi
6 hal. 675, Martindale hal. 577)
Pemerian : Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan
propilenglikol, tercampur dalam alcohol dan methanol, 1 bagian span larut
dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam etil asetat.
Khasiat : Emulgator, surfaktan non ionik, peningkat kelarutan.
Bobot jenis : 1,01 g/ml.
Konsentrasi : Emulgator A/M = 1-15%, emulgator M/A = 1-10%
Stabilitas : Stabil terhadap asam dan basa lemah.
Penyimpanan : Wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering.
HLB : 4,3
OTT : Dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun
dengan basa kuat.
e. Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm.
445, FI IV hlm. 652)
Pemerian
Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak
berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan
Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air dan larut dalam jenis
minyak lemak hangat.
Stabilitas : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat : Laksativ (pencahar)
Dosis : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.
f. Metil Paraben/Nipagin (Farmakope Indonesia IV hal 551 , Handbook of
Pharmaceutical Excipients hal 390)
Pemerian
Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau atau berbau khas lemah,
hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, mempunyai sedikit rasa
terbakar.
Kelarutan
Sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut dalam
tetraklorida, mudah larut dalam etanol, dan eter.
Titik lebur : 1250 dan 1280
pKa / pKb : pKa = 8,4 pada 220 C
pH larutan :3–6
Stabilitas : Mudah terurai oleh cahaya
Inkompatibel : Dengan senyawa bentonit, mangnesium trisiklat, talk,
tragakan, sorbitol, dan atropin
Kegunaan : Pengawet
g. Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527, Handbook of
Pharmaceutical Excipients hal 526 )
Pemerian
Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, serbuk putih atau hablur
kecil, tidak berwarna.
Kelarutan
Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar
larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22 C
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan
autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6
kelarutan dalam air stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : Dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium silikat.
Kegunaan : Sebagai pengawet
h. Alfa Tocoferol/Vitamin E (Farmakope Indonesia Edisi III)
Pemerian
Cairan seperti minyak, jenuh, warna kuning/kuning kehijauan, tidak
berasa, atau sedikit berasa. Tidak berbau atau sedikit berbau.
Kelarutan
Tidak larut dalam air, sukar larut dalam larutan alkali, larut dalam
etanol, dalam aseton dan dalam minyak nabati ; sangat mudah larut dalam
kloroform. Bentuk vitamin E lain tidak larut dalam air, dalam etanol ; dapat
bercampur dengan eter, aseton, minyak nabati dan dngan kloroform.
Titik lebur : ± 70ºC dengan pH 5
Stabilitas : Tidak stabil diudara dan cahaya terutama dalam alkalis
Inkompabilitas
Dengan peroksid dan ion logam seperti besi. Kemungkinan bisa mengabsorpsi
plastik.
Wadah dan Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan terlindung dari
oksigen
i. Adeps Lanae ( Farmakope Indonesia IV hal. 57)
Pemerian
Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan
Tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x
beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas,
mudah larut dalam eter dan kloroform.
Kegunaan : Emulsifying agent, basis salep.
OTT : Dapat mengandung pro oksidan dan dapat mempengaruhi
stabilitas.
Stabilitas : Dapat mengalami autooksidasi selama penyimpanan. Untuk
mencegah ditambahkan antioksidan.
Wadah dan penyimpanan
Ditempat yang tertutup, terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering.
C. Formulasi (Formula E)
R/ Lanolin Anhidrat 2%
Setil Alkohol 2%
Asam Stearat 4%
Tween 80 2,5%
Span 80 2,5%
Parrafin Cair 6%
Metil Paraben 0,18%
Propil Paraben 0,02%
Alfa Tokoferol 0,05%
Perisa gtt 3
Pewarna gtt 3
Aquadest ad 600ml
BAB III
METODOLOGI
Tween 80 Levertan
dan air, Lanolin
gerus
Setil alkohol
homogen
Asam stearat
Span 80
Parafin Liq
Alfa tokoferol
Masukan
hasil
campuran
tadi ke Masukan hasil larutan
dalam metil paraben & propil
hasil paraben sebagai
leburan, pengawet
gerus
homogen
Setelah digerus
Beri
semua, Tambah Kemas,
perisa
masukan aquadest ad c beri etiket
c c dan
kedalam botol 600 ml & label
pewarna
yang sudah
dikalibrasi
BAB IV
EVALUASI PERCOBAAN
A. Hasil Percobaan
Evaluasi Sediaan Emulsi
No Evaluasi Hasil Pengamatan Gambar
1. Organoleptis:
- Warna : -Putih seperti susu
- Bau -Rasa khas lanolin
- Rasa -Amis minyak ikan,
tawar sedikit pahit
A. Kesimpulan
A. Perhitungan Bahan
600
1. Levertan : 5 × 0,05 g = 60 g
2
2. Lanolin anhidrat : 100 × 600 ml = 12 g
2
3. Setil alkohol : 100 × 600 ml = 12 g
4
4. Asam stearat : 100 × 600 ml = 24 g
2,5
5. Tween 80 : 100 × 600 ml = 15 g
2,5
6. Span 80 : 100 × 600 ml = 15 g
6
7. Parrafin Liq : 100 × 600 ml = 36 g
0,18
8. Metil paraben : × 600 ml = 1,08 g
100
0,02
9. Propil paraben : × 600 ml = 0,12 g
100
0,05
10. Alfa tokoferol : × 600 ml = 0,3 g
100
B. Perhitungan HLB
Lanolin anhidrat 2%
Setil alkohol 2%
Parafin Liq 6%
Asam stearat 4% +
Jumlah fase minyak 14%
6 42,8
Parafin Liq HLB 12 : 14 × 100 = × 12 = 5,1432
100
4 28,5
Asam stearat HLB 15 : 14 × 100 = × 15 = 4,2855
100
+
HLB Butuh = 12,99
2,05
Tween 80 : 10,7 × 5% = 4,06 %
8,65
Span 80 : 10,7 × 5% = 0,94 %