Você está na página 1de 4

1.

Anatomi Kolumna Vertebralis


Kolumna vertebralis disusun oleh 33 vertebra, 7 vertebra servikalis (C), 12
vertebra torakalis (T), 5 vertebra lumbalis (L), 5 vertebra sakralis (S), dan 4
vertebra koksigeus (pada umumnya 3 vertebra koksigeus di bawah bersatu).
Struktur kolumna vertebralis ini fleksibel karena bersegmen dan disusun
oleh tulang vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrokartilago yang disebut
diskus intervertebralis
Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga
berat kepala dan dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3)
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk
perlekatan otot-otot, (5) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh (Seelley
dan Stephens, 2001 dikutip oleh Yanuar, 2003).

2. Karakteristik Umum Vertebra


Semua vertebra mempunyai pola yang sama walaupun terdapat berbagai
perbedaan regional.Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk bulat di
anterior dan arkus vertebra di posterior. Kedua struktur ini mengelilingi
ruangan yang disebut foramen vertebralis dan dilalui oleh medula spinalis. Arkus
vertebra terdiri atas sepasang pedikuli yang berbentuk silinder, yang
membentuk sisi arkus, serta sepasang lamina pipih yang melengkapi arkus
vertebra di posterior
Terdapat tujuh prosesus yang berasal dari arkus vertebra: satu prosesus
spinosus, 2 prosesus transversus, dan 4 prosesus artikularis. Prosesus
spinosus atau spina, mengarah ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Prosesus
transversus mengarah ke lateral dari pertemuan lamina dan pedikulus.
Prosesus spinosus dan prosesus transversus berperan sebagai pengungkit dan
tempat melekatnya otot dan ligamen (Snell, 2003).
Prosesus artikularis terletak vertikal dan terdiri atas 2 prosesus artikularis
superior dan 2 prosesus artikularis inferior. Kedua prosesus artikularis
superior dari satu arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus artikularis
inferior dari arkus vertebra yang terletak di atasnya, membentuk dua sendi
sinovial (Snell, 2003).Pedikuli mempunyai lekukan di pinggir atas dan bawah,
membentuk insisura vertebralis superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura
vertebralis superior dari sebuah vertebra bersama dengan insisura vertebralis
inferior vertebra di dekatnya membentuk foramen intervertebralis. Pada rangka
yang bersendi, foramen-foramen ini menjadi tempat lewatnya nervus spinalis
dan pembuluh darah. Radiks anterior dan radiks posterior nervus spinalis
bergabung menjadi satu di dalam foramina dan membentuk nervus spinalis
segmentalis (Snell, 2003).

Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus


intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini
stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan
reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring
(Haldeman et al, 2002)
3. Biomekanik Vertebra
Medula spinalis merupakan struktur yang mudah bergerak yang digantung oleh
akar saraf dan ligamen dentatum. Bila vertebra bergerak, pada awalnya dapat
menyebabkan terlipat atau tidak terlipatnya medula spinalis. Sepanjang medula
spinalis dapat menyesuaikan diri, maka medula spinalis tidak bergerak naik-turun
dalam kanalis spinalis. Perubahan panjang medula spinalis sewaktu terjadi
ketegangan (tension), sekitar 70-75% dalam bentuk terlipat dan tidak terlipat,
sisanya dalam bentuk elongasi oleh sifat deformasi elastik. Sifat dapat meregang
dari medula spinalis tercatat dalam bentuk bifasik, awalnya ia sangat elastis dan
memanjang lebih dari 10%, untuk peregangan lebih dari itu dibutuhkan kekuatan
yang lebih besar. Perubahan panjang medula spinalis diikuti secara simultan oleh
perubahan pada area cross sectional dengan cara menurun pada waktu tegang
(tension) dan meningkat sewaktu kompresi (Auliana, 2003)
Kekuatan vertebra dalam menahan beban pada dasarnya ditentukan oleh
kekuatan elemen tulang. Secara anatomis, tiap vertebra telah menyesuaikan bentuk
dan ukuranya sebagai refleksi dari beban yang diembannya, sehingga tampak
bertambah ukurannya mulai dari regio servikal sampai lumbal. Persendian faset
mengemban 18% beban kompresi, 45% kekuatan torsional dan sejumlah stabilitas
vertebra lainnya, tergantung dari arah orientasi faset (Auliana, 2003).
Diskus intervertebralis relatif resisten terhadap kegagalan menghadapi beban
kompresi. Vertebral end plate biasanya yang terlebih dahulu kalah baik pada
diskus normal maupun yang telah mengalami degenerasi terutama oleh beban
torsional. Beban pada vertebra terbukti sangat bervariasi, tergantung postur dan
beban eksternal. Pada L3-L4 sesorang yang sedang duduk, tekanan intradiskalnya
lebih tinggi dibanding waktu berdiri, tetapi tekanan paling rendah sewaktu
seseorang berbaring terlentang (Auliana, 2003).
Struktur ligamen pada vertebra harus mampu memerankan fungsi ganda yaitu
memungkinkan gerakan fisiologis vertebra disamping menahan gerakan vertebra
yang melampaui batas. Sebagai contoh pada waktu ekstensi panjang ligamen
flavum berkurang 10%, tetapi tidak menekuk ke dalam kanalis spinalis oleh karena
masih dibawah 15% yang dianggap sebagai pretension. Pada fleksi penuh, ligamen
mampu memanjang sampai 35%. Di luar range ini ligamen menjadi sangat kaku
dan tidak dapat berelongasi lagi (Auliana, 2003).
Gerakan yang terjadi pada regio lumbal meliputi fleksi-ekstensi, yang
mempunyai luas gerak sendi sebesar 20/35 – 0 – 40/60 pada bidang sagital posisi
pasien berdiri anatomis. Pada gerak fleksi terjadi slide ke anterior dari korpus
vertebra sehingga terjadi penyempitan pada diskus intervertebralis bagian anterior
dan meluas pada bagian posterior. Gerak lateral fleksi yang mempunyai luas gerak
sendi sebesar 15/20 – 0 – 15/20 pada bidang frontal posisi pasien berdiri anatomis.
Pada gerak lateral fleksi, korpus pada sisi ipsilateral saling mendekat dan saling
melebar pada sisi kontralateral. Gerak rotasi yang mempunyai luas gerak sendi
sebesar 45 – 0 – 45 pada bidang transversal, posisi pasien duduk anatomis dimana
gerak rotasi ini daerah lumbal hanya 2 derajat persegmen karena dibatasi oleh
sendi faset (Hall, 1953).
Mekanika columna vertebralis netral didefinisikan sebagai adanya lordosis
servikal dan lumbal yang normal dan kifosis torakal dan sakral. Frytte dan
Greenman menyatakan mekanika normal adalah saat sendi faset tidak bekerja.
Pada kondisi ini, gerakan lateral fleksi pada columna vertebralis akan
menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Hal ini dikenal dengan mekanika
tipe 1 dan terjadi di regio torakal dan lumbal. Jika gerakan fleksi atau ekstensi
dilakukan pada region tersebut, sendi faset akan bekerja dan akan mengontrol
pergerakan vertebra. Pada saat demikian, lateral fleksi dan rotasi berada pada satu
sisi. Hal ini dinamakan mekanika tipe 2 atau mekanika non-netral dan terjadi di
regio torakal atau lumbal saat fleksi atau ekstensi (Moore,1999; Seeley, 2003;
Carola, 1990 dikutip oleh Yanuar, 2002).

Você também pode gostar