Você está na página 1de 14

SEDIAAN SUSPENSI DAN EMULSI

A. TUJUAN
1. Suspensi
Mahasiswa diharapkan mampu :
- Mengetahui pengaruh alat terhadap tinggi sedimentasi
- Mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi pembasah terhadap tinggi sedimentasi
- Mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi suspending agent terhadap tinggi
sedimentasi
2. Emulsi
Mahasiswa diharapkan mampu :
- Mengetahui jenis dan konsentrasi emulgator terhadap stabilitas emulsi
- Mengetahui pengaruh cara pembuatan terhadap stabilitas emulsi
- Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi
- Mengetahui pengaruh peningkat viskositas terhadap stabilitas emulsi

B. DASAR TEORI
1. SUSPENSI
I. PENDAHULUAN
a. Definisi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair (farmakope Indonesia IV, hal 17). Zat
yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog
perlahan– lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah di gojog dan di tuang.
b. Keuntungan dan Kerugian Sediaan (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)
Keuntungan :
 Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul,
terutama anak-anak.
 Homogenitas tinggi.
 Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
 Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat.
 Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan :
 Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal jika jenuh, degradasi, dll).
 Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
 Alirannya menyebabkan sukar dituang.
 Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
 Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system
disperse (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi / perubahan temperature.
 Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh
dosis yang diinginkan.

II. FORMULA
a. Sifat Fisik Untuk Formulasi Suspensi yang Baik
o Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada
periode antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
o Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah
didispersikan kembali pada saat pengocokan.
o Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel
yang terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak
menyulitkan pada saat penuangan dari wadah.
o Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan
penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar.

b. Formula Umum (Disperse System, Vol 2, Lieberman, hal.232)


R/ Zat aktif
Bahan tambahan :
o Bahan pensuspensi (suspending agent)
Fungsi : memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel,
mencegah penggumpalan.
Contoh :
 Golongan poli sakarida
 Golongan selulosa larut air
 Golongan tanah liat
 Golongan sintetik
o Bahan pembasah (wetting agent) / humektan
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air dan
meningkatkan disperse bahan yang tidak larut.
Contoh : gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dll.
o Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa sediaan.
Catatan :
 Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol 70%, sukrosa 20-25%
 Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5%,
sakarin 0,05%
 Kombinasi sorbitol : sirupus simplex (30% b/v, 10% b/v)
 pH lebih besar dari 5 dipakai sorbitol karena sukrosa pada pH ini
akan terurai dan menyebabkan perubahan volume
 sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi, untuk mereduksi
kristalisasi ini maka dikombinasi dengan sorbitol dan gliserin.
Sukrosa stabil pada pH 4-8.
o Pewarna
o Pewangi
o Pengawet
Pengawet yang ideal harus memenuhi 3 kriteria :
 Harus efektif menyerang pada spectrum broad mikroorganisme
 Secara fisika, kimia, dan mikrobiologi stabil dalam produk untuk
jangka waktu yang panjang
 Tidak toksis dan sensitive, harus larut dan kompatibel dengan
komponen lain dalam formula
o Dapar atau acidifier
Fungsi pendapar : mengatur pH, memperbesar potensial pengawet dan
meningkatkan kelarutan.
Fungsi acidifier : mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspense,
memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kelarutan.
o Antioksidan
Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal
dengan memberikan atom hydrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas
dan mencegah terbentuknya peroksida.
o Anticaking
o Floculating agent
Flokulating agent dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
 Surfaktan
 Polimer hidrofilik
 Clay
 Elektrolit
o Antibusa
o Bahan pembawa : air, sirup, dll

III. EVALUASI DAN PENYIMPANAN


a. Evaluasi Fisika
o Distribusi ukuran partikel
o Homogenitas
o Volume sedimentasi dan kemampuan redispersi
o Bj sediaan dengan piknometer
o Sifat aliran dan viskositas dengan Viskometer Brookfield
o Volume terpindahkan
o Penetapan pH
o Kadar air (hanya untuk suspense kering)
o Penetapan waktu rekonstitusi (hanya untuk suspense kering)
b. Evaluasi Kimia
o Keseragaman sediaan
o Penetapan kadar (sesuai monografi masing-masing)
o Identifikasi (sesuai monografi masing-masing)
o Penetapan kapasitas penetralan asam (KPA) hanya untuk sediaan suspense
antasida
c. Evaluasi Biologi
o Uji potensi (untuk antibiotic)
o Uji batas mikroba (untuk suspense antasida)
o Uji efektifitas pengawet

IV. URAIAN EVALUASI FISIKA


Distribusi ukuran partikel
Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel :
a. Metode mikroskopik
b. Metode pengayakan
c. Metode sedimentasi
d. Metode penentuan volume partikel

2. EMULSI
I. PENDAHULUAN
a. Definisi
Emulsi adalah system dua fasa, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (FI IV, Hal 6).
b. Keuntungan Sediaan
Keuntungan :
o Pemakaian oral (biasanya tipe M/A). Tipe M/A bertujian untuk :
 Menutupi rasa minyak yang tidak enak
 Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak
diperkecil
 Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katalisator bila
diberikan dalam emulsi (minyak mineral sebagai katartik)
 Ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam bentuk terlarut
(mudah diabsorpsi ukuran partikel minyak diperkecil)
o Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang
homogeny secara visual
o Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air
o Pembuatan sediaan yang depoterapi (RPS)
 Penetrasi dan absorpsi dapat dikontrol
 Kerja emulsi lebih lama
o Tujuan khusus : Radipopaqua emmuls (X Ray)
Pemakaian pada kulit sebagai obat luar. Tipe emulsi yang digunakan
adalah M/A atau A/M tergantung pada berbagai factor :
 Sifat terapeutik zat yang akan dimasukkan dalam emulsi
 Keinginan untuk mendapatkan efek pelembut (emollient)
 Keadaan permukaan kulit

c. Tipe Emulsi
o Berdasarkan fasa terdispersinya emulsi terbagi :
 Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W) : fasa minyak
terdispersi dalam fasa air
 Emulsi air dalam minyak (A/M atau W/O) : fasa air terdispersi
dalam fasa minyak
o Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal dan
eksternal, maka emulsi dapat digolongkan menjdai 2 macam yaitu :
 Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke
dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
 Emulsi tipe W/O (water in oil) Atau A/M (air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke
dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai
fase external.

d. Stabilitas Sediaan Emulsi


Emulsi dikatakan stabil jika tidak terjadi koalesen fasa internal,
creaming, dan perubahan penampilan, bau, warna, serta sifat fisik
yang lain.
 Flokulasi dan creaming
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-
kelompok globul yang posisinya tidak beraturan.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan
dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam emulsi.
 Coalescence dan breaking
Coalescence merupakan proses bergabungnya droplet yang
akan diikuti dengan breaking yaitu pemisahan fasa terdispersi
dari safa kontinu. Proses irreversible karena lapisan emulgator
yang mengelilingi cairan sudah tidak ada.
 Inversi fasa
Infers fasa adalah proses perubahan, dimana fasa terdispersi
berubah fungsi menjadi medium pendispersi dan sebaliknya.
Penyebab ketidakstabilan ini adalah :
 Adanya perubahan suhu
 Adanya penambahan bahan yang mengubah kelarutan
emulgator
 Pembuatan emulsi menggunakan peralatan yang kotor
 Dibuat dengan prosedur pencampuran yang tidak
sesuai
 Perubahan komposisi fase terdispersi dan fase
pendispersi. Fase terdispersi > 74% dapat
mengakibatkan inversi.

e. HLB (Hidrophyl-Lipophyl-Balance)
HLB adalah karakteristik (ukuran) surfaktan yang menunjukkan
keseimbangan bagian hidrofil dan lopofil. Harga HLB makin besar
berarti surfaktan makin bersifat hidrofil. Apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam system minyak – air, maka gugus polar
(hidrofil) akan terarah ke fasa air sedangkan gugus nonpolar (lipofil)
terarah ke fasa minyak.
Perhitungan HLB surfaktan (cara griffin) :
 Untuk surfaktan yang merupakan ester polialkohol dengan
asam lemak :

𝑆
HLB = 20 (1 − 𝐴)

Dimana, S = angka penyabunan ester

A = angka keasaman asam lemak

 Untuk surfaktan yang esternya sukar disabunkan (S sukar


ditentukan) :
HLB = E + P

Dimana, E = % b/b gugus etilen oksid

P = % b/b gugus polialkohol

 Untuk surfaktan yang bagian hidrofilnya hanya terdiri dari


gugus etilen oksida :
𝐸
HLB = 𝑆
Cara Griffin tidak berlaku untuk :

 Surfaktan nonionic yang mempunyai gugus propilen oksida


serta unsur N dan S.
 Surfaktan anionic.

II. FORMULA
Sebelum menyusun formula harus diketahui terlebih dahulu :
a. Sifat – sifat fisika dan kimia zat berkhasiat.
b. Penggunaan emulsi (obat luar atau obat dalam).
c. Tipe emulsi (M/A atau A/M).
d. Konsistensi emulsi.

Formula umum sediaan emulsi :

a. Zat aktif
Harus memperhatikan :
 Sifat fisika (kelarutan, titik leleh, sifat aktif permukaan, pH).
 Sifat kimia (interaksi kimia).
 Stabilitas (cahaya, panas, oksidasi-reduksi, hidrolisa).
b. Pembawa (minyak dan air)
Pemilihan fase minyak tergantung pada pertimbangan :
 Jenis minyak : minyak alam / sintetik
 Konsistensi minyak : encer / padat
 Rasa
c. Emulgator
d. Zat pengawet
e. Bahan pembantu sesuai kebutuhan : antioksidan, pemanis, pewangi,
pewarna, dapar, anticaplocking, anti busa, dll.
III. PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI
Ada 3 metode pembuatan sediaan emulsi, yaitu :
a. Metode Kontinental (Gom kering)
b. Metode Inggris (Gom basah)
c. Metode botol

IV. EVALUASI SEDIAAN EMULSI


Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan terhadap sediaan emulsi adalah:
a. Pemeriksaan organoleptic
b. Penentuan efektivitas pengawet
c. Penentuan tipe emulsi
d. Penentuan ukuran globul
e. Penentuan sifat aliran dan viskositas sediaan
f. Penentuan berat jenis
g. Penentuan volume terpindahkan
h. Penentuan tinggi sedimentasi
i. Pengujian stabilitas dipercepat
j. Pengujian lain yang dipersyaratkan pada monografi bahan aktif

Prosedur pengembangan pengental :

a. CMC Na
Ditaburkan pada air mendidih (1000C) digoyangkan pelan – pelan
dan dibiarkan semalaman, aduk hingga homogen.
b. PGA
Ditaburkan merata pada air bersuhu normal dengan perbandingan
PGA : air = 1 : 7. Diamkan hingga PGA terendam sempurna, aduk
sampai homogen.
REFERENSI :
1. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen
Kesehatan RI: Jakarta
2. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
III. UI Pressm : Jakarta
3. Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7th edition, Marck
Publishing Company: USA
4. Buku Modul Blok 20, Teknologi Farmasi, Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun Ajaran 2017/2018
Data Sediaan Suspensi

Pengaruh Pembasah dan Suspending Agent

FORMULA 1

Volume 50 ml
Zink oxide 10 %
Pensuspensi : PGA 5%
Pembasah : sorbitol 5%

a. Perhitungan bahan
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Zink oxide 10% = 𝑥 50 𝑚𝑙
100 𝑚𝑙

= 5 gram

5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Pensuspensi : PGA 5% = 𝑥 50 𝑚𝑙
100 𝑚𝑙

= 2,5 gram
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Pembasah : sorbitol 5% = 𝑥 50 𝑚𝑙
100 𝑚𝑙

= 2,5 gram

b. Pengukuran Tinggi Sedimentasi


Tinggi Tinggi Sedimentasi Pada Waktu (hv)
awal 10’ 20’ 30’ 60’ 2 1 3
(h0) jam hari hari
13 cm 13 13 13 13 13 11,
cm cm cm cm cm 7
cm
Perhitungan volume sedimentasi :

10 20 30 60 2 1 3hari
menit menit menit menit jam hari

ℎ𝑣 ℎ𝑣 ℎ𝑣 ℎ𝑣 ℎ𝑣 ℎ𝑣
= = = =
ℎ𝑜 ℎ𝑜 ℎ𝑜 ℎ𝑜 ℎ𝑜 ℎ𝑜
13 13 13 13 13 =
=1 =1 =1 =1 = 13
13 13 13 13
11,7
=1 13

=
0,9

c. Berat jenis
Bobot piknometer kosong (Po) = 23,37 gram
Bobot piknometer + air (Pa) = 47,71 gram
Bobot piknometer + sediaan (Ps) = 50,30 gram

𝑃𝑠−𝑃𝑜
ρ = 𝑃𝑎−𝑃𝑜
50,30 𝑔𝑟𝑎𝑚−23,37 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 47,71 𝑔𝑟𝑎𝑚−23,37 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1,108 gr/cm3
PEMBAHASAN

Você também pode gostar