Você está na página 1de 10

STRATIFIKASI SOSIAL

( Laporan Sosiologi Pedesaan )

Disusun oleh:

ARISA AYU ANDITA 1814181030

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ISI

A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk
jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas
yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan
prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar
pembentukan pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran
kekuasaan dan wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
sosial masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan
peranan merupakan dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti
penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah
pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu dalam
masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut (Abdulsyani,1994).

B. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk
jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas
yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan
prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar
pembentukan pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran
kekuasaan dan wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan
sosial masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan
peranan merupakan dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti
penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah
pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu dalam
masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.

hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka
mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau
pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota
masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan terhadap
jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi,
misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian
dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi
jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi,
sesuai dengan kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah
demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan
bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses
lapisan masyarakat, pokok-pokok sebagai berikut dapat dijadikan pedoman :
Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam
masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi
masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan..
Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain:
 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya;penghasilan,
kekayaan, keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan) wewenang dan
sebagainya.
 Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan).
 Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas
pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau
kekuasaan.
 Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi mudah atau
sukarnya bertukar kedudukan.
 Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang
menduduki kedududkan yang sama dalam system sosial masyarakat
seperti;
1) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi,
perkawinan dan sebagainya)
2) Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai
3) Kesadaran akan kedudukan masing-masing
4) Aktivitas sebagai organ kolektif
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
 Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu
sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat
keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
 Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam
pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-
organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik, Perusahaan,
Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses
pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.
Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya
adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok
dalam stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan
mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal
intragenerasi, dan mobilitas antar generasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka
stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi
tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap
anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang
satu ke tingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan,
jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh
bisa mengubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena
berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah,
kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan
pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota
masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem
kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat
biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa
menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup
besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas
sosial sangat kecil (Robert,1994).
A. Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan
sebagaidasarpembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
a. Ukuran kekayaan
b. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial
yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan
akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan
tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal,
kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan
persawahan dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan
ternak seperti kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa
siapa yang bisa untuk membeli hewan ternak itu adalah hanya
orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan dengan adanya
hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak bisa membiayai
untuk kebutuhan hidupnya.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial
dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering
tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam
masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak
kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat
mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan
atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya.
Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak
jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang
yang berperilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang
paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi
dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-
gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat
negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut
lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar
untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli
skripsi, membuat ijazah palsu dan seterusnya (Soerjono
Soekanto,2010).
Unsur-unsur stratifikasi :
a. Kedudukan (Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial
b. Peranan (Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan seperti peranan peternak kambing sebagai penggerak
roda perekonomian yang secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial :
a. Ascribed
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti
jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya.
b. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena
kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status
yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses karena
keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat
kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
c. Assigned
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di
dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi
diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya
seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh,
dan sebagainya.
Bentuk stratifikasi sosial diantaranya sebagai berikut :
 Sistem Kasta (tertutup)
Sistem kasta memilki karakteristik sistem kelas yang horizontal
(strata) yang merefresentasikan area-area fungsional yang terdapat
dalam masyarakat. Area-area tersebut meliputi religi (agama),
pendidikan, pemerintahan dan bisnis. Masing-masing area
kemudian disusun berdasarkan atas tingkat kepentingan fungsional
dalam masyarakatnya.
 Sistem Estate (tertutup)
Bentuk kedua dari stratifikasi sosial adalah sistem estate yang pada
dasarnya juga berdasarkan pada sistem kelas tertutup, tetapi lebih
luas bila dibandingkan dengan sistem kasta. Sistem estate
mencapai masa kejayaannya pada masa feodalisme di eropa dan
masih digunakan oleh beberapa negara yang tetap mempertahankan
sistem aristokrasi atau kepemilikan tanah secara turun temurun
(feodalis Eropa). Istilah ”estate” berasal dari istilah feodal Eropa.
 Sistem Kelas (terbuka)
Status sosial yang mereka peroleh dari ukuran ekonomi yaitu
seberapa besar kekayaan yang dipunyai. Ketiga kelas tersebut
adalah kelas atas (kelas kaya), kelas bawah (kelas miskin) dan
kelas yang ketiga, yang berada diantara kelas kaya dan kelas
miskin tersebut yakni kelas menengah. Contoh dalam dunia
peternakan seperti para peternak kambing yang terdiri dari
beberapa lapisan/stratifikasi baik kelas atas maupun kelas bawah,
karena rata-rata peternak kambing di pedesaan keadaan
ekonominya masih jauh dari mencukupi(Sanderson Stephen,2003).
B. Fungsi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :
 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan
penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan wewenang pada jabatan,
pangkat, kedudukan seseorang.
 Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat
yang menyangkut prestise dan penghargaan, Misalnya: Pada seorang
yang menerima anugerah penghargaan gelar kebangsawanan, dan lain
sebagainya.
 Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui kualitas
pribadi keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan,
wewenang atau kekuasaan.
 Penentuan lambang-lambang (Simbol status) atau kedudukan, seperti
tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
 Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
 Alat solidaritas di antara individu-individu/ kelompok yang menduduki
system sosial yang sama dalam masyarakat.

Fungsi Stratifikasi Sosial di dalam bidang Peternakan : Mempermudah dalam


proses penyuluhan maupun proses penggolongan, apakah itu penggolongan
berdasarkan ekonomi maupun pendidikan (Karsidi Ravik,2007).
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara.


IKAPI. Jakarta.

Karsidi Ravik. 2007. Sosiologi Pendidikan. UNS press. Surakarta.

Robert M. Z. 1994. Lawang, Pengantar Sosiologi. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sanderson Stephen K. 2003. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realita


sosial. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta.

Você também pode gostar