Você está na página 1de 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
karuniaNya kami bisa menyusun makalah berjudul “MODEL PENELITIAN
TAFSIR & HADIST” ini dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kelompok
jurusan TEKNIK INFORMATIKA, Fakultas SAINS dan TEKNOLOGI.

Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan


tantangan namun dengan dukungan dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat
kami atasi.

Oleh karena itu, kami selaku kelompok 7 mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing kami yaitu: Pak Solehuddin Harahap, M.Sy. dan rekan-rekan
penyusun kelompok makalah ini.

Semoga semua dukungan dari beberapa pihak mendapat balasan dari Allah
SWT.

Kami selaku penyusun makalah ini sadar bahwasanya makalah kami ini
jauh dari kata sempurna baik segi penyusun maupun isi serta kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata,harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat


untuk pembaca dan kita sekalian.

Pekanbaru, 6 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I .......................................................................................................................1

PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ...............................................................................1

A. RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 1


B. TUJUAN .................................................................................................. 1
BAB II ......................................................................................................................2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TAFSIR & HADIST .......................................................2

2.2 TUJUAN DILAKUKANNYA PENELITIAN .........................................3

2.3 MODEL-MODEL PENELITIAN TAFSIR & HADIST ..........................3

A. Model Penelitian Tafsir............................................................................... 3


B. Corak Penafsiran ...................................................................................... 4
C. Model-Model Penelitian Hadist ............................................................... 6
2.4 Macam-macam Metode Penafsiran Al-Quran .........................................10

BAB III ..................................................................................................................12

PENUTUP

3.1 Simpulan ..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I

PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dari segi usianya, penafsiran Al-Quran termasuk yang paling tua
dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam Islam. Pada saat Al-
Quran diturunkan lima belas abad yang lalu,Rasulllah Saw, ayng berfungsi
sebagai mubayyin (pemberi penjelasan) telah menjelaskan arti dan kandungan
Al-Quran kepada sahabat-sahabatnya.namun memang Rasulullah sendiri
tidak menjelaskan semua kandungan Al-Quran. Sehingga ada bebrapa hal
yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Terjadinya gabungan dari tiga sumber yaitu penafsiran Rasulullah SAW,
penafsiran para sahabat dan penafsiran para tabi’in.
2. Semakin pesatnya perkembangan agama islam dikalangan masyarakat
sehingga muncullah dan beredar hadis-hadis palsu dan lemah dikalangan
masyarakat.
3. Berkembang dan bertambah besarnya peranan akal atau ijtihad dalam
penafsiran Al-Quran sehingga bermunculan berbagai kitab atau
penafsiran.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penegertian dari tafsir & Hadist?
2. Bagaimana metode penelitian dari tafsir & hadist ?
3. Model penelitian siapa saja yang digunkan dalam tafsir & hadist ?

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penegertian dari tafsir & Hadist
2. Untuk mengetahui metode penelitian dari tafsir & hadist
3. Untuk mengetahui model para peneliti yang digunakan dalam tafsir &
hadist

1
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN TAFSIR & HADIST


Tafsir berasal dari bahasa arab fassara, yufassiru, tafsiran yang beararti
penjelasan pemahaman, dan perincian. Selain itu tafsir dapat berarti al –idlah
wa al- tabyin yaitu penjelasan dan keterangan. Pengertian tafsir sebagaimana
yang dikemukakan pakar Al-Quran tampil dalam formulasi yan berbeda-beda,
namun esensinya sama diantaranya :
1. Al-Jurjanji mengatakan bahwa tafsir ialah menjelaskan makna ayat-ayat
Al-quran dari berbagai seginya, baik konteks maupun historisnya
maupun sebab al-nuzulnya.1
2. Imam al-Zarqani mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas
kandungan Al-quran baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai
dikehendaki Allah, menurut kadar kesanggupan manusia.1
3. Abu Bayan, sebagimana yang dikutip Al-Suyuthi mengatakan bahwa
tafsir adalh ilmu yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai cara
mengucapkan lafal Al-quran disertai makna serta hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya. 1
4. Az-Zarkasyi mengatakn bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk
mengetahui kandungan kitabullah (Al-Quran ) yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengambil penjelasan maknanya
yang didalamnya terkandunng Firman Allah Swt.1
Dari pendapat pakar Al-Quran diatas dapatlah disimpulkan bahwa
tafsir ialah ilmu yang menjelaskan tentang cara mengucapkan lafadh Al-
Quran, makna-makna yan ditunjukkan dan hukum-hukumnya, baik itu
ketika berdiri sendiri atau tersusun, serta makna- makna yang
dimungkinannya ketika dalam keadaan tersusun. 1

1
W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991),cet.XXI,hlm.653.
Ahmad Al-Jurjan,Kitab at-Ta’rifat,(Mesir:Dar al-ma’arif, 1965),hlm.65.
Muhammad Abb al-adzim al-Zarqani,op.cit.,hlm.3.

2
Dari pendekatan kebahasaan, hadist berasal dari bahasa arab, yaitu
dari kata hadatsa, yabdutsu, baditsan, haditsan pengertian yang
bermacam-macam. Selanjutnyakata al-hadist dapat pula berarti al-qarib
yang berarti menunjukan pada waktu yang dekat atau singkat. Kata al-
hadist dapat pula berarti al-khabar yang berarti ma yutahaddabts bib wa
yunqal, yaitu sesuatu yang perbincangkan, dibicarakan atau diberitakan
dan alihkan dari seseorang keorang lain.

TUJUAN DILAKUKANNYA PENELITIAN


1. Sebagai salah satu ayat untuk dapat memahami dan menafsirakn ayat-ayat
Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
2. Agar dapat memahami arti and maksud ayat Al-quran sehingga dapat
melaksanakan petunjuk,ajaranajaran, peraturan-peraturandan hukum-
hukumyang dibawa Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

MODEL-MODEL PENELITIAN TAFSIR & HADIST


A. Model Penelitian Tafsir
1. Model Quraisy Shihab
H.M Quraisy Shihab (lahir th.1944) – pakar di bidang Tafsir dan
Hadis se Asia_Tenggara, telah banyak melakuakn penelitian terhadap
berbagai karya ulama terdahulu dibidang tafsir. 2
Hasil penelitian H.M. Quraish Shihab terhadap Tafsir al-Manar
Muhammad Abduh menyatakan bahwa Syeikh Muhammad Abduh
adalah seorang ahli tafsir yang banyak mengandalkan akal, menganut
prinsip tidak menafsirkan ayat-ayat yang kandungannya tidak terjangkau
oleh pikiran manusia, tidak pula ayat-ayat yang samara tau tidak
terperinci dalam Al-Quran.2
Quraish shihab telah meneliti hampir seluruh karya tafsir yang
dilakukan para ulam terdahulu Dari penelitian telah dihasailkan beberapa

2 Al-Suyuthi,op.cit.,hlm.174.
Imam al-Zarkasy,al-Burban fi Ulum Alquran, jilid II,(Mesir: Isa al-Baby al_Halaby, 66),hlm.13.

3
kesimpulan yang baerkenaan dengan tafsir ,antar lain tentang; (1)
periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir, (2) corak-corak
penafsiran, (3) macam-macam metode penafsiran Al-quran, dan (4)
syarat-syarat dalam manafsirkan Al-Quran, dan (5) hubungan tafsir
modernisasi .
a. Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir
Tafsir dilihat dari segi penulisannya, perkembangan tafsir dapat
dibagi kedalam tiga periode. Periode 1, yaitu masa Rasulullah,
sahabat dan permualaan tabi’in, dimana masa tafsir belum tertulis .
Periode II, bermuala dengan kodifikasi hadis secar resmim pada masa
pemerintahan ‘Umar Bin Abdul ‘Aziz (99-101 H). Periode III,
dimulai dengan penyusunan kitab-kitab tafsir secara khusus. Namun
ditambah lagi periode keempat, yaitu periode munculnya para peneliti
tafsir yang membuktikan hasil penelitian itu, sehingga dapat
membantu masyarakat mengenal karya tafsir. 3

B. Corak Penafsiran
Corak penafsiran yang dilkenal selama ini antara lain; (a) corak
sastra bahasa, yang timbulakibat kelemahan-kelemahnan orang Arab
sendiri dibidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk
menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti
akndungan Al-Quran dibidang ini. (b) corak filsafat dan teologi,
akibat penerjemaahn kitab filasafat yang mempengaruhi sementara
pihak, serat akibat masuknya penaganut agama lain kedalam Islam, (c)
corak penafsiran ilmiah, akibat kemajuan ilmu pengetahuandan usaha
penafsir untuk memahami ayat-ayat Al-quran selain denagn
perkembangan ilmu, (d) corak fiqih atau hukum, akibat
berkembangnya ilmu fiqih, dan terbentuknya mazhab-mazhab fiqih,
ayng setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran golongannya
berdasarkan penafsian mereka terhadap ayat-ayat hukum, (e) corak
tasawuf, akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai raeksi

4
terhadap kecenderunagn berbagai piahak, (f) bermula pada masa
Syaikh Muhammad ‘Abduh (1849-1905, corak tersebut mulai
berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada corak sastra
budaya kemasyrakatan. Yakni satu corak tafsir ayng
menjelaskanpetunjuk ayat-ayat Al-Quran yang berakitann dengan
kehidupan masyarakat serta usaha untuk menanggulangi penyakit atau
masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan
mengemuakakan petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah
dimengerti tapi indah didengar).2

2. Model Ahmad Al-Syarbashi


Pada tahun 1985, Ahmad melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif, eksploratif dan analisis sama seperti
metode Qurais Shihab namun sumber yang digunakan adalah bahab-
bahan bacaan atau kepustakaan yang ditulis ulama tafsir. Hasilnya
mencakup 3 bidang. Pertama, mengenai sejarah Al-Quran yang dibagi
dalam tafsir pada masa sahabat nabi. Kedua, mengenai corak tafsir yaitu
tafsir ilmiah, tafsir sufi, dan tafsir politik. Ketiga, mengenai gerakan
pembaruan dibidang tafsir. Menurutnya, tafsir pada zamanRasulullah
disusun pendek dan ringkas Karen pada saaat itu penguasaan bahasa
Arab masih sangat murni untuk memahami gaya susunan kalimat Al-
Quran. 3
3. Model Syeikh Muhammad Al-Gahazali
Syeikh Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh pemikir Islam pada
abad modern. Beliau menempuh cara penelitian yang bercorak deskriptif,
eksploratif, dan analitis dengan pedoman kitab tafsir yang telah ditulis
para ulamaterdahulu. 3
Muhammad Al-Ghazali mengemukakan adanya metode modern
dalam memahami Al-Quran. Ia juga menginformasikan adanya

2
Ibid,hlm.73.

5
pendekatan atsariyah atau tafsir bi al-matsur.yang mana kajian ini dapat
dilihat dalam kitab Ibnu Katsir, kitab tafsir yan amat popular.
Selanjutnya Muhammad Al-Ghazali mengemukakan ada juga tafsir
yang bercorak dialogis.menurutnya, tafsir ini banyak menyajikan tema
menarik. Namun pada akhirnya Muhammad Al-ghazali sampai pada
suatu saran yaitu; “kita inginkan ialah karya-karya keislaman yang
menambah tajamnya pandangan Islam.
Kita hendaknya berpandangan bahwa hasil pikiran manusia adalah
relatif, bisa benar juga bisa salah. Di sisi lain kita juga menutup mata
terhadap adanya manfaat serta sumbangan keagamaan pemikiran
keagamaan lainny, bila itu semua menggunakan metode yang tepat”.
Itulah sebagian kesimpulan saran yang dikemukakan oleh Muhammad
Al-Ghazali dai hasil penelitiannya. 4

C. Model-Model Penelitian Hadist


Dapat dikatakan bahwa penelitian terhadap hadist lebih banyak
dibandingkan penelitian terhadap al-Qur’an. Hal ini terjadi karena datangnya
segi datangnya terhadap al-Qur’an dan hadist berbeda. Kedatangan atau
turunnya terhadap al-Qur’an diyakini secara mutawwatir berasal dari Allah.
Tidak ada satu ayat terhadap al-Qur’an-pun yang diragukan sebagai yang
bukan berasal dari Allah. Atas dasar inilah dianggap tidak perlu diteliti apakah
ayat-ayat tersebut berasal dari Allah atau bukan. Sedangkan hadist yaitu
berasal dari Nabi Muhammad SAW, bahkan ada yang berasal dari bukan nabi.
Selain itu, juga disebabkan perhatian pada penulisan hadist pada zaman
Rasulullah agak kurang, bahkan Beliau juga pernah melarangnya dan juga
karea sebab politis. 3
1. Model H.M Quraish Shihab
H.M Quraish Shihab dalam penelitiannya terhadap tidak lebih
bannyak dibandingkan dengan penelitiannya terhadap al-Qur’an. Pada

3
Hasan Hanafi,al-Yamin wa al-Yasar fi al-Fikr al-Diny, (Mesir:Dar al-Ma’arif,1989),hlm.77.
H.M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992),cet.II,hlm.85.

6
bukunya yang berjudul Membumikan al-Qur’an, ia hanya meneliti dua
sisi keberadaan hadist, yaitu mengenai al-Qur’an dan hadist serta posisi
dalam sunnah tafsir
Bahan-bahan penelitian yang digunakan H.M Quraish Shihab
adalah kepustakaan atau bacaan yaitu sejumlah buku yang ditulis oleh
pakar dalam bidang hadist termasuk pula dalam al-Qur’an. Penelitian
bersifat deskriptif analitis, dan bukan uji hipotesis.
Hasil penelitian beliau tentang hadist terhadap al-Qur’an,
menyatakan bahwa al-Qur’an menekankan bahwa Rasulullah SAW
berfungsi menjelaskan maksud firman Allah

2. Model Mustofa Al-Siba’iy


Beliau dikenal sebagai tokoh intelektual muslim dari Mesir dan
disebut sebagai pengikut gerakan ikhwanul muslimin, selain meneliti
banyak masalah sosial selain ekonomi dari sudut pandang islam ia juga
menulis kajian islam. Berberapa bukunya yang berkenaan dengan hadist
adalah Al-Sunnah wa Makanatuba fi al-Tasyri’i al-islami yang
diterjemahkan oleh Nurcholish Madjid menjadi Sunnah dan Peranannya
dalam Penetapan Hukum Islam Sebuah Pembelaan Kaum Suni.
Hasil penelitian yang dilakukan Al-Siba’iy antara lain mengenai
sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadist mulai dari Rasulullah
sampai terjadi upaya pemalsuan hadist dan usaha para ulama untuk
membendungnya, dengan melakukan pencatatan sunnah, dibukukannya
ilmu Musthalab al-Hadist, ilmu Jarb dan al-Ta’dil, kitab-kitab tentang
hadist palsu dan para pemalsu serta penyebarnya.
Dengan melihat isi penelitian yang dikemukakan diatas, Al-Siba’iy
tampak tidak netral. Ia berupaya mengumpulkan bahan- bahan kajian
sebanyak mungkin, kemudian diarahkan untuk melakukan pembelaan

7
Kaum Sunni terhadap Al-Sunnah. Seharusnya ia menyajikan data apa
adanya, sedangkan penilaiannya diserahkan kepada pembaca.34

3. Model Muhammad Alghazali


Beliau menyajikan hasil penelitiannya tentang hadist dalam buku
yang berjudul al-Sunnah al-Nabawiyah Baina ahl al-Fiqh wa Ahl al
Hadist merupakan seorang ulama jebolan Universitas al-Alzhar, Mesir
yang disegani dunia Islam, khususnya daerah Timur Tengah dan beliau
juga seorang penulis yang produktif
Masalah yang terdapat dalam buku hasil penelitian Muhammad
Alghazali nampak cukup banyak. Setelah ia menjelaskan ke-sahih-an
hadist dan persyaratannya, ia juga mengemukakan tentang mayit yang
diazab karena tangisan keluarganya, tentang hukum qisash, salat tahiyah
mesjid, tentang sekitar dunia wanita yang meliputi antara kerudung dan
cadar, wanita keluarga dan profesi, hubungan wanita di mesjid, kesaksian
wanita dalam kasus-kasus pidana dan qisash, perihal nyanyian, etika
makan, minum, berpakaian, dan membangun rumah, kemasukan setan:
esensi dan cara pengobatannya, memahami al-Qur’an secara serius,
hadist-hadist tentang masa kekacauan, sarana dan tujuan, serta takdir, dan
fatalisme
Berbagai masalah yang dimuat dalam buku tersebut tampak
didominasi oleh masalah fiqh yang aktual, sedangkan masalah yang
berkaitan dengan etika dan teologi hanya disinggung secara sepintas
saja.

4. Model Penelitian Lainnya


Bukunya berjudul al-Taqyid wa al-Idlab Syarh Muqaddiman Ibn
al-Shalah adalah termasuk kitab ilmu hadist tertua yang banyak

4
Hasan Hanafi,al-Yamin wa al-Yasar fi al-Fikr al-Diny, (Mesir:Dar al-Ma’arif,1989),hlm.77.
H.M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992),cet.II,hlm.85.

8
mngemukakan hasil penelitian dan banyak dijadikan rujukan oleh para
peneliti dan penulis hadist generasi berikutnya. Beliau disebut sebagai
penganut mahzab Syafi’i, belajar di Mesir dan meneladani bidang fiqh.
Diantara gurunya adalah Al-Asnawiy dan Ibn ‘Udlan yang keduanya
termasuk pendiri mahzab Syafi’i
Mengingat sebelum jaman al-Iraqi belum ada hasil penelitian
hadist maka ia nampak berusah membangun ilmu hadist dengan
menggunakan bahan-bahan hadist Nabi serta berbagai pendapat para
ulama yang dijumpai dalam kitab tersebut, dengan demikian
penelitiannya bersifat penelitian awal, yaitu penelitian yang ditujukan
untuk menemukan bahan-bahan untuk digunakan membangun suatu
ilmu. Buku inilah buat pertama kali mengemukakan macam hadist yang
berdasarkan pada kualitas sanat dan muatannya, yaitu ada hasit yang
tergolong shahih, hasan, da’if. kemudian dilihat pula dari keadaan
bersambung atau terputusnya sanat yang dibaginya menjadi hadist
musnad, muttasil, marfu’, mursal, dan al-munqatil.

5. Model Penelitian Lainnya


Selanjutnya, terdapat pula model penelitian hadist yang diarahkan
pada fokus kajian aspek tertentu saja. Misalnya Rif’at Fauzi Abd Aal-
Muthalib pada tahun 1981, meneliti tentang perkembangan Al-sunnah
pada abad ke-2 hijrah. Hasil penelitiannya dilaporkan dalam buku yang
berjudul Tautsiq Al-Sunnah fi al-Qurn al-Tsaniy al-Hijri Ususuhu wa
itijahad. Selanjutnya Mahmud Abu Rayyah melalui telaah keritis atas
sejumlah hadist Nabi Muhammad SAW dalam bukunya yang berjudul
Adlwa’a ‘Ala Al-sunnah al-muhammadiyah, tanpa menyebutkan tahun
terbitnya.
Ada pula yang menyusun hadist-hadist dengan mengambil bahan-
bahanpada hasil penelitian tersebut. Diantaranya Muhammad Ajjaj Al-
Khatib menulis buku Ushul al-Hadist Ulumuhu Wa Mushthalahuhu, adib
shalih menulis buku yang berjudul Lahmat fi Ushul al-Hadist, dan Nur

9
al-din Atar menulis buku yang berjudul Manhajal-Naqd fi Ulum al-
Hadist yang diterbitkan Dar Al-Fikr tanpa tahun.

Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka kini ilmu hadist tumbuh
menjadi salah satu ilmu kedisiplinan. Penelitian hadist tampak masih terbuka
luas terutama jika dikaitkan dengan permasalaahan aktual dewasa ini.
Penelitian terhadap kualitas hadist yang dipakai dalam berbagai kitab
misalnya belum banyak dilakukan. Demikian pula dengan penelitian hadist
yang ada hubungannya dengan berbagai masalah aktual tampak masih terbuka
luas berbagai pendekatan dalam memahami hadist juga belum banyak
digunakan misalnya, penedekatan sosiologis, paedagogis, antropologis,
ekonomi, politik, filosisfis tampak belum banyak digunakan oleh peneliti
hadist sebelumnya.akibat dari keadaan demikian tampak bahwa pemahaman
msyarakat pada hadist pada umumnya masih bersifat parsial.

Macam-macam Metode Penafsiran Al-Quran


1. Metode Tafsir Tabiliy
Metode tafsir tabiliy adalah suatu metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari seluruh aspeknya.
Didalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtunan ayat sebagaimana yang
tersusun didalam mushaf. Penafsiran memulai uraiannya dengan
mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan arti ayat. Metode
ini banyak digunakan paar ulama pada masa klasik dan pertengahan.
2. Metode Tafsir Ijmaly
Metode tafsir ijmaly adalah suatu metode tafsir yang menafsirakn
ayat-ayat Al-Quran dengan cara mengemukakan makna global. Penafsir
akan membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada didalam
mushaf, kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat
tersebut.5

5
Quraish Shihab,op.cit.hlm.87.

10
3. Metode Tafsir Muqaran
Metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat Al-quran
yang ditulis oleh sejumlah para mufassir.

Kajian tafsir dengan metode muqaran dikelompokkan menjadi 3, yaitu:


 Perbandingan ayat Al-Quran dengan ayat lain.
 Perbandingan ayat Al-Quran dengan hadis.
 Perbandingan penafsiran mufassir dengan mufassir yang lain.
4. Metode Tafsir Maudlu’iy
Metode tafsir maulu’iy yaitu himpunan ayat-ayat Al-Quran yang
mempunyai maksud yang sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu
topic masalah dan menyusunnya berdasar kronologis serta sebab turunnya
ayat-ayat tersebut.
Metode maudlu’iy mempunyai dua pengertian. Pertama, penafsiran
menayngkut satu suratdalam Al-quran dengan menjelaskan tujuan-
tujuannya secara umu dan yang merupakan tema sentralnya serta
menghubungkan persoalan-persoalan yang beraneka ragam denagn surat
tersebut dan juga denagn tema tersebut. Kedua, penafsiran yang bermula
dari menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang membahas satu masalah
tertentu dari berbagai ayat atau surat Al-quran , kemudian mennjelaskan
pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut., guana menarik petunjuk
Al-Quran secara utuh tentang masalah yang dibahas itu.

Di beberapa Negara Islam selain Mesir, demikian Quraish Shihab mengatakan, para pakarnya juga
melakukan upaya penafsiran Al-Quran dengan mengggunakan metode ini. Belakangan Shubhi
‘Abd al-Ra’uf ‘Ashr menulis kitab berjudul al-Mu’jam al-Maudlu’iy li ayat Al-Quran Al-karim, yang
isinya berupa himpunana ayt-ayat Al-Quran dengan gaya susunan maudhlu’iy.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Salah satu keistimewaan para ahli ilmu di dunia islam, terutama para imam
hadits, ialah banyak melakukan lawatan dan perjalanan. Dalam hal ini,
mereka mengikuti jejak para sahabat dan tabi’in. apabila mereka menerima
sebuah hadits dari sanad perawi yang dapat dipercaya, mereka tidak
merasa puas dengan cara ini, tetapi mereka melakukan perjalanan berhari-
hari, bahkan berbulan-bulan untuk mendapatkan hadits tersebut secara
langsung dari orang yang meriwayatkannya, tanpa melalui perantara.

2. Ilmu tafsir tumbuh sejak zaman Rasulullah. Rasulullah beserta para


sahabatnya mentradisikan, menguraikan dan menafsirkan Al-qur’an sesaat
setlah turunya. Tradisi it uterus berlangsung sampai beliu wafat. Tafsir bi
al-ma’tsur yang bersumber dari Nabi, para sahabat, tabi’in, dan tabi’in-
tabi’in itu diturunkan kegenerasi berikutnya melalui periwayatan. Hal ini
berlansung sampai periode awal pengkodifikasian hadis, yang pada saat
itu, tafsir meruakan salah satu bagian kitab hadis itu. Pada saat itu tafsir
belum dikodifikasikan secara khusus surat persurat dan ayat perayat dari
awala hingga akhir mushaf. Yang terjadi adalah terdapat sebagian ulama
yang berkeliling daerah untuk mengumpulkan hadis. Bersamaan dengan
hadis dikumpulkan pula riwayat-riwayat tafsir yang dinisabkan kepada
nabi, atau sahabat, atau tabi’in.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, J. d. (2009). Metodologi study Islam. bandung: PT Remaja Rosda.


Nata, A. (2010). Metodelogi Studi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Poerwardaminta, W. (1991). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prof. Dr. Muhaimin, M. d. (2010). Studi Islam Dalam Ragam Dimensi &
Pendekatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

13

Você também pode gostar