Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
karuniaNya kami bisa menyusun makalah berjudul “MODEL PENELITIAN
TAFSIR & HADIST” ini dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kelompok
jurusan TEKNIK INFORMATIKA, Fakultas SAINS dan TEKNOLOGI.
Oleh karena itu, kami selaku kelompok 7 mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing kami yaitu: Pak Solehuddin Harahap, M.Sy. dan rekan-rekan
penyusun kelompok makalah ini.
Semoga semua dukungan dari beberapa pihak mendapat balasan dari Allah
SWT.
Kami selaku penyusun makalah ini sadar bahwasanya makalah kami ini
jauh dari kata sempurna baik segi penyusun maupun isi serta kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PEDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
ii
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dari segi usianya, penafsiran Al-Quran termasuk yang paling tua
dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam Islam. Pada saat Al-
Quran diturunkan lima belas abad yang lalu,Rasulllah Saw, ayng berfungsi
sebagai mubayyin (pemberi penjelasan) telah menjelaskan arti dan kandungan
Al-Quran kepada sahabat-sahabatnya.namun memang Rasulullah sendiri
tidak menjelaskan semua kandungan Al-Quran. Sehingga ada bebrapa hal
yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Terjadinya gabungan dari tiga sumber yaitu penafsiran Rasulullah SAW,
penafsiran para sahabat dan penafsiran para tabi’in.
2. Semakin pesatnya perkembangan agama islam dikalangan masyarakat
sehingga muncullah dan beredar hadis-hadis palsu dan lemah dikalangan
masyarakat.
3. Berkembang dan bertambah besarnya peranan akal atau ijtihad dalam
penafsiran Al-Quran sehingga bermunculan berbagai kitab atau
penafsiran.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penegertian dari tafsir & Hadist?
2. Bagaimana metode penelitian dari tafsir & hadist ?
3. Model penelitian siapa saja yang digunkan dalam tafsir & hadist ?
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penegertian dari tafsir & Hadist
2. Untuk mengetahui metode penelitian dari tafsir & hadist
3. Untuk mengetahui model para peneliti yang digunakan dalam tafsir &
hadist
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991),cet.XXI,hlm.653.
Ahmad Al-Jurjan,Kitab at-Ta’rifat,(Mesir:Dar al-ma’arif, 1965),hlm.65.
Muhammad Abb al-adzim al-Zarqani,op.cit.,hlm.3.
2
Dari pendekatan kebahasaan, hadist berasal dari bahasa arab, yaitu
dari kata hadatsa, yabdutsu, baditsan, haditsan pengertian yang
bermacam-macam. Selanjutnyakata al-hadist dapat pula berarti al-qarib
yang berarti menunjukan pada waktu yang dekat atau singkat. Kata al-
hadist dapat pula berarti al-khabar yang berarti ma yutahaddabts bib wa
yunqal, yaitu sesuatu yang perbincangkan, dibicarakan atau diberitakan
dan alihkan dari seseorang keorang lain.
2 Al-Suyuthi,op.cit.,hlm.174.
Imam al-Zarkasy,al-Burban fi Ulum Alquran, jilid II,(Mesir: Isa al-Baby al_Halaby, 66),hlm.13.
3
kesimpulan yang baerkenaan dengan tafsir ,antar lain tentang; (1)
periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir, (2) corak-corak
penafsiran, (3) macam-macam metode penafsiran Al-quran, dan (4)
syarat-syarat dalam manafsirkan Al-Quran, dan (5) hubungan tafsir
modernisasi .
a. Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir
Tafsir dilihat dari segi penulisannya, perkembangan tafsir dapat
dibagi kedalam tiga periode. Periode 1, yaitu masa Rasulullah,
sahabat dan permualaan tabi’in, dimana masa tafsir belum tertulis .
Periode II, bermuala dengan kodifikasi hadis secar resmim pada masa
pemerintahan ‘Umar Bin Abdul ‘Aziz (99-101 H). Periode III,
dimulai dengan penyusunan kitab-kitab tafsir secara khusus. Namun
ditambah lagi periode keempat, yaitu periode munculnya para peneliti
tafsir yang membuktikan hasil penelitian itu, sehingga dapat
membantu masyarakat mengenal karya tafsir. 3
B. Corak Penafsiran
Corak penafsiran yang dilkenal selama ini antara lain; (a) corak
sastra bahasa, yang timbulakibat kelemahan-kelemahnan orang Arab
sendiri dibidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk
menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti
akndungan Al-Quran dibidang ini. (b) corak filsafat dan teologi,
akibat penerjemaahn kitab filasafat yang mempengaruhi sementara
pihak, serat akibat masuknya penaganut agama lain kedalam Islam, (c)
corak penafsiran ilmiah, akibat kemajuan ilmu pengetahuandan usaha
penafsir untuk memahami ayat-ayat Al-quran selain denagn
perkembangan ilmu, (d) corak fiqih atau hukum, akibat
berkembangnya ilmu fiqih, dan terbentuknya mazhab-mazhab fiqih,
ayng setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran golongannya
berdasarkan penafsian mereka terhadap ayat-ayat hukum, (e) corak
tasawuf, akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai raeksi
4
terhadap kecenderunagn berbagai piahak, (f) bermula pada masa
Syaikh Muhammad ‘Abduh (1849-1905, corak tersebut mulai
berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada corak sastra
budaya kemasyrakatan. Yakni satu corak tafsir ayng
menjelaskanpetunjuk ayat-ayat Al-Quran yang berakitann dengan
kehidupan masyarakat serta usaha untuk menanggulangi penyakit atau
masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan
mengemuakakan petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah
dimengerti tapi indah didengar).2
2
Ibid,hlm.73.
5
pendekatan atsariyah atau tafsir bi al-matsur.yang mana kajian ini dapat
dilihat dalam kitab Ibnu Katsir, kitab tafsir yan amat popular.
Selanjutnya Muhammad Al-Ghazali mengemukakan ada juga tafsir
yang bercorak dialogis.menurutnya, tafsir ini banyak menyajikan tema
menarik. Namun pada akhirnya Muhammad Al-ghazali sampai pada
suatu saran yaitu; “kita inginkan ialah karya-karya keislaman yang
menambah tajamnya pandangan Islam.
Kita hendaknya berpandangan bahwa hasil pikiran manusia adalah
relatif, bisa benar juga bisa salah. Di sisi lain kita juga menutup mata
terhadap adanya manfaat serta sumbangan keagamaan pemikiran
keagamaan lainny, bila itu semua menggunakan metode yang tepat”.
Itulah sebagian kesimpulan saran yang dikemukakan oleh Muhammad
Al-Ghazali dai hasil penelitiannya. 4
3
Hasan Hanafi,al-Yamin wa al-Yasar fi al-Fikr al-Diny, (Mesir:Dar al-Ma’arif,1989),hlm.77.
H.M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992),cet.II,hlm.85.
6
bukunya yang berjudul Membumikan al-Qur’an, ia hanya meneliti dua
sisi keberadaan hadist, yaitu mengenai al-Qur’an dan hadist serta posisi
dalam sunnah tafsir
Bahan-bahan penelitian yang digunakan H.M Quraish Shihab
adalah kepustakaan atau bacaan yaitu sejumlah buku yang ditulis oleh
pakar dalam bidang hadist termasuk pula dalam al-Qur’an. Penelitian
bersifat deskriptif analitis, dan bukan uji hipotesis.
Hasil penelitian beliau tentang hadist terhadap al-Qur’an,
menyatakan bahwa al-Qur’an menekankan bahwa Rasulullah SAW
berfungsi menjelaskan maksud firman Allah
7
Kaum Sunni terhadap Al-Sunnah. Seharusnya ia menyajikan data apa
adanya, sedangkan penilaiannya diserahkan kepada pembaca.34
4
Hasan Hanafi,al-Yamin wa al-Yasar fi al-Fikr al-Diny, (Mesir:Dar al-Ma’arif,1989),hlm.77.
H.M.Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992),cet.II,hlm.85.
8
mngemukakan hasil penelitian dan banyak dijadikan rujukan oleh para
peneliti dan penulis hadist generasi berikutnya. Beliau disebut sebagai
penganut mahzab Syafi’i, belajar di Mesir dan meneladani bidang fiqh.
Diantara gurunya adalah Al-Asnawiy dan Ibn ‘Udlan yang keduanya
termasuk pendiri mahzab Syafi’i
Mengingat sebelum jaman al-Iraqi belum ada hasil penelitian
hadist maka ia nampak berusah membangun ilmu hadist dengan
menggunakan bahan-bahan hadist Nabi serta berbagai pendapat para
ulama yang dijumpai dalam kitab tersebut, dengan demikian
penelitiannya bersifat penelitian awal, yaitu penelitian yang ditujukan
untuk menemukan bahan-bahan untuk digunakan membangun suatu
ilmu. Buku inilah buat pertama kali mengemukakan macam hadist yang
berdasarkan pada kualitas sanat dan muatannya, yaitu ada hasit yang
tergolong shahih, hasan, da’if. kemudian dilihat pula dari keadaan
bersambung atau terputusnya sanat yang dibaginya menjadi hadist
musnad, muttasil, marfu’, mursal, dan al-munqatil.
9
al-din Atar menulis buku yang berjudul Manhajal-Naqd fi Ulum al-
Hadist yang diterbitkan Dar Al-Fikr tanpa tahun.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut maka kini ilmu hadist tumbuh
menjadi salah satu ilmu kedisiplinan. Penelitian hadist tampak masih terbuka
luas terutama jika dikaitkan dengan permasalaahan aktual dewasa ini.
Penelitian terhadap kualitas hadist yang dipakai dalam berbagai kitab
misalnya belum banyak dilakukan. Demikian pula dengan penelitian hadist
yang ada hubungannya dengan berbagai masalah aktual tampak masih terbuka
luas berbagai pendekatan dalam memahami hadist juga belum banyak
digunakan misalnya, penedekatan sosiologis, paedagogis, antropologis,
ekonomi, politik, filosisfis tampak belum banyak digunakan oleh peneliti
hadist sebelumnya.akibat dari keadaan demikian tampak bahwa pemahaman
msyarakat pada hadist pada umumnya masih bersifat parsial.
5
Quraish Shihab,op.cit.hlm.87.
10
3. Metode Tafsir Muqaran
Metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat Al-quran
yang ditulis oleh sejumlah para mufassir.
Di beberapa Negara Islam selain Mesir, demikian Quraish Shihab mengatakan, para pakarnya juga
melakukan upaya penafsiran Al-Quran dengan mengggunakan metode ini. Belakangan Shubhi
‘Abd al-Ra’uf ‘Ashr menulis kitab berjudul al-Mu’jam al-Maudlu’iy li ayat Al-Quran Al-karim, yang
isinya berupa himpunana ayt-ayat Al-Quran dengan gaya susunan maudhlu’iy.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Salah satu keistimewaan para ahli ilmu di dunia islam, terutama para imam
hadits, ialah banyak melakukan lawatan dan perjalanan. Dalam hal ini,
mereka mengikuti jejak para sahabat dan tabi’in. apabila mereka menerima
sebuah hadits dari sanad perawi yang dapat dipercaya, mereka tidak
merasa puas dengan cara ini, tetapi mereka melakukan perjalanan berhari-
hari, bahkan berbulan-bulan untuk mendapatkan hadits tersebut secara
langsung dari orang yang meriwayatkannya, tanpa melalui perantara.
12
DAFTAR PUSTAKA
13