Você está na página 1de 17

Konsep Dasar Eliminasi Alvi Definisi

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel feses.
Detekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekuensi detekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali per hari sampai 2-3 kali per
minggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang. peristaltik mendorong teses ke
dalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum. dirangsang dan individu menjadi sadar
terhadap kebutuhan untuk detekasi. Gangguan eliminasi alvi adalah keadaan seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalamil statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air besar,
keras, teses kering. Cara untuk. mengatasi gangguan eliminasi alvi biasanya dilakukan huknah, baik
huknah tinggi maupun . huknah rendah. Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon
desenden dengan . menggunakan kanul rekti. Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam,
yaitu:

1. Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
(Dianawuri, 2009).

2. Miksi Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering
disebut buang air kecil.

Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan Normal

Saluran pencernaan merupakan serangkaian organ muskular berongga yang dilapisi oleh . membran
mukosa (selaput lendir). Tujuan kerja organ ini ialah mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan
makanan untuk diabsorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, serta l menyediakan tempat penyimpanan
feses sementara. Saluran GI mengabsorpsi cairan dalam. Jumlah besar sehingga fungsi utama sistem
pencernaan adalah membuat keseimbangan calran. Selain menelan cairan dan makanan, saluran Gl juga
menerima banyak sekresi daril organ-organ, seperti kandung empedu dan pankreas. Anatomi saluran
pencernaan terdiri atas mulut,esofagus, lambung,usus halus, dan usus besar. Saluran pencernaan bawah
melputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum ,jejunum,dan
ileum, sedangkan usus besar tediri atas empat bagan yaitu sekum,colon,apendiks da rektum

Mulut

Saluran gastrointestinal secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisl ke ukuran dan bentuk yang sesual.
semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastkan banwa masa atau l holus makanan mencapai
daerah absorpsi nutrisi dengan aman dan etektif. Gig mengunyah. makanan, memecankan menjadi
berukuran yang dapat ditelan. bekresi saliva mengandung . enzim, seperti ptalin, yang mengawali
pencernaan unsur-unsur makanan tertentu. Saliva . mencairkan dan melunakkan bolus makanan di
dalam mulut sehingga lebih mudah ditelan.

Esofagus
Begitu makanan memasuk bagian atas esofagus, makanan berjalan melalui otot sirkular, yang. mencegah
udara memasuki esotagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang) kembali ke
tenggorokan. Bolus makanan menelusuri esofagus yang panjangnya kira-kiral 25 cm. Makanan didorong
oleh gerakan peristaltik lambat yang dihasilkan oleh kontraksi involunter dan relaksasi otot halus secara
bergantian. Pada saat bagian esotagus berkontraksi diatas bolus makanan, otot sirkular di bawah (atau di
depan) bolus berelaksasi. Kontralksi- kontraksi otot halus yang saling bergantian ini mendorong makanan
menuju gelombang. berikutnya. Dalam 15 detik, bolus makanan bergerak menuruni esofagus dan
mencapai shingter esofagus bagian bawah. Singter esotagus bagian bawah terletak di antara esofagus
dan lambung. Faktor-taktor yang memengaruhi tekanan shngter esofagus bagian bawah . meliputi
antasid yang meminimalkan refluks dan nikotin serta makanan berlemak yang. meningkatkan refluks.

Lambung

Di dalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi dipecahkan
untuk dicerna dan diabsorpsi. Lambung menyekresi asam hidroklorida (HCl), lendir, enzim pepsin, dan
faktor intrinsik. Konsentrasi HOI memengaruhi keasaman lambung. dan keseimbangan asam-basa tubuh.
HOI membantu mencampur dan memecahkan makanan ' di lambung. Lendir melindung mukosa
lambung dari keasaman dan aktivitas enzim. Pepsin . mencerna protein, walaupun tidak banyak
pencernaan yang berlangsung di lambung. Faktor. intrinsik adalah komponen penting yang dibutuhkan
untuk absorpsi vitamin B, didalam usus. dan selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal.
Kekurangan faktor intrinsk . Inl mengakibatkan anemia dan pernisiosa. bebelum makanan meninggalkan
lambung, makanan diubah menjadi materi semicair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna l
dlan diabsorpsi daripada makanan padat. Kien yang sebagan lambungnya diangkat atau yang . memiliki
pengosongan lambung yang cepat (sepert pada gastrltis) dapat mengalami masalan ' pencernaan yang
serius karena makanan tidak dipecah menjadi kimus.

Usus Halus

Selama proses pencernaan normal, kimus meninggalkan lambung dan memasukl usus. Usus halus
merupakan sebuah saluran dengan panjang kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan
lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antaral lambung dan usus besa. erat
ototnya berbentuk sirkular dan longitudinal, yang memungkinkan. terjadinya segmentasi (motilitas usus
dalam mencampur dan mendorong kimus). Sebagian. besar proses pencernaan dan penyerapan
makanan berlangsung di sini. Kimus bercampur dengan enzim-enzim pencernaan (misal empedu dan
amilase) saat berjalan melalui usus halus. Segmentasi (kontraksi dan relaksasi otot halus secara
bergantian) mengaduk kimus, memecahkan makanan lebih lanjut untuk dicerna sebagaimana pada
Gambar 20.2. Pada sat kimus bercampur, gerakan peristaltik berikutnya berhenti sehingga
memungkinkan absorps. Kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan absorpsi.
Kebanyakan' nutrisi dan elektrolit diabsorpsi di dalam usus halus. Enzim dari pankreas (misal amilase)
dan empedu dari kandungan empedu dilepaskan ke dalam duodenum. Enzim di dalam usus halus
memecahkan lemak, protein, dan karbohidrat menjadi unsur-unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya
diabsorpsi oleh duodenum dan jejunum. lleum mengabsorpsl vitamin tertentu, zat besi, dan garam
empedu. Apabila tungsi leum terganggu, proses pencernaan akan mengalami perubahan besar.
Intlamasi, reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu l peristaltik, mengurang area absorpsi, atau
menghambat aliran kimus. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.

1. Duodenun. Duodenum adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak di
bagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum digambarkan dalam empat bagian,
yaitu (1) bagian I mengarah ke kanan, (2) bagian lI1 mengarah ke bawah, (3) bagian III mendatar ke kiri
dan ke depan vena kava inferior dan aorta, (4) bagian IV mengarah ke atas dan bersambungan dengan
jejunum .

2. Jejunum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah jejunum yang dilikuti
dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. Tidak ada perbedaan yang jelas di
antaranya. Jejunum berukuran agak besar, memiliki dinding. yang tebal, lipatan membran mukosa yang
lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih sedikit. Jejunum dan ileum terletak di dalam rongga
peritoneum, kecuali sepanjang gars perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangann arteri
mesenterika superior (cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus, menerima
getath empedu dan getah pankreas, mencerna makanan, mengabsorpsl ait, garam dan mineral, serta
menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rusni (gelombang peristaltik usus
yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John . Gibson, 2002)

Usus Besar

Saluran gastrointestinal bagan bawah disebut usus besar (kolon) karena ukuran diameternya l lebih besar
daripada usus halus. Usus besar, atau intestinum mayor, memiliki panjang ± 1,5 m dan diameter 5-6 cm.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Usus besar merupakan . bagian utama dalam
eliminasi alvi. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus i (makanan setengah padat) dari
lambung untuk mengabsorpsi ait, nutrien, dan elektrolit. Ususi menyekresi mukus, kalium, bikarbonat,
dan enzim. Fungsi usus besar adalah untuk menyerap . air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri
koli, dan tempat penampungan feses. Bagian- bagan usus besar meliputi sekum, apendiks, kolon
(asendens, transversus, desendens, igmoid), rektum, dan anus.

1. Sekum. Kimus yang tidak diabsorpsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup . ini merupakan
lapisan otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon. ke usus halus.

2. Kolon. Panjang kolon dewasa ± 125-150 cm. Walaupun kimus yang berair memasuki l kolon, volume
air menurun saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, kolon
transversal, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan otot, yang
memungkinkannya menampung dan mengeliminasl produk buangan dalam jumlah besar. Kolon
memiliki empat fungsi yang saling berkaitan . yaitu absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.

3. Rektum. Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid disebut feses. Sigmoid. menyimpan
feses sampai beberapa saat sebelum defekasi. Rektum merupakan. Dagian akhir pada saluran
gastrointestinal.
Dalam kondisi normal, rektum tidak berisi feses sampai defekasi. Rektum dibangun oleh lipatan-lipatan
jaringan vertikal dan transversal. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah . arteri dan lebih dari satu vena.
Apabila vena menjadi distensi akibat tekanan selama l mengejan, maka terbentuk hemoroid. Hemoroid
dapat membuat proses defekasi terasal nyeri. Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam rektum
untuk membuat dindingnya l berdistensi, maka proses defekasi dimulai. Proses ini melibatkan control
voluntary dan control involunter. Singter interna adalah sebuah otot polos yang dipersarafh oleh sistem
saraf otonom. Saat singter interna relaksasi sfingter eksterna juga relaksasi. Orang dewasa dan anak-anak
yang sudah menjalani toilet training (latihan defekasi) dapat mengontrol stnngter eksterna secara
volunter (sadar). Tekanan untuk mengeluarkani feses dapat dilakukan dengan meningkatkan tekanan
intraabdomen atau melakukan valsava manaver. Manuver valsava ialah kontraksi volunter otot-otot
abdomen sat individu mengelularkan napas secara paksa, sementara glotis menutup (menahan napas
saat mengejan).

Kolon yang merupakan baglan terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan nutren, memberi
perlndungan dengan menyekresi mukus yang akan melindungi dinding,. usus dari trauma akibat feses
dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan. sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon
bergerak dalam tiga cara, yaitu sebagai berikut.

1. Haustral shuufling. yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.

2. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semipadat di sepanjang. kolon.

3. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

Fisiologi Defekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan
merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan
oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai
lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,
dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon
pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di
daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi
diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
Faktor yang Memengaruhi Defekasi

1. Usia. Perubahan dalam tahapan perkembangan dalam memengaruhi status eliminasi . terjadi di
sepanjang kehidupan. Pada bayi, kontrol defekasi belum berkembang dengan . baik, seorang bayi
memiliki lambung yang kecil dan lebih sedikit menyekresi enzim. pencernaan. Beberapa makanan,
seperti zat pati yang kompleks, ditoleransi dengan. buruk. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karena
kurangnya perkembangan neuromuskular. Perkembangan ini biasanya tidak terjadi 2-3 tahun.
Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selama masa remaja. Sekresi HCL meningkat khususnya.
pada anak laki-laki. Anak remaja biasanya mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih. besar. Sistem GI
pada lansia sering mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan eliminasi. Sementara
pada lansia, kontrol defekasi menurun seiring dengan berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah
organ, beberapa lansia mungkin. tidak lagi memiliki ggi sehingga mereka tidak mampu mengunyah
makanan dengar. baik. Makanan yang memasuki saluran GI hanya dikunyah sebagian dan tidak dapat
dicerna karena jumlah enzim pencernaan di dalam saliva dan volume asam lambung . menurun seiring
dengan proses penuaan. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan . yang mengandung lemak
mencerminkan terjadinya kehilangan enzim lipase.

2. Diet. Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh,
makanan berserat akan mempercepat produksi teses. becara hsiologis,. banyaknya makanan yang masuk
ke dalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan. defekasi. Asupan makanan setiap hari secara
teratur membantu mempertahankan. pola peristaltik yang teratur di dalam kolon. Makanan yang
dikonsunsi individu. memengaruhieliminasi. Serat, residu makanan yang tidak dapat dicerna,
memungkinka . terbentuknya massa dalam materi feses. Makanan pembentuk massa mengabsorpsi
cairan sehingga meningkatkan massa feses. Dinding usus teregang, menciptakan. gerakan peristaltik dan
menimbulkan refleks defekasi. Usus bayi yang belum matang. biasanya tidak dapat menoleransi
makanan berserat sampal usianya mencapai beberapa bulan. Dengan menstimulasi peristaltik, massa
makanan berjalan dengan cepat melalul usus, mempertahankan teses tetap lunak. Makanan-makanan
berikut mengandung. serat dalam jumlah tinggi (massa) antara lain buah- buahan mentah (apel, jeruk),
buah. buahan yang diolah (prum, aprikot), sayur-sayuran (bayam, kangkung, kubis), sayur. sayuran
mentah (seledri, mentimun), dan gandum utuh (sereal, roti). Mengonsumnsi makanan tinggi serat
meningkatkan kemungkinan normalnya pola eliminasi jikal faktor lain juga normal. Makanan yang
menghasilkan gas, seperti bawang, kembang kol, dan buncis juga menstimulasi peristaltik. Gas yang
dihasilkan membuat dinding. usus berdistensi, meningkatkan motilitas kolon. Beberapa makanan pedas
dapat meningkatkan peristaltik, tetapi juga dapat menyebabkan pencernaan tidak berlangsung. dan
feses menjadi encer. Beberapa jenis makanan, seperti susu dan produk-produk. susu, sulit dicerna oleh
beberapa individu. Hal ini disebabkan oleh intoleransi laktosa. Laktosa merupakan suatu bentuk
karbohidrat sederhana yang ditemukan di dalam susu, secara nornal dipecah oleh enzim laktase.
Intoleransi terhadap makanan tertentu dapat mengakibatkan diare, distensi gas, dan kram.

3. Asupan cairan. Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karent, jumlah
absorpsi cairan di kolon meningkat. Cairan mengencerkan isi usus, memudahkannya bergerak melalui
kolon. Asupan caran yang menurun memperlambat pergerakan makanan. yang melalui usus. Orang
dewasa harus minum 6-8 gelas (1.400-2.000 ml) cairan stap. hari. Minuman ringan yang hangat dan jus
buah memperlunak feses dan meningkatka peristaltik. Konsumsi susu dalam jumlah besar dapat
memperlambat peristaltik pada beberapa individu dan menyebabkan konstipas.

4. Aktivitas fisik. Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik, sedangkan imobilisasi menekan motilitas kolon.
Ambulasidini setelah klien menderita suatu penyakit dianjurkan untuk meningkatkan supaya dapat
mempertahankaneliminasi normal. Upaya mempertahankan. tonus otot rangka, yang digunakan selama
proses defekasi, merupakan hal yang penting. Melemahnya otot-otot dasar panggul dan abdomen
merusak kemampuan individu. untuk meningkatkan tekanan intraabdomen dan untuk mengontrol
shngter eksterna. Tonus otot dapat melemah atau hilang akibat penyakit yang berlangsung dalam jangkal
waktu lama atau penyakit neurologis yang merusak transmisi sarat.
5. Tonus otot. Tonus otot—terutama abdomen—yang ditunjang dengan aktivitas yang. cukup akan
membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses bergerak di sepanjang kolon.

6. Faktor psikologis. Fungsi dari hampir semua sistem tubuh dapat mengalami gangguan akibat stres
emosional yang lama. Apabila individu mengalami kecemasan, ketakutan, atau marah, muncul respons
stres, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan. Perasaan cemas atau takut akan memengaruhi
peristaltik atau motlitas usus sehingga dapat menyebabkan diare. Untuk menyediakan nutrisi yang
dibutuhkan dalam upaya pertahanan tersebut, proses pencernaan dipercepat dan peristaltik meningkat.
Efek. samping peristaltik yang meningkat antara lain diare dan distensi gas. Apabila individu. mengalami
depresi, sistem sarat otonom memperlambat impuls saraf dan peristaltik dapatl menurun. Sejumlah
penyakit pada saluran Gl dapat dikaitkan dengan stres. Penyakitinij meliputi koltis ulseratif, ulkus
lambung, dan penyakit Crohn. Upaya penelitian berulang. yang dilakukan sejak lama telah gagal
membuktikan mitos bahwa penyebab klien mengalami penyakit tersebut adalah karena memiliki kondisi
psikopatologis. Namun, ansietas dan depresi mungkin merupakan akibat dari masalah kronik tersebut.

7. Pengobatan. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Obat-obatan seperti disiklomin HCI menekan gerakan
peristaltik dan mengobati diare. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat tersebut
dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjad kurang responsit terhadap stimulus laksatif. Obat-
obat lain yang dapat mengganggu pola detekasi antara lain analgesik narkotik, opiat, dar . antikolinergik.
Obat analgesik narkotik menekan gerakan peristaltik. Opiat umumnya menyebabkan konstipasi. Obat-
obatan antikolinergik, seperti atropin atau glikopirolat (robinul), menghambat sekresi asam lambung dan
menekan motilitas saluran Gl Walaupun bermantaat dalam mengobati gangguan usus, yakni
hiperaktivitas usus, agen antikolinergik dapat menyebabkan konstipasi, banyak antibiotik menyebabkan
dlare dengan mengganggu flora bakteri normal di dalam saluran Gl. Apabila diare dan. kram abdomen
yang terkait dengan diare semakin parah, obat-obatan yang diberikan kepada klien mungkin perlu
diubah. Intervensi keperawatan dapat digunakan untuk. diare osmotik, yang disebabkan oleh obat-
obatan hiperosmolar. .

8. Kerusakan sensorik dan motorik. Kerusakan pada medula spinalis dan cedera di daerah kepala akan
mengakibatkan penurunan stimulus sensorik untuk detekasi. Gangguan. mobilitas bisa membatasi
kemampuan klien untuk merespons terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan
toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi atau seorang klien bisa
mengalaml fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari sngter an.

9. Penyakit. Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi.

10. Aktivitas dan gaya hidup. Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada l saat kanak-
kanak, atau kebiasaan menahan buang air besar. Kebiasaan eliminasi pribadi memengaruhi tungsi usus.
Kebanyakan individu merasa lebih mudah melakukan. defekasi di kamar mandi mereka sendiri pada
waktu yang paling efektif dan paling. nyaman bagi mereka. Jadwal kerja yang sibuk dapat mengganggu
kebiasaan dan mengakibatkan perubahan seperti konstipasi. Individu harus mencari waktu terbaik.
untuk melaksanakan eliminasinya. Refleks gastrokolik adalah refleks yang paling mudah . distimulasi
untuk menimbulkan defekasi setelah sarapan.

11. Posisi saat defckasi. Posisi jongkok merupakan posisi paling sesual untuk defeckasi. Posisi tersebut
memungkinkan individu mengerahkan tekanan intraabdomen dan . mengerutkan otot pahanya sehingga
memudahkan proses detekasi. loilet modern. dirancang untuk memfasiltasi posisi ini, sehingga
memungkinkan individu untuk. duduk tegak ke arah depan, mengeluarkan tekanan intraabdomen dan
mengontraksi otot-otot pahanya. Namun, klien lansia atau individu yang menderita penyakit send,.
seperti artritis, mungkin tidak mampu untuk bangun dari posisi duduk di toilet tanpa l bantuan. Klien
yang menggunakan alat tersebut dan individu yang berpostur pendek, mungkin membutuhkan pijakan
kaki yang memungkinkan ia menekuk pinggulnya dengan benar. Untuk klien imobilisasi di tempat tidur,
detekasi sering kali dirasakan. sulit. Posisitelentang tidak memungkinkan klien mengontraksi otot-otot
yang digunakan . selama detekasi. Membantu klien ke posisi duduk yang lebih normal pada pispot.
Akan . meningkatkan kemampuan defekasi.

12. Nyeri. Normalnya, defekasi tidak menimbulkan nyeri. Akan tetapi, pada kondisitertentu . (hemoroid,
bedah rektum, melahirkan), defekasi dapat menyebabkan nyeri. Akibatnya,. klien sering kali menekan
keinginannya untuk detekasi. Lama-kelamaan, kondisi nl dapat menyebabkan konstipasi. Pada kondisi-
kondisi seperti ini, klien sering kli menahan keinginannya untuk berdetekasi guna menghindari rasa nyeri
yang mungkn . akan timbul. Konstipasi merupakan masalah umum pada klien yang merasa nyen. selama
defekasi.

13. Kehamilan. Konstipasi adalah masalah yang umum ditemui pada trimester akhir kehamilan. Seiring
bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin dapat menyebabkan . obstruksi yang akan menghambat
pengeluaran feses. Akibatnya, ibu hamil sering kall mengalami hemoroid permanen karena seringnya
mengejan saat defekasi.

14. Pembedahan dan anestesi. Pemberian anestesi saat pembedahan dapat menghambat l atau
menghentikan aktivitas peristaltik untuk sementara waktu. Kondisi ini umumnyal berlangsung antara 24
dan 48 jam yang disebut dengan ileus paralitik. Agens anestes . yang dhirup menghambat impuls sarat
parasimpatis ke otot usus. Kerja anestesi tersebut memperlambat atau menghentikan gelombang
peristaltik. Klien yang menerima anestesi lokal atau regional berisiko lebih kecil untuk mengalami
perubahan eliminasi karena l aktivitas usus hanya dipengaruhi sedikit atau bahkan tidak dipengaruhi
sama sekali. Pembedahan yang melbatkan manipulasi usus secara langsung akan menghentikan gerakan
peristaltik. Apabila klien tetap tidak aktif atau tidak dapat makan setelah pembedahan, kembalinya
fungsi normal usus dapat terhambat lebih lanjut.

15. Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang ditujukan untuk melihat
struktur saluran pencernaan, mengharuskan dilakukannya pengosongan ' lambung (misal dengan enema
atau katartik). Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah tengah malam jika esoknya akan
dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan yang menggunakan barium enema, endoskopi saluran Gl
bagian bawah atau serangkaian pemeriksaan saluran GI bagian atas. Pada kasus penggunaan barum.
enema atau endoskopi, klien biasanya menerima katartik dan enema. Tindakan ini dapat mengganggu
pola eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal. Selain itu, prosedur penerlksaan dengan
menggunakan barium dapat menyebabkan masalah tambahan. Sisa barium yang tertinggal di saluran
pencernaan akan mengeras dan menyebabkan impaksi usus.

16. Iritan. Zat seperti makanan pedas, toksin bakteri, dan racun dapat mengiritasi saluran. intestinal serta
menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.

17. Kebiasaan pribadi. Kebanyakan individu merasa lebih mudah melakukan defekasi di kamar mandi
mereka sendiri pada waktu yang paling etektif dan paling nyaman bag mereka. Pekerjaan juga dapat
menganggu kebiasaan dan mengakibatkan perubahan seperti konstipasi. Klien dirawat di rumah sakit
jarang dapat mempertahankan privasi saat melakukan defekasi. Penyakit yang diderita klien sering
membatasi aktivitas hsiknya l dan ia membutuhkan pispot atau commode yang disampingkan di tempat
tidurnya l seningga penggunaan pispot ini sering membuat klien malu. Rasa malu membuat klien .
mengabaikan kebutuhannya untuk defekasi.

Masalah pada Pola Defekasi

Konstipast

Urang awam menyebutnya susah buang air besar atau sembelit. Konstipasi adalah gangguan Pada pola
eliminasi akibat adanya teses kering atau keras yang melewati usus besar. Konstipasi merupakan gejala,
bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan . pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada
di intestinal lebih lama, sehingga banyak. air diserap. Perjalanan teses yang lama karena jumlah air yang
diabsorpsi sangat kurang. menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Defekasi yang normal bervariasi
antara tiga kali sehari dan tiga kali seminggu (Wright, 1974). Penyebab konstipasi antara lain pola
defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang terlalu sering, stres pslkologlis yang meningkat.
obat-obatan, kurang aktivitas, dan usia. Untuk mengeluarkan feses, diperiukan tenag ang. besar saat
mengejan dan terjadi peregangan otot. Konstipasi berhubungan dengan jalan yang. kecil, kering, kotoran
yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran dl usus untuk beberaga. waktu. Ini terjadl ketika pergerakan
feses melalui usus besar lambat. Hal ini ditambah lan . dengan reabsorpsi caran di usus besar. Konstipasi
berhubungan dengan pengosongan kotoran. yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-
otot volunter pada proses defckas., Ada banyak penyebab konstipasi yaitu sebagai berikut.

1. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur. Salah satu penyebab yang palng sering
menyebabkan konstipasi adalah kebiasan BAB yang tidak teratur. Relks; defekasi yang normal dhambat
atau diabaikan, refleks-relleks ini terkondisi untuk. menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan
diabaikan, keinginan untuk defekasl habis. Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini,
orang dewasa. mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjan. Kien yang dirawat inap bisai
menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau pispo karena proses
delekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dandiet juga. dapat berperan dalam konstipasi.
Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adal. membiasakan BAB teratur dalam kehidupan.
2. Penggunaan laksatif yang berlebihan. Laksatif sering digunakan untuk menghilanglan.
ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laksatif yang berlebihan mempunyal eftek yang sama
dengan mengabaikan keinginan BAB—refleks pada proses defekasl yang alami dihambat. Rebiasaan
penggunaan laksatift bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami elek
yang semakin berkurang dengan. penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

3. Peningkatan stres psikolog. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi. dengan
menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem saral simpatis. Stres juga
dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonlk. atau iritasi kolon). Hal yang
berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada i abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan
periode bertukar-tukarnya antara dar . dan konstipasi.

4. Ketidaksesuaian diet. Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses detekasi. Makan
rendah serat seperti beras, telur, dan daging segar bergeras. lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya
asupan cairan dengan makanan seperl itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

5. Obat-obatan. Banyak obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa di antaranya. seperti
morhin, kodeina, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergh. melambatkan
pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada sistem sarat pustl. Kemudian, menyebabkan konstipasi
yang lainnya seperti zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa
usus untuk menyebabkan. konstipasi. Zat bes juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan
diare pada scbagian orang.

6. Latihan yang tidak cukup. Pada klen yang pada waktu yang lama otot secara umum. melemal,
termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang drgunakan pada proses. defckasi. Secara tidak
langsung kurangnyalatihan dhubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya
jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.

7. Usia. Otot semakin melemah dan nelemahnya tonus shngter yang terjadl pada orang. tua turut
berperan menyebabkan defekasi.

8. Penyakit. Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya
obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemoroid, yang . membuat orang menghindari
defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan klien . untuk buang air besar, terjadinya peradangan
pelvik yang menghasikan paralisis atau. atoni pada usus. Konstipasi bisa jadi berisiko pada klien,
regangan ketika BAB dapat. menyebabkan stres pada abdomen atau Juka pada perineum (pascaoperasi).
Ruptur dapat merusak jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan
tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yang serius pada l orang dengan sakit
jantung. trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannyal napas meningkatkan tekanan
intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurang jka seseorang
mengeluarkan napas melalui mulut ketika l regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan
merupakan pencegahan yang. terbaik.
Impaksi Feses (Tertahannya Feses)

Impaksi feses adalah massa keras yang teraba di lipatan rektum seperti dempul akibat retensi dan
akumulasi feses yang berkepanjangan. Impaksi merupakan akibat konstipasi yang tidak . teralur, sehingga
tumpukan teses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaksi terjadl l pada retensi yang lama dan
akumulasi dari bahan bahan feses. Impaksi berat, tumpukan leses . sampai pada kolon sigmoid. Impaksi
feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yang. tdak normal. Cairan merembes keluar teses dari
massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digtal pada rektum, selama
impaksi massa yang mengeras sering Jga dapat dipalpasi. Diare yang bersama dengan konstipasi,
termasuk gejala yang sering. tetap tidak ada keinginan untuk detekasi dan nyeri pada rektum. Tanda dan
gejala impaksi leses adalah sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005).

l. Adanya pembesaran.

2. Rasa ingin buang air besar.

3. Rasa sakit di bagian rektum.

Sementara itu, penyebabnya antara lain pola defekasi yang tidak teratur, konstipasi asupan cairan yang
kurang, aktivitas yang kurang, diet rendah serat, dan tonus otot yang, lemah. Obat-obat tertentu juga
berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada, pemeriksaan radiologi pada saluran
gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjad: faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan
ini hasil pengukuran diperoleh untuk, memastikan pergerakan barium. Pada orang yang lebih tua faktor-
taktor yang beragam. dapat menyebabkan mpaksi seperti asupan cairan yang kurang, dlet yang kurang
serat, rendahnya aktivitas, dan melemahnya tonus otot. Pemeriksaan digital harus dilakukan. dengan
lembut dan hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat
kerja jantung klien.

Diare

Diare adalah keluarnya feses cair dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat perjalanan. kimus
yang cepat sewaktu melewati usus sehingga usus tidak mempunyal cukup waktu untuk. menyerap air
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatna frekuensi dari proses defekasi.
Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatna perjalanan teses melalui usus besar. Cepatnya
perjalanan kimus mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorpsi air dan elektrolit. Sebagian orang
mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran
tidak berbentuk dan ci . sekali. Pada orang dengan diare dijumpal kesultan dan ketidakmungkinan untuk
mengontro,. keinginan detekasi dalam waktu yang lama. Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya
buang air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. spasmodik dan kram abdomen yang
sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan daraht dan lendir yang
banyak, mual, dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten, secara umum bisa terjadi perluasan
iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise, dan berat badan
yang berkurang merupakan dampak dari diare. yang berkepanjangan. Ketika penyebab diare adalah
iritasi pada saluran intestinal, diare dlperkurakan sebagai mekanisme pembllasan sebagai perlindungan.
Itu bisa menyebabkan hllangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun itu bisa berkembang
melnal, sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil. Tanda
dan gejala diare meliputi sebagai berikut (Markum, 1991).

1. Adanya spasme.

2. Nyeri atau kejang pada abdomen.

3. Kadang disertai darah atau mukus.

4. Mual atau muntah.

Bila kejadian ini berlangsung lama, klien dapat mengalami dehidrasi yang ditandai. dengan malaise,
kelemahan, dan penurunan berat badan karena kehlangan banyak cairan. Penyebab diare antara lain
stres psikologis, bakteri, makanan yang terkontaminasi, obat. obatan, alergi, dan iritasi usus.

Inkontinensia Alvi

Inkontinensia alvi adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeiuaran feses dan. gas yang
melalui stngter anus akibat kerusakan fungsi sfingter atau persaratan di daerah anus. Kasus ini lebih
jarang ditemui dibandingkan inkontinensia urine. Inkontinen bisa juga terjadi. pada waktu yang spesitk,
seperti setelah makan, atau bisa juga terjadi irregtular. Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh masalah
kejiwaan. Feses yang keluar mengandung seumlah enzim. pencernaan dan bersifat asam sehingga dapat
mengakibatkan iritasi pada mukosa (Stevens, 2000). Orang-orang yang menderita ini menarik diri ke
dalam rumah mereka atau jika di. rumah sakit mereka menarik diri ke batas dari ruangan mereka untuk
meminimalkan rasa malu berhubungan dengan ketidakbersihan diri. Enzim-enzim pencernaan
mengandung. asam yang sangat mengiritasi kulit, sehingga daerah di sekitar anus harus dilindungi
dengan. zink oksida atau beberapa salep pelindung lainnya. Area ini juga harus dijaga tetap bersih. dan
kering. Ianda dan gejala meliputi sebagai berikut.

I. Feses keluar untuk waktu tertentu.

2. Feses bersifat iritan.

3. Iritasi pada daerah sekitar anus atau bokong

Penyebab inkontinensia alvi antara lain melemahnya otot stngter anus atau supla l Sarafnya dan
meningkatnya tekanan rongga perut, gangguan psikogeriatrik, penyakit tsik, penyakit neuromuskular,
trauma medula spinalis, serta tumor pada singter anus eksterna.

Flatulens

Fatulens adalah rasa kembung pada perut yang ditandai dengan flatus yang berlebihan di usus. sehingga
menyebabkan gangguan pada tungsi usus berupa nyeri (Reeves, dk, 2001). Flatulens adanya filatus yang
banyak pada intestinal mengarah pada peregangan dan pemompaan pad; intestinal. Kondisi ini disebut
juga timpanites. Jumlah udara yang besar dan gas gas lainna. juga dapat berkumpul di perut, dampaknya
pada distensi gaster. Pada orang dewasa biasamya. terbentuk 7-10 liter latus pada usus besar setiap 24
jam. Gas-gas tersebut termasuk CO, H. N,. Beberapa gas yang ditelan sebagian besar diembuskan melalui
mulut dengan erutcatin. (bersendawa). Gas -gas yang terbentuk pada usus besar sangat sedikit
diabsorpsi melalu. kapiler-kapiler intestinal ke dalam sirkulasi. Flatulens dapat terjadi pada kolon,
bagaimanapun. bisa juga dari beragam penyebab yang lain seperti pembedahan abdomen, anastes, dr.
narkotika. jika gas tidak dapat dikeluarkan dari anus mungkin penting untuk memasukat sebuah rectal
tube atau menyediakan suatu enema yang dapat mengalirkan kembali untul menggerakkan gas tersebut.
landa dan gejalanya meliputi sebagai berikut.

1. Distensi pada lambung dan usus.

2. Terdengar bunyi timpani di abdomen.

3. Rasa tidak nyaman pada daerah abdomen.

Penyebab flatulens antara lain konstipasi, penggunaan obat-obatan seperti barbiturat. yang
mengakibatkan penurunan aktivitas dan ansietas, konsumsi makanan tertentu yang. banyak
mengandung gas, serta efek dari tindakan anestesi. Akan tetapi. penyebab umum dar. flatulens dan
distensi adalah konstipasi. Ada tiga sebab utama flatus yaitu sebagai berikut.

1. Kerja dari bakteri dalam kimus di usus besar.

2. Udara yang tertelan.

3. Gas yang berdifusi dari pembuluh darah ke dalam intestinal

Ketiga hal di atas normal, tapi 0,6 liter dari gas ini diabsorpsi ke dalam kapiler-kapletr. intestinal.
Kodeina, barbiturate, dan obat-obat lain yang dapat menurunkan motilts. intestinal serta tingkat
kecemasan sehubungan dengan besarnya jumlah udara yang tertelan. Sebagian besar orang mempunyal
pengalaman dengan flatulens dan distensi seteah. memakan makanan tertentu yang mengandung gas
seperti kacang, buncis, dan kol. Distens. pascaoperasi setelah pembedahan abdomen sering secara
umum dijumpai di rumah sak - Tipe distensi ini secara umum terjadi sekitar tiga hari pascaoperasi dan
disebabkan oleh etel dari anestesi, narkotika, perubahan diet, dan berkurangnya aktivitas.

Hemoroid

Hemoroid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran pembuluh darah vena di anus, dat terjadi
secara internal dan eksternal. Internal terjadi pada kanal anus, di mana venanya beradai Eksternal
hemoroid prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilhat dl sana. Hemorod. merupakan pelebaran
vena di daerah anus akibat peningkatan tekanan dl daerah tersebut. Dilatasi vena sering sekal terjadi
pada individu yang rentan akibat peningkatan tekanan yang menetap pada pleksus venosus rektalis.
Kondisi ini ditandai dengan keluarnya darah pada l waktu detekasi atau mengejan. Penyebabnya antara
lain konstipasi kronis, peregangan yang. maksimal pada saat detekasi, kehamilan, gagal jantung, penyakit
hati menahun, serta obesitas. Hemoroid dapat terjadi dari dampak meningkatnya tekanan pada daerah
anus, sering terjadi karena konstipasi kronik, peregangan selama defekasi, kehamilan, dan obesitas.
Perdarahan dapat erjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Tika terjadi inflamasi dan
pengerasan, maka klien merasa nyeri, panas dan gatal, tetapi beberapa hemoroid tidak. mempunyai
gejiala. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena saat BAB menimbulkan . nyer. Akibatnya klien
mengalami konstipasi. Hemoroid sering diobati secara konservatif . dengan asringent (menciutkan
jaringan) dan anestesi lokal (untuk mengurangi nyeri). Kotoran yang lebih lunak bisa mengurangi iritasi
selama defekasi. Pada beberapa kasus hemoroid dibuang dengan pembedahan (Syamsuhidajat dan Wim
de Jong, 2005).

2. Fisiologi Miksi Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih
secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran
akan keinginan untuk berkemih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi

1. Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin banyak. Apabila banyak air
yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak
dan air kencing akan terlihat bening dan encer. Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan
air ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih kuning .
2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah Supaya tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3. Konsentrasi hormon insulin Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini
terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
4. Hormon antidiuretik (ADH) Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit
mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat
sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka
ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang
terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
5. Suhu lingkungan Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di
antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun
banyak.
6. Gejolak emosi dan stress Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih
akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang
banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

STIKES BETHESDA
Prosedural YAKKUM dalam memenuhi kebutuhan pasien
keperawatan
YOGYAKARTA
MEMBANTU BAB dan atau BAK

Jenis Ketrampilan : Membantu BAB dan atau BAK


Nama Mahasiswa : ________________________
NIM : ________________________
Tingkat/Semester : ________________________
Tempat praktik : ________________________
Tanggal : ________________________

NILAI
NO KOMPONEN
1 2 3 4

I. Persiapan alat :
1. Pispot/ pasu surungan
2. Urinal
3. Kertas pembersih/ tissue
4. Handuk bawah
5. Botol berisi air pembersih
6. Alat pelindung diri : yas, masker, dan sarung tangan.

II. Tahap pra interaksi :


1. Verifikasi order
2. Persiapan diri perawat
3. Siapkan alat
4. Siapkan lingkungan :
 Jaga privacy klien b/p tutup pintu dan jendela

III. Tahap orientasi :


1. Berikan salam terapeutik
2. Klarifikasi kontrak waktu untuk BAB dan atau BAK
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5. Persiapan alat didekatkan klien

IV. Tahap kerja :


1. Perawat cuci tangan
2. Kenakan yas, masker, dan sarung tangan
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Tawarkan kepada pasien untuk melepas pakaina bawah pasien
(pasien mau melepas sendiri atau perlu bantuan perawat)
5. Anjurkan pasien mengankat bokong atau memiringkan pasien, dan
pasang pasu surungan dengan tepat.
6. Tinggikan kepala pasien 30° jika tidak ada kontra indikasi dan posisi
kaki ditekuk.
7. Tutup bagian bawah dengan handuk bawah dan pasang selimut.
8. Anjurka pasien untuk menekan bel saat BAB atau BAK sudah
selesai.
9. Pada pasien wanita: bersihkan vulva dan membilasnya dengan air
10. Pada pasien pria mengankat urinal
11. Anjurkan pasien untuk mengankat bokong kemudian
membelakanginya dan menutupnya.
12. Bersihkan anus pasien dengan kertas pembersih atau tissue
13. Mengenakan pakaian bawah dan merapikan klien
14. Membersihkan urinal dan pasu surungan, kembalikan pada
tempatnya
15. Lepaskan sarung tangan
16. Lepas yas dan masker
17. Perawat cuci tangan

NILAI
NO KOMPONEN
1 2 3 4
V Tahap terminasi :
1. Evaluasi respon klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Pemberian pesan
4. Kontrak waktu, topik, kegiatan, tempat selanjutnya

VI Dokumentasi :
1. Waktu pelaksanaan
2. Respon klien
3. Volume, konsistensi, warna, bau dari feces dan urin

VII Sikap :
1. Teliti
2. Empati
3. Peduli
4. Sabar
5. Sopan

POLITEKNIK SOP MEMASANG POPOK/DIAPERS


KESEHATAN No Halaman Ditetapkan Oleh Direktur Politeknik
DEPKES Dokumen 1/2 Kesehatan Kemenkes Kaltim,
KALTIM Jl.
Wolter
Monginsidi No.
38 Samarinda
1. Tujuan Untuk pemantauan pola eliminasi.

2. Ruang 1. Indikasi :
Lingkup Paisen dengan penurunan kesadaran
Pasien imobilitas/bedrest
Pasien yang tidak mampu BAK/BAB di toilet
2. Acuan Modul keperawatan dasar pdf. Oleh AKPER Al-Ikhlas Cisarua-Bogor.
3. Definisi Pemasangan diapers atau popok dilakukan pada pasien-pasien yang
mengalami penurunan kesadaran atau yang tidak bisa buang air besar
ditoilet.
4. Prosedur Komponen Ya Tdk
Fase Orientasi:
- Salam terapetiuk
- Evaluasi/validasi kondisi pasien
- Kontrak : topik/waktu/tempat
Fase Kerja:
Persiapan Alat
- Popok/diapers
- Perlak/pengalas
- Tisu basah/washlap
- Air bersih dalam tempatnya (botol)
- Handscoon
- Tempat sampah/kantong kresek
Persiapan Klien
- Jelaskan tujuan prosedur yang akan dilakukan
Cara Kerja
- Memperkenalkan diri
- Memberitahu, menjelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan dan lihat respin klien
- Pasang sampiran, tutup jendela
- Bawa alat kedekat pasien
- Cuci tangan dan pasang handscoon
- Memasang perlak dibawah bokong klien, lalu
melepaskan pakaian bawah klien
- Melepaskan rekatan diapers pada kedua sisi,
kemudian menekan bagian ujung diapers depan klien
ke bawah hingga ke bawah genetalia. Sementara sisi
samping diapers yang terjatuh dengan perawat di
gulung kebawah hingga bagian samping bokong.
- Membantu pasien mengubah posisi menjadi posisi
sim (membelakangi perawat)
- Melepaskan popok/diapers atau menekan dari daerah
punggung hingga ujung genetalia, usahakan semua
kotoran masuk dalam diapers dan tidak terjadi.
- Masukan diapers kedalam tempat sampah atau
kantong kresek
- Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu
dengan air hingga bersih
- Setelah bersih, memasang popok/diapers yang baru
dengan melekatkan bagian sisi yang membelakangi
pasien serta memasukan diantara lipatan paha sisi
depan diapers
- Membantu pasien kembali ke posisi berbaring (posisi
supinasi)
- Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi terjatuh
dengan perawat, kemudian rapikan seluruh posisi
diapers dan rekatkan diapers.
- Lepaskan hendscoon dan cuci tangan
- Dokumentasi
Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien:
- Evaluasi subjektif
- Evaluasi objektif
b. Tindak lanjut klien
Sikap
- Hati-hati
- Sabar dan jangan tergesa-gesa
- Besikap sopan dan ramah
- Teliti dan cermat
- Melakukan tindakan dengan sistemati
- Komunikatif dengan klien
- Percaya diri

Você também pode gostar

  • Surat Rujukan Tanggal 15 Mei
    Surat Rujukan Tanggal 15 Mei
    Documento2 páginas
    Surat Rujukan Tanggal 15 Mei
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • LP BHP Desak
    LP BHP Desak
    Documento19 páginas
    LP BHP Desak
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Matermitas
    Matermitas
    Documento8 páginas
    Matermitas
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • LP CA Serviks
    LP CA Serviks
    Documento20 páginas
    LP CA Serviks
    Mastini
    Ainda não há avaliações
  • Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Documento16 páginas
    Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Administrasi Umum
    Administrasi Umum
    Documento5 páginas
    Administrasi Umum
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Bacottt
    Bacottt
    Documento1 página
    Bacottt
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Documento64 páginas
    LAPORAN
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Matermitas
    Matermitas
    Documento8 páginas
    Matermitas
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • LP CA Serviks
    LP CA Serviks
    Documento20 páginas
    LP CA Serviks
    Mastini
    Ainda não há avaliações
  • Sop Eliminasi Komp 9
    Sop Eliminasi Komp 9
    Documento25 páginas
    Sop Eliminasi Komp 9
    ika
    Ainda não há avaliações
  • Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Documento16 páginas
    Komunikasi Proses Keperawatan Kel.7
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Administrasi Umum
    Administrasi Umum
    Documento5 páginas
    Administrasi Umum
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Keperawatan Anak Edit 1
    Keperawatan Anak Edit 1
    Documento12 páginas
    Keperawatan Anak Edit 1
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Bacottt
    Bacottt
    Documento1 página
    Bacottt
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Kewirausahaan Tauuuu
    Kewirausahaan Tauuuu
    Documento18 páginas
    Kewirausahaan Tauuuu
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • KMB Bab I
    KMB Bab I
    Documento19 páginas
    KMB Bab I
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Hukum Administrasi Negara
    Makalah Hukum Administrasi Negara
    Documento14 páginas
    Makalah Hukum Administrasi Negara
    Yayat Sandriwan
    Ainda não há avaliações
  • Konseptual Makalah
    Konseptual Makalah
    Documento10 páginas
    Konseptual Makalah
    DianEsvani
    Ainda não há avaliações
  • OKSIGEN
    OKSIGEN
    Documento14 páginas
    OKSIGEN
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento7 páginas
    Bab I
    Dimaz Andrean
    Ainda não há avaliações
  • Gizi Dan Diet Proses Satu
    Gizi Dan Diet Proses Satu
    Documento25 páginas
    Gizi Dan Diet Proses Satu
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Documento1 página
    Surat Pernyataan
    Sudiartana Igede
    Ainda não há avaliações
  • Djdndkansb
    Djdndkansb
    Documento6 páginas
    Djdndkansb
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar JKP
    Kata Pengantar JKP
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar JKP
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar JKP
    Kata Pengantar JKP
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar JKP
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • Dokumentasi Keperawatan Sistem Manual Dan Elektronik
    Dokumentasi Keperawatan Sistem Manual Dan Elektronik
    Documento16 páginas
    Dokumentasi Keperawatan Sistem Manual Dan Elektronik
    erlita
    88% (8)
  • JDSFSJW
    JDSFSJW
    Documento9 páginas
    JDSFSJW
    Yuli Putri
    Ainda não há avaliações
  • OKSIGEN
    OKSIGEN
    Documento17 páginas
    OKSIGEN
    Dwi Wulandari
    Ainda não há avaliações
  • OKSIGEN
    OKSIGEN
    Documento17 páginas
    OKSIGEN
    Dwi Wulandari
    Ainda não há avaliações