Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENGERTIAN
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi)
pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan obstruksi dan
ristriksi pada jalan urine (urethra).
BPH terjadi karena bertambahnya jumlah sel
pada prostat dan pertumbuhan sel prostat
yang berlebih.
Ns. YUNIE ARMIYATI, M.Kep,
Sp.KMB
ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrotestosteron dalam sel prostat (difasilitasi enzim 5 α reduktase
masuknya DHT kedalam inti sel inskripsi pada RNA sintesis
Frekuensi makin bertambah sesuai dengan protein proliferasi sel prostat.
bertambahnya umur kejadian pada usia 50 2. Teori Hormon
tahun sekitar 50% dan diatas umur 80 tahun kira-kira Estrogen berperan pada inisiasi dan maintenance prostat
80 % menderita kelainan ini 3. Faktor interaksi stroma dan epitel teori growth factor
• Excresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau
Etiologi secara pasti masih belum jelas faktor fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan
resiko umur dan ketidakseimbangan hormon excresi transforming growth factor β (TGF β)
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat pembesaran prostat
androgen dianggap sangat berpengaruh.
• Basic Fibroblast Growth Factor menstimulasi sel stroma
Testosteron mempengaruhi bagian tepi prostat, ditemukan dengan konsentrasi lebih besar pada pasien dengan
sedangkan estrogen mempengaruhi bagian tengah pembesaran prostas jinak.
prostat. 4. Teori kebangkitan kembali / Reawakening
Reinduksi kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk
berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.
1
3/22/2019
PATOFISIOLOGI
1. Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan
estrogen Testosteron bebas + enzim 5 reduktase
DihIdrolisis Dehidro Testosteron (DHT) Diikat MANIFESTASI KLINIS
reseptor ( dalam sitoplasma sel prostat) DHT -
Reseptor Inti Sel Mempengaruhi RNA Sintesa Gejala klinik terjadi karena 2 hal:
protein PROLIFERASI SEL
2. Reinduksi mesenkim urogenital PROLIFERASI SEL
Penyempitan uretra (gejala obstruksi)
3. Mikrotrauma Growth factor stimulsi sel stroma yang menyebabkan kesulitan berkemih.
PROLIFERASI SEL Retensi air kemih dalam kandung kemih
4. PROLIFERASI SEL Pembesaran prostat resistensi
pada leher vesika urinaria dan daerah prostat ↑ yang menyebabkan dilatasi kandung
Rangsangan pada Vesika urinaria berkontraksi kemih, hipertrofi kandung kemih dan
meski belum penuh otot detrusor menebal dan
meregang (kompensasi) keadaa lanjut otot cystitis (gejala iritatif)
detrusor lelah tidak mampu berkontraksi
(dekompensasi) Retensio urine ( residu urine )
refluk urine ke ginjal hidronefrosis, penurunan
fungsi ginjal
MANIFESTASI KLINIS
Pancaran berkemih lemah karena detrusor
MANIFESTASI KLINIS
membutuhkan waktu lama untuk melawan resistensi
uretra
Sering berkemih (urinary frekwensi)
Rasa tidak lampias atau tidak puas setelah miksi
Berkemih pada malam hari (nokturia) karena (terminal dribling) karena masih banyak residu
pengosongan urine tidak lengkap pada tiap miksi Harus mengejan waktu miksi (straining)
hambatan normal dari korteks berkurang pada dan
Kencing terputus-putus (intermitence) karena
tonus sfinkter dan uretra berkurang selama tidur detrusor tidak mampu mengatasi resistensi sampai akhir
Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak miksi.
(incontinensia urgensi) Retensio urine karena waktu kencing memanjang,
Kesulitan dalam hal memulai berkemih harus obstruksi dan kelemahan detrusor
menunggu lama (hesistensy). Inkontinensia karena overflow
Air kemih masih tetap menetes setelah selesai BAK Nyeri pada daerah prostat dan suprapubis, kadang
juga nyeri panggul bawah
Rasa nyeri pada waktu berkemih( dysuria)
Pada pemeriksaan colok prostat asimetris, menonjol
2. Clinical Grading,
TINGKATAN / DERAJAT BPH Sisa urine menjadi patokan pagi hari
setelah bangun pasien disuruh BAK sampai
1. Rectal Grading selesai, kemudian di masukan kateter ke
yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.
cm prostat yang menonjol ke dalam lumen rektum Sisa urine 0 cc : normal
yang dilakukan sebaiknya pada saat vesica urinaria
kosong. Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Gradasi ini adalah : Sisa urine 50-150 cc : grade 2
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1 Sisa urine > 150 cc : grade 3
2 - 3 cm : grade 2 Tidak bisa kencing : grade 4
3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
2
3/22/2019
3
3/22/2019
4. Terapi lain
a. Dilatasi balon transuretra melebarkan uretra
PROSTATECTOMY
dengan menekan pembesaran prostat
menggunakan balon
SUPRAPUBIC PROSTATECTOMY PERINEAL PROSTATECTOMY
b. Ablasi jarum transuretra / Transurethral needle
ablation (TUNA) menggunakan jarum yang
dimasukkan dalam prostat untuk merusak porsio
prostat
c. Laser therapy transurethral laser coagulation
and transurethral laser
d. Prostatectomy apabila volume prostat > 100
gram
Prostatectomy Retropubic Prostatectomy
Perineal Prostatectomy
Suprapubic / Open Prostatectomy
4
3/22/2019
7. Pemeriksan penunjang:
3. Makanan / cairan dan metabolik
Anoreksia, nausea, vomiting, kehilangan BB a. Urinalysa : urine output menurun, hematuria
mendadak, Demam b. Kultur urine: adanya kuman, infeksi
4. Nyeri / nyaman : Nyeri Suprapubis, panggul, nyeri c. Ureum kreatitini: meningkat bila fungsi ginjal sudah
belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada dipengaruhi
prostatitis akut) d. PSA (prostat spesific antigen) untuk deteksi adanya
5. Seksualitas : keganasan bila < 4 ng/dl tidak perlu dibiopsi
a. Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi
kemampuan seksual. e. Biopsi : apabila PSA > 10ng/dl atau PSA 4 – 10 ng/dl
b. Takut kencing selama kegiatan intim ↓ hasrat f. Sistogram: mengukur tekanan dan volume VU
sex g. USG TRUS & TAUS memperkirakan besar prostat,
c. Penurunan kontraksi ejakulasi. residu urine, massa ginjal
d. Pembesaran prostat. h. IVP : tampak gambaran adanya hydroureter, ureter
6. Persepsi dan konsep diri: berbelok, kelainan vesika urinaria
a. Kecemasan, ketakutan i. Cystoscopy
b. HDR, menurunnya persepsi terhadap identitas j. Clinical grading mengetahui sisa urine dalam buli
(merasa tidak bisa sempurna)
k. Rectal grading mengetahui derajat pembesaran
prostat
5
3/22/2019
Post operasi
Retensio urine b/d obstruksi mekanik karena Resiko perubahan pola eliminasi urine (pasca operasi) b/d Obstruksi
pembesaran prostat, dekompensasi otot detrusor mekanikal (bekuan darah,edema, trauma, prosedur pembedahan),
tekanan dan iritasi balon kateter, hilang tonus otot sekunder distensi
Intervensi: berlebihan atau kompresi kontinu
1. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan Intervensi:
kekuatan pancaran 1. Observasi kelancaran haluaran urine, observasi intake dan out put
2. Catat waktu dan jumlah berkemih 2. Observasi kateter urine, perhatikan adanya bekuan darah
3. Perkusi dan palpasi are suprapubik Anjurkan klien 3. Pertahankan irigasi kateter sampai dengan urine jerni ( 2x24 jam )
BAK tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan 4. Lakukan spoeling kateter apabila terdapat bekuan darah dan distensi
kandung kemih, kolaborasi dengan dokter.
4. Berikan cairan adekuat kurang lebih 3000 cc 5. Anjurkan pasien untuk minum air putih (2500 cc – 3000 cc per hari)
perhari 6. Perkusi/palpasi are suprapubik, monitor adanya distensi kandung kemih
5. Rendam duduk sesuai indikasi dan nyeri suprapubis
6. Siapkan kateterisasi dan kolabosasi pembedahan 7. Jelaskan tentang kemungkinan keluhan berkemih pasca TURP
8. Berikan edukasi tentang latihan kegel
7. Berikan antispsmodik
9. Dorong pasien untuk berkemih setiap 2-4 jam
10. Observasi aliran urine,ukuran dan kekuatannya pasca pelepasan kateter
11. Monitor adanya keluhan dribbling dan inkontinensia urine pasca
pelepasan kateter
6
3/22/2019
selamat belajar