Você está na página 1de 7

3/22/2019

PENGERTIAN
 BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) 
pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan obstruksi dan
ristriksi pada jalan urine (urethra).
 BPH terjadi karena bertambahnya jumlah sel
pada prostat dan pertumbuhan sel prostat
yang berlebih.
Ns. YUNIE ARMIYATI, M.Kep,
Sp.KMB

REVIEW ANATOMI PROSTAT


 Prostat dewasa muda berkukuran 3-4 cm, bagian paling
lebar panjangnya 4-6 cm, ketebalan 2-3 cm dengan berat
±20 gram
 Pada pembesaran prostat jinak  pembesaran prostat
bisa sampai 200% atau lebih
 Struktur prostat tda bagian fibromuskular (30-50%) dan
glandular (50-70%)

TEORI TERJADINYA BPH


1. Teori Dehidrotestosteron (DHT)

ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI  Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrotestosteron dalam sel prostat (difasilitasi enzim 5 α reduktase
 masuknya DHT kedalam inti sel  inskripsi pada RNA sintesis
 Frekuensi makin bertambah sesuai dengan protein  proliferasi sel prostat.
bertambahnya umur  kejadian pada usia 50 2. Teori Hormon
tahun sekitar 50% dan diatas umur 80 tahun kira-kira Estrogen berperan pada inisiasi dan maintenance prostat
80 % menderita kelainan ini 3. Faktor interaksi stroma dan epitel  teori growth factor
• Excresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau
 Etiologi secara pasti masih belum jelas  faktor fibroblast growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan
resiko umur dan ketidakseimbangan hormon excresi transforming growth factor β (TGF β) 
ketidakseimbangan pertumbuhan prostat  pembesaran prostat
androgen dianggap sangat berpengaruh.
• Basic Fibroblast Growth Factor  menstimulasi sel stroma 
 Testosteron  mempengaruhi bagian tepi prostat, ditemukan dengan konsentrasi lebih besar pada pasien dengan
sedangkan estrogen mempengaruhi bagian tengah pembesaran prostas jinak.
prostat. 4. Teori kebangkitan kembali / Reawakening
 Reinduksi kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk
berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.

1
3/22/2019

PATOFISIOLOGI
1. Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan
estrogen  Testosteron bebas + enzim 5  reduktase
 DihIdrolisis  Dehidro Testosteron (DHT) Diikat MANIFESTASI KLINIS
reseptor ( dalam sitoplasma sel prostat)  DHT -
Reseptor  Inti Sel  Mempengaruhi RNA  Sintesa Gejala klinik terjadi karena 2 hal:
protein  PROLIFERASI SEL
2. Reinduksi mesenkim urogenital  PROLIFERASI SEL
 Penyempitan uretra (gejala obstruksi)
3. Mikrotrauma  Growth factor stimulsi sel stroma  yang menyebabkan kesulitan berkemih.
PROLIFERASI SEL  Retensi air kemih dalam kandung kemih
4. PROLIFERASI SEL  Pembesaran prostat  resistensi
pada leher vesika urinaria dan daerah prostat ↑ yang menyebabkan dilatasi kandung
Rangsangan pada Vesika urinaria  berkontraksi kemih, hipertrofi kandung kemih dan
meski belum penuh  otot detrusor menebal dan
meregang (kompensasi)  keadaa lanjut otot cystitis (gejala iritatif)
detrusor lelah tidak mampu berkontraksi
(dekompensasi)  Retensio urine ( residu urine ) 
refluk urine ke ginjal  hidronefrosis,  penurunan
fungsi ginjal

MANIFESTASI KLINIS
Pancaran berkemih lemah  karena detrusor
MANIFESTASI KLINIS

membutuhkan waktu lama untuk melawan resistensi
uretra
 Sering berkemih (urinary frekwensi)
 Rasa tidak lampias atau tidak puas setelah miksi
 Berkemih pada malam hari (nokturia)  karena (terminal dribling)  karena masih banyak residu
pengosongan urine tidak lengkap pada tiap miksi   Harus mengejan waktu miksi (straining)
hambatan normal dari korteks berkurang pada dan
 Kencing terputus-putus (intermitence)  karena
tonus sfinkter dan uretra berkurang selama tidur detrusor tidak mampu mengatasi resistensi sampai akhir
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak miksi.
(incontinensia urgensi)  Retensio urine  karena waktu kencing memanjang,
 Kesulitan dalam hal memulai berkemih  harus obstruksi dan kelemahan detrusor
menunggu lama (hesistensy).  Inkontinensia karena overflow
 Air kemih masih tetap menetes setelah selesai BAK  Nyeri pada daerah prostat dan suprapubis, kadang
juga nyeri panggul bawah
 Rasa nyeri pada waktu berkemih( dysuria)
 Pada pemeriksaan colok prostat asimetris, menonjol

2. Clinical Grading,
TINGKATAN / DERAJAT BPH Sisa urine menjadi patokan  pagi hari
setelah bangun pasien disuruh BAK sampai
1. Rectal Grading selesai, kemudian di masukan kateter ke
yaitu dengan rectal toucher  diperkirakan berapa dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.
cm prostat yang menonjol ke dalam lumen rektum  Sisa urine 0 cc : normal
yang dilakukan sebaiknya pada saat vesica urinaria
kosong.  Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Gradasi ini adalah :  Sisa urine 50-150 cc : grade 2
 0 - 1 cm : grade 0
 1 - 2 cm : grade 1  Sisa urine > 150 cc : grade 3
 2 - 3 cm : grade 2  Tidak bisa kencing : grade 4
 3 - 4 cm : grade 3
 > 4 cm : grade 4

2
3/22/2019

4. Berdasar Score Madsen Iversen


3. Intra Uretral Grading Pertanyaan 0 1 2 3 4

Pancaran Normal Berubah2 Lemah Menetes


 Dengan alat perondoskope  diukur / dilihat
beberapa jauh penonjolan lobus lateral prostat Mengejan saat BAK Tidak Ya
ke dalam lumen uretra. Harus menunggu BAK Tidak Ya

 Grade I : Clinical grading sejak berbulan-bulan, BAK terputus Tidak Ya


bertahun-tahun, mengeluh BAK tidak lancar,
Kencing tidak lampias Tidak Berubah2 Ya 1X retensi > 1X retensi
pancaran lemah, nokturia.
 Grade II :BAK terasa panas, sakit, disuria. Inkontinensia Tidak Ya Inkontinensia
Berat
 Grade III :Gejala makin berat Kencing sulit ditunda Tidak Ringan Sedang Berat
 Grade IV :Buli-buli penuh, disuria, overflow
Kencing malam hari 0-1x 2x 3-4x >4x
inkontinence
Kencing siang hari > 3 jam 2-3 jam 1-2 jam < 1jam sekali
sekali sekali sekali

Penilaian berdasar skor


Madsen Iversen PENATALAKSANAAN
Jumlah nilai skor Madsen Iversen 1. Observasi (Watchfull waiting)
0 : baik sekali BPH dengan keluhan ringan:
 Penurunan jumlah minum setelah makan atau
1 : baik sebelum tidur untuk mengurangi nokturia
 mengurangi obat-obat decongestan
2 : kurang baik  mengurangi kopi dan alkohol
 kontrol teratur: rectal touch, pemeriksaan sisa urine,
3 : kurang pemeriksaan TRUS tiap 3 bulan
4 : buruk 2. Pemasangan kateter
5 : buruk sekali  mengatasi keluhan berkemih, mengurangi komplikasi

3. Farmakologi c. Penghambat ezim 5 α reduktase


a.Penghambat α Adrenergic  Aksi obat ini menghambat pembesaran
• Mengurangi obstruksi tanpa merusak prostat tapi harus dikonsumsi 6 bulan untuk
kontraktilitas, menghambat reseptor otot  mengetahui efetifitasnya.
relaksasi prostat, mengurangi tekanan pada  Kerjanya menghambat Dehidro testosteron
prostat  melancarkan miksi.  bisa mempengaruhi penurunan libido
• Contoh: terazosin (Hytrin), doxazosin (Cardura),  Obat-obatannya meliputi: finasteride
tamsulosin (Flomax), prazosin (Minipress), alfuzosin (Proscar) atau dutasteride (Avodart)
(Uroxatral)
b. Terapi hormon:
 Anti androgen (ex: anandron, flutamide) ,
Aromatase inhibitor, GnRH analog (menurunkan
LH, menurunkan testosteron)

3
3/22/2019

4. Terapi lain
a. Dilatasi balon transuretra  melebarkan uretra
PROSTATECTOMY
dengan menekan pembesaran prostat
menggunakan balon
SUPRAPUBIC PROSTATECTOMY PERINEAL PROSTATECTOMY
b. Ablasi jarum transuretra / Transurethral needle
ablation (TUNA)  menggunakan jarum yang
dimasukkan dalam prostat untuk merusak porsio
prostat
c. Laser therapy  transurethral laser coagulation
and transurethral laser
d. Prostatectomy  apabila volume prostat > 100
gram
 Prostatectomy Retropubic Prostatectomy
 Perineal Prostatectomy
 Suprapubic / Open Prostatectomy

e. Transuretral Resection of the


prostate (TURP)
RETROPUBIC PROSTATECTOMY Suatu tindakan untuk
menghilangkan
obstruksi prostat 
menggunakan
cystoscope melalui
urethra.
Dilakukan pada BPH
gejala ringan s/d
berat, volume prostat
< 90 gram

TURP f. Transurethral Incision of the Prostate


(TUIP)
 Melakukan insisi prostat
 menggunakan
cystoscope melalui
urethra  untuk
mengurangi tekanan
prostate yang berlebih
pada retra.
 Dilakukan pada BPH
dengan volume prostat <
90 gram

4
3/22/2019

g. Transurethral microwave therapy


(TUMT) KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
Menggunakan Pasien dengan :
gelombang untuk  Decompensasi kordis
menghancurkan  Infark jantung baru
porsio prostat
 Diabetes militus
 Malnutrisi berat
 Dalam keadaan koma
 Tekanan darah sistol 200 - 260 mmHg.

5. Terapi diit untuk kesehatan PENGKAJIAN FOKUS


prostat 1. Demografi  laki-laki , UMUR > 60 tahun
2. Sirkulasi : ↑ TD (efek lebih lanjut pada ginjal )
 Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan 3. Eliminasi :
prostat di antaranya adalah :
 Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam a. Penurunan kekuatan berkemih.
mencegah pertumbuhan sel kanker  penelitian, 5-10% kasus b. Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.
BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.
 Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses c. Nokturia, disuria, hematuria.
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein  kerja ginjal d. Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.
dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
 Copper (gluconate) dan Parsley Leaf  membantu e. Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).
melancarkan pengeluaran air urine dan mendukung fungsi f. Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)
ginjal.
 L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem g. Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal,
penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat. hemoroid (akibat peningkatan tekanan
 Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan abdomen)
kualitas sperma.

7. Pemeriksan penunjang:
3. Makanan / cairan dan metabolik
 Anoreksia, nausea, vomiting, kehilangan BB a. Urinalysa : urine output menurun, hematuria
mendadak, Demam b. Kultur urine: adanya kuman, infeksi
4. Nyeri / nyaman : Nyeri Suprapubis, panggul, nyeri c. Ureum kreatitini: meningkat bila fungsi ginjal sudah
belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada dipengaruhi
prostatitis akut) d. PSA (prostat spesific antigen) untuk deteksi adanya
5. Seksualitas : keganasan  bila < 4 ng/dl tidak perlu dibiopsi
a. Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi
kemampuan seksual. e. Biopsi : apabila PSA > 10ng/dl atau PSA 4 – 10 ng/dl
b. Takut kencing selama kegiatan intim  ↓ hasrat f. Sistogram: mengukur tekanan dan volume VU
sex g. USG  TRUS & TAUS  memperkirakan besar prostat,
c. Penurunan kontraksi ejakulasi. residu urine, massa ginjal
d. Pembesaran prostat. h. IVP : tampak gambaran adanya hydroureter, ureter
6. Persepsi dan konsep diri: berbelok, kelainan vesika urinaria
a. Kecemasan, ketakutan i. Cystoscopy
b. HDR, menurunnya persepsi terhadap identitas j. Clinical grading  mengetahui sisa urine dalam buli
(merasa tidak bisa sempurna)
k. Rectal grading  mengetahui derajat pembesaran
prostat

5
3/22/2019

MASALAH KEPERAWATAN MASALAH KEPERAWATAN


PRE OPERASI POST OPERASI;
1. Perubahan pola eliminasi urine 1. Resiko perubahan pola eliminasi urine
2. Retensio urine 2. Resiko injury: perdarahan, komplikasi
3. Nyeri akut tromboplebitis
4. Resiko infeksi saluran kemih 3. Nyeri akut
5. Dysfungsi sexual 4. Resiko infeksi
6. Harga diri rendah, dll 5. Dysfungsi sexual
6. dll

FOKUS INTERVENSI Nyeri akut b/d iritasi mukosa, distensi vesika


Perubahan pola eliminasi : nokturia, dysuria , hesistensi urinaria, kolik ginjal, infeksi urine
b/d peningkatan obstruksi, ↓ fungsi otot Intervensi:
Intervensi: 1. Kaji nyeri dan monitor perkembangannya
1. Monitor perubahan pola berkemih 2. Tingkatkan kepatenan kateter
2. Berikan cairan adekuat kurang lebih 3000 cc perhari 3. Lakukan tehnik atasi nyeri: massage, relaksasi,
distaraksi
3. Batasi cairan2 jam sebelum tidur
4. Kompres hangat suprapubis, rendam duduk
4. Ajarkan tehnik atasi retensi bila perlu pasang kateter
perineum (dengan air hangat)
5. Instruksikan klien untuk BAK tiap 2-3 jam
5. Tirah baring terutama bila ada hematuri
6. Kolaborasi
6. Kolaborasi:
a. pemberian obat penghambat α Adrenergic
a. Analgetik : narkotik, epedrin
b. pemberian antikolinergik b. Anti spasmodik vesika urinaria : flavoksat 
c. pemberian antispasmodik menurunkan kepekaan vesika urinaria
c. Antibakteri  mengurangi infeksi

Post operasi
Retensio urine b/d obstruksi mekanik karena Resiko perubahan pola eliminasi urine (pasca operasi) b/d Obstruksi
pembesaran prostat, dekompensasi otot detrusor mekanikal (bekuan darah,edema, trauma, prosedur pembedahan),
tekanan dan iritasi balon kateter, hilang tonus otot sekunder distensi
Intervensi: berlebihan atau kompresi kontinu
1. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan Intervensi:
kekuatan pancaran 1. Observasi kelancaran haluaran urine, observasi intake dan out put
2. Catat waktu dan jumlah berkemih 2. Observasi kateter urine, perhatikan adanya bekuan darah
3. Perkusi dan palpasi are suprapubik Anjurkan klien 3. Pertahankan irigasi kateter sampai dengan urine jerni ( 2x24 jam )
BAK tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan 4. Lakukan spoeling kateter apabila terdapat bekuan darah dan distensi
kandung kemih, kolaborasi dengan dokter.
4. Berikan cairan adekuat kurang lebih 3000 cc 5. Anjurkan pasien untuk minum air putih (2500 cc – 3000 cc per hari)
perhari 6. Perkusi/palpasi are suprapubik, monitor adanya distensi kandung kemih
5. Rendam duduk sesuai indikasi dan nyeri suprapubis
6. Siapkan kateterisasi dan kolabosasi pembedahan 7. Jelaskan tentang kemungkinan keluhan berkemih pasca TURP
8. Berikan edukasi tentang latihan kegel
7. Berikan antispsmodik
9. Dorong pasien untuk berkemih setiap 2-4 jam
10. Observasi aliran urine,ukuran dan kekuatannya pasca pelepasan kateter
11. Monitor adanya keluhan dribbling dan inkontinensia urine pasca
pelepasan kateter

6
3/22/2019

Resiko injury terjadi komplikasi perdarahan, tromboplebitis b/d Kerusakan


jaringan karena efek post post operasi TURP hari pertama
IRIGASI BLADDER POST OPERASI
Intervensi:
1. Pantau tanda dan gejala hemoragi: urine sangat kental, ada bekuan
darah, warna merah terang, peningkatan frekwensi nadi, gelisah dan
PROSTAT
agitasi, penurunan Hb dan Ht
2. Instruksikan pasien untuk menghindari mengedan ketika buang air besar,
jangan duduk pada kursi tegak
3. Monitor patensi catheter dan palpasi kandung kemih.
4. Pertahankan traksi catheter dalam 24 jam pertama post op BPH.
5. Monitor haluaran urine; jumlah, warna, bekuan darah dan adanya debris.
6. Ukur intake dan output dan hitung keseimbangan cairan
7. Beri minum bertahap sesuai dengan bising usus dan berikan minum 2000 –
3000 cc/24 jam atau sesuai dengan kondisi klien
8. Pantau tanda tromboplebitis: nyeri dorsofleksi, nyeri tekan betis, edema
ekstrimitas
9. Lakukan mobilisasi latihan kaki bertahap setelah sensasi kaki dirasakan.
10. Kolaborasi pemberian antibiotik, antiperdarahan
11. Monitor penurunan Hb dan
12. Lakukan irigasi bladder; 150 tts/ menit pada 24 jam pertama post op BPH,
dan berikan 40 – 60 tetes / menit setelah urine jernih.

fokus intervensi 8. Jelaskan perubahan pola eliminasi dan seksual.


pasien post TUR Prostat : a. Diskusikan bersama klien tentang anatomi dan
1. Drainase urine, meliputi : kelancaran, warna, jumlah, cloting.
fisiologi fungsi seksual secara singkat.
2. Monitor komplikasi: perdarahan, retensio urine b. Jelaskan pada klien tentang tujuan dan manfaat
3. Kebutuhan cairan : minum adekuat ( 3 liter/hari) pemakaian kateter yang menetap.
4. Program “Keggel exercise”  latihan kontraksi otot-otot perineal
selama 10 menit, dilakukan 4 kali sehari. c. Anjurkan klien untuk berdialog dengan sesama
5. Program “Bladder training”  Menentukan jadwal pengosongan klien yang menggunakan kateter.
kandung kemih: Bokong pasien diletakkan di atas pispot atau
pasien diminta ke toilet selama 30 menit - 2 jam untuk berkemih. d. Berikan kesempatan pada klien untuk saling
6. Diskusikan pemakaian kateter intermiten. mengungkapkan perasaan dengan
7. Monitor tanda-tanda infeksi (Kalor, Dolor, Rubor, Tumor, pasangannya.
Fungsilaesa)
8. Rawat kateter secara steril tiap hari. Pertahankan posisi kateter, e. Ciptakan suasana humor pada saat merawat
jangan sampai tertekuk.
9. Fungsi normal kandung kemih akan kembali dalam waktu 2 -3
klien. Bila perlu konsulkan pada psikolog atau
minggu, namun dapat juga sampai 8 bulan yang perlu diikuti seksolog.
dengan latihan perineal / Kegel Exercise.

selamat belajar

Você também pode gostar