Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
H DENGAN
CA OVARIUM STADIUM II B POST KEMOTERAPI BEP SIKLUS II HARI KE 8
DI RUANG ALAMANDA B RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Belajar Klinik III yang dibimbing oleh
Ibu Yulia Rais,S.Kep.,Ners )
Disusun Oleh:
Mia Nur Amalliya (012016006)
B. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :
a) Riwayat kanker payudara
b) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)
c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
d) Menarche dini
e) Diet tinggi lemak
f) Riwayat kanker payudara
g) Merokok
h) Alkohol
i) Penggunaan bedak talk perineal
j) Nulipara
k) Infertilitas
l) Tidak pernah melahirkan
m) Terapi penggantian hormon
n) Kontrasepsi ora
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan
Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang
diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur
operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium
biasa.
Klasifikasi Histopatologis
Sebagian besar kanker ovarium berasal dari jenis epithelial.
Kanker ovarium jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut di bawah ini :
- Serous tumours
- Mucinous tumours
- Endometrioid tumours
- Clear cell tumours
- Brenner tumours
- Undifferentiated carcinomas
- Mixed epithelial tumours
Kanker ovarium jenis epithelial juga dibagi sesuai grading / differensiasinya seperti :
- GX : Grading tidak dapat ditentukan
- G1 : Berdifferensiasi baik
- G2 : Berdifferensiasi sedang
- G3 :Berdifferensiasi buruk.
Keganasan ovarium jenis non-epithelial juga penting diketahui di antaranya :
Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal
1. Dysgerminoma
2. Teatoma
a. Mature
b. Immature
3. Endodermal sinus tumor
4. Embryonal carcinoma
5. Polyembryoma
6. Choiocarcinoma
7. Mixed forms
Jenis Tumor Sex-cord Stromal
1. Granulosa-stromal-cell tumors
A. Granulosa-cell tumors
B. Tumors in thecoma-fibroma group
1. Thecoma
2. Fibroma-Fibrocarcoma
3. Sclerosing stromal tumor
2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors
3. Gynandroblastoma
4. Unclassified.
D. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan
SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang stadium
folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi
berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik.
(Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis.
Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik muncul tanpa
gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada
pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa
perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hiperplasia
endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron
dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista folikel dan
luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak ruptur
atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi
ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening,
tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga
5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini
dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan
yang dapat menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)
E. Pathway
F. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan
dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit
yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam
medik.
b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.
c) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana
kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah
bermetastasis ke arah hati atau tulang
d) Penanda tumor (tumor marker)
Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering
ditemukan peningkatan kadar CA 12
e) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang
lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan
memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara
memberikan warna hitam
f) Pencitraan lain
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan
tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran
sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara
memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang
lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada
sel-sel normal.
g) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan
bagian dalam tubuh.
h) Scanning radioaktif.
i) Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram
ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada
bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh
jaringan yang ditembakkan gelombang suara.
j) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan
alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak,
sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
F. Penatalaksanaan
1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium
yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua
ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
G. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah aktual resiko maupun
potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa keperawatan yang bisa muncul
pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat.
H. Intervensi
Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan :
Nyeri pada abdomen
Bengkak pada abdomen
Ekspresi wajah nampak meringis
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
Klien mengatakan nyeri hilang.
Ekspresi wajah nampak ceria.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat nyeri, lamanya Mempermudah melakukan intervensi
lokasi dan skala intensitas selanjutnya.
nyeri.
Peningkatan TTV merupahan
b. Monitor tanda-tanda vital.
indikasi peningkatan intensitas nyeri.
c)
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat
ditandai dengan :
Peningkatan nyeri
TTV abnormal
Terdapat hecting.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria : Luka sembuh dengan sempurna, tidak ada komplikasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV Peningkatan TTV sebagai
indikator terjadinya infeksi.
2. Rawat luka secara septik dan Merawat luka secara steril
aseptik. menghindari terjadinya infeksi
pada luka operasi.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Derek, Liewellyn-Jones 2001 Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Alih bahasa: Hadyanto,
Ed. 6. Hipokrates, Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Bagian Obstetri & ginekologi FK.Unpad,1993. Obstetri Fisiologi.Eleman Bandung
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Wong, Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book
Co., Philadelphia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN
CA OVARIUM STADIUM II B POST KEMOTERAPI BEP SIKLUS II HARI KE 8
DI RUANG ALAMANDA B RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
A. PENGKAJIAN
Data biografi
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. L
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukabumi
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Status : Menikah
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Nomor RM : 0000824777
Diagnosa Medis : CA Ovarium Stadium II B post Kemoterapi
BEP Siklus II hari ke 8
Tanggal Masuk RS : 18 April 2019
Tanggal pengkajian : 18 April 2019
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan lemas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
14
Klien mengatakan mulai menderita sakit sejak 1 tahun yang lalu. Kemudian
berobat RS Sukabumi, hasilnya klien menderita Kanker Ovarium. Pada 18
Desember 2018 klien dilakukan pengangkatan rahim di RS. Sariningsih.
Kemudian klien berobat jalan ke RS. Hasan Sadikin Bandung atas rujukan dari
RS. Sariningsih untuk dilakukan Kemoterapi. Pada tanggal 18 Klien masuk ke
Instalasi Rawat Jalan RSHS Bandung untuk melakukan Kemoterapi dan dirujuk
ke ruang Alamanda B. Diruang Alamanda klien tidak langsung dilakukan
kemoterapi karena Hb : 9,3.
Pada Saat dilakukan pengkajian tanggal 18 April 2019 pukul 20.40 klien
mengatakan Klien mengatakan nyeri pada daerah vagina, nyeri seperti disayat-
sayat, nyeri juga dirasakan ketika bergerak, nyeri kadang hilang timbul Skala
nyeri 3. Wajah Klien terlihat meringis kesakitan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien dirawat di RS Sariningsih untuk dilakukan pengangkatan
rahim.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di keluarga klien tidak pernah ada yang menderita penyakit
yang sedang dideritanya saat ini, dan keluarga mengatakan di keluarga klien tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TBC,HIV.
4. Riwayat Gynekologi & Obstetri
a) Riwayat Gynekologi
1. Riwayat Menstruasi: manarche 13 tahun, siklus haid 28 hari lama haid 6-7 hari.
Terakhir haid : November 2018
Riwayat Perkawinan :
Menikah 1x pada pada usia 20 tahun (perempuan) 26 tahun (laki-laki)
2. Riwayat Keluarga Berencana : klien tidak memakai alat kontrasepsi.
b) Riwayat Obstetri
1. Riwayat kehamilan : Klien tidak memiliki Anak
15
a. Body image
Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang di benci meskipun sekarang
sedang sakit.
b. Peran diri
Ny. L belum bisa memenuhi perannya sebagai istri untuk memberikan buah
hati kepada suaminya.
c. Harga diri
Hubungn klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi pendekatan orang lain
terhadap klien.
3) Hubungan komunikasi
Klien kooperatif ketika di ajak berkomunikasi, baik dengan perawat, keluarga atau
tenaga kesehatan lainnya.
4) Pola koping
Klien tidak terlihat cemas saat berkomunikasi.
5) Data spiritual
a. Praktik Ibadah Di Rumah
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS klien melaksanakan ibadah sholat
5 waktu.
b. Praktik Ibadah Di Rumah Sakit
Klien mengatakan ketika dirawat d RS, klien tidak mempunyai hambatan
ibadah sholat 5 waktu dan klien mengetahui tata cara ibadah ketika sakit.
c. Hubungan Kesehatan Dan Spiritual
Klien mengatakan bahwa sakitnya itu adalah ujian dari Allah SWT.
d. Konsep Ketuhanan
Klien juga menyadari bahwa takdir Tuhan itu direncanakan sebaik mungkin,
dan pasti ada hikmah dibalik semua ujian yang Tuhan berikan.
e. Makna Hidup
Klien mengatkan hidupnya sangat bermakna.
f. Support Sitem Dan Dukungan
Klien mengatakan keluarganya sangat mendukung dan selalu memotivasinya.
g. Sumber Harapan Dan Kekuatan
Klien mengatakan sangat berharap untuk kesembuhannya
16
d. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan Di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan
Jenis Nasi, sayur, daging, Nasi, sayur, daging,
buah-buahan buah-buahan
Frekuensi 2-3x sehari 2x sehari
Porsi 1 porsi ½ porsi
Keluhan Tidak ada Klien mengatakan
nafsu makan
menurun dan mual
Minum
Jenis Air putih Air putih
Frekuensi 8 gelas 8 gelas
Jumlah (cc) 1600 cc 1600 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x//hari 1x//hari
Warna Kuning , kecoklatan Kuning , kecoklatan
Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi - -
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Jumlah (cc) - -
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Waktu tidur 21.00 22.00
o Malam, Klien jarang tidur Tidur siang 1 jam
pukul siang Malam 5-6 jam
o Siang, pukul - Tidak ada keluhan
17
Lamanya Tidak ada keluhan
Keluhan
4 Kebiasaan diri
Mandi 2x sehari 1x sehari
Perawatan 1x minggu 1x minggu
kuku 2x sehari 1x sehari
Perawatan gigi 2 hari 1x 3hari 1x
Perawatan Mandiri Mandiri
rambut
Ketergantungan
e. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Lemas
Kesadaran : Compos Mentis - GCS 15 (E4M5V6)
Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 20x/mnt
S : 36,4 oC
Status Antopometri : BB dahulu : 58kg
BB sekarang : 45kg
TB : 154 cm
b. Sistem Pernapasan
Saat dilakukan pengkajian kebersihan hidung klien bersih, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada sianosis, bentuk simetris, tidak ada luka didada, tidak
terpasang alat bantu pernafasan , tidak ada nyeri tekan, saat di perkusi suara
resonan (+/+) suara nafas vesikuler irama reguler, RR 20x/mnt
c. Sistem Kardiovaskular
Saat di inpeksi konjungtiva klien anemis, tidak terdapat sianosis di bibir
ekstremitas, tidak terlihat adanya ictus cordis. Saat di perkusi daerah jantung
berada di S1-S2 terdengar dullner, saat diaskultasi tidak terdengar suara jantung
tambahan, JVP (-) nadi 82x/mnt, TD 110/70 mmHg, akral hangat.
18
d. Sistem Pencernaan
Saat di inpeksi mulut bersih, gigi sedikit kotor, dan mulut klien kering. Saat
dipalpasi tidak teraba hati dan limfe, tidak ada asites, terdapat nyeri tekan
dibagian perut.
e. Sistem Endokrin
Saat dipalpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
f. Sistem Perkemihan
Tidak ada keluhan saat BAB dan BAK.
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat deformitas, tidak terdapat penggunaan alat bantu jalan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat edema di bagian kaki kanan, tidak ada varises kekuatan otot
klien pada ekstremitas atas (5/5) ekstremitas bawah (5/5), refleks patella (+/+)
h. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit lembab, turgor kulit normal elastis, tidak ada
cloasma gravidarum, terdapat sedikit striae gravidarum.
i. Sistem Reproduksi
a. Mamae
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, akral hangat, aerola bersih, putting
susu menonjol.
b. Vulva/Vagina
Klien mengatakan nyeri pada daerah vagina, nyeri seperti disayat-sayat,
nyeri juga dirasakan ketika bergerak. Nyeri kadang hilang timbul, skala
nyeri 3. Tidak ada bau. Tidak ada perdarahan.
19
f. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Interpretasi
Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Tanggal 15 April 2019
Hematologi
- Hemoglobin 9,3 12.3-15.3 g/dL Kurang
- Hematokrit 33 36,0-45,0 Kurang
- Eritrosit 4,3 4.2-5.5 juta/uL Normal
- Leukosit 4,1 4.50-11.0 /mm3 Normal
- Trombosit 327 150-450 /mm3 Normal
Index Eritorsit
- MCV 80 80-96 fL Kurang
- MCH 26 27.5-33.2 pg Kurang
- MCHC 32,5 33.5 % Kurang
b. Data penunjang
c. Program Terapi
NO Nama obat Dosis Rute
1. Metodopamid 1x1 Amp IV
2. Pyridoxin 1x1 Amp IV
3. dexametaxone 1x1 Amp IV
4. Furosemid 40mg IV
5. Bleorusan 15mg IV
6. Eronicid 100mg IV
20
B. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. DS : Faktor predisposisi dan resiko Nyeri Kronis
- Klien mengatakan nyeri tinggi hiperplasia pada sel mammae
pada daerah vagina Mengubah DNA
- nyeri seperti disayat-
Mengganggu perbaikan biologis
sayat sel-sel normal
- nyeri juga dirasakan
Merangsang poliferasi sel epitel
ketika bergerak. normal
- Nyeri kadang hilang
Malignansi sel payudara
timbul
DO : Terdapat nodul-nodul pada
- Skala nyeri 3. payudara
- Wajah klien terlihat
Mendesak sel syaraf
meringis kesakitan.
Hypotalamus
Korteks serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Kronis
2. DS : Faktor predisposisi dan resiko Ketidakseimbangan
tinggi hiperplasia pada sel ovarium nutrisi kurang dari
- Klien mengeluh nafsu kebutuhan.
makan menurun Mendesak jaringan sekitar
DO : Mensuplai nutrisi ke
jaringan Ca
- Setengah porsi makan
tidak dihabiskan Suplai nutrisi ke jaringan lain
- Klien nampak lemah. berkurang
21
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker
metastasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ca ovarium.
22
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. L Ruangan : Alamanda B
No. Medrek : 0000824777 Diagnosa Medis : CA Ovarium Stadium II B post
Kemoterapi BEP Siklus II hari ke 8
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan teknik tarik nafas 1. Dapat mengurangi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam dalam Nyeri
dengan penekanan
nyeri kilien berkurang dengan 2. Lanjutkan kolaborasi 2. Mengurangi rasa sakit.
perut bagian bawah
akibat kanker kriteria hasil : pemberian analgetik 3. Istirahat untuk mempercepat
metastasi a. Nyeri berkurang, dengan 3. Anjurkan pasien untuk istirahat. [emulihan
skala 1 dari 3 4. Membimbing pasien berdoa 4. Mengurangi rasa sakit.
b. Psien mengatakan nyaman. ketika menghadapi rasa sakit. 5. Memantau skala nyeri.
5. Monitor skala nyeri
23
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji abdomen, catat adanya/ 1. Distensi usus dan atoni usus
nutrisi kurang dari keperawatan : karakter bising usus,dan keluhan sering terjadi, mengakibatkan
kebutuhan
1. Menunjukkan peningkatan mual. penurunan/ tak adanya bising
berhubungan
dengan ca ovarium. berat badan. usus
2. Anjurkan makan sedikit tapi
2. Tidak adanya tanda-tanda
sering 2. dapat mengoptimalkan
malnutrisi ( keletihan, mudah
asupan makanan
lelah) 3. anjurkan makan selagi hangat
3. tidak terjadi penurunan berat 4. kolaborasi dengan ahli gizi untuk 3. dapat meningkatkan nafsu
badan makan
menentukan jumlah kalori dan
4. Tidak ada mual nutrisi yang dibutuhkan pasien 4. ahli gizi merupakan spesialis
dalam ilmu gizi yang membantu
5. monitor adanya penurunan berat
memilih makanan sesuai dengan
badan
keadaan sakitnya, usia, tinggi
6. BB pasien dalam rentang normal danberat badan
24
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. L Ruangan : Alamanda B
No. Medrek : 0000824777 Diagnosa Medis : CA Ovarium Stadium
II B post Kemoterapi
BEP Siklus II hari ke 8
Tanggal
DX Implementasi Evaluasi Paraf
/ Pukul
18
April
DX I :
2019 - Melakukan tranfusi PRC 1
S : Klien mengatakan masih
Labu
merasa nyeri.
21.15 R /: tidak ada tanda-tanda
pusing
O : Skala : 3
I, II Mia
- Kaji skala nyeri
A : Nyeri Kronis belum teratasi
R /: Klien mengatakan masih
22.00
merasa nyeri
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
Skala : 3
- Mengganti cairan tranfusi set
01. 10 dengan infus set Nacl 0,9%
R/ : Cairan menetes lancar
- Mengambil darah
05.20
R/ : menunggu hasil
DX I :
S : Klien mengatakan masih
20 merasa nyeri.
April
2019 O : Skala : 3
- Kaji Skala Nyeri
07. 30 R /: Klien mengatakan masih A : Nyeri Kronis belum teratasi
merasa nyeri
Skala : 3 P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5
- Ajarkan Klien doa menahan
I, II 08.00 rasa sakit
Mia
R/: Klien mengikuti DX II :
- Anjurkan klien untuk makan S : Klien mengatakan Mual
08.15
sedikit tapi sering.
O : Tidak ada tanda-tanda pusing
- Melakukan tranfusi PRC 1 A : Ketidakseimbangan nutrisi
Labu kurang dari kebutuhan belum
12.30 R /: tidak ada tanda-tanda teratasi.
pusing. Dan klien
mengatakan Mual P : Lanjutlan Intervensi 1,2,3,4,5,6
25