Você está na página 1de 33

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 18 PARADIGMA SEHAT


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
SKENARIO 2 PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN

Oleh
Kelompok Tutorial XI :

Ketua : Radin Ahmad (NIM : 161610101083)


Scribber : Nancy Amelia R (NIM: 161610101082)
Anggota : Alfan Maulana Erdiansyah (NIM : 161610101081)
Dara Kartika H (NIM : 161610101084)
Nailah Rahmadani (NIM : 161610101085)
Savira Aulia Rachim (NIM : 161610101086)
Ni Luh Putu Diah Laksmi (NIM : 161610101087)
Suci Hidayatur (NIM : 161610101088)
Tri Oktaviani (NIM : 161610101089)
Adilia Putri Istadi (NIM : 161610101090)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Perubahan
Perilaku Kesehatan ”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok I pada skenario terakhir.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg.Niken Probosari, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. ........................................................................................... 2

Daftar isi.. ...................................................................................................... 3

I. Pendahuluan

1.1 Skenario .................................................................................................. 4

II. Pembahasan

2.1 Step 1 ......................................................................................................

2.2 Step 2 ......................................................................................................

2.3 Step 3 ......................................................................................................

2.4 Step 4 ......................................................................................................

2.5 Step 5 ......................................................................................................

2.6 Step 7 ......................................................................................................

III. Kesimpulan ...........................................................................................

Daftar Pustaka ...............................................................................................

3
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Seorang dokter gigi bekerja di puskesmas melihat kondisi kebersihan rongga
mulut di masyarakat rendah, terutama pada anak-anak. Hasil observasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang melakukan kebiasaan sikat
gigi hanya pada saat mandi. Dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk merubah
perilaku gosok gigi tersebut kearah perilaku sehat. Teori-teori perubahan perilaku
dan bentuk perubahan perilaku dipelajarinya kembali untuk memahami situasi yang
dihadapinya dan menentukan langkah-langkah agar strategi yang diterapkannya
berhasil. Strategi yang dipilihnya untuk mendapatkan perubahan perilaku sikat gigi
tersebut adalah memberikan penyuluhan dan gosok gigi bersama di sekolah sekolah.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan informasi untuk memotivasi
warga sekolah agar memilki perilaku yang mendukung status kesehatan gigi
mulutnya. Selain itu, drg juga memberikan hadiah sikat gigi pada siswa sebagai
motivasi untuk berperilaku sehat

4
PEMBAHASAN

2.1 STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms

1. Perubahan perilaku sehat : perubahan yang terjadi pada seseorang yang


terjadi karena beberapa faktor seperti keadaan lingkungan, pengetahuan, dan
sikap. Perubahan nya lebih mengarah pada perubahan menjadi lebih sehat.
2. Motivasi : sesuatu yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk
melakukan sesuatu tindakan dapat berupa secara sadar maunpun tidak sadar
3. Strategi: pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan gagasan,
perencanaan suatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Biasanya pada
kebijakan kebijakan publik agar dapat memberdyakan masyarakat di
lingkungan sekitar.
4. Penyuluhan : suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan untuk masyarakat
melaui penyebaran pesan yang tujuannya untuk mencapai kehidupan yang
sehat.

2.2. STEP 2 Problem Definition

1. Apa saja teori dan bentuk dari perubahan perilaku?


2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku?
3. Bagaimana cara kita mengamati perubahan perilaku kesehatan?
4. Bagaimana cara memilih strategi yang terbaik dalam merubah perilaku
masyrakat?
5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah
perilaku kesehatan?

2.3. STEP 3 Brainstorming

1. Apa saja teori dan bentuk dari perubahan perilaku?


a. Teori perubahan perilaku
● Teori SOR

5
Pada teori SOR, perubahan perilaku seseorang itu tergantung dari
stimulus yang di berikan. Apabila rangsangan yang di terima lebih besar
dari stimulus yg di terima di masyarakat maka akan terjaddi suatu
perubahan perilaku. Teori ini menyebutkan bahwa cara merubah suatu
perilaku dengan meyakinkan seseorang untuk berubah. Caranya dengan
gaya bicara yang baik sesuai dengan kemampuan bahasa masyarakat
sekitar, percaya diri, pengetahuan yang kita miliki.
● Teori Festingger/ dissonens
Pada teori ini perilaku seseorang dapat berubah apabila terterjadi jika ada
perbedaan yang terjadi dalam status kesehatannya dan keinginannya.
Contoh : ibu hamil yang memeriksakan keadaan kehamilannya karena
terdapat gangguan pada kehamilannya.
● Teori kaatz ( nailah )
Perubahan perilaku seseorang tergantung dengan stimulus yang di
butuhkan. . Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai
dengan kebutuhan orang (subyek). Jika melakukan penyuluhan materi
yang kita bawakan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada di
masyarakat
● Teori driving force
Selama proses perubahan perilaku pasti akan terdapat dua kekuatan yang
saling bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang
menolak. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini


terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk
terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-
informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.

b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan


terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan
penahan tersebut.

6
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.

 Tori health bealive models


Model perilaku ini didasarkan atas partisipasi masyarakat. Perilaku dalam
masyarakat di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu factor Individu,
Lingkungan, Perilaku. Biasanya ketiga factor tersebut dapat di pengaruhi
sarana prasarana kesehatan yang terdapat di lingkungan tersebut.
 Teori model komunikasi/ persuasi
Pada teori ini, dilakukan sebuah pendekatan melalui adat atau
kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Yaitu dengan cara teori
kognitif. Dengan argumen argumen teoritis yang sesuai dan dapat di
terima dengan masyarakat sekitar.

b. Bentuk Perubahan Paerilaku

Menurut who perubahan perilaku kelompokkan menjadi 3 jenis yaitu


perubahan alami dan perubahan yang di rencanakan dan kesediaan untuk
berubah.

- Peubahan alami merupakan perubahan yang didasari oleh kebutuhan


biologis seseorangdan tidak ada faktor lain yang mendukung.
Contohnya perilaku keseorang karena usia.
- Perubahan yang di rencanakan merupakan perubahan yang dari
subyeknya sendiri mau berubah untuk tujuan tertentu
- Kesediaan untuk berubah Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses
internal ini berbeda pada setiap individu.

2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku?


7
 perilaku individu dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing), yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi individu untuk berperilaku. Faktor ini terwujud
dalam ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku sehat. Ketiadaan fasilitas dapat menurunkan niat individu untuk
berperilaku sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
mendukung dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini terwujud
dalam adanya dukungan sosial, sikap dan perilaku petugas kesehatan
serta adanya referensi dari pribadi yang dipercaya.
 Pendapat lain menyebutkan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
a. Faktor sisoal : eksternal. Lingkungan yang baik mendukung perilaku
kesehatan
b. Faktor kepribadian : karakteristik individu dan penilaian suatu pada
individu tersebut dan pengalaman
c. Faktor emosi : ketakutan subyek dan harapan yang ingin di capai
seseorang untuk merubah perilaku.
 Pendapat lain mengatakan bahwa perilaku di pengaruhi oleh faktor intern
dan ekstern
a. Factor Intern adalah factor dari dalam diri manusia sendiri
b. Factor Eksternal merupakan factor yang berasal dari lingkungan. Factor
eksternal terdiri dari 2 faktor:
- faktor ketertutupan masyarakat adalah minat masyarakat dalam
menerima penyuluhan tidak terlalu besar
- keterbukaan masyarakat adalah minat masyarakat dalam menerima
penyuluhan besar

3. Bagaimana cara kita mengamati perubahan perilaku kesehatan?

8
Dalam mengamati perubahan perilaku manusia terdapat 5 tahapan hingga
terjadi suatu perubahan perilaku. 5 tahapan ersebut adalah :
a. Prekontemplasi: belum ada niatan perubahan perilaku
b. Kontemplasi: individu sudah sadra terhadap masalahnya namun tidak
ingin merubah perilaku
c. Persiapan: individu sudah inginmerubah dan sudah melakukan namun
gagal
d. Tindakan: individu sudah melakukan perubahan sekurang kurangnya 6
bulan
e. Pemeliharaan: individu sudah melakukan perilaku hidup sehat sudah
lebih dari 6 bulan

Dalam melakukan suatu edukasi kepada masyarakat, sebagai tenaga


kesehatna kami membutuhkan suatu evaluasi untuk mengetahui perubahan
pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mengetahui apakah materi yang
kita berikan dapat diterima dengan baik oleh peserta. Berikut cara mengamati
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan

- Perubahan pengetahuan : dengan pretest dan post test penyuluhan ( apa


yang ada di pikiran seseorang) dengan membandingkan pretest, post test
dan evaluasi.
- Mengamati perubahan sikap : dilakukan dengan kuisioner setuju / tidak
setuju / kurang setuju / sangat setuju dengan evaluasi menggunakan skor.
Menilai mindset seseorang terhadap masalah.
- Mengamati perubahan keterampilan : membuat pedoman sesuai dengan
usia dan ceklist. Misal : melakuakn penyuluhan menggosok gigi dengan
benar. Dengan melihat seseorang tersebut saat melakukan gosok gigi
dengan ceklist seseorang tersebut melakukan atau tidak melakuakn sesuai
dengan keterampilan yang kita ajarkan.
4. Bagaimana cara memilih strategi yang terbaik dalam merubah perilaku
masyrakat?
Berikut Macam macam strategi untuk merubah perilaku kesehatan :

9
- Paksaan : dengan memaksa khalayak seperti dengan cara peraturan
perundang udangan dll. Ex : peraturan imunisasi wajib bagi masyarakat
- Persuasif : mengajak dengan cara iklan, poster, diskusi, face to face,
pamflet.
- Fasilitasi : dengan sarana praasarana. Contoh : baksos
- Edukasi : dengan penyuluhan
- Diskusi partisipatif : komunikasi secara 2 arah. Tidak hanya kita yang
memberikan edukasi, namun ada feedback

Strategi yang terbaik yaitu dengan mengedukasi/ memberikan pengetahuan


kepada masyrakat. Dengan edukasidapat menghasilkan perubahan perilaku yang
panjang namun tidak mudah kembali ke perilaku semula. Namun jika perubahan
perilaku dengan paksaan dapat menghasilkan perubahan perilaku yang cepat
namun cepat kembali kepada perilaku semula.

Pendapat lain mengatakan bahwa strategi perubahan perilaku yang lebih


baik adalah melalui fasilitas. Yaitu dengan adanya fasilitas yang memadai maka
masyarakat akan lebih cepat untuk merubah kebiasaan. Contohnya yaitu dengan
adanya puskesmas, maka merubah suatu perilaku masyarakat yang biasanya
berobat ke dukun atau pengobatan alternative lebih memilih untuk ke puskesmas.

Pendapat lain mengatakan bahwa strategi terbaik dalam merubah suatu


perilaku adalah dengan adanya kebijakan yang di lakukan kepala suatu instansi.
Contohnya adalah dengan adanya peraturan dilarang merokok di kereta api yang
diterapkan oleh kepala KAI. Hal tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat
yang terbiasa merokok di kereta api.

5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah
perilaku kesehatan?

(PR)

10
2.4.STEP 4 Mapping
Peilaku awal

stimulus

Respon

Teori/jenis perubahan motivasi


perilaku

strategis perubahan jenis teori


perilaku

Perubahan Perilaku Bentuk Perubahan


Kesehatan Perilaku

2.5.STEP 5 LEARNING OBJECTIVES


 Learning Objective 1 :
Mahasiswa mampu memahami definisi perubahan perilaku dan
motivasi
 Learning Objective 2 :
Mahasiswa mampu memahami mengetahui teori perubahan perilaku
dan motivasi
 Learning Objective 3 :
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji bentuk dan jenis
perubahan perilaku dan motivasi
 Learning Objective 4 :

11
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji strategi perubahan
perilaku

2.6. STEP 7
2.6.1. Learning Objective 1. Mahasiswa mampu memahami definisi
perubahan perilaku dan motivasi
A. Definisi Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang menyangkut
tentang perilaku hidup sehat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku
merupakan tujuan utama dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya (Nugroho, 2008).
B. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan
atau daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk
berbuat atau beraksi.
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive,
berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.
Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan
oleh manusia, atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif
dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya suatu tingkah laku. (Sobur, 2009). Motivasi merupakan istilah
yang lebih umum yang menujuk pada seluruh proses gerakan, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
(Sobur, 2009).Sobur (2009) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti
membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai
suatu kepuasan atau tujuan. Sehingga dapat diartikan bahwa motivasi dalam
kesehatan artinya suatu gerakan atau dorongan yang muncul baik dari dalam
diri seseorang ataupun dari lingkungan mereka untuk dapat meningkatkan
taraf kesehatan hidup dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.

12
2.6.2. Learning Objective 2. Mahasiswa mampu memahami mengetahui teori
perubahan perilaku dan motivasi
I. Teori Perubahan Perilaku

a. Teori Adopsi Inovasi (Rogers)

Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation


decision process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh
seorang individu, sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal
yang baru, sampai dengan pada saat dia menerima atau menolak ide baru
tersebut. Mula-mula Rogers dibantu oleh rekannya bernama Shoemaker (1971),
menyatakan bahwa proses adopsi inovasi itu melalui 5 tahapan, yaitu :
mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian
terhadap ide tersebut (interest), memberikan penilaian (evaluation), mencoba
memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka individu tersebut setuju untuk
menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono, 1997).

Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini


ternyata Rogers dan Shoemaker menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak
berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat
berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karenanya, maka
Rogers dan Shoemaker (1978) mengubah teori mereka dengan membagi proses
pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi 4 tahap utama, yaitu:

13
Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan
dengan suatu ide baru (knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya
untuk mengenal lebih jauh tentang objek/topik tersebut dan fase ini dipergunakan
oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan inovasinya guna
bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan tersebut (persuasion).
Tergantung kepada hasil persuasi petugas dan pertimbangan pribadi individu,
maka dalam tahap decision dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru
menolak ide baru tersebut. Namun, sebaiknya petugas/pendidik kesehatan tidak
cepat merasa puas jika suatu ide telah diterima, sebab kini individu mulai
memasuki tahap penguatan (confirmation), dimana dia meminta dukungan dari
lingkungannya atas keputusan yang telah diambilnya itu. Bila lingkungan
memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru itu (adopsi) tetap
dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan, terutama
dari kelompok acuannya, maka adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu
kembali lagi ke perilakunya yang semula. Sebaliknya, suatu penolakan pundapat
berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan
agar individu menerima ide baru tersebut (Sarwono, 1997).

b. Teori S-O-R

Merupakan perubahan perilaku yang didasari oleh: Stimulus – Organisme –


Respon (S-O-R). Perubahan perilaku terjadi dengan cara meningkatkan atau
memperbanyak rangsangan (stimulus). Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi
melalui proses pembelajaran (learning process). Materi pembelajaran di sini
diartikan sebagai stimulus. Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R
adalah sebagai berikut:

a. Adanya stimulus (rangsangan) → diterima atau ditolak.


b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.
c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya berupa kesediaan untuk
bertindak terhadap stimulus (attitude) dan bertindak (berperilaku) apabila ada
dukungan fasilitas (practice) (Priyono, 2014).

14
c. Teori “Dissonance” oleh Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara


sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).
Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut
akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut
direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku
baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi
(conssonance) (Priyono, 2014).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: “Terjadinya perubahan


perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan
elemen tidak seimbang”. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan
kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian
stimulus (anjuran perikasa hamil) (Priyono, 2014).

d. Teori Fungsi oleh Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu


stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi (Priyono, 2014) :

a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek).


b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila
hujan, panas).
c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap
gejala sosial).
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi (marah,
senang).

e. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan
perempuan pada 1970-an dan 1980-an (Hall, 2012). HBM digunakan untuk

15
membantu mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen,
Brodkin, dan Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan
mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai
monitor untuk penyakit atau kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika
mereka: (1) menganggap diri mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi
tertentu, (2) percaya bahwa kondisi tertentu memiliki konsekuensi yang serius,
(3) percaya bahwa tindakan baik akan mengurangi kerentanan mereka atau
mengurangi keparahan kondisi, dan (4) percaya bahwa kondisi tertentu dapat
mengantisipasi hambatan (atau biaya) dengan mengambil tindakan yang
sebanding dengan keuntungan dan (5) kombinasi kerentanan yang dirasakan dan
tingkat keparahan yang dirasakan atau sering disebut sebagai ancaman.

Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari


suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah
perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang


kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku
dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang
ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan
perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

Champion dan Skinner (dalam Glanz, 2008) mengemukakan adanya enam


aspek dari health belief model (HBM), yaitu:

1. Perceived suspectibility, yaitu mengukur persepsi kerentanan mengacu


pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi.

16
Misalnya, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan terkena kanker
payudara sebelum ia akan tertarik untuk memperoleh mammogram.
2. Perceived severity, yaitu mengukur perasaan tentang keseriusan tertular
penyakit atau membiarkannya tidak diobati meliputi evaluasi dari kedua
konsekuensi medis dan klinis (misalnya, kematian, cacat, dan nyeri) dan
konsekuensi sosial yang mungkin (seperti dampak kondisi pada pekerjaan,
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan
keparahan telah diberi label sebagai ancaman.
3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat
yang dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
ancaman penyakit. Persepsi non-kesehatan lainnya, seperti penghematan
keuangan yang berkaitan dengan berhenti merokok atau menyenangkan
keluarga anggota dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi
keputusan perilaku. Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan
optimal dalam kerentanan dan keparahan yang tidak diharapkan untuk
menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan dan mereka juga
menganggap tindakan yang dilakukan sebagai sesuatu yang berpotensi
menguntungkan dan mengurangi ancaman.
4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar
hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang
disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial (Rosenstock,
1966).
5. Cues to action, yaitu mengukur peristiwa-peristiwa, orang-orang, atau hal-
hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka.
Mendengar cerita TV atau berita radio tentang penyakit bawaan makanan
dan membaca petunjuk penanganan yang aman untuk paket daging mentah
dan unggas merupakan isyarat untuk melakukan suatu tindakan atau
perilaku yang terkait dengan perilaku penanganan makanan yang lebih
aman (Hanson & Benediktus dalam Turner dkk, 2008).
6. Self-efficacy, yaitu mengukur keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil
melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil
(Bandura, dalam Glanz, 2008). Bandura membedakan harapan self-efficacy
17
dari harapan hasil, dimana harapan dari self-efficacy didefinisikan sebagai
seseorang yang memperkirakan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan
hasil tertentu. Harapan hasil yang mirip tapi berbeda dari konsep HBM
dirasakan manfaatnya. Pada tahun 1988, Rosenstock, Strecher, dan Becker
(dalam Glanz, 2008) menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke
HBM sebagai konstruk yang terpisah, dan sementara kerentanan,
keparahan, dan manfaat termasuk dalam konsep asli HBM
f. Force Field Analysis

Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak.
Force Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin untuk mendiagnosa situasi lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada
saat dijalankannya perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving
Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif
untuk melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan
(Restraining Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menolak adanya perubahan
dengan menahan atau mengurangi kekuatan yang mendukung perubahan. Pada
saat perubahan terjadi, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada
akhirnya kekuatan yang mendukung akan semakin banyak dan kekuatan yang
menolak akan semakin sedikit (Irina, 2011)

Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan tetap. Hal ini terjadi


karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya
perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan.
b) Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun. Hal ini akan
terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan
penahan tersebut.
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.

18
g. Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan
pada peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh
Sullivan & Decker (1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan
kemahiran berkomunikasi digunakan selama proses perubahan dengan
anggota system sebagai target utama. Teori Lewin dikembangkan menjadi
tujuh tahapan proses berikut ini:
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan
berikan diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia
yang ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan
kapasitas seluruh perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan
tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis
penilaian diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy,
rencana ke depan, dan komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana
tindakan dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator
kelompok, keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan
mengidentifikasi peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan
koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik
diri.

II. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang pada umumnya dikenal dan dikemukakan oleh
para ilmuwan yang menekuni kegiatan pengembangan teori motivasi. Dikutip
dalam buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teori motivasi tersebut
antara lain:

19
1. Teori Abraham Maslow

Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik
Abraham Maslow, ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia
terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual,
dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik
dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan ekternal), dan
aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan
dirisendiri).

Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan, kebutuhan


fisiologis dan rasa aman di deskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah
sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan
tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran
bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan
tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara ekternal.

1. Kebutuhan fisiologis ( rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi denga orang
lain,diterima, memiliki)
4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami,
dan menjajahi,kebutuha estetik: keserasian, keteraturan dan
keindahan:kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan
menyadari potensinya).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-mtif yang lebih tinggi akan
menjadikurang signfikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah
dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh

20
subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari
maka, perlindungan, dan rasa aman.

Prinsip pikiran Abraham Maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang


disusun secara hierarki fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Abraham
Maslow menekankan perilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu yang
bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan.

Hirarki kebutuhan Abraham H Maslow ditunjukan dengan bentuk


piramida pada gambar 1.2 yaitu:

2. Teori X Dan Teori Y (Douglas McGregor)

Menurut Hasibuan (2012: 160), Douglas Mc. Gregor adalah seorang


psikolog sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal
motivasi dan tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor
terkenal dengan teori X dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of
Enterprise (Segi Manusiawi Perusahaan). Afin Murty (2012: 68) menyebutkan
bahwa menurut Mc. Gregor, dalam berhubungan dengan karyawannya, manajer
memiliki asumsi-asumsi yang digolongkan dalam teori X sebagai berikut:

21
1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin
berusaha untuk menghindarinya.

2. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai,


dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah


formal

4. Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas semua faktor lain


terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

Disamping teori X yang sepertinya hanya memandang seorang


karyawan dari sisi negatifnya saja, ada pula teori Y yang dapat mengimbangi
teori X. Teori Y terdiri atas empat asumsi, yaitu sebagai berikut:

1. Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti


halnya istirahat atau bermain.
2. Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk
mencapai berbagai tujuan.
3. Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari dan bertanggung
jawab.
4. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang di
edarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang
menduduki posisimanajemen.

3. Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg)

Frederick Herzberg (1950) dalam Hasibuan (2012: 157), seorang profesor


ilmu jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi
Dua Faktor atau Herzberg's Two Factors Motivation Theory. Menurut Frederick
Herzberg (1996) dalam Robbins (2008: 218) ada dua jenis faktor yang
mempengarhi motivasi kerja, yaitu faktor Intrinsik dan faktor ekstrinsik.

1) Faktor-Faktor Intrinsik yang berkaitan dengan isi pekerjaan, antara lain:

22
a. Tanggung Jawab (Responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan.
b. Kemajuan (Advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan
dapat maju dalam pekerjaannya.
c. Pekerjaan Itu Sendiri (The work itself), besar kecilnya tantangan yang
dirasakan oleh karuawan dari pekerjaannya.
d. Pencapaian (Achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan
mendapatkan prestasi kerja, mencapai kinerja tinggi.
e. Pengakuan (Recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan
kepada karyawan atas kinerja yang dicapai.

2) Faktor-Faktor Ekstrinsik yang menimbulkan ketidakpuasan sertaberkaitan


dengan konteks pekerjaan, antara lain:

a. Kebijakan dan Administrasi perusahaan (Company Policy and


Administration), derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari
semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi.
b. Kondisi kerja (Working Condition), derajat kesesuaian kondisi kerja
dengan pelaksanaan tugas pekerjaannya.
c. Gaji dan Upah (Wages and Salaries), derajat kewajaran dari gaji yang
diterima sebagai imbalan kinerjanya.
d. Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relation), derajat kesesuaian
yang dirasakan dalam berinteraksi dengan karyawan lain.
e. Kualitas supervisi (Quality Supervisor), derajat kewajaran penyeliaan
yang dirasakan dan diterima oleh karyawan. (Michael dan Intan,
2010: 25-26)

4. Teori David McClelland

Anwar Prabu (2010:68), mengemukakan enam karakteristik orang


yang mempunyai motif berprestasi tinggi, yaitu:

1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi

23
2. Berani mengambil dan memikul resiko Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan
rasa aman dan keamananan Kebutuhan sosial Kebutuhan ego Aktualisasi

3. Memiliki tujuan yang realistik

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi


tujuan

5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang


dilakukan

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah


diprogramkan.

Teori Motivasi Berprestasi McClelland dalam Anwar Prabu (2011:94)


mengemukakan bahwa motivasi seseorang sangat ditentukan oleh “virus
mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang
mendorong seseorang yang mampu mencapai prestasinya secara maksimal.
Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 dorongan kemampuan, yaitu:

1. Kebutuhan untuk berprestasi (Need of achievement)

2. Kebutuhan untuk memperluas pergaulan (Need of affiliation)

3. Kebutuhan untuk menguasai sesuatu (Need of power)

Berdasarkan teori McClelland tersebut sangat penting dibinanya virus


mental manajer denga cara mengembangkan potensi mereka melalui
lingkungan kerja secara efektif agar terwujudya produktifitas perusahaan yang
berkualitas tinggi dan tercapainya tujuan utama organisasi.

1. Need For Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan


refleksi dari dorongan akan tanggungjawab untuk pemecahan masalah.
Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi adalah
kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu
berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.

24
2. Need For Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi
dan dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap
orang lain.

David McClelland dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2011:103),


mengemukakan enam karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi
tinggi, sebagai berikut:

a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi

b. Berani mengambil dan memikul resiko

c. Memiliki tujuan yang realistik

d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi


tujuan

e. Memanfaatka umpan balik yang konkrit dalam semua kegiata yang


dilakukan.

f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan recana yang telah diprogramkan

Edi sutrisno (2011:129), menyatakan bahwa tingkah laku individu yang


didorong oleh kebutuhan pergaulan atau persahabatan (N.Aff) akan tampak
sebagai berikut:

a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya


daripada tugas-tugas yang ada pada pekerjaan.

b. Melakukan pekerjaan lebih efekktif apabila bekerja sama dengan orang lain
dalam susunan lebih kooperatif

c. Mencari persetujuan atas kesepakatan dari orang lain d. Lebih suka dengan
orang lain.

25
Edi Sutrisno (2011:130), mengemukakan juga mengenai tingkahlaku
yang didorong oleh kebutuhan berkuasa akan tampak sebagai berikut:

a. Berusaha menolong orang lain walaupn pertolongan itu tidak diminta

b. Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi tempat berada

c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan


yang dapat mencerminkan prestasi

d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antara pribadi dari kelompok atau
organisasi.

5. Teori ERG dari Clayton P.Alderfer

Apabila kita mengutarakanya menurut kebutuhan tingkat terendah


tingkat tertinggi, maka kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud adalah:

a. Kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (Existence=E)

b.Kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain


(Relatedness=R)

c. Kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs=G)

6. Teori Dua Faktor Herzberg

Sondang P. Siagian (2011:146) mengatakan baha teori motivasi–


Higiene dikemukakan oleh fredrick Herzberg. Orang menginginkan dua
macam faktor kebutuhan yaitu:

a. Faktor Motivator, adalah hal-hal pendorong berprestasi yang bersifat


ekstrinsik, yang berarti bersumber dari luar diri seseorang. Yang tergolong
sebagai faktor motivator antara lain: prestasi, pengakuan pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, kesempatan serta penghargaan.

26
b. Faktor higiene, adalah faktor-faktor yang sifatnya intrinsik, yaitu
menyenangkan para pekerja, faktor higiene antara lain:upah/gaji,
lingkungan kerja, interpersonal serta kebijakan perusahaan.

7. Teori Motivasi Fisiologis

Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive


State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada proses
fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia atau pusat dari
semua kegiatan manusia. Ciri-ciri CMS adalah bersifat tetap, tahan lama
bahwa motif sentral itu ada secara terus menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh
faktor luar maupun dalam diri individu yang bersangkutan.

8. Teori X-Y
Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap
seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut
adalah:
1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X
Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia
kebanyakan lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak
senang menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman
saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan
finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau
hadiah.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan
manusia suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti
halnya bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu
hal yang esensial.

9. Teori motivasi Kebutuhan


Teori motivasi kebutuhan muncul didasarkan bahwa individu dalam
hidupnya ingin memenuhi kebutuhannya, baik fisiologis maupun psikologis.
Kebuthan diartikan sebagai kekurangan fisiologis atau psikologis yang mendorong

27
timbulnya perilaku (Asmuji,2012). Beberapa teori keburuhan motivasi yang terkenal
antara lain yaitu teori motivasi Maslow, teori kebutuhan McClelland, teori motivasi
Herzberg, dan teori ERG(Asmuji,2012).

10. Teori Penguatan


Thorndike dan Skinner berpendapat bahwa perilaku individu dikendalikan
oleh konsekuensinya. Individu akan mengulangi perilaku yang diikuti oleh
konsekuensi yang mendukung dan menghindari perilaku yang mengakibatkan
konsekuensi yang tidak mendukung. Dalam teori ini sebutkan bahwa penghargaan
juga dapat mempengaruhi motivasi individu (Asmuji,2012).

11. Teori Keadilan


Teori keadilan mengemukakan bahwa individu akan cenderung
membandingkan antara segala sesuatu yang diberikan dan penghargaan yang
didapatkan. Individu jga akan membandingkan penghargaan yang dia terima dengan
yang diterima individu lain dalam pekerjaan dan tanggung jawab yang sama.
Individu akan mempunyai motivasi tinggi jika penghargaan dirasa memenuhi
keadilan (Asmuji,2012).

2.6.3. Learning Objective 3 . Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji


bentuk dan jenis perubahan perilaku dan motivasi
a. Perubahan alamiah (natural change)
Perubahan perilaku terjadi karena perubahan alam (lingkungan)
secara alamiah. Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi
maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
Contohnya apabila terjadi perubahan lingkungan fisik seperti halnya
perubahan musim kemarau menjadi musim penghujan yang dampaknya
terjadi peningkatan penyakit demam berdarah, maka anggota masyarakat
akan melakukan hal – hal untuk mencegah penyakit tersebut dengan cara

28
melakukan fogging, gerakan membasmi jentik-jentik nyamuk, dan lain
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
b. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang
bersangkutan atau subyek. Contohnya apabila seseorang merasakan sesuatu
hal yang tidak mengenakkan akibat kebiasaan buruk yang dilakukannya,
misalnya merasa sesak akibat kebiasaan buruk merokok, maka seseorang
tersebut akan mengubah perilakunya dan berusaha untuk berhenti merokok
(Notoatmodjo, 2003).
c. Kesiapan berubah (readiness to change)
Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada
diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu. Contohnya apabila terjadi suatu inovasi atau program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah
sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahantersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat
lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2003). Misalnya pada saat instansi kesehatan melakukan
rehabilitasi pada perokok dengan berbagai pendekatan supaya individu
perokok tersebut berubah, maka tidak semua individu perokok tersebut
memiliki kecepatan yang sama dalam berubah (Saputra&Sary, 2013).
2.6.4. Learning Objective 4. Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji
strategi perubahan perilaku

4.Strategi perubahan periaku

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan


dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program
kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert
behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program – program kesehatan,
agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan

29
diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip (Notoatmodjo, S., 2003).
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan
menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran
sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Cara ini
menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak
berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan
kesadaran sendiri (keemahan). Sebagai contoh adanya perubahan di
masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai
banyak pagar yang kurang terawat.
2) Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,
pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan
pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan
yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama
tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi
dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan
hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu
yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi
pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku


akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan,
30
propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk
mewujutkan perubahan yang langgeng (Notoatmodjo, S., 2003).

31
Daftar Pustaka

Nugroho, Rahim Arsad. 2008. Perilaku Kesehatan dan Proses Perubahannya.


Sulawesi Barat: Dinas Kesehatan Polewali Mandar

Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia

Glanz, K., Rimer, B.K., & Viswanath, K. (2008). Health behavior and health
education (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass.

Hall, K.S. 2012. The health belief model can guide modern contraceptive behavior
research and practice. Journal Midwifery Womens Health. 57(1). 74–81.

Rosenstock, L., Cullen, M.R., Brodkin, C.A., & Redlich, C.A. 2005. Textbook of
clinical occupational and enviromental medicine. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Turner, L.W., Hunt, S.B., Dibrezzo, R., & Jones, C. 2004. Design and
implementation of an osteoporosis prevention program using the health belief model.
American Journal of Health Studies. 19(2), 115-121.

Irina, A. 2011. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Motivasi Gamers


Ragnarok Pada Komunitas Evolution. Jakarta, Fakultas Psikologi Universitas Bina
Nusantara

Daftar pustaka:

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku


Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23

Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi


Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya.

32
Sumber : Asmuji.2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media

33

Você também pode gostar