Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
Kelompok Tutorial XI :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Perubahan
Perilaku Kesehatan ”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok I pada skenario terakhir.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg.Niken Probosari, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
3
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang dokter gigi bekerja di puskesmas melihat kondisi kebersihan rongga
mulut di masyarakat rendah, terutama pada anak-anak. Hasil observasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa banyak anak-anak yang melakukan kebiasaan sikat
gigi hanya pada saat mandi. Dokter gigi mempunyai tanggung jawab untuk merubah
perilaku gosok gigi tersebut kearah perilaku sehat. Teori-teori perubahan perilaku
dan bentuk perubahan perilaku dipelajarinya kembali untuk memahami situasi yang
dihadapinya dan menentukan langkah-langkah agar strategi yang diterapkannya
berhasil. Strategi yang dipilihnya untuk mendapatkan perubahan perilaku sikat gigi
tersebut adalah memberikan penyuluhan dan gosok gigi bersama di sekolah sekolah.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan informasi untuk memotivasi
warga sekolah agar memilki perilaku yang mendukung status kesehatan gigi
mulutnya. Selain itu, drg juga memberikan hadiah sikat gigi pada siswa sebagai
motivasi untuk berperilaku sehat
4
PEMBAHASAN
5
Pada teori SOR, perubahan perilaku seseorang itu tergantung dari
stimulus yang di berikan. Apabila rangsangan yang di terima lebih besar
dari stimulus yg di terima di masyarakat maka akan terjaddi suatu
perubahan perilaku. Teori ini menyebutkan bahwa cara merubah suatu
perilaku dengan meyakinkan seseorang untuk berubah. Caranya dengan
gaya bicara yang baik sesuai dengan kemampuan bahasa masyarakat
sekitar, percaya diri, pengetahuan yang kita miliki.
● Teori Festingger/ dissonens
Pada teori ini perilaku seseorang dapat berubah apabila terterjadi jika ada
perbedaan yang terjadi dalam status kesehatannya dan keinginannya.
Contoh : ibu hamil yang memeriksakan keadaan kehamilannya karena
terdapat gangguan pada kehamilannya.
● Teori kaatz ( nailah )
Perubahan perilaku seseorang tergantung dengan stimulus yang di
butuhkan. . Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai
dengan kebutuhan orang (subyek). Jika melakukan penyuluhan materi
yang kita bawakan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada di
masyarakat
● Teori driving force
Selama proses perubahan perilaku pasti akan terdapat dua kekuatan yang
saling bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang
menolak. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:
6
c) Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
8
Dalam mengamati perubahan perilaku manusia terdapat 5 tahapan hingga
terjadi suatu perubahan perilaku. 5 tahapan ersebut adalah :
a. Prekontemplasi: belum ada niatan perubahan perilaku
b. Kontemplasi: individu sudah sadra terhadap masalahnya namun tidak
ingin merubah perilaku
c. Persiapan: individu sudah inginmerubah dan sudah melakukan namun
gagal
d. Tindakan: individu sudah melakukan perubahan sekurang kurangnya 6
bulan
e. Pemeliharaan: individu sudah melakukan perilaku hidup sehat sudah
lebih dari 6 bulan
9
- Paksaan : dengan memaksa khalayak seperti dengan cara peraturan
perundang udangan dll. Ex : peraturan imunisasi wajib bagi masyarakat
- Persuasif : mengajak dengan cara iklan, poster, diskusi, face to face,
pamflet.
- Fasilitasi : dengan sarana praasarana. Contoh : baksos
- Edukasi : dengan penyuluhan
- Diskusi partisipatif : komunikasi secara 2 arah. Tidak hanya kita yang
memberikan edukasi, namun ada feedback
5. Apa saja jenis dan teori motivasi yang dapat di lakukan untuk merubah
perilaku kesehatan?
(PR)
10
2.4.STEP 4 Mapping
Peilaku awal
stimulus
Respon
11
Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji strategi perubahan
perilaku
2.6. STEP 7
2.6.1. Learning Objective 1. Mahasiswa mampu memahami definisi
perubahan perilaku dan motivasi
A. Definisi Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang menyangkut
tentang perilaku hidup sehat ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku
merupakan tujuan utama dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya (Nugroho, 2008).
B. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan
atau daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk
berbuat atau beraksi.
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive,
berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.
Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan
oleh manusia, atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif
dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya suatu tingkah laku. (Sobur, 2009). Motivasi merupakan istilah
yang lebih umum yang menujuk pada seluruh proses gerakan, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
(Sobur, 2009).Sobur (2009) juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti
membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai
suatu kepuasan atau tujuan. Sehingga dapat diartikan bahwa motivasi dalam
kesehatan artinya suatu gerakan atau dorongan yang muncul baik dari dalam
diri seseorang ataupun dari lingkungan mereka untuk dapat meningkatkan
taraf kesehatan hidup dirinya sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya.
12
2.6.2. Learning Objective 2. Mahasiswa mampu memahami mengetahui teori
perubahan perilaku dan motivasi
I. Teori Perubahan Perilaku
13
Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan
dengan suatu ide baru (knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya
untuk mengenal lebih jauh tentang objek/topik tersebut dan fase ini dipergunakan
oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan inovasinya guna
bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan tersebut (persuasion).
Tergantung kepada hasil persuasi petugas dan pertimbangan pribadi individu,
maka dalam tahap decision dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru
menolak ide baru tersebut. Namun, sebaiknya petugas/pendidik kesehatan tidak
cepat merasa puas jika suatu ide telah diterima, sebab kini individu mulai
memasuki tahap penguatan (confirmation), dimana dia meminta dukungan dari
lingkungannya atas keputusan yang telah diambilnya itu. Bila lingkungan
memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru itu (adopsi) tetap
dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan, terutama
dari kelompok acuannya, maka adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu
kembali lagi ke perilakunya yang semula. Sebaliknya, suatu penolakan pundapat
berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan
agar individu menerima ide baru tersebut (Sarwono, 1997).
b. Teori S-O-R
14
c. Teori “Dissonance” oleh Festinger
HBM adalah salah satu model yang pertama kali digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan variasi dalam perilaku kontrasepsi di kalangan
perempuan pada 1970-an dan 1980-an (Hall, 2012). HBM digunakan untuk
15
membantu mengidentifikasi dan memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku kontrasepsi modern saat ini (Hall, 2012). Menurut Rosenstock, Cullen,
Brodkin, dan Redlich (2005), HBM menyatakan bahwa individu akan
mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan kesehatan mereka, sebagai
monitor untuk penyakit atau kerentanan, atau untuk mengontrol penyakit, jika
mereka: (1) menganggap diri mereka sebagai pribadi rentan terhadap kondisi
tertentu, (2) percaya bahwa kondisi tertentu memiliki konsekuensi yang serius,
(3) percaya bahwa tindakan baik akan mengurangi kerentanan mereka atau
mengurangi keparahan kondisi, dan (4) percaya bahwa kondisi tertentu dapat
mengantisipasi hambatan (atau biaya) dengan mengambil tindakan yang
sebanding dengan keuntungan dan (5) kombinasi kerentanan yang dirasakan dan
tingkat keparahan yang dirasakan atau sering disebut sebagai ancaman.
16
Misalnya, seorang wanita harus percaya ada kemungkinan terkena kanker
payudara sebelum ia akan tertarik untuk memperoleh mammogram.
2. Perceived severity, yaitu mengukur perasaan tentang keseriusan tertular
penyakit atau membiarkannya tidak diobati meliputi evaluasi dari kedua
konsekuensi medis dan klinis (misalnya, kematian, cacat, dan nyeri) dan
konsekuensi sosial yang mungkin (seperti dampak kondisi pada pekerjaan,
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Kombinasi kerentanan dan
keparahan telah diberi label sebagai ancaman.
3. Perceived benefits, yaitu mengukur keyakinan orang mengenai manfaat
yang dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
ancaman penyakit. Persepsi non-kesehatan lainnya, seperti penghematan
keuangan yang berkaitan dengan berhenti merokok atau menyenangkan
keluarga anggota dengan memiliki mammogram, juga dapat mempengaruhi
keputusan perilaku. Dengan demikian, individu menunjukkan keyakinan
optimal dalam kerentanan dan keparahan yang tidak diharapkan untuk
menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan dan mereka juga
menganggap tindakan yang dilakukan sebagai sesuatu yang berpotensi
menguntungkan dan mengurangi ancaman.
4. Perceived barriers, yaitu mengukur penilaian individu mengenai besar
hambatan yang ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang
disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial (Rosenstock,
1966).
5. Cues to action, yaitu mengukur peristiwa-peristiwa, orang-orang, atau hal-
hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka.
Mendengar cerita TV atau berita radio tentang penyakit bawaan makanan
dan membaca petunjuk penanganan yang aman untuk paket daging mentah
dan unggas merupakan isyarat untuk melakukan suatu tindakan atau
perilaku yang terkait dengan perilaku penanganan makanan yang lebih
aman (Hanson & Benediktus dalam Turner dkk, 2008).
6. Self-efficacy, yaitu mengukur keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil
melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil
(Bandura, dalam Glanz, 2008). Bandura membedakan harapan self-efficacy
17
dari harapan hasil, dimana harapan dari self-efficacy didefinisikan sebagai
seseorang yang memperkirakan bahwa perilaku tertentu akan menyebabkan
hasil tertentu. Harapan hasil yang mirip tapi berbeda dari konsep HBM
dirasakan manfaatnya. Pada tahun 1988, Rosenstock, Strecher, dan Becker
(dalam Glanz, 2008) menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke
HBM sebagai konstruk yang terpisah, dan sementara kerentanan,
keparahan, dan manfaat termasuk dalam konsep asli HBM
f. Force Field Analysis
Selama proses perubahan pasti akan terdapat dua kekuatan yang saling
bententangan, yaitu kekuatan yang mendukung dan kekuatan yang menolak.
Force Field Analysis adalah teknik manajemen yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin untuk mendiagnosa situasi lingkungan/kekuatan-kekuatan yang ada pada
saat dijalankannya perubahan. Kekuatan yang mendukung perubahan (Driving
Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang terus menekan dan mempunyai inisiatif
untuk melakukan perubahan. Sedangkan kekuatan yang menolak perubahan
(Restraining Forces) adalah kekuatan-kekuatan yang menolak adanya perubahan
dengan menahan atau mengurangi kekuatan yang mendukung perubahan. Pada
saat perubahan terjadi, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada
akhirnya kekuatan yang mendukung akan semakin banyak dan kekuatan yang
menolak akan semakin sedikit (Irina, 2011)
18
g. Teori Lippitt
Proses perubahan lain adalah fase perubahan Lippit, yang memfokuskan
pada peran agen pengubah (change agent) dan hal ini dijelaskan oleh
Sullivan & Decker (1992). Strategi pemecahan masalah, berhubungan, dan
kemahiran berkomunikasi digunakan selama proses perubahan dengan
anggota system sebagai target utama. Teori Lewin dikembangkan menjadi
tujuh tahapan proses berikut ini:
- Miliki kumpulan data individu yang penting, pemecahan masalah, dan
berikan diagnosis pada masalah.
- Pertimbangkan berbagai hambatan keuangan dan sumber daya manusia
yang ada. Analisis fungsi organisasi dan strukturnya. Perkirakan
kapasitas seluruh perubahan dengan motivasi. Bandingkan solusi dan
tentukan prioritas.
- Sumber dan motivasi agen perubahan dapat dijadikan modal. Analisis
penilaian diri dan pertimbangkan kekuatan dasar, tingkat energy,
rencana ke depan, dan komitmen untuk berubah.
- Seleksi sasaran perubahan yang progresif. Tetapkan strategi, rencana
tindakan dan metode evaluasi.
- Seleksi peran agen pengubah: penggembira (cheersleader) fasilitator
kelompok, keahlian, atau konsultan. Buatlah harapan yang jelas dengan
mengidentifikasi peran yang telah dipilih untuk agen pengubah.
- Pertahankan perubahan dengan komunikasi, umpan balik, revisi, dan
koordinasi.
- Setelah perubahan diterima dan melembaga, agen pengubah menarik
diri.
Beberapa teori motivasi yang pada umumnya dikenal dan dikemukakan oleh
para ilmuwan yang menekuni kegiatan pengembangan teori motivasi. Dikutip
dalam buku Donni Juni Priansa (2014:205-212) beberapa teori motivasi tersebut
antara lain:
19
1. Teori Abraham Maslow
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik
Abraham Maslow, ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia
terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual,
dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik
dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan ekternal), dan
aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan
dirisendiri).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-mtif yang lebih tinggi akan
menjadikurang signfikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi
untuk menekni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah
dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh
20
subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari
maka, perlindungan, dan rasa aman.
21
1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin
berusaha untuk menghindarinya.
22
a. Tanggung Jawab (Responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang
dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan.
b. Kemajuan (Advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan
dapat maju dalam pekerjaannya.
c. Pekerjaan Itu Sendiri (The work itself), besar kecilnya tantangan yang
dirasakan oleh karuawan dari pekerjaannya.
d. Pencapaian (Achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan
mendapatkan prestasi kerja, mencapai kinerja tinggi.
e. Pengakuan (Recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan
kepada karyawan atas kinerja yang dicapai.
23
2. Berani mengambil dan memikul resiko Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan
rasa aman dan keamananan Kebutuhan sosial Kebutuhan ego Aktualisasi
24
2. Need For Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan
dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,
tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi
dan dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap
orang lain.
b. Melakukan pekerjaan lebih efekktif apabila bekerja sama dengan orang lain
dalam susunan lebih kooperatif
c. Mencari persetujuan atas kesepakatan dari orang lain d. Lebih suka dengan
orang lain.
25
Edi Sutrisno (2011:130), mengemukakan juga mengenai tingkahlaku
yang didorong oleh kebutuhan berkuasa akan tampak sebagai berikut:
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antara pribadi dari kelompok atau
organisasi.
26
b. Faktor higiene, adalah faktor-faktor yang sifatnya intrinsik, yaitu
menyenangkan para pekerja, faktor higiene antara lain:upah/gaji,
lingkungan kerja, interpersonal serta kebijakan perusahaan.
8. Teori X-Y
Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap
seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut
adalah:
1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X
Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia
kebanyakan lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak
senang menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman
saja. Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan
finansial. Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau
hadiah.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan
manusia suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti
halnya bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu
hal yang esensial.
27
timbulnya perilaku (Asmuji,2012). Beberapa teori keburuhan motivasi yang terkenal
antara lain yaitu teori motivasi Maslow, teori kebutuhan McClelland, teori motivasi
Herzberg, dan teori ERG(Asmuji,2012).
28
melakukan fogging, gerakan membasmi jentik-jentik nyamuk, dan lain
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
b. Perubahan terencana (planned change)
Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang
bersangkutan atau subyek. Contohnya apabila seseorang merasakan sesuatu
hal yang tidak mengenakkan akibat kebiasaan buruk yang dilakukannya,
misalnya merasa sesak akibat kebiasaan buruk merokok, maka seseorang
tersebut akan mengubah perilakunya dan berusaha untuk berhenti merokok
(Notoatmodjo, 2003).
c. Kesiapan berubah (readiness to change)
Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada
diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu. Contohnya apabila terjadi suatu inovasi atau program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah
sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahantersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat
lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2003). Misalnya pada saat instansi kesehatan melakukan
rehabilitasi pada perokok dengan berbagai pendekatan supaya individu
perokok tersebut berubah, maka tidak semua individu perokok tersebut
memiliki kecepatan yang sama dalam berubah (Saputra&Sary, 2013).
2.6.4. Learning Objective 4. Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji
strategi perubahan perilaku
29
diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip (Notoatmodjo, S., 2003).
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan
menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran
sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Cara ini
menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak
berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan
kesadaran sendiri (keemahan). Sebagai contoh adanya perubahan di
masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai
banyak pagar yang kurang terawat.
2) Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,
pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya
akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan
pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan
yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama
tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi
dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan
hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu
yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi
pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan
mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
31
Daftar Pustaka
Glanz, K., Rimer, B.K., & Viswanath, K. (2008). Health behavior and health
education (4th ed). San Fransisco: Jossey-Bass.
Hall, K.S. 2012. The health belief model can guide modern contraceptive behavior
research and practice. Journal Midwifery Womens Health. 57(1). 74–81.
Rosenstock, L., Cullen, M.R., Brodkin, C.A., & Redlich, C.A. 2005. Textbook of
clinical occupational and enviromental medicine. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Turner, L.W., Hunt, S.B., Dibrezzo, R., & Jones, C. 2004. Design and
implementation of an osteoporosis prevention program using the health belief model.
American Journal of Health Studies. 19(2), 115-121.
Daftar pustaka:
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
32
Sumber : Asmuji.2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media
33