Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
2
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
3
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
4
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
5. Hubungan sakit gigi, sinusitis, dan penyakit lain dengan keluhan yang saat
ini dialami pasien.
Sakit gigi, sinusitis, penyakit lain dapat menyebabkan nyeri. Nyeri ini
dapat timbul di bagian mata sebagai nyeri alih. Sedangkan khusus untuk
sakit gigi, hal ini dapat menimbulkan sinusitis yang nantinya bisa
menyebabkan komplikasi pada bagian orbita.
7. Diagnosis sementara:
- Keratitis
- Ulkus kornea
- Uveitis
- Glaukoma
5
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Mata Kabur
dan Nyeri
Anamnesis
Pemeriksaan
•Visus 5/60
•Injeksi siliar
•Infiltat punctata, keratic presipitat,
flare& cell
•Pupil ireguler dan sinekia posterior
Diagnosis Sementara
•Keratitis
•Ulkus Kornea
•Uveitis
Penatalaksanaan
•Glaukoma
6
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
KERATITIS
Pendahuluan
KERATITIS BAKTERIAL
Banyak jenis ulkus kornea bakteri yang mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang
disebabkan oleh bakteri oportunistik (Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis) yang menimbulkan ulkus
kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superfisial. (Vaughan
& Asbury, 2009)
Ciri khas keratitis bakterial adalah perkembangannya yang cepat.
Kerusakan kornea dapat menjadi menyeluruh dalam 24-48 jam dengan
beberapa dari bakteri virulen. (Ilyas, 2011)
7
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
KERATITIS VIRUS
Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.
Keratitis ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan kebutaan kornea
paling umum di Amerika. Infeksi okular herpes simpleks virus biasanya sembuh
sendiri pada penjamu imunokompeten. Tetapi pada penjamu yang lemah imun dan
pengguna kortikosteroid topikal, perjalanannya dapat kronik dan merusak.
Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respon peradangan yang merusak,
tetapi memberi peluang terjadinya replikasi virus.
Studi epedemiologik menunjukkan bahwa hampir semua orang dewasa
pernah terpajan virus ini walaupun tidak menimbulkan gejala klinis penyakit.
Sesudah infeksi primer virus ini menetap secara laten di ganglion trigeminum.
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe I, tapi pada
beberapa kasus bayi dan dewasa disebabkan oleh HSV tipe II.
Gejala:
Gejala pertama infeksi HSV adalah iritasi, fotofobia dan berair mata. Bila
kornea bagian sentral juga terkena maka dapat terjadi gangguan penglihatan. Sering
8
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
ada riwayat lepuh-lepuh dan demam atau infeksi herpes lain, tetapi ulkus kornea
terkadang merupakan satu-satunya gejala pada infeksi herpes rekurens.
Lesi:
Lesi yang paling khas adalah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea,
memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan memiliki bulbus-
bulbus terminalis di ujungnya. Pemulasan fluoroscein membuat dendritik mudah
terlhat.
Ulserasi geografik adalah bentuk penyakit dendritik kronik dengan lesi
dendritik halusyang bentuknya lebih lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur, sensasi
kornea menurun.
Terapi:
1. Debridement
Cara efektif untuk mengobati keratitis dendritik adalah dengan
debridement epitel karena virus berlokasi di dalam epitel dan debridement juga
mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Debridement dilakukan
dengan aplikator berujung kapas khusus. Iodium atau eter topikal tidak
bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi. Obat sitoplegik seperti
hematropin 5% diteteskan ke dalam saccus konjungtivalis kemudian dibalut
tekan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti balutannya sampai efek di
9
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
10
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Dosis acyclovir yang digunakan adalah 800 mg 5x/hari selama 10-14 hari,
valacyclovir 1 gram 3x/hari selama 7-10 hari, famcyclovir 500 mg per 8 jam selama
7-10 hari. Terapi hendaknya dimulai 72 jam setelah timbul kemerahan.
Keratitis Dendritik
Merupakan keratitis superficial yang membentuk garis infiltrate pada
permukaan kornea yang kemudian membentuk cabang. Disebabkan oleh virus
herpes simpleks yang biasanya bermanifestasi dalam bentuk keratitis dengan gejala
ringan seperti fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva
hyperemia disertai dengan sensibilitas kornea yang hipestesia.
Bentuk dendrite terjadi akibat pengrusakan aktif sel epitel kornea oleh virus herpes
simpleks disertai dengan terlepasnya sel sel di atas kelainan. Bentuk dendrite dapat
berlanjut ke bentuk geografik yang tidak mengenai stroma kornea. Pengobatan
kadang tidak diperlukan atau dengan debridement dan penggunaan antivirus dan
sikloplegik, antibiotika dengan bebat tekan. Antivirus seperti IDU 0,1 % diberikan
setiap 1 jam atau asiklovir. Jika menjadi indolen akan terjadi ulkus kornea.
Keratitis Disiformis
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrate yang bulat atau lonjong di dalam
jaringan kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superficial, yang terjadi
akibat infeksi virus herpes simpleks. Sering diduga keratitis disiformis merupakan
reaksi alergi ataupun imunologik terhadap infeksi virus herpes simpleks pada
permukaan kornea.
Keratokonjugtivitis Epidemologi
Adalah keratitis dan konjungtivitis yang disebabkan reaksi alergi terhadap
adenovirus tipe 8. Biasanya unilateral dan timbul sebagai suatu epidemi. Umumnya
pasien demam, merasa seperti ada benda asing, kadang-kadang disertai nyeri
preorbita. Akibat keratitis penglihatan akan menurun. Ditemukan edema kelopak
dan folikel konjungtiva, pseudomembran pada konjungtiva tarsal yang dapat
membentuk jaringan parut. Pada kornea terdapat keratitis pungtata yang pada
minggu pertama terlihat difus di permukaan kornea. Pada hari ke 7 terdapat lesi
11
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
epitel setempat dan pada hari ke 11 dan 15 terdapat kekeruhan subepitel di bawah
lesi epitel tersebut. Kelenjar preaurikula membesar. Kekeruhan subepitel, baru
menghilang sesudah 2 bulan sampai 3 tahun atau lebih.
Pengobatan pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin dan pengobatan
penunjang lainnya. Lebih baik diobati secara konservatif. Bila terdapat kekeruhan
pada kornea yang menyebabkan penurunan visus yang berat dapat diberikan steroid
tetes mata 3 kali sehari. IDU (Iodo 2 diksiuridine) tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
Keratitis Filamentosa
Adalah keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel
epitel pada permukaan kornea. Penyebabnya idiopatik. Penyakit penyertanya
keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid ocular, pemakaian lensa
kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbic superior, diabetes mellitus,
trauma dasar otak, keratitis neurotrofik, dan pemakaian antihistamin. Kelainan ini
ditemukan pada gejala sindrom mata kering, diabetes mellitus, pascabedah katarak,
dan keracunan kornea karena obat. Filament terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan
dasar bentuk segitiga yang menarik epitel, epitel yang terdapat dalam filament
terlihat tidak melekat pada epitel kornea. Di dekat filament terdapat defek epitel
disertai kekeruhan epitel berwarna abu-abu.
Gejalanya berupa rasa kelilipan, nyeri, fotofobia, blefarospasme, dan epifora. Dapat
berjalan menahun ataupun akut. Mata merah dan terdapat defek epitel kornea.
Pengobatan dengan larutan hipertonik NaCl 5 %, air mata hipertonik, mengangkat
filament dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.
12
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
KERATITIS JAMUR
Biasanya dimulai dengan terjadinya trauma pada kornea oleh ranting pohon,
daun atau bagian tumbuhan lain yang memiliki infeksi jamur. Jenis jamur yang
mungkin menyebabkan keratitis adalah Fusarium, Cephalocepharium, dan
Curvularia. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan
dianggap sebagai efek samping pemakaian antibiotic dan kortikosteroid yang cukup
lama.
Keluhan baru timbul setelah 5 hari dari terjadinya trauma hingga 3 minggu
kemudian. Pasien mengeluh sakit mata yang hebat, berair dan fotofobia. Pada mata
akan terlihat infiltrate berhifa dan satelit bila terletak di dalam stroma. Biasanya
disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, dengan
endothelium plaque, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan Descement.
Sebaiknya diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan
KOH 10 % terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Sebaiknya
pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5 % setiap 1
– 2 jam saat bangun. Antijamur yang bisa diberikan adalah miconazole, amfoterisin,
nistatin. Diberikan sikloplegik disertai obat antiglaukoma akibat timbul
peningkatan tekanan intraokuler. Bila tidak berhasil dilakukan keratoplasti.
Komplikasi yang bisa terjadi adalah endoftalmitis.
KERATITIS Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Biasanya berhubungan
dengan penggunaan lensa kontak lunak, termasuk hidrogel silikon atau lensa kontak
rigid yang dipakai semalaman. Gejala awala adalah rasa nyeri yang tidak sebanding
dengan temuan klinisnya, kemerahan, dna fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrat perineural, tetapi seringkali hanya
ditemukan perubahan-perubahan yang terbatas pada epitel kornea.
13
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
14
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
ULKUS KORNEA
Ulkus kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun
dan infeksi. Kuman yang biasa menyebabkan adalah Stafilokok aureous. h.
influenza dan m. lacunata.
Beratnya peyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan
virulensi inokulum. Selain radang dan infeksi, penyebab lain ulkus kornea ialah
defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat parese saraf ke VIII, lesi saraf ke III atau
neuropatik dan ulkus Mooren.
Pada ulkus kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek
epitel yang dikelilingi leukosit polimorfonuklear. Bila infeksi disebabkan virus,
terlihat reaksi hipersensitivitas disekitarnya.
Bentuk ulkus marginal dapat fokal, multifocal atau difus yang disertai
dengan masuknya pembuluh darah kedalamnya.
15
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk.
Pembentukan jaringan parut terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblast.
Ulkus kornea memberikan gejala mata merah ringan hingga berat, fotofobia,
penglihatan menurun, disertai secret. Kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau
ditengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrat
sel radang pada kornea.
Bila ulkus disebabkan oleh jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu
dikeliling infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit).
Bila ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Ulkus
yang berjalan cepat akan membentuk descemetokel atau terjadi perforasi kornea
yang berakhir dengan membuat suatu bentuk lekoma adheren.
16
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Bila proses pada ulkus berkurang maka akan berkurannya rasa sakit,
fotofobia, berkurangnya infiltrat pada ulkus dan defek epitel pada kornea menjadi
kecil.
Diagnosis banding
- Keratomalasia
- Infiltrat sisa karat benda asing
Pemeriksaan
Penatalaksanaan
- Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu, sehingga akan berfungsi
sebagai incubator
- Membersihkan secret 4 kali sehari
- Kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
17
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi mata dan mata terlihat
tenang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu.
Ulkus marginal
Ulkus yang terdapat terutama dibagian perifer kornea, yang biasanya terjadi
akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular.
18
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Ulkus Sentral
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk kedalam kornea dengan epitel yang sehat.
Terdapat factor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada
kornea, keratitis neuropatik, pemakai kortikosteroid/imunosupresif, obat local
anastetik, I.D.U., pasien DM dan penyakit tua.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus menahun superficial yang dimulai dari tepi kornea dengan
bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecendrungan perforasi
ataupun hipopion, lambat laun akan mengenai seluruh kornea.
19
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
1. Pasien tua terutama laki-laki, 75% unilateral dengan rasa sakit yang tidak
berat, prognosis sedang dan jarang perforasi
2. Pasien muda laki-laki, 75% binocular, dengan rasa sakit dan berjalan
progresif. Prognosis buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi kornea.
Ulkus neuroparalitik
20
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Atau yang disebut juga ulkus serpenginosa akut berbentuk tukak kornea
sentral yang menjalar dengan bntuk khusus seperti binatang melata pada kornea.
Ulkus serpens adalah ulkus kornea sentral yang berjalan cepat kebanyakan
disebabkan oleh kuman pneumokok.
Penyakit ini banyak terdapat pada petani, buruh tambang, jompo, kesehatan
yang buruk atau pecandu alkohol danobat bius. Biasanya ulkus ini terjadi oleh
trauma yang merusak epitel kornea akibat cacat kornea tersebut maka mudah terjadi
invasi ke dalam kornea.
Pasien akan merasa nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan tajam
penglihatan menurun. Pada mata pasien akan ditemukan kekeruhan kornea mulai
dari sentral yang mempunyai ciri khas berupa ulkus yang berbatas lebih tegas pada
sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang berwarna kekuning-kuningan yang
mudah pecah dan menyebabkan pembentukan tukak.
21
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Ulkus pseudomanas merupakan infeksi yang paling sering dan yang paling
berat dai infeksi kuman patogen batang gram negatif pada kornea. Ulkus ini terlihat
gambaran infiltrat kelabu atau kuning pada epitel kornea.
Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak kehijauan. Bau
manis yang tajam dikeluarkan oleh media ini.
22
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
UVEITIS
Definisi
Uveitis adalah peradangan pada jaringan uvea akibat infeksi, trauma,
neoplasma, atau proses autoimun. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian
depan jaringan uvea atau selaput pelangi ( irirs ) dan keadaan in disebut sebagai
iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis.
Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior.
Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata maka disebut koroiditis.
Etiologi
Uveitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik seperti sarkoidosis.
Infeksi; bakteri, jamur, virus.
Parasit: protozoa dan nematoda.
Uveitis spesifik idiopatik; merupakan bagian dari penyakit yang tidak
berhubungan dengan kelainan sistemik.
Uveitis non spesifik non idiopatik.
Epidemiologi
Uveitis biasanya terjadi pad usia 20 – 50 tahun dang berpengaruh pada 10 -
20% kasus kebutaan yang tercatat dinegara – negara maju. Uveitis lebih banyak
ditemukan dinegara – negara berembang karena lebih tingginya prevalensi infeksi
yang bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmoss, dan tuberculosis di negara-
negara berkembang.
Klasifikasi
23
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
UVEITIS ANTERIOR
Disebut juga sebagai iridosiklitis. Uveitis anterior atau iridosiklitis
merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan selama 6 – 8 minggu,
dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan tetes mata saja. Dibedakan
dalam bentuk ganulomatosa akut – kronis dan non – granulomatosa akut-kronis.
24
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan uveitis adalah dengan pemebrian kortikosteroid dan agen
midriatik / siklopegik. Selama pemberian terdapat hal – hal yang perlu
25
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
diperhatikan; kemungkinan defek epitel dan trauma tembus harus disingkirkan pada
riwayat trauma.
Terapi topical yang agresif dengan prednisolone aceate 1& satu atau dau
tetes pada mata yang terkena setiap 1- 2 jam saat terjaga. Homaropine 2 – 5 % dua
sampai empat kali sehari , fungsinya membantu mencegah terbentuknya sinekia dan
meredaka rasa tidak nyaman akibat spasme siliaris.
Peradangan non – infeksi intermediate , posterior dan difus berespon baik
terhadap peyuntikan triamcinolone acetonide sub_tenon , biasanya 1 mL ( 40 mg)
pada daerah superotemporal. Triamcinolone acetonide intraocular, 0,1 mL (4mg)
atau prednisone oral, 0,5 – 1,5 mg/kg/hari juga efektif. Corticosteroid – sparing
agent seperti methotrexate, azathioprine, mycophenolate mofetil, cyclosporine,
tacrolimus, cyclosphosphamide, atau chlorambucil sering diperlukan pada
peradangan non – infeksi bentuk berat atau kronik, terutama bila ditemukan adanya
keterlibatan sistemik. Terapi penyerta diindikasikan bagi infeksi spesifik penyebab
uveitis.
Uveitis posterior
Uveitis posterior merupakan peradangan pada koroid dan retina; meliputi
koroiditis, korioretinitis (bila peradangan koroidnya lebih menonjol),
retinokoroiditis (bila peradangan retinanya lebih menonjol), retinitis dan uveitis
disseminta. Kebanyakan kasus uveitis posterior bersamaan dengan salah satu
bentuk penyakit sistemik. Penyebab uveitis posterior seringkali dapat ditegakkan
berdasarkan (1) morfologi lesi, (2) cara onset dan perjalanan penyakit, (3)
hubungannya dengan penyakit sistemik.
Penyebab uveitis posterior
1.Penyakit infeksi
a. Virus: CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, virus defisiensi
imun manusia HIV), virus eipstein Barr, virus coxsackie, nekrosis retina akut.
b. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan endemic
Nocardia, Mycobacterium avium-intracellulare, Yarsinia, dan borella (penyebab
penyakit Lyme).
c. Fungus: Candida, histoplasma, Cryptococcus, dan aspergillus
d. Parasit: Toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchocerca
2. Penyakit Non Infeksi:
26
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
a. Autoimun:
- Penyakit Behcet - Oftalmia simpleks
- Sindrom vogt-koyanagi-Harada - Vaskulitis retina
- Poliarteritis nodosa
b. Keganasan:
- Sarkoma sel reticulum - Leukemia
- Melanoma maligna - Lesi metastatik
c. Etiologi tak diketahui:
- Sarkoidosis - Retinopati “birdshot”
- Koroiditis geografik - Epiteliopati pigmen retina
- Epitelopati pigmen piakoid multifocal akut
Secara tipikal, retinitis merupakan manifestasi dari infeksi toksoplasma dan
herpes. Koroiditis dapat muncul diikuti dengan uveitis granulomatosa (seperti
tuberkulosis, sarcoidosis, penyakit Lyme, sifilis), histoplasmosis, atau sindrom
yang tidak biasa seperti korioretinitis serpiginous atau birdshot. Papilitis dapat
timbul dengan toksoplasmosis, retinitis viral, limfoma, atau sarkoidosis.
Lesi pada segmen posterior mata dapat fokal, geografis atau difus. Yang
menimbulkan kekeruhan pada vitreus di atasnya harus dibedakan dari yang tidak
pernah menimbulkan sel-sel vitreus. Jenis dan distribusi kekeruhan vitreus harus
dijelaskan. Lesi radang di segmen posterior umumnya berawal tenang, namun ada
yang disertai kekeruhan vitreus dan kehilangan penglihatan secara tiba-tiba.
Penyakit demikian biasanya disertai uveitis anterior, yang pada gilirannya kadang-
kadang diikuti sebentuk glaukoma sekunder.
Uveitis posterior pada pasien 3 tahun dapat disebabkan oleh “sindrom
samaran”, seperti retinoblastoma atau leukemia. Penyebab infeksi uveitis posterior
pada kelompok umur ini adalah infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis,
retinitis herpes, dan infeksi rubella.
Dalam kelompok umur 4 sampai 15 tahun, penyebab uveitis posterior termasuk
toksokariasis, toksoplasmosis, uveitis intermediate, infeksi sitomegalovirus,
sindrom samaran, panensefalitis sklerosis subakut, dan kurang penting, infeksi
bakteri atau fungi pada segmen posterior. Dalam kelompok umur 16 sampai 40
tahun, yang termasuk diagnosis diferensial adalah toksoplasmosis, penyakit Behcet,
sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, sifilis, endoftalmitis candida, dan kurang sering,
infeksi bakteri endogen misalanya meningitis meningococcus.
27
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Pasien uveitis posterior dan berumur di atas 40 tahun mungkin menderita sindrom
nekrosis retina akut, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, retinitis, sarcoma sel
retikulum, atau kriptokosis.
Uveitis yang terjadi unilateral lebih condong untuk diagnosis akibat
toksoplasmosis, kandidiasis, toksocariasis, sindrom nekrosis retina akut, atau
infeksi bakteri endogen. Onset uveitis posterior bisa akut dan mendadak atau lambat
tanpa gejala. Penyakit pada segmen posterior mata yang onset mendadak adalah
retinitis toksoplasmosis, nekrosis retina akut, dan infeksi bakterial. Kebanyakan
penyebab uveitis posterior yang lain onsetnya lambat.
GLAUKOMA
DEFINISI
Glaukoma merupakan salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang
berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.
FAKTOR RESIKO
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah
jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat
28
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
glaukoma. Bagi orang yang beresiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata
secara teratur sejak usia 35 tahun. Faktor resiko glaukoma antara lain:
ETIOLOGI
29
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus.Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior,
melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran.Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.
PATOFISIOLOGI
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus.Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior,
melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
KLASIFIKASI
30
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan intraokuler pada mata. Karena itu tekanan pada mata
harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
31
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
1. Glaukoma Akut
Definisi
Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara
sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai
adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
Faktor Predisposisi
Manifestasi klinik
32
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual
dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
33
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
2. Glaukoma Kronik
Definisi
Etiologi
Manifestasi klinik
Pemeriksaan Penunjang
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit,
depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
34
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan
lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil
pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan.
Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
Klasifikasi lain
1. Glaukoma primer
35
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma .
Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah
3. Glaukoma kongenital
4. Glaukoma absolut
36
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
GEJALA
Secara umum, gejala yang dirasakan pertama kali pada penderita glaukoma
antara lain bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna
pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan
membengkak, namun penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali
normal. Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa
ia sudah menderita penyakit mata yang kronis.
37
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
oleh iris. Iris bisa menggeser ke depan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor
aqueus sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam mata secara mendadak.
Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan pupil atau bisa
juga timbul tanpa adanya pemicu. Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam
hari karena pupil secara alami akan melebar di bawah cahaya yang redup. Episode
akut dari glaukoma sudut tertutup menyebabkan penurunan fungsi penglihatan yang
ringan, terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya, nyeri pada mata dan
kepala.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan mata secara teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik untuk
mencegah kerusakan penglihatan akibat glaukoma. Riwayat penyakit penting
ditanyakan untuk mencari faktor resiko glaukoma. Pemeriksaan mata yang biasa
dilakukan adalah:
Tekanan di dalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa diukur
dengan tonometri. Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22
mm, dikatakan telah terjadi peningkatan tekanan. Kadang glaukoma terjadi
pada tekanan yang normal.
38
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
- Ketajaman penglihatan
- Tes refraksi
Dapat membantu melihat hal-hal detil pada syaraf optik dan sekaligus
mendokumentasikan perubahan/perkembangan pada syaraf optic dari waktu
ke waktu.
PENATALAKSANAAN
Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau
operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan
mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.
Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka. Obat
yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol,
39
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).
40
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
3) Glaukoma sekunder
4) Glaukoma kongenitalis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
41
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
3.2 Saran
42
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS
DAFTAR PUSTAKA
43