Você está na página 1de 43

BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanga


Mata merupakan organ yang vital karena berfungsi sebagai indera
penglihatan. Jika ada gangguan pada mata, maka seseorang tidak akan bisa
melihat dengan maksimal. Gangguan pada mata dapat berupa mata merah
dan juga penurunan penglihatan. Hal ini tentu saja akan menyebabkan
gangguan pada aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penulis menyusun
laporan ini untuk mengetahui mengenai penyakit-penyakit mata dengan
gejala mata merah dan gangguan visus yaitu keratitis, ulkus kornea, uveitis,
dan glaukoma yang terdiri dari definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi
klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, pencegahan,
prognosis dan komplikasi.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Dari laporan diskusi kelompok kami ini diharap pembaca dapat
mendapat manfaat, pengetahuan baru tentang penyakit – penyakit dengan
gejala gangguan penglihatan pada mata merah dan mata putih meliputi
keratitis, ulkus kornea, uveitis, glaukoma yang terdiri dari definisi, etiologi,
patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding,
penatalaksanaan, pencegahan, prognosis dan komplikasi.

1
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Sakitnya Tuch Di Sini…..di Mataku….


Tn. Darmin (56 th) mengeluh mata kanannya kabur dan nyeri sejak 10 hari
yang lalu setelah dia kelilipan benda kecil pada waktu memotong rumput. Karena
belum sempat ke dokter Tn. Darmin hanya memberi tetesan air sirih yang direbus.
Setelah tidak ada perbaikan dan keluhan bertambah parah akhirnya Tn. Darmin
memutuskan ke dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter didapatkan visus 5/60,
palpebra spasme, didapatkan injeksi siliar, infiltrate punctate di epitel kornea,
keratic presipitat warna putih, di kamera okuli anterior didapatkan flare dan cell dan
pupil bentuk irregular dan sinekia posterior. Tn.Darmin merasa heran kenapa dokter
menanyakan riwayat sakit gigi, sinusitis dan penyakit lain, padahal yang sakit
matanya.

2.2 Step 1 – Identifikasi Istilah Asing


1. Infiltrat punctata
Gambaran infiltrate pada kornea dilihat dengan lup dan slit lamp, berupa
bentuk titik-titik berwarna abu-abu berbentuk bulat atau oval.
2. Injeksi siliar
Melebarnya pembuluh darah perikorneal yaitu a. siliaris posterior yang
memberi gambaran kemerahan pada mata.
3. Keratic presipitat
Kumpulan sel-sel yang menempel pada permukaan lensa bagian depan.
4. Sinekia posterior
Perlengketan iris pada permukaan lensa bagian depan. Merupakan akibat
dari eksudasi sel radang, sinekia posterior dapat menyebabkan pupil
tampak ireguler.

2
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

5. Flare & Cell


Gambaran eksudasi protein berupa kekeruhan pada Anterior Okuli
Chamber. Gambaran flare lebih kecil dibanding cell.

2.3 Step 2 – Identifikasi Masalah


1. Apa yang menyebabkan mata kanan kabur dan nyeri? Bagaimana
mekanisme terjadinya?
2. Apakah ada hubungan antara kelilipan benda kecil saat memotong rumput
dengan keluhan yang dialami pasien sekarang?
3. Apa kandungan air sirih? Mengapa tidak terjadi perbaikan setelah
menggunakannya?
4. Apa interpretasi hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter?
5. Apakah ada hubungan sakit gigi, sinusitis, dan penyakit lain dengan
keluhan yang saat ini dialami pasien?
6. Apa pemeriksaan yang perlu dilakukan?
7. Apa diagnosis sementara?
8. Bagaimana tatalaksana awal untuk keluhan pasien?

2.4 Step 3 – Curah Pendapat

1. Mekanisme mata kabur dan nyeri


- Mata kabur, yaitu akibat gangguan pada media refraksi berupa
ketidakjernihan media refraksi. Media refraksi dimulai dari korne,
humor vitreus, lensa, hingga aquous humor. Hal ini dapat diakibatkan
oleh mekanisme inflamasi. Selain itu mata kabus juga dapat disebabkan
adanya gangguan pada jaras penglihatan dan gangguan langsung di
sentral pada otak, di pusat penglihatan. Secara umum, visus menurun
dapat disebabkan alergi, benda asing, dan infeksi.
- Nyeri merupakan salah satu tanda terjadinya peradangan, yaitu dolor.
Hal ini diakibatkan oleh lepasnya mediator kimia yang dapat
menyebabkan nyeri.

3
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

2. Hubungan antara kelilipan benda kecil saat memotong rumput dengan


keluhan yang dialami pasien sekarang:
- Bisa ada hubungannya.
Apabila benda kecil itu mengiritasi mata, maka dapat terjadi proses
inflamasi yang dapat menimbulkan keluhan.
- Bisa tidak ada hubungannya.
Apabila merupakan gejala ikutan dari peradangan di daerah mata yang
lain, misalnya pada kornea (keratitis).

3. Kandungan air rebusan daun sirih:


- Antimikroba dan antijamur pada minyak atsiri yang dihasilkannya
- dapat menyembuhkan luka
- pH cenderung asam, hal ini memiliki efek negative yaitu rusaknya
kornea
- air rebusan yang digunakan bisa jadi tidak steril sehingga dapat
memperparah kondisi mata
Yang perlu menjadi perhatian, rebusan daun sirih bisa jadi bukan
pengobatan yang tepat untuk keluhan pada mata pasien tersebut.
Terutama apabila ada mikroorganisme spesifik yang sedang
menginfeksi. Penggunaan yang terlalu banyak juga tidak baik.

4. Interpretasi hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter


5
- Visus , yaitu pasien dapat melihat hitungan jari pada jarak 5 meter,
60

dimana orang normal dapat melihatnya dari jarak 60 meter.


- Spasme palpebral, yaitu tertariknya kelopak mata.
- Injeksi siliar, merupakan pelebaran a. siliar anterior yang merupakan
tanda peradangan pada kornea, dapat akibat glaucoma, uveitis, atau
infeksi pada mata bagian dalam lainnya.
- Infiltrate punctata dan flare & cell, merupakan akibat reaksi
peradangan pula.

4
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

- Sinekia posterior dan pupil ireguler, menunjukan perlekatan iris pada


lensa. Hal ini diakibatkan elemen radang yang mengandung fibrin
sehingga dapat melekatkan bagian iris dengan lensa. Pupil akan tampak
ireguler.

5. Hubungan sakit gigi, sinusitis, dan penyakit lain dengan keluhan yang saat
ini dialami pasien.
Sakit gigi, sinusitis, penyakit lain dapat menyebabkan nyeri. Nyeri ini
dapat timbul di bagian mata sebagai nyeri alih. Sedangkan khusus untuk
sakit gigi, hal ini dapat menimbulkan sinusitis yang nantinya bisa
menyebabkan komplikasi pada bagian orbita.

6. Pemeriksaan yang perlu dilakukan.


- Anamnesis
- Pemeriksaan mata (visus dan mata interna-eksterna)
- Pemeriksaan penunjang (funduskopi terutama melihat retina, makula,
dan pembuluh darah)

7. Diagnosis sementara:
- Keratitis
- Ulkus kornea
- Uveitis
- Glaukoma

8. Tatalaksana awal untuk keluhan pasien


Dipelajari untuk DKK 2.

5
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

2.5 Step 4 – Peta Konsep

Mata Kabur
dan Nyeri

Anamnesis

Pemeriksaan
•Visus 5/60
•Injeksi siliar
•Infiltat punctata, keratic presipitat,
flare& cell
•Pupil ireguler dan sinekia posterior

Diagnosis Sementara
•Keratitis
•Ulkus Kornea
•Uveitis
Penatalaksanaan
•Glaukoma

2.6 Step 5 – Learning Objectives


Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis,
patofisiologi, gejala klinik, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan, prognosis,
hingga komplikasi penyakit berikut:
1. Keratitis
2. Ulkus kornea
3. Uveitis
4. Glaukoma

2.7 Step 6 – Belajar Mandiri

6
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Mahasiswa akan melakukan kegiatan belajar mandiri sejak Selasa, 3 Maret


2015 hingga Kamis, 5 Maret 2015 sesuai dengan LO yang telah disepakati.

2.8 Sintesis Masalah

KERATITIS

Pendahuluan

Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada


kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Atau bisa juga diartikan
sebagai radang kornea yang biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan yang
terkena. Keratitis dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurangnya air
mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap obat topical pada konjungtivitis
menahun. Gejala umum yang didapat adalah mata merah, fotofobia, dan
kelilipan. Pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologinya. Jika etiologinya
karena bakteri dapat diberikan antibiotic. Selain itu dapat digunakan air mata
buatan untuk mencegah kekeringan dan sikloplegik.

KERATITIS BAKTERIAL
Banyak jenis ulkus kornea bakteri yang mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang
disebabkan oleh bakteri oportunistik (Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis) yang menimbulkan ulkus
kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superfisial. (Vaughan
& Asbury, 2009)
Ciri khas keratitis bakterial adalah perkembangannya yang cepat.
Kerusakan kornea dapat menjadi menyeluruh dalam 24-48 jam dengan
beberapa dari bakteri virulen. (Ilyas, 2011)

7
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

KERATITIS VIRUS
Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.
Keratitis ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan kebutaan kornea
paling umum di Amerika. Infeksi okular herpes simpleks virus biasanya sembuh
sendiri pada penjamu imunokompeten. Tetapi pada penjamu yang lemah imun dan
pengguna kortikosteroid topikal, perjalanannya dapat kronik dan merusak.
Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respon peradangan yang merusak,
tetapi memberi peluang terjadinya replikasi virus.
Studi epedemiologik menunjukkan bahwa hampir semua orang dewasa
pernah terpajan virus ini walaupun tidak menimbulkan gejala klinis penyakit.
Sesudah infeksi primer virus ini menetap secara laten di ganglion trigeminum.
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan oleh HSV tipe I, tapi pada
beberapa kasus bayi dan dewasa disebabkan oleh HSV tipe II.

Gejala:
Gejala pertama infeksi HSV adalah iritasi, fotofobia dan berair mata. Bila
kornea bagian sentral juga terkena maka dapat terjadi gangguan penglihatan. Sering

8
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

ada riwayat lepuh-lepuh dan demam atau infeksi herpes lain, tetapi ulkus kornea
terkadang merupakan satu-satunya gejala pada infeksi herpes rekurens.

Lesi:
Lesi yang paling khas adalah ulkus dendritik. Ini terjadi pada epitel kornea,
memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan memiliki bulbus-
bulbus terminalis di ujungnya. Pemulasan fluoroscein membuat dendritik mudah
terlhat.
Ulserasi geografik adalah bentuk penyakit dendritik kronik dengan lesi
dendritik halusyang bentuknya lebih lebar. Tepian ulkus tidak terlalu kabur, sensasi
kornea menurun.

Terapi:
1. Debridement
Cara efektif untuk mengobati keratitis dendritik adalah dengan
debridement epitel karena virus berlokasi di dalam epitel dan debridement juga
mengurangi beban antigenik virus pada stroma kornea. Debridement dilakukan
dengan aplikator berujung kapas khusus. Iodium atau eter topikal tidak
bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi. Obat sitoplegik seperti
hematropin 5% diteteskan ke dalam saccus konjungtivalis kemudian dibalut
tekan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti balutannya sampai efek di

9
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

korneanya sembuh, umumnya dalam 72 jam. Pengobatan tambahan dengan


antiviral topikal mempercepat kesembuhan pasien.
2. Terapi obat
Agen antiviral yang dipakai adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine,
dan acyclovir. Untuk penyakit stromal, trifluridine dan acyclovir jauh lebih
efektif. Idoxuridine dan trifluridine menimbulkan efek toksik. Acyclovir oral
bermanfaat untuk pengobatan penyakit mata herpes berat. Umumnya dosis yang
dipakai adalah 400 mg lima kali sehari pada pasien imunokompeten dan 800
mg 5x/hari pada pasien imun lemah. Dosis profilaksisnya adalah 400 mg
2x/hari.
3. Terapi bedah
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk merehabilitasi
penglihatan pasien dengan parut kornea berat. Tindakan ini hendaknya
dilakukan beberapa bulan setelah herpes non aktif. Perforasi kornea akibat
penyakit herpes stromal yang progresif atau akibat superinfeksi bakteri atau
fungi mungkin memerlukan keratoplasti penetrans darurat. Pelekat jaringan
cyanoacrylate dapat dipakai secara efektif untuk menutup perfoarasi kecil dan
graft pelekat lamelar berhasil pada kasus-kasus tertentu.
4. Pengendalian mekanisme pemicu yang mereaktivasi infeksi HSV
Mekanisme pemicu seringkali diketahui melalui anamnesis. Begitu
pemicu diketahui sebaiknya pemicu dihindari.

Keratitis Virus Varicella Zooster


Infeksi virus varicella zoster terdapat dua bentuk, yaitu primer (varicela)
dan rekuren (zoster). Pada varicella jarang terjadi manifestasi di mata, pada zoster
oftalmik sering. Pada varicella, lesi mata umumnya berupa lesi cacar di palpebrae
dan tepi palpebrae. Keratitis VZV mengenai stroma dan uvea anterior sejak awal
terjadinya. Lesi epitelnya amorf dan berbercak, sesekali terdapat pseudodendritik
linear yang agak mirip dendrit sejati pada keratitis HSV. Obat antiviral dan oral
telah digunakan dan menunjukan hasil yang baik, khususnya pada pasien yang
imunnya terganggu.

10
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Dosis acyclovir yang digunakan adalah 800 mg 5x/hari selama 10-14 hari,
valacyclovir 1 gram 3x/hari selama 7-10 hari, famcyclovir 500 mg per 8 jam selama
7-10 hari. Terapi hendaknya dimulai 72 jam setelah timbul kemerahan.

Keratitis Dendritik
Merupakan keratitis superficial yang membentuk garis infiltrate pada
permukaan kornea yang kemudian membentuk cabang. Disebabkan oleh virus
herpes simpleks yang biasanya bermanifestasi dalam bentuk keratitis dengan gejala
ringan seperti fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva
hyperemia disertai dengan sensibilitas kornea yang hipestesia.
Bentuk dendrite terjadi akibat pengrusakan aktif sel epitel kornea oleh virus herpes
simpleks disertai dengan terlepasnya sel sel di atas kelainan. Bentuk dendrite dapat
berlanjut ke bentuk geografik yang tidak mengenai stroma kornea. Pengobatan
kadang tidak diperlukan atau dengan debridement dan penggunaan antivirus dan
sikloplegik, antibiotika dengan bebat tekan. Antivirus seperti IDU 0,1 % diberikan
setiap 1 jam atau asiklovir. Jika menjadi indolen akan terjadi ulkus kornea.

Keratitis Disiformis
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrate yang bulat atau lonjong di dalam
jaringan kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superficial, yang terjadi
akibat infeksi virus herpes simpleks. Sering diduga keratitis disiformis merupakan
reaksi alergi ataupun imunologik terhadap infeksi virus herpes simpleks pada
permukaan kornea.

Keratokonjugtivitis Epidemologi
Adalah keratitis dan konjungtivitis yang disebabkan reaksi alergi terhadap
adenovirus tipe 8. Biasanya unilateral dan timbul sebagai suatu epidemi. Umumnya
pasien demam, merasa seperti ada benda asing, kadang-kadang disertai nyeri
preorbita. Akibat keratitis penglihatan akan menurun. Ditemukan edema kelopak
dan folikel konjungtiva, pseudomembran pada konjungtiva tarsal yang dapat
membentuk jaringan parut. Pada kornea terdapat keratitis pungtata yang pada
minggu pertama terlihat difus di permukaan kornea. Pada hari ke 7 terdapat lesi

11
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

epitel setempat dan pada hari ke 11 dan 15 terdapat kekeruhan subepitel di bawah
lesi epitel tersebut. Kelenjar preaurikula membesar. Kekeruhan subepitel, baru
menghilang sesudah 2 bulan sampai 3 tahun atau lebih.
Pengobatan pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin dan pengobatan
penunjang lainnya. Lebih baik diobati secara konservatif. Bila terdapat kekeruhan
pada kornea yang menyebabkan penurunan visus yang berat dapat diberikan steroid
tetes mata 3 kali sehari. IDU (Iodo 2 diksiuridine) tidak memberikan hasil yang
memuaskan.

Keratitis Dimer atau Numularis


Pada keratitis jenis ini ditemukan infiltrate berbentuk koin dengan tepi
berbatas tegas sehingga memberi gambaran halo. Terjadi unilateral dan lambat serta
sering terjadi pada petani. Kelainan yang ditemukan pada keratitis Dimmer sama
dengan pada keratitis nummular.

Keratitis Filamentosa
Adalah keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel
epitel pada permukaan kornea. Penyebabnya idiopatik. Penyakit penyertanya
keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid ocular, pemakaian lensa
kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbic superior, diabetes mellitus,
trauma dasar otak, keratitis neurotrofik, dan pemakaian antihistamin. Kelainan ini
ditemukan pada gejala sindrom mata kering, diabetes mellitus, pascabedah katarak,
dan keracunan kornea karena obat. Filament terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan
dasar bentuk segitiga yang menarik epitel, epitel yang terdapat dalam filament
terlihat tidak melekat pada epitel kornea. Di dekat filament terdapat defek epitel
disertai kekeruhan epitel berwarna abu-abu.
Gejalanya berupa rasa kelilipan, nyeri, fotofobia, blefarospasme, dan epifora. Dapat
berjalan menahun ataupun akut. Mata merah dan terdapat defek epitel kornea.
Pengobatan dengan larutan hipertonik NaCl 5 %, air mata hipertonik, mengangkat
filament dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.

12
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

KERATITIS JAMUR
Biasanya dimulai dengan terjadinya trauma pada kornea oleh ranting pohon,
daun atau bagian tumbuhan lain yang memiliki infeksi jamur. Jenis jamur yang
mungkin menyebabkan keratitis adalah Fusarium, Cephalocepharium, dan
Curvularia. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan
dianggap sebagai efek samping pemakaian antibiotic dan kortikosteroid yang cukup
lama.
Keluhan baru timbul setelah 5 hari dari terjadinya trauma hingga 3 minggu
kemudian. Pasien mengeluh sakit mata yang hebat, berair dan fotofobia. Pada mata
akan terlihat infiltrate berhifa dan satelit bila terletak di dalam stroma. Biasanya
disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, dengan
endothelium plaque, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan Descement.
Sebaiknya diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan
KOH 10 % terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Sebaiknya
pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5 % setiap 1
– 2 jam saat bangun. Antijamur yang bisa diberikan adalah miconazole, amfoterisin,
nistatin. Diberikan sikloplegik disertai obat antiglaukoma akibat timbul
peningkatan tekanan intraokuler. Bila tidak berhasil dilakukan keratoplasti.
Komplikasi yang bisa terjadi adalah endoftalmitis.

KERATITIS Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Biasanya berhubungan
dengan penggunaan lensa kontak lunak, termasuk hidrogel silikon atau lensa kontak
rigid yang dipakai semalaman. Gejala awala adalah rasa nyeri yang tidak sebanding
dengan temuan klinisnya, kemerahan, dna fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin stroma dan infiltrat perineural, tetapi seringkali hanya
ditemukan perubahan-perubahan yang terbatas pada epitel kornea.

13
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Diagnosis ditegakkan dengan biakan di atas media khusus. Pengambilan


lebih baik dengan biopsi kornea daripada kerokan kornea. Sitologi impresi dan
confocal microscopy adalah teknik-teknik diagnostik yang lebih modern. Diagnosis
diferensial meliputi keratitis herpes, keratitis jamur, keratitis mikrobakterial, dan
infeksi Nocardia di kornea.
Debridement epitel bisa bermanfaat pada tahap awal penyakit. Terapi
dengan obat pada umumnya dimulai dengan isethionate propamidine topikal
(larutan 1%) secara intensif dan salah satu dari polyhexamethylene biguanide
(larutan 0,01-0,02%) dan tetes mata neomycin forte. Mungkin diperlukan
keratoplasti pada penyakit yang telah lanjut untuk menghentikan progresivitas
infeksi atau setelah penyakit mengalami resolusi dan terbentuk parut untuk
memulihkan penglihatan. Transplantasi selaput amnion mungkin bermanfaat pada
defek epitel persisten. Begitu organisme ini mencapai sklera, terapi obat dan bedah
biasanya tidak berguna lagi.

14
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

ULKUS KORNEA

Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan


kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal 2 bentuk
ulkus pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer.

Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes


simpleks. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah Streptokokkus
alfa hemolitik, Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas
aeruginosa, Nocardia asteroids, Alcaligenes sp., Streptokokkus
anerobik,Streptokokkus betahemolitik hafniae, Proteus sp., Stafilokokkus
epidermidis, infeksi campuran aerogenes dan Moraxella sp.

Ulkus kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun
dan infeksi. Kuman yang biasa menyebabkan adalah Stafilokok aureous. h.
influenza dan m. lacunata.

Beratnya peyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar dan
virulensi inokulum. Selain radang dan infeksi, penyebab lain ulkus kornea ialah
defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat parese saraf ke VIII, lesi saraf ke III atau
neuropatik dan ulkus Mooren.

Pada ulkus kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek
epitel yang dikelilingi leukosit polimorfonuklear. Bila infeksi disebabkan virus,
terlihat reaksi hipersensitivitas disekitarnya.

Bentuk ulkus marginal dapat fokal, multifocal atau difus yang disertai
dengan masuknya pembuluh darah kedalamnya.

Perjalanan penyakitnya dapat dapat progresif, regresi atau membentuk


jaringan parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel

15
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk.
Pembentukan jaringan parut terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblast.

Dengan pemeriksaan biomikroskopi tidak mungkin untuk mengetahu


diagnosis penyebab ulkus kornea. Ulkus kornea terjadi sesudah terdapatnya trauma
ringan yang merusak epitel kornea.

Tanda dan Gejala klinis

Ulkus kornea memberikan gejala mata merah ringan hingga berat, fotofobia,
penglihatan menurun, disertai secret. Kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau
ditengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrat
sel radang pada kornea.

Gejala yang dapat menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan


descement, reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), berupa fler,
hipopion, hifema dan sinekia posterior.

Biasanya kokus gram positif, Stafilokok aureus dan Streptokok pneumoni


akan memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat dan lonjong,
berwarna putih abu-abu, pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak
terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrat sel radang.

Bila ulkus disebabkan pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar


dengan cepat, purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan
ulkus.

Bila ulkus disebabkan oleh jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu
dikeliling infiltrat halus di sekitarnya (fenomena satelit).

Bila ulkus berbentuk dendrit akan terdapat hipestesi pada kornea. Ulkus
yang berjalan cepat akan membentuk descemetokel atau terjadi perforasi kornea
yang berakhir dengan membuat suatu bentuk lekoma adheren.

16
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Bila proses pada ulkus berkurang maka akan berkurannya rasa sakit,
fotofobia, berkurangnya infiltrat pada ulkus dan defek epitel pada kornea menjadi
kecil.

Diagnosis banding

- Keratomalasia
- Infiltrat sisa karat benda asing

Pemeriksaan

Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat


diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang
memakai larutan KOH.

Sebaiknya pada semua kasus ulkus kornea dilakukan pemeriksaan agar


darah, Sabouraud, triglikolat, dan agar coklat.

Penatalaksanaan

Pengobatan umumnya dengan sikloplegik, antibiotik yang sesuai secara


topical dan subkonjungtiva, dan pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien
tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.

Pengobatan bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan


antibiotic, dan mengurangi rekasi radang dengan steroid. Secara umum pengobatan
ulkus sebagai berikut:

- Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu, sehingga akan berfungsi
sebagai incubator
- Membersihkan secret 4 kali sehari
- Kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder

17
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

- Debridement sangat membantu penyembuhan


- Antibioyik yang sesuai dengan kausa biasanya diberi local kecuali keadaan
berat.

Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi mata dan mata terlihat
tenang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu.

Dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila:

- Pengobatan tidak sembuh


- Terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan

Ulkus marginal

Merupakan perdangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya


terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu
memanjang daerah peradangan biasanya biasanya sejajar dengan limbus kornea.
Didapatkan pada orang tua yang sering dihubungkan dengan reumatik dan debilitas.
Diduga 50% disebabkan oleh suatu rekasi hipersensitivitas terhadap eksotoksin
Stafilokokkus. Penyakit infeksi local dapat mengakibatkan keratitis kataral atau
keratitis marginal ini. Biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya
blefarokonjungtivitis.

Ulkus yang terdapat terutama dibagian perifer kornea, yang biasanya terjadi
akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vascular.

Dapat juga terjadi bersama-sama dengan konjungtivitis yang disebabkan


oleh Moraxella, basil Koch Weeks atau Proteus vulgaris. Pada beberapa keadaan
berhubungan dengan allergic terhadap makanan.

Perjalanan penyakit dapat berubah-ubah dapat sembuh cepat, dapat pula


timbul/kambuh dalam waktu singkat. Pada kerokan atau biakan yang diambil dari
ulkus biasanya terdapat bakteri bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya
Streptokokkus pneumonie, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia.

18
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Infiltrate dan ulkus yang terlihat diduga merupakan timbuhan kompleks


antigen-antibody. Secara histopatologi terlihat sebagai ulkus atau abses yang
epithelial atau subepitelial.

Konjungtivitis angular disebabkan oleh Moraxella (diplobasil)


menghasilkan bahan-bahan proteolitik yang mengakibatkan defek epitel.

Penglihatan pasien akan menurun disertai rasa sakit, fotofobia, lakrimasi,


terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrate atau ulkus
yang memanjang dan dangkal.

Pengobatan dapat diberikan dengan antibiotic dengan steroidlokal yang dapat


diberikan sesudah kemungkinan virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian
steroid sebaiknya diberikan dalam waktu singkat disertai dengan pemberian vitamin
B dan C dosis tinggi.

Ulkus Sentral

Penyebab ulkus kornea sentral adalah bakteri (pseudomonas, pneumokok,


moraxella liquefaciens, streptokokkus beta hemolitik, klebsiella pneumoni, e. coli,
proteus) virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (kandida albikan, fusarium
solani, spesies nokardia, sefalosporium, dan aspergilus).

Mikroorganisme ini tidak mudah masuk kedalam kornea dengan epitel yang sehat.
Terdapat factor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada
kornea, keratitis neuropatik, pemakai kortikosteroid/imunosupresif, obat local
anastetik, I.D.U., pasien DM dan penyakit tua.

Ulkus Mooren

Merupakan ulkus menahun superficial yang dimulai dari tepi kornea dengan
bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecendrungan perforasi
ataupun hipopion, lambat laun akan mengenai seluruh kornea.

19
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Penyebabnya belum di ketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga


penyebabnya adalah hipersensitivitas terhadapt protein tuberculosis, virus,
autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma.

Jadi ulkus mooren merupakan ulkus kornea idiopatik unilateral ataupun


bilateral. Lebih sering terdapat ada wanita usia pertengahan dan pada usia lanjut
biasanya unilateral dengan rasa sakit dan merah.

Ulkus mooren menghancurkan membrane bowman dan stroma kornea,


neovaskularisasi tidak terlihat pada bagian yang sedang aktif, bila kronik akan
terlihat jaringan parut dengan jaringan vaskularisasi. Pasien terlihat sakit berat dan
25% mengalami bilateral, proses yang terjadi mungkin kematian sel yang disusul
dengan pengeluaran kolagenase.

Dikenal dalam 2 bentuk:

1. Pasien tua terutama laki-laki, 75% unilateral dengan rasa sakit yang tidak
berat, prognosis sedang dan jarang perforasi
2. Pasien muda laki-laki, 75% binocular, dengan rasa sakit dan berjalan
progresif. Prognosis buruk, 1/3 kasus terjadi perforasi kornea.

Pengobatan dapat diberikan steroid, antibiotic, antivirus, anti jamur, kolagenase


inhibitor, heparin dan pembedahan keratektomi, lameler keratoplasti dan eksisi
konjungtiva. Walapun pada banyak pengobatan belum memberikan hasil yang
memuaskan.

Ulkus neuroparalitik

Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion gaseri


ditemukan pada Herpes zooster. Pada keadaan ini kornea atau mata menjadi
anastetik dan reflek mengedip hilang. Benda asing dalam kornea bertahan tanpa
menimbulkan keluhan, selain itu kuman dapat berkembang biak tanpa ditahan daya
tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea hingga terjadi ulkus
kornea.

20
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Pengobatan dengan melindungi mata dan sering memerlukan tindakan


blefarorafi.

Ulkus Serpens Akut

Atau yang disebut juga ulkus serpenginosa akut berbentuk tukak kornea
sentral yang menjalar dengan bntuk khusus seperti binatang melata pada kornea.
Ulkus serpens adalah ulkus kornea sentral yang berjalan cepat kebanyakan
disebabkan oleh kuman pneumokok.

Penyakit ini banyak terdapat pada petani, buruh tambang, jompo, kesehatan
yang buruk atau pecandu alkohol danobat bius. Biasanya ulkus ini terjadi oleh
trauma yang merusak epitel kornea akibat cacat kornea tersebut maka mudah terjadi
invasi ke dalam kornea.

Pasien akan merasa nyeri pada mata dan kelopak, silau, lakrimasi, dan tajam
penglihatan menurun. Pada mata pasien akan ditemukan kekeruhan kornea mulai
dari sentral yang mempunyai ciri khas berupa ulkus yang berbatas lebih tegas pada
sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang berwarna kekuning-kuningan yang
mudah pecah dan menyebabkan pembentukan tukak.

Ulkus menyebar dipermukaan kornea kemudian merambat lebih dalam


yang dapat diikuti dengan perforasi kornea. Ulkus ini ditandai dengan gejala khas
berupa adanya hipopion yang steril yang terjadi akibat rangsangan toksin kuman
pada badan siliar. Pada konjungtiva terdapat tanda-tanda peradangan yang berat
berupa injeksi konjungtiva dan injeksi siliar yang berat.

Ulkus serpenginosa akut diobati dengan antibiotik berspektrum luas secara


topikal tiap jam atau lebih, penisilin sebagai pengobatan tambahan secara
subkonjungtiva. Pada keadaan ulkus yang dalam dapat dilakukan keratoplasti.
Penyulit berupa perforasi korneayang berlanjut endoftalmitis dan panoftalmitis.

21
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Ulkus kornea pseudomanas aerugenosa

Ulkus pseudomanas merupakan infeksi yang paling sering dan yang paling
berat dai infeksi kuman patogen batang gram negatif pada kornea. Ulkus ini terlihat
gambaran infiltrat kelabu atau kuning pada epitel kornea.

Diduga bahwa virulensi pseudomonas pada kornea berhubungan erat


dengan produksi intraseluler calcium activated protease yang mampu merusak serat
pada stroma kornea disebut sebagai enzim proteoglycanolytic. Seringkali
didapatkan hipopion disertai berkembangnya ulkus . sering berhubungan dengan
pemakaian kontak lens, organisme penyebab melekat pada kontak lens tersebut.

Secara morfologik pseudomonas aeruggenosa tidak mungkin dibedakan


dengan basil enterik gram negatif lainnya pada pemeriksaan hapus. Pada pembiakan
pseudomonas akan terdapat dua bentuk pigmen. Piosianin dan fluoresein yang lebih
nyata pada pengocokan tabung cairan media.

Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak kehijauan. Bau
manis yang tajam dikeluarkan oleh media ini.

Lesi ulkus yang disebabkan oleh pseudomonas mulai didaerah sentral


kornea. Ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan kedalam kornea. Dapat
diberikan pengobatan ciprofloxacin, tobramycin, atau gentamicin.

22
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

UVEITIS

Definisi
Uveitis adalah peradangan pada jaringan uvea akibat infeksi, trauma,
neoplasma, atau proses autoimun. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian
depan jaringan uvea atau selaput pelangi ( irirs ) dan keadaan in disebut sebagai
iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis.
Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior.
Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata maka disebut koroiditis.

Etiologi
 Uveitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik seperti sarkoidosis.
 Infeksi; bakteri, jamur, virus.
 Parasit: protozoa dan nematoda.
 Uveitis spesifik idiopatik; merupakan bagian dari penyakit yang tidak
berhubungan dengan kelainan sistemik.
 Uveitis non spesifik non idiopatik.

Epidemiologi
Uveitis biasanya terjadi pad usia 20 – 50 tahun dang berpengaruh pada 10 -
20% kasus kebutaan yang tercatat dinegara – negara maju. Uveitis lebih banyak
ditemukan dinegara – negara berembang karena lebih tingginya prevalensi infeksi
yang bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmoss, dan tuberculosis di negara-
negara berkembang.

Klasifikasi

23
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

UVEITIS ANTERIOR
Disebut juga sebagai iridosiklitis. Uveitis anterior atau iridosiklitis
merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan selama 6 – 8 minggu,
dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan tetes mata saja. Dibedakan
dalam bentuk ganulomatosa akut – kronis dan non – granulomatosa akut-kronis.

Penyebab Uveitis Anterior :


Autoimun : - Artritis idiopatik juvenils
- Spondilitis ankilosa
- Sindroum Reiter
- Kolitis Ulseratifa
- Sarkoidosis
- Pnyakit Chron
- Psoriasis
Infeksi : - Sifilis
- Tuberkulosis
- Lepra
- Herpes zoster
- Herpes simpleks
- Onkosersiasis
- Leptospirosis
Keganasan : - Sindroum Masquerade
- Retino Blastoma
- Leukemia
- Limfoma
- Melanoma Maligna

24
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Lain – lain : - Idiopatik


- Uveitis traumatika , termasuk trauma
tembus
- Ablasio retina
- Iridoksiklitis heterokromik Fuchs
- Krisis glaucomatosiklitik (sindrom
Posner –Schlossman )

Gejala dan Tanda

Perbedaan uveitis granulomatosa dan non – granulomatosa:


Non - Granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi
Nyeri Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Pengelihatan Kabur Sedang Nyata
Merah sirkumkoneal Nyata Ringan
Keratic precipitates Putih Halus Kelabu Besar “ mutton Fat”
Pupil Kecil dan irreguler Kecil dan irregular
(bervariasi)
Sinekia Posterior Kadang – kadang Kadang – kadang
Noduli Iris Tidak ada Kadang – kadang
Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior,
atau difus
Perjalana Penyakit Akut Kronik
Kekambuhan Sering Kadang – kadang

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan uveitis adalah dengan pemebrian kortikosteroid dan agen
midriatik / siklopegik. Selama pemberian terdapat hal – hal yang perlu

25
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

diperhatikan; kemungkinan defek epitel dan trauma tembus harus disingkirkan pada
riwayat trauma.
Terapi topical yang agresif dengan prednisolone aceate 1& satu atau dau
tetes pada mata yang terkena setiap 1- 2 jam saat terjaga. Homaropine 2 – 5 % dua
sampai empat kali sehari , fungsinya membantu mencegah terbentuknya sinekia dan
meredaka rasa tidak nyaman akibat spasme siliaris.
Peradangan non – infeksi intermediate , posterior dan difus berespon baik
terhadap peyuntikan triamcinolone acetonide sub_tenon , biasanya 1 mL ( 40 mg)
pada daerah superotemporal. Triamcinolone acetonide intraocular, 0,1 mL (4mg)
atau prednisone oral, 0,5 – 1,5 mg/kg/hari juga efektif. Corticosteroid – sparing
agent seperti methotrexate, azathioprine, mycophenolate mofetil, cyclosporine,
tacrolimus, cyclosphosphamide, atau chlorambucil sering diperlukan pada
peradangan non – infeksi bentuk berat atau kronik, terutama bila ditemukan adanya
keterlibatan sistemik. Terapi penyerta diindikasikan bagi infeksi spesifik penyebab
uveitis.

Uveitis posterior
Uveitis posterior merupakan peradangan pada koroid dan retina; meliputi
koroiditis, korioretinitis (bila peradangan koroidnya lebih menonjol),
retinokoroiditis (bila peradangan retinanya lebih menonjol), retinitis dan uveitis
disseminta. Kebanyakan kasus uveitis posterior bersamaan dengan salah satu
bentuk penyakit sistemik. Penyebab uveitis posterior seringkali dapat ditegakkan
berdasarkan (1) morfologi lesi, (2) cara onset dan perjalanan penyakit, (3)
hubungannya dengan penyakit sistemik.
Penyebab uveitis posterior
1.Penyakit infeksi
a. Virus: CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, virus defisiensi
imun manusia HIV), virus eipstein Barr, virus coxsackie, nekrosis retina akut.
b. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan endemic
Nocardia, Mycobacterium avium-intracellulare, Yarsinia, dan borella (penyebab
penyakit Lyme).
c. Fungus: Candida, histoplasma, Cryptococcus, dan aspergillus
d. Parasit: Toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchocerca
2. Penyakit Non Infeksi:

26
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

a. Autoimun:
- Penyakit Behcet - Oftalmia simpleks
- Sindrom vogt-koyanagi-Harada - Vaskulitis retina
- Poliarteritis nodosa
b. Keganasan:
- Sarkoma sel reticulum - Leukemia
- Melanoma maligna - Lesi metastatik
c. Etiologi tak diketahui:
- Sarkoidosis - Retinopati “birdshot”
- Koroiditis geografik - Epiteliopati pigmen retina
- Epitelopati pigmen piakoid multifocal akut
Secara tipikal, retinitis merupakan manifestasi dari infeksi toksoplasma dan
herpes. Koroiditis dapat muncul diikuti dengan uveitis granulomatosa (seperti
tuberkulosis, sarcoidosis, penyakit Lyme, sifilis), histoplasmosis, atau sindrom
yang tidak biasa seperti korioretinitis serpiginous atau birdshot. Papilitis dapat
timbul dengan toksoplasmosis, retinitis viral, limfoma, atau sarkoidosis.
Lesi pada segmen posterior mata dapat fokal, geografis atau difus. Yang
menimbulkan kekeruhan pada vitreus di atasnya harus dibedakan dari yang tidak
pernah menimbulkan sel-sel vitreus. Jenis dan distribusi kekeruhan vitreus harus
dijelaskan. Lesi radang di segmen posterior umumnya berawal tenang, namun ada
yang disertai kekeruhan vitreus dan kehilangan penglihatan secara tiba-tiba.
Penyakit demikian biasanya disertai uveitis anterior, yang pada gilirannya kadang-
kadang diikuti sebentuk glaukoma sekunder.
Uveitis posterior pada pasien 3 tahun dapat disebabkan oleh “sindrom
samaran”, seperti retinoblastoma atau leukemia. Penyebab infeksi uveitis posterior
pada kelompok umur ini adalah infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis,
retinitis herpes, dan infeksi rubella.
Dalam kelompok umur 4 sampai 15 tahun, penyebab uveitis posterior termasuk
toksokariasis, toksoplasmosis, uveitis intermediate, infeksi sitomegalovirus,
sindrom samaran, panensefalitis sklerosis subakut, dan kurang penting, infeksi
bakteri atau fungi pada segmen posterior. Dalam kelompok umur 16 sampai 40
tahun, yang termasuk diagnosis diferensial adalah toksoplasmosis, penyakit Behcet,
sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, sifilis, endoftalmitis candida, dan kurang sering,
infeksi bakteri endogen misalanya meningitis meningococcus.

27
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Pasien uveitis posterior dan berumur di atas 40 tahun mungkin menderita sindrom
nekrosis retina akut, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, retinitis, sarcoma sel
retikulum, atau kriptokosis.
Uveitis yang terjadi unilateral lebih condong untuk diagnosis akibat
toksoplasmosis, kandidiasis, toksocariasis, sindrom nekrosis retina akut, atau
infeksi bakteri endogen. Onset uveitis posterior bisa akut dan mendadak atau lambat
tanpa gejala. Penyakit pada segmen posterior mata yang onset mendadak adalah
retinitis toksoplasmosis, nekrosis retina akut, dan infeksi bakterial. Kebanyakan
penyebab uveitis posterior yang lain onsetnya lambat.

GLAUKOMA

DEFINISI

Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh


meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam
bola mata, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.

Glaukoma merupakan salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang
berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.

FAKTOR RESIKO

Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah
jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat

28
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

glaukoma. Bagi orang yang beresiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata
secara teratur sejak usia 35 tahun. Faktor resiko glaukoma antara lain:

1) Usia lebih dari 45 tahun

2) Riwayat glaukoma di dalam keluarga

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma


mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.Resiko terbesar
adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

3) Tekanan bola mata tinggi

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.Meskipun


untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat
merusak saraf optik.Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan
dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.

4) Miopia (rabun jauh)

5) Diabetes (kencing manis)

6) Hipertensi (tekanan darah tinggi)

7) Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)

8) Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya

9) Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama

ETIOLOGI

Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ini


disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary dan

29
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus.Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior,
melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran.Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.

Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf


optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik butapada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

PATOFISIOLOGI

Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus.Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior,
melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

KLASIFIKASI

30
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Terdapat 4 jenis glaukoma, yaitu:

1) Primary Open-Angle Glaucoma (Glaukoma Sudut-Terbuka Primer)

Glaukoma sudut-terbuka primer adalah tipe yang yang paling umum


dijumpai (90%).Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga resiko tinggi bila
ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang
perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada
gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan
terpengaruh secara permanen.Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk
deteksi dan penanganan dini. Glaukoma sudut-terbuka primer biasanya
membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam
mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

2) Acute Angle-Closure Glaucoma (Glaukoma Sudut-Tertutup Akut)

Glaukoma sudut-tertutup akut lebih sering ditemukan karena keluhannya


yang mengganggu.Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan
terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.Beberapa pasien bahkan mual dan
muntah-muntah.Glaukoma sudut-tertutup akut termasuk yang sangat serius dan
dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat.

3) Secondary Glaucoma (Glaukoma Sekunder)

Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat infeksi,


peradangan, tumor, katarak yang meluas, penyakit mata yang mempengaruhi
pengaliran humor aqueus dari bilik anterior, diabetes, trauma, arthritis maupun
operasi mata sebelumnya.Penyebab yang paling sering ditemukan adalah
uveitis, dan lainnya adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata,
pembedahan mata dan perdarahan ke dalam mata.

Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan intraokuler pada mata. Karena itu tekanan pada mata
harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

4) Congenital Glaucoma (Glaukoma Kongenital)

31
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Glaukoma kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata
meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata
berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

Keempat jenis glaukoma diatas ditandai dengan peningkatan tekanan di


dalam bola mata dan karenanya semuanya bisa menyebabkan kerusakan saraf
optikus yang progresif.

Klasifikasi Berdasarkan Lamanya

1. Glaukoma Akut

Definisi

Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan


intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.

Etiologi

Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara
sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai
adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

Faktor Predisposisi

Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan


midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak
intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan
iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.

Manifestasi klinik

32
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala

2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual
dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.

3). Tajam penglihatan sangat menurun.

4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.

5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.

6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.

7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.

8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.

9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan


media penglihatan.

10). Tekanan bola mata sangat tinggi.

11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.


Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.

Penatalaksanaan

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan


intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi

33
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit.


Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab
gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. Glaukoma Kronik

Definisi

Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan


bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

Etiologi

Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian


kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.

Manifestasi klinik

Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit


berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal
dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut
keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih
kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan


peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik
diatas 25 mmHg.

Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam,
dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil.
Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit,
depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.

34
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

Penatalaksanaan

Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan
lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil
pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan.
Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

Klasifikasi lain

1. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua


mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan
peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit


sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris
ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di
ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul
dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri

35
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma .
Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.

- Perubahan lensa

- Kelainan uvea

- Trauma

- Bedah

3. Glaukoma kongenital

- Primer atau infantil

- Menyertai kelainan kongenital lainnya

4. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi


kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut
.Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa
sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini
memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada


badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata
karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

36
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

GEJALA

Secara umum, gejala yang dirasakan pertama kali pada penderita glaukoma
antara lain bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna
pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan
membengkak, namun penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali
normal. Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa
ia sudah menderita penyakit mata yang kronis.

Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus


terbuka, tetapi cairan dari bilik anterior mengalir terlalu lambat. Secara bertahap
tekanan akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan
kerusakan saraf optikus serta penurunan fungsi penglihatan yang progresif.
Hilangnya fungsi penglihatan dimulai pada tepi lapang pandang dan jika tidak
diobati pada akhirnya akan menjalar ke seluruh bagian lapang pandang,
menyebabkan kebutaan. Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35
tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan
paling sering ditemukan pada penderita diabetes atau miopia.Glaukoma sudut
terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh
orang kulit hitam.

Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak menimbulkan


gejala.Lama-lama timbul gejala berupa penyempitan lapang pandang tepi, sakit
kepala ringan, gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya melihat lingkaran
di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan). Pada akhirnya
akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit
melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus ke
depan (disebut penglihatan terowongan). Glaukoma sudut terbuka mungkin baru
menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor


aqueus terhalang oleh iris.Setiap hal yang menyebabkan pelebaran pupil (misalnya
cahaya redup, tetes mata pelebar pupil yang digunakan untuk pemeriksaan mata
atau obat tertentu) bisa menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena terhalang

37
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

oleh iris. Iris bisa menggeser ke depan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor
aqueus sehingga terjadi peningkatan tekanan di dalam mata secara mendadak.
Serangan bisa dipicu oleh pemakaian tetes mata yang melebarkan pupil atau bisa
juga timbul tanpa adanya pemicu. Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam
hari karena pupil secara alami akan melebar di bawah cahaya yang redup. Episode
akut dari glaukoma sudut tertutup menyebabkan penurunan fungsi penglihatan yang
ringan, terbentuknya lingkaran berwarna di sekeliling cahaya, nyeri pada mata dan
kepala.

Gejala tersebut berlangsung hanya beberapa jam sebelum terjadinya


serangan lebih lanjut. Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi
penglihatan secara mendadak dan nyeri mata yang berdenyut, penderita juga
mengalami mual dan muntah, kelopak mata membengkak, mata berair dan merah,
pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang. Sebagian besar
gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi serangan tersebut bisa berulang.
Setiap serangan susulan akan semakin mengurangi lapang pandang penderita.

DIAGNOSIS

Pemeriksaan mata secara teratur dan deteksi dini adalah cara terbaik untuk
mencegah kerusakan penglihatan akibat glaukoma. Riwayat penyakit penting
ditanyakan untuk mencari faktor resiko glaukoma. Pemeriksaan mata yang biasa
dilakukan adalah:

- Pemeriksaan dengan oftalmoskop

Bisa menunjukkan adanya perubahan pada saraf optikus akibat glaukoma.

- Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri

Tekanan di dalam bilik anterior disebut tekanan intraokuler dan bisa diukur
dengan tonometri. Biasanya jika tekanan intraokuler lebih besar dari 20-22
mm, dikatakan telah terjadi peningkatan tekanan. Kadang glaukoma terjadi
pada tekanan yang normal.

38
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

- Pengukuran lapang pandang

Pemeriksaan lapang penglihatan atau perimetry bertujuan untuk melihat


luasnya kerusakan syaraf mata. Selama pemeriksaan ini penderita akan
diminta untuk melihat suatu titik di tengah layar dan menekan tombol ketika
ia melihat munculnya titik-titik cahaya di sekitar layar.

- Ketajaman penglihatan

- Tes refraksi

- Respon refleks pupil

- Pemeriksan slit lamp

- Pemeriksaan gonioskopi (lensa khusus untuk mengamati saluran humor aqueus)

- Foto syaraf optik

Dapat membantu melihat hal-hal detil pada syaraf optik dan sekaligus
mendokumentasikan perubahan/perkembangan pada syaraf optic dari waktu
ke waktu.

PENATALAKSANAAN

Meskipun belum ada cara untuk memperbaiki kerusakan penglihatan yang


terjadi akibat glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma dapat ditangani dengan obat tetes mata, tablet, tindakan laser atau
operasi yang bertujuan untuk menurunkan/menstabilkan tekanan bola mata dan
mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.

1) Glaukoma sudut terbuka

Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka. Obat
yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol,

39
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

carteolol, levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi


pembentukan cairan di dalam mata. Juga diberikan pilocarpine untuk
memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat
lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol
(untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan).

Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek


sampingnya tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan
untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Digunakan sinar laser
(Laser Trabeculoplasty/LTP) untuk membuat lubang di dalam iris atau
dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi).

2) Glaukoma sudut tertutup

Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).

Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik


dan membuka saluran yang tersumbat.

Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta


blocker. Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta
inhibitor karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan.

Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan


manitol intravena (melalui pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat
lubang pada iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan seringkali
bisa menyembuhkan penyakit secara permanen.

Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan


pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluran
yang sempit, maka kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi pada
salah satu mata.

40
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

3) Glaukoma sekunder

Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika


penyebabnya adala peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan.

4) Glaukoma kongenitalis

Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan


(trabeculectomy) yaitu dengan membuat saluran baru yang akan memudahkan
cairan mata keluar dari mata.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kami menyimpulkan bahwa gangguan penglihatan pada mata merah dapat


berasal dari beberapa kelainan yaitu keratitis, ulkus kornea, glaukoma dan uveitis.
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Glaukoma adalah kerusakan
penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata.
Uveitis adalah peradangan pada jaringan uvea akibat infeksi, trauma, neoplasma,
atau proses autoimun. Untuk dapat menegakkan diagnosisnya diperlukan
pemeriksaan fisik dan penunjang lebih lanjut dan sebagai informasi yang membantu
didapat dari anamnesis yaitu usia, jenis kelamin, aktivitas dan penyakit penyerta
dimana hal tersebut berpengaruh terhadap insiden masing masing penyakit.

41
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

3.2 Saran

Dengan memahami LO yang didapat, penulis menyarankan pembaca dapat


termotivasi untuk mendalami materi yang kami ulas, sehingga nantinya saat
diklinik atau rotasi klinik para mahasiswa dapat menerapkannya. Mengingat masih
banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok,
penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari dosen dan rekan-rekan angkatan 2012.

42
BLOK 16 MODUL 5 MATA MERAH DENGAN GANGGUAN VISUS

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata edisi 3. Jakarta: FKUI.

Vaughan Daniel, G. 2002. General Opthalmology. Seventeen edition. McGraw Hill


Companies New York.

43

Você também pode gostar