Você está na página 1de 24

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA I

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

Diajukan Oleh:
Kelompok: A-9

Nama / NRP : Vania Bunjaya / 5203015022


Nama / NRP : Vicky Kristanto / 5203015025

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
LEMBAR CATATAN UMPAN BALIK

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

Hari, tanggal Praktikum: Selasa, 16 Februari 2016

Diajukan Oleh:
Kelompok : A-9

Nama / NRP : Vania Bunjaya / 5203015022


Nama / NRP : Vicky Kristanto / 5203015025

Asisten : Dra. Adriana Anteng A., M.Si.


Wenny Irawaty, S.T, M.T., Ph.D.

CATATAN UMPAN BALIK


Tanggal Hal-hal yang perlu Tanggal Paraf Asisten
Pengumpulan diperbaiki pengembalian

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i
LEMBAR UMPAN BALIK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Tujuan Percobaan 1
I.2 Tinjauan Pustaka 1
BAB II METODE PERCOBAAN 9
II.1 Bahan dan Alat 9
II.2 Prosedur Percobaan 10
II.3 Prosedur Pembuatan Larutan 11
BAB III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 14
III.1 Hasil Percobaan 14
III.2 Pengolahan Data 15
III.3 Pembahasan 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Indikator Phenolphtalein 3
Gambar 1.2 Indikator Metil Merah 3
Gambar 1.3 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat 4
Gambar 1.4 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat 5
Gambar 1.5 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah 6
Gambar 1.6 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Lemah 7
Gambar 1.7 pH Universal 8

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Indikator – indikator pH 2
Tabel 1.2 Rentang pH dan Warnanya 8
Tabel 3.1 Hasil Percobaan Asidimetri 14
Tabel 3.2 Hasil Percobaan Alkalimetri 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


1. Membuat larutan baku primer dan sekunder untuk titrasi asidimetri-alkalimetri.
2. Melakukan titrasi asidimetri-alkalimetri dan mengamati perubahan yang terjadi
pada akhir titrasi.
3. Menggunakan kertas pH universal.
4. Menghitung konsentrasi larutan baku sekunder pada titik akhir.

I.2. Tinjauan Pustaka


I.2.1 Asidimetri – Alkalimetri

I.2.2 Indikator
Indikator yaitu suatu seyawa yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke
dalam larutan sebagai penunjuk bahwa larutan tersebut telah mencapai titik akhir
dengan adanya perubahan warna. Pada umumnya indikator yang baik untuk titrasi
adalah indikator yang memiliki warna spesifik pada berbagai perubahan pH atau
memiliki perubahan warna yang tajam saat titik akhir tercapai. Untuk
memenuhinya maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik
ekivalen, atau sangat mendekatinya. Setiap indikator memiliki tetapan ionisasi yang
berbeda dan karena itu indikator-indikator ini menunjukan warna pada trayek pH
yang berbeda. Dengan melihat Tabel 1.1 kita dapat memilih indikator yang sesuai
berdasarkan perkiraan pH hasil titrasi.

1
Tabel 1.1 Indikator-indikator pH

 Phenolphtalein
Phenolphtalein adalah senyawa dengan rumus molekul C20H14O4 yang sering
digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam-basa. Dalam keadaan zat
yang asam atau netral, phenolphtalein tidak berwarna, namun akan
berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Titrasi harus dihentikan
jika larutan sudah
Phenolphthalein (pH indikator) menimbulkan
warna merah
Di bawah pH Di atas pH muda, karena
8,0 9,6 pada kondisi itu
merupakan
Tidak
⇌ Fuchsia kondisi yang
berwarna
terdekat dengan
titik ekuivalen.

2
Gambar 1.1 Indikator Phenolphtalein

 Metil Merah
Metil merah merupakan indikator yang berubah warna menjadi merah
dalam larutan asam dan juga dikenal sebagai benzenediazonium 2-
karboksilat. Methyl red adalah indikator pH, yang berwarna merah di
bawah pH 4.4, berwarna kuning jika pH di atas 6.2, dan berwarna jingga
bila berada di antaranya dengan pKa 5,1.

Methyl Red (pH indikator)

Di bawah pH 4.4 Di atas pH 6.2

Merah ⇌ Kuning

Gambar 1.2 Indikator Metil Merah

I.2.3 Kurva Titrasi

3
1. Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
Inilah contoh kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam kuat (titrat) dititrasi
dengan basa kuat (titran).

Gambar 1.3 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat

Titik ekivalen titrasi adalah titik dimana titran ditambahkan tepat bereaksi
dengan seluruh zat yang dititrasi tanpa adanya titran yang tersisa. Dengan
kata lain, pada titik ekivalen jumlah mol titran setara dengan jumlah mol
titrat menurut stoikiometri.
Pada gambar di atas, awalnya pH naik sedikit demi sedikit. Hal ini
dikarenakan skala naiknya pH bersifat logaritmik, yang berarti pH 1
mempunyai keasaman 10 kali lipat daripada pH 2. Ingat bahwa log 10
adalah 1. Dengan demikian, konsentrasi ion hidronium pada pH 1 adalah 10
kali lipat konsentrasi ion hidronium pada pH 2. Kemudian naik tajam di
dekat titik ekivalen. Pada titik ini, ion hidronium yang tersisa tinggal sedikit,
dan hanya membutuhkan sedikit ion hidroksida untuk menaikkan pH.

2. Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat

4
Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam lemah dititrasi dengan basa
kuat:

Gambar 1.4 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat

Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Asam lemah mempunyai pH yang rendah pada awalnya.
 pH naik lebih cepat pada awalnya, tetapi kurang cepat saat mendekati
titik ekivalen.
 pH titik ekivalen tidak tepat 7.
pH yang dihasilkan oleh titrasi asam lemah dan asam kuat lebih dari 7. Pada
titrasi asam lemah dan basa kuat, pH akan berubah agak cepat pada awalnya,
naik sedikit demi sedikit sampai mendekati titik ekivalen. Kenaikan sedikit
demi sedikit ini adalah karena larutan buffer (penyangga) yang dihasilkan
oleh penambahan basa kuat. Sifat penyangga ini mempertahankan pH sampai
basa yang ditambahkan berlebihan. Dan kemudian pH naik lebih cepat saat
titik ekivalen.

3. Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah

5
Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam kuat dititrasi dengan basa
lemah:

Gambar 1.5 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah

Kurva titrasi asam kuat dan basa lemah di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
 Asam kuat mempunyai pH yang rendahi pada awalnya.
 pH naik perlahan saat permulaan, namun cepat saat mendekati titik
ekivalen.
 pH titik ekivalen tidak tepat 7.

Titik ekivalen untuk asam kuat dan basa lemah mempunyai pH kurang dari 7.

4. Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Lemah

6
Kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah sebagai berikut:

Gambar 1.6 Kurva Titrasi Asam Lemah dan Basa Lemah

Asam lemah dan basa lemah pada gambar di atas tidak menghasilkan kurva
yang tajam, bahkan seperti tidak beraturan. Dalam kurva titrasi asam lemah
dan basa lemah, ada sebuah titik infleksi yang hampir serupa dengan titik
ekivalen.

I.2.4 pH Universal

7
Indikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa senyawa yang
menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14
untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan.
Suatu indikator universal biasanya terdiri dari air, 1-propanol, garam natrium
fenolftalein, natrium hidroksida, metil merah, garam mononatrium bromotimol
biru, dan garam mononatrium timol biru. Warna-warna yang menandakan pH
larutan, setelah ditambahkan indikator universal adalah:

Rentang pH Keterangan Warna

<3 Asam kuat Merah

3-6 Asam lemah Jingga/Kuning

7 Netral Hijau

8-11 Basa lemah Biru

> 11 Basa kuat Ungu/violet

Tabel 1.2 Rentang pH dan Warnanya Gambar 1.7 pH Universal

Warna dari kuning hingga merah menunjukkan larutan asam, warna biru muda
hingga biru tua menandakan basa, dan warna hijau menunjukkan bahwa larutan
tersebut netral.

8
BAB II
METODE PERCOBAAN

II.1. Bahan dan Alat


II.1.1 Bahan yang digunakan:
a. Asam oksalat (H2C2O4.2 H2O, BM = 126,07 g/mol)
b. Natrium hidroksida (NaOH, BM = 40 g/mol)
c. Natrium boraks (Na2B4O7.10H2O, BM = 381,37 g/mol)
d. Larutan asam klorida pekat (HCl, BM = 36,5 g/mol, kadar = 37%,  = 1,19
g/mL)
e. Indikator phenolpthalein (pp)
f. Indikator metil merah (mm)
g. pH universal
II.1.2 Alat yang digunakan:
a. Botol timbang
b. Beaker glass
c. Batang pengaduk
d. Corong
e. Labu ukur
f. Kaca arloji
g. Gelas ukur
h. Pipet volume
i. Erlenmeyer
j. Buret
k. Statif dan klem
l. Botol semprot

9
II.2. Prosedur Percobaan
II.2.1 Asidimetri
1. Larutan standar Asam Oksalat ( ) ± 0,1 N dibuat dengan teliti
sebanyak 100 mL.
2. Larutan NaOH ± 0,1 N dibuat sebanyak 1500 mL.
3. Larutan standar Asam Oksalat dipipet sebanyak 10 mL menggunakan pipet
volum dan dimasukkan ke dalam labu titrasi atau Erlenmeyer.
4. Larutan diberi 2 tetes indikator phenolphthalein (pp).
5. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH ± 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna.
6. Cara kerja no. 3-5 dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Larutan pada titik akhir titrasi diukur pHnya.
II.2.2 Alkalimetri

1. Larutan standar Natrium Boraks ( ) ± 0,1 N dibuat dengan


teliti sebanyak 100 mL.
2. Larutan HCl ± 0,1 N dibuat sebanyak 1500 mL.
3. Larutan standar Natrium Boraks dipipet sebanyak 10 mL menggunakan
pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu titrasi atau Erlenmeyer.
4. Larutan diberi 2 tetes indikator metil merah (mm).
5. Larutan dititrasi dengan larutan HCl ± 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna.
6. Cara kerja no. 3-5 dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Larutan pada titik akhir titrasi diukur pHnya.

II.3. Prosedur Pembuatan Larutan


II.3.1. Asidimetri
a. Larutan standar asam oksalat (H2C2O4.2H2O)  0,1 N sebanyak 100 mL
BM asam oksalat (H2C2O4.2H2O) = 126,07 gram/mol

10
M H2C2O4 = N/n = 0,1 / 2 = 0,05 M
Mol H2C2O4 = M.V = 0,05.0,1 = 0,005 mol
Massa H2C2O4 = mol.BM = 0,005.126,07 = 0,63035 gram
Berat minimal = 0,63035 – (0,63035 x 10%) = 0,5673 gram
Berat maksimal = 0,63035 + (0,63035 x 10%) = 0,6934 gram
Cara pembuatan:
1. Asam oksalat ditimbang sebanyak 0,6306 gram dengan menggunakan neraca
analitis.
2. Hasil penimbangan dimasukkan ke dalam beaker glass dan dilarutkan dengan
aquades dengan volume kurang dari 100 mL.
3. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur dan ditambahkan dengan aquades hingga
volumenya tepat 100 mL.
4. Larutan dalam labu ukur dikocok hingga homogen.

b. Larutan NaOH  0,1 N sebanyak 1500 mL


BM NaOH = 40 gram/mol
M NaOH = 0,1 / 1 = 0,1 M
Mol NaOH = 0,1 mol/L x 1,5 L = 0,15 mol
Massa NaOH = 0,15 mol x 40 gram/mol = 6 gram
Cara pembuatan:
1. NaOH padat ditimbang sebanyak 6 gram pada kaca arloji dengan
menggunakan neraca kasar.
2. Hasil penimbangan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah
terisi dengan aquades secukupnya.
3. Aquades ditambahkan ke dalam beaker glass hingga volumenya 1500
mL.

11
II.3.2. Alkalimetri
a. Larutan standar natrium boraks (Na2B4O7.10H2O)  0,1 N
sebanyak 100 mL
BM natrium boraks (Na2B4O7.10H2O) = 381,37 gram/mol
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
Valensi = mol HCl/mol Na2B4O7.10H2O

=2
M Na2B4O7 = 0,1 / 2 = 0,05 M
Mol Na2B4O7 = 0,05 mol/L x 0,1 L = 0,005 mol
Massa Na2B4O7 = 0,005 mol x 381,37 g/mol = 1,90685 gram
Berat minimal = 1,90685 – ( 1,90685 x 10% ) = 1,7162 gram
Berat maksimal = 1,90685 + ( 1,90685 x 10% ) =2,0975gram
Cara pembuatan:
1. Natrium boraks ditimbang sebanyak 1,9062 gram dengan menggunakan
neraca analitis.
2. Hasil penimbangan dimasukkan ke dalam beaker glass dan dilarutkan
dengan sedikit aquades dengan volume kurang dari 100 mL.
3. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur kemudian ditambahkan
aquades hingga volumenya tepat 100 mL.
4. Larutan dalam labu ukur dikocok hingga homogen

b. Larutan asam klorida (HCl)  0,1 N sebanyak 1500 mL


BM HCl = 36,5 gram/mol
 HCl = 1,19 gram/ml
Kadar HCl = 37 %
N2 = M2 x valensi
0,1 = 1 x M2
M2 = 0,1 M

12
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x mol / V(L) = 1,5 L x 0,1 M
V1 x (g x %kadar / BM) / V(L) = 0,15 mol
V1 x ( x %kadar) / BM = 0,15 mol
V1 = 12,4347 mL

Cara pembuatan:
1. Larutan HCl diambil sebanyak 12,4347 mL dengan menggunakan
pipet volume berskala.
2. Larutan yang dipipet dimasukkan ke dalam gelas ukur yang kemudian
dipindahkan ke dalam beaker glass yang sudah terisi dengan sedikit aquades.
3. Aquades ditambahkan ke dalam beaker glass sampai volumenya 1500
mL.
4. Larutan diaduk hingga homogen.
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Percobaan


III.I.1. Asidimetri
a. Larutan standar dibuat dengan cara menimbang asam
oksalat sebanyak 0,6306 g, kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan aquades
sampai 100 mL.
Rumus kimia asam oksalat = H2C2O4.2H2O
BM asam oksalat = 126,07 gr/mol
b. Hasil Titrasi
Indikator yang digunakan : phenolphthalein (pp)
Volume H2C2O4 Volume NaOH Perubahan Warna pH
10 mL 10,1 mL 8
10 mL 10,1 mL 8
tidak berwarna →

Rata-rata : 10 mL 10,1 mL merah muda 8

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Asidimetri

III.I.2. Alkalimetri
a. Larutan standar dibuat dengan cara menimbang
natrium boraks sebanyak 1,9062 g, dilarutkan dan diencerkan dengan aquades
sampai 100 mL.
Rumus kimia natrium boraks = Na2B4O7.10H2O
BM natrium boraks = 381,37 gr/mol
b. Hasil Titrasi
Indikator yang digunakan : metil merah (mm)
Volume Na2B4O7 Volume HCl Perubahan Warna pH
10 mL 14,7 mL 5
10 mL 14,6 mL 5
kuning → merah muda
Rata-rata : 10 mL 14,65 mL 5

Tabel 3.2 Hasil Percobaan Alkalimetri


III.2. Pengolahan Data/ Perhitungan
III.2.1. Asidimetri
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq)  Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

Perhitungan Normalitas H2C2O4.2H2O

Normalitas NaOH
ekivalen H2C2O4.2H2O = ekivalen NaOH
V H2C2O4. 2H2O x N H2C2O4. 2H2O = V NaOH x N NaOH
10 mL x 0,1000 N = 10,1 mL x N NaOH
N NaOH = 0,0990 N

III.2.2. Alkalimetri
Na2B4O7 (aq) + 2 HCl (aq) + 5 H2O(l) 4 H3BO4 (aq) + 2 NaCl (aq)

Perhitungan Normalitas Na2B4O7.10H2O

Normalitas HCl
ekivalen Na2B4O7.10H2O = ekivalen HCl
V Na2B4O .10H2O x N Na2B4O7 .10H2O
7 = V HCl x N HCl
10 mL x 0,0999 N = 14,65 mL x N HCl
NHCl = 0,0682 N
III.3. Pembahasan
III.3.1 Asidimetri
Pada titrasi asidimetri digunakan laruran standar asam sebagai baku primer
yang ditirasi oleh basa yang merupakan baku sekunder. Pada percobaan ini
digunakan larutan asam oksalat sebagai baku primer dan larutan NaOH sebagai
baku sekunder. Larutan asam oksalat ditempatkan di erlenmeyer dan larutan
NaOH diisikan ke buret. Titrasi dilakukan hingga titik ekivalen tercapai dan
dihentikan saat mencapai titik akhir yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna larutan dari tak berwarna menjadi berwarna merah muda. Dimana titik
akhir ini tercapai sesaat setelah titik ekivalen.
Proses penimbangan asam oksalat sebagai baku primer dilakukan dengan
menggunakan neraca analitis karena diperlukan tingkat ketelitian penimbangan
yang tinggi. Neraca analitis memiliki tingkat ketelitian hingga 4 desimal
sedangkan neraca kasar hanya 1 desimal. Selain itu dalam proses penimbangan,
udara mempengaruhi keakuratan sehingga digunakan neraca analitis.
Sementara itu, penimbangan NaOH sebagai baku sekunder dilakukan dengan
menggunakan neraca kasar. Dalam penimbangan baku sekunder tidak diperlukan
tingkan ketelitian yang tinggi karena NaOH tidak stabil dan mudah mengalami
perubahan. NaOH bersifat higroskopis sehingga menyerap uap air dari udara.
Selain itu NaOH juga bereaksi dengan CO 2 di udara. Kedua hal ini menyebabkan
NaOH tidak murni lagi dan bila ditimbang, sukar untuk mengetahui konsentrasi
NaOH secara pasti.
Dalam titrasi ini digunakan indikator phenolpthalein yang memiliki trayek
dari pH 8,0 sampai pH 9,6. Pada saat suasana larutan masih asam maka larutan
yang telah ditetesi indikator phenolpthalein tidak akan berwarna. Setelah larutan
asam oksalat dan NaOH tepat habis bereaksi maka penambahan sedikit NaOH
(setengah tetes) akan memberikan perubahan warna menjadi merah muda.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, didapatkan pH larutan pada titik akhir
titrasi sebesar 8 dan konsentrasi larutan NaOH dapat dihitung yaitu 0,0990 N.
III.3.2 Alkalimetri
Pada titrasi alkalimetri digunakan laruran standar basa sebagai baku primer
yang ditirasi oleh asam yang merupakan baku sekunder. Pada percobaan ini
digunakan larutan natrium boraks sebagai baku primer dan larutan HCl sebagai
baku sekunder. Larutan natrium boraks ditempatkan di erlenmeyer dan larutan
HCl diisikan ke buret. Titrasi dilakukan hingga titik ekivalen tercapai dan
dihentikan saat mencapai titik akhir yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna larutan dari kuning menjadi warna merah muda. Dimana titik akhir ini
tercapai sesaat setelah titik ekivalen.
Pada titrasi alkalimetri digunakan larutan standar primer Na2B4O7.10H2O.
Molekul H2O yang diikat oleh Na2B4O7 sebesar 10 molekul, karena bentuk hidrat
ini yang paling stabil artinya natrium boraks tidak bisa lagi mengikat molekul air
lebih dari 7 molekul. Walaupun senyawa tersebut dapat mengikat uap air dari
udara, namun kristal senyawa tersebut tidak berair karena molekul air dikelilingi
oleh kristal senyawa.
Dalam titrasi ini digunakan indikator metil merah yang mempunyai trayek pH
antara 4,4-6,2. Dalam titrasi alkalimetri digunakan HCl yang merupakan asam
kuat dan natrium boraks yang merupakan garam dari basa sehingga pH larutan
pada titik ekivalen pasti dibawah 7 sehingga indicator metili merah cocok
digunakan dalam titrasi ini. Dalam keadaan basa, larutan yang telah ditetesi
indikator metil merah akan berwarna kuning dan berwarna merah pada keadaan
asam. Maka titrasi harus dihentikan jika larutan sudah menimbulkan warna merah
muda karena pada kondisi itu merupakan kondisi yang terdekat dengan titik
ekivalen.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, didapatkan pH larutan pada titik akhir
titrasi sebesar 5 dan konsentrasi larutan HCl dapat dihitung yaitu 0,0682 N
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
IV.1.1 Asidimetri
1. Larutan baku primer yang digunakan Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) dan
larutan baku sekundernya adalah larutan Natrium Hidroksida (NaOH).
2. Konsentrasi yang digunakan larutan baku primer 0,1000 N.
3. Indikator yang digunakan adalah phenolphthalein (pp).
4. Pada titik akhir titrasi perubahan warna yang terjadi dari bening ke merah
muda.
5. pH pada titik akhir rata-rata sebesar 8.
6. Konsentrasi larutan baku sekunder setelah titik akhir titrasi adalah 0,0990
N.
IV.1.2 Alkalimetri
1. Larutan baku primer untuk titrasi basa adalah Natrium Boraks
(Na2B4O7.10H2O) dan larutan bake sekunder yang digunakan adalah Asam
Klorida (HCl).
2. HCl pekat yang digunakan berkonsentrasi 95% - 97% berat.
3. Konsentrasi larutan baku primer sebesar 0,0999 N.
4. Indikator yang digunakan adalah metil merah (mm).
5. Perubahan warna pada titik akhir titrasi adalah merah muda.
6. pH pada titik akhir adalah 5.
7. Konsentrasi larutan baku sekunder setelah titik akhir titrasi adalah 0,0682
N.
IV.2. Saran
1. Ketika telah terjadi perubahan warna larutan pada Erlenmeyer, proses titrasi
dapat segera dihentikan.
2. Lebih teliti saat pembacaan meniskus untuk pengukuran volume.
3. Cara penggunaan pH universal dilakukan dengan benar agar pH yang
didapat tidak beda jauh dengan pembacaan pH pada sampel sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi.W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Day,R.A. dan Underwood,A.L. 1998. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi ke enam,


Erlangga:Jakarta.

Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press: Jakarta

19

Você também pode gostar