Você está na página 1de 11

Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….

Oktafan Pasadena

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF


PUYUH MALON BETINA DEWASA

IDENTIFICATION OF QUALITATIVE AND QUANTITATIVE


TRAITS ON ADULT FEMALE MALON QUAIL

Oktafan Pasadena*, Endang Sudjana**, Iwan Setiawan**


FakultasPeternakanUniversitas Padjadjaran – Sumedang KM 21Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2012
** Staf Pengajar Faklutas PeternakanUniversitas Padjadjaran
e-mail : oktafanp@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni 2016 di Pusat Pembibitan Puyuh,
Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan deskripsi mengenai sifat
kualitatif dan kuantitatif puyuh Malon betina dewasa. Objek penelitian yang digunakan yaitu
puyuh Malon betina dewasa dengan jumlah sampel menggunakan rumus slovin 37 ekor.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dimana
rata-rata bobot badan 325,35±48,29 ; panjang kepala 2,74±0,18; lebar kepala 2,78±0,18;
panjang leher 7,07 ±0,61; lingkar leher1,42± 0,22; lebar paruh 0,40 ± 0,09; lingkar dada 22,15
±1,23; lebar dada 8,19±0,81; jarak kedua tulang pubis 3,18 ± 0,37; dan kaki 8,99 ± 0,69.
Puyuh Malon betina dewasa memiliki paramater warna bulu secara keseluruhan coklat
bertotol coklat tua, bulu bagian kepala kuning bertotol kehitaman, bagian paruh abu-abu dan
hitam kecoklatan, bulu bagian leher putih kekuningan bertotol hitam, bulu bagian dada putih
kekuningan, dan warna shank kuning lebih dominan dibanding putih kekuningan.

Kata Kunci : puyuh Malon, sifat kualitatif, sifat kuantitatif

ABSTRACT
The research was conducted in June 2016 at Quail Breeding Center, Poultry
Production Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. The aim of
this study was to find out and get a description of qualitative and quantitative traits of adult
female Malon quail. The object research used was quail Malon adult female with number of
sample (37 quails) executed using the Slovin formula. The method used was descriptive
approach. The results showed that average body weight was 325.35 ± 48.29; head length was
2.74 ± 0.18; head width was 2.78 ± 0.18; long neck was 7.07 ± 0.61; neck circumference was
1.42 ± 0.22; beak width was 0.40 ± 0.09; chest circumference was 22.15 ± 1.23; chest width
was 8.19 ± 0.81; both the pubic bone distance was 3.18 ± 0.37; and leng of feet was 8.99 ±
0.69. Adult female Malon quail has parameters plumage overall brown mottled dark brown,
fur head yellow mottled black, part of gray beak and brownish black, fur neck yellowish
white spotted black, fur chest yellowish white, and color of shank was dominant yellow.

Keywords: female Malon quail, qualitative traits, quantitative traits

1 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

PENDAHULUAN

Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif
sumber protein hewani di masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak
1980 ternak puyuh mulai dikenalkan di Indonesia tetapi dalam hal budidaya belum banyak
yang melakukannya, berbeda dengan ternak ayam. Puyuh yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat Indonesia diantaranya adalah puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica),
Turnix sylvatica, dan puyuh Malon. Puyuh Malon yang berasal dari singkatan “manuk
londo” adalah puyuh hasil persilangan antara puyuh local Coturnix-coturnix japonica
dengan French Quail. Persilangan ini ditujukan untuk tujuan menghindari terjadinya
inbreeding dan meningkatkan performa produksi.
Puyuh Malon merupakan salah satu jenis puyuh yang cukup banyak dipelihara oleh
masyarakat, terutama ditujukkan sebagai puyuh pedaging karena ukuran tubuhnya yang
relative lebih besar dari puyuh lokal lainnya. Meskipun sudah banyak yang
membudidayakannya informasi tentang karakteristik puyuh malon masih relatif terbatas,
khususnya yang berkaitan dengan sifat kualitatif dan kuantitatif.
Mengingat terbatasnya informasi sifat kualitatif dan kuantitatif pada puyuh Malon dan
mempertimbangkan pentingnya kedua sifat tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh Malon khususnya pada betina
dewasa. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi ilmiah tentang sifat kualitatif dan
sifat kuantitatif puyuh Malon betina dewasa. Selain itu, hasil penelitian tersebut diharapkan
dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam upaya
mengembangkan sumberdaya genetik ternak unggas lokal Indonesia dan menjadi
pengetahuan praktis bagi peternak dalam mengenal karakteristik puyuh Malon.

METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh Malon betina dewasa umur
4-5 bulan. Jumlah puyuh Malon yang dijadikan sampel sebanyak 37 ekor.

2. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk penelitian yaitu alat tulis, laptop, kamera digital, pita
ukur dengan panjang 1,5 m dengan ketelitian 0,01 cm, jangka sorong dengan panjang 15

2 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

cm dengan ketelitian 0,01 mm dan timbangan dengan kapasitas 3 kg dengan ketelitian


20g.
3. Metode Penelitian
 Cara Pengambilan Sample
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif, pengambilan sampel
dilakukan menggunakan rumus slovin.
 Prosedur Penelitian
1. Pengambilan sampel puyuh di kandang menggunakan rumus slovin.
2. Pengamatan sifat-sifat kualitatif
3. Pengukuran bobot badan puyuh menggunakan timbangan analitik.
4. Setelah dilakukan penimbangan, puyuh diukur bagian-bagian tubuhnya
menggunakan jangka sorong dan pita ukur.
5. Mencatat semua pengamatan yang telah dilakukan

 Analisis Statistik
a. Rata-rata
Rata-rata / mean yaitu bilangan yang diperoleh dari seluruh jumlah skor dibagi dengan
jumlah data.

Keterangan :
=jumlah nilai data
N = jumlah data
i = 0,1,2,......N
b. Simpangan baku
Simpangan baku (S) yaitu digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok, dihitung
dengan rumus:

s=

Keterangan :
n =
= rata-rata

3 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

= bilangan dari suatu peubah


i = 1,2,3....N
c. Koefisien variasi (KV)
Koefisien variasi (KV), digunakan untuk menjelaskan keragaman kelompok.

KV =
Keterangan:
S = Simpangan baku
= Rata-rata
d. Pendugaan parameter
Pendugaan parameter adalah melakukan estimasi terhadap nilai dugaan atau taksiran suatu
parameter tertentu, karena pada umumnya nilai parameter suatu distribusi tidak diketahui,
rumusnya adalah:

Keterangan :
= rata – rata hitung
= nilai t didapat dari daftar distribusi
s = simpangan baku
n = jumlah sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Warna Bulu
Warna bulu puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1. Warna Bulu Puyuh Malon Betina Dewasa
Jumlah Frekuensi Relatif
Warna Bulu
Ekor (%)
Keseluruhan: Coklat bercak coklat tua 37 100
Bagian kepala: Kuning bertotol kehitaman 37 100
Bagian leher: Putih kekuningan bertotol hitam 37 100
Bagian dada: Putih Kekuningan 37 100

Berdasarkan Tabel 1, puyuh Malon betina dewasa memiliki warna bulu keseluruhan
coklat bercak coklat tua dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukan bahwa warna
bulu keseluruhan puyuh Malon betina dewasa dominan berwarna coklat bercak coklat tua.

4 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

Secara umum puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat (Sunarno, 2004). Pola dan
warna bulu sangat menentukan kemurnian suatu bangsa unggas. Variasi warna dan corak bulu
disebabkan oleh peran aktif berbagai gen (Campo, 1997).
Warna bulu bagian kepala puyuh Malon betina dewasa berwarna kuning bertotol
kehitaman dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukkan bahwa warna bulu bagian
kepala puyuh Malon betina dewasa seragam berwarna kuning bertotol kehitaman.
Pheomelanin merupakan pigmen dasar suatu makhluk hidup yang memberikan warna merah-
cokelat, salmon, dan buff (kekuning-kuningan) pada bulu unggas, dan bagian yang tak
terpisahkan dari melanin sebagai unsur pembangun pigmen tubuh (Smyth, 1993) dikutip oleh
Suparyanto dkk., (2005).
Warna bulu bagian leher pada puyuh Malon betina dewasa berwarna putih kekuningan
bertotol hitam dengan frekuensi relatif 100%. Hal ini menunjukan bahwa warna bulu bagian
leher puyuh Malon betina dewasa dominan berwarna putih kekuningan bertotol hitam.
Pernyataan ini hampir mirip dengan tetuanya Coturnix-coturnix japonica yang memiliki
warna leher coklat muda sampai cokelat kehitaman (Wheindrata, 2014).
Warna bulu bagian dada yang ditemukan pada puyuh Malon betina dewasa hanya
yang berwarna putih kekuningan (frekuensi relatif 100%). Hal ini menunjukan bahwa warna
bagian dada puyuh Malon betina dewasa seluruhnya berwarna putih kekuningan. Menurut
pendapat Brumbaugh dan Moore ( 1968) yang dikutip oleh Tarigan (2010) bahwa warna
hitam dan warna kuning pada bulu di pengaruhi oleh pigmen eumelanin. Warna bulu leher
dapat dijadikan perbedaan karakteristik antara jantan dan betina pada burung puyuh malon.
2. Warna Bagian Paruh
Warna bagian paruh puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Warna Bagian Paruh Puyuh Malon Betina Dewasa
Jumlah Frekuensi Relatif
Warna Paruh
Ekor (%)
Abu- abu 30 81,1
Hitam kecoklatan 7 18,9

Berdasarkan Tabel 2, warna bagian paruh yang ditemukan pada puyuh Malon betina
dewasa adalah abu-abu dan hitam kecoklatan dengan frekuensi relatif masing-masing 81,1%
dan 18,9%. Hal ini menunjukan bahwa warna bagian paruh puyuh Malon betina dewasa

5 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

dominan berwarna abu-abu. Warna paruh hitam kecoklatan yang terdapat pada puyuh Malon
merupakan turunan tetuanya Coturnix-cotunix japonica (Winda Tumbilung, 2014).
3. Warna Bagian Shank
Warna bagian shank puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Warna bagian shank Puyuh Malon Betina Dewasa
Jumlah Frekuensi Relatif
Warna Shank
Ekor (%)
Kuning 34 91,90
Putih kekuningan 3 8,10

Berdasarkan Tabel 3, warna bagian shank yang ditemukan pada puyuh Malon betina
dewasa hanya berwarna kuning dengan frekuensi relatif 91,9% dan berwarna putih
kekuningan dengan frekuensi relative 8,10%. Hal ini menunjukan bahwa warna bagian shank
puyuh Malon betina dewasa tidak seluruhnya berwarna kuning. Munculnya perbedaan warna
shank dipengaruhi oleh tiga faktor di antaranya struktur shank, pigmen utama yang
terkandung dalam shank dan faktor genetik (Lanam, 2013). Adanya pigmen lipokrom pada
epidermis dan pigmen melanin pada dermis menyebabkan shank berwarna kuning (Saputra,
2010 ).
4. Ukuran Tubuh Puyuh Malon Betina Dewasa

4.1. Bobot Badan


Bobot badan puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot Badan Puyuh Malon Betina Dewasa
No. Analisis Data Nilai
1. Rataan bobot badan (gr) 325,35
2. Maksimal (cm) 398,00
3. Minimal (cm) 212,00
4. Simpangan Baku (cm) 48,29
5. Koefisien Variasi (%) 14,84
6. Pendugaan Parameter (cm) 309,78< <340,92
Berdasarkan data pada Tabel 4, bobot badan puyuh Malon betina dewasa berkisar antara
212,00-398,00 gram, dengan rataan 325,35 ± 48,29 gram. Pernyataan ini sesuai dengan
tetuanya yang berasal dari tetua betina yaitu Coturnix-coturnix japonica, karena pada tetua

6 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

betina yaitu Coturnix coturnix japonica bobot badan yang dihasilkan pada saat dewasa antara
255,65±35,12 gram (Alkan,2010). Secara genetis puyuh domestikasi memiliki ukuran tubuh
yang lebih besar dibandingkan puyuh liar (Nugroho dkk., 1982). Puyuh domestikasi telah
mengalami perlakuan dan campur tangan manusia secara langsung di dalam budidayanya
sedangkan puyuh liar sebagian besar masih hidup sendiri di alam bebas (Listyowati dan
Roospitasari, 1992).
Bobot badan puyuh Malon memiliki koefesien variasi di bawah 15% yaitu 14,84%, hal
ini menunjukan bahwa bobot puyuh tersebut relatif seragam. Populasi dianggap seragam
apabila memiliki koefesien variasi tidak lebih dari 15% (Nasoetion, 1992). Pendugaan
parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa bobot badan
puyuh Malon memiliki rentangan 309,78 340,92 yang diperoleh dari data sampel. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% jarak intervalnya tergolong besar,
maka rata-rata bobot badan seluruh populasi puyuh Malon tidak jauh berbeda dengan
karakteristik sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan bahwa
makin besar jarak interval maka makin percaya tentang kebenaran penaksiran yang dilakukan.

4.2. Ukuran Bagian-Bagian Kepala

Bagian kepala yang diteliti yaitu panjang kepala, lebar kepala, panjang leher, lingkar
leher,dan lebar paruh. Ukuran bagian-bagian kepala puyuh Malon betina dewasa dapat dilihat
padaTabel 5.
Tabel 5. Ukuran Bagian-Bagian Kepala Puyuh Malon Betina Dewasa
Analisis Statistik Pendugaan Parameter
Variabel
Rataan Min Max SB KV B. Bawah Batas Atas
Panjang Kepala 2,74 2,50 3,24 0,18 6,58 2,68 2,80
Lebar Kepala 2,78 2,22 3,05 0,18 6,64 2,72 2,84
Panjang Leher 1,42 1,03 1,91 0,22 15,59 1,35 1,49
Lingkar Leher 7,07 6,00 8,00 0,61 8,69 6,87 7,27
Lebar Paruh 0,40 0,24 0,66 0,09 22,13 0,38 0,43

Berdasarkan Tabel 5, ukuran panjang kepala puyuh Malon betina dewasa tergolong
seragam dengan koefesien variasi di bawah 15%, ukurannya berkisar 2,50-3,24 cm dengan
rataan 2,74 ± 0,18 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa panjang kepala puyuh Malon memiliki rentangan 2,68 2,80 yang
diperoleh dari data sampel. Demikian pula lebar kepalanya seragam dengan koefesien variasi

7 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

6,64 %, ukurannya berkisar 2,22-3,05 cm dengan rataan 2,78 ± 0,18 cm. Pendugaan
parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lebar kepala puyuh
Malon memiliki rentangan 2,72 2,84 yang diperolehdari data sampel.
Puyuh Malon betina dewasa memiliki panjang leher yang tergolong seragam juga
dengan koefesien variasi 15,59 %, ukurannya berkisar 1,03-1,91 cm dengan rataan 1,42 ±
0,22 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan
bahwa panjang leher puyuh Malon memiliki rentangan 1,35 1,49 yang diperoleh dari
data sampel. Demikian pula lingkar leher juga tergolong seragam dengan koefesien variasi
8,69 %, ukurannya berkisar 6,00-8,00 cm dengan rataan 7,07 ± 0,61 cm. Pendugaan
parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lingkar leher
puyuh Malon memiliki rentangan 6,87 7,27 yang diperoleh dari data sampel.
Puyuh Malon betina dewasa memiliki lebar paruh yang bervariasi dengan koefesien
variasi 22,13 %, ukurannya berkisar 0,24-0,66 cm dengan rataan 0,40 ± 0,09 cm. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa puyuh memiliki paruh yang berbeda, dimana setiap bentuk
paruh dan warna paruh burung disesuaikan dengan jenis makanan (Lambey dkk., 2013).
Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lebar
paruh puyuh Malon betina memiliki rentangan 0,38 0,43 yang diperoleh dari data
sampel.

4.3. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh

Bagian-bagian tubuh yang diteliti meliputi lingkar dan lebar dada. Ukuran bagian-
bagian tubuh puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh Puyuh Malon Betina Dewasa
Analisis Statistik Pendugaan Parameter
Variabel KV
Rataan Min Max SB Batas Bawah Batas Atas
(%)

Lingkar dada (cm) 22,15 20,00 24,00 1,23 5,56 21,76 22,55

Lebar dada (cm) 8,19 7,00 9,00 0,81 9,90 7,93 8,45

Berdasarkan Tabel 6, ukuran lingkar dada puyuh Malon betina dewasa tergolong
seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 5,56 %, ukurannya berkisar 20,00-
24,00 cm dengan rataan 22,15 ± 1,23 cm. Lingkar dada merupakan lingkar tubuh yang diukur
dari belakang sayap, dan biasanya dapat menentukan besar kecilnya tubuh unggas atau bobot
badan (Kusuma, 2002). Sifat morfologi yang terbesar korelasinya dengan bobot badan adalah
8 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

lingkar dada, baik jantan maupun betina (Tanudimadja dkk., 1983). Pendugaan parameter
interval rata-rata dengan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa lingkar dada puyuh Malon
memiliki rentangan 21,76 22,55 yang diperoleh dari data sampel. Ukuran lebar
dadanya relatif bervariasi dengan koefesien variasi 9,90%, ukurannya berkisar 7,00-9,00 cm
dengan rataan 8,19 ± 0,81 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan
95% menunjukkan bahwa lebar dada puyuh Malon memiliki rentangan 7,93 8,45 yang
diperoleh dari data sampel.

4.4. Ukuran Bagian Kaki

Ukuran bagian kaki puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Ukuran Bagian Kaki Puyuh Malon Betina Dewasa
No. Analisis Data Nilai
1. Rataan Panjang Kaki (cm) 8,99
2. Maksimal (cm) 10,00
3. Minimal (cm) 8,00
4. Simpangan Baku (cm) 0,69
5. Koefisien Variasi (%) 7,70
6. Pendugaan Parameter (cm) 8,76< <9,21

Berdasarkan Tabel 7, ukuran panjang kaki puyuh Malon betina dewasa tergolong
seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 7,70%, ukurannya berkisar 8,00 -10,00
cm dengan rataan 8,99 ± 0,69 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan
95% menunjukkan bahwa panjang kaki puyuh Malon betina dewasa memiliki rentangan
8,76 9,21 yang diperoleh dari data sampel. Menurut Mansjoer (1981) Panjang shank
dapat dijadikan penduga untuk mengukur pertumbuhan, sebab bentuk tulang yang besar
menunjukkan pertumbuhan yang besar.

4.5. Ukuran Jarak Kedua Tulang Pubis


Ukuran jarak kedua tulang pubis puyuh Malon betina dewasa hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 8.

9 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

Tabel 8. Ukuran Jarak Kedua Tulang Pubis Puyuh Malon Betina Dewasa
No. Analisis Data Nilai
1. Rataan (cm) 3,18
2. Maksimal (cm) 3,89
3. Minimal (cm) 2,32
4. Simpangan Baku (cm) 0,37
5. Koefisien Variasi (%) 11,74
6. Pendugaan Parameter (cm) 3,06< <3,30
Berdasarkan Tabel 8, ukuran jarak kedua tulang pubis Malon betina dewasa tergolong
seragam dengan koefesien variasi di bawah 15% yaitu 11,74%, ukurannya berkisar 2,32 -3,89
cm dengan rataan 3,18 ± 0,37 cm. Pendugaan parameter interval rata-rata dengan kepercayaan
95% menunjukkan bahwajarak kedua tulang pubis puyuh Malon betina dewasa memiliki
rentangan 3,06 3,30 yang diperoleh dari data sampel. Menurut Hardjosworo (2001)
dan Samosir (1983) bahwa jarak tulang pubis yang lebar menunjukkan terjadinya masak
kelamin (mulai bertelur) dan ditunjukkan dengan perut yang besar dan jarak tulang pubis
yang lebar.

KESIMPULAN
Puyuh Malon betina dewasa memiliki rata-rata bobot badan 325,35±48,29 ; panjang
kepala 2,74±0,18; lebar kepala 2,78±0,18 panjang leher 1,42± 0,22; lingkar leher 7,07 ±0,61;
lebar paruh 0,40 ± 0,09; lingkar dada 22,15 ±1,23; lebar dada 8,19±0,81; jarak kedua tulang
pubis 3,18 ± 0,37; dan panjangkaki 8,99 ± 0,69.
Puyuh Malon betina dewasa memiliki parameter warna bulu secara keseluruhan coklat
bertotol coklat tua, bulu bagian kepala kuning bertotol kehitaman, bagian paruh abu-abu dan
hitam kecoklatan, bulu bagian leher putih kekuningan bertotol hitam, bulu bagian dada putih
kekuningan, dan warna shank kuning lebih dominan dibanding putih kekuningan.

SARAN
Puyuh ini merupakan salah satu puyuh yang cukup besar dibandingkan dengan puyuh-
puyuh lainnya. Maka dari itu puyuh ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk keragaman
puyuh pedaging.

10 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Identifikasi sifat kualitatif dan kuantitatif puyuh…………………………….Oktafan Pasadena

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada tenaga operasional kandang yang telah
membantu dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada kedua orang tua dan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Campo, J.L. 1997. The Hypostatic Genotype of the Recessive White Prat of Chicken. Poult.
Sci. 76: 432-436.
H.S. Wheindrata. 2014. Panduan Lengkap Beternak Burung Puyuh Petelur. Surakarta: Andi
Hutt F. B. 1949. Genetics of the fowl. Mcgraw Hill, Newyork.
Kusuma, A. S. 2002. Karakteristik Sifat Kuantitatif dan Kualititatif Ayam Merawang dan
Ayam Kampung Umur 5-12 Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. 17-19.
Listiyowati, E. dan Roospitasari, K., 1992. Puyuh : Tata Laksana Budi Daya. Secara Komersial.
Penebar Swadaya. Jakarta

Lanam, A. 2013. Identifikasi Karakteristik Kualitatif Persilangan Itik Padjajaran Betina dan
Itik Peking Jantan Kasus Kelompok Peternak Famili Di Desa Paguyuban Kecamatan
Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Universitas Padjajaran. Sumedang.
Lambey L. J., RR. Noor, M. Wasmen, D. Duryadi.2013. Karakteristik morfologi perbedaan
jenis kelamin, dan pendugaan umur burung weris (Gallirallus philippensis) di
Minahasa Sulawesi Utara, Veteriner 14:228-2238.
Nugroho dan Mayun, I.G. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang.
Saputra, J. 2010. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung dan Kampung. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sezai Alkan. 2010. Determination Of Body Weight and Some Carcass Traits In Japanese
Quails (Coturnix Coturnix Japonica) Of Different Lines. Kafkas vol 16(2):277-280.
Tanudimadja, K., Sigit, R.I.R. Manggung, N. Sujono, dan L.H. Buntaran. 1983. Model-model
Matematik dari Data Pertumbuhan Ayam Kampung Jantan dan Betina. Laporan
Penelitian Bagian Anatomi Departemen Zoologi, Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tarigan. 2010. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Walik di Sumedang dan
Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tumbilung W., L. Lambey, E.Pudjihastuti, E. Tangkere. 2014. Sexing Berdasarkan Morfologi
Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal zootek Vol 34 No 2: 170 – 184.

11 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Você também pode gostar