Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PBLK
Oleh:
1714901024
1
LAPORAN PBLK
Oleh:
1714901024
2
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
NIP :790612020102
(Suherni, S.Kep.,Ns.,M.Kep)
NIP :790612020102
3
PERNYATAAN
PBLK
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan PBLK ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ners di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, keculai yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
4
ABSTRAK
5
ABSTRACT
In making planning, the steps are carried out in accordance with Nursing
Care in accordance with Hypertension theory, namely prioritizing problems that
arise on the client, then the next step is to set a more specific time for each
diagnosis, adjusting what may be achieved by the client in more time. Specific.
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
1. dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), SpM, selaku Ketua STIKes Flora Medan.
Medan.
mendidik penulis selama proses, perkuliahan dan staf non akanemik yang
7
7. Keluarga, sahabat dan teman-teman penulis yang memberikan semangat dan
8
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II
9
2.2.2.Penerapan EBN .......................................................................... 22
2.2.3. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 24
2.2.4. Intervensi NIC NOC ................................................................... 25
BAB III
TINJAUAN KASUS............................................................................................ 44
3.1. Pengkajian................................................................................... 47
3.2. Analisa data ............................................................................. .. 51
3.3. Diagnosa keperawatan ............................................................. .. 52
3.4. Asuhan keperawatan ............................................................... ... 53
3.5. Catatan perkembangan ............................................................... 59
BAB IV
PEMBAHASAN .................................................................................................. 66
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Hal
1. Resume Kasus
2. Penyuluhan
3. Jurnal EBNP
6. Lembar Bimbingan
11
BAB I
PENDAHULUAN
menunjukkan tanda gejala sebelum menyerang organ lain seperti serangan jantung
atau stroke. Hal ini juga yang menyebabkan banyak pendapat bahwa hipertensi
merupakan faktor resiko 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Rahajeng
penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan
107,3 juta orang pada tahun 2025 . Di bagian lain di Asia , tercatat 38,4 juta
penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang
pada tahun 2025. Di Indonesia, mencapai 17-21 % dari popinsi penduduk dan
kebanyakan tidak terdeteksi. Sementara itu, Guru besar teknologi pangan IPB, I
Made Astaman (2002) menjelaskan bahwa hasil survai kesehatan rumah tangga
tahun 1995 menunjukan rata-rata penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di
Indonesia cukup tinggi. yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga . Pada umumnya,
12
perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingan dengan pria. Hal tersebut
terikat erat dengan pola makan, terutama komsumsi garam, yang umumnya lebih
sebanyak 69,3 juta jiwa dan diperkirakan sebanyak 107,3 juta jiwa pada tahun 2025.
Di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta jiwa menderita hipertensi dan
diperkirakan tahun 2025 meningkat menjadi 151 juta jiwa. Sedangkan di bagian
Asia tercatat tahun 2000 penderita hipertensi sebanyak 38,4 juta jiwa dan
diperkirakan tahun 2025 meningkat menjadi 67,3 juta. Data ini menunjukkan bahwa
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh darah tinggi. Pada
tahun 1980, jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan
mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Hasil riset WHO pada tahun 2007, menetapkan hipertensi pada peringkat tiga
sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62%
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 31,7% dari
total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa terdapat 1 orang yang
13
Menurut Kemenkes RI (2014), sampai saat ini, hipertensi masih merupakan
pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum kuat meskipun obat obatan
2,6%, Ppdk 2,3%, Stroke 2,0%, Ginjal Kronis 1,4% dan Neoplasma 0,5%. Hery
(2017).
adalah Thypoid Fiver, Dyspepsia, Gastritis, Nyeri punggung bawah, DM, Gagal
Jantung, Hipertensi, Stroke, Cidera YDL, dan Apendik. penyakit hipertensi berada
pada urutan ketujuh dalam sepuluh penyakit terbesar dari penderita yang dirawat
Latar belakang diatas penyakit hipertensi haruslah segera diobati agar tidak
Pasien sebagai fokus keperawatan mempunyai kebutuhan bio, psiko, sosial dan
14
lainnya dalam memberikan Asuhan Keperawatan sehingga dapat mencapai tujuan
perhatian dan penanganan yang baik. Mengingat prevalensi yang tinggi dan
kardiovaskuler (hipertensi) di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan. Agar lebih
memahami dan mengetahui tindakan keperawatan yang akan diberikan pada pasien
tersebut.
Disini perawat dan tim kesehatan lain dapat memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien baik scara bio, psiko, social dan spiritual. Demikian juga kita
berkurang.
berdasarkan penyakit diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
15
1.3. Tujuan Praktek Belajar Lapangan Komprehensif
16
1.4.1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis
ilmiah.
ilmiah agar dapat meningkatkan mutu pelayanan latihan praktek dengan penerapan
Hipertensi.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal Yang diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Arif
18
2.1.2. Etiologi
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor resiko yang diduga
7) Lingkungan
1) Genetik
2) Kelamin
19
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
antara faktor genetik dan faktor lingkungan dapat memicu terjadinya hipertensi
sebagai berikut :
a. Pola Konsumsi
Konsumsi tinggi natrium (Na) terutama yang berasal dari garam (NaCl)
diketahui menjadi salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, natrium juga
b. Kelainan Ginjal
pengaturan tekanan darah melalui produksi renin oleh sel juxtaglomerular ginjal.
20
Renin merupkan enzim yang berperan dalam lintasan metabolisme sistem RAA
c. Penuaan
setiap orang mengalami peningkatan tekanan darah pada usia lanjut. Hal ini
terkait dengan salah satu perubahan yang terjadi karena proses penuaan yaitu
(Muchtadi, 2013).
d. Obesitas
Pada sebagian besar penderita, peningkatan berat badan yang berlebihan dan
gaya hidup memiliki peran utama dalam menyebabkan hipertensi. Tiap kenaikan
Hipertensi primer dengan kenaikan berat badan berlebih dan obesitas bisa terjadi
21
e. Stress
Hipertensi dapat juga disebabkan oleh karena stress (fisik atau mental),
dimana pada kondisi ini kelenjar adrenal akan merilis hormon epinefrin
2.1.3. Klasifikasi
primer (hipertensi essensial) dan hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95%
dengan penyebab yang tidak diketahui (Guyton & Hall, 2014). Belum ada teori yang
disebabkan oleh penyakit lain. Hanya sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
eksogen. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
22
atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan
Disamping itu, terdapat klasifikasi hipertensi menurut JNC VIII (The Eighth
Joint National Committe) yang didasarkan pada rata-rata pengukuran dua tekanan
darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis untuk pasien dewasa (umur ≥
18 tahun). Klasifikasi tekanan darah tersebut mencakup empat kategori dengan nilai
normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik
(TDD) < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada
kalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini
biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran
tensi atau melalui pemeriksaaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh (Kirana,
Penderita hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik akan mempunyai risiko
23
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler seperti stroke, serangan
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain sakit kepala
(rasa berat di tengkuk), nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot,
nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging),
2.1.5 Patofisiologi
24
2.1.6 Tanda dan Gejala
Biasanya tanda gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering
disebut “ silent killer. “ Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien
antara lain : sakit kepala (rasa berat di tekuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting,
ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur
atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur. (Wajan Juni Udjianti,
2012)
2.1.7 Komplikasi
sementara
a. Farmakologi
Terapi obat pada penderita hipertensi dapat dimulai dengan salah satu obat
25
2) Reserpin 0,1-0.25 mg/hari sebagai dosis tunggal.
b. Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup penderita, yakni
5) Berhenti merokok.
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi esensial tidak
26
2.1.9. Mind Maping Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Etiologi :
1. Hipertensi Essensial : tidak
Obesitas Stress Genetik Usia diketahui penyebabnya
Manifestasi Klinis :
2. Hipertensi Primer : disebabkan
Sakit kepala/pusing
oleh pemyakit lainnya
Lemas/kelelahan
Sesak nafas Hipertensi Perubahan status kesehatan
Gelisah
Mual, muntah Kerusakan vaskuler pembuluh darah
*Noc : Cemas *Nic :
Epistaksis Perubahan Struktur Kontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan yg menenangkan
Kesadaran menurun Setelah dilakukan tindakan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pasien
Penyumbatan pembuluh darah keperawatan selama 3x24 jam 3. Jelaskan semua prosedur
kecemasan teratasi dengan 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
Vasokonstriksi kriteria hasil : dan mengurangi takut
1. Klien mampu 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
Gangguan sirkulasi mengidentifikasi dan tindakan prognosis
mengungkapkan gejala cemas 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
2. Vital sign dalam batas normal 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
Otak Pembuluh darah 3. Postur tubuh,ekspresi wajah, teknik relaksasi
bahasa tubuh dan tingkat 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
Resistensi pembuluh darah otak meningkat Sistemik aktivitas menunjukkan 9. Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya cemas 10. Kelola pemeberian obat anti cemas
Vasokonstriksi
Nyeri Kepala
Afterload Meningkat Fatique Intoleransi aktivitas Paparan informasi kurang
*Noc : *Nic :
Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi non verbal Resiko tinggi penurunan curah jantung *Noc : *Nic : Kurang pengetahuan
keperawatan pasien tidak 3. Bantu klien menemukan Setelah dilakukan 1. Observasi adanya
*Noc : *Nic : asuhan keperawatan pembatasan klien dalam *Noc : *Nic :
mengalami nyeri dengan dukungan Setelah dilakukan 1. Evaluasi adanya nyeri dada Setealah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
kriteria hasil : 4. Kontrol lingkungan yg klien bertoleransi melakukan aktivitas
asuhan keperawatan 2. Catat adanya disritmia terhadap aktivitas 2. Kaji adanya faktor yang asuhan keperawatan 2. Jelaskan patosfisiologi penyakit
1. Mampu mengontrol dapat mempengaruhi nyeri penurunan kardiak jantung klien menunjukkan 3. Gambarkan tanda dan gejala yg
nyeri 5. Kurangi faktor prespitasi dengan kriteria hasil menyebabkan kelelahan
output kilen teratasi 3. Catat adanya gejala : 3. Monitor nutrisi dan sumber pengetahuan tentang biasa muncul
2. Melaporkan bahwa nyeri nyeri dengan kriteria hasil : penurunan cardiac output proses penyakit dengan 4. Gambarkan proses penyakit
berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri 1. Berpartisipasi dalam energi yg adekuat
1. Tanda vital dalam 4. Monitor status kardiovaskuler aktivitas fisik 4. Monitor pasien akan kriteria hasil : 5. Identifikasi kemungkinan
3. Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan teknik rentang normal 5. Monitor balance cairan 1. Klien dan keluarga penyebab dgn cara tepat
4. Menyatakan rasa nyaman nonfarmakologi disertai peningkatan adanya kelelahan fisik dan
2. Dapat mentoleransi 6. Monitor respon pasien tekanan darah, nadi emosi secara berlebihan menyatakan pemahaman 6. Sediakan informasi pada klien
5. Ttv dalam rentang 8. Berikan analgetik aktivitas, tidak ada terhadap pengobatan tentang penyakit tentang kondisi dgn cara tepat
normal 9. Tingkatkan istirahat dan RR 5. Monitor respon
kelelahan 7. Monitor adanya dispneu, 2. Mampu melakukan kardiovaskuler terhadap 2. Klien dan keluarga 7. Hindari harapan kosong
6. Tidak mengalami 10. Berikan informasi ttg nyeri 3. Tidak ada edema paru fatique, takipneu mampu melaksanakan 8. Sediakan bagi keluarga
11. Monitor tanda-tanda vital aktivitas sehari-hari aktivitas
gangguan tidur 4. Tidak ada penurunan 8. Monitor tanda-tanda vital prosedur yg dijelaskan informasi ttg kemajuan klien
(ADLs) secara 6. Monitor pola tidur
kesadaran 9. Minimalkan stres lingkungan mandiri secara benar 9. Diskusikan terapi/penanganan
27
2.1.10. Pemeriksaan Penunjang
hipokoagulabilitas, anemia.
f) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
l) EKG 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
m) Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
a) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada
1. Aktivitas/Istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk
menegakan diagnostik)
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, defresi, euphoria, atau marah kronik
meledak, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) , gula-gula yang berwarna hitam
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu),
kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas atau kelemahan pada satu
Tanda : Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, proses pikir atau
memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan atau refleks tendon
dalam. Perubahan-perubahan retina optik dari sklerosisi/penyempitan arteri ringan sampai berat
dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada
8. Pernapasan
sianosis.
9. Keamanan
postural.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain : penggunaan obat/alkohol.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
7. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita oleh
klien.
9. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke volume.
10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
13. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi.
Intoleransi1.aktivitas
2 b/d NOC : NIC :
kelemahan, ketidakseimbangan
2
suplai dan kebutuhan oksigen. Koservasi Activity Therapy
2
Energi
Definisi : Ketidakcukupan
2 Kolaborasikan
energu secara fisiologis maupun Toleransi
2 dengan Tenaga
psikologis untuk meneruskan aktifitas
atau menyelesaikan aktifitas Rehabilitasi Medik
Prawatan diri
yang diminta atau aktifitas sehari dalammerencanaka
hari. Kriteria Hasil :
n progran terapi
Batasan karakteristik : Berpartisipasi
yang tepat.
dalam aktivitas
· melaporkan secara verbal Bantu klien untuk
adanya kelelahan atau fisik tanpa disertai
mengidentifikasi
kelemahan. peningkatan
aktivitas yang
· Respon abnormal dari tekanan tekanan darah, nadi
mampu dilakukan
darah atau nadi terhadap aktifitas dan RR
Bantu untuk
· Perubahan EKG yang Mampu melakukan
memilih aktivitas
menunjukkan aritmia atau aktivitas sehari hari
konsisten
iskemia (ADLs) secara
yangsesuai dengan
· Adanya dyspneu atau mandiri
kemampuan fisik,
ketidaknyamanan saat
beraktivitas. psikologi dan
social
Faktor factor yang berhubungan
:Tirah Baring atau imobilisasi Bantu untuk
mengidentifikasi
· Kelemahan menyeluruh
dan mendapatkan
· Ketidakseimbangan antara
sumber yang
suplei oksigen dengan
kebutuhan diperlukan untuk
aktivitas yang
· Gaya hidup yang
dipertahankan. diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
Resiko3 tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah jantung b/d
peningkatan afterload, Aktivita Cardiac Care
vasokonstriksi, s pompa Evaluasi adanya
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, jantung nyeri dada (
iskemia miokard
Status intensitas,lokasi,
relaksi durasi)
Status Catat adanya
tanda disritmia jantung
tanda Catat adanya tanda
vital dan gejala
sign penurunan cardiac
putput
Monitor status
kardiovaskuler
Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
Monitor
balance cairan
Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
Monitor respon
pasien terhadap
efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
Monitor toleransi
aktivitas pasien
Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan utk
menurunkan stress
4 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan : proses Teaching : disease
informasi tentang proses
penyakit Process
penyakit
Pengetahuan : Berikan penilaian
prilaku kesehatan tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan
pasien tentang
Pasien dan keluarga
proses penyakit
menyatakan
yang spesifik
pemahaman tentang
penyakit, kondisi, Jelaskan
Kaji adanya
alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
Berikan
substansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
catat adanya
suara
tambahan
Monitor pada
nafas.
sesudah an aktivitas
Mampu Ciptakan
mengidentifika limgkungan
dapat Kolaborasi
meningkatkan pemberian
tidur obat tidur.
membranes menggunakan
pakaian yang
Wound healing
longgar
: primary and
Jaga kulit agar
secondary
tetap kering
intention
Kriteria Hasil : dan bersih
Mobilisasi
Perfusi jaringan
klien
normal
Monitor kulit
Tidak ada
akan adanya
tanda-tanda
kemerahan
infeksi
Oleskan lution
Ketebalan dan
atau oiln pada
tekstur jaringan
daerah yang
normal
tertekan.
Menunjukkan
Monitor
pemahaman
aktivitas dan
dalam proses
mobilisasi
perbaikan kulit
klien
dan mencegah
Monitor status
terjadinya
nutri klien
cidera berulang
Memandikan
klien dengan
sabun dan air
hangat
Cegah
kontaminasi
feses dan urine
Lakukan
teknik
perawatan
luka dengan
steril
13 Gangguan pertukaran gas NOC NIC
Respiratory
Berikan
satus : gas
exchange pelembab
Keseimbangan udara
asam basah, Atur intake
elektrolit untuk cairan
Kriteria Hasil : mengoptimalk
an
Mendemonstras
keseimbangan
ikan
peningkatan Monitor
okdigenasi status O2
Memelihara pergerakan
pernafasan tambahan,retra
ksi otot
Agd dalam
batas normal Monitor pola
nafas
Status
neorologis Auskultasi
normal. Observasi
sianosis
khususnya
membran
mukosa.
Auskultasi
bunyi jantung,
irama dan
denyut
jantung.
14 Ansietas berhubungan dengan NOC NIC
Dalam jurnal keperawatan “ Efektifitas kompres hangat dileher dalam mengurangi nyeri
kepala pada pasien hipertensi, disimpulkan bahwa tindakan kompres air hangat merupakan tindakan
yang cukup efektif dalam mengurangi nyeri pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, sebaiknya
penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan nyeri kepala. Salah satu
tanda dan gejala dari penderita hipertensi adalah pasien mengalami keluhan nyeri (Hidayat, 2009).
Nyeri merupakan suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif
dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruh oleh faktor psikososial seseoarang,
sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri (Potter dan Perry, 2005). Menurut Andarmoyo
(2013), mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual, potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Nyeri kepala terjadi karena adanya ateroseklorosis yang
menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) di otak. Nyeri
tersebut dapat ditangani dengan penatalaksanaan nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan
menggunakan kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pesian hipertensi di
Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau. Seperti penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Tugurejo
Semarang, jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi experiment design
dengan rancangan non equivalent control group design, menggunakan tehnik sampling purposive
sampling, dengan jumlah sampel adalah 36 responden, 18 responden perlakuan dan 18 responden
kontrol. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan intervensi
kompres hangat pada leher. Hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon sign test didapat
nilai p value 0,000(p<0,05) dan uji mann whitney dengan p value 0,000 (p<0,05), sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas
nyeri kepala pada pasien hipertensi, dimana kelompok yang diberikan kompres hangat pada leher
lebih efektif dibandungkan dengan kelompok yang btidak diberikan kompres hangat pada leher.
Diharapkan perawat dapat meminimalkan pemakaian analgesik untuk mengurangi nyeri kepala dan
obat-obatan seperti obat amplodipin yang berguna untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan non
farmakologis untuk mengurangi nyeri dikepala adalah kompres dileher, baik kompres air hangat
maupun kompres air dingin dapat meringankan rasa nyeri dan radang ketika terjadi nyeri. Efek
pemberian terapi kompres hangat terhadap tubuh antara lain dapat meningkatkan aliran darah
kebagian tubuh yang mengalami cidera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik kedaerah
luka. Meningkatkan relaksasin otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan dan
Menurut penelitian yang dilakukan Wurangin, dkk (2013), dari 40 responden yang dibagi
dalam dua kelompok intervesi, kelompokn yang pertama dilakukan pemberian intervensi kompres
hangat sedangkan kelompok kedua dilakukan intervensi kompres dingin menghasilkan kesimpulan
bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata penurunan
skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres hangat lebih efektif untuk
Pemberian kompres air hangat akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga akan meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, dan
juga memberikan rasa nyaman. Hal ini berarti kompres air hangat lebih efektif untuk menurunkan
aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontiniu dan terkoordinasi
ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan. (Potter dan Perry, 2014). Discharge
Untuk melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A diruang lantai 3 gedung
1 Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan. Penulis menerapkan discharge planning kesiapan pasien
sebelum pemulangan tentang pengetahuan anjuran pengobatan, keinginan untuk mengikuti aturan
pengobatan sesuai dengan anjuran, pengetahuan tentang hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi. Selain itu penulis juga menerapkan kesiapan akhir pasien menghadapi
pemulangan setelah dilakukan discharge planing dan diharapkan klien mampu mengetahui
TINJAUAN KASUS
Pada Bab ini penulis menguraikan kasus yang dimulai dari pengkajian pada tanggal 21 Juni sampai
dengan 23 Juni 2018, dengan kasus Hipertensi di Ruang diruang lantai 3 gedung 1 Rumah Sakit
3.1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Klien bernama Ny.A, berumur 66 tahun, jenis kelamin perempuan, status kawin, agama
Kristen, suku Batak Toba. Pendidikan terakhir klien SMA, bahasa yang digunakan klien setiap hari
Klien masuk IGD RS.Bunda Thamrin Medan tanggal 19 Juni 2018, pukul 10.46 WIB. Pada
tanggal 19 juni 2018, pukul 12.30 WIB klien pindah diruang lantai 3 gedung 1 Rumah Sakit Bunda
Klien mengatakan kepalanya pusing, lemas, tersa oyong jika berjalan, kaki gemetaran, mata
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 juni 2018 pukul 14.30 WIB, klien mengeluh
sakit kepala. Upaya untuk mengatasinya dibawa ke RS. Putri Hijau Medan.
Klien mempunyai penyakit Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, minum obat secara teratur dan 7
bulan belakangan ini pasien mempunyai sakit asam urat dan minum obat.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut keluarga pasien, dalam keluarga pasien yaitu Ayah pasien mempunyai penyakit yang
sama hipertensi.
d. Genogram
Keterangan :
skala nyeri 4.
GCS : E =4 M = 6 V = 5
BB/TB : 65 Kg/150 cm
11. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak terdapat oedema, rambut beruban, lurus, distribusi
merata.
12. Mata
Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil ishokor, reaksi cahaya +/+.
13. Telinga
Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga, tidak ada lesi, terdapat
14. Hidung
Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut agak kotor.
16. Leher
Leher simetris, tidak terdapat jejas di leher, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat
17. Thorak
Inspeksi : Thorak simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan tidak terdapat retraksi
Palpasi : Gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi sama, tidak terdapat massa, tidak terdapat
Perkusi : resonan
18. Jantung
Auskultasi : TD 180/100 mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 dengan irama reguler, tidak terdapat
19. Abdomen
Tidak terdapat lesi atau massa, tidak tampak bekas operasi, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
21. Ekstremitas
Ektremitas atas kiri : dapat digerakkan sesuai keinginan, terpasang IFVD RL 10 gtt/menit.
Keluarga klien mengatakan saat dirumah klien biasa makan 3x/hari dengan nasi, lauk pauk dan
sayuran. Pada pagi hari klien makan roti atau kue dengan minum kopi. Klien minum 5-6
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit, klien mengatakan biasa BAB 1x/hari dan BAK 4-5x/hari. Saat dikaji, klien
4. Pola aktivitas
Keluarga klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien beraktivitas normal, setelah sakit
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa tidur pukul 21.30 - 05.00. Klien
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga .
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki masalah pada organ reproduksinya.
Klien mengatakan klien merasa cemas dengan keadaan penyakitnya saat ini, namun klien masih
Klien mengatakan segala sesuatunya klien serahkan kepada Tuhan Yesus, dan klien pasrah
kepada Tuhan.
3.6. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Terapi Obat
IVFD RL Mengembalikan 10
pada dehidrasi
jam
Tab
Tab muntah
Tab
3.8. Analisa Data
o Data
1 DS : Sarah
Klien
simpatis Nyeri
mengata
kan nyeri
akut
kepala
DO : Ach
- K/u lemah
- Klien tampak
Saraf pusat
menahan nyeri ganglion
- Skala nyeri 6.
Kontriksi
- TTV
TD : 180/100
mmHg Peningkatan
tekanan
HR : 84x/menit
vaskuler
RR : 22x/menit serebral
S : 36,50C
Nyeri
2 DS : Keseimbanga Intolerans
Os n antara
i aktivitas
mengata
suplay dan
kan
badanny kebutuhan
a lemah
oksigen
dan tidak
mampu ↓
melakuk
Kelemahan
an
aktivitas fisik
↓
DO : Sulit
- Klien tampak melakukan
gelisah,bedrst. aktivitas
- Ekspresi wajah ↓
tampak tegang Intoleransi
- TTV aktivitas
TD : 180/100
mmHg
HR : 84x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
3 DS :
- Klien mengatakan Kurang Kurang
imformasi
kurang paham pengetah
mengenaikon
tentang diit disi uan
hipertensi
Kurang
tepapae
DO : informasi
- Klien bertanya
Kurang
tentang diit
pengetahuan
hipertensi
- Klien bertanya
tentang cara
menurunkan
hipertensi
- TTV
TD : 180/100
mmHg
HR : 84x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,50C
3.9. Diagnosa Keperawatan
kebutuhan oksigen.
SA R
370C
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang terjadi selama
melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Ny.A dengan kasus Hipertensi di Ruang Lantai 3
Gedung 1 Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan. Dalam bab ini penulis membandingkan antara teori
yang ada pada literatur dengan kasus yang ditemukan oleh penulis. Selain itu penulis juga
membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat yang penulis temukan pada saat
melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A, serta alternatif pemecahan masalah yang penulis
Pada tahap pengkajian, penulis menggunakan format pengkajian yang diawali pengumpulan
informasi dan data dasar berupa data subyektif dan data obyektif yang sesuai dengan pengkajian.
Sedangkan data obyektif dan data penunjang diperoleh melalui interaksi dengan klien.
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu penyakit
pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut Kemenkes RI (2014), Udjianti
(2013), Elizabeth dalam Ardiansyah. M (2012) dan Arif Mutaqin dalam Ardiansyah. M (2012)
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas 140/90
mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran secara berurutan. Berdasarkan
etiologinya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer (hipertensi esensial) dan
hipertensi sekunder. Hampir lebih dari 90-95% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer.
Sebagian besar hipertensi terjadi tanpa disertai tanda dan gejala yang pasti. Kadang-kadang nyeri
kepala, pusing, rasa lelah dianggap sebagai gejala non spesifik dari hipertensi. Namun
demikian, gejala-gejala tersebut tidak jarang juga terjadi pada orang dengan tekanan darah normal
(normotensi).
Dalam kasus Ny. A, diperoleh data subyektif, klien mengatakan nyeri kepala, cemas dengan
keadaan penyakitnya, dan tidak bisa memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri, sedangkan data
obyektif yang ditemukan adalah keadaan umum klien lemah, klien tampak meringis menahan nyeri,
skala nyeri 4, klien tampak cemas, gelisah, TTV : TD : 180/100 mmHg, HR : 84x/menit, RR :
22x/menit, S : 36,50 C.
Faktor pendukung hampir semua informasi dapat dikumpulkan karena adanya kerjasama
yang baik diantara klien dan keluarga didalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Penulis
tidak menemukan faktor penghambat karena klien dan keluarga sangat kooperatif saat melakukan
pengkajian dan terbina hubungan saling percaya antara perawat ruangan dan tenaga kesehatan
Pada literatur/teori ditemukan 5 diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi, yaitu : Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
peningkatan tekanan vaskuler serebral ; Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder
adanya hipertensi yang diderita klien ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
Dalam kasus Ny. A, diagnosa yang muncul yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen; Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
miokard; Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan teori Hipertensi, serta dengan adanya faktor pendukung,
yaitu adanya kerjasama yang baik antara keluarga klien dan perawat sehingga penulis dapat
Keperawatan sesuai dengan teori Hipertensi, yaitu memprioritaskan masalah yang muncul pada
klien, kemudian langkah selanjutnya adalah menetapkan waktu yang lebih spesifik untuk masing-
masing diagnosa, menyesuaikan yang mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu yang lebih
spesifik.
Pada tahap perencanaan, untuk diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, yang direncanakan adalah kaji tingkat nyeri dan vital
sign, jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri, kompres leher dengan air hangat ,pertahankan
tirah baring bila diindikasikan, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan bantu klien melakukan
Untuk diagnosa keperawatan kedua, yaitu cemas berhubungan dengan krisis situasional
sekunder adanya hipertensi yang diderita klien, intervensi yang dibuat yaitu bina hubungan saling
percaya, berikan informasi tentang penyakitnya dan tehnik pengobatannya, anjurkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada klien, dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, intervensi yang dibuat adalah kaji kemampuan
aktivitas klien, anjurkan klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai kemampuan,
libatkan keluarga dalam membantu klien beraktivitas, motivasi klien untuk melakukan aktivitas.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kepada status kesehatan yng baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Pada tahap pelaksanaan diagnosa keperawatan, dilakukan dalam waktu 3 x 24 jam, dalam
melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan
klien, karena tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus. Penulis bekerjasama dengan perawat
dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini, karena keluarga dan perawat ruangan sangat
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral,
selama 3 x 24 jam, hasil yang dicapai yakni : Klien mengatakan masih pusing dan merasa nyeri pada
tangan dan kaki sebelah kiri, skala nyeri 3, keadaan umum compos mentis, klien terlihat lemah,
teratasi sebagian, dan intervensi dilanjutkan, yakni kaji tingkat nyeri dan vital sign, jelaskan pada
klien tentang penyebab nyeri, pertahankan tirah baring bila diindikasikan, ajarkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam dan membantu klien melakukan posisi yang nyaman, beri obat analgetik sesuai
advis dokter.
Pada diagnosa kedua, selama 1x 24 jam, klien mengatakan sudah tenang karena mendapat
dukungan sepenuhnya dari keluarga, klien juga mengatakan selalu berdoa agar cepat sembuh dan
kembali kerumah, klien tampak tenang, masalah cemas teratasi sepenuhnya dan intervensi
dihentikan.
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, selama 3 x 24 jam, hasil yang diperoleh yaitu
klien mengatakan masih lemah, tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas, klien tampak lemah dan
sering mengantuk, masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan yakni,
kaji kemampuan aktivitas klien. anjurkan klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan, libatkan keluarga dalam membantu klien beraktivitas, motivasi klien untuk melakukan
aktivitas
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A, di ruang Lantai 3 Gedung 1
Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan, penulis mengadopsi kompres leher air hangat mengatasi nyeri
pada klien hipertensi, berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kompres Air
Hangat Pada Leher Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi Di RSUD.
Tugurejo Semarang.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang pengaruh komopres air hangat intensitas
nyeri pada klien hipertensi di RSUD. Tugurejo Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang bermakna dari kompres air hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada
Untuk melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. A diruang Lantai 3 Gedung 1
Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan. Penulis menerapkan discharge planning kesiapan pasien
sebelum pemulangan tentang pengetahuan anjuran pengobatan, keinginan untuk mengikuti aturan
pengobatan sesuai dengan anjuran, pengetahuan tentang hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi. Selain itu penulis juga menerapkan kesiapan akhir pasien menghadapi
pemulangan setelah dilakukan discharge planing dan diharapkan klien mampu mengetahui
Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Ny.A, dengan gangguan system kardiovaskuler
“Hipertensi” di Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan Tahun 2018. Penulis dapat mengambil
5.1. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang didapat pada Ny.A Adalah klien mengeluh nyeri kepala, dengan TTV :
peningkatan tekanan darah (>140/90 mmHg) yang angkaprovalensinya tinggi dan akibat yang
2. Hasil perumasan diagnosa keperawatan yang didapat pada Ny. A dengan hipertensi adalah
3. Intervensi Nurshing Intervenous Classification (NIC) yang telah dirancang sesuai untuk
kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral. Intervensi dan rasional sesuai
4. Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah diagonsa keperawatan yang muncul
salah satunya adalah nyeri kepala, yaitu mengukur skala nyeri dan mengurai rasa nyeri seperti
pemberian obat farmakologi atau nonfarmakologi yaitu kompres dengan air hagat dileher
rasa nyeri kepala yang signifikan dan peningkatan kesehatan pasien. Hasil assesment pada
6. Hasil penerapan EBN yang dilakukan pada Ny. A dengan hipertensi adalah sesuai dengan
nonfarmakologi dengan kompres air hangat dileher sesuai dengan kondisi pasien tanpa
meninggalkan prinsip.
7. Rencana tindakan keperawatan discharge palnning sebelum atau sesudah pemulangan pasien
untuk mengatasi masalah hipertensi adalah pengetahuan tentang pemakaian obat (dosis,
5.2. Saran
keperawatan komprehensif.
mahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasi study yang telah di dapatkan, serta untuk
melengkapi sumber-sumber buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan refrensi yang
penting dalam pembuatan manajemen kasus keperawatan bagi mahasiswa tingkat akhir.
Sebaiknya lahan praktek melakukan discharge planning secara terencana kepada setiap
Aziz Alimul. (2009), Konsep Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Depkes RI, Pusat Data dan Informasi Kementeian Kesehatan. (2014). Hipertensi. Kementerian
Doengoes, M.E, et al. (2001). Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting
patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC.
Guyton, A. C, Hall, J. E. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. Phi
: Elsevier Health Sciences.
JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committeeon Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Washington Department of Health and
Human Service.
Kirana, Rahardja dan Tan Hoay Tjay. (2010). Obat-obat Renting : Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Purnomo, S. (2007). Dasar Molekul Penyakit Aterosklerosis : Kapita Selekta Ilmu Kedokteran
Molekuler. Jakarta : Sagung Seto, Cetakan II.
Udjianti, Wajan Juni. (2013). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Lampiran 1
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM KARDIOVASKULAR
“ ANGINA PECTORIS ’’
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 61 tahun
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Pekerjaan : IRT
2. Minum
Sebelum masuk kerumah sakit pola minum klien dapat menghabiskan 1400-1600 cc air
perhari, dengan jenis minuman air putih dan minuman kesukaan kopi.
Setelah masuk kerumah sakit pola minum klien tetap sama yaitu 1400-1600 cc air perhari
dengan jenis minuman air putih.
3. Istirahat Tidur
Sebelum masuk kerumah sakit pola istirahat tidur tidak terganggu dan tidak mengalami
kesulitan waktu tidur. Waktu tidur siang ± 5-6 jam / hari sesudah masuk rumah sakit klien
mengalami kesulitan waktu tidur, khususnya pada malam hari karena merasa sesak dan cara
mengatasinya klien tampak dipasang oksigen. Sedangkan tidur siang klien hanya ± 1 jam
perhari, tidur malam ± 3-4 jam / hari.
4. Eliminasi
Sebelum masuk kerumah sakit klien BAK ± 4-5 x / hari, banyaknya 1200–1500 cc dengan
warna urin kekuning-kuningan dengan bau khas. Pasien BAB ± 1 x / hari dengan konsistensi
padat, warna kuning dengan bau khas. Sesudah masuk ke rumah sakit klien BAK 6-7 x/ hari,
banyaknya 1200 – 1500 cc /hari berwarna kuning dan memiiki bau khas – BAB pasien 1 x
sehari, berwarna kuning dengan konsistensi lembek dan bau yang khas.
5. Aktivitas
Klien melakukan aktivitas sendirian sepenuhnya,terkadang ada juga sebagian aktivitas
dibantu oleh keluarga dan perawat seperti makan, minum, dan BAB. Sebelum masuk
kerumah sakit klien mandi 3x /hari, gosok gigi 3 x / hari, cuci rambut 3x/ minggu dan potong
kuku 1x / minggu.sesudah masuk rumah sakit klien mandi 1x / hari, gosok gigi 1 x / hari.
6. Rekreasi
Sebelum masuk kerumah sakit klien menonton TV2x / hari, mendengarkan musik tiap hari,
olahraga 1x / minggu.setelah masuk kerumah sakit klien hanya berbaring saja, jarang
melakukan aktivitas seperti nonton TV maupun mendengarkan musik.
B. Psikologis
Persepsi klien terhadap penyakitnya,klien berharap agar penyakitnya cepat sembuh, konsep
diri klien stabil,walaupun pasien sering cemas dan sering bertanya tentang
penyakitnya.Emosi baik, bisa beradaptasi dengan yang lain, mekanisme pertahanan diri klien
baik,klien banyak berdoa dengan menyerahkan diri kepada Allah tentang penyakitnya.
C. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan orang lain cukup baik perhatian dengan lawan bicara
dapat merespon dengan baik. Kegemaran / hobby klien adalah bola Volly, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia.
D. Spritual
Klien beragama islam, selama dirawat di rumah sakit klien tampak beribadah dengan berdoa
dan klien yakin akan kesembuhan penyakitnya.
Suhu : 37,5 0C
Nadi : 90 x/i
Pernafasan : 30 x/i
Penampilan : Rapi
2. Rambut
Bentuk rambut lurus, warna beruban, rambut bersih
3. Mata / penglihatan
Visus / ketajaman mata baik, pupil normal/isocor, posisi mata simetris tidak ada
pemakaian alat bantu
4. Hidung / penciuman
Bentuk simetris, posisi normal, tidak terdapat kelainan/peradangan,penciuman baik,dapat
membedakan bau jeruk dengan bau minyak kayu putih.
5. Telinga / pendengaran
Posisi simetris, klien dapat mendengar dengan jelas.Tidak didapati kelainan atau
peradangan .Dan tidak memakai alat bantu.
6. Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat sputum dan juga tidak terlihat sisa makanan.
7. Leher
Tidak didapati kelainan bentuk dan pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran
vena jugularis.
9. Jantung
Terdapat nyeri dada, skala nyeri 6 (sedang) frekuensi 90 x/i, bunyi jantung lup duk, tidak
ada bunyi tambahan.
10. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, suara abdomen timpani, tidak ada benjolan tidak ada
pembesaran hepar
12. Extermitas
Tidak dijumpai odema atau pembengkakan.
3.1.6 Data Penunjang
A. Diagnosa Medis : Angina Pectoris
B. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Satuan Normal Hasil
Haemoglobin (HGB ) g% 13,2 – 17,3 15.40
Erytrosyt 10 6 / mm 3
4,20 – 4,87 4,86
Leucosyt 10 3 / mm 3
4,5 – 11,0 12,13
Hematokrit % 43-49 43.40
Trombosyt 10 3 / mm 3
150 – 50 0 103
MCV Fl 85 – 95 89.30
MCH Pg 28 – 32 31.70
MCHC g% 33-35 35.50
RDW % 11,6-14,8 13.40
MPV Fl 7,0-10,2 11.00
PCT % 0.11
PDW Fl 13.1
Glukose darah puasa mg / dl 70 - 120 50 1
Total kolesterol mg / dl <200 183
HDL – Kolesterol mg / dl >65 28
LDL – Kolesterol mg / dl <150 123
TRIGLISERIDA mg / dl 40 – 200 239
Tanggal/ No.
Implementasi Evaluasi
Waktu Diagnosa
Jumaat 1 1. Mengobservasi adanya pembatasan S : Klien
24/06/18 klien dalam melakukan aktivitas mengatakan
09.00.WIB 2. Mendorong anal untuk nyeri pada dada
mengungkapkan perasaan terhadap sebelah kiri
keterbatasan O : Klien gelisah
3. Mengkaji adanya factor yang dan meringis
menyebabkan kelelahan kesakitan
4. Memonitor nutrisi dan sumber A : Masalah belum
energi tanga dekuat teratasi
5. Memonitor pasien akan adanya P : Rencana
kelelahan fisik dan emosi secara tindakan
berlebihan dilanjutkan
6. Memonitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
7. Memonitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
a. Evaluasi Struktur
1. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
2. Kesiapan pasien mengikuti.
3. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
b. Evaluasi peroses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
2. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
3. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Tanya jawab bejalan dengan baik
c. Evaluasi Hasil
1. 80% pertanyaan dapat di jawab
2. Ny. A memahami tentang penyakitnya
SATUAN ACARA PENYULUHAN ANGINA PEKTORIS ( 2 )
d. Evaluasi Struktur
4. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
5. Kesiapan pasien mengikuti.
6. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
e. Evaluasi peroses
5. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
6. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
7. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
8. Tanya jawab bejalan dengan baik
f. Evaluasi Hasil
3. 80% pertanyaan dapat di jawab
4. Tn. A memahami tentang penyakitnya
SATUAN ACARA PENYULUHAN MIOKARDITIS ( 3 )
g. Evaluasi Struktur
7. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
8. Kesiapan pasien mengikuti.
9. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
h. Evaluasi peroses
9. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
10. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
11. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
12. Tanya jawab bejalan dengan baik
i. Evaluasi Hasil
5. 80% pertanyaan dapat di jawab
6. Tn. S memahami tentang penyakitnya
SATUAN ACARA PENYULUHAN CHF ( 4 )
j. Evaluasi Struktur
10. Kesiapan mahasiswa memeberikan penyuluhan
11. Kesiapan pasien mengikuti.
12. Waktu dan tempat sesuai dengan rencana kegiatan
k. Evaluasi peroses
13. Sasaran memperhatikan dan mendengar selama penyuluhan kesehatan
14. Sasaran aktif betahnya bila ada hal yang belum di mengerti
15. Sasaran memperjawaban atas pertanyaan pemberi materi
16. Tanya jawab bejalan dengan baik
l. Evaluasi Hasil
7. 80% pertanyaan dapat di jawab
8. Tn. L memahami tentang penyakitnya
Lampiran 2 Materi Penyuluhan
PROTOKOL PENYULUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Pengertian :
Hipertensi adalah Suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tkanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,gagal
jantung,serangan jantung,dan kerusakan ginjal yang merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis.
B. Tujuan:
1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal
setelah pulang
2. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke rumah atau
kesuatu lingkungan yang dapat disetujui.
3. Menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan kominitas.
C. Manfaat:
1. Pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realita
setelahmeninggalkan rumah sakit
2. Pasien siap untuk menghadapi pemulangan
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya rehospitalisasi
a. Prosedur discharge planning dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi pada semua
pasien
b. Pasien harus dipulangkan ke suatu lingkungan yang aman dan nyaman
C. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Tindakan yang dilakukan dasesuaikan dengan kemampuan pasien dan jangan
sampaimelelahkan
2. Lakukan evaluasi setiap kali selesai mengadakan sesi pertemuan dengan pasien
untukmengetahui sejauh mana pasien mengikuti pertemuan
E. Alat:
- Leaflet untuk pendidikan kesehatan tentang kolelitiasis
- Lembar balik
- Kertas dan pulpen
F. Prosedur Tindakan:
1.Pengkajian
a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga anak dalam tindakan pengobatan yang dijalaninya,
mencakup nama obat, dosis obat, jadwal pemakaian obat, dan aturan pemakaian obat
(sebelum dan sesudah makan) serta efek samping dan tanda-tanda yang tidak diinginkan
b. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga anak tentang tanda-tanda bahaya yang perlu
dilaporkan kepada dokter/ tenaga medis, mencakup tanda-tanda dan komplikasi pada asma
bronchialis.
2. Perencanaan
Bersama-sama dengan keluarga dan pasien menetapkan hasil yang akan dicapai, antara lain:
a. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tentang tindakan pengobatan yang akan dijalani
b. setelah pulang dari rumah sakit.
c. Pasien dan keluarga mampu mengenali tanda-tanda bahaya yang perlu dilaporkan kepada
d. dokter/ tenaga medis tentang kolelitiasis.
e. Pasien dan kelauarga mampu menerima dan menjalankan terapi untuk penyembuhan.
3. Penatalaksanaan
Bersama-sama dengan pasien dan keluarga menetapkan hasil yang akan dicapai, antara lain:
a. Melakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan
tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu, hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder.
4. Evaluasi
a. Evaluasi jangka pendek : Melakukan evaluasi diakhir penyuluhan
b. Evaluasi jangka panjang : Melakukan evaluasi kesiapan pasien untuk
b. menghadapi pemulangan
c. Pada hari pemulangan memotivasi pasien untuk melakukan dan menerapkan setiap
d. pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.
LEAFLET
ABSTRAK
Salah satu tanda gejala dari hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala terjadi karena adanya
aterosklerosis yang menyebabkan spasme pada pembuluh darah (arteri) dan penurunan O 2
(oksigen) di otak. Nyeri tersebut dapat ditangani dengan penatalaksanaan nonfarmakologis, salah
satunya yaitu dengan menggunakan kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada
pasien hipertensi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Jenis penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah quasi experiment design dengan rancangan non equivalent control group
design, menggunakan teknik sampling purposive sampling, dengan jumlah sampel adalah 36
responden, 18 responden perlakuan dan 18 responden kontrol. Pengambilan data dengan
menggunakan lembar observasi dan melakukan intervensi kompres hangat pada leher. Hasil
penelitan dengan menggunakan uji Wilcoxon sign test didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05)
dan uji mann Whitney dengan p value 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh
pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien
hipertensi, dimana kelompok yang diberikan kompres hangat pada leher lebih efektif
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan kompres hangat pada leher. Diharapkan
perawat dapat meminimalkan pemakaian analgesik untuk mengurangi nyeri kepala dan
menggunakan kompres hangat untuk penatalaksanaan nonfarmakologis.
Kata Kunci : kompres hangat pada leher, nyeri kepala, dan hipertensi
ABSTRACT
One of the symptoms of hypertension is headache. Headache occurs due to the atherosclerosis
that causes spasms on the blood vessels (artery) and a decrease of oxygen in the brain. This
headache can be handled by doing non pharmacology one of them is by doing warm compress.
This research aims to determine the effect of warm compresses on the neck to decrease the
intensity of headache in hypertensive patients at Tugurejo hospital Semarang. Types of research
used in this study was quasi experiment design with method of non-equivalent control group
design, used purposive sampling technique sampling, the number of sample was 36 respondent,
18 respondents treatments and 18 respondents control. Retrieval of data used observation sheet
and intervening warm compresses to the neck. Result of research was using Wilcoxon sign test
obtained p value of 0,000 (p<0,05) and Mann Whitney test obtained p value 0,000 (p<0,05), so it
can be conclude that there was the effect of a warm compress on the neck t o decrease the
intensity of headache in patients with hypertension, it means that the group given a warm
compress on the neck more effectively than the group that was not given a warm compress on the
neck. The nurses are expected to minimize the use of analgesics to alleviate headache and use
warm compresses as non-pharmacology management.
METODE PENELITIAN
1. Usia
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Pasien
Hipertensi di Ruang Mawar dan Anggrek RSUD Tugurejo
Semarang
Bulan Maret-April
2014 (n=36)
2. Jenis
Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien
Hipertensi di
Bulan Maret-April
2014
(n=36)
Variable Kelompok perlakuan Kelompok kontrol Total
Jenis n % n % n %
kelamin
responden
Laki-laki 7 38, 10 55, 17 47.2
Perempuan 11 9
61,1 8 6
44,4 19 52.8
Total 18 100 18 100 36 100
Tabel 5.2 menyatakan bahwa sebagian pada kelompok kontrol berjenis kelamin laki-
besar laki
responden pada kelompok perlakuan berjenis yaitu sebesar 10 responden (55,6%).
kelamin perempuan yaitu sebesar 11
responden (61,1%), sedangkan sebagian Stanley dan Beare (2007, hlm.184)
besar responden menyatakan bahwa penyakit hipertensi lebih
banyak diderita
3. Nyeri Kepala Sebelum dan Sesudah Kompres Hangat pada Kelompok Perlakuan
Tabel 5.3
Bulan Maret-April
2014
(n=18)
Sebelum n % Sesudah n
%
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi
untuk
Kelompok Kontrol di Ruang Mawar dan Anggrek RSUD Tugurejo Semarang pada
Bulan Maret-April
2014
(n=18)
Skala nyeri awal n % Skala nyeri akhir n
%
5. Uji
Normalitas
Tabel 5.5
Shapiro-
wilk
Statistic Df
Sign prehangat 0.918 18
0.117 posthangat 0.925 18
0.155
Hasil uji normalitas data pada kelompok disimpulkan data tersebut berdistribusi
perlakuan dengan menggunakan uji Shapiro normal. Akan tetapi karena jumlah sampel
wilk didapatkan nilai p>0,05 untuk data kurang dari
pre dan
30 responden, maka ujinya tetap
posttest skala nyeri kepala, jadi menggunakan
dapat
uji wilcoxon sign test.
Tabel 5.6
Statistic Df Sign
6. Pengaruh Kompres Hangat pada Leher terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala pada
Pasien
Hipertensi
Tabel 5.7
Bulan Maret-April
2014 (n=36)
Setelah perlakuan
3,7
2
Pengukuran awal
Kontrol
18 5,0
0.083
5,17
Pengukuran akhir
Total 36
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hasil 0,000 (p < 0,05) yang berarti Ha diterima
analisis untuk kelompok perlakuan dan ada pengaruh kompres hangat pada
didapatkan p value leher terhadap penurunan intensitas nyeri
kepala pada pasien hipertensi.
7. Perbedaan Skala Nyeri Kepala pada Pasien Hipertensi Kelompok Perlakuan dengan
Kelompok
Bulan Maret-April
2014 (n=36)
Variabel n Mean rank Sum of rank
P value
Kelompok
kontrol 18 9,50
495,00
Total 36 27,50
.
Tabel 5.8 menunjukan bahwa hasi analisis
uji
SIMPULA
N
<0,05)
.
2013
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Volume 2.
Jakarta : EGC
: Graha Ilmu
Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Stanley, M., & Beare, P.G. (2007). Buku ajar keperawatan gerntik. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Wolff, H.P. (2007). Hipertensi : Cara mendeteksi dan mencegah tekanan darah tinggi
sejak dini. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer
Photo
3x4
Agama : ISLAM
Riwayat Pendidikan :