Você está na página 1de 3

Bahasa Inggris Tak Seharusnya 'Gantikan' Bahasa Indonesia

Oleh Dina Agustina, CNN Indonesia

Sabtu, 07/11/2015 13:01

Jakarta, CNN Indonesia -- Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Peribahasa ini
tampaknya masih seringkali jadi sekadar ucapan bibir saja. Setidaknya hal ini kerap terjadi pada
'aturan' bahasa Indonesia. Seharusnya masyarakat Indonesia jauh lebih pandai bicara bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam hidup sehari-hari di Indonesia, dibandingkan dengan bicara
bahasa Inggris dalam hidup sehari-hari antar masyarakat Indonesia.

Peningkatan gengsi dan juga keinginan untuk terlihat keren yang dikombinasikan dengan
semakin populernya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, kerap membuat remaja masa
kini akhirnya cenderung lebih suka bicara bahasa Inggris. Beberapa orangtua pun kerap kali
memilih bicara bahasa Inggris dengan anak-anaknya.

Munculnya bahasa asing yang dianggap lebih berkualitas membuat bahasa Indonesia
tenggelam dihanyutkan zaman. Tak dimungkiri, bahasa Inggris juga sangat dibutuhkan, namun
ini tak lantas berarti kalau bahasa Indonesia tak lagi keren dan dikurangi demi alasan biar jadi
lebih gaul.

Seharusnya, bahasa Inggris hanya digunakan sebagai pelengkap keahlian dan nilai
tambah kemampuan diri. Dan tak seharusnya bahasa Indonesia tak seharusnya tergerus hilang di
tanahnya sendiri.

"Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari, bahasa Indonesia pun
menjadi salah satu dasar negara yang harusnya kita lestarikan," kata Cahya Nugraha, mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila kepada CNN Indonesia.
Dia mengatakan, kalau berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam hidup sehari-
hari di Indonesia adalah salah satu wujud nasionalisme. Hanya saja ini juga bukan alasan untuk
menutup diri dari perkembangan dunia luar, termasuk tak mau belajar bahasa Inggris.

"Sekarang ini banyak sekali orang yang lahir dan tinggal di Indonesia tetapi
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Tapi Sebenarnya kedua bahasa, baik
bahasa indonesia atau bahasa Inggris punya peran yang sama pentingnya," ujar Bagus Dwi,
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila.

"Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari, sedangkan bahasa


Inggris sendiri sebagai modal awal untuk perusahaan yang mensyaratkan mahir berbahasa
Inggris. Tapi menurut saya, kenapa kita tidak menyeimbangkan kedua bahasa ini untuk modal
kelangsungan hidup kita?"

Sependapat dengan Bagus, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Dhimas


Pamungkas, juga setuju untuk menyeimbangkan kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa
Indonesia.

"Menurut saya, mahir bahasa Inggris merupakan hal penting yang bisa dilakukan, karena
masyarakat saat ini dituntut untuk mahir berbahasa Inggris dan menjadikan masyarakat yang siap
bersaing dan bekerja sama dengan negara lain. Tanpa bahasa Inggris juga sepertinya tidak
mungkin jadi negara yang maju karena tidak bisa menjalin kerja sama dengan negara lain
(karena halangan berbahasa)," kata Dhimas Pamungkas, mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Pancasila.

Mahasiswa lainnya, Raynal Dwi Putra juga setuju bahwa tak ada salahnya menguasai
bahasa asing, karena pada hakekatnya masyarakat Indonesia akan bisa berbahasa Indonesia tanpa
diharuskan intensif belajar bahasa Indonesia.

Sekalipun masyarakat Indonesia pasti bisa berbahasa Indonesia, namun belum tentu
bahasa Indonesia yang digunakan sudah memenuhi aturan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Pada dasarnya, bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia punya tingkat kesulitan yang
nyaris sama, yaitu dalam struktur kalimat atau grammar dalam bahasa Inggris. Sayang, hal ini
seringkali tak diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.
Meski kerap dipandang mudah, namun sebenarnya berbahasa Indonesia dan menulis
bahasa Indonesia yang baik dan benar pun hampir sama sulitnya dengan bahasa Inggris.

Hal ini pulalah yang akhirnya membuat beberapa negara di dunia menjadikan bahasa
Indonesia sebagai mata pelajaran.

"Seharusnya kita bangga menggunakan bahasa Indonesia karena di beberapa universitas


seperti di Mesir dan Ukraina, mereka menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib,"
kata Cahya.

"Saya sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi bahasa indonesia akan tetap
menggunakan bahasa indonesia dalam keseharian saya. Saya juga tidak menutup diri terhadap
bahasa lain. Tetap mengenal bahasa asing tetapi tetap memperdalam bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang saya gunakan sehari-hari. Itu hal kecil yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan
rasa nasionalisme.”

Você também pode gostar