Você está na página 1de 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi atau struktur
bangunan yang menghubungkan rute atau lintasan transportasi yang terpisah baik
oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan raya, jalan kereta api, dan
perlintasan lainnya. Konstruksi suatu jembatan terdiri dari bangunan atas,
bangunan bawah dan pondasi. Sesuai dengan istilahnya bangunan atas berada
pada bagian atas suatu jembatan yang berfungsi untuk menampung semua beban
yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan atau orang yang kemudian disalurkan
ke bagian bawah. Sedang bangunan bawah terletak di bawah bangunan atas yang
berfungsi untuk menerima atau memikul beban-beban yang diberikan bangunan
atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi. Pondasi berfungsi menerima beban
beban dari bangunan bawah lalu disalurkan ke tanah. Jenis pondasi tergantung
dari kondisi tanah dasarnya, dapat menggunakan tiang pancang, tiang bor, atau
sumuran.
Perkembangan jembatan pada zaman dahulu, jembatan mula-mula dibuat
untuk menyeberangi sungai kecil dengan menggunakan balok-balok kayu atau
batang pohon yang cukup nbesar dan kuat. Menurut Degrand, jembatan yang
pertama kali tercatat pernah dibangun di sungai Nil oleh Raja Manes dari Mesir
pada tahun 2650 SM, tetapi detail lanhut tidak diketahui. Diodorns Siculus pernah
menyusun suatu diskripsi jembatan kayu yang dibangun oleh Ratu Semirawis dari
Babilonis melintasi sungai Efhart pada tahun 783 SM.
Perkembangan jembatan semakin maju antara lain dikarenakan penemuan-
penemuan material yang baru antara lain kayu atau batu digabung dengan besi.
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan
lain (jalan air atau jalan lalulintas biasa). Dengan adanya jembatan transportasi
darat yang terputus oleh sungai, jurang, alur banjir (floodway) dapat teratasi.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 1


PENDAHULUAN
Untuk memperlancar transportasi darat tidak lepas dari pengaruh topografi
dari masing – masing daerah, dimana akan mempengaruhi terwujudnya sarana
transportasi. Usaha pengadaan jalur – jalur lalu lintas yang menghubungkan antar
daerah belum tentu dapat dibuat jalur jalan secara menerus, mungkin harus
menyilang diatas jalur jalan yang lain atau harus melintasi sungai. Untuk
mengatasi problema lalu lintas tersebut diatas perlu dibuat konstruksi jembatan
guna menghubungkan antar jalur jalan. Dengan adanya konstruksi jembatan, maka
rintangan akibat pengaruh topografi / geografi dapat diatasi.
Sumber : Perencanaan Teknik Jembatan, 2010

Pemilihan jembatan sistem rangka pelengkung di pilih dengan alasan


ketika jembatan sistem rangka pelengkung menahan beban akibat berat sendiri
dan beban lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan yang
membuat jembatan pelengkung lebih efisien dari jembatan balok. Kekuatan
struktur jembatan pelengkung juga masih dibatasi. Untuk jembatan yang struktur
utamanya diatas lantai kendaraan, semakin besar sudut kelengkungannya
(semakin tinggi lengkungannya) maka pengaruh gaya tekan akan semakin kecil,
namun itu berarti bentangnya menjadi lebih kecil. Jika diinginkan membuat
jembatan pelengkung dengan bentang panjang, maka sudut pelengkung harus
diperkecil sehingga gaya tekan menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang
lebih besar untuk menahan gaya horizontal tersebut.

1.2. Jenis-Jenis Jembatan dan Klasfikasi Jembatan


Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung dari sudut pandang yang
diambil. Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1.2.1. Jenis-Jenis Jembatan
a. Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya
Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi:
1. Jembatan Jalan Raya (highway bridge)

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 2


PENDAHULUAN
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas
kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini
menghubungkan antara jalan satu ke jalan lainnya.
2. Jembatan Penyeberangan (foot bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari
jembatan ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati
jembatan penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta
mengurangi faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan.
3. Jembatan Kereta Api (railway bridge)
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api.
Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan,
hingga beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api
yang melewati jembatan tersebut.
4. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat
untuk kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara.
Umumnya jembatan darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru
dimana jembatan lama harus dilakukan pembongkaran, dan jembatan
darurat dapat dibongkar setelah jembatan baru dapat berfungsi.

b. Jenis Jembatan dari Segi Strukturnya


Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut:
1. Jembatan Lengkung (arch bridge)
Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai
kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang
membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk – bentuk lainnya adalah
bahwa kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan
tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horisontal. Bentuk Jembatan
lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil.
Jembatan tipe lengkung lebih efisien digunakan untuk jembatan dengan
panjang bentang 100 – 300 meter.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 3


PENDAHULUAN
Gambar 1.1 Jembatan Lengkung

2. Jembatan Gelagar (beam bridge)


Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal
yang terbuat dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini
dirangkai dengan menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu
secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini
digunakan untuk variasi panjang bentang 5 – 40 meter.

Gambar 1.2 Jembatan Gelagar

3. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen
pemikul lantai lalu lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh
tower. Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower
satu atau lebih yang terpasang diatas pilar – pilar jembatan ditengah
bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif
rendah posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 4


PENDAHULUAN
daerah dengan resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang
bentang 100 - 600 meter.

Gambar 1.3 Jembatan Cable-Stayed

4. Jembatan Gantung (suspension bridge)


Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main
cable) yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu
lintas jembatan biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar,
karena prinsip pemikulan gelagar terletak pada kabel.
Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan dapat
ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya
mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar
jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel
sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan
ini umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.

Gambar 1.4 Jembatan Gantung (Suspension Bridge)

5. Jembatan Beton Prategang (prestressed concrete bridge)

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 5


PENDAHULUAN
Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan
mutakhir dari bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan
gaya prategang awal yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan
yang terjadi akibat beban. Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan
dengan dua system yaitu post tensioning dan pre tensioning. Pada sistem
post tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton
mengeras dan transfer gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan
dengan penjangkaran di ujung gelagar.
Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang
yang sudah ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gaya prategang
terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan tendon. Jembatan
beton prategang sangat efisien karena analisa 11 penampang berdasarkan
penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang
jembatan 20 - 40 meter.

Gambar 1.5 Jembatan Beton Prategang


6. Jembatan Rangka (truss bridge)
Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar
berupa segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya
sehingga setiap batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja.
Jembatan rangka merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat
dalam beragam variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau
kantilever. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 50 –
100 meter.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 6


PENDAHULUAN
Gambar 1.6 Jembatan Rangka (Truss Bridge)

7. Jembatan box girder


Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton
konvensional maupun prategang. box girder terutama digunakan sebagai
gelagar jembatan, dan dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan
gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung. Manfaat utama dari
box girder adalah momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan
berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga ditengah
penampang.
Box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk
trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah box
memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton.
Jenis gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental,
yang kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning.
Analisa full prestressing suatu desain dimana pada penampang tidak
diperkenankan adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada
pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 20 – 40 meter.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 7


PENDAHULUAN
Gambar 1.7 Jembatan Box Girder

c. Jenis Jembatan dari Segi Bahan Bangunan


Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkan sebagi
berikut:
1. Jembatan kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai
panjang relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan.
Meskipun pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur
dalam perencanaan atau pembuatannya harus memperhatikan dan
mempertimbangkan ilmu gaya (mekanika).
2. Jembatan pasangan batu dan batu bata
Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang
konstruksi utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan
dengan batu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat
melengkung. Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak
digunakan lagi.
3. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed
concrete bridge)
Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan
untuk bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang
seiring dengan perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan
beton prategang bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan
mudah.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 8


PENDAHULUAN
4. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan
bentang yang panjang dengan bsfzeban yang diterima cukup besar.
Seperti halnya beton prategang, penggunaan jembatan baja banyak
digunakan dan bentuknya lebih bervariasi, karena dengan jembatan baja
bentang yang panjang biayanya lebih ekonomis.
5. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang
sama atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari
masing – masing bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan
menghasilkan elemen struktur yang lebih efisien.
Sumber : Perencanaan Teknk Jembatan, 2010

1.2.2. Klasifikasi Jembatan


Seiring dengan perkembangan teknologi dunia konstruksi, telah banyak
permodelan konstruksi jembatan yang bertujuan untuk menciptakan suatu
konstruksi yang aman, nyaman, ekonomis, dan mudah pelaksanaannya. Berikut
adalah beberapa permodelan konstruksi jembatan yang umum dipakai
Ditinjau dari berbagai aspek, maka jembatan diklasifikasikan atas:
1. Ditinjau dari material yang digunakan, jembatan bisa dibedakan, yakni:
1) Jembatan Kayu
2) Jembatan Gelagar Baja
3) Jembatan Beton Bertulang
4) Jembatan Komposit
2. Ditinjau dari statika konstruksi, jembatan bisa dibedakan antara lain
Berdasarkan analisa struktur (statika konstruksi) maka jembatan dapat di
bagi atas dua bagian yaitu:
1) Jembatan statis tertentu
2) Jembatan statis tak tertentu
3. Ditinjau dari fungsi atau kegunaannya, jembatan bisa dibedakan antara
lain:
1) Jembatan untuk lalu lintas kereta api (railway bridge)

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 9


PENDAHULUAN
2) Jembatan untuk lalu lintas biasa atau umum (highway bridge)
3) Jembatan untuk pejalan kaki (foot path)
4) Jembatan berfungsi ganda, misalnya untuk lalu lintas kereta api
dan mobil, untuk lalu lintas umum dan air minum, dan sebagainya.
5) Jembatan khusus, misalnya untuk pipa-pipa air minum, pengairan, pipa
gas, jembatan militer dan lain-lain.
4. Ditinjau menurut sifat-sifatnya, jembatan bisa dibedakan antara lain:
1) Jembatan sementara atau darurat
2) Jembatan tetap atau permanen
3) Jembatan bergerak, yaitu jembatan yang dapat digerakkan misalnya
agar penyeberangan kapal-kapal di sungai tidak terganggu.
5. Ditinjau dari bentuk struktur konstruksi, jembatan bisa dibedakan, yakni:
1) Jembatan gelagar biasa (Beam bridge)
2) Jembatan portal (Rigid frame bridge)
3) Jembatan rangka (Truss bridge)
6. Ditinjau dari bentuk struktur konstruksi, jembatan bisa dibedakan, yakni:
1) Jembatan gelagar biasa (Beam bridge)
2) Jembatan portal (Rigid frame bridge)
3) Jembatan rangka (Truss bridge)
4) Jembatan gantung (Suspension bridge)
5) Jembatan kabel penahan (Cable stayed bridge)
Sumber : Siswanto., Sulistyawan., 1999. Perancangan Plat Beton Bertulang
Lantai Kendaraan Jembatan dengan Program Komputer.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN 10


PENDAHULUAN
BAB 2
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN

2.1 Umum
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang
dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus
akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan
tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus
maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa
jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas
darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan
struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus
akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan
besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping
kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan
juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang
dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume
lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan
pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan
dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan
dengan biaya yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan
dan pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN BAB 2 11


persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan
efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan.

2.2 Dasar Pemilihan Tipe Jembatan


Banyak beberapa faktor yang menentukan tipe dari jembatan yang akan
dibangun agar bangunan yang akan dibangun efisien dan ekononis. Adapun faktor
tersebut antara lain:

2.2.1 Keadaan Struktur Tanah Pondasi


Untuk tanah pondasi lunak adalah kurang cocok bila dibuat suatu jembatan
pelengkung, mengingat gaya horizontal yang besar dan memerlukan pondasi tiang
pancang miring, yang sulit dilaksanakan. Untuk tanah keras atau batu cadas yang
menghubungkan jurang yang dalam, sangat cocok bila dibangun jembatan
pelengkung. Selain itu juga sangat cocok di bangun di pegunungan yang memiliki
tanah pendasar atau pondasi yang curam. Dengan adanya gaya horizontal pada
pondasi, maka gaya geser vertikal pada tanah pondasi bisa diimbangi oleh gaya
horizontal, sehingga bahaya longsoran dapat dikurangi.

2.2.2 Faktor Peralatan dan Tenaga Teknis


Perencanaan jembatan gelagar sederhana, tidak memerlukan keahlian
khusus dalam bidang tertentu. Peralatan berat harus dipikirkan dalam perencanaan
sebuah jembatan beton yang dicor di tempat lain. Jembatan beton pratekan (pre-
cast) dengan bentang 20 meter, yang akan dibangun di daerah pedalaman atau
pegunungan tentunya kurang relevan karena akan sulit dalam pengangkutan dan
pelaksanaannya yang akan melalui jalan berliku.

2.2.3 Faktor Bahan dan Lokasi


Ada kalanya di sungai tertentu, bila akan dibangun jembatan, dijumpai
banyak sekali batu kerikil yang baik untuk beton dan juga pasir dan batu koral
yang bermutu tinggi. Di sana mungkin akan sangat ekonomis bila jembatan di
buat dari beton bertulang, pondasi dari pasangan batu koral dan sebagainya. Di
daerah pantai laut, dimana udara sekeliling mengandung garam, maka perlu

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN PROSES PERENCANAAN 12


JEMBATAN
dipertimbangkan pemakaian konstruksi baja apakah masih sesuai mengingat
faktor perkaratan.

2.2.4 Faktor Lingkungan


Sebaiknya bentuk jembatan harmonis dengan sekitarnya, agar indah
dipandang. Ketentraman bathin menentukan dalam ruang gerak kehidupan
manusia. Bentuk dan warna alam sekitar mempengaruhi ketentraman jiwa.
Selain faktor di atas, maka perlu dipertimbangkan prinsip pemilihan
konstruksi jembatan, sebagai berikut:
Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat)
1. Harga Murah (manfaatkan material lokal)
2. Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
3. Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masyarakat)
4. Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air
5. Bentang yang direncanakan adalah yang terpendek
6. Perencanaan abutment yang dihindari terlalu tinggi.
Tipe jembatan umumnya ditentukan oleh faktor seperti beban yang
direncanakan, kondisi geografi sekitar, jalur lintasan dan lebarnya, panjang dan
bentang jembatan, estetika, persyaratan ruang di bawah jembatan, transportasi
material konstruksi, prosedur pendirian, biaya dan masa pembangunan. Tabel 2.1
berikut menunjukkan aplikasi panjang bentang beberapa tipe jembatan.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN PROSES PERENCANAAN 13


JEMBATAN
Tabel 2.1 Tipe Jembatan dan Aplikasi Panjang Jembatan
Panjang
Contoh Jembatan dan
No Tipe Jembatan Bentang
Panjangnya
(m)
1 Gelagar Beton 10 - 300 Stolmasundet, Norwegia, 301 m
Prestress
2 Gelagar Baja I / 15 - 376 Jembatan Stalassa, Itali, 376 m
Kotak
3 Rangka Baja 40 - 550 Quebec, Canada, 549 m
4 Baja Lengkung 50 - 550 Shanghai Lupu, China, 550 m
Wan Xian, China, 425 m (pipa
5 Beton Lengkung 40 - 425
baja berisi beton)
6 Kabel Tarik 110 - 1100 Sutong, China, 1088 m
7 Gantung 150 - 2000 Akaski-Kaikyo, Jepang, 1991 m

2.3 Bagian Struktur Jembatan


Elemen struktur jembatan sebenarnya dapat dibedakan menjadi bagian atas
(super-structure) dan bagian bawah (sub-structure). Bangunan bawah jembatan
menyalurkan bebandari bangunan atas jembatan ke tapak atau pondasi.

Gambar 2.1Tipikal Struktur Jembatan (Sumber: Chen & Duan, 2000)

2.3.1 Struktur Bangunan Atas Jembatan (Upper/Super Structure)


Adalah bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban
yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kenderaan dan lain-lain, untuk
selanjutnya disalurkan kepada bangunan bawah jembatan bagian-bagian pada

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN PROSES PERENCANAAN 14


JEMBATAN
struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem
perletakan,dan perlengkapan lainnya seperti bangunan pengaman
jembatan.Struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar,
sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

2.3.2 Struktur Bangunan Bawah Jembatan (Sub Structure)


Adalah bagian dari struktur jembatan yang umumnya terletak di sebelah
bawah bangunan atas dengan fungsi untuk menerima dan memikul beban dari
bangunan atas agar dapat disalurkan kepada pondasi. Bangunan bawah dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu kepala jembatan (abutment) atau pilar (pier) dan
pondasi untuk kepala jembatan atau pilar. Struktur bangunan bawah perlu didesain
khusus sesuai dengan jenis kekuatan tanah dasar dan elevasi jembatan.

2.4 Rangka Baja


Baja adalah logam paduan, logam besi yang berfungsi sebagai unsur dasar
dicampur dengan beberapa elemen lainnya, termasuk unsur karbon. Besi dapat
terbentuk menjadi dua bentuk kristal yaitu Body Center Cubic (BCC) dan Face
Center Cubic (FCC), tergantung dari tempraturnya ketika ditempa. Dalam
susunan bentuk BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan susunan
FCC memiliki atom besi disetiap sisi pada enam sisi kubus atom.
Interaksi alotropi yang terjadi antara logam besi dengan elemen pemadu, seperti
karbon, yang membuat baja dan besi tuang memiliki ciri khas yang ada pada diri
mereka.
Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1%
dari berat keseluruhan baja tersebut sesuai grade-nya. Elemen berikut ini selalu
ada dalam baja: karbon, mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian
kecil oksigen, nitrogen dan aluminium. Selain itu, ada elemen lain yang
ditambahkan untuk membedakan karakteristik antara beberapa jenis baja
diantaranya:
mangan, nikel, krom, molybdenum, boron, titanium, vanadium dan niobium.[1]
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya,
berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Fungsi karbon dalam baja adalah

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN PROSES PERENCANAAN 15


JEMBATAN
sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal dari
atom penyusun besi. Tanpa karbon ini maka struktur kristal dari besi murni tidak
memiliki resistensi antar atom dan akan saling melewati satu sama lain, atau
menjadi sangat lembek. Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena
berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan pertanian misalnya sabit dan
cangkul.
Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan tariknya , namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas serta menurunkan keuletannya.
Meskipun baja sebelumnya telah diproduksi oleh pandai besi
menggunakan tungku pembakar selama ribuan tahun, penggunaannya menjadi
semakin bertambah ketika metode produksi yang lebih efisien ditemukan pada
abad ke-17. Dengan penemuan proses Bessemer di pertengahan abad ke-19, baja
menjadi material produksi massal yang membuat harga produksinya menjadi lebih
murah. Saat ini, baja merupakan salah satu material paling umum di dunia, dengan
produksi lebih dari 1,3 miliar ton tiap tahunnya menggantikan besi tempa. Baja
merupakan komponen utama pada bangunan, infrastruktur, kapal, mobil, mesin,
perkakas, dan senjata.
Baja modern secara umum diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya oleh
beberapa lembaga-lembaga standar. Proses pemurnian lanjutan, seperti basic
oxygen steelmaking (BOS), menggantikan sebagian besar metoda-metoda lama
dengan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk akhir.

TUGAS BESAR ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN PROSES PERENCANAAN 16


JEMBATAN

Você também pode gostar