Você está na página 1de 66

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang
bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti
pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses
pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung untuk memberikan
masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi
lahan pratik.

Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai macam


penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang
dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal masyarakat dengan kencing
manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus
di beberapa negara berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang
bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit ganeratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes
mellitus dan lain-lain (Suyono, 2003: 573).

Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai macam komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
yang disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
electron (Mansjoer arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data
organisasi kesehatan dunia (WHO).

Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar


di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes Mellitus

1
News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk, diperkirakan pada tahun
1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan pada tahun 2025 diperkirakan
meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil
menderita Diabetes Mellitus Gestasional.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman tentang penerapan asuhan keperawatan pada
Tn. R dengan kasus Diabetes Melitus tipe 2 Di di Lt. 6 Gedung I RS Bunda Thamrin
Kota Medan.

1.2.1 Tujuan Khusus


1. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. R
dengan kasus DM tipe 2 Di di Lt. 5 Gedung I RS Bunda Thamrin Kota
Medan.
2. Mampu melaksanakan perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. R
Dengan Kasus DM tipe 2 Di di Lt. 5 Gedung I RS Bunda Thamrin Kota
Medan.
3. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. R
dengan kasus DM tipe 2 Di di Lt. 5 Gedung I RS Bunda Thamrin Kota
Medan.
4. Mampu melakukan catatan perkembangan pengkajian asuhan
keperawatan pada Tn. R dengan kasus DM tipe 2 Di di Lt. 5 Gedung I
RS Bunda Thamrin Kota Medan.
5. Mampu melakukan evaluasi pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. R
dengan kasus DM tipe 2 Di di Lt. 5 Gedung I RS Bunda Thamrin Kota
Medan.

2
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Rumah Sakit.
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan
khususnya bagi pasien dengan DM tipe 2.
1.3.2 Bagi Perawat
Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita
DM tipe 2.
1.3.3 Bagi Instansi Akademik.
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang
1.3.4 Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapatkan gambaran tentang penyakit DM tipe
2.
1.3.5 Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit DM tipe 2 dan
cara perawatan pasien dengan DM tipe 2.

3
BAB 2
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Dasar DM


Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yangdisebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes Mellitus (
DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).

Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi


akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing, Brunner and Suddarth,
1998). Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan
heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan
kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal. 1367). Diabetes melitus adalah
gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat


disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan
penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532). Diabetes melitus adalah suatu
penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler
dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).

4
2.2 Etiologi
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (Smeltzer Suzanne C,
2001). Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini
adalah:
a. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II.
Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan
biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya
makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang kelewat
gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah.
c. Kurang Gerak Badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan.
Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II
akan turun sampai 50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes.

5
Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,
penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama
di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak yang
mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja pun
meningkat.

2.3 Anatomi Dan Fisiologi


Sebagai organ, pankreas memiliki dua fungsi yang penting, yaitu fungsi eksokrin
yang memegang peranan penting dalam fungsi pencernaan, dan fungsi endokrin yang
menghasilkan hormon insulin, glukagon, somastatin dan pankreatik polipeptida.
Fungsi endokrin adalah untuk mengatur berbagai aspek metabolisme bahan makanan
yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Komponen endokrin pankreas terdiri
dari kurang lebih 0,7 sampai 1 juta sel endokrin yang dikenal sebagai pulau-pulau
langerhans. Sel pulau dapat dibedakan sebagai :
a. Sel alfa (lebih kurang 20% dari sel pulau) yang menghasilkan glucagon
b. Sel beta (lebih kurang 80 % dari sel pulau) yang menghasilkan hormon insulin
dari proinsulin. Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal
dengan 86 asam amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan
kehilangan 4 asam amino dan dengan rantai asam amino dari ke-33 sampai
ke-63 yang menjadi peptida penghubung (connecting peptide)
c. Sel D (lebih kurang 3-5% dari sel pulau ) yang menghasilkan somatostatin.
d. Sel PP yang menghasilkan pankreatik polipeptida.
Pada awalnya, diduga bahwa sekresi insulin seluruhnya diatur oleh konsentrasi
gula darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator automik. Insulin adalah
peptida dengan BM kira-kira 6000. polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino
tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfida yaitu

6
antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain itu masih terdapat jembatan
disulfida antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai A.

Sekresi insulin umumnya dipacu oleh asupan glukosa dan disfosforisasi dalam sel
beta pankreas. Karena insulin adalah protein, degradasi pada saluran cerna jika
diberikan peroral. Karena itu perparat insulin umumnya diberikan secara suntikan
subkutan. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping insulin yang paling serius
dan umum dari kelebihan dosis insulin, reaksi samping lainnya berupa lipodistropi
dan reaksi alergi. Manfaat insulin :
a. Menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian besar jaringan
b. Menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif
c. Menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan
mencegah penguraian glikogen
d. Menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa

Insulin bekerja dengan jalan terikat dengan reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel target. Terdapat dua jenis mekanisme kerja insulin. Pertama, melibatkan
proses fosforilase yang berasal dari aktifitas tirosin kinase yang menyebabkan
beberapa protein intrasel seperti glucose transporter-4, transferin, reseptor low-
density lipoprotein (LDL), dan reseptor insulin-like growth factor II (IGF-II), akan
bergerak kepermukaan sel. Bergeraknya reseptor-reseptor ini kepermukaan sel akan
memfasilitasi transport berbagai bahan nutrisi ke jaringan yang menjadi target dari
hormon insulin. Kedua, melibatkan proses hidrolisis dari glikolipid membran oleh
aktifitas fosfolipase C. Dalam proses ini dilibatkan second messenger seperti IP3,
DAG atau glukosamin yang menyebabkan respon intrasel dengan jalan mengaktifkan
protein kinase.

7
2.4 PATOFISIOLOGI

8
2.5 Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum
usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit.

b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)


Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi terhadap kerja
insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor. Insulin pada sel kurang
efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi insulin
relatif.

c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)


Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu hamil
gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus,
misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi
karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu
tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.
d. Diabetes Melitus tipe lain :
1. Defek genetik fungsi sel beta :
a. Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3.
b. DNA mitokondria
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit endokrin pankreas :
a. Pankreatitis
b. Tumor pankreas /pankreatektomi’
c. Pankreatopati fibrokalkulus
4. Endokrinopati :

9
a. Akromegali
b. Sindrom Cushing
c. Feokromositoma
d. Hipertiroidisme
5. Karena obat/zat kimia :
a. Vacor, pentamidin, asam nikotinat
b. Glukokortikoid, hormon tiroid
c. Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
6. Infeksi :
Rubella kongenital, Cytomegalovirus (CMV)
7. Sebab imunologi yang jarang :
Antibodi anti insulin
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM :
Sindrom Down, sindrom Kleinfelter, sindrom Turner, dan lain-lain.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a. Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini
penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.

10
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b. Gejala lain yang muncul:
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis
tidak dapat berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun
karena kerusakan hormon testosteron.
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik


a. Glukosa darah

11
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
a. glukosa darah puasa
b. glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
c. glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization)
menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah sewaktu ≥
200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon terhadap
glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila Whole
blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih rendah
15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena < 110 110 – 199 200
darah kapiler < 90 90 - 199 200

Kadar glukosa darah puasa


plasma vena < 110 110 – 125 126
darah kapiler < 90 90 - 109 110 

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa


dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :
1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : Normal

12
3) Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4 bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada HCO2
( Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi ) ;Leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stressatau infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi /penurunan
fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau normal
sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin, gangguan dalam
penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan antibodi
(autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

2.8 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola
aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet

13
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet DM, adalah:


1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak

c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan


kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.

14
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BBR = < BB (Kg) / TB (cm) – 100 > X 100 %
Kurus (underweight) : BBR < 90 %
Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
Obesitas, apabila : BBR > 120 %
Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
Normal : BB X 30 kalori sehari
Gemuk : BB X 20 kalori sehari
Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita

15
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam
cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.

4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
a) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b) kerja OAD tingkat reseptor
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) ekstra pankreatik Biguanida pada tingkat prereseptor
a) Menghambat absorpsi karbohidrat
b) Menghambat glukoneogenesis di hati
c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler

16
b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin


1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves

Beberapa cara pemberian insulin


1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
a) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha.
Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi
lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan
kecepatan absorpsi setiap hari.
b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit
setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah
dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

17
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
c) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti
suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
d) Konsentrasi insulin
e) Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan
absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek
insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus
dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis
rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.

2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-
arteri besar. Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering
daripada penderita IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme
lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai
faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat aterosklerosis.
Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke
jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan akibatnya
timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri
renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.

18
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler,
sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya
neuropati, retinopati diabetik.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetik
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom,
medula spinalis atau sistim saraf pusat. Neuropati sensorik/neuropati
perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia
(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada
malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan
dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat
menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas
nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami
cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.

b. Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain
retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak
yang diakibatkan hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.

c. Nefropati diabetik
Perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul
adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang
ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai
dengan beratnya penyakit.

19
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : Tidak ada luka
2) Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : Terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
Distal

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan pasien, mengantisipasi kekuatan dan pertahanan pasien serta
merumuskan diagnosa keperawatan.
Pada pasien diabetes melitus, pengkajian data dasar pasien meliputi :
1. Riwayat
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi
terjadinya penyakit DM
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari
pada pasien.
c. injau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit DM.

2. Data dasar
a. Aktivitas
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus

20
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan beraktivitas
letargi/ disorientasi, koma dan Penurunan kekuatan otot
b. Istirahat
Gejala : Gangguan tidur/istirahat
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat
c. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, MCI, kesemutan pada
ekstremiitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, hipertensi. Nadi yang menurun / tidak ada
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi) Abdomen keras,
adanya asites Bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa
karbohidrat. Penurunan berat badan dar periode
beberapa hari/minggu. Haus. Penggunaan diuretik
(tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan gula darah). Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Bau halitosis, bau buah
(nafasaseton).

21
f. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen/tergantung adanya infeksi/tidak.
Tanda : Lapar udara Batuk dengan/tanpa sputum purulen
(infeksi)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe.
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mmol /L
e. Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Gemoglobin glukolisat
Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol
DM yang kurang selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat dan
membedakan DKA dengan kontrol tidak dekuat versus DKA yang berhubungan
dengan insiden (misalnya ISK baru).
g. Gas darah arteri
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah
Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis, hemokonsentrasi,
merupakan respons terhadap respons atau infeksi.
i. Ureum/kreatinin

22
j. Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
k. Amilase darah
Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis akut sebagai
penyebab DKA.
l. Insulin darah
Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resistensi insulin dpt berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
m. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DM tipe 2 adalalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Penurunan
Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan

23
2.2.3 Intervensi keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakseimbangan nutrisi status Gizi : Asupan Makanan Monitor gizi


kurang dari kebutuhan tubuh Dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
b.d Penurunan Insulin Klien diharapkan mampu untuk :  Amati kecenderungan
 Mempertahankan berat pengurangandan dan
badan penambahan BB
 Mempertahankan masa  Monitor jenis dan jumlah
tubuh dan berat badan latihan yang dilaksanakan
dalam batas normal  Monitor respon
 Memiliki nilai emosional klien ketika
laboratorium dalam batas ditempatka pada suatu
normal keadaan yang ada
 Melaporkan tingkat energi makanan
yang adekuat  Monitor lingkungan
tempat makanan
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor tingkat energi,
rasa tidak enak
badan,kelatihan dan
kelemahan
 Monitor masukan kalori
dari bahan makanan

Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji apa klien ada alergi

24
makanan
 Kerja sama dengan ahli
gizi dalam menentukan
jumlah kalori, protein dan
lemak secara tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
 Ajari klien tentang diet
yang bener sesuai
kebutuhan tubuh
 Monitor catatan makanan
yang masuk atas
kandungan gizi dan
jumlah kalori
 Timbang BB secara
teratur
 Pastikan bahwa diet
mengandung makanan
yang berserat tinggi
untuk mencegah sembelit
 Pastikan kemampuan
klien untuk memenuhi
kebutuhan
Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
 Monitor guladarah
sesuaiindikasi
 Monitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi,
polifagia. Keletihan,
pandangankabur
atausakit kepala

25
 Monitor TTV sesuai
indikasi
 Batasi latihan ketika gula
darah besar dari
250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
 Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan

2 Kekurangan Volume Cairan keseimbangan Elektrolit dan Manajemen Asam-Basa


b.d Diuresis Osmotik asam-Basa Aktivitas yang dilakukan :
¶ Klien
V diharapkan mampu untuk  Monitor status
menormalkan
o : hemodinamik termasuk
l  Albumin seru CVP (tekanan vena
u  pH serum sentral), MAP (tekanan
m  Kreatinin serum arteri rata-rata), PAP
e  Bikarbonat serum (tekanan arteri paru)
 pH Urine  Pantau
C ketidakseimbangan
a elektrolit yang semakin
iKeseimbangan Cairan buruk dengan mengoreksi

26
Klien
r diharapkan mampu untuk ketidakseimbangan asam
menormalkan
a : basa
n  Tanda-tanda dehidrasi  Dorong pasien dan
tidak ada keluarga untuk aktif
b  Mukosa mulut dan bibir dalam pengobatan
. lembab ketidakseimbangan asam
d  Balance cairan seimbang basa

DHidrasi Manajemen Cairan


i
Klien diharapkan mampu Aktivitas yang dilakukan :
u
menormalkan :  Timbang BB tiap hari
r  Hidrasi kulit  Pertahankan intake yang
e  Kelembaban membran akurat
s mukosa\Haus yang  Monitor status hidrasi
i abormal (seperti :kelembapan
s  Pengeluaran urin mukosa membrane, nadi)
 Tekanan darah  Monitor status
O hemodinamik termasuk
s CVP,MAP, PAP
m  Monitor hasil lab. terkait
o retensi cairan
t (peningkatan BUN, Ht ↓)
i
 Monitor TTV
k
 Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites,
distensi vena leher)
 Monitor perubahan BB
klien sebelum dan
sesudah dialisa
 Monitor status nutrisi

27
Monitor respon pasien
untuk meresepkan terapi
elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola eliminasi
 Kaji kemungkinan factor
resiko terjadinya imbalan
cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung, diaforesis, diare,
muntah, infeksi, disfungsi
hati)
 Monitor BB, intake dan
output
 Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
 Monitor osmolalitas urin
dan serum
 Monitor membrane
mukosa, turgor dan rasa
haus
 Monitor warna dan
kuantitas urin
3 Intoleransi Aktivitas b.d Toleransi Aktivitas T Terapi Aktivitas
Kelemahan Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas yang dilakukan :
menyeimbangkan  Monitor program
 Denyut nadi saat aktivitas klien.
beraktivitas.  Bantu klien untuk

28
 Jumlah pernafasan saat melalukan aktivitas yang
beraktivitas. biasanya ia lakukan.
 Tekanan darah sistolik saat  Jadwalkan klien untuk
beraktivitas. latihan-latihan fisik
 Tekanan darah diastolic secara rutin
saat beraktivitas.  Bantu klien dengan
 Warna kulit. aktivitas-aktivitas fisik.
 Kekuatan tubuh bagian  Monitor respon fisik,
atas sosial, dan spiritual dari
 Kekuatan tubuh bagian klien terhadap
bawah. aktivitasnya.
Daya Tahan Tubuh  Bantu klien untuk
Klien diharapkan mampu untuk memonitor kemajuan dari
menyeimbangkan pencapaian tujuan.
 Aktivas Pengajaran : Penentuan
 Daya tahan otot Aktivitas dan Latihan
 Hemoglobin Aktivitas yang dilakukan :
 Hematocrit Ajarkan klien tentang :Tujuan
dan kegunaan aktivitas dan
 Glukosa darah
latihan.
 Serum elektrolit
 Bagaimana cara
 Rasa lelah
melakukan suatu
aktivitas.
 Bagaimana cara
memonitor toleransi
aktivitas.
 Bagaimana menjaga
latihan.
 Berikan informasi kepada
klien bagaiamana teknik-
teknik untuk menyimpan

29
energi.
 Berikan informasi-
informasi seputar
kesehatan fisik klien.

Mengontrol berat badan


Aktivitas yang dilakukan :
 Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake
maknan, latihan,
peningkatan berat badan
dan kehilangan berat
badan
 Diskusikan dengan klien
kondisi pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan.
 Diskusikan hubungan
resiko berat badan
normal dan tidak normal.
 Beri informasi kepada
klien tentang berat badan
yang ideal.
 Diskusikan bersama klien
metode tentang intake
makanan sehari-hari
 Minta informasi dari
klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya

30
 Kaji peningkatan
keseimbangan makanan

31
BAB 3
PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :
Tn. R berusia 60 tahun dirawat di RSU. Bunda Thamrin Medan dengan
keluhan masuk badan terasa lemah, penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 bulan
terakhir. Klien mempunyai riwayat hipertensi dan tidak kontrol rutin. Penuturan
keluarga akhir-akhir ini klien sering BAK, bila malam hingga 10 kali, sering lapar
dan haus namun badan klien semakin kurus bukan semakin gemuk. Sebelumnya klien
sempat tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit. Pada pemeriksaan didapatkan
TD=170/100 mmhg, Nadi=80x/menit, RR=20x/menit, T=37,20C. Gula Darah
sewaktu saat masuk 425 mg/dl.

3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 25 Juli 2018
Waktu : 10.00 WIB
a. Identitas
Nama : Tn. R
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Iskandar Muda
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 25 Juli 2018
Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2018
No. RM : 180610
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus (DM) Tipe II
Identitas Penanggung jawab:
Nama : Nn. Y
Umur : 54 tahun
Alamat : Iskandar Muda

32
Pekerjan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
b. Keluhan Utama
Klien merasa badannya lemah, dan mengalami penurunan berat badan 8 kg
dalam 1 bulan terakhir.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSU. Bunda Thamrin kota Medan tanggal 25 Juli 2018
melalui IGD dengan keluhan badan lemas dan sebelumnya klien sempat tidak
sadarkan diri. Keluhan disertai dengan sering BAK terutama pada malam hari,
sering lapar dan haus, namun badan klien semakin kurus bukan semakin
gemuk. Dilakukan pemeriksaan gula darah pada pasien, yang ternyata
didapatkan hasil GDS = 425 g/dl. Oleh dokter yang memeriksa, pasien
dianjurkan untuk dirawat. Kemudian klien dipindahkan ke ruang Interne Pria.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 26 Juli 2018, klien masih terlihat
lemah.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : CMC
2. TTV
1) TD : 170/100 mmHg
2) HR : 80 x/menit
3) RR : 20x/menit
4) Temp : 37,20 C
5) TB : 164 Cm
6) BB : 68 Kg
3. Kepala : Normoshepal

33
4. Rambut : Beruban, tidak mudak dicabut
5. Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
6. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada fraktur
7. Mulut : Bibir sedikit kering
8. Gigi : Caries (+)
9. Leher : JVP 5-2 CmH2O
10. Jantung :
Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus tidak teraba
Perkusi : Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri
Batas kanan : sela iga V linea parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI linea midklavikula kiri
Auskultasi : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
11. Dada - Paru :
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi: Vesikuler, Ronchi (-), Whizing (-)
12. Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
Perkusi : Timpani
Auskultasi: BU (+) N
13. Punggung :
CVA = Nyeri tekan (-)
Nyeri ketok (-)
14. Alat Kelamin : Normal
15. Anus : Normal
16. Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ada edema

34
g. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Normal
Hb : 12,5 gr/dl Hb: L(13-16) P(12-15) gr/dl
Hematokrit : 31,8 % Hematokrit: L(40-54) P(37-47) %
Leukosit : 5.100 sel/mm3 Leukosit: 5.000-10.000 sel/mm3
Trombosit : 137.000/ mm3 Trombosit:150.000-450.000/mm3
MCV : 83 fL MCV : 81 – 99 fL
MCH : 26,8 pg MCH : 27,0 – 31,0 pg
MPV : 7,4 fL MPV : 7,4 – 10,4 fL
MCHC : 32,3 g/dl MCHC : 32 - 36 g/dl
Ureum : 50 mg/dl Ureum : (18 – 55) mg/dl
Creatinin : 1,1 mg/dl Creatinin : (0,9 – 1,30)
GDS : 425 mg/ dl GDS : 60 - 100 mg/dl

h. Terapi yang diperoleh


1) Infus RL 20 tts/mnt
2) Inj Ranitidin 1 amp/12 jam/iv
3) Glibenklamid 2xI
4) Neurosanbe 1 amp/hari
5) Antasid syrup 3xC I
i. Pengkajian 11 Fungsional
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Juli 2018 pada pukul 10.00,
klien mengatakan bahwa ± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah
sakit dengan penyakit hipertensi dan diperbolehkan pulang karena sudah
mengalami perbaikan dalam kesehatan selama perawatan, namun klien tidak
pernah kontrol rutin sesuai dengan anjuran dokter . Saat ini, klien mendapatkan
terapi infus RL 20 tts/mnt.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit : Klien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur.

35
Selama sakit : Klien makan diit berupa makanan lunak 3 x/hari yang diberikan
RS, pasien makan hanya habis 3/4 porsi yang diberikan RS. Tetapi klien tetap
mengkonsumsi buah-buahan seperti pepaya dan apel. Klien minum sekitar 2500
cc sehari.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7
x/hari.
Selama sakit : Klien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK sering, bila malam hingga
10 kali, warna kuning agak keruh, bau khas.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain, dan
klien mengaku jarang berolahraga
Selama sakit : Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.
5. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari. Pasien jarang
tidur siang.
Selama sakit : Klien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari. Pasien hanya
dapat sebentar-bentar tidur siang. Klien mengalami gangguan dalam pola
istirahat dan tidur karena sering BAK, terutama pada malam hari.
6. Pola kognitif perseptual
Klien mengungkapkan bahwa beliau juga sedikit bermasalah dengan
penglihatannya yang akhir-akhir ini tiba-tiba sering kabur. Pendengaran klien
normal (Tanpa alat bantu). Komunikasi klien kurang lancar karena masih lemah.
Pengecapan dan pembau klien normal.
7. Pola Persepsi dan Konsep diri
Klien merasa cemas karena penyakit yang dideritanya, dengan penurunan berat
badan yang cepat dalam 1 bulan terakhir. Klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan berkumpul dengan keluarga.
8. Pola peran dan hubungan

36
Klien adalah seorang kepala keluarga dari 3 orang anak dan 1 istri, klien bekerja
sebagai petani dan istri klien sebagai ibu rumah tangga, dan 3 orang anak klien
sudah beranjak dewasa. Sebelum sakit klien menjadi tulang punggung keluarga
namun sejak 1 bulan terakhir karena klien selalu merasa lelah, anak klien yang
pertama yang menggantikan posisi sang ayah yang bekerja sebagai seorang
petani. Hubungan klien dengan anggota keluarga baik hal ini terlihat dengan
keluarga yang selalu menemani klien di rumah sakit.
9. Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan seksualitasnya
karena penyakit yang di deritanya menyebabkan klien sering merasa lemas.
10. Pola Mekanisme koping dan stress
Klien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga. Klien terlihat
cemas karena biaya pengobatan yang harus ditanggung oleh anak-anaknya. Klien
berharap bisa cepat sembuh, sehingga dapat meringankan beban anak-anaknya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien adalah seorang muslim, meskipun dalam keadaan sakit klien masih tetap
menjalankan kewajibannya untuk beribadah dan berdoa untuk kesembuhannya.

37
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Sel kekurangan glukosa Ketidakseimbangan nutrisi
-klien sering merasa lapar dan haus (Bahan baku metabolisme) kurang dari kebutuhan tubuh
-klien mengatakan berat badannya
menurun selama 1 bulan terakhir Hati merespon dengan melakukan
glukoneogenesis
Data Objektif :
-Berat badan klien sebelum sakit 76 Pemecahan glikogen otot secara terus
kg setelah sakit 68 kg menerus
-Mukosa bibir kering
-Klien makan 3x/hari, Masa otot menurun
3
menghabiskan /4 porsimakanan dan
mengkonsumsi buah-buahan Penurunan berat badan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
2. Data Subjektif : Peningkatan pengeluaran glukosa dalam Resiko kekurangan volume
-Klien mengatakan sering merasa urin cairan
haus
-Klien mengaku sering BAK, bila Reasorbsi cairan ditubulus ginjal
malam hari hingga 10 kali terganggu
-Klien mengatakan berat badannya
menurun selama 1 bulan terakhir Diuresis osmotic

Data Objektif : Poliuri


-Klien minum sekitar 2500 cc
sehari Dehidrasi ekstra sel
-Klien terlihat kurang tidur, karena
sering BAK, terutama pada malam Resiko kekurangan volume cairan
hari

38
-Berat badan klien sebelum sakit 76
kg setelah sakit 68 kg
-Mukosa bibir kering
e) TD : 170/100 mmHg
f) HR : 80x/menit
g) RR : 20x/menit
h) Temp : 37,2o C
3. Data Subjektif : Stimulasi pembentukan autoantibody Intoleransi Aktivitas
-Klien mengaku jarang berolahraga
saat waktu luang. Sel beta langerhans rusak
-Klien mengatakan lemas
Kegagalan produksi insulin
Data Obejektif :
-Aktivitas klien dibantu perawat dan Reseptor insulin tidak berikatan dengan
keluarga insulin
-Klien terlihat lemah
c) TB/BB : 164cm/68kg Glukosa tidak masuk sel
d) BMI : 25, 28 (overweight)
e) Level Aktifitas : Level 3 Sel kekurangan glukosa
(membutuhkan bantuan orang lain).
Keletihan

Intoleransi Aktivitas

39
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Penurunan Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
4. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

3.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakseimbangan nutrisi status Gizi : Asupan Makanan Monitor gizi
kurang dari kebutuhan tubuh Dan Cairan Aktivitas yang dilakukan :
b.d Penurunan Insulin Klien diharapkan mampu untuk :  Amati kecenderungan
 Mempertahankan berat pengurangandan dan
Data Subjektif : badan penambahan BB
-Klien sering merasa lapar dan  Mempertahankan masa  Monitor tingkat energi,
haus tubuh dan berat badan rasa tidak enak
-Klien mengatakan berat dalam batas normal badan,kelatihan dan
badannya menurun selama 1  Memiliki nilai laboratorium kelemahan
bulan terakhir dalam batas normal
 Melaporkan tingkat energi Manajemen Nutrisi
Data Objektif : yang adekuat Aktivitas yang dilakukan :
-Berat badan klien sebelum  Kaji apa klien ada alergi
sakit 76 kg setelah sakit 68 kg makanan
-Mukosa bibir kering  Kerja sama dengan ahli
-Klien makan 3x/hari, gizi dalam menentukan
3
menghabiskan /4 porsi jumlah kalori, protein dan
makanan dan mengkonsumsi lemak secara tepat sesuai
buah-buahan dengan kebutuhan klien.
 Ajari klien tentang diet

40
yang bener sesuai
kebutuhan tubuh
 Monitor catatan makanan
yang masuk atas
kandungan gizi dan
jumlah kalori
 Timbang BB secara
teratur
 Pastikan bahwa diet
mengandung makanan
yang berserat tinggi untuk
mencegah sembelit
 Pastikan kemampuan
klien untuk memenuhi
kebutuhan

Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
 Monitor guladarah
sesuaiindikasi
 Monitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi,
polifagia. Keletihan,
pandangankabur atausakit
kepala
 Monitor TTV sesuai
indikasi
 Batasi latihan ketika gula
darah besar dari 250mg/dl
khusus nya adanya keton
dalam urin

41
 Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan

2 Kekurangan Volume Cairan keseimbangan Elektrolit dan Manajemen Asam-Basa


b.d Diuresis Osmotik asam-Basa Aktivitas yang dilakukan :
Klien diharapkan mampu untuk  Monitor status
Data Subjektif : menormalkan : hemodinamik termasuk
-Klien mengatakan sering  Albumin seru CVP (tekanan vena
merasa haus  pH serum sentral), MAP (tekanan
-Klien mengaku sering BAK,  Kreatinin serum arteri rata-rata), PAP
bila malam hari hingga 10 kali  Bikarbonat serum (tekanan arteri paru)
-Klien mengatakan berat  pH Urine  Pantau
badannya menurun selama 1 ketidakseimbangan
bulan terakhir Keseimbangan Cairan elektrolit yang semakin
Klien diharapkan mampu untuk buruk dengan mengoreksi
Data Objektif : menormalkan : ketidakseimbangan asam
-Klien minum sekitar 2500 cc  Tanda-tanda dehidrasi tidak basa
sehari ada  Dorong pasien dan
-Klien terlihat kurang tidur,
 Mukosa mulut dan bibir keluarga untuk aktif
karena sering BAK, terutama dalam pengobatan
lembab
pada malam hari ketidakseimbangan asam
 Balance cairan seimbang
-Berat badan klien sebelum basa
sakit 76 kg setelah sakit 68 kg
Hidrasi
-Mukosa bibir kering
Klien diharapkan mampu Manajemen Cairan
e) TD : 170/100 mmHg Aktivitas yang dilakukan :
menormalkan :
f) HR : 80x/menit
 Hidrasi kulit  Timbang BB tiap hari
g) RR : 20x/menit  Pertahankan intake yang
h) Temp : 37,2o C  Kelembaban membran
mukosa\Haus yang akurat
abormal  Monitor status hidrasi
 Pengeluaran urin (seperti :kelembapan

42
 Tekanan darah mukosa membrane, nadi)
 Monitor status
hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
 Monitor hasil lab. terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
 Monitor TTV
 Monitor adanya indikasi
retensi/overload cairan
(seperti :edem, asites,
distensi vena leher)
 Monitor perubahan BB
klien sebelum dan
sesudah dialisa
 Monitor status nutrisi
 Monitor respon pasien
untuk meresepkan terapi
elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola eliminasi
 Kaji kemungkinan factor
resiko terjadinya imbalan
cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung, diaforesis, diare,
muntah, infeksi, disfungsi
hati)

43
 Monitor BB, intake dan
output
 Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
 Monitor osmolalitas urin
dan serum
 Monitor membrane
mukosa, turgor dan rasa
haus
 Monitor warna dan
kuantitas urin

3 Intoleransi Aktivitas b.d Toleransi Aktivitas T Terapi Aktivitas


Kelemahan Klien diharapkan mampu untuk Aktivitas yang dilakukan :
Data Subjektif : menyeimbangkan  Monitor program aktivitas
-Klien mengaku jarang  Denyut nadi saat klien.
berolahraga saat waktu luang. beraktivitas.  Bantu klien untuk
-Klien mengatakan lemas  Jumlah pernafasan saat melalukan aktivitas yang
beraktivitas. biasanya ia lakukan.
Data Obejektif :  Tekanan darah sistolik saat  Jadwalkan klien untuk
-Aktivitas klien dibantu beraktivitas. latihan-latihan fisik secara
perawat dan keluarga  Tekanan darah diastolic rutin
-Klien terlihat lemah saat beraktivitas.  Bantu klien dengan
c) TB/BB : 164cm/68kg  Warna kulit. aktivitas-aktivitas fisik.
d) BMI : 25, 28 (overweight)  Kekuatan tubuh bagian atas  Monitor respon fisik,
e) Level Aktifitas : Level 3
 Kekuatan tubuh bagian sosial, dan spiritual dari
(membutuhkan bantuan orang klien terhadap
bawah.
lain). aktivitasnya.
Daya Tahan Tubuh
Klien diharapkan mampu untuk  Bantu klien untuk
menyeimbangkan memonitor kemajuan dari
 Aktivas pencapaian tujuan.

44
 Daya tahan otot
 Hemoglobin Pengajaran : Penentuan
 Hematocrit Aktivitas dan Latihan
 Glukosa darah Aktivitas yang dilakukan :
 Serum elektrolit Ajarkan klien tentang :Tujuan
 Rasa lelah dan kegunaan aktivitas dan
latihan.
 Bagaimana cara
melakukan suatu
aktivitas.
 Bagaimana cara
memonitor toleransi
aktivitas.
 Bagaimana menjaga
latihan.
 Berikan informasi kepada
klien bagaiamana teknik-
teknik untuk menyimpan
energi.
 Berikan informasi-
informasi seputar
kesehatan fisik klien.

Mengontrol berat badan


Aktivitas yang dilakukan :
 Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake
maknan, latihan,
peningkatan berat badan
dan kehilangan berat

45
badan
 Diskusikan dengan klien
kondisi pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan.
 Diskusikan hubungan
resiko berat badan normal
dan tidak normal.
 Beri informasi kepada
klien tentang berat badan
yang ideal.
 Diskusikan bersama klien
metode tentang intake
makanan sehari-hari
 Minta informasi dari
klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya
 Kaji peningkatan
keseimbangan makanan

46
4 Resiko ketidakstabilan kadar NOC: Hyperglikemia management
glukosa darah  Blood Glucose, Risk For  Pantau kadar glukosa
Unstable darah, seperti yang
 Diabetes Self Management ditunjukkan
 Pantau tanda-tanda dan
Kriteria Hasil : gejala hiperglikemia :
 Penerimaan : kondisi poliuria, polidipsia,
kesehatan polifagia, lemah,
 Kepatuhan Perilaku : diet kelesuan, malaise,
sehat mengaburkan visi, atau
 Dapat mengontrol kadar sakit kepala
glukosa darah  Pantau keton urin, seperti
 Dapat mengontrol stress yang ditunjukkan
 Dapat memanajemen dan  Pantau abg, elektrolit, dan
mencegah penyakit tingkat
semakin parah betahydroxybutyrate,
 Tingkat pemahaman untuk sebagai tersedia
dan pencegahan komplikasi  pantau tekanan darah dan
 Dapat meningkatkan denyut nadi ortostatik,
istirahat seperti yang ditunjukkan
 Mengkontrol perilaku Berat  Kelola insulin, seperti
badan yang ditentukan
 Pemahaman manajemen  dorong asupan cairan oral
Diabetes  jaga akses IV
 Status nutrisi adekuat  berikan cairan IV sesuai
 Olahraga teratur kebutuhan
 Mengelola kalium, seperti
yang ditentukan
 Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala hiperglikemia

47
menetap atau memburuk
 Bantu ambulasi jika
hipotensi ortostatik hadir
 Instruksikan tes urin
keton, yang sesuai
 instruksikan orang lain
pasien dan signifikan
terhadap manajemen
diabetes selama sakit,
termasuk penggunaan
insulin dan / atau agen
oral/mulut, asupan cairan
pemantauan, pengganti
karbohidrat, dan kapan
harus mencari bantuan
kesehatan profesional,
sesuai

48
3.4 Implementasi dan Evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Hari/
Keperawatan Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Ketidakseimbangan Kamis , 08.15 Monitor gizi Kamis ,26-07-2018


nutrisi kurang dari 26-07-2018 Aktivitas yang dilakukan : Jam 13.00
kebutuhan tubuh b.d  mengamati -S: Klien sering merasa
Penurunan Insulin kecenderungan lapar dan haus
Data Subjektif : pengurangandan dan -O: Mukosa bibir
-Klien sering merasa penambahan BB kering
lapar dan haus  Memonitor tingkat -Klien makan 3x/hari,
-Klien mengatakan energi, rasa tidak enak menghabiskan 3/4 porsi
berat badannya badan,kelatihan dan makanan dan
menurun selama 1 kelemahan mengkonsumsi buah-
bulan terakhir buahan
Manajemen Nutrisi
Data Objektif : Aktivitas yang dilakukan : -A : Masalah
-Berat badan klien  mengkaji apa klien ada belum teratasi
sebelum sakit 76 kg alergi makanan -P:Lanjutkan
setelah sakit 68 kg  bekerrja sama dengan Intervensi
-Mukosa bibir kering ahli gizi dalam  kaji klien ada
-Klien makan menentukan jumlah alergi makanan
3x/hari, kalori, protein dan  Kerja sama
menghabiskan 3/4 por lemak secara tepat dengan ahli gizi
si makanan dan sesuai dengan dalam
mengkonsumsi buah- kebutuhan klien. menentukan
buahan  mengajari klien tentang jumlah kalori,
diet yang bener sesuai protein dan
kebutuhan tubuh lemak secara
 Memonitor catatan tepat sesuai

49
makanan yang masuk dengan
atas kandungan gizi dan kebutuhan
jumlah kalori klien.
 menimbang BB secara  Ajari klien
teratur tentang diet
 memastikan bahwa diet yang bener
mengandung makanan sesuai
yang berserat tinggi kebutuhan
untuk mencegah tubuh
sembelit  Monitor catatan
 memastikan makanan yang
kemampuan klien untuk masuk atas
memenuhi kebutuhan kandungan gizi
Manajemen Hiperglikemi dan jumlah
Aktivitas yang dilakukan : kalori
 Memonitor guladarah  Timbang BB
sesuaiindikasi secara teratur
 Memonitor tanda dan  Pastikan bahwa
gejala poliuri, polidipsi, diet
polifagia. Keletihan, mengandung
pandangankabur makanan yang
atausakit kepala berserat tinggi
 Memonitor TTV sesuai untuk
indikasi mencegah
 membatasi latihan sembelit
ketika gula darah besar  Pastikan
dari 250mg/dl khusus kemampuan
nya adanya keton dalam klien untuk
urin memenuhi
 Memonitor status cairan kebutuhan
intake output sesuai

50
kebutuhan Manajemen
Hiperglikemi
Aktivitas yang
dilakukan :
 Monitor
guladarah
sesuaiindikasi
 Monitor tanda
dan gejala
poliuri,
polidipsi,
polifagia.
Keletihan,
2 Kekurangan Volume Kamis ,26- 09.30  Memonitor status Jam 13.30
Cairan b.d Diuresis 07-2018 hemodinamik termasuk S: Klien mengaku
Osmotik CVP (tekanan vena sering BAK, bila
sentral), MAP (tekanan malam hari hingga 10
Klien mengatakan arteri rata-rata), PAP kali
sering merasa haus (tekanan arteri paru) -Klien mengatakan
-Klien mengaku  memantau berat badannya
sering BAK, bila ketidakseimbangan menurun selama 1
malam hari hingga elektrolit yang semakin bulan terakhir
10 kali buruk dengan
-Klien mengatakan mengoreksi O:Klien
berat badannya 10.00 ketidakseimbangan minum sekitar 2500 cc
menurun selama 1 asam basa sehari
bulan terakhir  mendorong pasien dan -Klien terlihat kurang
keluarga untuk aktif tidur, karena sering
Data Objektif : dalam pengobatan BAK, terutama pada
-Klien ketidakseimbangan malam hari
minum sekitar 2500 asam basa -Berat badan klien

51
cc sehari Manajemen Cairan sebelum sakit 76 kg
-Klien terlihat Aktivitas yang dilakukan : setelah sakit 68 kg
kurang tidur, karena  menimbang BB tiap hari -Mukosa bibir kering
sering BAK,  mempertahankan intake e) TD : 170/100 mmHg
terutama pada malam yang akurat f) HR : 80x/menit
hari  Memonitor g)
status RR : 20x/menit
-Berat badan klien hidrasi h)
(seperti Temp : 37,2o C
sebelum sakit 76 kg :kelembapan mukosa A:Masalah belum
setelah sakit 68 kg membrane, nadi) teratasi
-Mukosa bibir kering  Memonitor status P:Lanjutkan Intervensi
e) TD : 170/100 hemodinamik termasuk  Monitor status
mmHg CVP,MAP, PAP hemodinamik
f) HR : 80x/menit  Memonitor hasil lab. termasuk
g) RR : 20x/menit terkait retensi cairan CVP,MAP,
h) Temp : 37,2o C (peningkatan BUN, Ht PAP
↓)  Monitor hasil
 Monitor TTV lab. terkait
 Memonitor adanya retensi cairan
indikasi retensi/overload (peningkatan
cairan (seperti :edem, BUN, Ht ↓)
asites, distensi vena  Monitor TTV
leher)  Menitor adanya
 Memonitor perubahan indikasi
BB klien sebelum dan retensi/overload
sesudah dialisa cairan (seperti
 Memonitor status nutrisi :edem, asites,
 Memonitor respon distensi vena
pasien untuk leher)
meresepkan terapi  Monitor
elektrolit perubahan BB
Pemantauan Cairan klien sebelum

52
Aktivitas yang dilakukan : dan sesudah
 mengkaji tentang dialisa
riwayat jumlah dan tipe  Monitor status
intake cairan dan pola nutrisi
eliminasi  Monitor respon
 mengkaji kemungkinan pasien untuk
factor resiko terjadinya meresepkan
imbalan cairan (seperti : terapi elektrolit
hipertermia, gagal Pemantauan Cairan
jantung, diaforesis, Aktivitas yang
diare, muntah, infeksi, dilakukan :
disfungsi hati)  kaji tentang
 Memonitor BB, intake riwayat jumlah
dan output dan tipe intake
 Memonitor nilai cairan dan pola
elektrolit urin dan serum eliminasi
 kaji
kemungkinan
factor resiko
terjadinya
imbalan cairan
(seperti :
hipertermia,
gagal jantung

53
3 Intoleransi Kamis , 10.15 T Terapi Aktivitas Kamis ,
Aktivitas b.d 26-07-2018 Aktivitas yang dilakukan : 26-07-2018
Kelemahan  Memonitor program Jam 13.45
Data Subjektif : aktivitas klien. S:
-  membantu klien untuk Klien mengaku jarang
Klien mengaku jaran melalukan aktivitas berolahraga saat waktu
g berolahraga saat yang biasanya ia luang.
waktu luang. lakukan. -Klien mengatakan
-Klien mengatakan  menjadwalkan klien lemas
lemas untuk latihan-latihan
fisik secara rutin O : -Aktivitas klien
Data Obejektif :  membantu klien dengan dibantu perawat dan
-Aktivitas klien aktivitas-aktivitas fisik. keluarga
dibantu perawat dan  Memonitor respon fisik, -Klien terlihat lemah
keluarga sosial, dan spiritual daric) TB/BB : 164cm/68kg
-Klien terlihat lemah klien terhadapd) BMI :
c) TB/BB : aktivitasnya. 25, 28 (overweight)
164cm/68kg  membantu klien untuk e) Level Aktifitas :
d) BMI : memonitor kemajuan Level 3 (membutuhkan
25, 28 (overweight) dari pencapaian tujuan bantuan orang lain).
e) Level Aktifitas : Pengajaran : Penentuan
Level 3 Aktivitas dan Latihan A:masalah belum
(membutuhkan Aktivitas yang dilakukan : teratasi
bantuan orang lain). mengjarkan klien tentang P:Lanjutkan
:Tujuan dan kegunaan aktivitas Intervensi
dan latihan.  Monitor

54
program
aktivitas klien.
 Bantu klien
untuk
melalukan
aktivitas yang
biasanya ia
lakukan.
 Jadwalkan
klien untuk
latihan-latihan
fisik secara
rutin
 Bantu klien
dengan
aktivitas-
aktivitas fisik.
 Monitor respon
fisik, sosial,
dan spiritual
dari klien
terhadap
aktivitasnya.
 Bantu klien
untuk
memonitor
kemajuan dari
pencapaian
tujuan.
4 Resiko Kamis ,26- 12.15  memantau kadar Kamis ,
ketidakstabilan kadar 07-2018 glukosa darah, seperti 26-07-2018

55
glukosa darah yang ditunjukkan Jam 14.45
Ds: pasien  memantau tanda-tanda S:
mengatakan sangat dan gejala hiperglikemia - klien mengatakan
lelah dan pusing. : poliuria, polidipsia, kepalanya pusing
polifagia, lemah, -Klien mengatakan
Do: kelesuan, malaise, lemas
Kadar glukosa darah mengaburkan visi, atau O : gula darah sewaku
tidak normal = 425 sakit kepala = 425 mg/dl
mg/dl  memantau keton urin,
seperti yang ditunjukkan A:masalah belum
 memantau abg, teratasi
elektrolit, dan tingkat P:Lanjutkan
betahydroxybutyrate, Intervensi
sebagai tersedia  Pantau keton
 memantau tekanan urin, seperti
darah dan denyut nadi yang
ortostatik, seperti yang ditunjukkan
ditunjukkan  Pantau abg,
 mengelola insulin, elektrolit, dan
seperti yang ditentukan tingkat
 mendorong asupan betahydroxybut
cairan oral yrate, sebagai
 menjaga akses IV tersedia
 memberikan cairan IV  pantau tekanan
sesuai kebutuhan darah dan
 Mengelola kalium, denyut nadi
seperti yang ditentukan ortostatik,
seperti yang
 Konsultasikan dengan
ditunjukkan
dokter jika tanda dan
gejala hiperglikemia  Kelola insulin,
menetap atau memburuk seperti yang

56
 membantu ambulasi jika ditentukan
hipotensi ortostatik  dorong asupan
hadir cairan oral
 menginstruksikan tes  jaga akses IV
urin keton, yang sesuai  berikan cairan
 menginstruksikan orang IV sesuai
lain pasien dan kebutuhan
signifikan terhadap  Mengelola
manajemen diabetes kalium, seperti
selama sakit, termasuk yang ditentukan
penggunaan insulin dan  Konsultasikan
/ atau agen oral/mulut, dengan dokter
asupan cairan jika tanda dan
pemantauan, pengganti gejala
karbohidrat, dan kapan hiperglikemia
harus mencari bantuan menetap atau
kesehatan profesional, memburuk
sesuai  Bantu ambulasi
jika hipotensi
ortostatik hadir
 Instruksikan tes
urin keton,
yang sesuai
1 Ketidakseimbangan Jumat 27 08.00  mengkaji klien ada Jumat 27 Juli 2018
nutrisi kurang dari Juli 2018 wib alergi makanan Jam 13.00
kebutuhan tubuh b.d  bekerja sama dengan S :- Klien sering
Penurunan Insulin ahli gizi dalam merasa lapar dan haus
menentukan jumlah -O:Mukosa bibir basah
kalori, protein dan -Klien makan 3x/hari,
lemak secara tepat menghabiskan 1 porsi
sesuai dengan makanan dan

57
kebutuhan klien. mengkonsumsi buah-
 mengajari klien tentang buahan
diet yang bener sesuai O:
kebutuhan tubuh A : Masalah teratasi
 Memonitor catatan P : Hentikan
makanan yang masuk Intervensi
atas kandungan gizi dan
jumlah kalori
 menimbang BB secara
teratur
 memastikan bahwa diet
mengandung makanan
yang berserat tinggi
untuk mencegah
sembelit
 memastikan
kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan

Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
 Memonitor guladarah
sesuaiindikasi
 memonitor tanda dan
gejala poliuri, polidipsi,
polifagia. Keletihan,
2 Kekurangan Volume Jumat 27 8.50 wib Intervensi Jumat 27 Juli 2018
Cairan b.d Diuresis Juli 2018  Monitor status Jam 13.15
Osmotik hemodinamik termasuk S : Klien mengaku
CVP,MAP, PAP tidak sering BAK, bila
 Monitor hasil lab. malam hari hingga 10

58
terkait retensi cairan kali
(peningkatan BUN, Ht O:Klien
↓) minum sekitar 2500 cc
 Monitor TTV sehari
 Menitor adanya indikasi -Klien terlihat kurang
retensi/overload cairan tidur, karena sering
(seperti :edem, asites, BAK, terutama pada
distensi vena leher) malam hari
 Monitor perubahan BB - berat badan klien
klien sebelum dan sedikit demi sedikit
sesudah dialisa kembali normal
 Monitor status nutrisi A : masalah teratasi
 Monitor respon pasien P : Hentikan
untuk meresepkan terapi Intervensi
elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
 kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola
eliminasi
 kaji kemungkinan factor
resiko terjadinya
imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung

3 Intoleransi Jumat 27 9.30 wib Intervensi Jumat 27 Juli 2018


Aktivitas b.d Juli 2018  Monitor program aktivitas Jam 13.45
Kelemahan klien. S:
 Bantu klien untuk Klien mengaku jarang

59
melalukan aktivitas yang berolahraga saat waktu
biasanya ia lakukan. luang.
 Jadwalkan klien untuk -Klien mengatakan
latihan-latihan fisik secara sedikit lebih
rutin bersemangat
 Bantu klien dengan
aktivitas-aktivitas fisik. O : -Aktivitas klien
 Monitor respon fisik, sosial, tidak dibantu perawat
dan spiritual dari klien dan sebagian hanya
terhadap aktivitasnya. dibantu keluarga
 Bantu klien untuk A : masalah teratasi
memonitor kemajuan dari P : Hentikan
pencapaian tujuan. Intervensi
4 Resiko Jumat 27 10.30  memantau keton urin, Jumat 27 Juli 2018
ketidakstabilan kadar Juli 2018 wib seperti yang ditunjukkan Jam 14.45
glukosa darah  memantau abg, S: klien tidak merasa
elektrolit, dan tingkat pusing dan lemah
betahydroxybutyrate, O : -gula darah
sebagai tersedia sewaktu kembali
 memantau tekanan normal
darah dan denyut nadi A : masalah teratasi
ortostatik, seperti yang P : Hentikan
ditunjukkan Intervensi
 mengelola insulin,
seperti yang ditentukan
 mendorong asupan
cairan oral
 menjaga akses IV
 memberikan cairan IV
sesuai kebutuhan
 Mengelola kalium,

60
seperti yang ditentukan
 Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan
gejala hiperglikemia
menetap atau memburuk
 membantu ambulasi jika
hipotensi ortostatik
hadir
 menginstruksikan tes
urin keton, yang sesuai
 menginstruksikan orang
lain pasien dan
signifikan terhadap
manajemen diabetes
selama sakit, termasuk
penggunaan insulin dan
/ atau agen oral/mulut,
asupan cairan
pemantauan, pengganti
karbohidrat, dan kapan
harus mencari bantuan
kesehatan profesional,
sesuai

61
3.5 Pembahasan
3.5.1 Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan (Rohmah, 2013). Pada
kasus ini, penulis melakukan pengkajian kepada Tn. R pada tanggal 26 Juli 2018.
Dalam melakukan pengkajian kasus kepada Tn. R penulis tidak menemukan
kesenjangan antar teori dan fakta yang terjadi pada saat pasien di kaji. Tn. R dan
keluarga juga sangat kooperatif kepada penulis sehingga memudahkan penulis untuk
melakukan pengumpulan data.

1.1.6.2 Tahap Diagnosa Keperawatan


Dari hasil pengkajian, penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama
yaitu
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Penurunan Insulin
2. Kekurangan Volume Cairan b.d Diuresis Osmotik
3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau potensial
sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan (Rohmah, 2012).

3.5.2 Tahap Intervensi Keperawatan


Rencana keperawatan adalah panduan untuk perilaku atau tindakan yang
dilakukan oleh perawat (Deswani, 2009). Perencanaan keperawatan yang di buat
oleh penulis sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Selain itu
penulis juga menambahkan jangka waktu, pencapaian tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah di rencanakan.

62
3.5.3 Tahap Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan utnuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, 2012).
Pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya pada tahap intervensi. Hal ini dapat berlangsung karena adanya
kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dan keluarga pasien.
Adapun faktor penghambat yang dialami penulis dalam melaksanakan
tindakan/ implementasi keperawatan kepada pasien adalah karena keterbatasan
tenaga, sehingga penulis tidak terlalu fokus untuk memberikan asuhan keperawatan
pada satu pasien saja karena ruangan di Lt. 5 Gedung I RS. Bunda Thamrin Kota
Medan merupakan ruangan bangsal yang setiap harinya merawat pasien berjumlah 16
orang.

3.1.6.5 Tahap Evaluasi


Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan.

63
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan (Rohmah, 2012).
Pada kasus Tn. R dari 3 diagnosa keperawatan yang muncul setelah dilakukan
implementasi keperawatan semua diagnosa keperawatan teratasi.

64
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi
insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat.
Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat (Brunner & Suddart). Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL
darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah
makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

4.2 Saran
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini
sangat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu
penderita penyakit diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam
darah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang
tinggi. Untuk dari itu penderita bisa menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga
harus harus rajin dalam olahraga karena itu sangat penting bagi kesehatan anda.

65
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guthrie, Diana W. Guthrie ,Richard A. 2002. Management of Diabetes Mellitus, A
guide to the pattern approach. 6th ed. New York : Springer Publishing
Johnson, M.,et all, 2008, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta:
kanisius.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2008, Nursing Interventions Classification (NIC) econd
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta:
EGC.

66

Você também pode gostar