Você está na página 1de 17

BAB I

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat
mempertahankan kelancaran usaha dalam angka waktu yang panjang. Salah
satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun. Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif dalam
penggunaan, pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomin suatu aktiva tetap harus
dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan
menentukan metode penyesutan.untuk itu perlu diketahui metode apakah
penyusutan yang telah diterapkan leh perusahaan telah memperhatikan
perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan karena berlalunya
waktu atau menurun atau manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam
jumlah keseluruhan aset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan
dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian
yang serius. Tidak hanya pada penggunaanya dan operasinya saja tetapi juga
dala akuntansinya yang biasanya mencangkup perolehan aktiva tetap,
penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan
pengungkapannya dala laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci
tentang aktiva tetap baik aktiva tetap. Dengan cara demikian kita dapat
mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam akyiva tetap sebuah
perusahaan. Namun untuk mendapatkan rincian yang baik terhadap aktiva
tetap, diperlukan pengendalian terhadap aktiva berupa pengujian substantif.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi aktiva tetap ?
2. Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap dan aktiva lancar ?
3. Apa perbedaan pengujian substantif terhadap aktiva tetap dengan aktiva
lancar ?
4. Prinsip akuntansi terhadap aktiva tetap dalam audit yang pertama kalinya ?
5. Bagaimana prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap
di neraca ?
6. Apa tujuan pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap ?
7. Bagaimana program pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap ?

1.3 Tujuan
Bertujuan agar mampu memahami mengenai audit siklus pengeluaran
khusus mengenai substantive test terhadap saldo aktiva tetap.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,


mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena
kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap ini disebut dengan aktiva
tetap berwujud (tangible fixed assets). Aktiva tetap dalam perusahaan manufaktur
digolongkan menjadi :

a. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)


b. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)
c. Msin dan ekuipmen pabrik
d. Mebel
e. Kendaraan

Transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap dapat dilihat pada gambar :

Aktiva Tetap
Pemerolehan Penghentian pemakaian
Pengeluaran modal Penjualan
Revaluasi Pertukaran
Pertukaran

Depresiasi Akumulasi Aktiva Tetap


Penghentian pemakaian Depresiasi
Penjualan
Pertukaran

3
Jurnal-jurnal transaksi yang menyangkut perubahan aktiva tetap dan akun
depresiasi akumulasi yang bersangkutan adalah :

1. Transaksi pemerolehan aktiva tetap


Aktiva tetap xxx
Kas xxx
2. Transaksi pengeluaran modal
Aktiva tetap xxx
Kas xxx

3. Transaksi depresiasi aktiva tetap


Biaya depresiasi xxx
Depresiasi akumulasi aktiva tetap xxx
4. Transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap
Depresiasi akumulasi aktiva tetap xxx
Rugi penghentian pemakaian aktiva tetap xxx
Aktiva tetap xxx
5. Transaksi reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap xxx
Kas xxx
Sediaan suku cadang xxx
Gaji dan upah xxx
Biaya overhead pabrik yang dibebankan xxx

2.2.Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dan Aktiva Lancar

Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar.


Jika auditor tidak menyadari dampak perbedaan karakteristik aktiva lancar dengan
aktiva tetap, ia tidak akan dapat melakukan pengujian substantif dengan efektif
terhadap dua golongan tersebut.

Perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar :

4
1. Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar di dalam neraca, transaksi
perubahannya relatif sangat sedikit namun umumnya menyangkut jumlah
rupiah yang besar.
2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap
mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi laba, sedangkan
kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar
berpengaruh langsung terhadap perhitungan rugi laba tahun yang diaudit.
3. Aktiva tetap disajikan di neraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi
akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan di neraca pada nilai bersih
yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca.

2.3. Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap dengan Aktiva


Lancar
1. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit, maka
jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap aktiva
tetap relatif lebih sedikit dibandingkan dengan waktu untuk pengujian
substantif aktiva lancar.
2. Ketepatan waktu pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi laba, maka auditor
tidak mengarahkan perhatianya terhadap masalah ketelitian pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pasa akhir tahun. Dalam
pengujian substantif terhadap transaksi aktiva lancar, auditor memusatkan
perhatiannya. Terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan
dengan aktiva lancar, karana kesalahan atau ketidaktelitian penentuan
pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar berdampak
angsung terhadap perhitungan laba rusi tahun yang diaudit.
3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap lebih dititikberatkan pada
verifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit.
Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian
audit, karena aktiva tetap disajkan dalam kosnya, buka nilai bersih yang
dapat direalisasikan pada tanggal neraca sepertihalnya aktiva lancar. Dilain

5
pihak, pengujian sebstantif terhadap aktiva lancar, dititikberatkan pada
saldo aktiva lancar tersebut pada saldo neraca, karena aktiva lancar harus
disajikan di neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada
tanggal tersebut.

2.4. Pengujian Substantif terhadap Aktiva Tetap dalam Audit yang Pertama
Kalinya

Adakalanya auditor mrnghadapi klien baru, mungkin laporan keuangan klien


ini pernah diaudit oleh auditor independen lain dalam tahun sebelumnya, atau
mungkin laporan keuangan klien ini baru pertama kalinya diaudit oleh auditor
independen. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam audit
terhadap aktiva tetap pada audit pertama kalinya :

1. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor


independen lain?
2. Apakah klien menyelenggarakan catatan rinci untuk aktiva tetapnya?
3. Apakah klien mengharapkan dokumen yang mendukung transaksi yang
bersangkutan dengan pemerolehan dan mutasi aktiva tetap sampai dengan
saat audit yang pertama dilaksanakan?

Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen
lain, dan audit yang sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya,
auditor mempunyai kewajiban untuk menverifikasi saldo awal aktiva tetap,
untuk memperoleh keyakinan mengenai kewajaran saldo tersebut. Verifikasi
tersebut dilakukan oleh auditor meliputi periode sejak saat aktiva tetap
tersebut diperoleh sampai dengan awal tahun yang diaudit. Semua bukti yang
mendekung transaksi mutasi aktiva tetap harus diverifikasi oleh auditor. Oleh
karena itu, tersedianya catatan aktiva yang rinci dan dokumen yang
mendukung transaksi perolehan dan mutasi aktiva tetap yang dicatat di dalam
catatan aktiva tetap diperlukan oleh auditor dalam audit yang pertama kali.

6
Jika laporan keuangan klien tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor
independen lain, kewajaran menverifikasi saldo awal aktiva tetap bagi auditor
yang baru menjadi lebih ringan. Jika laporan keuangan klien diberi pendapat
wajar tanpa pengecualian dari auditor independen sebelumnya, auditor yang
baru dapat langsung menggunakan saldo awal aktiva tetap sebagai saldo awal
yang wajar.

2.5. Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tetap Di


Neraca
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap saldoaktiva tetap, perlu
diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian
aktiva tetap di neraca berikut ini :
1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca.
2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan.
3. Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus
ditunjukkan dalam laporan keuangan.
4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar
aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Aktiva tetap tetap harus dipecah jika jumlahnya material.
6. Aktiva tetap yang sudah habis dedepresiasi namun masih digunakan
beroperasi, jika jumlahnya material harus diungkapkan.

2.6. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Saldo Aktiva Tetap


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap.
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo
aktiva tetap yang dicantumkan di neraca dan mutasinya selama tahun yang
diaudit, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi saldo dan mutasi
aktiva tetap tersebut. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo

7
aktiva tetap yang dicantumkan didialam neraca dengan akun aktiva tetap
yang bersangkutan didalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal
pengeluaran kas, jurnal umum, dan buku pembantu aktiva tetap.

2. Membuktikan asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi


yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
Pengujian substantif dilakukan untuk membuktikan apakah aktiva
yang dicantumkan didalam neraca sesuai dengan aktiva sesungguhnya
pada tangga neraca tersebut. Untuk tujuan inin, auditor melakukan
prosedur audit guna membuktikan : keberadaan aktiva yang bersangkutan
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tersebut,
kelengkapan, hak kepilikan atas aktiva tersebut, kewajaran penilaian atas
aktiva tersebut pada tanggal neraca, dan kewajaran penyajian dan
pengungkapan aktiva tersebut didalam laporan keuangan. Dala
hubungannya dengan pengujian sebstantif tehadap aktiva tetap, pengujian
diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan yaitu membuktikan
keberadaan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca dan keterjadian
transaksi penambahan, pengurangan, penghentian pemakaian aktiva tetap
dan keterjadian transaksi tahun yang diaudit. Untuk itu auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut:
a Pengujian analitik.
b Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap.
c Inspeksi terhadap aktiva tetap.
d Pemerikasaaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.
e Review terhadap pembentukan depresiasi akumulasi.

3. Membuktikan asersi kelengkapan aktiva tetap yang dicantumkan di


neraca.
Untuk membuktikan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca
mencangkup semua aktiva tetap klien pada tanggal neraca dan
mencangkup semua transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap dalam

8
tahun yang diaudit. Untuk itu auditor melakukan berbagai pengujian
substantif berikut:
a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap.
c. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
d. Pemerikasaaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.
e. Review terhadap pembentukan depresiasi akumulasi.

4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang


dicantumkan di neraca.
Untuk membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di
neraca auditor mrelakukan pengujian substantif berikut:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap.
b. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
c. Pemerikasaaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

5. Membuktikan asersi penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.


Dalam prinsip akuntansi berterima umum, aktiva tetap harus disajikan di
neraca pada nilai buku (book value) pada tanggal neraca atau dengan kata
lain sebesar kos aktiva tetap dikurangi dengan depresiasi akumulasi samai
tanggal neraca. Dengan demikian akun depresiasi akumulasi aktiva tetap
merupakan akun penilaian (valution account) untuk mengurangi saldo
aktiva tetap menjadi sebesar nilai buku pada tanggal neraca. Untuk itu
auditor melakukan pengujian substantif berikut :
a. Prosedur audit awal.
b. Pengujian analitik.
c. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap.
d. Inspeksi terhadap aktiva tetap.
e. Pemerikasaaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

9
f. Review terhadap pembentukan depresiasi akumulasi.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.
Pengujian substantif terhadap aktiva tetap diarahkan untuk
mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur aktiva tetap yang
disajikan dan diungkap oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Satu satunya pengujian substantif untuk
membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca
adalah dengan membandingkan penyajian dan pengungkapam aktiva tetap
di neraca yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

2.7. Program Pengujian Substantif Terhadap Saldo Aktiva Tetap


Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit
yang dirancang untuk mencapai tujuan audit, berbagai prosedur audit
diklasifikasikan menjadi empat golongan:
1. Prosedur audit awal
Auditor melakukan 6 prosedur audit dalam melakukan rekonsiliasi
informasi aktiva tetap di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:
a. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva
tetap yang bersangkutan dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo akun yang tercantum di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya
kebenaran mekanisme pencatatanya. Maka saldo aktiva tetap
dicantumkan di neraca diusut ke akun buku besar berikut:
- Aktiva tetap
Unyuk menampung transaksi timbul dan berkurangnya aktiva tetap dari
transaksi pembelian, pembuatan / pembangunan, dan penghentian
pemakaian aktiva tetap serta pengeluaran mpdal yang bersangkutan
dengan aktiva tetap.
-Depresiasi akumulasi

10
Merupkan akun penilaian yang dugunakan untuk mengurangi kos
aktiva tetap bruto menjadi buu aktiva tetap.

b. Hitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar.


Auditor menghitung kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi
akumulasi yang bersangkutan demhan cara menambah saldo awal
dengan jumlah pengkreditan dan mengurangi dengan jumlah pendebitan
tiap-tiap akun tersebut.

c. Usut saldo awal akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun yang lalu.
Auditor melakukan pengusutan saldo awal akun aktiva tetap dan
depresiasi akumulasinya yang bersangkutan ke kertas kerja tahun lalu.
KK tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi
yang dianjurkan oleh auditor dalam audit tahun lalu, sehingga auditor
mampu mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien
dalam menggapai koreksi yang dianjurkan oleh auditor.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting kedalam akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasinya.
Kecurangan dalam transaksi perolehan, pertukaran, penghentian
pemakaian, depresiasi aktiva tetap dapat ditemukan melaui review atas
mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam
akun aktiva tetap, depresiasi akumulasi, dan akun pendapatan dan rugi
luar biasa.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tetap ke jurnal


yang bersangkutan.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan mutasi
penambahan dan pengurangan berasal dari jurnal-jurnal yang
bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun kontrol


aktiva tetap di buku besar.

11
Saldo kontrol yang bersangkutan di buku besar dicocokan dengan
jumlah saldo akun pembatu aktiva tetap untuk memperoleh keyakinan
bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan aktiva tetap
dapat dipercaya ketelitiannya.

2. Prosedur Analitik
Rasio berikut ini sering digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik
terhadap aktiva tetap:

Ratio Formula
Tingkat perputaran aktiva tetap Hasil penjualan bersih + rerata saldo
aktiva tetap
Ratio laba bersih dengan aktiva tetap Hasil penjualan bersih + rerata saldo
Ratio aktiva tetap dengan modal aktiv tetap
saham Aktiva tetap + modal saham
Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan +
dengan aktiva tetap hasil penjualan bersih

Berbagai rasio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian


dibandingkan dengan angka harapan (rasio yang sama dari data masa lalu,
data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) akan dapat
memberikan indikasi bagi auditor ke folus mana perhatian auditor perlu
diarahkan dalam dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dari saldo
akun rinci. Misalnya, penurunan ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dan
pemeliharaan dengan hasil penjualan bersih tahun yang diaudit
dibandingkan dengan ratio yang sama tahun sebelumnya mungkin sebagai
akibat dari tidk dicatatnya sebagaian biaya reparasi dan pemeliharaan atau
adanya pengkapitalisasian biaya yang salah.

12
3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
a. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi
pemerolehan aktiva tetap.
b. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung
tentang transaksi tersebut.
c. Periksa ketepatan pisah batas transaksi aktiva tetap.
d. Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan akutiva
tetap.

4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci


a. Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang
diaudit.
b. Periksa dokumen kontrank dan dokumen hak kepemilikan klien atas
aktiva tetap.
c. Periksa dokumen yang mendukung pemerolehan dan penghentian
pemakaian aktiva tetap.
d. Periksalah dokumen yang bersangkutan dengan biaya sewa.
e. Lakukan inspeksi terhadap olis asuransi aktiva tetap.
f. Mintalah informasi mengenai aktiva tetap yang dijadikan jamina dalam
penarikan hutang.
g. Lakukan inspeksi terhadap perjanjian leasing.
h. Lakukan review terhadap perhitungan depresiai dan deplesi aktiva
tetap..
i. Lakukan rekonsiliasi aktiva tetap tertentu ke dalam buku pembantu
aktiva tetap.
j. Hitung kembali jumlah rupiah yang dicatat di dalam akun-akun yang
terkait dalam transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap.

13
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
a. Periksa klarifikasi aktiva tetap di dalam neraca.
Aktiva tetap harus disajikan di dalam neraca dalam kelompok
aktiva tidak lancar pada kosnya dikurangi dengan depresiasi akumulasi
atau deplesi. Auditor melakukan pemeriksaan terhadap klarifikasi
aktiva tetap di dalam neraca berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca.
b. Priksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap
Menurut prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva
tetap di neraca, klien berkewajiban mencantumkan pengungkapan yang
memadai mengenai metode depresiasi atau deplesi yang dipakainya,
aktiva tetap yang dijaminkan atau digadaikan dalam penarikan hutang,
dan aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik
aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian substantif terhadap aktiva
tetap. Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit, maka
jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap aktva
tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan
untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar. Karena transaksi yang
bersangkutan dengan aktiva tetapsedikit pengaruhnya terhadappertimbangan
rugi laba, maka auditor tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah
ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada
akhir tahun. Pengujian substantiv terhadap aktiva tetap dititikberatkan pada
verifikasi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit.

Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen
lain, dan audit yang sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya,
auditor mempunyai kewajiban untuk menverifikasi saldo awal aktiva tetap,
untuk memperoleh keyakinan mengenai kewajaran saldo tersebut. Verifikasi
tersebut dilakukan oleh auditor meliputi periode sejak saat aktiva tetap
tersebut diperoleh sampai dengan awal tahun yang diaudit. Jika laporan
keuangan klien diberi pendapat wajar tanpa pengecualian dari auditor
independen sebelumnya, auditor yang baru dapat langsung menggunakan
saldo awal aktiva tetap sebagai saldo awal yang wajar.

Pengujian substantif terhadap aktiva tetap ditunjukan untuk: (1)


memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap, (2) membuktikan keberadaan aktiva tetap
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca, (3) membuktikan kelengkapan aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca, (4) membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva
tetap yang dicantumkan di neraca, (5) membuktikan asersi penilaian aktiva

15
tetap yang dicantumkan di neraca, dan (6) membuktikan asersi penyajian dan
pengungkapan aktiva tetap di neraca.

Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit


yang dirancang untuk mencapai tujuan audit, berbagai prosedur audit
diklasifikasikan menjadi empat golongan: (1) prosedur audit awal, (2)
prosedur anlitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci, dan (4) pengujian
terhadap saldo akun rinci.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. “Auditing” ,Buku 2 , Edisi Keenam. Jakarta : Salemba Empat. 2002.

http://esy-marita.blogspot.com/2013/11/makalah-audit-terhadap-aktiva-tetap_22/

(diakses 19 November 18)

17

Você também pode gostar