Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
a. Mobilisasi
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang (Ansari, 2011).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak,
2008).Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya
b. Imobilisasi
Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
darimobilitas optimal (Ansari, 2011).
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di
tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau
gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus –
menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis
(Bimoariotejo, 2009).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatsan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami
penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan
fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien
dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti
gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).Imobilisasi
merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya
sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya
luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat
meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan
selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping
mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ
tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer,
system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari
udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke
tubuh Lindgren et al, 2004.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut (Asmadi, 2008).
Penyebab secara umum:
1. Kelainanpostur
2. Gangguanperkembanganotot
3. Kerusakan system sarafpusat
4. Trauma lanngsungpada system mukuloskeletaldan neuromuscular
5. Kekakuanotot
Menurut(Riyadi & Widuri, 2015)dan(Saputra, 2013)faktor-faktor yang
dapatmemengaruhimobilitasfisikadalahsebagaiberikut:
a. Gaya Hidup
Perubahangayahidupdapatmemengaruhikemampuanmobilitasseseorang,
karenagayahidupberdampakpadaperilakuataukebiasaansehari-hari.
b. Proses Penyakit
Proses
penyakitsanganmemengaruhikemampuanseseorangdalammobilisasikarena
keadaantersebutdapatmemengaruhifungsisistemtubuh,
c. Kebudayaan
Kemampuanmelakukanmobilitasdapatjugadipengaruhiolehkebudayaan.Mi
salnya orang dengankebudayaanseringberjalanjauhmakamobilitas yang
dimilikinyalebihkuatdaripada orang dengankebudayaanadat yang
dilaranguntukberaktivitas.
d. Tingkat Energi
Energimerupakansumberseseoranguntukmelakukanaktivitas.Untukmemen
uhiaktivitasnya, makaseseorangharusmemilikienergi yang cukup.
C. PATOFISIOLOGI
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot:
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah)
karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit
(infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot
merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada
ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
D. PATHWAY
Perdarahan
Oklusi
Hipoksia Iskemia
Gangguan mobilitas
fisik
Defisit
Perawatan Diri
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda:
a. Tidak ada kesejajaran tubuh
Mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri,
duduk dan berbaring
b. Tidak ada keseimbangan tubuh
Tanpa keseimbangan tubuh,pusat gravitasi akan berubah menyebabkan
risiko jatuh dan cedera
Gejala:
a. Kelainan postur
Kelainan postur yang didapati/kongenental mempengaruhi efiisiensi
system muskoletal
b. Ganguuan perkembangan otot
Distrofi muskuler gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat/otot
skeletal
c. Kerusakan system saraf pusat
Kerusakan komponen system saraf yang mengatur pergerakan volunteer
mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi
d. Trauma langsung pada system muskoletal
Ini menyebabkan memar,konstusio,salah urat dan fraktur
F. KOMPLIKASI
Menurut Asmadi tahun 2008 komplikasi pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik diantaranya yaitu:
1. Perubahan Metabolik
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
5. Perubahan Eliminasi
6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
7. Perubahan Sistem Integumen
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
3. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema
atau atropfi, nyeri otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
KATZ INDEX
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, perintah Dengan pemantauan, perintah,
ataupun didampingi pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa Mandi dengan bantuan lebih dari
bantuan, atau hanya memerlukan satu bagian tuguh, masuk dan
bantuan pada bagian tubuh tertentu keluar kamar mandi. Dimandikan
(punggung, genital, atau dengan bantuan total
ekstermitas lumpuh)
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa Membutuhkan bantuan dalam
jadi membutuhkan bantuan unutk berpakaian, atau dipakaikan baju
memakai sepatu secara keseluruhan
TOILETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar kecil (toilet), Butuh bantuan menuju dan keluar
mengganti pakaian, membersihkan toilet, membersihkan sendiri atau
genital tanpa bantuan menggunakan telepon
PINDAH (1 poin) (0 poin)
POSISI Masuk dan bangun dari tempat Butuh bantuan dalam berpindah
tidur / kursi tanpa bantuan. Alat dari tempat tidur ke kursi, atau
bantu berpindah posisi bisa diterima dibantu total
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan untuk masalah hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai
berikut (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U., 2016):
1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibelitas
sendi. Posisi-posisi tersebut yaitu:
a. Memiringkan pasien
b. Posisi fowler
c. Posisi sims
d. Posisi Trendelenburg
e. Posisi genupectoral
f. Posisi dorsal recumbent
g. Posisi litotomi
2. Ambulasi dini
Cara ini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilatih dengan cara melatih posisi duduk
ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda dan lain-lain.
3. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan otot.
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.
Batasan Karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dipsnea setelah beraktivitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
NOC
Energy conservation
Activity tolerance
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmunari adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Kriteria Hasil:
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi (walker)
Intervensi Keperawatan :
NIC
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan.
Intervensi keperawatan :
NIC
Self-Care Assistance: Bathing / Hygiene
Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri.
Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur, dan aksesoris
lainnya yang dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar
mandi
Menyediakan artikel pibadi yang diinginkan (misalnya,
deodoran, sekat gigi, sabun mandi, sampo, lotion, dan produk
aromaterapi)
Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal
Memfasilitasi gigi pasien menyikat
Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
Memantau pembersihan kuku, menurut kemampuan perawatan
diri pasien
Memantau integritas kulit pasien
Menjaga kebersihan ritual
Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa pasien tidur,
isyarat sebelum tidur, alat peraga, dan benda-benda asing
(misalnya, untuk anak-anak, cerita, selimut / mainan, goyang,
dot, atau favorit, untuk orang dewasa, sebuah buku untuk
membaca atau bantal dari rumah), sebagaimana sesuai
Mendorong orang tua / keluarga partisipasi, dalam kebiasaan
tidur biasa
Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Pukul : 09.00
Diagnosa Medis :-
A. BIODATA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. STM
Nama : Ny.S
Umur : 26 tahun
klien mengeluh lemah pada anggota gerak selama 3 hari setelah pulang dari
bekerja sebelum masuk rumah sakit,tetapi keluarga klien tidak berinisiatif
untuk dibawa ke klinik, tidak diberi obat dan tidak dilakukan
pemijatan.setelah klien tampak semakin lemas klien baru dibawa ke IGD
09.00 WIB tanggal 11 Juni 2017 datang dengan keluhan badan ektermitas
atas dan bawah bagian kanan sulit untuk digerakkan dan tidak bisa
digerakan selama 3 hari sebelum MRS dan bicara pelo. di IGD pasien
diperiksa dengan TD 180/90 mmhg, N : 88x/menit, RR:20x/menit dan
S:360C dan mendapat infus RL 20tpm, injeksi obat IV Piracetam 3 x 1 gr,
Citicholin 2 x 500mg dan Ranitidin 3 x 25 ml. dari IGD pasien dipindah ke
Ruang X pada jam 20.10 WIB. Pada jam 21.00 WIB pasien dilakukan
pemeriksaan TTV dengan hasil TD 160/80, N: 88x/menit, RR :22x/menit,
S: 36,20C serta mendapat injeksi obat IV Piracetam 3 x 1 gr, Citicholin 2 x
500mg dan Ranitidin 3 x 25 ml
b. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
c. RIWAYAT ALERGI
Genogram
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: klien
: garis keturunan
: garis pernikahan
1. Mandi 1 0: mandiri
2. Berpakain 1 1:dibantu
3. Toileting 1 orang lain
4. Berpindah 1 2. dibantu alat
3.dibantu
orang lain dan
alat
4. tergantung
6. Pola keyakinan-Nilai
Klien beraga islam klien selalu menjalankan kegiatan ibadah 5 waktu
dan terus berdoa .Untuk sementara ini kegiatan ibadah klien tidak
dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang
diderita klien. Untuk kegiatan shalat dan lainnya hanya dilakukan klien
jika ia merasa cukup kuat
Kanan kiri
2 5
2 5
12. Genetalia : tidak terpasang DC
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan Hasil Nilai normal satuan
Hb 13.5 P:12-14 L:14-18 g/dl
Hematocrit 41.7 P:37-43 L:40-48 %
Eritrosit 4.43 P:4-5 L:4,5-5,5 Jt/mm3
MCHC 32.60 32,00 – 36,00 g/dl
MCH 30.40 27,00 – 31,00 pg
MCV 93.60 82,00 – 92,00 fl
Leukosit 6.400 5,000 – 11,000 mm3
Trombosit 276.000 150,000 – 450,000 mm3
GDS 137 < 150 mg/dl
Program terapi
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi piracetam 3 x 1 gr
3. Injeksi citicolin 2 x 500 mg
4. Injeksi ranitidine 3 x 1 amp
5. Konsul dokter sobirin
Pemeriksaan penunjang :
-Cek GDS
-CT scan
-D/L
B. Analisa Data
+2 +5
+2 +5
Ket :
- skala 2: gerakan otot penuh
melawan gravitasi dengan
topangan
- Skala 5: kekuatan otot
normal
11-06- DS:− Keluarga mengatakan kerusakan Gangguan
2017 klien sulit berbicara dengan sirkulasi serebral komunikasi
jelas verbal
DO :
− Klien berbicara pelo,
kurang jelas, dan intonasi
sedang
− Kehilangan control tonus
otot fasial atau oral
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler
ditandai dengan kekuatan otot
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral ditandai dengan klien berbicara pelo
D. Intervensi
Hari/tanggal No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx
11-06-2017 1 Tujuan : Mampu a. Kaji kemungkinan
mempertahankan kekuatan otot secara
Kriteria Hasil : fungsional/luasnya
− kerusakan awal dan
Mempertahankan/meningkatkan dengan cara yang
kekuatan dan fungsi bagian yang teratur.
terkena/kompensasi. b. Kaji tanda-tanda vital
− Mempertahankan integritas klien.
kulit. − Kebutuhan ADL c. Ubah posisi klien
terpenuhi. minimal setiap 2 jam.
d. Ajarkan klien latihan
rentang gerak aktif dan
pasif, libatkan keluarga
dalam melakukan
tindakan.
e. Tempatkan bantal
dibawah aksila untuk
melakukan abduksi pada
tangan.
f. Inspeksi kulit terutama
pada daerah yang
tertekan dan menonjol
secara teratur, lakukan
massage pada daerah
tertekan, sanggah tangan
dan pergelangan pada
kelurusan alamiah.
11-06-2017 2 Tujuan : Mampu menciptakan a. Kaji tipe atau derajat
metode komunikasi yang dapat disfungsi misalnya klien
dipahami. tidak mengerti tentang
Kriteria Hasil : katakata atau masalah
− Dapat mengidentifikasi berbicara atau tidak
pemahaman tentang masalah mengerti bahasa sendiri.
komunikasi. b. Katakan untuk
− Mampu membuat metode mengikuti perintah
komunikasi dimana kebutuhan secara sederhana seperti
dapat diekspresikan. ”tutup matamu” dan
”lihat kepintu”.
c. Berikan metode
komunikasi alternatif
misalnya menulis pada
papan tulis,
menggambar, gunakan
kata-kata sederhana
secara
d. Berbicara dengan
nada normal dan hindari
ucapan yang terlalu
cepat, berikan waktu
klien untuk berespon.
e. libatkan keluarga
dalam
perawatan(mengajarkan
berbicara secara
bertahap)
E. IMPLEMENTASI
c. Memberikan metode
Ds:klien mengatakan mau
komunikasi alternatif misalnya
diajari metode komunikasi
menulis pada papan tulis,
Do:klien nampak
menggambar, gunakan kata-
mengikuti arahan yang
kata sederhana secara
diberikan
b. Melibatkan keluarga
Ds: keluarga mengatakan
dalam
mengetahui cara
perawatan(mengajarkan
berkomunikasi tepat
berbicara secara
dengan klien
bertahap) Do:-
F. CATATAN PERKEMBANGAN