Você está na página 1de 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
a. Mobilisasi
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang (Ansari, 2011).
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak,
2008).Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya
b. Imobilisasi
Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
darimobilitas optimal (Ansari, 2011).
Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di
tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau
gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental. Dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah baring yang terus –
menerus selama 5 hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis
(Bimoariotejo, 2009).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatsan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami
penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan
fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien
dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti
gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).Imobilisasi
merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya
sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya
luka dekubitus baik di rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat
meningkatkan waktu penekanan pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan
selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping
mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ
tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer,
system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari
udara (ekspansi paru) dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke
tubuh Lindgren et al, 2004.

B. ETIOLOGI
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut (Asmadi, 2008).
Penyebab secara umum:
1. Kelainanpostur
2. Gangguanperkembanganotot
3. Kerusakan system sarafpusat
4. Trauma lanngsungpada system mukuloskeletaldan neuromuscular
5. Kekakuanotot
Menurut(Riyadi & Widuri, 2015)dan(Saputra, 2013)faktor-faktor yang
dapatmemengaruhimobilitasfisikadalahsebagaiberikut:
a. Gaya Hidup
Perubahangayahidupdapatmemengaruhikemampuanmobilitasseseorang,
karenagayahidupberdampakpadaperilakuataukebiasaansehari-hari.

b. Proses Penyakit
Proses
penyakitsanganmemengaruhikemampuanseseorangdalammobilisasikarena
keadaantersebutdapatmemengaruhifungsisistemtubuh,

c. Kebudayaan
Kemampuanmelakukanmobilitasdapatjugadipengaruhiolehkebudayaan.Mi
salnya orang dengankebudayaanseringberjalanjauhmakamobilitas yang
dimilikinyalebihkuatdaripada orang dengankebudayaanadat yang
dilaranguntukberaktivitas.

d. Tingkat Energi
Energimerupakansumberseseoranguntukmelakukanaktivitas.Untukmemen
uhiaktivitasnya, makaseseorangharusmemilikienergi yang cukup.

e. Usiadan Status Perkembangan


Terdapatperbedaankemampuanmobilitaspadamasing-masingtingkatusia.
Hal
tersebutdikarenakankemampuanataukematanganfungsigeraksejalandengan
perkembanganusia.

C. PATOFISIOLOGI
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot:
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian
energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi
(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah)
karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit
(infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot
merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada
ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
D. PATHWAY
Perdarahan

Oklusi

Penurunan perfusi jaringan

Hipoksia Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

Gangguan perfusi jaringan vasospasme arteri serebral


perifer
/saraf serebral

nekrosis jaringan otak kematian area grocca

defisit neurologis kerusakan fungsi nerves 7 & 12

Lobus oksipitalis Hambatan komunikasi


verbal

Gangguan mobilitas
fisik

Defisit
Perawatan Diri
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda:
a. Tidak ada kesejajaran tubuh
Mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen dan otot selama berdiri,
duduk dan berbaring
b. Tidak ada keseimbangan tubuh
Tanpa keseimbangan tubuh,pusat gravitasi akan berubah menyebabkan
risiko jatuh dan cedera

Gejala:
a. Kelainan postur
Kelainan postur yang didapati/kongenental mempengaruhi efiisiensi
system muskoletal
b. Ganguuan perkembangan otot
Distrofi muskuler gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat/otot
skeletal
c. Kerusakan system saraf pusat
Kerusakan komponen system saraf yang mengatur pergerakan volunteer
mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi
d. Trauma langsung pada system muskoletal
Ini menyebabkan memar,konstusio,salah urat dan fraktur

F. KOMPLIKASI
Menurut Asmadi tahun 2008 komplikasi pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik diantaranya yaitu:
1. Perubahan Metabolik
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
5. Perubahan Eliminasi
6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
7. Perubahan Sistem Integumen

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh
yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
3. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema
atau atropfi, nyeri otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower
motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas

TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

Rentang gerak (range of motion-ROM)


DERAJAT RENTANG
GERAK SENDI
NORMAL
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang
paling jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90
dari posisi fleksi
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 70-90
arah belakang sejauh mungkin
Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 0-20
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas.
Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-50
arah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan 90
jari Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan 20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi

Derajat kekuatan otot


PERSENTASE KEKUATAN
SKALA KARAKTERISTIK
NORMAL (%)

0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
KATZ INDEX
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, perintah Dengan pemantauan, perintah,
ataupun didampingi pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa Mandi dengan bantuan lebih dari
bantuan, atau hanya memerlukan satu bagian tuguh, masuk dan
bantuan pada bagian tubuh tertentu keluar kamar mandi. Dimandikan
(punggung, genital, atau dengan bantuan total
ekstermitas lumpuh)
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa Membutuhkan bantuan dalam
jadi membutuhkan bantuan unutk berpakaian, atau dipakaikan baju
memakai sepatu secara keseluruhan
TOILETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar kecil (toilet), Butuh bantuan menuju dan keluar
mengganti pakaian, membersihkan toilet, membersihkan sendiri atau
genital tanpa bantuan menggunakan telepon
PINDAH (1 poin) (0 poin)
POSISI Masuk dan bangun dari tempat Butuh bantuan dalam berpindah
tidur / kursi tanpa bantuan. Alat dari tempat tidur ke kursi, atau
bantu berpindah posisi bisa diterima dibantu total

KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)


Mampu mengontrol secara baik Sebagian atau total inkontinensia
perkemihan dan buang air besar bowel dan bladder

MAKAN (1 poin) (0 poin)


Mampu memasukkan makanan ke Membutuhkan bantuan sebagian
mulut tanpa bantuan. Persiapan atau total dalam makan, atau
makan bisa jadi dilakukan oleh memerlukan makanan parenteral
orang lain.
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah (Sangat tergantung)

Indeks ADL BARTHEL (BAI)


NO FUNGSI SKOR KETERANGAN
1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur (perlu
rangsang pembuangan pencahar).
tinja 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x
seminggu).
2 Terkendali teratur.
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya
1x/24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain
masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa
(melepaskan, memakai kegiatan tetapi dapat mengerjakan
celana, membersihkan, sendiri beberapa kegiatan yang lain.
menyiram) 2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bias
2 duduk
3 Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda.
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang.
3 Mandiri
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis: memakai
2 baju)
Mandiri.
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor
Skor BAI :
20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat
12 - 19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9 - 11 : Ketergantungan sedang

1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan


hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera
ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan
jalur jaringan lunak melalui tulang
4. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan untuk masalah hambatan mobilitas fisik yaitu sebagai
berikut (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U., 2016):
1. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibelitas
sendi. Posisi-posisi tersebut yaitu:
a. Memiringkan pasien
b. Posisi fowler
c. Posisi sims
d. Posisi Trendelenburg
e. Posisi genupectoral
f. Posisi dorsal recumbent
g. Posisi litotomi
2. Ambulasi dini
Cara ini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilatih dengan cara melatih posisi duduk
ditempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda dan lain-lain.
3. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan otot.

I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Data riwayat kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya,
diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan,
aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan
apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari
5. Aktivitas sehari-hari.
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang
mengandung lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh
pasien, misalnya: masakan yang mengandung garam, santan,
goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu
makan klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba,
minum yang mengandung alcohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola
eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam
mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan,
warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn
mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau
riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV)
dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus
VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
vagus, adanya kesulitan dalam menelan
e. Dada
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan
Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup
Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara
jantung I dan II murmur atau gallop
f. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada
Auskultasi : Bisisng usus agak lemah
Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan
hemiplegi paralisis atau hemiparase, mengalami kelemahan otot
dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
1. Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali
2. Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi
3. Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan grafitasi
4. Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan
5. Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang
6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus
atau yang ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik :
 Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
 Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
 Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
 Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
 Dipsnea setelah beraktivitas
 Menyatakan merasa letih
 Menyatakan merasa lemah

Faktor Yang Berhubungan :


 Tirah Baring atau imobilisasi
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton

NOC
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
 Tanda-tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmunari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

NIC
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

2. Gangguan mobilitas fisik


Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan Karakteristik :
 Penurunan waktu reaksi
 Kesulitan membolak-balik posisi
 Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
(mis.,meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain,
mengendalikan perilaku, focus pada ketunadayaan/aktivitas
sebelum sakit)
 Dispnea setelah beraktivitas
 Perubahan cara berjalan
 Gerakan bergetar
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik
halus
 Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik
kasar
 Keterbatasan rentang pergerakan sendi
 Tremor akibat pergerakan
 Ketidakstabilan postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak terkoordinasi
Faktor Yang Berhubungan :
 Intoleransi aktivitas
 Perubahan metabolisme selular
 Ansietas
 Indeks masa tubuh diatas perentil ke 75 sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan massa otot
 Malnutrisi
 Gangguan muskuloskeletal
 Gangguan neuromuskular, Nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan otot
 Kurang pengetahuan tentang aktvitas fisik
 Keadaan mood depresif
 Keterlambatan perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, Kaku sendi
 Kurang dukungan Iingkungan (mis, fisik atau sosiaI)
 Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
 Kerusakan integritas struktur tulang
 Program pembatasan gerak
 Keengganan memulai pergerakan
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori perseptual

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
 Joint Movement : Active
 Mobility level
 Self care : ADLs
 Transfer performance

Kriteria Hasil:
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
 Memperagakan penggunaan alat
 Bantu untuk mobilisasi (walker)

Intervensi Keperawatan :
NIC
Exercise therapy : ambulation
 Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
 Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
 Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
 Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan.

3. Defisit Perawatan diri: mandi


Definisi : hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyeIesaikan
mandi / aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri .
Batasan karakterstik :
 Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
 Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
 Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
 Ketidakmampuan menjangkau sumber air
 Ketidakmampuan mengatur air mandi
 Ketidakmampuan membasuh tubuh
Faktor Yang Berhubungan :
 Gangguan kognitif
 Penurunan motivasi
 Kendala lingkungan
 Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
 Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
 Gangguan muskoloskeletal
 Gangguan neuro muskular
 Nyeri
 Gangguan persepsi
 Ansietas berat
Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC
 Activity Intolerance
 Mobility: physical Impaired
 Self Care Deficit Hygiene
 Sensory perception, Auditory disturbed.
Kriterta hasil :
 Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan
ostomi untuk eliminasi
 Perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu
untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara
mandiri atau dengan alat bantu
 Perawatan diri Mandi : mampu untuk membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan
kebersihan dan penampilan yang rapi secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri Hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan
gigi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
 Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke
kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
 Membersihkan dan mengeringkan tubuh
 Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan hygiene oral

Intervensi keperawatan :
NIC
Self-Care Assistance: Bathing / Hygiene
 Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri.
 Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
 Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
 Tempat handuk, sabun, deodoran, alat pencukur, dan aksesoris
lainnya yang dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar
mandi
 Menyediakan artikel pibadi yang diinginkan (misalnya,
deodoran, sekat gigi, sabun mandi, sampo, lotion, dan produk
aromaterapi)
 Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal
 Memfasilitasi gigi pasien menyikat
 Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
 Memantau pembersihan kuku, menurut kemampuan perawatan
diri pasien
 Memantau integritas kulit pasien
 Menjaga kebersihan ritual
 Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa pasien tidur,
isyarat sebelum tidur, alat peraga, dan benda-benda asing
(misalnya, untuk anak-anak, cerita, selimut / mainan, goyang,
dot, atau favorit, untuk orang dewasa, sebuah buku untuk
membaca atau bantal dari rumah), sebagaimana sesuai
 Mendorong orang tua / keluarga partisipasi, dalam kebiasaan
tidur biasa
 Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
mengasumsikan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi


NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
HAMBATAN MOBILITAS FISIK

Tanggal Pengkajian : Minggu /11-06-2017

Pukul : 09.00

Diagnosa Medis :-

A. BIODATA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun

Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. STM

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny.S

Umur : 26 tahun

Hubungan dengan klien :anak

II. KELUHAN UTAMA

klien mengatakan badanya lemah ½ badan sebelah kanan

a. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

klien mengeluh lemah pada anggota gerak selama 3 hari setelah pulang dari
bekerja sebelum masuk rumah sakit,tetapi keluarga klien tidak berinisiatif
untuk dibawa ke klinik, tidak diberi obat dan tidak dilakukan
pemijatan.setelah klien tampak semakin lemas klien baru dibawa ke IGD
09.00 WIB tanggal 11 Juni 2017 datang dengan keluhan badan ektermitas
atas dan bawah bagian kanan sulit untuk digerakkan dan tidak bisa
digerakan selama 3 hari sebelum MRS dan bicara pelo. di IGD pasien
diperiksa dengan TD 180/90 mmhg, N : 88x/menit, RR:20x/menit dan
S:360C dan mendapat infus RL 20tpm, injeksi obat IV Piracetam 3 x 1 gr,
Citicholin 2 x 500mg dan Ranitidin 3 x 25 ml. dari IGD pasien dipindah ke
Ruang X pada jam 20.10 WIB. Pada jam 21.00 WIB pasien dilakukan
pemeriksaan TTV dengan hasil TD 160/80, N: 88x/menit, RR :22x/menit,
S: 36,20C serta mendapat injeksi obat IV Piracetam 3 x 1 gr, Citicholin 2 x
500mg dan Ranitidin 3 x 25 ml
b. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Klien mengatakan ada riwayat penyakit hipertensi dan mengonsumsi obat


amlodipin

c. RIWAYAT ALERGI

Klien tidak memiliki alergi

d. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Klien mengatakan ayahnya mempunyai penyakit hipertensi

Genogram

Keterangan :

: perempuan
: laki-laki

: klien

: garis keturunan

: garis pernikahan

III. Pola Pengkajian Fungsional

1. Persepsi pasien tentang penyakitnya


Ny. T mengatakan terganggu dengan penyakit yang dialami karena
menghambat Ny. T untuk melakukan aktivitas desa.
2. Pola metabolik-nutrisi
A. TB : 157 cm
BB : 50 kg
B. Hb :14,5 g/dL
Ht : 41,7 %
C. Mukosa bibir lembab
D. Klien makan 3x sehari denagan makanan yang diberikan klien
habis dengan porsi makanan padat
3. Pola istirahat-tidur
Klein mengatakan biasanya tidur 8 jam/ hari . klien tidak terganggu
dengan penyakitnya .
4. Pola emilinasi
Klien menagatakn BAK 4-5 x sehari dengan warna kuning dan jernih .
klien mengatakan BAB 1-2x sehari dengan konsistensi padat
5. Pola aktivitas-latihan
No Aktivitas Skor Keterangan

1. Mandi 1 0: mandiri
2. Berpakain 1 1:dibantu
3. Toileting 1 orang lain
4. Berpindah 1 2. dibantu alat
3.dibantu
orang lain dan
alat
4. tergantung

Aktivitas-latihan klien dibantu dengan orang lain

6. Pola keyakinan-Nilai
Klien beraga islam klien selalu menjalankan kegiatan ibadah 5 waktu
dan terus berdoa .Untuk sementara ini kegiatan ibadah klien tidak
dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang
diderita klien. Untuk kegiatan shalat dan lainnya hanya dilakukan klien
jika ia merasa cukup kuat

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :Sedang
2. Kesadaran :composmentis
3. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 82 x/menit
TD :160/80 mmHg
RR :22x/menit
4. kepala :mecocepal,tidak ada lesi , tidak ada benjolan, rambut tidak
beruban berwarna hitam, distribusi rambut merata, kulit kepala bersih
5. mata :konjungtiva tidak anemis, mata kemerahan, simetris, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan
6. hidung :lubang hidung simetris, tidak terpasang kanul,tidak ada
secret, tidak ada pembesaran polip
7. mulut :tidak ada stomatitis, gigi agak kurang bersih (kecoklatan),
lidah bersih, gusi tidak berdarah
8. telinga :simetris, tidak ada penumpukan serumen, pendengaran
baik, tidak memakai alat bantu pendengaran
9. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Paru-paru I : simetris
P:taktil fremitus sama kanan dan kiri
P: resonan
A : Suara nafas vesikuler

Jantung I : ictus cordis tidak tampak


P :ictus cordis teraba di intercostal ke IV dan
V midklavikula sinistra
P : sonor
A : terdengar bunyi jantung S1 dan S2
(lup,dup) tidak ada suara tambahan
Abdomen I : simetis, tidak ada lesi, tidak ada massa
A : terdengar peristaltic usus 13x/menit
P: ada nyeri tekan di pinggang bagian kanan
P: timpani
11. Ekstremitas
Atas : tidak ada edema pada tangan kanan
kekuatan otot 2 (bahu, siku,
pergelangan tangan,dan jari-jari)
tidak ada edema, kekuatan otot 5 (
bahu, siku, pergelangan tangan, jari
tangan)
bawah :tidak ada edema di kaki, kekuatan
otot 2 (lutut, pergelangan kaki, jari
kaki)
: tidak ada edema, kekuatan otot 5 (
bahu, lutut, pergelangan kaki, jari
kaki)

Kanan kiri
2 5
2 5
12. Genetalia : tidak terpasang DC
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan Hasil Nilai normal satuan
Hb 13.5 P:12-14 L:14-18 g/dl
Hematocrit 41.7 P:37-43 L:40-48 %
Eritrosit 4.43 P:4-5 L:4,5-5,5 Jt/mm3
MCHC 32.60 32,00 – 36,00 g/dl
MCH 30.40 27,00 – 31,00 pg
MCV 93.60 82,00 – 92,00 fl
Leukosit 6.400 5,000 – 11,000 mm3
Trombosit 276.000 150,000 – 450,000 mm3
GDS 137 < 150 mg/dl
Program terapi
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi piracetam 3 x 1 gr
3. Injeksi citicolin 2 x 500 mg
4. Injeksi ranitidine 3 x 1 amp
5. Konsul dokter sobirin
Pemeriksaan penunjang :
-Cek GDS
-CT scan
-D/L

B. Analisa Data

Tanggal Data etiologi masalah


11-06- DS : Pasien mengatakan Penurunan Hambatan
2017 lemah ½ badan bagian kanan kekuatan otot mobilitas fisik
DO: pasien tampak
lemah/lemas
- Mata kemerahan
- Dalam beraktivitas pasien
tampak dibantu kelurga
- Skala/tingkat aktivitas 3
(memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan
peralatan)
-
- TD : 160/80 mmHg
- Suhu : 36,7
- Nadi : 82x/menit
- RR : 22x/menit
- Ekstremitas
> Kanan atas kekuatan otot 2
(bahu,siku,pergelangan
tangan, jari- jari)
> kanan bawah kekuatan otot
2(lutut, pergelangan kaki, jari
kaki
>kiri atas kekuatan otot
5(bahu,siku,pergelangan
tangan, jari- jari)
> kiri bawah kekuatan
otot5(lutut, pergelangan kaki,
jari kaki

+2 +5
+2 +5
Ket :
- skala 2: gerakan otot penuh
melawan gravitasi dengan
topangan
- Skala 5: kekuatan otot
normal
11-06- DS:− Keluarga mengatakan kerusakan Gangguan
2017 klien sulit berbicara dengan sirkulasi serebral komunikasi
jelas verbal

DO :
− Klien berbicara pelo,
kurang jelas, dan intonasi
sedang
− Kehilangan control tonus
otot fasial atau oral

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler
ditandai dengan kekuatan otot
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral ditandai dengan klien berbicara pelo

D. Intervensi
Hari/tanggal No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dx
11-06-2017 1 Tujuan : Mampu a. Kaji kemungkinan
mempertahankan kekuatan otot secara
Kriteria Hasil : fungsional/luasnya
− kerusakan awal dan
Mempertahankan/meningkatkan dengan cara yang
kekuatan dan fungsi bagian yang teratur.
terkena/kompensasi. b. Kaji tanda-tanda vital
− Mempertahankan integritas klien.
kulit. − Kebutuhan ADL c. Ubah posisi klien
terpenuhi. minimal setiap 2 jam.
d. Ajarkan klien latihan
rentang gerak aktif dan
pasif, libatkan keluarga
dalam melakukan
tindakan.
e. Tempatkan bantal
dibawah aksila untuk
melakukan abduksi pada
tangan.
f. Inspeksi kulit terutama
pada daerah yang
tertekan dan menonjol
secara teratur, lakukan
massage pada daerah
tertekan, sanggah tangan
dan pergelangan pada
kelurusan alamiah.
11-06-2017 2 Tujuan : Mampu menciptakan a. Kaji tipe atau derajat
metode komunikasi yang dapat disfungsi misalnya klien
dipahami. tidak mengerti tentang
Kriteria Hasil : katakata atau masalah
− Dapat mengidentifikasi berbicara atau tidak
pemahaman tentang masalah mengerti bahasa sendiri.
komunikasi. b. Katakan untuk
− Mampu membuat metode mengikuti perintah
komunikasi dimana kebutuhan secara sederhana seperti
dapat diekspresikan. ”tutup matamu” dan
”lihat kepintu”.
c. Berikan metode
komunikasi alternatif
misalnya menulis pada
papan tulis,
menggambar, gunakan
kata-kata sederhana
secara
d. Berbicara dengan
nada normal dan hindari
ucapan yang terlalu
cepat, berikan waktu
klien untuk berespon.
e. libatkan keluarga
dalam
perawatan(mengajarkan
berbicara secara
bertahap)

E. IMPLEMENTASI

Hari/tanggal No. Implementasi Respon


Dx
11-06-2017 1 a. Mengkaji tanda-tanda Ds:-
vital klien. Do: Suhu: 36,7 0C
Nadi: 82 x/menit
TD:160/80 mmHg
RR:22x/menit

b. Mengubah posisi klien


minimal setiap 2 jam. Ds: klien mengatakan
masih susah untuk beralih
posisi
Do: klien nampak
terbaring
c. Mengajarkan klien
latihan rentang gerak
Ds:klien menagatakan
aktif dan pasif, libatkan
bagian tangan belum bisa
keluarga dalam
digerakkan
melakukan tindakan.
Do:klien dan keluarga
nampak memperhatikan
d. Menginspeksi kulit cara yang diajarkan
terutama pada daerah Ds:klien mengatakan sakit
yang tertekan dan pada bagian kanan
menonjol secara Do:-
teratur, lakukan
massage pada daerah
tertekan, sanggah
tangan dan pergelangan
pada kelurusan
alamiah.

11-06-2017 a. mengkaji tipe atau derajat Ds: -


disfungsi misalnya klien tidak Do: nampak klien sedang
mengerti tentang katakata atau berbicara tidak jelas
masalah berbicara atau tidak
mengerti bahasa sendiri.
b. Katakan untuk mengikuti Ds:-
perintah secara sederhana Do: klien masih sedikit
seperti ”tutup matamu” dan berbicara pelo dan tidak
”lihat kepintu”. jelas

c. Memberikan metode Ds:klien mengatakan mau


komunikasi alternatif misalnya diajari metode komunikasi
menulis pada papan tulis, Do:klien nampak
menggambar, gunakan kata- mengikuti arahan yang
kata sederhana secara diberikan

d.membicarakan dengan nada Ds:-


normal dan hindari ucapan Do: klien berbicara agak
yang terlalu cepat, berikan lambat dan tidak jelas
waktu klien untuk berespon.

a. Melibatkan keluarga Ds: keluarga mengatakan


dalam mengetahui cara
perawatan(mengajarkan berkomunikasi tepat
berbicara secara dengan klien
bertahap) Do:-
12-06-2017 1 e. Mengkaji tanda-tanda Ds:-
vital klien. Do: Suhu: 36,5 0C
Nadi: 80 x/menit
TD:140/80 mmHg
RR:22x/menit

f. Mengubah posisi klien


minimal setiap 2 jam. Ds: klien mengatakan
masih susah untuk beralih
posisi
Do: klien nampak
terbaring
g. Mengajarkan klien
latihan rentang gerak
Ds:klien menagatakan
aktif dan pasif, libatkan
bagian tangan belum bisa
keluarga dalam
digerakkan
melakukan tindakan.
Do:klien dan keluarga
nampak memperhatikan
h. Menginspeksi kulit cara yang diajarkan
terutama pada daerah
yang tertekan dan Ds:klien mengatakan sakit
menonjol secara pada bagian kanan
teratur, lakukan Do:-
massage pada daerah
tertekan, sanggah
tangan dan pergelangan
pada kelurusan
alamiah.
12-06-2017 a. mengkaji tipe atau Ds: -
derajat disfungsi Do: nampak klien sedang
misalnya klien tidak berbicara jelas
mengerti tentang
katakata atau masalah
berbicara atau tidak
mengerti bahasa
sendiri.

b. Katakan untuk mengikuti


Ds:-
perintah secara sederhana
Do: klien masih sedikit
seperti ”tutup matamu” dan
berbicara pelo dan tidak
”lihat kepintu”.
jelas

c. Memberikan metode
Ds:klien mengatakan mau
komunikasi alternatif misalnya
diajari metode komunikasi
menulis pada papan tulis,
Do:klien nampak
menggambar, gunakan kata-
mengikuti arahan yang
kata sederhana secara
diberikan

d.membicarakan dengan nada


Ds:-
normal dan hindari ucapan
Do: klien berbicara agak
yang terlalu cepat, berikan
lambat
waktu klien untuk berespon.

b. Melibatkan keluarga
Ds: keluarga mengatakan
dalam
mengetahui cara
perawatan(mengajarkan
berkomunikasi tepat
berbicara secara
dengan klien
bertahap) Do:-

F. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tanggal No. Catatan Perkembangan


Dx
11-06-2017 1 S= Klien mengatakan anggota gerak bagian kanan masih
belum dapat digerakan.
O= Tanda-tanda vital: TD= 160/80mmHg HR= 82x/menit
RR= 22x/menit T= 36,7 oC Kekuatan otot ekstremitas atas
kanan 5 dan kiri 1. Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan
5 dan kiri 3.
A= Masalah belum teratasi
P=lanjutkan intervensi.
11-06-2017 2 S= Keluarga klien mengatakan mulai mengetahui
bagaimana cara berkomunikasi tepat dengan klien.
O= Keluarga mendengarkan dan memahami informasi
yang diberikan perawat.
A= Masalah teratasi
P= lanjutkan intervensi

12-06-2017 1 S= Klien mengatakan anggota gerak bagian kanan masih


belum dapat digerakan.
O= Tanda-tanda vital: TD= 140/80mmHg HR= 80x/menit
RR= 22x/menit T= 36,5 oC Kekuatan otot ekstremitas atas
kanan 5 dan kiri 1. Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan
5 dan kiri 3.
A= Masalah belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
12-06-2017 2 S= Keluarga klien mengatakan mulai mengetahui
bagaimana cara berkomunikasi tepat dengan klien.
O= Keluarga mendengarkan dan memahami informasi
yang diberikan perawat.
A= Masalah teratasi
P= lanjutkan intervensi

Você também pode gostar