Você está na página 1de 93

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia, seperti yang tercantum
dalam UU kesehatan No. 36 2009 bahwa kesehatan merupaka hak azasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Dalam rangka mewujudkan Milenium Development Gold’s 2015, di harapkan
masyarakat Indonesia ikut berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan yang optiamal. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan dukungan masyarakat dan mendorong ke arah kemandirian dalam
memecahkan masalah bagian integral dari pembangunan nasiaonal.
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu organisasi fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan yang optimal dalam suatu wilayah
kerja tertentu yang berupa tugas-tugas pokok.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, daerah juga diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan kegiatan birokrasi, adminitrasi dan ekonomi serta juga termasuk
program kesehatan didalamnya, seperti program pemerintah kota Medan dengan
pemberian obat-obatan gratis di Puskesmas (Depkes RI).
Demi tercapainya program praktek belajar lapangan state puskesmas ini maka
mahasiswa ners stikes flora melakasanakan praktek belajar di Puskesmas Padang
Bulan mulai tanggal 14 januari s/d 3 february 2019 untuk mengidentifikasi dan
menilai ke efektifan program Puskesmas. Melakukan pengamatan langsung dilapangan
dan ikut serta dalam pelayanan kesehatan.

2. Tujuan praktek lapangan


1. Tujuan Umum
A. Untuk mengetahui program kerja Puskesmas di masyarakat.
B. Untuk mengetahui struktur organisasi Puskesmas serta program dari masing-
masing unit yang ada.
2. Tujuan Khusus
A. Untuk mengetahui program wajib dan perkembangan Puskesmas (
khususnya Puskesmas Padang Bulan ).
B. Untuk mengetahui sejauh mana program-program tersebut telah berjalan
melalui data-data yang tersedia di Puskesmas tersebut.

1
C. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang sering di jumpai
dalam melaksanakan program yang ada di Puskesmas tersebut
D. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang dijumpai diwilayah kerja
Puskesmas Padang Bulan

3. Manfaat
3.1.Bagi Pihak Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengenal dunia lapangan kerja yang sebenarnya
b. Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman kepada mahasiswa dalam
memasuki lapangan kerja
c. Meningkatkan keterampilan dengan membentuk kemampuan mahasiswa
untuk bekal memasuki lapangan kerja
d. Menumbuhkan sikap profesioanal yang diperlukan bagi seorang mahasiswa
untuk memasuki lapangan kerja
3.2.Bagi Pihak Institusi
Dalam melaksanakannya PKL ini pihak kampus akan memperoleh
masukan dari mahasiswa guna memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian
antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
3.3.Bagi Pihak Puskesmas
Dengan adanya PKL, pihak Puskesmas dapat membentuk calon Ahli
Perawat Profesional yang berpotensi dan lebih berkualitas.

4. Ruang Lingkup
Waktu dan tempat untuk praktek belajar lapangan berlokasi di Puskesmas
Padang Bulan Medan sejak tanggal 14 januari s/d 3 february 2019

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat


pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-
usaha kegiatan pokok.
Puskesmas unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah
kerja.Yang dimaksud dengan Unit Pelayanan Teknis Dinas yang selanjutnya
disebut UPTD, yakni unit organisasi di lingkungan dinas kota yang melakukan
tugas teknis operasional.Yang dimaksud dengan pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Pengertian pembangunan kesehatan juga meliputi
pembangunan yang berwawasan kesehatan,pemberdayaan Kecamatan adalah
batas wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi
pembangunan kesehatan.
Dari uraian singkat diatas, jelas bahwa Puskesmas adalah satu satuan
organisasi yang diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas-tugas
Operasional pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan.

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
1. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Fungsi puskesmas ada 3, yaitu: pusat penggerak
Pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan

3
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta menduku ng pembangunan
kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari,
Penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya
agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggungjawab puskesmas meliputi : Pelayanan kesehatan perorangan
adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu
merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya

4
yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat
bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan
kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada
masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program puskesmas.

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Nasional Bangsa
Indonesia adalah untuk menwujudkan kesejahteraan bangsa, dimana kesehatan
merupakan aspek penting dalam menwujudkan kesejahteraan tersebut. Menurut
Undang-undang No. 23 tahun 1992, SEHAT diartikan sebagai keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Hal ini sejalan dengan visi yang ingin dicapai dari
pembangunan kesehatan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang
akan datang yaitu Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan Salah satu
cara perwujudannya yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang
memadai dan menyeluruh bagi masyarakat.

2.2.1 Visi Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
Indikator yaitu:
1. Indikator Lingkungan sehat
2. Indikator Prilaku sehat
3. Indikator Pelayanan Kesehatan yang Bermutu
4. Indikator Derajat Kesehatan yang Optimal

2.2.2 Misi Puskesmas


Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani

5
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin upaya kesehatan
yang paripurna,merata,,bermutu dan berkeadilan
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

2.3 Azas dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


2.3.1 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Azas penyelengaraan Puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
Puskesmas harus bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, dengan kegiatan
antara lain:
a. menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat Kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memperdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas dengan kegiatan antara lain:
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, Posyandu, Polindes, Bina Keluarga
Bahagia (BKB).
b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga
Sadar Gizi.
d. Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter Kecil, Penyertaan guru dan orang
tua / wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren).
e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai air (Pokmair),
Desa Percontohan Keehatan Lingkungan (DPKL).
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.
g. Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
h. Upaya Kesehatan Jiwa : Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat

6
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga
(TOGA).
j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif) : Dana Sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Mobilitas Dana Keagamaan.
3. Azas Keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak,
bermitra dengan BPKM / BPP dan organisasi masyarakat lainnya,
berkoordinasi dengan lintas sektoral dan lintas program, agar terjadi
perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
4. AzasRujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama, yang
bila tidak mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa
melakukan rujukan baik secara vertikal ke tingkat yang lebih tinggi, atau
secara horizontal ke Puskesmas lainnya. Ada 2 macam rujukan di
Puskesmas :
1) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan.
2) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat.

2.3.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat.Upaya kesehatan tersebut di kelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai
daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
harus diselenggarakan di setiap Puskesmas.Upaya kesehatan wajib tersebut
adalah:
A. Upaya Promosi Kesehatan
B. Upaya Kesehatan Lingkungan
C. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
D. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
E. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
F. Upaya Pengobatan
G. Upaya Pencatatan dan Pelaporan

7
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni :
A. Upaya Kesehatan Sekolah
B. Upaya Kesehatan Olahraga
C. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
D. Upaya Kesehatan Kerja
E. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
F. Upaya Kesehatan Jiwa
G. Upaya Kesehatan Mata
H. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
I. Upaya pembinaan Pengobatan Tradisional

2.4 Program Kerja Puskesmas


Pada Puskesmas yang sempurna usaha-usaha pokok atau Basic Health
Service yang dilakukan ada 18 program seperti tercantum dalam Program
Kesehatan Nasional, yaitu :
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
7. Perawatan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Kesehatan Olah Raga
10. Kesehatan Kerja
11. Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Kesehatan Jiwa
13. Kesehatan Mata
14. Laboratorium Sederhana
15. Kesehatan Masyarakat
16. Perawatan Lanjut Usia
17. Pengobatan Tradisional (BATRA)
18. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan

8
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN

3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Padang Bulan

UPT Puskesmas Padang Bulan mulai dibangun pada tahun 1968 dengan
Peletakan Batu Pertama dilakukan oleh Pangdam I / Bukit Barisan yaitu Bapak
Sarwo Edhi Wibowo (Brigjen TNI). Puskesmas Padang Bulan kemudian selesai
dibangun pada tanggal 20 Juli 1968.
3.2 Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

UPT Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kelurahan


Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan Luas Wilayah 540 Ha. Wilayah kerja
UPT Puskesmas Padang Bulan meliputi 6 Kelurahan dengan 64 Lingkungan, yaitu :
1. Petisah Hulu, dengan luas 62 Ha (12 Lingkungan)
2. Babura, dengan luas 79 Ha (13 Lingkungan)
3. Merdeka, dengan luas 98 Ha (13 Lingkungan)
4. Darat, dengan luas 28 Ha (4 Lingkungan)
5. Padang Bulan, dengan luas 168 Ha (12 Lingkungan)
6. Titi Rantai, dengan luas 106 Ha (10 Lingkungan
3.3 Data Wilayah / Geografis Puskesmas Padang Bulan

Wilayah UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki batas wilayah sebagai


berikut :

1. Utara : Kecamatan Medan Petisah


2. Selatan : Kecamatan Medan Selayang
3. Timur : Kecamatan Medan Polonia
4. Barat : Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Selayang

9
Secara demografis, penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan
adalah 44.432 jiwa yang terdiri dari laki-laki 20.756 jiwa dan perempuan 23.676 jiwa.

10
3.4 Data Kependudukan / Demografi Puskesmas Padang Bulan

Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru

Tahun 2017

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan


Jumlah Jumlah
Kelurahan Penduduk
Lk Pr Jumlah Lingkungan KK
(per km2)

Petisah Hulu 2.419 2.415 4.834 12 1.202 7.797

Babura 3.697 3.405 7.102 13 1.814 8.990

Merdeka 4.078 4.023 8.101 13 2.189 8.266

Darat 1.014 953 1.967 4 534 7.025

Padang
4.452 4.868 9.320 12 2.980 5.548
Bulan

Titi Rantai 4.375 4.861 9.236 10 2.352 8.713

Jumlah 20.035 20.525 40.560 64 11.071 7.497

Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Medan


Baru Tahun 2017

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO
UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0-4 1.847 1.777 3.624

2 5-9 1.843 1.761 3.604

3 10 - 14 1.722 1.638 3.360

4 15 - 19 1.935 2.000 3.935

5 20- 24 2.236 2.355 4.591

11
6 25 - 29 1.782 1.808 3.590

7 30 - 34 1.584 1.647 3.231

8 35 - 39 1.472 1.548 3.020

9 40 - 44 1.352 1.396 2.748

10 45 - 49 1.168 1.214 2.382

11 50 - 54 990 1.052 2.042

12 55 - 59 822 857 1.679

13 60 - 64 595 607 1.202

14 65 - 69 345 385 730

15 70 - 74 202 251 453

16 75+ 140 229 369

JUMLAH 20.035 20.525 40.560

Bangunan Puskesmas Padang Bulan belum seluruhnya memenuhi standar


Permenkes No. 75 Tahun 2014, dimana tidak terdapat lahan parkir, dan ruangan yang
kurang luas sehingga menyulitkan untuk membuat arena bermain bagi anak, sehingga
hal ini sangat menghambat proses pelayanan kesehatan, namun karena Letak
Puskesmas Padang Bulan yang strategis yang berada di perkotaan kota medan
sehingga mudah dijangkau dengan alat transportasi. Berikut ini gambar bangunan
Puskesmas Padang Bulan dilihat dari tampilan depan, samping dan belakang.

12
Gambar 1. Tampak Depan UPT Puskesmas Padang Bu

Gambar 2. Tampak Samping UPT Puskesmas Padang Bulan.

13
3.5 Sarana Fisik Puskesmas Padang Bulan
UPT Puskesmas Padang Bulan adalah bangunan yang memiliki 2 lantai,
dimana lantai 1 difokuskan untuk pengobatan dasar dan rujukan. Sedangkan lantai
2 unit administrasi, aula dan konseling.

Tabel 5.1 Fasilitas Gedung UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2017

No Fasilitas Gedung Jumlah

1 Ruang Kepala Puskesmas 1

2 Ruang Adminstrasi 1

3 Loket Pendaftaran 1

4 Ruang Tunggu Pasien 3

5 Ruang Pemeriksaan Umum 3

6 Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut 1

7 Ruang Periksa KIA/KB 1

8 Ruang Fisioterapi 1

9 Ruang Rujukan 1

10 Ruang Emergensi 1

11 Ruang Imunisasi 1

12 Klinik IMS / HIV 1

13 Ruang Konsultasi 1

14 Ruang Gizi 1

15 Laboratorium 2

16 Apotek 1

17 Gudang Obat 1

18 Gudang 2

14
19 Kamar Mandi 6

20 Ruang Shalat 1

21 Aula (Ruang Pertemuan) 1

1. Fasilitas Alat-alat
Adapun peralatan yang dimiliki Puskesmas Rantang adalah :
a. Alat-alat pemeriksaan pasien
b. Alat-alat pertolongan persalinan
c. Alat-alat suntik dan pertolongan P3K
d. Timbangan bayi dan dewasa
e. Satu set dental unit
f. Lemari pendingin (pendingin vaksin)
g. Alat-alat laboratorium
2. Fasilitas Administrasi
a. Kartu berobat pasien/status
b. Buku catatan pasien
c. Kartu laporan
d. Lemari/rak kartu
e. Meja dan kursi
f. Stempel
g. Arsip komputer
3. Fasilitas Imunisasi
a. Lemari pendingin
b. Alat-alat imunisasi
c. Vaksin (BCG, DPT-HB, Campak, DT, TT, Hepatitis

15
3.6 Tenaga Kesehatan Puskesmas Rantang
UPT Puskesmas Padang Bulan memiliki 47 orang tenaga kesehatan
baik medis, paramedis maupun non medis yang memadai, yang dapat dilihat
pada tabel 5.6 sebagai berikut

Tabel 5.6 Tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2017

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Jumlah Dokter Spesialis 1

2 Jumlah Dokter Umum 8

3 Jumlah Dokter Gigi 4

4 Jumlah Perawat 10

5 Jumlah Bidan 10

6 Jumlah Sarjana Non Medis (SKM) 3

7 Jumlah Petugas Sanitasi / Kesling 1

8 Jumlah Analis 3

9 Jumlah Nutrisionis 2

10 Jumlah Petugas Farmasi 3

11 Jumlah Petugas Fisioterapi 2

Jumlah 47

16
BAB IV
UPAYA POKOK PUSKESMAS PADANG BULAN

4.1. Upaya Penyelenggaraan Puskesmas di Kota Medan


4.1.1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap
Puskesmas.Untuk Dinas Kesehatan Kota Medan upaya penyelenggaraan kesehatan
wajib Puskesmas ada 7 program wajib (basic seven) yaitu
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan
4.1.2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah Upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan
Puskesmas yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN)
4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
6. Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)
7. Upaya Kesehatan Mata (UKM)
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut(USILA)
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional(BATRA)
10. Laboratorium Sederhana
4.2. Program Pokok Puskesmas
4.2.1. Upaya Promosi Kesehatan

Tujuan
 Agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan
perilaku hidup sehat

17
 Agar individu dan kelompok masyarakat berperan aktif dalam upaya-upaya
kesehatan, serta ikut aktif dalam perencanaan dan penyelenggaraan Posyandu.

Kegiatan
 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di lingkungan wilayah
kerja Puskesmas Amplas di dalam maupun di luar gedung berbentuk kegiatan:
Posyandu, Posyandu lansia, Gizi, KB, Imunisasi dan lain-lain.
 Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membagikan
brosur/leaflet info kesehatan

4.2.1.1.Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)


Pengertian
 Posyandu merupakan suatu wadah pusat kegiatan pemberian pelayanankesehatan
dan KB yang terpadu tingkat desa.

Sasaran
 Bayi, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia subur).

Tujuan
 Mempercepat penurunan angka kematian bayi, Balita dan angka kelahiran
 Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
 Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
 Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.
 Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan penduduk dan geografi.
Menurut tingkatnya Posyandu dibagi 4 strata:
1. Pratama, kegiatan Posyandu strata ini belum mantap dan belum teratur tiap
bulannya, juga terbatas jumlah kader.
2. Madya, kegiatan Posyandu strata ini 8 (delapan) kali dalam setahun, mempunyai
kader sebanyak 5 orang dengan cakupan yang masih rendah dengan adanya dana
sehat.
3. Purnama, kegiatan Posyandu strata ini lebih dari delapan kali dalam setahun
dengan kader lebih dari 5 orang dengan cakupan baik dan telah memiliki dana
sehat.
4. Mandiri, kegiatan Posyandu strata ini sebanyak dua belas kali dalam setahun
jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan baik dan dana sehat sudah tersedia untuk
lebih dari 50% KK.

18
Pelayanan Posyandu dilakukan dengan pola 5 meja, yaitu :
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan Bayi dan Balita
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan
1. Mengenai Balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan
yang diikuti pemberian makanan, oralit dan vitamin A dosis
tinggi.
2. Mengenai gizi, kesehatan diri, perawatan payudara, ASI ekslusif
dan P2P terhadap ibu hamil dan menyusui
3. Menjadi peserta KB lestari, pemberian kondom, pil ulangan atau
tablet busa.
 Meja V : Pelayanan tenaga kerja profesional meliputi KIA, KB, Imunisasi
dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan
setempat.
1.2.2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Sasaran
 Daerah yang rawan air bersih
 Daerah yang rawan penyakit menular
 Daerah percontohan dan pemukiman baru
 Tempat-tempat umum seperti terminal, pasar swalayan, rumah ibadah, sekolah
dan lain lain
 Masyarakat yang padat penduduknya dan lingkungan kotor.
Kegiatan
 Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi syarat
kesehatan
 Higiene dan sanitasi tempat tinggal mencakup :
1. Mendata tempat pembuangan sampah dan sarana jamban keluarga
2. Mendata sarana air minum
3. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan
4. Mendemonstrasikan tentang sumur yang baik untuk kesehatan
 Higiene dan sanitasi lingkungan, berupa pengawasan kesehatan tempat-tempat
umum serta tempat pengolahan dan penyajiannya.
 Melaksananakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

19
4.2.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
4.2.3.1.Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pengertian
KIA adalah upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan Balita serta anak usia pra sekolah yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan
bangsa pada umumnya.

Sasaran
 Ibu hamil, ibu bersalin, bayi, Balita, ibu nifasserta anak usia pra sekolah.
Tujuan
 Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu: timbang berat badan, mengukur
tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, serta
vitamin A.
 Memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai keadaan gizi, perawatan
payudara, ASI ekslusif, kebersihan diri dan lingkungan serta P2P.
 Memberikan motivasi agar ibu hamil ikut pelayanan KB
 Membina Posyandu.
 Merujuk pasien ke Rumah Sakit apabila penyakitnya tidak dapat ditanggulangi di
Puskesmas.
 Pencatatan dan pelaporan KPKIA (Kelompok Pembina Kesehatan Ibu dan Anak).
 Pemberian Imunisasi pada bayi, Balita, ibu hamil, anak sekolah dan calon
pengantin.
Kegiatan
 Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui dan KB
 Pertolongan persalinan di luar Rumah Sakit.
 Pemeriksaan dan pemeliharaan anak.
 Imunisasi dasar dan revaksinasi.
 Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak yang menderita diare
dengan pemberian cairan per oral.
 Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak.
 Bimbingan kesehatan jiwa anak.
 Menjalankan kunjungan rumah.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
 Pelayanan Keluarga Berencana

20
4.2.3.2. Keluarga Berencana
Pengertian
 Keluarga berencana adalah penggunaan cara-cara mengatur kesuburan agar
menjarangkan kelahiran selanjutnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sasaran
 Pasangan usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Tujuan
 Menaikkan kesehatan melalui upaya menjarangkan kelahiran dalam kelembagaan
NKKBS.
Kegiatan
 Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan usaha-usaha terpadu.
 Memberikan layanan kotrasepsi pada akseptor KB dalam bentuk Intra Uterine
Device (IUD), pil, kondom, suntikan, kontrasepsi mantap (KONTAP), dan susuk.
 Menerima akseptor dan calon akseptor yang dirujuk dari pos-pos KB dan
Posyandu.
 Memotivasi calon akseptor dan akseptor KB agar menjadi motivator KB.
 Melayani konsultasi kemandulan dan konsultasi KONTAP.
 Membuat laporan kegiatan KB bulanan, triwulan, dan tahunan.
 Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan usaha-usaha terpadu

4.2.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan


komplit. Pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya
pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada. Penyakit – penyakit karena
kurangnya gizi di Indonesia adalah defisiensi protein kalori, defisiensi vitamin A, dan
defisiensi yodium.
Beberapa Kegiatan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah :
1. Mendata jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskemas
2. Melakukan survei terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi balita.
3. Melaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah defisiensi
vitamin A pada balita, juga diberikan pada ibu nifas. Vitamin A yang diberikan
pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya yaitu :
 Pada bayi umur 6 bulan s/d 11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis
100.000 IU (kapsul biru).
 Pada bayi umur 12 bulan s/d 5 tahun diberikan vitamin A dengan dosis
200.000 IU (kapsul merah).
4. Memberikan tablet penambah darah untuk mencegah dan mengobati anemia
pada ibu hamil dan menyusui.

21
5. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan
dengan menanam sayuran dan buah-buahan serta memelihara ternak terutama
unggas.

4.2.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Dalam pencegahan penyakit menular, diberikan imunisasi dimana imunisasi
adalah merupakan suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh terhadap
penyakit tertentu.
Sasaran Imunisasi
 Yang menjadi sasaran imunisasi adalah bayi, balita, dan anak sekolah.
Tujuan Imunisasi:
 Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
 Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil, dan pencegahan penyakit.
Jenis-jenis Imunisasi:
 BCG
a. Yang berguna untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC pada anak.
b. Cara pemberian, diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali.
c. Lokasi pemberian, pada lengan kanan atas dengan injeksi intrakutan, dosis 0,05
ml.

 DPT
a. Yang berguna untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus
b. Cara pemberian, diberikan pada umur 2-11 bulan, diberikan 3 kali interval 4
minggu.
c. Lokasi pemberian, pada paha bagian luar dengan injeksi intramuskular, dosis
0,5 ml.
 Polio
a. Yang berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Polio.
b. Cara pemberian, diberikan pada umur 0-11 bulan, diberikan 4 kali.
c. Diberikan dengan dosis 2 tetes per oral.
 Campak
a. Yang berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
b. Cara emberian, diberikan pada umur 9-11 bulan, diberikan 1 kali.
c. Lokasi pemberian pada lengan kiri dengan injeksi subkutan, dosis 0,5 ml.
 Toxoid Tetanus
a. Yang berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus.
b. Cara pemberian, diberikan pada murid V SD, diberikan 2 kali dengan interval 4
minggu, dengan injeksi subkutan.
 Hepatitis B

22
a. Yang berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis
B.
d. Cara pemberian, diberikan pada umur 2-11 bulan, diberikan 3 kali interval 4
minggu.
e. Lokasi pemberian, pada paha bagian luar dengan injeksi intramuskular, dosis
0,5 ml.

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


Pengertian
 Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau
hewan yang sakit, dari reservoir ataupun benda - benda yang mengandung bibit
penyakit lainnya ke manusia yang sehat.
Sasaran
 Seluruh lapisan masyarakat.
Tujuan
 Mencegah terjangkitnya penyakit.
 Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.
 Menurunkan angka kematian dan kesakitan.
Pemberantasan Penyakit Menular atau P2M dilaksanakan karena :
 Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi, misalnya: penyakit Campak,TB Paru.
 Masih tingginya penyakit menular yang berhubungan dengan higiene dan sanitasi,
misalnya: Diare, Infeksi mata, Infeksi telinga dan Mastoid.
 Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang penularannya melalui
vektor, misalnya: Demam Berdarah.
 Masih tingginya angka penderita penyakit menular yang ditulari secara langsung,
TB Paru, ISPA, Campak, Cacar air.
 Kegiatan-kegiatan P2M berupa:
 Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan.
 Memberikan penyuluhan kesehatan daerah wabah di Puskesmas.
 Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio, DT dan TT.
 Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan dan pemberantasan
penyakit
 Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
 Melaporkan penyakit menular.
 Menemukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularannya.
 Tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya.
 Menyembuhkan penderita hingga sehat.
 Pemberian imunisasi.
 Pemberantasan vektor nyamuk.

23
4.2.6. Upaya Pengobatan
Dalam usaha pengobatan penderita tidaklah diobati secara kuratif melainkan
juga memberikan pengertian tentang preventif terhadap penyakit. Di Puskesmas
Amplas dilaksanakan pengobatan gratis untuk pengobatan dasar bagi pasien rawat
jalan dan menolong penderita gawat darurat baik tindakan operasi terbatas maupun
rawat inap sementara seperti kecelakaan lalu lintas, persalinan, dan lain-
lain.Pemeriksaan kesehatan masyarakat Puskesmas, kegiatan yang dilakukan meliputi:
 Pemeriksaan mendiagnosa penyakit dan memberikan obat melalui apotik yang ada
di Puskesmas.
 Penyuluhan kepada pasien pada saat dilakukan pemeriksaan.
 Mengirim penderita yang tidak mampu dan melanjutkan pengobatan setelah
penderita dikembalikan.

4.2.7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan


Tujuan
 Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan
 Untuk dipergunakan sebagai bahan dalam menyusun rencana kerja

Pembagian
1. Pencatatan
 Kegiatan Administrasi
 Registrasi family folder
 Registrasi kegiatan lain
2. Pelaporan
 Laporan kejadian luar biasa
 Laporan pencatatan jumlah penyakit dan pengunjung Puskesmas
 Laporan kasus penyakit menular
 Laporan kegiatan Puskesmas dan Posyandu
 Laporan triwulan yaitu mencatat semua kegiatan Puskesmas dan rencana
kerja selama triwulan
 Laporan tahunan yaitu mencatat semua laporan dalam satu tahun yang
diambil dari laporan bulanan
 Laporan khusus berupa laporan kematian, penyakit dan obat

24
4.3. Program Kesehatan Pengembangan Puskesmas Padang bulan
4.3.1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Pengertian

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah wadah belajar untuk meningkatkan


kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia
sekolah yang berada di sekolah maupun perguruan agama

Tujuan

Menciptakan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia seutuhnya. Kegiatan UKS di Puskesmas Amplas antara
lain :

 Mendata jumlah sekolah dan murid sekolah


 Melakukan pemeriksaan berkala ke sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.
 Memberikan pendidikan kesehatan melalui kegiatan intra atau ekstra kurikuler
misalnya pelatihan dokter kecil dan dokter remaja.
 Memberikan pelatihan Guru UKS serta pembinaan
 Melaksanakan penyuluhan kesehatan pribadi, kesehatan gigi, kesehatan
lingkungan, P2M, imunisasi, P3K, dll
 Membuat rencana kerja bulanan dan membuat laporan kerja bulanan, triwulan
dan tahunan.

Kegiatan UKS di tingkat sekolah Dasar :


1. Penyuluhan mengenai:
a. Cuci tangan yang benar
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
d. Pemberantasan Penyakit menular
2. Pembentukan dokter kecil
Kegiatan UKS di tingkat SMP dan SMA :
1. Penyuluhan mengenai:
a. HIV-AIDS
b. Kesehatan Reproduksi
c. Merokok dan Narkoba
2. Pembentukan dokter remaja

25
Sampai saat ini jumlah dokter remaja belum ada dikarenakan belum dilakukan
pemilihan kepengurusan yang baru.

4.3.2. Upaya Kesehatan Olahraga


Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada penunjang
Puskesmas agar menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga juga dilakukan
pendataan dan pembinaan kepada klub-klub olahraga yang ada di wilayah Puskesmas.
Hasil upaya kesehatan olahraga belum ada dikarenakan pengumpulan data belum
selesai dilakukan.
4.3.3 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Tujuan

1. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada pasien atau


keluarganya di rumah pasien dengan mengikutsertakan masyarakat dan kelompok
masyarakat disekitarnya.
2. Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan kesehatannya sendiri
dan cara-cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas-batas kemampuan
mereka.
3. Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan penyakit,
peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan keluarganya.
Cara-cara yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan perorangan,
perkelompok dan massal. Metode yang dilaksanakan yaitu bimbingan dan konseling,
ceramah, diskusi kelompok, demostrasi, dll. Hasil upaya perawatan kesehatan
masyarakat belum ada dikarenakan pengumpulan data belum selesai dilakukan.

4.3.4. Upaya Kesehatan Kerja


Pengertian kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyarakat baik dalam waktu sakit maupun
sehat guna meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dan keluarannya.
Sasaran
Para pekerja dan keluarganya
Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan tiap pekerja agar dapat menjalankan fungsinya
seoptimal

4.3.5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut adalah bertujuan untuk mencegah dampak
pengobatan serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar paripurna yang ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah khususnya kelompok
masyarakat awam.Kegiatan-kegiatan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut yang dapat
dilaksanakan:

26
 Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi, penambalan dan pencabutan gigi.
 Membuat rencana kerja dan laporan kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan, pengobatan, perawatan gigi dan mulut serta rujukan penyuluhan
kebersihan gigi pada pasien yang berobat di Puskesmas.
 Usaha kesehatan gigi anak sekolah (UKGS).
 Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

4.3.6. Upaya Kesehatan Lanjut Usia


Kegiatan-kegiatan upaya kesehatan lanjut usia di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan lanjut usia yang dibagi dalam 8 kelompok utama di tiap lingkungan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya kesehatan lansia ini dilakukan pada
posyandu lansia yang kegiatannya antara lain berupa :
1. Kegiatan Penyuluhan dan konseling
2. Pengukuran Antropometri
3. Pengukuran Tekanan Darah
4. Pengobatan dan rujukan
4.3.7. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Kegiatan
 Pembinaan kepada masyarakat pengobat tradisional antara lain dukun beranak,
dukun patah, dukun pijat, tukang jamu, dan lain-lain.
 Memberikan penyuluhan tentang manfaat pekarangan untuk penanaman tanaman
obat keluarga (TOGA)
4.3.8. Laboratorium

Pelayanan laboratorium di Puskesmas Medan Padang Bulan belum terlaksana


dengan baik.

27
BAB V
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

5.1.Angka Mortalitas
Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran
perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan dapat juga digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada
kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang dapat menjadi indikator
pelayanan kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Neonatal (AKN).

5.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)


Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator untuk menentukan kesejahteraan masyarakat pada bidang kesehatan. Selain
itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya
penurunan AKB. Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi yang meninggal pada fase
antara kelahiran hingga belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama.

Pada tahun 2017, Jumlah kematian Neonatal, bayi, balita tidak ada yang
dilaporkan meninggal di UPT Puskesmas Padang Bulan.

Namun pada tahun 2017, Diketahui jumlah Kelahiran di wilayah kerja UPT
Puskesmas Padang Bulan adalah 1.156 kelahiran hidup, dan dari 1.156 kelahiran hidup
tidak ada (0) didapatkan kelahiran mati. Seperti dijelaskan dalam tabel 3.1 di bawah ini

Tabel 3.1 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Baru
Tahun 2017

JUMLAH KELAHIRAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN Jumlah


NO KELURAHAN

Hidup Mati Jlh Hidup Mati Jlh Hidup Mati Jlh

1 Petisah Hulu 44 0 44 42 0 42 86 0 86

28
2 Babura 65 0 65 62 0 62 127 0 127

3 Merdeka 74 0 74 71 0 71 145 0 145

4 Darat 33 0 33 31 0 31 64 0 64

5 Padang Bulan 85 0 85 82 0 82 167 0 167

6 Titi Rantai 84 0 84 81 0 81 165 0 165

JUMLAH 385 0 385 369 0 369 754 0 754

5.1.2. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu termasuk salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat dan dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. AKI mengacu pada jumlah ibu yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidental) mulai dari masa kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Untuk tahun 2017, di
wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan tidak ditemukan kasus kematian ibu.

5.1.3. Angka Kematian Balita (AKABA)


Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak –anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka ini kerap dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk. Untuk tahun 2017, di wilayah kerja UPT Puskesmas
Padang Bulan tidak ditemukan kasus kematian balita.
5.2. Angka Morbilitas
5.2.1. Tuberkulosis
Penemuan kasus Baru Tuberkulosis selama tahun 2017 di UPT Puskesmas
Padang Bulan adalah sebesar 27 kasus baru, yang berasal dari kecamatan medan baru
16 kasus dan luar daerah sebanyak 11 kasus. Sedangkan jumlah keseluruhan kasus TB
(baru dan lama) untuk tahun 2017 di UPT Puskesmas Padang Bulan adalah 63 orang.
Untuk kasus TB anak usia 0-14 tahun ditemukan sebanyak 3 kasus.

29
Tabel 3.2 Penemuan Kasus BTA+ di UPT Puskesmas Padang Bulan
Tahun 2017
Jumlah Kasus Jumlah Seluruh Kasus TB Anak 0-
Baru BTA+ Kasus BTA+ 14 Tahun
No Kelurahan
L P Jumlah L P Jumlah Jumlah

1 Petisah Hulu 0 1 1 2 3 5 0

2 Babura 1 0 1 3 3 6 0

3 Merdeka 0 0 0 7 1 8 0

4 Darat 1 0 1 2 1 3 0

5 Padang Bulan 6 3 9 15 16 31 0

6 Titi Rantai 1 3 4 6 6 12 0

7 Luar Wilayah 6 5 11 43 20 63 3

Jumlah 15 12 27 78 50 128 3

Dari Seluruh kasus BTA+ yang diobati, total angka kesembuhan dan angka
pengobatan lengkap yang tercapai adalah 14,06 % dan 24,22 %. Seperti yang
dijelaskan dalam tabel 3.3 di bawah ini :

Tabel 3.3 Angka Kesembuhan dan Pengobatan TB Paru di UPT Puskesmas


Padang Bulan Tahun 2017

ANGKA ANGKA PENGOBATAN


BTA (+)
KESEMBUHAN LENGKAP
N KELURA DIOBAT
O HAN I L P L+P L P L+P

L P ∑ ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

Petisah 33,
1 2 3 5 0 0 1 33 1 20 1 50 1 2 40
Hulu 33

66, 66, 66,


2 Babura 3 3 6 1 33 0 0 1 17 2 2 4
67 67 67

30
57, 62,
3 Merdeka 7 1 8 0 0 0 0 0 0 4 1 100 5
14 50

66,
4 Darat 2 1 3 1 50 0 0 1 33 1 50 1 100 2
67

Padang 1 1 12, 16, 13, 6,2 9,6


5 31 3 20 2 5 2 1 3
Bulan 5 6 50 13 33 5 8

33, 41,
6 Titi Rantai 6 6 12 1 17 3 50 4 33 2 3 50 5
33 67

Luar 4 2 9,5 18, 1 15,


7 63 3 7 3 15 6 8 2 10
Wilayah 3 0 2 60 0 87

7 5 12 11, 1 14, 2 25, 1 3 24,


JUMLAH 9 9 18 22
8 0 8 54 8 06 0 64 1 1 22

5.2.2. Pneumonia
Kasus pneumonia balita yang ditemukan di UPT Puskesmas Padang Bulan
adalah 0 (nol) kasus, dari perkiraan penderita sebanyak 151 jiwa. Jumlah ini mengacu
pada jumlah kasus di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan dan RS di wilayah
kerja Puskesmas.
Tabel 3.4 Penemuan Pneumonia Balita di UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun
2017

PNEUMONIA PADA BALITA

JUMLAH PENDERITA
JUMLAH
BALITA DITEMUKAN
NO KELURAHAN PERKIRAAN
DAN
PENDERITA
DITANGANI

L P L+P L P L+P L P L+P

1 Petisah Hulu 44 42 86 4 4 9 0 0 0

2 Babura 65 62 127 7 6 13 0 0 0

3 Merdeka 74 71 145 7 7 15 0 0 0

31
4 Darat 33 31 64 3 3 6 0 0 0

5 Padang Bulan 85 82 167 9 8 17 0 0 0

6 Titi Rantai 84 81 165 8 8 17 0 0 0

7 RS/ SUMBER LAIN 385 369 754 39 37 75 0 0 0

JUMLAH 770 738 1508 77 74 151 0 0 0

5.2.3. IMS, HIV, dan AIDS


Pada tahun 2017, jumlah pasien yang positif HIV, AIDS dan Infeksi Menular
Seksual (IMS) adalah 59 orang HIV, 4 orang AIDS dan 135 orang terjangkit sifilis.
Tahun 2017 tidak ada kematian akibat AIDS. Seperti dijelaskan dalam tabel 3.5 di
bawah ini

Tabel 3.5 Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Sifilis di UPT Puskesmas Padang Bulan
Tahun 2017

KEMATIAN
HIV AIDS AKIBAT SYPHILIS
NO KEL. UMUR AIDS

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 < 4 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 15 - 19 TAHUN 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1 4

4 20 - 24 TAHUN 13 0 13 1 0 1 0 0 0 19 1 20

5 25 - 49 TAHUN 41 4 45 1 1 2 0 0 0 72 20 92

6 ≥ 50 TAHUN 0 0 0 1 0 1 0 0 0 13 6 19

JUMLAH (KAB/KOTA) 55 4 59 3 1 4 0 0 0 107 28 135

32
5.2.4. Diare dan Kusta
Kasus diare yang ditangani di UPT Puskesmas Padang Bulan selama tahun
2017 adalah sebanyak 493 kasus. Kasus kusta tidak dijumpai di wilayah kerja UPT
Puskesmas Padang Bulan. Seperti dijelaskan dalam tabel 3.6 dan tabel 3.7 di bawah ini

Tabel 3.6 Jumlah Kasus Diare yang Ditangani di UPT Puskesmas Padang Bulan
Tahun 2017

DIARE DITANGANI

NO KELURAHAN L P L+P

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 Petisah Hulu 20 15,31 32 24,54 52 19,9

2 Babura 19 9,52 22 11,96 41 10,7

3 Merdeka 32 14,53 26 11,97 58 13,3

4 Darat 12 21,92 21 40,81 33 31,1

5 Padang Bulan 66 27,45 106 40,32 172 34,2

6 Titi Rantai 53 22,43 84 32,00 137 27,5

JUMLAH 202 18,7 291 26,3 493 22,5

Tabel 3.7 Jumlah Kasus Baru Kusta di UPT Puskesmas Padang Bulan

Tahun 2017

KASUS BARU

Pausi Basiler (PB)/ Multi Basiler (MB)/


NO KELURAHAN PB + MB
Kusta kering Kusta Basah

L P L+P L P L+P L P L+P

1 Petisah Hulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Babura 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33
3 Merdeka 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Darat 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Padang Bulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Titi Rantai 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5.2.5. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi


Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I), meliputi :
difteri, pertusis, tetanus, campak, polio, dan hepatitis B pada anak, adalah 0 (nol) kasus
untuk semua jenis penyakit. Dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak (0) orang.

5.2.6. DBD
Jumlah kasus DBD yang ditemukan selama tahun 2017 di UPT Puskesmas
Padang Bulan adalah 53 kasus dan 0 (nol) kasus yang meninggal dunia.
5.2.7. Malaria dan Filariasis
Di UPT Puskesmas Padang Bulan tidak ditemukan kasus malaria dan kasus
filariasis selama tahun 2017
5.2.8. Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penderita Hipertensi di UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2017 sebanyak
254 orang, yaitu 119 orang laki-laki dan 135 orang perempuan.
Tabel 3.8 Jumlah Penderita Hipertensi di UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun
2017

HIPERTENSI/TEKANAN
JUMLAH PENDUDUK ≥ DARAH TINGGI
KELURAHA 18 TAHUN
NO
N L P L+P

L P Jumlah ∑ % ∑ % ∑ %

0.9
1 Petisah Hulu 4,534 4,992 9,526 22 0.93 26 1.04 48
9

0.9
2 Babura 4,957 5,871 10,828 26 1.01 25 0.85 51
3

3 Merdeka 1,817 2,117 3,934 17 1.80 19 1.79 36 1.8

34
0

1.6
4 Darat 1,103 2,417 3,520 13 2.27 16 1.32 29
3

0.8
5 Padang Bulan 5,403 5,056 10,459 22 0.78 23 0.91 45
4

1.4
6 Titi Rantai 2,942 3,223 6,165 19 1.24 26 1.61 45
3

1.1
JUMLAH 20,756 23,676 44,432 119 1.10 135 1.14 254
2

Penderita Obesitas di UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2017 sebanyak


2.855 orang, yaitu 843 laki-laki dan 2.011 perempuan dari semua yang dilakukan
pemeriksaan obesitas.

Tabel 3.9 Cakupan Pemeriksaan Obesitas di UPT Puskesmas Padang Bulan


Tahun 2017

DILAKUKAN PEMERIKSAAN
OBESITAS
OBESITAS
N KELUR
LAKI- PEREMP LAKI- PEREMP
O AHAN  
LAKI UAN LAKI UAN

 %  %  %  %  %  %

Petisah 1.7 52, 1.8 50, 3.56 50, 20 12, 21, 59 16,
1 391
Hulu 02 00 64 00 5 94 4 00 00 6 70

1.8 52, 2.1 50, 3.93 50, 18 10, 22, 66 16,


2 Babura 476
04 00 34 00 8 90 6 30 30 2 80

70 52, 50, 1.43 50, 11, 21, 23 16,


3 Merdeka 728 80 157
4 00 00 2 96 30 60 7 53

45 52, 50, 1.33 50, 10, 20, 22 17,


4 Darat 884 48 180
3 00 00 7 66 62 40 8 08

5 Padang 2.0 52, 2.1 50, 4.20 50, 20 10, 468 21, 67 16,

35
Bulan 69 00 36 00 4 96 7 00 90 5 04

Titi 1.1 52, 1.4 50, 2.66 50, 11 10, 22, 45 17,
6 339
Rantai 75 00 87 00 2 86 9 10 80 8 20

7.9 52, 9.2 50, 17.1 50, 84 10, 2.0 21, 2.8 16,
JUMLAH
07 00 31 00 38 90 3 67 11 79 55 66

5.3. Pola Penyakit


Berdasarkan kunjungan selama 1 tahun di UPT Puskesmas Padang Bulan,
didapatkan data 10 besar penyakit yang ada di UPT Puskesmas Padang Bulan yaitu
ISPA, Penyakit Tekanan Darah Tinggi, Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan,
Penyakit Pada Pulpa dan Jaringan Periapikal, Penyakit Kulit Alergi, Diare, Penyakit
Kelamin Lainnya, Penyakit Kulit Karena Jamur, Penyakit Mata, Gangguan Gigi dan
Jaringan Penyangga Lainnya. Seperti terlihat pada tabel 3.10 di bawah ini :

Tabel 3.10 Data 10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Padang Bulan


Tahun 2017

No Jenis Penyakit Jumlah

1 ISPA 3907

2 Peny. Tekanan Darah Tinggi 2876

3 Peny. Pada Sistem Otot dan Jaringan 1705

4 Peny. Pada Pulpa dan Jaringan Periapikal 832

5 Peny. Kulit Alergi 552

6 Diare 505

7 Peny. Kelamin lainnya 441

8 Peny. Kulit Karena Jamur 311

9 Peny. Mata 287

Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga


10 268
Lainnya

36
5.4. Status Gizi
Salah satu indikator derajat kesehatan adalah status gizi. Status gizi merupakan
salah satu faktor yang penting untuk membentuk sumber daya manusia yang bermutu.
Provinsi Sumatera Utara memiliki empat masalah gizi utama, yaitu masalah gizi makro
khusunya Balita dengan Kurang Energi Protein (KEP), masalah gizi mikro terutama
Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Gangguan Akibat Kurang
Yodium (GAKY).

1. Balita dengan Kurang Energi Protein (KEP)


Balita yang mengalami KEP dapat diukur berdasarkan tiga pengukuran, yaitu
: Tinggi Badan/Umur disebut juga balita pendek (stunting), BB/TB disebut
juga balita kurus (wasting) dan BB/Umur disebut juga kurang berat badan
(underweight). Tahun 2017 ditemukan 9 kasus gizi kurang dan 1 kasus gizi
buruk pada balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan Seluruh
penderita telah mendapat penanganan yang semestinya dan diharapkan
jumlah ini akan berkurang di tahun yang akan datang.

2. Kurang Vitamin A (KVA)


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan agar semua anak
yang berusia di bawah lima tahun diberi vitamin A dosis tinggi untuk
mencegah kekurangan vitamin yang bisa menimbulkan Xeropthalmia.
Kapsul vitamin A dosis tinggi yang berwarna biru (dosis 100.000 IU)
diberikan sekali kepada bayi berusia 6 – 11 bulan, sedangkan yang berwarna
merah (dosis 200.000 IU) diberikan dua kali setiap tahunnya kepada anak
berusia 12 – 59 bulan. Kapsul vitamin A diberikan pada bulan Februari dan
Agustus.
Tahun 2017 dari data yang dilaporkan, bayi yang mendapat vitamin A
sebesar 87,2% dari jumlah bayi (6-11 bulan), sedangkan anak balita (usia 12-
59 bulan) yang mendapat vitamin A sebesar 87,3% dari jumlah anak balita.
Total balita (usia 6-59 bulan) yang mendapat vitamin A sebesar 87,3% dari
seluruh jumlah balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan

3. Anemia Gizi Besi (AGB)


Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia
adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa
kehamilan.

4. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)


Tidak ditemukan kasus GAKY di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang
Bulan Tahun 2017.

37
5.4.1. Status Gizi Bayi
Status gizi bayi dapat dilihat dari berat bayi waktu lahir, status gizi bayi lahir
dengan berat badan rendah (< 2.500 gr) atau disebut BBLR. Tidak dijumpai kasus
BBLR di wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan Tahun 2017.

5.4.2. Kunjungan Neonatus


Cakupan kunjungan neonatus pertama (KN1) adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar, kunjungan ke-1 pada 6-24 jam setelah lahir. Hal ini penting karena bayi
usia kurang dari 1 (satu) bulan mempunyai resiko gangguan kesehatan yang paling
tinggi. Kunjungan neonatus lengkap (KN3) adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar
meliputi ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat,
pemberian vitamin K injeksi dan imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan pada saat
lahir, dan manajemen terpadu bayi muda. Dilakukan sesuai standar sedikitnya tiga kali,
yaitu 6-24 jam, 3-7 hari dan kurang dari 28 hari setelah lahir yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah.

5.4.3. Status Gizi Balita


Balita adalah anak yang usianya 0 sampai 59 bulan, dimana pada periode umur
ini anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan melihat perkembangan status
gizi balita, dapat diketahui perkembangan dan pertumbuhan anak, sehingga dapat
diketahui bila ada kelainan pada balita. Kegiatan pemantauan perkembangan status gizi
balita dilaksanakan melalui penimbangan setiap bulan pada balita di posyandu.
Berdasarkan penimbangan tersebut didapatkan data jumlah balita ditimbang, balita
dengan berat badan naik (dibandingkan dengan bulan sebelumnya), dan balita yang
dikategorikan Berat Badan di bawah Garis Merah (BGM). Data yang didapat di
wilayah kerja UPT Puskesmas Padang Bulan dari 3.112 balita yang ditimbang terdapat
0,26% (8 orang) balita BGM dan 0,1% (1 orang) balita dengan gizi buruk.

38
BAB VI
PENGKAJIAN KASUS

KASUS I

6.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

6.1.1. Definisi Hipertensi


 Menurut Lanny Sustrani, dkk dalam Nurhaedar Jafar (2010), Hipertensi atau
penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali
disebut sebagai pembunuh gelap(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya.
 Hipertensi adalah peningkatan tekanan pada sistole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas – batas
tertentu, tergantung pada posisi tubuh, umur dan tingkat stress. Hipertensi juga
dapat digolongkan sebagai ringan, sedang atau berat, berdasarkan diastole.
Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang
apabila tekanan diastole 105 – 114 mmHg, hipertensi berat apabila tekanan
diastole > 115 mmHg.
 Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekana
darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih
dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.

6.1.2. Klasifikasi Hipertensi


1. Menurut Kausanya :
 Hipertensi esensial (Hipertensi Primer)
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembulu darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
 Hipertensi sekunder : Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
oleh adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi disebabkan oleh
penyakit ginjal.

39
2. Menurut Gangguan tekanan darah
 Hipertensi Sistolik: Peninggian tekanan darah sistolik saja
 Hipertensi Diastolik : Peninggian tekanan darah diastolik.
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
 Hipertensi Ringan
 Hipertensi Sedang
 Hipertensi Berat

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT WHO


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

KLASIFIKASI HIPERTENSI MENURUT JOINT NATIONAL COMMITTEE 7


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

KLASIFIKASI HIPERTENSI HASIL


KONSENSUS PERHIMPUNAN HIPERTENSI INDONESIA
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

40
6.2 Faktor Resiko Penyakit Hipertensi
Menurut Ade Dian Anggraini, dkk (2009), faktor resiko hipertensi adalah :

a. Faktor genetic
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga.

b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang
munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah
diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

41
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun.

d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit
hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin
lebih besar.

e. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA
(NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25
(status gizi normal menurut standar internasional). Menurut Hall (1994) perubahan
fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan
darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi
energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan
terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.

f. Pola asupan garam dalam diet


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar
sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang
utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium
glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung
iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.

42
g. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussettsterhadap
28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan
8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam
median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari.

h. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya
aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

Menurut Farida Nur Aisyiyah (2009) :

a. Aktivitas Fisik
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada
saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik
adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-
sisa dari tubuh.
b. Stress
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan
hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh
darah, dan meningkatkan retensi air dan garam. Pada saat stress, sekresi katekolamin
semakin meningkat sehingga renin, angiotensin, dan aldosteron yang dihasilkan juga
semakin meningkat. Peningkatan sekresi hormon tersebut berdampak pada
peningkatan tekanan darah.

43
6.3 Patofisiologis Hipertensi
Menurut Ade Dian Anggraini, dkk (2009), Mekanisme terjadinya hipertensi
adalah melalui terbentuknyaangiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi
darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan
stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi
untuk memunculkan gejala hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadangkadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik
yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan
susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien
umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi
dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian
menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan
komplikasi pada usia 40-60 tahun.

44
6.4 Diagnosis Hipertensi

Hipertensi biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik umum check up, atau
kunjungan ke dokter untuk beberapa keluhan lain - kadang-kadang seseorang mungkin
didiagnosis mengalami stroke atau serangan jantung dan kemudian ditemukan
memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah diukur adalah dengan menggunakan alat
yang disebut sphygmomanometer, yang memiliki manset karet yang dibungkus di
sekitar lengan atas dan ditiup dengan udara melalui bola karet yang berulang kali
diperas. Ketika tekanan dalam manset mendapat cukup tinggi, itu memotong aliran
darah pada arteri utama dari lengan atas - udara ini kemudian perlahan-lahan
dilepaskan dari manset melalui katup dan sebagai tekanan dalam manset turun suara
darah mengalir deras melalui arteri didengar melalui stetoskop ditempatkan di atas
arteri. Tekanan di mana pertama kali mendengar suara seperti manset dilepaskan
adalah tekanan sistolik dan tekanan di mana suara terakhir adalah mendengar seperti
darah kembali ke alirannya diam, tanpa hambatan - adalah tekanan diastolik. Otomatis
alat ukur elektronik melakukan hal yang sama tetapi lebih akurat, lebih mudah
digunakan, dan dapat digunakan oleh pasien untuk pemantauan tekanan darah di
rumah.
Seorang dokter tidak akan mendiagnosa hipertensi berdasarkan satu membaca
abnormal karena tekanan darah berfluktuasi dan biasanya memakan waktu tiga bacaan
abnormal tinggi berturut-turut, yang diambil pada kesempatan yang berbeda, sebelum
diagnosis hipertensi dapat dibuat. Titik di mana pembacaan tekanan darah tinggi
dianggap abnormal akan tergantung pada usia seseorang - ahli menyarankan bahwa
orang di bawah usia 65 tahun harus memiliki tekanan darah pada sisa tidak lebih dari
130/85 mm Hg - dan mereka lebih dari 65 tahun harus bertujuan untuk pembacaan
tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mm Hg. Ketika tekanan darah seseorang
dipandang tinggi secara konsisten, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk
memeriksa apakah ada penyakit yang mendasarinya bisa pelakunya dan juga
memeriksa apakah ada tanda-tanda kerusakan pada organ-organ tubuh seperti pulsa
absen di anggota badan, bukti dari penyakit arteri di retina mata, atau jejak
mikroskopis darah dalam urin (tanda penyakit ginjal).
Bahkan jika tekanan darah menjadi normal ditemukan setelah tiga cek itu masih
harus diperiksa secara teratur karena dapat berubah dan hipertensi sebelumnya
didiagnosa dan dikendalikan, semakin sedikit kerusakan akan ada pada, otak jantung,
ginjal dan organ lainnya.
Mereka yang tidak memiliki riwayat pribadi atau keluarga dari kondisi harus
memiliki memeriksa setiap dua tahun dan selama kunjungan rutin ke dokter - mereka
yang memiliki riwayat pribadi atau keluarga tekanan darah tinggi Stroke, atau
serangan jantung harus diperiksa lebih sering.

45
Untuk anak-anak, tekanan darah tinggi ditentukan dengan membandingkan tekanan
darah anak dengan distribusi tekanan darah untuk anak-anak yang sama, usia jenis
kelamin dan tinggi.

6.5 Penatalaksana Penyakit Hipertensi


Menurut Pharmaceutical Care untuk penyakit hipertensi Departemen Kesehatan
RI (2006), Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan
perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat
terlihat pada tabel sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.

Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi


Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
Penurunan berat Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg
badan (BB) (BMI 18.5 – 24.9) penurunan BB
DASH Diet kaya dengan buah, sayur,
Adopsi pola makan 8-14 mm Hg
dan produk susu rendah lemak
Mengurangi diet sodium, tidak lebih
Diet rendah sodium dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g 2-8 mm Hg
sodium klorida)
Regular aktifitas fisik aerobic seperti
Aktifitas fisik jalan kaki 30 menit/hari, beberapa 4-9 mm Hg
hari/minggu
Limit minum alkohol tidak lebih dari
Minum alkohol 2/hari (30 ml etanol
2-4 mm Hg
sedikit saja (mis.720 ml beer, 300ml wine) untuk
laki-laki dan 1/hari untuk perempuan

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi,


modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi
pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang
penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to
Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas
fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan

46
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan
obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat
badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan
pemasukan natrium dan alkohol.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah,
sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh
berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30
menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi
menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan
menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Merokok merupakan faktor
resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang
merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan
oleh merokok.
2. Terapi farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi yakni Diuretikm, Tiazid, Loop, Penahan kalium,
Antagonis Aldosteron, ACE inhibitor, Penyekat reseptor angiotensin, Penyekat beta,
Antagonis kalsium. Obat-obat antihipertensi alternatif yakni : Penyekat alfa-1, Agonis
sentralα-2, Antagonis Adrenergik, Perifer, Vasodilator arteri langsung.
Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati
mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan
kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2
sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada
pasien-pasien tertentu disamping obat utama.

Terapi Kombinasi
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6. Agonis α-2 dengan diuretik
7. Penyekat α-1 dengan diuretic

47
6.6 Prognosis Hipertensi
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target
organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis seorang
penderita hipertensi adalah :
1. Etiologi hipertensi; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan lebih
baik prognosisnya
2. Komplikasi; adanya komplikasi memperberat prognosis

6.7 Pencegahan Hipertensi


Menurut Bustan (2007), upaya pencegahan terhadap Hipertensi meliputi :
1. Pencegahan primodial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor predisposisi
terhadap hipertensi dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor yang
menjadi resiko Hipertensi.
2. Promosi Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi
3. Proteksi spesifik yakni dengan : kurangi mengkonsumsi garam sebagai salah satu
factor risiko.
4. Diagnosis dini dengan melakukan screening dan pemeriksaan check-up
5. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal awal
keluhan
6. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.

48
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.J
DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
PADANG BULAN

1. BIODATA
Nama KK : Tn J
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pekerjaan : PNS (Pensiun)
Pendidikan : SMP Tamat
Penghasilan : ± Rp 600.000,-/ bulan

2. KOMPOSISI KELUARGA

Na L Hubu U Pendi Status Imunisasi


No ma /P ngan mu dikan B Polio DPT HB Cma K
Dg r C pak et
KK G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1. Ny P Istri 60 SD
.S KK (Tdk
Tamat
)
2. Tn. L Anak 37 SMP
S KK (Tdk
Tamat
)
3. Ny P Mena 27 SMP
.K ntu (Tama
t)
4. An L Cucu 9 SD
.A (Kelas
4)

49
GENOGRAM

An.K, 21 Tn.MH, 28

Thalasemia sehat

: Laki - laki
: Perempuan
: Tinggal serumah

: Meninggal
: Klien

3. TIPE KELUARGA

Tipe keluarga Tn.J adalah Extended Family yaitu dalam satu keluarga terdiri dari ayah,
ibu, anak, menantu dan cucu.

4. SUKU BANGSA

Keluarga klien berasal dari suku jawa atau Indonesia, kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa sehari-hari yang digunakan
adalah bahasa jawa.

50
5. AGAMA

Seluruh anggota Tn.J adalah beragama islam dan taat beribadah, sering mengikuti
pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Tn.S dapat sembuh dari penyakit yang
dideritanya.

6. STATUS EKONOMI KELUARGA

(1) Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari KK dan menantu KK sejumlah Rp


1.500.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan keluarga :
Makan Rp 750.000
Bayar Listrik/PDAM Rp 200.000
Pendidikan Rp 150.000
Lain-lain Rp 150.000
Rp 1.200.000
Sisanya ditabungkan untuk kebutuhan yang mendadak.

(2) Barang-barang yang dimiliki


2 buah TV, 4 kipas angin dan 2 sepeda angin, 1 motor. Pada ruang tamu terdapat 1 set
kursi dan lemari, pada ruang tengah terdapat 2 lemari pakaian dan 1 kulkas.

7. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton TV bersama


dirumah, sedangkan rekreasi diluar rumah kadang-kadang ikut rombongan pengajian
yang ada (ziarah wali songo ) yang diadakan 2-3 tahun sekali

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI


1. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI
Keluarga Tn.J dalam thap perkembangan yaitu pada tahap IV yaitu keluarga dengan
anak usia sekolah
Tahap ini dimulai dari sejak anak berusia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Pada fase ini pada umumnyakeluarga mencapai fase jumlah anggota keluarga yang
maksimal. Tugas perkembangan sebagai berikut :
 Membantu sosialisasi anak, tetngga, sekolh dan lingkunga
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Memenuhi kebutuhan biaya hidup

51
2. TAHAP PERKEMBANGAN SAAT INI
Dari semua tugas perkemabangan yang diatas belum ada yang terpenuhi .

3. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


Tn.J sebagai KK jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan,
maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak mempunyai penyakit menurun (Hipertensi)
dan penyakit menular (TBC, Kusta). Pada saat pengkajian TD 160/100 mmHg.
Ny.S menderita Hipertensi sejak 15 tahun yang lalu yang mengeluh pusing. Tekanan
darah naik bila klien dalam hari tersebut terlalu banyak mengkonsumsi jenis daging-
dagingan. TD 150/110 mmHg.
Tn.S menderita Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu sering mengeluih pusing, selama ini
berobat ke RS secara teratur yaitu 1 bulan sekali.

4. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA


(1) Dari pihak suami
Keluarga Tn.J dari pihak suami ada yang menderita HT yaitu Istri KK
(2) Dari pihak istri
Keluarga Tn.J dari pihak istri tidak terdapat anggota keluarga yang menderita
HT

2.1.3 PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. KARAKTERISTIK RUMAH
(1) Luas : 8 X 20 M2
(2) Jenis : Permanen
(3) Sirkulasi udara: 2 pintu X 1.9 X 0.9 m2 = 3.42 m2
Pencahayaan : 2 jendela X 1.2 X 0.7 m2 = 1.68 m2 dibuka
3 jendela X 1 X 0.6 m2 = 1.8 m2 dibuka
Angin-angin 4 X 0.3 m2 = 1.2 m2
Angin-angin 3 X 0.3 X 0.6 m2 = 0.54 m2
Total = 8.64 m2

Jadi sirkulasi udara dan pencahayaan Tn.J cukup


(4) pemanfaatan ruangan rumah : perabot tertata rapi
(5) kebersihan ruangan : bersih
(6) lantai : keramik
(7) jarak septic tank dengan sumur : > 10 meter
(8) sumber air minum : tandon air hujan
(9) pembuangan limbah : melalui selokan
(10) halaman dimanfaatkan dengan tanaman hias
(11) keadaan pekatangan bersih

52
(12) pembuangan sampah dibakar

DENAH RUMAH

Denah Rumah :
MCK U
R Tamu
Dapur 10m2 B T

2. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS


Hubungan antar tetangga Tn.J baik, saling membantu, bila ada tetangga yang
membangun rumah dikerjakan saling gotong-royong.

3. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Keluarga Tn. J selama ini sebagai penduduk asli Dsn. Tambak boyo Desa Tambak
rigadung dan tidak pernah pindah rumah

4. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN


MASYARAKAT
Ny. K mengatakan mulai bekerja pukul 06.00 – 18.00 WIB yaitu membuka toko
pracangan di rumah dan pada malam hari digunakan untuk berkumpul bersama seluruh
keluarganya, Ny K mengikuti pengajian tiap hari minggu.

5. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Jumlah anggota keluarga 4 orang , yaitu istri, anak, menantu, dan cucu. Sedangkan
ibu (Ny S) yang selalu mengantarkan klien (Tn S) periksa ke Rumah sakit atau petugas
kesehatan.

2.1.4 STRUKTUR KELUARGA


1. POLA KOMUNIKASI
Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan bahasa jawa, dan mendapat
informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan informasi lainnya didapat dari televisi
dan radio.

53
2. STRUKTUR KESEHATN KELUARGA
Menurut Tn J, hanya Ny S dan Tn J yang sakit dan anggota kelurga lainnya dalam
keadaan sehat.

3. STRUKTUR PERAN
a. Formal
Tn J sebagai KK, Ny S sebagai istri, tn S sebagai anak, Ny K sebagai menantu
dan An A sebagai cucu.
b. informal
Tn J sebagai pencari nafkah dengan menerima pensiunan dengan dibantu Ny K
dengan membuka toko pracangan di rumah.

4. NILAI DAN NORMA KELUARGA


Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
Demikian pula dengan sehat dan sakit. Keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit, dibawa ke Rumah Sakit atau petugas kesehatan.

2.1.5 FUNGSI KELUARGA


1. FUNGSI AFEKTIF
Hubungan antara keluarga baik, saling mendukung, bila ada yang sakit langsung
dibawa ke Rumah sakit atau petugas kesehatan.

2. FUNGSI SOSIALISASI
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik
dan selalu mentaati norma yang ada.

3. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN


Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada anggota kelaurga yang sakit, keluarga
merawat dan memeriksakanny ke Rumah Sakit atau petugas kesehatan.
a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan Tn S sering mengeluh pusing karena penyakit darah
tinggi dan takut tensinya naik.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Bila Tn S sakit langsung dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan ke
rumah
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Dalam merawat Tn S, masih memberikan makanan yang sama dengan
anggota keluarga yang lainnya, pola tidur juga masih belum sesuai dan

54
waktunya kurang lama, namun selalu melakukan kontrol secara teratur ke
pelayanan kesehatan.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat
Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1 minggu sekali dan
lantai kamar mandinya tidak licin, bersih dan terawat.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
Keluarga selalu memeriksakan diri ke Puskesmas atau petugas kesehatan bila
sakit dan Tn S melakukan periksa sejak menderiat Hipertensi.

5. FUNSI REPRODUKSI
Jumlah ana 1 orang, anak pertama masih Sekolah Dasar kelas IV. Dan Ny K
menggunakan KB hormonal.

6. FUNGSI EKONOMI
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak
dan biaya untuk berobat.

2.1.5 STRESS DAN KOPPING KELUARGA


1. STRESS JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
(1) Stressor jangka pendek
Tn S mengatakan sering mengeluh pusing
(2) Stressor jangka panjang
Tn S khawatir tensinya bertambah tinggi dan stroknya makin parah

2. KEMAMPUAN KELUARGA BERRESPON TERHADAP STRESSOR


Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas atau
petugas kesehatan

3. STRATEGI KOPPING YANG DIGUNAKAN


Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada

4. STRATEGI ADAPTASI DISFUNGSIONAL


Tn S bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.

2.1.6 PEMERIKSAAN FISIK


Tn S
Keadaan umum: cukup, TD: 180/140 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 20 X/mnt,
BB:58 kg dan TB: 154 cm.
Kepala : Rambut bersih, warna hitam beruban, rontok, wajah pucat

55
Mata :Conjungtiva merah muda, sklera putih, terdapat gambaran tipis
pembululuh darah
Hidung: Pernafasan spontan
Mulut : bibir lemba, tidak ada stomatitis, terdapat caries bibir,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena
jugularis
Dada : tidak ada tarikan intercostae, vokal fremitus dada kanan dan kiri
sama. Suara paru sonor pada semua lapang paru, suara jantung pekak, suara
nafas vesikuler, S1 S2 tunggal.
Perut : bulat datar, bising usus 12 x/ menit, hepar dan lien tak teraba., suara
perut timpani.
Ekstrimitas : tidak ada odema pada ekstrimitas baik ekstrimitas bagian atas
maupun ekstrimitas bagian bawah.
keadaan umum baik

2.1.7 HARAPAN KELUARGA


keluarga berharap pada petugas kesewhatan agar selalu meningkatkan mutu
pelayanan dan membantu masalah Tn “S”

2.2 ANALISA DATA


NO DATA DATA MASALAH TTD
SUBYEKTIF OBYEKTIF
1 2 3 4 5
1. - Tn - Tn “ S” Nyeri
“S” mengata terlihat
kan sering sering
mengeluh memegangi
sakit kepala kepala
- Tn “S” bagiab
mengatakan belakang
nyeri skala 2 - Wajah
- Keluarga Tn”S”
mengatakan kadang-
kurang kadang
memahami terlihat
cara merawat menyeringa
i
- Makanan

56
Tn”S” sama - TD :
dengan 180/140
keluarga mmHg
yang lain - N:
2. Takut
- Pola tidur 88x/mnt
Tn”S” tidak - RR: 20
sesuai dan x/mnt
kurang dari
kebutuhan
- Kontrol
secara teratur
- Tn “S”
mengatakan
khawatir - Tn “S”
tensinya terlihat
semakin bingung
tinggi dan
- Wajah Tn
stroke
“:S”
semakin
kadangf –
parah
kadang
- Keluarga terlihat
kurang pucat
memahami
- TD :
cara
180/140
mengenal
mmHg
masalah Tn
“S” yang - N:
khawatir 88x/mnt
tensinya akan- RR: 20
bertambah x/mnt
tinggi
- Keluarga
mengatakan
kurang
memahami
cara merawat
Tn”S”
- Makanan

57
Tn”S” sama
dengan
keluarga
yang lain
- Pola tidur
Tn”S” tidak
sesuai dan
kurang dari
kebutuhan
- Kontrol
secara teratur

SKALA PRIORITAS
MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan keluarga I


Gangguan rasa nyaman ( nyeri) berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
NO KRITERIA PERITUNGAN SCORE PEMBENARAN
1 Sifat masalah 3 1 Nyeri kepala
tidak X1 yang dirasa
/ancaman 3 karena
kesehatan peningkatan
tekanan vaskuler
serebral
2 Kemungkinan 2 1 Denga kontrol
masalah X2 yang tewratur
dapat diubah dapat
sebagian 2 menurunkan
tekanan darah
3 Potensial 2 Rasa nyeri dapat
x1
masalah 2 dikurangi meluli
untuk dicegah 2 pengobatan dan
cukup perawatan yang
3
tepat

58
4 Menonjolnya 2 1 Keluarga
x1
masalah- menyadari Tn
masalah berat 2 “S”: mempunyai
harus segera masalah dampak
ditangani dari hipertensi
maka segera
mengatasi
masalah tersebut
Jumlah 2
3
3

Diagnosa keperawatan keluarga II


Gangguan rasa aman ( takut ) terhadap kompliksi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dam mengenal maslah anggota keluarga dengan
hipertensi
NO KRITERIA PERHITUNNGAN SCORE PEMBENARAN
1 Sifat masalah 2 2 Rasa takut
x1
keadaan menyebabkan
masalah 3 3 penigkatan TD
yang dapat
memperburuk
keadaan
2 Kemungkinan 1 Pemberian
masalah
x2 1 penjelasan yang
dapat diubah 2 tepat dapat
sebagian membantu
menurunkan rasa
takut
3 Potensial 2 2 Penjelasan dapat
x1
masalah membantu
untuk dicegah 3 3 mengurangi rasa
cukup takut
4 Menonjolnya 1 1 Keluarag
x1

59
masalah- 2 2 menyadari
masalah tidak dengan
perlu mematuhi diet
ditangani yang dianjurkan
dapat mengrangi
rasa khawatir
Tn”S”
Jumlah 5
2
6

2.3 RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1) ganguan rasa aman ( nyeri ) berhubugan dengan ketidakmampuan merawt anggot
keluarga dengan hipertensi yang ditandai dengan
DS:
 Tn “S” mengatakan sering mengeluh sakit kepala
 Tn “S” mengatakan nyeri skala 2
 Keluarga mengatakan kurang memahami cara merawat
- Makanan Tn”S” sama dengan keluarga yang lain
- Pola tidur Tn”S” tidak sesuai dan kurang dari kebutuhan
- Kontrol secara teratur
DO :
 Tn “ S” terlihat sering memegangi kepala bagiab belakang
 Wajah Tn”S” kadang-kadang terlihat menyeringai
 TD : 180/140 mmHg
 N : 88x/mnt
 RR: 20 x/mnt

2) Gangguan rasa aman ( takut ) terhadap kompliksi berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat dam mengenal maslah anggota keluarga dengan
hipertensi yang ditandai dengan :
DS :
 Tn “S” mengatakan khawatir tensinya semakin tinggi dan stroke semakin parah
 Keluarga kurang memahami cara mengenal masalah Tn “S” yang khawatir
tensinya akan bertambah tinggi

60
 Keluarga mengatakan kurang memahami cara merawat Tn”S”
 Makanan Tn”S” sama dengan keluarga yang lain
 Pola tidur Tn”S” tidak sesuai dan kurang dari kebutuhan
 Kontrol secara teratur
DO :
 Tn “S” terlihat bingung
 Wajah Tn “:S” kadangf –kadang terlihat pucat
 TD : 180/140 mmHg
 N : 88x/mnt
 RR: 20 x/mnt

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

DX. KEP TUJUAN KRITERIA EVALUASI


N INTERVEN
KELUAR KHUSU KRITE
O UMUM STANDART SI
GA S RIA
1 I Setelah Setelah Demonst Keluarga dapat1. Berikan
dilakukan dilakuka rasi mendemonstra penjelasan
tindakan n sikan cara pada keluarga
keperawat kunjunga mengurangi tentang cara
an rasa n rumah dan mencegah mengurangi/
nyeri 3x trerjadinya mencegah
teratasi/hil diharapa nyeri dengan terjadinya
ang kan benar dengan nyeri
keluarga teknik 2. Demonstra
mampu relaksasi, sikan pada
memberi kompres keluarga
kan dingin pada tentang cara
keperawa kepala bagian mengurangi
tan pada belakang dan nyeri
Tn S menghindari
3. Berikan
dengan perubahan
penjelasan
nyeri posisi secara
pada keluarga
sekunder mendadak dan
tentang diet
hipertens pengobatan
yang sesuai
i secara teratur
dengan
penderita
hipertensi

61
yaitu diet
rendah garam,
rendah lemak
dan kolesterol
4. Anjurkan
pada keluarga
untuk
mengkonsum
si makanan
sesuai dengan
diet hipertensi
5. Anjurkan
pada keluarga
untuk jadwal
tidur Tn. S
6. Anjurkan
pada keluarga
memeriksaka
n Tn. S secara
teratur

II Setelah Setelah Demonst - Adanya 1. Berikan


dilakukan dilakuka rasi usaha untuk penjelasan
tindakan n tidur sesuai pada
keperawat kunjunng kebutuhan keluarga
an an rumah - Periksa tentang diet
diharapka 3x secara teratur yang sesuai
n rasa diharapa ke pelayanan untuk
takut kn kesehatan penderita
teratasi/hil keluarga hipertensi
- Ungkapan Tn
ang mampu yaitu diet
S tidak takut
memberi rendah
kan - Wajah Tn S garam,
perawata tamapak relaks rendah
n pada lemak dan
Tn. S kolesterol
2. Anjurkan

62
pada
keluarga
untuk
mengkonsu
msi makanan
sesuai
dengan diet
hipertensi
3. Anjurkan
pada
keluarga
untuk jadwal
tidur Tn. S
4. Anjurkan
kepada
keluarga
memeriksaka
n Tn. S
secara teratur

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA


No Tanggal Dx Tujuan Implementasi TTD
Keperawatan Khusus
1 I, II Setelah 1. Memberikan
dilakukan penjelasan pada
kunjungan keluarga tentang cara
rumah 3x mengurangi dan
diharapkan mencegah terjadinya
keluarga nyeri dengan benar,
mampu dengan teknik
memberikan relaksasi, kompres
perawatan dingin pada kepala
bagaimana bagian belakang dan
cara menghindari
mengurangi perubahan posisi
rasa nyeri secara mendadak

63
2. Mendemonstrasikan
pada keluarga
tentang cara
mengurangi nyeri
dengan cara : pada
saat ada nyeri
menarik nafas
panjang ditahan
Setelah
sebentar kemudian
dilakukan
dikeluarkan secara
kunjungan
perlahan-lahan
rumah 3x
diharapkan 3. Menganjurkan
keluarga pada keluarga
mampu memerikasakan Tn.
memberikan S secara teratur
perawatan setiap minggu dan
pada Tn. S minum obat secara
dengan teratur.
hipertensi 4. Memberikan
dengan penjelasan pada
memperhatikan keluarga tentang diet
diet, pola tidur yang sesuai dengan
dan control hipertensi pada
secara teratur makanan yang
diberikan Tn. S harus
benar-benar rendah
garam, mengurangi
makanan berlemak
5. Menganjurkan
pada keluarga untuk
mengatur jadwal
tidur pada sore hari
sebaiknya digunakan
untuk istirahat

64
CATATAN PERKEMBANGAN

Dx Catatan
No Tanggal TTD
Keperawatan Perkembangan
1. I S :Keluarga
mengatakan sudah
memahami tentang
cara
mengurangi/mence
gah terjadinya
nyeri kepala
O : Keluarga dapat
mengungkapkan
kembali cara
mengurangi/mence
gah terjadinya
nyeri kepala
A : Tujuan tercapai
sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
- Anjurkan Tn. S
dan keluarga
melakukan teknik
relaksasi
- Anjurkan Tn. S
dan keluarga
menghindari perub
ahan posisi secara
mendadak
- Anjurkan Tn. S
dan keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
diet hipertensi
- Anjurkan pada
Tn. S dan keluarga

65
untuk mengatur
jadwal tidur
- Anjurkan pada
keluarga
mengontrol secara
teratur
I : Melaksanakan
tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah
teratasi sebagian
R : -
2. II S : Keluarga mengatakan
sudah memahami
tentang cara
merawat keluarga
dengan hipertensi
dengan
memperhatikan
diet, pola tidur dan
control secata
teratur
O : - Keluarga dapat
mengungkapkan
kembali cara
merawat keluarga
hipertensi dengan
memperhatikandiet,
pola tidur dan
control teratur
- Makanan yang
disajikan untuk Tn.
S sama dengan
anggota keluarga
yang lain
A : Tujuan
tercapai sebagian

66
P : Lanjutkan
Intervensi
- Anjurkan Tn. S
dan keluarga untuk
mengkonsumsi
sesuai diet
hipertensi
- Anjukan pada
Tn. S dan keluarga
untuk mengatur
jadwal tidur Tn. S
- Anjurkan pada
keluarga
mengontrol secara
teratur
I : Melaksanakan
tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah
teratasi sebagian
R : -
I S : Keluarga
mengatakan Tn. S
sering melakukan
teknik relaksasi
O : - Tn. S dapat
menjawab,
mendemonstrasika
n teknik relaksasi
- T : 160/100
mmHg
- N : 88x/menit
- Wajah Tn. S
tampak lebih relaks
A : Tujuan
Tercapai sebagaian

67
P : Lanjutkan
Intervensi
Anjurkan pada
keluarga untuk
mengontrolkan Tn.
S secara teratur
I : Melaksanakan
tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah
teratasi sebagian
R : -
II S : - Keluarga
mengatakan sudah
menyendirikan
makanan Tn. S
dengan anggota
keluarga
- Tn. S mengatakan
sudah tidak takut
lagi dengan
tensinya
O : - Makanan
yangdisajikan
untuk Tn. S nasi,
sayur asam, lauk
tahu, tempe garing
- Makanan untuk Tn.
S dan anggota
keluarga yang lain
tersendiri
- Wajah Tn. S
tamapak lebih
relaks
A : Tujuan
tercapai
P : Lanjutkan

68
Intervensi
- Anjurkan Tn. S
dan keluarga
mengkonsumsi diet
hipertensi
- Anjurkan pada
Tn. S dan keluarga
mengatur pola tidut
Tn. S
I : Melaksanakan
tindakan sesuai
intervensi
E : Masalah
teratasi
R :-

69
KASUS II

I. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Pengkajian dilakukan pada Hari Rabu, tanggal 26 Januari 2019 dan Hari Jumat,
tanggal 28 Januari 2019di rumah keluarga Tn. MH pukul 09.30 WIB.
A. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. MH
2. Umur : 28 tahun
3. Pendidikan : STM
4. Pekerjaan : Swasta
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
7. Alamat : jamin ginting
8. Daftar Anggota Keluarga
Hubungan dengan

Perkawinan

Keterangan
Umur
Pendidikan

Pekerjaan

Imunisasi
Status
KK

No Nama L/P

1. Ny. U Istri 28 th P Kawin SLT IRT -


2. An. M Anak 1,5 th P Belum - - lengkap
kecuali
campak
lengkap
3. Adik 21th L Belum SMA swasta
kecuali
An. K
hepatits B

70
9. Genogram :

sakit liver,45 th

An.K, 21 Tn.MH, 28

Thalasemia sehat
Ny.U, 28

ISPA

An.M, 1,5

ISPA

: Laki - laki
: Perempuan
: Tinggal serumah

: Meninggal
: An. M, ISPA

Tipe Keluarga : Extended Family dimana adik dari Ny. U tinggal serumah
dalam keluarga ini.

10. Budaya
10.1 Suku bangsa : Jawa
10.2 Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa campur dengan bahasa
Indonesia

10.3 Pantangan
Dalam keluarga tidak ada pantangan apapun yang berkaitan dengan
masalah kesehatan, hanya saja sebagai pemeluk agama Islam keluarga

71
tidak makan jenis makanan tertentu yang diharamkan oleh agama
seperti daging babi atau yang lainnya. Dan dalam keluarga juga tidak
ada yang alergi terhadap jenis makanan tertentu.
10.4 Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga Tn. MH adalah penduduk Jawa asli, keluarga Tn. MH
mengatakan bahwa dalam ajaran agama Islam tidak diperbolehkan
makan makanan tertentu seperti daging babi dan daging anjing, selain
najis dan kotor keluarga menganggap makanan tersebut juga akan
mengganggu kesehatan karena banyak mengandung lemak.
11. Agama
11.1. Kegiatan Keagamaan Rutin Di Rumah
Semua anggota keluarga beragama Islam, taat menjalankan sholat 5
waktu, ibadah sholat 5 waktu kadang dilakukan secara berjamaah
sewaktu sedang berkumpul di rumah, kadang sendiri baik di rumah
atau pergi ke mushola.
11.2. Kegiatan keagamaan Rutin di masyarakat
Dalam lingkup RW ada semacam kegiatan pengajian bersama setiap
malam Jumat, keluarga mengatakan sering hadir dalam acara
keagamaan tersebut apabila anak tidak rewel
13. Status sosial Ekonomi Keluarga
16.1 Pekerjaan Anggota keluarga
Dalam keluarga Tn. MH yang bekerja adalah Tn. MH selaku kepala
rumah tangga sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta,
sedangkan Ny. U sebagai ibu rumah tangga namun setiap Senin-Rabu
Ny. U membantu memberi les mengaji pada anank-anak di dekat
rumahnya untuk membantu menambah penghasilan. An. K bekerja
pada sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan.
16.2 Penghasilan Anggota keluarga
Penghasilan keluarga perbulannya kurang lebih antara Rp. 500.000 –
750.000.

72
16.3 Pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Penghasilan tersebut dianggap cukup mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari keluarga seperti keperluan belanja dan sosial serta biaya
kesehatan dengan pengaturan yang seksama.
16.4 Tabungan / Asuransi
Keluarga tidak memiliki tabungan apabila ada kebutuhan yang
mendadak. Sedangkan untuk asuransi kesehatan keluarga juga tidak
mempunyai.
14. Kebutuhan rekreasi
16.1 Rekreasi yang digunakan di dalam rumah
Keluarga mengatakan biasa mengisi waktu dirumah untuk
menonton TV bersama anak – anaknya selepas pulang kerja, atau
makan bersama-sama, selain itu TN. MH dan Ny. U merasa senang
setelah bercanda dengan anaknya.
14.1 Rekreasi yang dilakukan di luar rumah
Keluarga mengatakan tidak mempunyai jadwal untuk berekreasi ke
suatu tempat dan sangat jarang untuk bepergian ke tempat hiburan,
hanya kadang-kadang Tn. MH mengajak keluarga untuk jalan-jalan
ke kota untuk membeli sesuatu.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


15. Tahapan perkembangan keluarga
16.1 Keluarga Tn MH saat ini berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan Anak Todler
16.2 Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mempersiapkan
menjadi orang tua ini sudah bisa dilakukan oleh keluarga dengan
baik. Memantau perkembangan dan pertumbuhan anak yang
terdiri dari aspek Psikomotor, Kognitif, Afektif dan Bahasa. An.
M saat ini sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya
seusianya apabila diajak bermain-main dengan Ny. U dan sudah
bisa minum dengan cangkir sendiri apabila minta minum air putih
atau teh, sudah bisa memanggil orang tuanya dan berbicara 1
kata. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan

73
pasangannya, sudah dilakukan dengan berdiskusi apabila ada
masalah dalam keluarga.
16. Tugas Tahapan perkembangan yang belum terpenuhi
16.1 Tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh keluarga saat ini
keluarga merasa sudah terpenuhi, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga
melangkah ke proses atau tahapan yang berikutnya.
17. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. MH terbentuk setelah menikah dengan Ny. U kemudian
mereka membina bahtera rumah tangga sehingga lahirlah seorang anak
laki-laki yang mereka idamkan. Sampai sekarang mereka baru
mempunyai 1 orang anak. Keluarga Tn. MH tinggal dalam sebuah rumah
milik sendiri, yang didalamnya ditempati oleh Tn. MH, Ny. U beserta
anaknya dan seorang adik laki-laki dari Ny. U. Dalam keluarga Tn.MH
tidak ada riwayat penyakit menurun seperti DM, Jantung, Paru-paru
tetapi adik laki-laki dari Ny. U yang ikut tinggal bersama dalam keluarga
Tn. MH mempunyai penyakit kelainan darah yaitu Thalasemia yang
diderita sejak umur 3 tahun. Penyakit yang biasa diderita oleh keluarga
adalah batuk pilek, panas khususnya An. M yang sering kambuh hampir
setiap bulan, penyakit lainnya yang ringan–ringan saja seperti pusing dan
lemas seperti yang sering dialami oleh An. K.
18. Riwayat keluarga sebelumnya
30.1 Riwayat Hubungan Keluarga
Tn. MH merupakan anak pertama dari dua bersaudara menikah
dengan Ny. U yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Hubungan antara anggota keluarga baik, keluarga mengatakan
saling bantu- membantu dengan saudara yang lain.
30.2 Konflik antar keluarga pasangan
Keluarga mengatakan selama ini belum pernah terjadi konflik, antar
keluarga dan mereka hidup saling menghargai dan bantu-membantu
sehingga, kalaupun ada hanya konflik ringan yang akan segera
dapat diselesaikan dengan cepat. Sesama anggota keluarga masih
sering berkomunikasi.

74
D. LINGKUNGAN
19. Karakteristik Rumah
19. 1 Status rumah
Status rumah merupakan rumah dengan status kepemilikan rumah
sendiri
19. 2 Perincian Denah Rumah
Jenis bangunan permanen, berukuran 15 X 10 m2, yang terdiri dari :
1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur. Lantai ubin
bersih. Ruang tamu dan ruang keluarga jadi satu, ruang tamu
memiliki 1 jendela kaca yang tidak setiap hari dibuka hanya
kadang-kadang karena keluarga punya anggapan di dalam rumah
sudah cukup terang. Kamar tidur mempunyai satu jendela yang
kadang-kadang dibuka. Dapur terletak dibelakang dekat kamar tidur
dengan kamar mandi. MCK terletak didalam rumah, sumber air dari
sumur artesis dan mengalir 2 hari sekali. Keluarga memiliki tempat
penampungan air yang di dalamnya diberi ikan dan keluarga
mengatakan dengan diberi ikan dalam penampungan air maka
jentik-jentik tidak terdapat didalamnya, kebiasaan menguras bak
mandi setiap kurang lebih 3 hari sekali.
Denah Rumah :
MCK U
R Tamu
Dapur 10m2 B T

KT KT KT S
15 m2
19. 3 Keadaan Rumah
Depan rumah terdapat beberapa pohon peneduh, rumah penataan
ruang tamunya terkesan rapi, bersih dan ventilasi cukup.

19. 4 Kebiasaan Keluarga Dalam perawatan Rumah


Dalam perawatan rumah keluarga mengatakan melakukannya
sendiri. Menyapu rumah dilakukan setiap pagi dan sore oleh Ny U ,

75
menguras bak penampungan air setiap seminggu sekali oleh Tn.
MH apabila sedang tidak bekerja..
19. 5 Sistem Pembuangan Sampah
Keluarga tidak memiliki tempat pembuangan sampah sendiri,
namun sampah setiap hari akan dikumpulkan dalam tempat sampah
dan setelah penuh baru dibuang ke tempat pembuangan sampah
yang dipakai oleh banyak warga di wilayahnya secara ditimbun dan
baru dibakar setiap kali sampah sudah banyak tertimbun saat ada
kerja bakti masal..
19. 6 Sistem Drainage Air
Keluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga dan
selokan tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah, selokannya
terbuka dan lancar.
19. 7 Penggunaan Jamban
Keluarga memiliki jamban model angsatrine dengan toilet jongkok
yang letaknya di dalam rumah, tempat penampungan jamban
tersebut dengan sumber air jaraknya lebih dari 10 M
19. 8 Kondisi Air
Keluarga memakai sumber air dari sumur artetis untuk pemenuhan
kebutuhan sehari – hari, kondisi air bersih, tidak berbau, berasa
ataupun berwarna.
19. 9 Pengetahuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang berkaitan
dengan Lingkungan.
Keluarga mengatakan sangat menomorsatukan kesehatan dalam
keluarganya, keluarga mengatakan kalau lingkungan bersih, orang
yang berada dilingkungan tersebut akan sehat namun apabila kotor
akan timbul berbagai penyakit seperti demam berdarah, diare
ataupun juga penyakit saluran pernapasan dan orangnya menjadi
sakit.
20. Karakteristik tetangga dan Komunitas
20. 1 Adat dan istiadat komunitas sekitar
Di wilayahnya ada kegiatan pengajian setiap Jumat malam dan
tetangga – tetangganya mempunyai kebiasaan mengikuti kegiatan
pengajian tersebut bersama termasuk Ny. U, apabila ada salah satu
tetangganya yang sakit mereka saling menjenguk dan apabila ada

76
tetangga yang punya kerja atau hajat mereka saling bantu –
membantu.
20. 2 Pola pergaulan keluarga
Hubungan keluarga dengan tetangga tampak baik dan harmonis,
keluarga sering berkomunikasi dengan tetangga, serta menigikuti
kegiatan warga yang ada di kampungnya, hal ini dapat dilihat saat
Ny. U sering bermain-main ke rumah tetangga sekitarnya atau
membantu tetangga apabila tetangga punya kerja.
20. 3 Persepsi Keluarga terhadap komunitas
Keluarga merasa nyaman hidup ditengah – tengah mereka karena
keluarga merasa mereka saling bantu – membantu dan tidak
merugikan dalam berbagi hal bahkan dalam keadaan tertentu
tetangganya kadang-kadang memberi motivasi dan saran-saran buat
keluarga Tn. MH.
20. 4 Pengetahuan Keluarga mengenai Masalah kesehatan Yang
berkaitan Dengan Komunitas
Keluarga mengatakan masalah kesehatan yang muncul dalam
kehidupan ditengah masyarakat secara khusus belum ada, tetapi
keluarga merasa penyakit yang ada disekitarnya dapat secara cepat
menyebar pada keluarganya. Hal ini dapat dilihat dengan
tetangganya yang menderita batuk pilek maka anaknya akan ikut
menderita batuk pilek, atau diare maka anaknya biasanya ikut jadi
sakit.

21. Mobilitas Geografis Keluarga


21. 1 Alat transportasi Di daerah
Alat transportasi yang ada didaerah banyak seperti angkutan kota,
bis namun untuk masuk sampai rumahnya belum ada kendaraan
umum yang masuk, jalan satu–satunya adalah naik ojek atau jalan
kaki.
21. 2 Alat Transportasi yang biasa digunakan Oleh keluarga
Selama ini keluarga mengatakan biasa menggunakan kendaraan
motor milik keluarga, tetapi jika sedang dipakai untuk bekerja oleh
Tn. MH biasanya naik angkutan umum sebagai sarana transportasi
ataupun kemana mereka pergi

77
22. Perkumpulan keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
22. 1 Peran serta keluarga dalam perkumpulan di masyarakat
Keluarga Tn MH hanya sebagai warga biasa di lingkungannya dan
tidak mempunyai peran khusus seperti menjadi pengurus RT,
namun ikut serta dalam kegiatan warga di wilayah kampungnya.
22. 2 Persepsi keluarga mengenai perkumpulan di masyarakat
Perkumpulan dimasyarakat memang banyak manfaatnya selain
berkumpul bersama bisa menjalin tali persaudaraan yang lebih erat,
serta dapat digunakan sebagai forum dalam memecahkan masalah
yang ada di lingkungannya.

D. STRUKTUR KELUARGA
23. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka, setiap
anggota keluarga bebas menyampaikan keluhan atau tanggapan hal ini
dapat terlihat saat perawat berkunjung keluarga menyambut dengan baik.
Komunikasi yang digunakan di dalam keluarga adalah komunikasi dua
arah.
24. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn. MH selaku kepala
keluarga. Tetapi Tn. MH tidak pernah memaksakan pendapatnya kepada
keluarganya apabila ada pendapat yang bertentangan. Dalam keluarga
keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama, setiap anggota
berperan sesuai dengan perannya, dan dapat menyampaikan idenya jika
ada masalah yang dirasakan.
25. Struktur peran
Peran formal Tn. MH berperan sebagai suami yang bekerja untuk
mencari nafkah keluarga, sedangkan Ny. U berperan sebagi istri dan ibu
bagi anaknya, mengatur keperluan dan kebutuhan rumah tangga seperti:
memasak, mengurus anak dan mengatur keuangan rumah tangga dan
setiap Senin-Rabu membantu memberi les mengaji di dekat rumahnya.
Sedangkan peran informal yaitu sebagai motivator dalam keluarga adalah
Ny. U yang setiap harinya berada di rumah dan sebagai penghibur dalam
keluarga adalah An. K (adik Ny. U) yang tinggal serumah dengan

78
keluarga Tn. MH sebagai tempat keluh kesah Ny. U apabila ada yang
ingin dibicarakan.
26. Nilai dan norma budaya
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana suami
bertindak sebagai pencari nafkah dan istri dirumah mengurus anak,
menurut pendapat keluarga bisa saja istri berindak sebagai pencari nafkah
tambahan asalkan tugas sebagai istri dan ibu tidak begitu terabaikan, Ny
U berencana apabila anaknya sudah agak besar dan bisa di tinggal dia
akan membantu suaminya mencari nafkah. Keluarga Tn MH juga
berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dengan
mengikuti acara dan kegiatan yang berlangsung di lingkungannnya. Oleh
karena itu masing-masing anggota keluarga harus menghormati aturan-
aturan yang ada dalam keluarga sesuai dengan kaidah agama, seperti
tidak boleh nongkrong sampai larut malam di luar rumah untuk hal-hal
yang tidak berguna.
D. FUNGSI KELUARGA
27. Fungsi Afektif
Tn. MH sangat menyayangi keluarga, mencari nafkah untuk keluarga dan
saling menjaga. Ny. U membantu dengan memberi les mengaji di luar
rumah. Keluarga Tn. MH berusaha mendidik anaknya dengan baik supaya
tumbuh menjadi anak yang taat pada agama dan selalu sehat. Ny. U
mengatakan An. M suka rewel saat sakit batuk pilek. Keluarga Tn. MH
berusaha menanamkan kedisiplinan dan saling menghormati dalam
keluarga.
28. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. MH mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan
interaksi sosial pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu
dengan mengajak anaknya bermain-main dengan teman sebayanya di di
sekitar rumah.
29. Fungsi Reproduksi
Keluarga TN. MH merencanakan untuk mempunyai anak 1 lagi, dan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan sama saja. Sekarang Ny. U memakai alat
kontrasepsi suntik.
30. Fungsi Kesehatan
Pengetahuan Keluarga tentang penyakit dan penanganannya
30.1 Mengenal masalah

79
Saat dikaji An.M sedang menderita batuk pilek selama 3 hari dan
sudah dibawa berobat ke dokter swasta. Yang telah dilakukan Ny.
U saat anaknya batuk pilek adalah berobat ke dokter dan
meminumkan obat pada anaknya yang sakit. Ny. U belum
mengetahui penyebab, cara penularan, pencegahan penularan dan
perawatan batuk pilek pada anaknya. Keluarga Tn. MH masih
menggunakan obat nyamuk bakar dan membiarkan Tn. MH
(suaminya) merokok di dalam rumah. Ny. U mengatakan An. M
sering sekali menderita batuk pilek bahkan dalam satu bulan sekali
padahal An. M jika tidak diajak bermain oleh Ny. U jarang main
sendiri ke rumah tetangga sekitarnya
30.2 Mengambil keputusan
Keluarga Tn. MH sudah dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan berobat ke dokter praktek. Ny.
U mengambil keputusan untuk menberikan ASI penuh sampai An.
M berumur 2 tahun dan makanan tambahan (nasi, sayur dan lauk),
untuk An. K setiap satu bulan sekali transfusi darah ke PMI.
30.3 Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. MH sudah berusaha merawat anaknya, agar tidak sakit
Ny. U selalu memberikan ASI setiap saat anaknya minta dan
memberi tambahan protein yaitu telur rebusperhari 1-2 butir.
30.4 Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
Keluarga Tn. MH mengatakan kurang tahu cara untuk mencegah
bagaimana agar anaknya (An. M) tidak sering menderita batuk pilek
dan tidak sering kambuh. Sedangkan untuk lingkungan rumah sudah
cukup bersih dimana sudah ada saluran air tersendiri, pencahayaan
cukup demikian pula ventilasi dan jendela yang dibuka setiap hari,
namun untuk setiap hari keluarga Tn. MH selalu menggunakan obat
nyamuk bakar saat tidur karena nyamuk yang banyak..
30.5 Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang ada
Keluarga Tn. MH sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
yaitu puskesmas, dokter swasta untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada pada keluarga.

80
31. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. MH merasa penghasilan yang ia peroleh bersama istrinya
dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–harinya termasuk
biaya kesehatan dan kebutuhan social.
D. STRESS DAN KOPING INDIVIDU
32. Stressor jangka pendek
Keluarga mengatakan merasa ada masalah yang dirasakan dalam waktu
kurang dari enam bulan ini yaitu kecemasan oleh karena anaknya (An. M
sering sekali menderita batuk pilek dan sering kambuh). Tetapi keluarga
memikirkan bersama-sama sehingga masalah menjadi ringan.
33. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka
mereka akan memecahkannya secara bersama-sama, dibicarakan bersama
kemudian dicari jalan keluar yang terbaik atau kadang-kadang keluarga Tn.
MH bertanya pada orang tua dari Ny. U yang tinggalnya di depan rumah
keluarga Tn. MH.
34. Strategi Koping Yang digunakan
Jika ada masalah keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi
dengan orang yang lebih tahu atau orang tua mereka.
35. Harapan keluarga pada perawat
Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan, baik itu untuk kesehatan tentang
hipertensi yang diderita oleh anaknya dan informasi tentang Thalasemia
yang diderita oleh An. K (adik Ny. U) namun tidak dirasakan.
36. Persepsi keluarga terhadap perawat
Keluarga menganggap sosok perawat adalah orang yang bekerja di bidang
kesehatan yang banyak mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan serta dapat membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.
37. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang
dihadapi
Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai
kesehatan sebanyak-banyaknya demi menjaga kesehatan seluruh aggota
keluarganya.

81
D. RIWAYAT KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
38. Riwayat kesehatan keluarga dahulu
Keluarga mengatakan dahulu anaknya sering sekali terkena batuk pilek
dan sering kambuh, panas namun setelah dibawa berobat ke dokter
spesialis akan kembali sembuh. Keluarga juga mengatakan keluarganya
tidak pernah ada yang sakit parah sampai dirawat di rumah sakit, kecuali
adiknya Ny. U (An. K) yang sejak kecil menderita penyakit Thalasemia
dan hampir setiap bulan dilakukan transfusi darah ke PMI.
39. Riwayat kesehatan keluarga sekarang
Saat dilakukan pengkajian, Tn. MH dalam keadaan sehat, Ny. U
menderita batuk pilek sudah dua hari yang lalu, An. M menderita batuk
pilek sudah tiga hari yang lalu dan An. K menderita Thalasemia sejak keci.
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh An. K adalah pusing dan lemes.
H. AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI - HARI
40. Nutrisi
Keluarga Tn. MH mengatakan tidak ada pantangan jenis makanan tertentu
asalkan tidak diharamkan oleh agama. Komposisi makanan pada keluarga
Tn. MH terdiri dari makanan pokok yaitu nasi, kadang mie atau roti, sayur
mayur selalu ada, lauk-pauk nabati : tahu, tempe selalu ada dan lauk pauk
hewani kadang-kadang ada seperti telur, ayam kadang-kadang dan buah-
buahan kadang-kadang. Kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan
selalu dicuci terlebih dahulu kemudian dipotong-potong sebelum dimasak
dan dalam menyajikannya selalu dalam keadaan tertutup oleh tudung saji.
Sedangkan An M masih minum ASI dan telah mendapat makanan
tambahan bubur.

41. Intake cairan


Tn. MH : makan sehari 3 kali sehari 1 porsi dan kebutuhan cairan kurang
lebih 2000 cc per hari (5-6 gelas).
Ny. U : makan sehari 3 kali habis 1 porsi dan kebutuhan cairan kurang
lebih 2000 cc (6-7 gelas).
An. M : makan 3 kali sehari habis 1 porsi Kebutuhan cairan 1000-
1500cc.
An. K : makan 3 kali sehari ditambah dengan susu kurang lebih 1 gelas
dan kebutuhan cairan kurang lebih 2000 cc (7-8 gelas).

82
42. Eliminasi
Keluarga Tn. Wn mengatakan tidak ada masalah dalam buang air besar
maupun kecil. Buang air besar sehari sekali kondistensi lembek, tidak ada
keluhan saat BAB, buang air kecil sehari 4-5 kali, warna kuning jernih dan
tidak ada keluhan. An N buang air besar sehari 1-2 kali, BAK sering bisa
6-8 kali.
43. Mobilisasi
Tn. MH beraktivitas dengan pekerjaannya , berangkat pukul 07.00 WIB
pulang jam 17:00 WIB, sedangkan Ny. U memberi les mengaji dari jam
18.30 sampai Jam 19.30 WIB, setiap hari Senin-Rabu. Tn. MH dan Ny. U
mengikuti pertemuan – pertemuan diluar rumah seperti pengajian,
pertemuan RT, Dasawisma, Posyandu. An K beraktivitas dengan bekerja di
perusahaan swasta berangkat pukul 7.30 WIB sampai dengan pukul 17.00
WIB. Waktu senggang saat liburan digunakan oleh keluarga Tn. MH untuk
bersama di rumah, menonton TV atau kadang-kadang jalan-jalan ke kota
untuk membeli sesuatu. Keluarga Tn. MH menempati rumah di Kel.
Tandang sudah kurang lebih 5 tahun dan tidak ada rencana untuk pindah
rumah.

44. Personal hygiene


Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari dengan
sabun mandi, ganti baju setiap hari sekali, cuci rambut maksimal 3 hari
sekali dan gosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur
II. ANALISA DATA
Data Problem
1. DS : Gangguan bersihan jalan nafas
- Ny. U mengatakan bahwa anaknya pada keluarga Tn. MH
(An. M) batuk pilek selama 3 hari dan terutama An. M dan Ny. U,
sudah dibawa ke dokter dan belum berhubungan dengan
sembuh serta sering kambuh.. ketidakmampuan keluarga
- Ny. U mengatakan bahwa ia belum merawat anggota keluarga
mengetahui tentang penyebab, cara yang menderita ISPA.
penularan, pencegahan penularan dan
perawatan batuk pilek.
- Ny. U mengatakan selama An. M
batuk pilek hanya diberi obat dari
dokter.
- Ny. U mengatakan masih

83
menggunakan obat nyamuk bakar
ketika An. M batuk pilek.
- Ny. U mengatakan bahwa ia juga
menderita batuk pilek sudah kurang
lebih dua hari yang lalu.

DO :
- An. U, Ny. U tampak lesu
- Hidung Ny. U dan An. M keluar
sekret dari hidung dan suara Ny. U
agak sengau
- Imunisasi An. M lengkap kecuali
campak
- An. M batuk grok-grok
- RR An. D = 28 x/mnt
- RR Ny. K = 24 x/mnt
- Ventilasi rumah cukup tetapi tidak
dibuka setiap hari
- Pada pemeriksaan fisik suara nafas
terdapat ronkhi basah halus pada
kedua lapang paru pada An. M

2. DS : Resiko terjadinya infeksi pada


- Ny. U mengatakan bahwa An. K keluarga Tn. MH terutama An.
(adiknya) yang tinggal bersamanya K berhubungan dengan
menderita Penyakit Thalasemia ketidakmampuan keluarga
- Ny. U mengatakan An. K tidak suka merawat anggota keluarga
makan sayur-sayuran sehingga yang menderita Thalasemia.
badannya tampak lemas dan
kulitnya kering
- Ny. U mengatakan An. K kalau
tidur sering larut malam
- Ny. U mengatakan An. K sering
lemas dan kepalanya sering pusing
- Ny. U mengatakan bahwa An. K
setiap bulan sering dilakukan
transfusi darah di PMI
- Ny. U mengatakan jika terlambat
untuk dilakukan transfusi darah
maka An. k kelihatan lemas dan
pucat.

DO :

84
- An. K tampak pucat dan lemas
- An. K kepalanya sering pusing.
- Bibir An. K tampak sianosis
- Badan An. K tampak kurus
- TD 90/60 mmHg, N : 88 x/mnt
- An. K menderita penyakit
Thalasemia sejak umur 3 tahun
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan
conjungtiva tampak anemia

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. MH terutama An. M dan
Ny. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita ISPA.
2. Resiko terjadinya infeksi pada keluarga Tn. MH terutama An. K berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
Thalasemia
B. SKORING
1. Gangguan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. MH terutama An. M dan
Ny. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita ISPA.

Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat Masalah : 3/3X1 1 Kondisi kedua anggota keluarga
Ny. U yang menderita ISPA
Tidak sehat
merupakan kondisi sakit.

2.Kemungkinan 1/2X2 1 Keluarga belum mengetahui


Masalah dapat penyebab, cara penularan dan
diubah : Hanya perawatan ISPA. Yang keluarga
lakukan hanya membawa anggota
sebagian
keluarga yang sakit ke dokter dan
memberikan obat dari dokter,

85
walaupun keuangan keluarga
sangat pas-pasan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.

3. Kemungkinan 3/3X1 1 Keluarga ingin mengetahui cara


Masalah dapat merawat ISPA. Akan tetapi Ny. U
dicegah : Tinggi masih menggunakan obat nyamuk
bakar saat tidur malam. Dan Tn.
MH kalau merokok masih di
dalam rumah.

4. Menonjolnya 1/2X1 1/2 Keluarga menganggap masalah


Masalah : batuk pilek merupakan masalah
yang sering terjadi pada saat
Ada masalah musim hujan dan sering terjadi
tetapi tidak pada anak-anak. Yang dilakukan
perlu segera keluarga hanya memberikan obat
ditangani dari dokter

Jumlah 3 1/2

2. Resiko terjadinya infeksi pada keluarga Tn. MH terutama An. K berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita
Thalasemia

Kriteria Skor Total Pembenaran


1. Sifat Masalah : 2/3X1 2/3 An. K sudah menderita
Thalasemia dari umur kurang
Ancaman
lebih 3 tahun dan keluarga belum
kesehatan mengetahui cara merawat
penyakit Thalasemia dirumah
pada An. K.
2.Kemungkinan 1/2X2 1 Keluarga belum mengetahui cara
Masalah dapat merawat Thalasemia di rumah
diubah : Hanya pada An. K. Saat ini An. K masih
suka tidur larut malam dan An. k
sebagian
tidak suka makan sayur-sayuran

86
Sumber dana ada untuk
membawa An. K ke PMI untuk
transfusi setiap bulan sekali.
3. Kemungkinan 2/3X1 2/3 Keluarga ingin mengetahui cara
Masalah dapat merawat penyakit Thalasemia
dicegah : Cukup pada An. K.

4. Menonjolnya 1/2X1 1/2 Keluarga menganggap masalah


Masalah : penyakit Thalasemia pada An. K
merupakan masalah yang tidak
Ada masalah perlu segera ditangani karena
tetapi tidak tidak keluarga Tn. MH merasa
perlu segera terlalu mengganggu aktivitas
ditangani An.K.

Jumlah 2 5/6

C. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan bersihan jalan nafas pada keluarga Tn. MH terutama An. M
dan Ny. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang menderita ISPA.
2. Resiko terjadinya infeksi pada keluarga Tn. MH terutama An. K
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang menderita Thalasemia

D. IMPLEMENTASI
Tgl No.
Implementasi Hasil Evaluasi
Dx
26/1/19 I 1. Mengingatkan keluarga akan S :
kontrak yang telah disepakati - Keluarga masih ingat
jam
2. Mengulang kembali apa yang
16.30 dengan kontrak yang
telah diketahui keluarga
WIB telah disepakati
tentang ISPA. Mengatakan - Keluarga mengatakan
pada keluarga bahwa kemarin bahwa batuk pilek sering
keluarga menyebutkan bahwa terjadi pada saat
penyebab ISPA adalah karena pergantian musim
kehujanan.

87
3. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang - Keluarga aktif
- Pengertian ISPA mendengarkan
- Penyebab ISPA penjelasan perawat
- Tanda dan gejala ISPA sambil menggedong An.
- Faktor predisposisi D
terjadinya ISPA - Keluarga bertanya
- Cara Penularan ISPA apakah bayi jika dipijat
- Cara Pencegahan akan menyebabkan batuk
Penularan ISPA pilek kerena sudah
- Cara perawatan ISPA di menjadi kebiasaan bahwa
rumah jika anaknya tampak
capek selalu dipijat
4. Memberikan kesempatan pada - Keluarga tampak
keluarga untuk bertanya menganggukkan kepala
tentang hal-hal yang belum
jelas

- Keluarga mampu
menyebutkan pengertian
5. Menjawab pertanyaan ISPA
keluarga bahwa pijat bayi - Keluarga mampu
tidak menyebabkan batuk menyebutkan penyebab
pilek akan tetapi akan ISPA
melancarkan peredaran darah - Keluarga mampu
6. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan 3 tanda dan
menyebutkan kembali tentang gejala ISPA
: - Keluarga mampu
- Pengertian ISPA menyebutkan 5 dari 6
- Penyebab ISPA faktor predisposisi
- Tanda dan gejala ISPA terjadinya ISPA
- Faktor predisposisi - Keluarga mampu
terjadinya ISPA menyebutkan 2 cara
- Cara Penularan ISPA penularan ISPA
- Cara Pencegahan - Keluarga mampu
Penularan ISPA menyebutkan 3 cara
- Cara perawatan ISPA di pencegahan penularan
rumah ISPA
- Keluarga mampu
menyebutkan 5 cara
perawatan ISPA di
rumah

- Keluarga tampak senang


88
dan tersenyum

- Keluarga juga
mengucapkan terima
kasih pada perawat atas
informasi yang diberikan

- Keluarga mengatakan
waktu terserah perawat
7. Memberikan reinforcement karena selalu di rumah
positif atas jawaban keluarga - Keluarga menyetujui
yang benar waktu yang ditawarkan
8. Mengucapkan terima kasih
pada keluarga atas waktunya

9. Mengulang kontrak untuk


pertemuan berikutnya

10. Menawarkan pertemuan


selanjutnya untuk besok
tanggal 7 jam 10.00

7/2/04 I 1. Mengulang kontrak yang - Keluarga masih ingat


telah disepakati dengan kontrak yang
jam
telah disepakati
10.00
2. Menjelaskan akibat lanjut dari - Keluarga mendengarkan
dengan aktif
ISPA
kesempatan - Keluarga mampu
3. Memberikan
menyebutkan akibat
keluarga untuk mengulangi
lanjut dari ISPA
penjelasan perawat
4. Memberikan motivasi pada - Keluarga memutuskan
untuk melarang anggota
keluarga untuk mengambil
keluarga lain dekat-dekat
keputusan dalam hal
dengan An. D sampai
pencegahan ISPA pada
An. D sembuh dan tidak
anggota keluarga lain
membersihkan ingus
secara sembarangan
- Keluarga tersenyum
5. Memberikan reinforcement
positif atas keputusan

89
keluarga untuk mencegah
penularan ISPA pada anggota
keluarga yang lain
6. Mendiskusikan kembali - Keluarga masih ingat
dengan keluarga tentang cara tentang cara perawatan
perawatan ISPA di rumah ISPA di rumah dan sudah
7. Memberikan reinforcement membeli obat gosok
positif atas jawaban keluarga untuk anaknya yaitu
dan usaha keluarga untuk Vicks
merawat anaknya yang
menderita ISPA
8. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang lingkungan - Keluarga menyebutkan 3
yang dapat menyebabkan jenis lingkungan yang
ISPA dapat menyebabkan
9. Menanyakan pada keluarga ISPA
tentang rencananya untuk
memodifikasi lingkungan - Keluarga mengatakan
10. Memberikan reinforcement untuk menganjurkan Tn.I
positif atas rencana keluarga untuk merokok di luar
dalam memodifikasi rumah dan selalu
lingkungan membersihkan rumah
serta membuka jendela
11. Memotivasi keluarga untuk setiap hari
melakukan rencana dalam
memodifikasi lingkungan - Keluarga mengatakan
12. Mengulang kontrak akan berusaha
selanjutnya
- Keluarga mengatakan
besok jam 10.00

28/2/19 I 1. Mengingatkan keluarga akan - Keluarga masih ingat


kontrak yang telah disepakati akan kontrak yang telah
disepakati
lingkungan - Lingkungan tampak lebih
2. Mengobservasi
bersih dan rapi, jendela
rumah
terbuka semuanya
- Keluarga mengatakan
3. Menanyakan apakah Tn. I bahwa Tn. I kalau
kalau merokok masih di merokok sudah diluar
dalam rumah atau diluar rumah
rumah - Keluarga mengatakan
4. Memberikan reinforcement demi keluarga agar selalu

90
positif atas usaha keluarga sehat
dalam memodifikasi
lingkungan - Keluarga mendengarkan
5. Mendiskusikan dengan dan sambil bertanya
keluarga untuk rajin
membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi
agar terhindar dari ISPA
6. Memotivasi keluarga untuk
melengkapi imunisasi - Keluarga mengatakan
anaknya agar terhindar dari akan membawa anaknya
ISPA ke puskesmas sampai
7. Memberikan reinforcement imunisasinya lengkap
positif pada keluarga yang - Keluarga tampak senang
telah menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
8. Mengakhiri kontrak dengan
keluarga
- Keluarga mengucapkan
terima kasih dan
mengharapkan masih
mendapatkan
pengetahuan tentang
kesehatan

91
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.Kesimpulan
1. Puskesmas Padang Bulan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
di wilayah kerja Medan Baru, menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan. Puskesmas melalukan upaya kesehatan
dengan mengedepankan usaha promotif dan preventif. Upaya kesehatan di
Puskesmas Padang Bulan terbagi menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan.
2. Puskesmas Padang Bulan melaksanakan Program Pokok dan Program
Pengembangan Puskesmas. Puskesmas Padang Bulan juga memiliki klinik
unggulan yaitu Klinik IMS-VCT.
3. Puskesmas Padang Bulan memiliki pelayanan pemeriksaan umum,
pemeriksaan gigi, fisioterapi dan batra serta akupresur, rujukan, pemeriksaan
ibu hamil, imunisasi dan rujukan serta pelayanan emergensi.
4. Selain melakukan pelayanan kuratif dan rehabilitatif (UKP), Puskesmas Padang
Bulan juga melakukan pelayanan promotif dan preventif (UKM), antara lain :
promosi kesehatan, KIA/KB, Perbaikan gizi, Kesehatan Lingkungan,
Perkesmas dan P2P.
5. Permasalahan yang di dapatkan dari kurangnya pencapaian program, karena
kurangnya koordinasi dan sarana/prasarana yang tersedia.
6. Capaian program gizi masih rendah.
7. Capaian penemuan suspect TB di Puskesmas Padang Bulan masih rendah
8. Dari data yang dikumpulkan, terlihat bahwa masalah kesling belum dapat
teratasi dengan baik. Terlihat dari masi rendahnya PHBS rumah tangga, belum
tercapainya sanitasi TTU dan belum adanya STBM (Sanitasi Terpadu Berbasis
Masyarakat).

7.2.Saran
1. Puskesmas Padang Bulan meningkatkan Program Preventif dan Promotif,
meningkatkan penyuluhan yang lebih efektif dan menjalin kerjasama yang
lebih efektif dengan mitra yang ada di Puskesmas Padang Bulan.
2. Puskesmas Padang Bulan sebaiknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas dan pemegang program di Puskesmas Padang Bulan.
3. Lintas sektoral diharapkan lebih peduli dan aktif serta bekerja sama dalam
upaya peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah Medan Baru.
4. Dinas Kesehatan Kota Medan diharapkan tetap memberikan dukungan kepada
Puskesmas Padang Bulan dalam pelaksanaan kegiatan dan program.

92
93

Você também pode gostar