Você está na página 1de 11

PEMBAHASAN

A. Indikator Ketimpangan Gender Dalam Bidang Pendidikan di Provinsi Bengkulu


 Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapa pun usianya, yang
sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat
partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan
indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan. APK didapat dengan membagi jumlah penduduk
yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada
jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan
dengan jenjang pendidikan tersebut.
Data APK tingkat SD di Bengkulu menurut data BPS tahun 2012-2014

Dari data di atas terlihat bahwa angka partisipasi kasar di tingkat Sekolah Dasar pada
tahun 2012 masih didominasi oleh pihak laki-laki dibandingkan pihak perempuan
dengan perbandingan rata-rata APK Provinsi Bengkulu untuk laki-laki mencapai
107,93 sedangkan untuk perempuan tidak terlalu jauh perbandingannya mencapai
107,45. Di tahun 2012 juga terlihat ada beberapa daerah yang APK tingkat SD lebih
besar perempuan, yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu
Utara, Seluma dan Bengkulu Tengah, sedangkan sisanya masih didominasi oleh kaum
laki-laki. Lalu pada tahun 2013 APK tingkat SD masih didominasi oleh kaum laki-laki
dengan total rata-rata mencapai 111,59 sedangkan perempuan hanya memperoleh
110,74. Beberapa kabupaten yang sebelumnya pada tahun 2012 tingkat APK di
dominasi oleh perempuan juga masih tetap didominasi oleh perempuan, hanya saja di
Kabupaten Bengkulu Selatan mengalami penurunan APK, di mana APK laki-laki lebih
tinggi yaitu 109,80 sedangkan perempuan hanya 108,08 sehingga terjadi perubahan
dominasi APK di Bengkulu Selatan di bandingkan tahun 2012. Selanjutnya pada tahun
2014 total rata-rata APK perempuan dan laki-laki mengalami kenaikan dari tahun-tahun
sebelumnya mencapai 113,95 dengan dominasi partisipasi kasar tingkat SD masih pada
kaum laki-laki dengan total rata-ratanya sebesar 114,70 berbanding dengan perempuan
yang hanya 113,17. Berdasarkan data di atas juga terlihat bahwa ketimpangan gender
di bidang pendidikan sangatlah tinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Utara dengan
angka partisipasi kasar pada tahun 2014 dengan total laki-laki mencapai 123,50
sedangkan perempuan hanya berkisar diangka 111,05.

Data APK tingkat SMP di Provinsi Bengkulu menurut data BPS tahun 2012-2014 :

Berdasarkan data BPS di atas mengenai angka partisipasi kasar tingkat SMP di Provinsi
Bengkulu terlihat bahwa rata-rata APK dari tingkat SD menuju ke tingkat SMP
mengalami penurunan total rata-rata. Pada tahun 2012 total APK masih didominasi oleh
pihak laki-laki dengan perolehan 97,34 sedangkan perempuan hanya 94,29 angka ini
cukup memperlihatkan ketimpangan gender yang tinggi dibandingkan antara rata-rata
APK laki-laki dan perempuan di tingkat SD. Sedangkan untuk tahun 2013 APK lebih
didominasi oleh kaum perempuan walaupun tidak terlalu signifikan dengan total rata-
ratanya 84,79 lebih tinggi dari laki-laki yang totalnya hanya 84,00, dari data ini pula
terlihat terjadi penurunan APK tingkat SMP 2013, yang sebelumnya pada tahun 2012
mencapai 95,84 di tahun 2013 menurun menjadi 84,40. Sedangkan untuk tahun 2014
APK mengalami peningkatan lagi dari tahun sebelumnya, namun untuk kali ini lebih
didominasi oleh kaum laki-laki dengan total rata-ratanya mencapai 90,27 sedangkan
perempuan hanya berkisar diangka 86,20 dengan ketimpangan gender yang cukup
tinggi terjadi di Kota Bengkulu, di mana total APK laki-laki mencapai 105,38
sedangkan perempuan hanya 78,03.

Data APK tingkat SMA di Provinsi Bengkulu menurut data BPS tahun 2012-2014 :

Berdasarkan data BPS mengenai angka partisipasi kasar tingkat SMA di atas dari tahun
2012 sampai 2014, APK tingkat SMA di Provinsi Bengkulu lebih di dominasi oleh
kaum perempuan dibandingkan laki-laki. Di tahun 2012 total APK laki-laki hanya
60,13 lebih rendah dari APK perempuan yang mencapai 71,69. Untuk tahun 2013 APK
laki-laki hanya 66,12 lebih rendah dibandingkan perempuan yang mencapai 78,20
cukup terlihat ketimpangan partisipasi kasar di tahun ini. Sedangkan tahun 2014 APK
perempuan mencapai 85,13 sedangkan laki-laki hanya 74,15. Dari data di atas juga
terlihat bahwa ketimpangan gender berdasarkan angka partisipasi kasar baik tahun 2012
sampai tahun 2013 sangatlah tinggi di setiap Kabupaten /Kota, contohnya saja
Kabupaten Kepahiang pada tahun 2012 APK laki-laki hanya 49,00 berbanding terbalik
dengan perempuan yang mencapai 89,47 begitu pula ditahun 2013 APK laki-laki
Kabupaten Seluma hanya mencapai 48,46 sedangkan APK perempuan bisa mencapai
82,91.
 Berdasarkan Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab,
dan huruf lainnya (seperti huruf Jawa, kanji, dll) terhadap penduduk usia 15 tahun ke
atas.
Kegunaan adalah untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh
suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu
pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana penduduk
suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Angka melek huruf berkisar antara 0-100.
Tingkat melek huruf yang tinggi menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar
yang efektif dan atau program keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar
penduduk untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam
kehidupan sehari-hari dan melanjutkan pembelajaran.
Data angka melek huruf di Provinsi Bengkulu menurut data BPS :

Wilayah Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014


Laki- Perempuan Laki- Perempuan Laki- Perempuan
laki laki laki
Provinsi 98,84 97,87 99,49 98,13 99,90 99,25
Bengkulu
Wilayah 97,39 91,38 98,08 92,56 98,77 94,22
Pedesaan
Wilayah 97,83 93,46 98,52 94,37 99,13 95,85
Perkotaan

Berdasarkan data yang disajikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketimpangan
gender sangat terlihat dari angka melek huruf yang terdapat di Provinsi Bengkulu, di
mana kaum perempuan tingkat melek hurufnya lebih rendah dibandingkan laki-laki,
pada tahun 2012 sendiri angka melek huruf laki-laki mencapai 98,84 sedangkan
perempuan hanya sekitar 97,87. Dan pada tahun 2013 pun sama angka melek huruf
masih didominasi oleh pihak laki-laki dengan perolehan 99,49 dan dari pihak
perempuan hanya 98,13. Sedangkan pada tahun 2014 angka melek huruf laki-laki
cukup tinggi yaitu mencapai angka 99,90 berbanding terbalik dengan perempuan yang
hanya mencapai 99,25.
Lalu dari data di atas juga terlihat bahwa angka melek huruf antara perkotaan dengan
pedesaan lebih tinggi wilayah perkotaan, walaupun kesenjangan gendernya tetap sama
baik wilayah perkotaan maupun pedesaan di mana perempuan masih rendah dalam
angka melek hurufnya. Wilayah perkotaan tingkat melek hurufnya lebih tinggi karena
didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih memadai seperti sekolah yang sudah
semakin banyak baik negeri maupun swasta, tingkat kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan juga menjadi salah satu indikator, selain itu tersedianya
perpustakaan kota yang mendukung masyarakat untuk membaca dengan dibantu buku-
buku yang lengkap, berbanding terbalik dengan wilayah pedesaan yang walaupun
tingkat kesadaran mereka tentang Pendidikan sudah tinggi tapi mereka terbatas akan
sarana dan prasarana pendukung.
Walaupun angka melek huruf di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan ternyata itu
semua itu tidak diikuti dengan

B. Perbandingannya Perubahan Indikator Ketimpangan Gender Dalam Bidang


Pendidikan dari Tahun Sebelumnya
 Indikator Ketimpangan Gender Dalam Bidang Pendidikan Berdasarkan Angka
Partisipasi Kasar
Dari tahun ke tahun total rata-rata angka partisipasi kasar di Provinsi Bengkulu
pada tingkat SD mengalami kenaikan berturut-turut dari tahun 2012 sampai pada tahun
2014, yang awalnya tahun 2012 total APK sekitar 107,70 pada tahun 2013 naik menjadi
117,17 lalu pada tahun 2014 APK mengalami peningkatan lagi yaitu menjadi 113,95.
Walaupun APK Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan secara berturut-turut ternyata
APK di beberapa Kabupaten /Kota di Bengkulu sempat mengalami fluktuasi yang
awalnya tahun 2012 tinggi, lalu turun pada tahun 2013 dan naik lagi pada tahun 2014,
seperti contohnya Bengkulu Selatan dan Lebong. Kenaikan APK tingkat Provinsi
Bengkulu ternyata tidak diikuti dengan pembangunan gender yang baik terutama dari
partisipasi masyarakat terhadap pendidikan, karena berdasarkan data BPS terlihat dari
tahun ke tahun angka partisipasi kasar tingkat SD masih tetap di dominasi oleh kaum
laki-laki, walaupun perbandingan angkanya terlihat tidak terlalu signifikan.
Ditingkat SMP pun angka partisipasi kasar tidak jauh berbeda dengan
partisipasi di tingkat SD. Pada tahun 2012 APK tingkat SMP lebih didominasi oleh
kaum laki-laki dengan total APK mencapai 97,34 sedangkan perempuan hanya 94,29.
Namun pada tahun 2013 APK sempat di dominasi oleh kaum perempuan dengan total
rata-ratanya mencapai 84,79 sedangkan laki-laki hanya sekitar 84,00 walaupun diikuti
dengan penurunan total APK baik laki-laki maupun perempuan di tingkat Provinsi, dan
dominasi APK yang pada tahun 2013 didominasi oleh perempuan ternyata mengalami
perubahan lagi di mana pada tahun 2014 APK di dominasi kembali oleh pihak laki-laki
dengan perolehan 90,27 sedangkan perempuan 86,20. Sehingga terlihat bahwa
dominasi partisipasi kasar di tingkat SMP mengalami fluktuasi dengan angka
perbandingan APK tiap gender yang cukup lebar angkanya dibandingkan dengan
perbandingan APK laki-laki dan perempuan di tingkat SD.
Sedangkan data APK tingkat SMA di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012
sampai tahun 2014, menunjukkan adanya perbedaan dominasi partisipasi kasar di SMA
dengan dominasi APK di tingkat SD dan SMP, di mana ditingkat SMA angka
partisipasi kasar lebih didominasi oleh kaum perempuan bukan lagi oleh kaum laki-laki
, baik dari tahun 2012 sampai tahun 2014 dengan total APK masing-masing jenis
kelamin mengalami kenaikan, seperti pada tahun 2012 sampai 2014 APK laki-laki
adalah 60,13 pada tahun selanjutnya naik menjadi 66,12 lalu naik lagi pada tahun 2014
menjadi 74,15. Begitu pula dengan APK perempuan yang pada tahun 2012 mencapai
71,69 lalu naik menjadi 78,20 pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 naik lagi menjadi
85,13.
Selain itu terlihat juga dari data angka partisipasi kasar yang telah dipaparkan
sebelumnya, bahwa semakin tinggi tingkatan pendidikan di Bengkulu ternyata semakin
rendah tingkat partisipasi kasar para masyarakat. Dapat terlihat di tahun 2012 APK laki-
laki untuk tingkat SD mencapai 107,70 lalu pada tingkat SMP APK hanya sekitar 95,84
dan lebih rendah lagi pada jenjang SMA yang hanya mencapai total rata-rata 65,80.
Lalu pada tahun 2013, APK tingkat SD mencapai 111,17 dan di tingkat SMP hanya
sekitar 84,40 sedangkan di tingkat SMA mengalami penurunan menjadi 71,79. Dan
juga ditahun 2014 APK jenjang SD mencapai 113,95 di tahun yang sama pada jenjang
SMP angka partisipasi kasar hanya 88,23 dan di jenjang SMA hanya sekitar 79.19.
Begitu pula dengan angka partisipasi kasar pada perempuan, pada tahun 2012 APK di
tingkat SD mencapai 107,45 lalu di tingkat SMP hanya mencapai 94,29 dan turun lagi
ditingkat SMA hanya sekitar 71,69. Lalu di tingkat SD APK mencapai total 110,74
pada tahun 2013 tetapi pada jenjang SMP APK turun menjadi 84,79 dan semakin turun
dijenjang yang lebih tinggi lagi yaitu SMA yaitu 78,20. Dan untuk tahun 2014 APK
perempuan juga sama semakin rendah di jenjang pendidikan yang semakin tinggi, yaitu
pada jenjang SD angka partisipasi mencapai 113,17 namun pada jenjang SMP angka
partisipasi kasar hanya 86,20 dan dijenjang SMA sekitaran 85,13.

 Indikator Ketimpangan Gender Dalam Bidang Pendidikan Berdasarkan Angka Melek


Huruf
Untuk angka melek huruf dari tahun ke tahun, mulai dari tahun 2012 sampai
tahun 2014 cukup mengalami peningkatan yang signifikan baik dari total rata-rata di
Provinsi Bengkulu ataupun angka melek huruf dari wilayah perkotaan dan pedesaan,
semuanya menunjukkan kenaikan. Untuk semua wilayah di Bengkulu sendiri pada
tahun 2012 angka melek huruf mencapai total 98,35 lalu mengalami kenaikan pada
tahun 2013 sebesar 0,46 menjadi 98,81 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan lagi
menjadi 99,57. Begitu pula di daerah pedesaan angkanya juga mengalami kenaikan dari
94,47 menjadi 95,40 lalu naik lagi menjadi 96,55 pada tahun 2014. Sedangkan di
perkotaan juga menunjukkan kenaikan pada angka melek huruf setiap tahunnya, mulai
dari tahun 2012 yang mencapai angka 95,69 lalu naik lagi pada tahun 2013 menjadi
96,48 dan pada tahun 2014 angka melek huruf wilayah perkotaan mencapai 97,52.
Walaupun angka melek huruf di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan setiap
tahunnya tetapi pemerintah Provinsi Bengkulu dalam meningkatkan kesadaran melek
huruf di masyarakat tidak diimbangi dengan Pengarusutamaan gender (PUG) karena
terlihat bahwa baik dari tahun 2012 sampai tahun 2014 baik di wilayah perkotaan,
pedesaan maupun keseluruhan di Provinsi Bengkulu angka melek huruf perempuan
masih lebih rendah dibandingkan angka melek huruf laki-laki. Dari total angka melek
huruf yang didapatkan pada tahun 2012 sebesar 98,35 tingkat melek huruf perempuan
hanya 97,87 begitu pula dengan tahun-tahun selanjutnya yang hanya mendapat 98,13
dibandingkan laki-laki yang mencapai 99,49 pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun
2014, angka melek huruf sudah mencapai 99,25 meskipun masih lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Selain itu ketimpangan gender berdasarkan melek huruf antara
wilayah perkotaan dan pedesaan tingkat ketimpangannya masih lebih tinggi wilayah
pedesaan dari pada wilayah perkotaan, contohnya saja pada tahun 2012 angka melek
huruf perempuan sekitar 91, 38 sedangkan laki-laki sekitar 97,39 sehingga terdapat
jarak sebesar 6,01 sedangkan di daerah perkotaan pada tahun yang sama perempuan
memperoleh angka melek huruf sebesar 93,46 dan laki-laki sebesar 97,83 sehingga
perbandingannya hanya sekitar 4,37 lebih rendah daripada pedesaan.

C. Faktor Penyebab Ketimpangan Gender Dalam Bidang Pendidikan di Provinsi


Bengkulu Berdasarkan Indikator Pendidikan
 Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Dari data yang sebelumnya telah dipaparkan terlihat bahwa angka partisipasi
kasar pada tingkat SD dan SMP lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan
perempuan hal itu disebabkan karena :
1. Ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai, seperti lokasi
sekolah yang jauh sehingga mempengaruhi minat masyarakat terutama perempuan
untuk bersekolah.
2. Dari segi kontrol, perempuan tidak memiliki kontrol dalam mengambil keputusan.
Kontrol atau pengambilan keputusan didominasi oleh orang tua. Dan kontrol orang
tua untuk memacu partisipasi dalam pendidikan masih berpihak kepada laki-laki.
Selain itu orang tua masih berperan dalam pemilihan jurusan bagi anak-anaknya.
3. Di beberapa masyarakat masih menganggap bahwa pendidikan tidaklah penting,
sehingga anak perempuan usia muda sudah dipaksa menikah karena untuk
mengurangi beban keluarga.
4. Adanya stereotip dari beberapa masyarakat yang beranggapan perempuan tidak
harus bersekolah.
Sedangkan pada tingkat SMA ketimpangan terjadi pada angka partisipasi kasar
karena pada tingkatan ini perempuan lebih mendominasi dibandingkan dari pihak laki-
laki. Beberapa faktor yang menyebabkan angka partisipasi kasar laki-laki ditingkat
SMA lebih rendah dari pada perempuan adalah Kurangnya kemampuan menjadi
masalah utama bagi laki-laki di Bengkulu, dengan 10,78% di antaranya mengatakan
bahwa mereka putus sekolah untuk bekerja dan memperoleh penghasilan dibandingkan
8,69% perempuan.

Berdasarkan data di atas terlihat angka angkatan kerja di Provinsi Bengkulu dengan
kelompok umur 15 - 24 tahun yang merupakan angka produktif bagi masyarakat untuk
menempuh pendidikan di SMP dan SMA lebih didominasi oleh kaum laki-laki sebesar
83.939 dibandingkan perempuan yang hanya 36.325. Inilah yang mengakibatkan
ketimpangan gender di jenjang SMA akibat kaum laki-laki yang lebih memilih untuk
bekerja di bandingkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu ketimpangan gender berdasarkan angka partisipasi kasar secara
umum juga disebabkan oleh Kurangnya metode dan materi belajar mengajar yang
responsif gender masih menjadi permasalahan di sekolah-sekolah di Bengkulu Institusi
Pendidikan Tenaga Kependidikan yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga
guru yang memiliki pemahaman terhadap kebutuhan khusus dari kedua jenis kelamin.
Belum ada rancangan dan penggunaan materi dan rencana belajar-mengajar yang
responsif gender; bahasa yang peka gender dalam kelas, pengaturan kelas dan sistem
manajemen sekolah. Semua ini dibutuhkan untuk menciptakan praktik pengajaran yang
mendukung perlakuan dan partisipasi yang sama antara anak perempuan dan laki-laki
di dalam kelas, saat kegiatan ekstrakurikuler dan di komunitas sekolah yang lebih luas.
Materi pengajaran belum sepenuhnya memenuhi standar kesetaraan gender. Meskipun
Kemendiknas telah bertahun-tahun mengangkat permasalahan ini, namun, perlu diakui
bahwa buku kurikulum masih tetap bias gender sehingga memperkuat stereotip peran
perempuan dan laki-laki: “Sudah lama diketahui bahwa materi pendidikan kita bias
gender,” Ace Suryadi, Ketua Komite Kerja Pengarusutamaan Gender, Kementrian
Pendidikan Nasional, (Jakarta Post, 10 Maret 2008).

 Berdasarkan Angka Melek Huruf


Rendahnya tingkat melek huruf di sejumlah Kabupaten/Kota di Bengkulu yang
di dominasi oleh perempuan diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat di wilayah tersebut terhadap pentingnya pendidikan.
Apalagi jika dilihat dari perspektif gender, rata-rata angka partisipasi kasar yang dari
awal saja seperti APK tingkat SD dan SMP, partisipasi perempuan lebih sedikit
dibandingkan laki-laki, walaupun pada jenjang SMA perempuan lebih menguasai.
Rendahnya tingkat pendidikan perempuan antara lain karena faktor nilai sosial dan
budaya, serta kultur patriarkat yang menjadikan perempuan makhluk nomor dua di
pendidikan. Situasi ini berpengaruh bagi perempuan, sehingga mereka sulit
menjangkau pendidikan, dan akhirnya memilih berhenti sekolah di tengah jalan atau
tidak bersekolah. Menurut Romli (2014:7) kiprah perempuan dalam pembangunan desa
terhambat karena empat hal, yaitu tradisi, hambatan legal, akses pendidikan formal, dan
beban kesehatan pada saat kehamilan. Dengan demikian, hal yang terpenting adalah
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pendidikan sangat diperlukan bagi setiap
individu termasuk perempuan, sehingga program-program pembangunan dalam bidang
pendidikan yang dicanangkan pemerintah dapat berhasil sesuai dengan yang tujuan
yang diharapkan.
Selanjutnya kesenjangan mengakses aksara antara perempuan dan laki-laki
disebabkan karena kurangnya motivasi dari perempuan itu sendiri, kadang di tengah
keadaan ekonomi yang lemah atau miskin, kaum perempuan lebih memilih bekerja atau
membantu orang tua di rumah dibandingkan untuk bersekolah atau mengikuti pelatihan
membaca.

Você também pode gostar