Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dari data di atas terlihat bahwa angka partisipasi kasar di tingkat Sekolah Dasar pada
tahun 2012 masih didominasi oleh pihak laki-laki dibandingkan pihak perempuan
dengan perbandingan rata-rata APK Provinsi Bengkulu untuk laki-laki mencapai
107,93 sedangkan untuk perempuan tidak terlalu jauh perbandingannya mencapai
107,45. Di tahun 2012 juga terlihat ada beberapa daerah yang APK tingkat SD lebih
besar perempuan, yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu
Utara, Seluma dan Bengkulu Tengah, sedangkan sisanya masih didominasi oleh kaum
laki-laki. Lalu pada tahun 2013 APK tingkat SD masih didominasi oleh kaum laki-laki
dengan total rata-rata mencapai 111,59 sedangkan perempuan hanya memperoleh
110,74. Beberapa kabupaten yang sebelumnya pada tahun 2012 tingkat APK di
dominasi oleh perempuan juga masih tetap didominasi oleh perempuan, hanya saja di
Kabupaten Bengkulu Selatan mengalami penurunan APK, di mana APK laki-laki lebih
tinggi yaitu 109,80 sedangkan perempuan hanya 108,08 sehingga terjadi perubahan
dominasi APK di Bengkulu Selatan di bandingkan tahun 2012. Selanjutnya pada tahun
2014 total rata-rata APK perempuan dan laki-laki mengalami kenaikan dari tahun-tahun
sebelumnya mencapai 113,95 dengan dominasi partisipasi kasar tingkat SD masih pada
kaum laki-laki dengan total rata-ratanya sebesar 114,70 berbanding dengan perempuan
yang hanya 113,17. Berdasarkan data di atas juga terlihat bahwa ketimpangan gender
di bidang pendidikan sangatlah tinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Utara dengan
angka partisipasi kasar pada tahun 2014 dengan total laki-laki mencapai 123,50
sedangkan perempuan hanya berkisar diangka 111,05.
Data APK tingkat SMP di Provinsi Bengkulu menurut data BPS tahun 2012-2014 :
Berdasarkan data BPS di atas mengenai angka partisipasi kasar tingkat SMP di Provinsi
Bengkulu terlihat bahwa rata-rata APK dari tingkat SD menuju ke tingkat SMP
mengalami penurunan total rata-rata. Pada tahun 2012 total APK masih didominasi oleh
pihak laki-laki dengan perolehan 97,34 sedangkan perempuan hanya 94,29 angka ini
cukup memperlihatkan ketimpangan gender yang tinggi dibandingkan antara rata-rata
APK laki-laki dan perempuan di tingkat SD. Sedangkan untuk tahun 2013 APK lebih
didominasi oleh kaum perempuan walaupun tidak terlalu signifikan dengan total rata-
ratanya 84,79 lebih tinggi dari laki-laki yang totalnya hanya 84,00, dari data ini pula
terlihat terjadi penurunan APK tingkat SMP 2013, yang sebelumnya pada tahun 2012
mencapai 95,84 di tahun 2013 menurun menjadi 84,40. Sedangkan untuk tahun 2014
APK mengalami peningkatan lagi dari tahun sebelumnya, namun untuk kali ini lebih
didominasi oleh kaum laki-laki dengan total rata-ratanya mencapai 90,27 sedangkan
perempuan hanya berkisar diangka 86,20 dengan ketimpangan gender yang cukup
tinggi terjadi di Kota Bengkulu, di mana total APK laki-laki mencapai 105,38
sedangkan perempuan hanya 78,03.
Data APK tingkat SMA di Provinsi Bengkulu menurut data BPS tahun 2012-2014 :
Berdasarkan data BPS mengenai angka partisipasi kasar tingkat SMA di atas dari tahun
2012 sampai 2014, APK tingkat SMA di Provinsi Bengkulu lebih di dominasi oleh
kaum perempuan dibandingkan laki-laki. Di tahun 2012 total APK laki-laki hanya
60,13 lebih rendah dari APK perempuan yang mencapai 71,69. Untuk tahun 2013 APK
laki-laki hanya 66,12 lebih rendah dibandingkan perempuan yang mencapai 78,20
cukup terlihat ketimpangan partisipasi kasar di tahun ini. Sedangkan tahun 2014 APK
perempuan mencapai 85,13 sedangkan laki-laki hanya 74,15. Dari data di atas juga
terlihat bahwa ketimpangan gender berdasarkan angka partisipasi kasar baik tahun 2012
sampai tahun 2013 sangatlah tinggi di setiap Kabupaten /Kota, contohnya saja
Kabupaten Kepahiang pada tahun 2012 APK laki-laki hanya 49,00 berbanding terbalik
dengan perempuan yang mencapai 89,47 begitu pula ditahun 2013 APK laki-laki
Kabupaten Seluma hanya mencapai 48,46 sedangkan APK perempuan bisa mencapai
82,91.
Berdasarkan Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab,
dan huruf lainnya (seperti huruf Jawa, kanji, dll) terhadap penduduk usia 15 tahun ke
atas.
Kegunaan adalah untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh
suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu
pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana penduduk
suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Angka melek huruf berkisar antara 0-100.
Tingkat melek huruf yang tinggi menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar
yang efektif dan atau program keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar
penduduk untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam
kehidupan sehari-hari dan melanjutkan pembelajaran.
Data angka melek huruf di Provinsi Bengkulu menurut data BPS :
Berdasarkan data yang disajikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketimpangan
gender sangat terlihat dari angka melek huruf yang terdapat di Provinsi Bengkulu, di
mana kaum perempuan tingkat melek hurufnya lebih rendah dibandingkan laki-laki,
pada tahun 2012 sendiri angka melek huruf laki-laki mencapai 98,84 sedangkan
perempuan hanya sekitar 97,87. Dan pada tahun 2013 pun sama angka melek huruf
masih didominasi oleh pihak laki-laki dengan perolehan 99,49 dan dari pihak
perempuan hanya 98,13. Sedangkan pada tahun 2014 angka melek huruf laki-laki
cukup tinggi yaitu mencapai angka 99,90 berbanding terbalik dengan perempuan yang
hanya mencapai 99,25.
Lalu dari data di atas juga terlihat bahwa angka melek huruf antara perkotaan dengan
pedesaan lebih tinggi wilayah perkotaan, walaupun kesenjangan gendernya tetap sama
baik wilayah perkotaan maupun pedesaan di mana perempuan masih rendah dalam
angka melek hurufnya. Wilayah perkotaan tingkat melek hurufnya lebih tinggi karena
didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih memadai seperti sekolah yang sudah
semakin banyak baik negeri maupun swasta, tingkat kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan juga menjadi salah satu indikator, selain itu tersedianya
perpustakaan kota yang mendukung masyarakat untuk membaca dengan dibantu buku-
buku yang lengkap, berbanding terbalik dengan wilayah pedesaan yang walaupun
tingkat kesadaran mereka tentang Pendidikan sudah tinggi tapi mereka terbatas akan
sarana dan prasarana pendukung.
Walaupun angka melek huruf di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan ternyata itu
semua itu tidak diikuti dengan
Berdasarkan data di atas terlihat angka angkatan kerja di Provinsi Bengkulu dengan
kelompok umur 15 - 24 tahun yang merupakan angka produktif bagi masyarakat untuk
menempuh pendidikan di SMP dan SMA lebih didominasi oleh kaum laki-laki sebesar
83.939 dibandingkan perempuan yang hanya 36.325. Inilah yang mengakibatkan
ketimpangan gender di jenjang SMA akibat kaum laki-laki yang lebih memilih untuk
bekerja di bandingkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu ketimpangan gender berdasarkan angka partisipasi kasar secara
umum juga disebabkan oleh Kurangnya metode dan materi belajar mengajar yang
responsif gender masih menjadi permasalahan di sekolah-sekolah di Bengkulu Institusi
Pendidikan Tenaga Kependidikan yang ada belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga
guru yang memiliki pemahaman terhadap kebutuhan khusus dari kedua jenis kelamin.
Belum ada rancangan dan penggunaan materi dan rencana belajar-mengajar yang
responsif gender; bahasa yang peka gender dalam kelas, pengaturan kelas dan sistem
manajemen sekolah. Semua ini dibutuhkan untuk menciptakan praktik pengajaran yang
mendukung perlakuan dan partisipasi yang sama antara anak perempuan dan laki-laki
di dalam kelas, saat kegiatan ekstrakurikuler dan di komunitas sekolah yang lebih luas.
Materi pengajaran belum sepenuhnya memenuhi standar kesetaraan gender. Meskipun
Kemendiknas telah bertahun-tahun mengangkat permasalahan ini, namun, perlu diakui
bahwa buku kurikulum masih tetap bias gender sehingga memperkuat stereotip peran
perempuan dan laki-laki: “Sudah lama diketahui bahwa materi pendidikan kita bias
gender,” Ace Suryadi, Ketua Komite Kerja Pengarusutamaan Gender, Kementrian
Pendidikan Nasional, (Jakarta Post, 10 Maret 2008).