OPTIMALISASI PERAN ORGANISASI PROFESI DALAM MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP GURU
Oleh: Iyus, M.Pd
Guru SDN Cipanengah CBM Sekbid Organisasi dan Kaderisasi PGRI PC Lembursitu Kota Sukabumi
Permendikbud nomor 10 tahun 2017 tentang perlindungan bagi pendidik dan
tenaga pendidikan baru saja diundangkan. Peraturan ini dibuat bertujuan untuk melindungi profesi guru serta penguatan terhadap Undang-Undang Guru dan Dosen bagian 7 tentang perlindungan Guru. Dalam Permendikbud nomor 10 tahun 2017 pasal 2 ayat 1 dinyatakan bahwa Perlindungan merupakan upaya melindungi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang menghadapi permasalahan terkait pelaksanaan tugas. Tugas tersebut antar lain yaitu hukum, profesi, keselamatan atau kesehatan kerja serta hak atas kekayaan intelektual. Disisi lain guru diamanatkan untuk mengajar dan mendidik untuk membentuk peserta didik yang berilmu dan berperilaku baik. Akan tetapi, dalam proses pelaksanaannya sebagian guru masih memberikan tindakan terhadap siswa dengan teguran atau bahkan juga hukuman secara fisik yang berlebihan. Hal ini dilakukan guru tentunya sangat mendasar dengan tujuan supaya peserta didik ada efek jera dan mengarah kepada hal yang lebih baik. Berdasarkan tindakan tersebut, para siswa dan orang tua sebagian tidak bisa menerima bahkan menuntut guru untuk diproses secara hukum dengan alasan melanggar undang undang perlindungan anak dan HAM. Berbagi bentuk kriminalisasi guru yang terjadi akhir-akhir ini secara garis besar dilatarbelakangi oleh dua faktor: pertama, fakta di lapangan masih banyak guru yang belum mengetahui dan memahami undang-undang perlindungan anak, sehingga karena ketidaktahuan guru, dapat menyebabkan pemberian sanksi yang berlebihan bahkan dengan tindak kekerasan. Padahal di dalam undang undang perlindungan anak pasal 9 ayat 1a dinyatakan bahwa Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain. Berdasarkan hal tersebut sudah seharusnya guru berpedoman kepada tata tertib sekolah dan undang- undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak sehingga guru dalam memberikan sanksi dilakukan secara humanis, edukatif serta sesuai nilai-nilai pedagogis dengan tidak melibatkan kekerasan. Faktor yang kedua, yaitu peran organisasi profesi dalam menangani kasus hukum yang menimpa guru belum optimal. Dalam proses pelaksanaan perlindungan hukum guru diperlukan sinergitas dari berbagai pihak, terutama aparat penegak hukum dan lembaga bantuan hukum yang ada di organisasi profesi dengan tujuan agar tidak setiap tindakan guru itu dikriminalkan oleh oknum orang tua. Dalam hal ini peran organisasi profesi dalam mengawal perlindungan guru tentu sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam permendikbud no 20 tahun 2017 ayat 5 bahwa Dalam melaksanakan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Kementerian dapat berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi, Masyarakat, dan/atau pihak terkait lainnya. Selain itu undang-undang perlindungan dan kekerasan terhadap anak juga sebaiknya tidak dijadikan tameng oleh para orang tua. Orang tua hendaknya menyerahkan sepenuhnya kepada guru, selama proses pendidikan dan pembelajaran dilakukan dengan humanis dan sesuai dengan nilai-nilai pedagogis. Peran Organisasi Profesi dalam melindungi Profesi Guru sudah seharusnya dioptimalkan. Dalam proses pelaksanaannya hendaknya lembaga bantuan hukum yang ada di organisasi profesi baik di tingkat daerah ataupun pusat senantiasa bersinergis dengan aparat penegak hukum dalam rangka mengawal pelaksanaan perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Selain itu, perundang-undangan terkait dengan perlindungan guru dan perlindungan anak perlu disosialisasikan secara intensif karena sebagian pendidik dan tenaga kependidikan di lapangan masih belum mengetahui dan memahami undang-undang perlindungan guru dan undang-undang perlindungan anak. Berbagai keberhasilan yang telah dilakukan oleh organisasi profesi dalam Hal ini PGRI kota sukabumi telah banyak dilakukan, salah satunya yaitu pemberian bantuan hukum terhadap keluarga guru yang mempunyai permasalahan hukum serta melakukan somasi terhadap PT KAI atas meninggalnya seorang Guru Sekolah Dasar (SD) Karang Tengah, Kota Sukabumi yang meninggalkan akibat tertabrak kereta api yang tidak berpalang pintu. Upaya yang dilakukan oleh organisasi profesi (PGRI) kota sukabumi bekerja sama dengan lembaga bantuan hukum, dinas pendidikan, dinas perhubungan dan pemerintah kota sukabumi tersebut menghasilkan kesepakatan diantaranya ahli waris korban mendapatkan hak dan diberikan santunan untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang SMA secara gratis. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh organisasi profesi tersebut tentunya perlu mendapatkan apresiasi dari seluruh masyarakat dan patut dijadikan sebagai salah satu percontohan untuk organisasi profesi yang lain, baik yang ada di kota Sukabumi maupun organisasi profesi yang ada di kabupaten/kota yang lain sehingga pelaksanaan perlindungan guru yang berkaitan dengan hukum, profesi, keselamatan atau kesehatan kerja serta hak atas kekayaan intelektual dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Guru belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan sebagaimana yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2017 pasal 2 ayat 2. Selanjutnya, dalam memberikan sanksi terhadap siswa pada saat proses pembelajaran dalam rangka mendisiplinkan siswa, guru hendaknya berpedoman kepada tata tertib sekolah dan undang-undang perlindungan anak, dan yang terakhir adalah Peran organisasi profesi dalam melindungi profesi guru perlu ditingkatkan dan bersinergi dengan lembaga bantuan hukum dan penegak hukum. Harapan penulis semoga dengan diundangkannya permendikbud nomor 20 Tahun 2017 menjadikan profesi guru bermartabat dan terlindungi tugasnya dalam rangka mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa.