Você está na página 1de 7

A.

PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dimilikinya. Sumber daya alam yang meliputi
sumber daya alam hayati maupun non hayati dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam adalah lingkungan
alam (environment) yang memiliki nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia (Rita, 2010).
Kekayaan alam di Indonesia terbentuk dari beberapa faktor. Dari segi astronomi, Indonesia
berada pada daerah tropis yang memiliki curah hujan sangat cukup sehingga banyak ragam dan
jenis tumbuhan yang tumbuh secara cepat. Dari segi geologi, Indonesia tepat berada pada titik
pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kayak akan mineral.
Dari segi perairan di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam hayati dan hewani, seperti
ikan, minyak bumi, dan mineral yang terkandung didalamnya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (selanjutnya disebut PP) No.19/1999 tentang “Pencemaran Laut” diartikan sebagai
masuknya/dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain kedalam
lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya.
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk keanekaragaman
sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia. Sebagaimana diketahui bahwa 70%
permukaan bumi didominasi oleh perairan atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat
bergantung pada lautan, sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan
kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di laut,
seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral, minyak bumi, dan
berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat pembuangan
sampah dan pengendapan barang sisa yang diproduksi manusia. Lautan juga menerima bahan-
bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan pencemaran itu terjadi, diantaranya dari
limbah rumah tangga, sampah, buangan dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker.
Namun, pencemaran yang sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
B.PEMBAHASAN
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk
hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas
manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran
laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang berkembang maupun negara-
negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan
terhadap masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah
tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi darat
melalui sungai, emisi trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber
utama pencemaran lebih sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil
ekspoitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi (crude
oil). Pencemaran minyak bumi dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang
bocor, atau kapal yang tenggelam yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut
lepas). Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan limbah tersebut
dapat tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran limbah tersebut dapat
berdampak pada beberapa negara. Dampak yang terjadi akibat dari pencemaran tersebut
adalah tertutupnya lapisan permukaan laut yang dapat menyebabkan penetrasi matahari
berkurang, menyebabkan proses fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan
dapat menyebabkan kematian.

Menurut Benny 2002, pencemaran minyak di laut berasal dari:


1. Operasi Kapal Tanker
2. Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
4. Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar
5. Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
6. Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan)
7. Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon (
perkantoran & industri )
8. Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )

1. Pengaruh minyak pada biota laut

Menurut Furkhon 2010, tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak
yang larut dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang tenggelam dan
terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai.
Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air berwarna hitam
dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan, tentu akan mengurangi
intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis, dan
dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal demikian terjadi, maka secara
langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada daerah tersebut karena terhambatnya
fitoplankton untuk berfotosintesis.
Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit
hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu organisme interstitial maupun
organime intertidal, organisme intertidal merupakan organisme yang hidupnya berada pada
daerah pasang surut, efeknya adalah ketika minyak tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka
organisme yang rentan terhadap minyak seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan
mengalami hambatan pertumbuhan, bahkan dapat mengalami kematian. Namun pada daerah
intertidal ini, walaupun dampak awalnya sangat hebat seperti kematian dan berkurangnya
spesies, tumpahan minyak akan cepat mengalami pembersihan secara alami karena pada
daerah pasang surut umumnya dapat pulih dengan cepat ketika gelombang membersihkan area
yang terkontaminasi minyak dengan sangat cepat. Sementara pada organisme interstitial yaitu,
organisme yang mendiami ruang yang sangat sempit di antara butir-butir pasir tentu akan
terkena dampaknya juga, karena minyak-minyak tersebut akan terakumulasi dan terendap pada
dasar perairan seperti pasir dan batu-batuan, dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku,
reproduksi, dan pertumbuhan dan perkembangan hewan yang mendiami daerah tersebut.

2. Perilaku Minyak di Laut

Senyawa Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzene, touleuna,
ethylbenzen, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam
minyak bumi, bersifat mutagenic dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat
rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air maupun didarat,
sehingga hal ini akan mengalami proses biomagnetion pada ikan ataupun pada biota laut lain.
Bila senyawa aromatic tersebut masuk ke dalam darah, akan diserap oleh jaringan lemak dan
akan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol, kemudian pada proses berikutnya
terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian masuk ke
ginjal (Kompas, 2004).
“Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami
perubahan secara fisik dan kimia. Diantaran proses tersebut adalah membentuk lapisan ( slick
formation ), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization),
emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi minyak
dalam air (oil in water emulsions), fotooksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh
planton dan bentukan gumpalan” (Mukhstasor, 2007).
Hampir semua tumpahan minyak di lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah
lapisan tipis di permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan
angin, gelombang dan arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan. Beberapa
hidrokarbon minyak bersifat mudah menguap, dan cepat menguap. Proses penyebaran minyak
akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat penguapan meningkat.
Hilangnya sebagian material yang mudah menguap tersebut membuat minyak lebih padat/
berat dan membuatnya tenggelam. Komponen hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan
membuat lapisan lebih tebal dan melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah
karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah
minyak.
Proses pembentukan lapisan minyak yang begitu cepat, ditambah dengan penguapan
komponen dan penyebaran komponen hidrokarbon akan mengurangi volume tumpahan
sebanyak 50% selama beberapa hari sejak pertama kali minyak tersebut tumpah. Produk kilang
minyak, seperti gasoline atau kerosin hamper semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan
viskositas yang tinggi hanya mengalami pengurangan kurang dari 25%.

3. Dampak dari Pencemaran Minyak di Laut

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air
laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam
sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon
yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku
biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat
menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,
terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan
pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004). Bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh
pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang.

a. Akibat jangka pendek


Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan
keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan
ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak
menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan
keracunan langsung oleh bahan berbahaya.

b. Akibat jangka panjang


Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut.
Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi
dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan
dari organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam
zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut
dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak
langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat
membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup
di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain.
Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari
sampai ke lapisan air dimana ikan berkembang biak. Menurut Fakhrudin (2004), lapisan minyak
juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang
akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.
Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut ,
lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat
mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan
menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di permukaan laut akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan yang
berawal pada phytoplankton akan terputus. Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan
menutupi substrat, selain akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan
akar pada tumbuhan laut yang ada.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh
terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana
akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak
mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar
mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan
minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan
mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.

4. Usaha untuk menjaga pencemaran laut

1) Angkat sampah-sampah dan benda-benda bekas dari area laut.


2) Tidak membuang puntung rokok ke laut saat berada di kapal.
3) Menggunakan barang-barang yang bisa di daur ulang.
4) Mengurangi pembelian produk yang menggunakan bahan plastik.
5) Mendaur ulang sampah yang bisa di daur ulang.
MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN DIKAPAL

DISUSUN OLEH :

AULIA NANDA PRAYUDINI

17617026

NAUTIKA

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN KEMARITIMAN


C.KESIMPULAN
Pencemaran laut terjadi apabila dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sesuatu benda, zat atau energi ke dalam lingkungan laut, sehingga menimbulkan
akibat sedemikian rupa kepada alam dan membahayakan kesehatan serta kehidupan manusia
dan ekosistem serta merugikan lingkungan yang baik dan fungsi laut sebagaimana mestinya.
Tumpahan minyak menjadi penyebab utama pencemaran laut. Minyak yang tumpah diakibatkan
oleh operasi kapal tanker, docking (perbaikan/perawatan kapal), terminal bongkar muat tengah
laut, tanki ballast dan tanki bahan bakar, scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk
menjadi besi tua), kecelakaan tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan
tabrakan), sumber di darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon
( perkantoran & industri ), dan tempat pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery ).

Você também pode gostar