Você está na página 1de 9

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KORUPSI BERTENTANGAN DENGAN ETIKA


PANCASILA

TUGAS PANCASILA

KELOMPOK 2

Rahaji Mulya 1806237094

Andira Sekar Y.N 1806237333

Intan Ronanda 1806179472

Sekaringtyas Widyasari 1806179472

Miranti Verdiana 1806179472

PROGRAM VOKASI

PROGRAM STUDI AKUTANSI

MATA KULIAH PANCASILA

NOVEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Analisis Korupsi Bertentangan Dengan Etika Pancasila”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Analisis Korupsi
Bertentangan Dengan Etika Pancasila” ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Depok, November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Materi .................................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 5
2.1 Korupsi, Etika, Pancasila, dan Etika Pancasila ............................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
3.1 Analisis Korupsi Bertentangan Dengan Etika Pancasila .............................................................. 7
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................... 9
4.2 Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 9
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta
pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak. Hal ini adalah perbuatan melawan hukum karena sudah merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang memprihatinkan.
Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas
atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis,
canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya
tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak hanya terhadap
kehidupan perekonomian negara tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya.

Penyelenggara negara yang seharusnya bersih dari korupsi, justru menjadi sarang
terjadinya penyimpangan tersebut. Hal ini pasti akan menimbulkan krisis kepercayaan
masyarakat kepada penyelenggara negara. Meskipun sudah ada upaya dalam pemberantasan
korupsi oleh berbagai pihak seperti KPK. Tetap saja kasus korupsi tetap marak terjadi di
Indonesia seperti sudah mengakar dalam sendi kehidupan di masyarakat. Hal ini tentu sangat
bertentangan dengan etika pancasila yang merupakan cabang filsafat yang dijabarkan dari
sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bahwa kasus korupsi bertentangan dengan etika Pancasila

1.3 Ruang Lingkup Materi


Kasus korupsi dan etika Pancasila
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Korupsi, Etika, Pancasila, dan Etika Pancasila
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, korupsi artinya perbuatan menggunakan
kekuasaan untuk kepentingan sendiri (umumnya dengan menggelapkan uang atau menerima
uang suap). Secara harfiah korupsi atau rasuah bermakna busuk, rusak, mengoyahkan,
memutarbalikan atau menyogok. Korupsi merupakan tindakan melawan hukum
yangdilakukan oleh politisi, maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu secara tidak wajar dan ilegal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapat keuntungan.

Etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
pandang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan. Dalam hal ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.

Sementara itu, pancasila menurut Notonegoro ialah dasar falsafah negara Indonesia,
sehingga dapat diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta bagian pertahanan bangsa dan negara.

Jadi Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral
berupa nilai spirualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya
menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam
pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila keempat mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengarkan pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain. Sila kelima mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain,
kesediaan membantu kesulitan orang lain.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Analisis Korupsi Bertentangan Dengan Etika Pancasila
Korupsi merupakan persoalan besar negeri ini yang dari dulu belum bisa diatasi.
Setiap tahunnya pasti ada kasus korupsi besar atau kecil yang terjadi di Indonesia. Contohnya
di tahun 2018, telah terjadi korupsi di mega proyek E-KTP yang nilai proyek tersebut senilai
Rp 5.952.083.009.000. Korupsi di mega proyek ini telah merugikan negara senilai Rp
2.314.904.234275,39. Korupsi ini dilakukan dengan canggih karena para koruptor yang
terlibat proyek ini telah merencanakan kegiatan rasuah ini dengan sistematis. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terdeteksi oleh aparat penegak hukum atau PPATK (Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Banyak sekali pihak yang terlibat kasus ini
diantaranya: DPR, pejabat kementerian, dan pihak swasta. Semua pihak yang terlibat dalam
kasus ini ada yang sudah menjalani proses hukuman (penjara) dan ada yang masih menjalani
proses hukum.

Berdasarkan analisis kelompok kami, kasus korupsi ini melanggar sila pertama yaitu
Ketuhanan yang Maha Esa, sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila ketiga
yaitu Persatuan Indonesia, sila keempat yaitu Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan sila kelima yaitu Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Tindakan korupsi sudah melanggar sila pertama karena orang yang melakukan
korupsi (koruptor) baik pemberi suap atau penerima suap telah melanggar perintah Tuhan-
Nya (sesuai dengan keyakinannya). Padahal dalam beretika Pancasila di sila ketuhanan
mengandung dimensi moral berupa nilai spirualitas yang mendekatkan diri manusia kepada
Sang Pencipta, berupa ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Setiap agama pasti
melarang yang namanya mencuri atau mengambil sesuatu yang bukan hak-nya (mengambil
hak milik orang lain).
Korupsi melanggar sila kedua karena orang yang melakukan korupsi, baik pemberi
suap atau penerima suap sudah tidak mengakui persamaan hak dan kewajiban. Seperti contoh
kasus suap E-KTP Elektronik, para penyelenggara negara yang terlibat kasus tersebut sudah
bertindak tidak adil karena tidak memberikan hak kepada warga negara Indonesia untuk
memilki KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan tidak menjalankan kewajibannya dengan baik
sebagai penyelenggara negara. Akibatnya terjadi kesulitan memproses atau mendapatkan
KTP di masyarakat dan hilangnya uang negara.
Korupsi juga melanggar sila ketiga karena tindakan korupsi umumnya dilakukan
dengan penyalahgunaan kekuasaan, penggelapan uang negara, dan penyuapan atas dasar
kepentingan pribadi atau kelompok. Hal ini tentu melanggar nilai dan etika pancasila sila
ketiga dengan tidak mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau
kelompok. Sehingga ada satu pihak yang merasa diuntungkan dan ada pihak lain yang merasa
dirugikan. Hal ini juga dapat menimbulkan perpecahan atau konflik di masyarakat.
Korupsi juga melanggar sila keempat karena korupsi dilakukan dengan memaksakan
kehendak orang lain dengan menyuap orang lain supaya kehendak penyuap tersebut bisa
tercapai sehingga pengambilan keputusan dalam suatu instansi pemerintahan bukan lagi di
dasari untuk kepentingan bersama, namun hanya untuk kepentingan orang atau kelompok
tertetu. Hal ini bertolak belakang dengan nilai dan etika Pancasila sila keempat yaitu
pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk kepentingan bersama dengan tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain.
Terakhir, Korupsi sudah melanggar sila kelima karena korupsi itu merusak tujuan
memajukan kehidupan sosial atau peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sebagai contoh
kasus korupsi E-KTP Elektronik. Pemerintah awalnya menciptakan proyek E-KTP Elektronik
untuk mengatasi masalah data kependudukan di Indonesia. Seperti orang memiliki KTP lebih
dari satu sehingga memungkinkan orang untuk menghindari pajak, melakukan terorisme, dan
lain-lain. Oleh sebab itu pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 5.952.083.009.000
untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya dana proyek tersebut di
korupsi senilai Rp 2.314.904.234275,39 sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan
atau memproses E-KTP mereka. Hal ini berdampak juga bagi kehidupan sosial masyarakat,
contohnya seorang pencari kerja kesulitan mencari pekerjaan karena perusahaan mewajibkan
mereka untuk memiliki E-KTP, seorang pengusaha kesulitan mencari pinjaman bank karena
ia belum memiliki E-KTP.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum yangdilakukan oleh politisi, maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu secara tidak wajar dan ilegal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapat
keuntungan. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai dan etika dalam semua sila
Pancasila. Sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, sila kedua yaitu Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, sila keempat yaitu Kerakyatan yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan sila kelima
yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.Kelima nilai tersebut membentuk
perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spirualitas yang mendekatkan
diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila
kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih manusiawi,
yaitu meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan
mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila
keempat mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengarkan
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila kelima
mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan
orang lain.

4.2 Daftar Pustaka


dkk, P. N. (2016). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia.

Meinarno, E. A. (2016). Materi Pancasila. Pancasila, 1-14.

Muhammad, S. (2010, 05 Rabu). Academia. Dipetik 11 07, 2018, dari Academia.edu:


http://www.academia.edu/9730596/Pengertian_Korupsi_dan_Sejarah_Pemberanta
sannya_di_Indonesia

Você também pode gostar