Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Edisi Kesatu
Cetakan pertama, September 2011
Cetakan kedua, Juni 2013
Cetakan ketiga, April 2014
Cetakan keempat, September 2014
650.07
MAT MATERI pokok analisis kasus bisnis; 1 – 9; EKMA4478/ 3 sks/
Ali Muktiyanto [et.al]. -- Cet.4; Ed.1 --. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
439 hal ; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-642-9
Daftar Isi
TINJAUAN MATA KULIAH ........................................................... ix
Kegiatan Belajar 2:
Laporan dan Analisis Keuangan ........................................................ 1.20
Latihan …………………………………………............................... 1.32
Rangkuman …………………………………..................................... 1.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.37
Kegiatan Belajar 2:
Interaksi Keputusan Investasi dengan Keputusan Pendanaan ............ 2.20
Latihan …………………………………………............................... 2.28
Rangkuman …………………………………..................................... 2.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.30
Kegiatan Belajar 2:
Penentuan Lokasi ............................................................................... 3.18
Latihan …………………………………………............................... 3.29
Rangkuman …………………………………..................................... 3.33
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.33
Kegiatan Belajar 2:
Manajemen Sediaan .....................………………………………..... 4.14
Latihan …………………………………………............................... 4.27
Rangkuman …………………………………..................................... 4.29
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.31
Kegiatan Belajar 2:
Analisis Kasus Rekrutmen Karyawan ................................................ 5.21
Latihan …………………………………………............................... 5.35
Rangkuman ……………………….………….................................... 5.38
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.39
Kegiatan Belajar 3:
Analisis Kasus Pelatihan dan Pengembangan Karyawan ................... 5.42
Latihan …………………………………………............................... 5.53
Rangkuman ……………………….………….................................... 5.58
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 5.59
Kegiatan Belajar 2:
Analisis Kasus Pengelolaan Karier Karyawan ................................... 6.23
Latihan …………………………………………............................... 6.34
Rangkuman …………………………….…….................................... 6.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.38
Kegiatan Belajar 3:
Analisis Kasus Kompensasi Karyawan .............................................. 6.41
Latihan …………………………………………............................... 6.59
Rangkuman …………………………….…….................................... 6.61
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.62
vi
Kegiatan Belajar 2:
Penentuan Pasar Sasaran .................................................................... 7.22
Latihan …………………………………………............................... 7.27
Rangkuman …………………………………..................................... 7.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.29
Kegiatan Belajar 3:
Positioning ......................................................................................... 7.33
Latihan …………………………………………............................... 7.39
Rangkuman …………………………………..................................... 7.40
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 7.41
Kegiatan Belajar 2:
Strategi Merek .................................................................................... 8.14
Latihan …………………………………………............................... 8.25
Rangkuman …………………………….…….................................... 8.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.26
vii
Kegiatan Belajar 3:
Strategi Harga, Promosi dan Distribusi Strategi Harga ...................... 8.28
Latihan …………………………………………............................... 8.41
Rangkuman …………………………….…….................................... 8.43
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.44
Kegiatan Belajar 2:
Kasus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen
Keuangan ............................................................................................ 9.13
Latihan …………………………………………............................... 9.25
Rangkuman …………………………….…….................................... 9.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.31
B uku materi pokok (BMP) Analisis Kasus Bisnis (EKMA4478) ini pada
intinya memberikan gambaran tentang bagaimana menganalisis kasus
bisnis berdasarkan alat-alat analisis yang terdapat dalam mata kuliah inti
manajemen.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang menghantarkan mahasiswa
untuk menempuh mata kuliah Tugas Akhir Program (TAP) sebagai tahapan
terakhir mahasiswa untuk mengakhiri masa studinya di Program Studi
Manajemen. Dalam mata kuliah ini akan berisi uraian beberapa mata kuliah
inti keahlian dari Program Studi Manajemen terkait dengan Tugas Akhir
Program (TAP), yaitu mencakup uraian mendalam tentang 4 mata kuliah inti,
yaitu Manajemen Pemasaran, Manajemen Operasi, Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM), dan Manajemen Keuangan. Sebagaimana diketahui, TAP
ini dalam perjalanannya telah menimbulkan berbagai kesulitan atau keluhan-
keluhan bagi sebagian besar mahasiswa Manajemen. Kesulitan atau keluhan-
keluhan tersebut, di antaranya disebabkan oleh:
1. adanya kesalahan informasi mengenai mata kuliah yang menjadi acuan
TAP;
2. ketidaksiapan mahasiswa mengikuti ujian yang berbentuk uraian karena
kebiasaan mengikuti ujian berbentuk pilihan, lebih-lebih materi ujiannya
mencakup beberapa mata kuliah dalam satu set ujian;
3. ketiadaan suatu panduan mengenai materi TAP yang dapat digunakan
sebagai pegangan bagi mahasiswa dalam menghadapi ujian;
4. kurangnya bantuan akademik yang diberikan kepada mahasiswa calon
peserta TAP.
Untuk itu, dengan adanya mata kuliah Analisis Kasus Bisnis ini
diharapkan dapat memberi bantuan kepada mahasiswa peserta TAP melalui
kompetensi-kompetensi dasar dan penting dari masing-masing mata kuliah
pendukung TAP tersebut. Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa
dapat belajar lebih terarah dan dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam
menghadapi ujian TAP.
x
BMP Analisis Kasus Bisnis ini berisi sembilan modul yang secara umum
menjelaskan tentang analisis kasus-kasus dalam bisnis ditinjau dari
manajemen keuangan, manajemen operasi, MSDM, dan manajemen
pemasaran yang membahas laporan dan analisis keuangan; keputusan
investasi dan pendanaan; strategi proses dan penentuan lokasi; perencanaan
kapasitas dan manajemen persediaan; perencanaan, rekrutmen, dan
pengembangan SDM; pengelolaan dan penilaian kinerja; segmenting,
targeting, dan postioning; dan strategi bauran pemasaran (strategi produk,
harga, promosi, dan saluran pemasaran).
Secara umum, diharapkan setelah mempelajari mata kuliah ini,
diharapkan mahasiswa dapat memecahkan masalah/kasus-kasus dalam bisnis
berdasarkan teori manajemen keuangan, manajemen operasi, MSDM, dan
manajemen pemasaran. Secara khusus, diharapkan setelah mempelajari mata
kuliah ini mampu:
1. menjelaskan laporan keuangan dan menghitung rasio keuangan;
2. menghitung profitabilitas investasi dan pendanaan;
3. menganalisis perencanaan proses dan penentuan lokasi fasilitas dengan
menggunakan metode-metode pemilihan lokasi;
4. menganalisis penentuan tingkat kapasitas dan jumlah sediaan yang
meminimalkan biaya sediaan;
5. melakukan analisis dan pemecahan terhadap kasus-kasus mengenai
sumber daya manusia khususnya yang berkaitan dengan perencanaan,
perekrutan, dan pengembangan SDM;
6. melakukan analisis dan pemecahan kasus-kasus yang berkaitan dengan
manajemen kinerja, manajemen karier, dan kompensasi;
7. menjelaskan berbagai aspek tentang segmentasi pasar, penentuan pasar
sasaran, dan positioning;
8. menerapkan strategi bauran pemasaran yang meliputi strategi diferensiasi
produk, merek, harga, bauran promosi, dan saluran distribusi,
9. menganalisis penyelesaian kasus yang terintegrasi dalam manajemen
keuangan, manajemen operasi, MSDM, dan manajemen pemasaran.
PE N D AHUL U AN
kebijakan dividen. Nah, untuk dapat menguasai ketiga keputusan itu, suka
tidak suka Anda minimal harus menguasai konsep dasar keuangan, laporan
dan analisis keuangan, keputusan dan risiko investasi, efisiensi pasar modal,
serta keputusan pendanaan.
Untuk selanjutnya, analisis kasus bisnis pada bagian keuangan ini Anda
akan diingatkan kembali (istilah “diingatkan” rasanya lebih tepat digunakan
karena sejatinya Anda pernah mempelajarinya pada mata kuliah manajemen
keuangan) tentang hal-hal tersebut dalam dua modul yaitu modul 1 dan 2.
Modul 1 berisi konsep dasar keuangan, laporan dan analisis keuangan.
Pendekatan dalam pembahasan menggunakan ilustrasi contoh soal dan kasus-
kasus yang dirancang sedekat mungkin dengan kejadian sehari-hari dalam
manajemen keuangan perusahaan. Pada Modul 1 secara umum Anda
mempelajari nilai waktu uang dan melakukan analisis laporan keuangan.
Secara khusus pada Kegiatan Belajar 1 Anda akan mempelajari nilai
sekarang (present value) dan nilai masa yang akan datang (terminal/future
value). Pada Kegiatan Belajar 2 Anda akan mempelajari analisis keuangan
dengan menggunakan analisis rasio. Semoga Anda mudah mempelajari dan
menerapkan dalam kasus bisnis secara komprehensif. Selamat mencoba, dan
terus belajar!
EKMA4478/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
J ika Anda diberi pilihan diberi uang seratus juta sekarang atau seratus juta
setahun yang akan datang maka Anda dengan cepat akan menjawab pilih
seratus juta sekarang. Mengapa?
Seorang yang sedang butuh uang segera, apalagi kalau sedang dikejar-
kejar utang misalnya, alasannya sederhana saja, ya karena sedang butuh uang
dan ingin segera melunasi utang-utangnya. Dengan kata lain, orang seperti ini
sebenarnya memegang uang dengan motif untuk transaksi.
Ada sebagian orang lagi yang sebenarnya sudah memiliki uang banyak,
kaya raya, beralasan menghendaki memilih sekarang karena untuk berjaga-
jaga saja kalau ada kebutuhan mendadak dan harus mengurangi hartanya
termasuk kalau ada kekurangan. Nah, dengan uang itu bisa untuk menutupi
kebutuhannya sewaktu-waktu diperlukan. Orang seperti ini sesungguhnya
sedang bermotif berjaga-jaga dalam memegang uang. Sementara ada orang
lain lagi beralasan bahwa dengan uang itu sekarang jika disimpan di bank
atau dibuat bisnis akan memiliki peluang untuk bertambah. Nah, orang
seperti ini sebenarnya memiliki uang dengan motif spekulasi.
Jika Anda sebagai manajer keuangan memilih menerima seratus juta
sekarang juga, apakah sama motifnya dengan mereka atau memiliki motif
atau alasan lain. Selain salah satu motif di atas tentu saja ada alasan wajib
yang harus dimiliki oleh manajer keuangan menghendaki memilih seratus
juta sekarang. Apa itu? Ya, karena faktor uang itu sendiri yang sering disebut
dengan nilai waktu dari uang. Kesukaan orang akan uang saat ini disebabkan
karena adanya opportunity cost (biaya yang muncul karena kehilangan
pemanfaatan peluang-peluang).
Perhatikan ilustrasi lanjutan berikut.
Ilustrasi 1
Dengan uang seratus juta si Amir saat ini mampu membeli sebidang tanah
seluas 100m2 di lokasi yang strategis dan segera memanfaatkannya untuk
keperluan yang berikutnya, namun seandainya uang seratus juta tersebut
diterima tahun depan apakah si Amir masih berpeluang memiliki tanah seluas
100m2 tersebut. Kalau tanah tersebut sudah terjual maka habis sudah peluang
memiliki tanah tersebut dan dengan sendirinya keperluan berikutnya tidak
1.4 Analisis Kasus Bisnis
dapat dipenuhi. Atau misalnya tanah tersebut masih ada, apakah dengan uang
seratus juta masih mampu mendapatkannya? Tentu saja belum tentu. Bisa
saja harganya sudah berubah atau si pemilik sudah tidak berminat
menjualnya karena dia menyadari bahwa ternyata tanahnya memiliki posisi
strategis untuk bisnis.
Ilustrasi 2
Nenek Minah tahun lalu memiliki uang sepuluh ribu rupiah mampu membeli
1 kg telur ayam, namun saat ini ternyata Nenek Minah harus merogoh
koceknya kembali sebesar dua ribu rupiah untuk mendapatkan 1 kg telur
ayam. Orang menyebutnya harga 1 kg telur ayam tahun ini sudah naik dua
ribu rupiah dibanding tahun lalu.
Nilai Terminal uang pada periode n (NT n) = Nilai uang pada tahun ke nol
(C0) dikalikan pangkat n dari 1 ditambah bunga (r).
EKMA4478/MODUL 1 1.5
KASUS 1
Anda sebagai manajer keuangan diminta untuk memutuskan menempatkan
uang perusahaan yang menganggur di berbagai bank dalam bentuk deposito
dalam berbagai alternatif periode (jangka waktu). Langkah Anda yang
pertama tentu saja adalah menentukan nilai uang yang akan datang dari
berbagai alternatif deposito tersebut berikut ini.
Tabel 1.1.
Investasi Deposito dalam Berbagai Alternatif Tingkat Bunga dan Periode
6 1,7716
4 1,3605
2 1,1236
6 1,2653
EKMA4478/MODUL 1 1.7
Jika disodorkan Tabel A-3 (compound interest) untuk periode dan bunga
yang berkesesuaian maka hasilnya akan sama.
Deposito A, tingkat bunga 10% dan periode 6, diambil
dua kali setahun
… 5% 6% 7% 8% 9% …
…
12 1,7959
8 1,3686
4 1,1255
12 1,2682
EKMA4478/MODUL 1 1.9
Sekali lagi, perhitungan di atas artinya apa? Artinya, Anda hitung secara
manual ataupun menggunakan tabel maka hasilnya akan sama.
Nah, bagaimana kalau sebaliknya, Anda disodorkan suatu nilai pada
masa yang akan datang (Cn) dan Anda diminta menghitung nilai
sekarangnya? Sederhana saja, kalau tadi Anda menghitung nilai terminal di
masa yang akan datang (future value) dengan cara mengalikan nilai yang
diketahui sekarang dengan (1+r)n atau sering disebut discount factor, maka
untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari suatu nilai di masa
datang anda tinggal membaginya. Maksudnya, tinggal membagi Cn dengan
nilai discount factor, dengan kata lain Anda tinggal mengalikan Cn dengan
1/(1+r)n. Jika pernyataan tersebut dituliskan dalam sebuah rumus adalah
sebagai berikut.
Cn
PV n
1 r
atau
1
PV Cn n
1 r
Nah, rumus tersebut adalah jika bunga dibayarkan sekali dalam satu periode
atau jika lebih dari sekali dalam satu periode, rumusnya berubah menjadi:
Cn
PV mn
1 r m
atau
1
PV Cn mn
1 r m
Untuk lebih jelasnya mari kita terapkan rumus tersebut ke dalam kasus
berikut ini.
1.10 Analisis Kasus Bisnis
KASUS 2
Anda sebagai manajer keuangan diminta menghitung nilai sekarang (present
value) dari jumlah proposal bisnis yang menjanjikan penerimaan dalam
berbagai periode dan tingkat bunga seperti berikut ini.
Tabel 1.2.
Proposal Penerimaan dari Investasi dalam Berbagai
Tingkat Bunga dan Periode
1
PVC 1.000.000.000 8
1 6%
PVC 1.000.000.000 0, 627412
PVC 627.412.371
1
Coba Anda perhatikan perhitungan manual dari n
pada masing-
1 r
masing bisnis. Jika disodorkan Tabel A-1 (Nilai sekarang dari suatu rupiah-
present value of Rp1,00) untuk periode dan bunga yang berkesesuaian maka
hasilnya akan sama.
5 0,62092
6 0,63017
1.12 Analisis Kasus Bisnis
8 0,62741
10 0,67556
atau
1
PV Cn mn
1 r m
1
PVA 500.000.000 10
1 5%
PVA 500.000.000 0,613913
PVA 306.956.627
1
PVC 1.500.000.000 20
1 2%
PVB 1.500.000.000 0,672971
PVC 1.009.457.000
10 0,61391
12 0,62460
16 0,62317
EKMA4478/MODUL 1 1.15
20 0,67297
L ATIHAN
2) Tentukan nilai sekarang dari jumlah penerimaan dari suatu bisnis dalam
berbagai periode dan tingkat bunga seperti tertera berikut ini.
Jumlah Penerimaan Tingkat Bunga Periode
Bisnis
(Rp) (%) (Waktu)
A 2.500.000.000 16% 10
B 3.000.000.000 14% 8
C 3.500.000.000 12% 6
D 4.000.000.000 10% 4
1.16 Analisis Kasus Bisnis
Dengan bantuan Tabel A-3 kita dengan cepat dapat menghitung nilai
penerimaan yang akan datang dari soal nomor 1. Caranya, mari kita perluas
tabel di atas sebagai berikut.
Nilai
Jumlah Tingkat
Discount
Deposito Penerimaan Bunga(%), Future Value
Factor
(Rp) n
(Tabel A-3)
A 2.500.000.000 8%, 8 1.8509 4.627.250.000
B 3.000.000.000 6%,6 1.4185 4.255.500.000
C 3.500.000.000 4%,4 1.1699 4.094.650.000
D 4.000.000.000 2%,2 1.0404 4.161.600.000
Baiklah, dengan penjelasan nilai waktu uang di muka, rasanya Anda siap
untuk melanjutkan ke topik berikutnya.
EKMA4478/MODUL 1 1.17
R AN G KUMAN
Terdapat tiga hal pokok keputusan keuangan yang harus dikuasai oleh
seorang manajer keuangan. Pertama, berkenaan dengan penggunaan dana,
yaitu keputusan investasi. Kedua, berkenaan dengan pemerolehan dana, yaitu
keputusan pendanaan. Ketiga, berkenaan dengan pembagian laba, yaitu
kebijakan dividen. Dalam upaya menguasai ketiga keputusan itu, kompetensi
yang harus dikuasai yaitu konsep dasar keuangan, laporan dan analisis
keuangan, keputusan dan risiko investasi, efisiensi pasar modal, serta
keputusan pendanaan.
Terdapat tiga hal yang mendorong seseorang memiliki uang. Yaitu,
motif untuk transaksi, untuk berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Selain itu
alasan utama seseorang memiliki uang yaitu karena nilai waktu dari uang.
Kesukaan orang akan uang saat ini disebabkan karena adanya opportunity
cost (biaya yang muncul karena kehilangan pemanfaatan peluang-peluang).
Bunga merupakan pencerminan faktor-faktor makro dan mikro ekonomi
dalam penghitungan nilai uang agar uang itu memiliki nilai yang senantiasa
sama dari tahun ke tahun. Nilai masa yang akan datang (future/terminal
value) maupun nilai sekarang (present value).
Nilai terminal waktu uang yang akan datang (future value) didapat
dengan cara mengalikan nilai yang diketahui sekarang dengan (1+r)n atau
sering disebut discount factor. Nilai sekarang (present value) dari suatu
nilai di masa datang didapat dengan cara membagi Cn dengan nilai
discount factor, dengan kata lain mengalikan Cn dengan 1/(1+r)n.
TE S FOR MATIF 1
5) Hitunglah nilai pada tahun ke-5 dengan discount rate 10% untuk nilai
Rp500.000.000. Diketahui Tabel A–1, n: 5, r: 10% = 0,6209; A–2, n: 5,
r: 10% = 3,7908; A–3, n: 5, r: 10% =1,6105.
A. Rp 310.450.000
B. Rp 805.250.000
C. Rp1.895.400.000
D. Rp2.500.000.000
EKMA4478/MODUL 1 1.19
Kegiatan Belajar 2
J ika disodorkan kepada Anda laporan keuangan, bagian mana yang terlebih
dahulu Anda cermati? Jika Anda memilih melihat laporan laba rugi untuk
pertama kali, artinya Anda sedang berkonsentrasi mengetahui paling tidak
berapa laba perusahaan periode ini. Lebih jauh lagi Anda ingin tahu aktivitas
operasional perusahaan pada satu periode ini. Tentu saja Anda pasti melihat
berapa pendapatan dan berapa beban operasionalnya.
Jika Anda memilih langsung melihat laporan neraca perusahaan, maka
sesungguhnya Anda sedang berusaha melihat posisi kekayaan perusahaan
pada saat neraca diterbitkan. Suatu ketika Anda mengernyitkan dahi ketika
melihat betapa besarnya utang perusahaan sementara ekuitas perusahaan
sangat kecil. Suatu ketika Anda tersenyum melihat begitu besarnya piutang
perusahaan sementara kas yang dilihat pas-pasan saja.
Nah, aktivitas Anda mengamati kedua laporan keuangan tersebut
sebenarnya Anda sedang melakukan analisis laporan keuangan kecil-kecilan.
Sekalipun nampak tidak sistematis, namun sekilas memiliki kesan terhadap
laporan keuangan tersebut, bahkan Anda memiliki kesan terhadap kinerja
perusahaan secara keseluruhan pada periode itu. Kesimpulan yang pasti
muncul di benak Anda bahkan di benak para pembaca laporan keuangan
berujung pada penilaian baik buruknya kondisi keuangan perusahaan. Itulah
sesungguhnya tujuan analisis laporan keuangan.
Umumnya, laporan keuangan perusahaan setidak-tidaknya terdiri atas
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
Pada bagian ini kita hanya memanfaatkan tiga laporan keuangan yang
pertama, yaitu neraca, laba rugi, dan perubahan modal untuk melakukan
analisa. Kami berharap Anda sudah paham definisi masing-masing unsur
laporan keuangan perusahaan tersebut. Singkatnya, neraca adalah laporan
keuangan yang menunjukkan aset, kewajiban, dan kekayaan perusahaan pada
saat tertentu. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan perusahaan yang
menunjukkan aktivitas atau kinerja operasional perusahaan selama kurun
waktu atau periode tertentu. Sementara, laporan perubahan modal adalah
posisi modal perusahaan pada saat tertentu yang disebabkan oleh
penambahan modal dan pengurangan modal dari aktivitas operasional
perusahaan dan penambahan atau pengurangan dana dari stakeholders.
EKMA4478/MODUL 1 1.21
PT AMITABA
Laporan Laba Rugi
Periode Berakhir 31 Desember 2009 dan 2010
2009 2010
Penjualan 4.146.402,75 4.225.597,50
Harga Pokok 2.737.137,00 2.824.394,25
Laba Kotor 1.409.265,75 1.401.203,25
Beban Penjualan dan Administrasi 1.310.286,00 1.291.976,25
Beban Operasional Lainnya 24.642,75 -
Laba Operasi 74.337,00 109.227,00
Pendapatan dan Beban lain-lain
Pendapatan lain-lain 97.950,00 100.417,50
Beban Bunga 47.023,50 56.278,50
Laba Sebelum Pajak 125.263.50 153.366,00
Beban pajak 48.825,00 59.850,00
Laba Bersih 76.438,50 93.516.00
1.22 Analisis Kasus Bisnis
PT AMINTABA
Neraca
Per 31 Desember 2009 dan 2010
2009 2010
Aset
Kas dan sekuritas 39.426,75 18.944,25
Piutang 462.741,75 541.464,75
Persediaan 598.458,75 709.265,25
Aset Lancar lainnya 72.933,75 90.062,25
Total Aset Lancar 1.173.561,00 1.359.736,50
Aset Berwujud Jangka Panjang 1.072.119,00 1.199.953,50
Aset tak Berwujud Jangka Panjang - 107.604,75
Aset Jangka Panjang Lainnya 50.618,25 39.082,50
Aset Jangka Panjang Total 1.122.737,25 1.346.640,75
Total Aset 2.296.298,25 2.706.377,25
Kewajiban
Utang Dagang 293.016,00 349.857,00
Utang Jangka Pendek 96.843,75 71.734,50
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya 158.481,00 176.124,75
Total Kewajiban Lancar 548.340,75 597.716,25
Utang Jangka Panjang 560.093,25 824.782,50
Kewajiban Pajak Tangguhan 101.541,00 115.209,75
Kewajiban Jangka Panjang Lainnya (tanpa bunga) 177.125,25 246.492,75
Total Kewajiban Jangka Panjang 838.759,50 1.186.485,00
Total Kewajiban 1.387.100,25 1.784.201,25
Ekuitas Pemegang Saham
Saham Preferen - -
Ekuitas Pemegang Saham Biasa 909.198,00 922.176,00
Total Ekuitas Pemegang Saham 909.198,00 922.176,00
Total Kewajiban dan Ekuitas 2.296.298,25 2.706.377,25
Rasio Likuiditas
Rasio Rumus Rasio 2010
Rasio lancar (carrent rasio) Aset Lancar 1.359.736,50
2,27
Kewajiban Lancar 597.716,25
Rasio cepat (quick rasio) Kas+Investasi Jangka
Pendek+Piutang 560.409,00 0,94
Kewajiban Lancar 597716,25
Rasio kas (cash rasio) Kas+Investasi Jangka
Pendek+Piutang 18.944,25 0,03
Kewajiban Lancar 597.716,25
Rasio Utang
Rasio Rumus Rasio 2010
Rasio kewajiban terhadap ekuitas Total Kewajiban 1.784.201,25
1,93
(liabilities to equity) Ekuitas pemegang saham 922.176,00
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to Utang jangka pendek +
equity) Utang jangka panjang 896.517,00 0,97
Ekuitas pemegang saham 922.176,00
Rasio utang bersih terhadap ekuitas Total kewajiban berbunga –
(net debt to equity) kas 877.572,25 0,95
Ekuitas pemegang saham 922.176,00
Rasio utang terhadap modal (debt to Utang jangka pendek +
capital ratio) Utang jangka panjang 896.517,00 0,49
Utang + Ekuitas 1.818,693,00
Rasio utang bersih terhadap modal Total kewajiban berbunga –
bersih (net debt to net capital ratio) Kas 877.572,75
0,48
Total kewajiban berbunga – 1.818,693,00
kas + Ekuitas
Kemampuan membayar bunga Laba bersih + beban bunga
(interest coverage) + beban pajak 209.644,50 3,73
Beban bunga 56.278,50
Rasio Likuiditas
Rasio Rumus Rasio 2009
Rasio lancar (carrent rasio) Aset lancar 1.173.561,00
2,14
Kewajiban lancar 548.340,75
Rasio cepat (quick rasio) Kas + Investasi jangka
pendek + piutang 502.168,50 0,92
Kewajiban lancar 548.340,75
Rasio kas (cash rasio) Kas + Investasi jangka
pendek 39.426,75 0,07
Kewajiban lancar 548.340,75
Setelah kita dapatkan rasio-rasio tahun 2010 dan tahun 2009, langkah
selanjutnya adalah merekap dan melakukan interpretasi atas rasio-rasio
tersebut. Alangkah baiknya kalau kita dapatkan rasio-rasio perusahaan
pesaing agar pembacaan kita lebih komprehensif.
2. Laba bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan pada tahun 2010
adalah 2,21% meningkat 0,37% dari tahun 2009.
3. Kemampuan perusahaan dengan aktiva yang dimiliki pada tahun 2010
adalah 1,56 kali, menurun 0,28 kali dari tahun 2009.
4. Kemampuan menghasilkan laba bersih dari aktiva yang dimiliki
perusahaan meningkat dari 3,33% pada tahun 2009 menjadi 3,46% pada
tahun 2010 atau dengan kata lain laba bersih pada tahun 2010 adalah
3,46% dari aktiva yang dimiliki perusahaan.
5. Kemampuan ekuitas menghasilkan aktiva pada tahun 2010 adalah 2,93
kali, meningkat 0,40 kali dari tahun sebelumnya.
1. Laba operasi setelah pajak dari penjualan pada tahun 2010 adalah 3,0%
meningkat 0,5% dari tahun 2009.
2. Kemampuan aset bersih menghasilkan penjualan pada tahun 2010 2,29
kali menurun 0,42 kali dari tahun 2009.
3. Laba bersih perusahaan pada tahun 2010 adalah 6,9% dari aset
bersihnya, meningkat 0,1% dari tahun 2009.
4. Spread pada tahun 2010 3,1% meningkat 0,8% dari tahun 2009.
5. Utang bersih dibandingkan ekuitas pada tahun 2010 adalah 0,95 kali
meningkat 0,27 kali dari tahun sebelumnya.
6. Keuntungan pengungkit keuangan pada tahun 2010 adalah 2,9%
meningkat 1,4% dari tahun 2009.
1.30 Analisis Kasus Bisnis
Keterangan interpretasi:
(1) Kemampuan modal kerja operasi menghasilkan penjualan pada tahun
2010 adalah 5,2 kali, turun 0,9 kali dari tahun 2009.
(2) Kemampuan aset jangka panjang menghasilkan penjualan pada tahun
2010 adalah 4,1 kali turun 0,8 kali dari tahun 2009.
(3) Kemampuan aset tetap berwujud menghasilkan penjualan pada tahun
2010 adalah 3,5 kali turun 0,4 kali dari tahun 2009.
(4) Perubahan penjualan menjadi piutang dagang pada tahun 2010 adalah
7,8 kali, turun 1,2 kali dari tahun 2009.
(5) Perputaran persediaan pada tahun 2010 adalah 4,0 kali, turun 0,6 dari
tahun 2009.
(6) Perputaran utang dagang pada tahun 2010 adalah 8,1 kali, turun 1,2 kali
dari tahun 2009.
(7) Kemampuan penagihan piutang dagang pada tahun 2010 adalah 46,8
hari naik 5,1 hari dari tahun 2009.
EKMA4478/MODUL 1 1.31
(8) Perubahan persediaan menjadi harga pokok penjualan pada tahun 2010
adalah 91,7 hari naik 11,9 hari dari tahun 2009.
(9) Kemampuan melunasi utang dagang pada tahun 2010 adalah 45,2 hari
naik 6,1 hari dari tahun 2009.
Rasio Likuiditas
Rasio Rasio 2010 Rasio 2009 Interpretasi
Rasio lancar (carrent rasio) 2.27 2.14 (1)
Rasio cepat (quick rasio) 0.94 0.92 (2)
Rasio kas (cash rasio) 0.03 0.07 (3)
Keterangan interpretasi:
(1) Kemampuan melunasi kewajiban lancar dari aset lancar yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2010 adalah 2,27 kali naik sebesar 0,13 kali dari
tahun 2009. Dengan kata lain pada tahun 2010 setiap 1 rupiah kewajiban
lancar dijamin oleh 2,27 rupiah aset lancar.
(2) Kemampuan melunasi kewajiban lancar dari modal kerja operasional
pada tahun 2010 sebesar 0,94 kali, naik 0,02 kali dari tahun 2009.
(3) Kemampuan kas melunasi kewajiban lancar pada tahun 2010 adalah 0,03
kali, turun 0,04 kali dari tahun 2009. Dengan kata lain setiap 1 rupiah
kewajiban lancar pada tahun 2010 dijamin oleh 0,03 rupiah kas, turun
0,04 rupiah dari tahun 2009.
Keterangan interpretasi:
(1) Perbandingan total kewajiban terhadap ekuitas pada tahun 2010 adalah
1,93 kali, naik 0,40 dari tahun 2009.
1.32 Analisis Kasus Bisnis
(2) Perbandingan utang jangka pendek dan jangka panjang terhadap ekuitas
pada tahun 2010 adalah 0,97 kali naik 0,25 kali dari tahun 2009.
(3) Perbandingan utang bersih terhadap ekuitas pada tahun 2010 adalah 0,95
kali, naik 0,27 kali dari tahun 2009.
(4) Perbandingan utang jangka pendek dan jangka panjang terhadap modal
pada tahun 2010 adalah 0,49 kali naik 0,07 kali dari tahun 2009.
(5) Perbandingan utang bersih terhadap modal bersih pada tahun 2010
adalah 0,48 kali, naik 0,09 kali dari tahun 2009.
(6) Kemampuan membayar bunga pada tahun 2010 adalah 3,73 kali, naik
0,07 kali dari tahun 2009.
L ATIHAN
PT AMARTA
Laporan Laba Rugi
Periode Berakhir 31 Desember 2009 dan 2010
2009 2010
Penjualan 6.219.604,13 6.338.396,25
Harga Pokok 4.105.705,50 4.236,591,38
Laba Kotor 2.113.898,63 2.101.804,88
Beban Penjualan dan Administrasi 1.965.429,00 1.937.964,38
Beban Operasional Lainnya 36.964,13 -
Laba Operasi 111.505,50 163.840,88
Pendapatan dan Beban lain-lain
Pendapatan lain-lain 146.925,00 150626,25
Beban Bunga 70.535,25 84.417,75
Laba Sebelum Pajak 187.895,25 230.049,00
Beban pajak 73.237,50 89.775,00
Laba Bersih 114.657,75 140.274,00
EKMA4478/MODUL 1 1.33
PT AMARTA
Neraca
Per 31 Desember 2009 dan 2010
2009 2010
Aset
Kas dan sekuritas 59.140,13 28.416,38
Piutang 694.112,63 812.197,13
Persediaan 897.688,13 1.063.897,88
Aset Lancar lainnya 109.400,63 135.093,38
Total Aset Lancar 1.760.341,50 2.039.604,75
Aset Berwujud Jangka Panjang 1.608.178,50 1.799.930,25
Aset Tak Berwujud Jangka Panjang - 161.407,13
Aset Jangka Panjang Lainnya 75.927,38 58.623,75
Aset Jangka Panjang Total 1.684.105,88 2.019.961,13
Total Aset 3.444.447,38 4.059.565,88
Kewajiban
Utang Dagang 439.524,00 524.785,50
Utang Jangka Pendek 145.265,63 107.601,75
Kewajiban Jangka Pendek Lainnya 237.721,50 264.187,13
Total Kewajiban Lancar 822.511,13 896.574,38
Utang Jangka Panjang 840.139,88 1.237.173,75
Kewajiban Pajak Tangguhan 152.311,50 172.814,63
Kewajiban Jangka Panjang Lainnya (tanpa bunga) 265.687,88 369.739,13
Total Kewajiban Jangka Panjang 1.258.139,25 1.779.727,50
Total Kewajiban 2.080.650,38 2.676.301,88
Ekuitas Pemegang Saham
Saham Preferen - -
Ekuitas Pemegang Saham Biasa 1.363.797,00 1.383.264,00
Total Ekuitas Pemegang Saham 1.363.797,00 1.383.264,00
Total Kewajiban dan Ekuitas 3.444.447,38 4.059.565,88
Penjualan 15.000.000
Potongan Penjualan 500.000
Penjualan Netto 14.500.000
HPP 10.000.000
Laba Bruto 4.500.000
Biaya Admnistrasi, Umum, dan Pemasaran 1.500.000
Laba Operasi 3.000.000
Pajak 20% 600.000
Laba setelah pajak 2.400.000
Jika jawaban Anda atas nomor 1 benar maka hasilnya adalah sebagai
berikut.
Rasio Penguraian ROE Alternatif
Rasio Rasio 2010 Rasio 2009 Interpretasi
Marjin laba operasi bersih (NOPAT) 3,0% 2,5%
Perputaran Aset Operasi Bersih 2,29 2,71
Pengembalian aset operasi (Operating
6,9% 6,8%
ROA)
Selisih ROA dengan biaya modal (Spread) 3,1% 2,3%
Pengungkit keuangan bersih (Net financial
0,95 0,68
leverage)
Keuntungan pengungkit keuangan
2,9% 1,5%
(Financial leverage gain)
Pengembalian atas ekuitas (ROE) 9,8% 8,4%
Rasio Likuiditas
Rasio Rasio 2010 Rasio 2009 Interpretasi
Rasio lancar (Current ratio) 2.27 2.14
Rasio cepat (Quick ratio) 0.94 0.92
Rasio kas (Cash ratio) 0.03 0.07
1.36 Analisis Kasus Bisnis
Rasio Utang
Rasio Rasio 2010 Rasio 2009 Interpretasi
Rasio kewajiban terhadap ekuitas (liabilities 1,93 1,53
to equity)
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to 0,97 0,72
equity)
Rasio utang bersih terhadap ekuitas (net 0,95 0,68
debt to equity)
Rasio utang terhadap modal (debt to 0,49 0,42
capital ratio)
Ratio utang bersih terhadap modal bersih 0,48 0,39
(net debt to net capital ratio)
Kemampuan membayar bunga (interest 3,73 3,66
coverage)
Jika jawaban Anda atas nomor 2 benar maka hasilnya adalah sebagai berikut.
total kewajiban 20.000.000
Debt to equity ratio 100% 100%
modalsendiri 30.000.000
66, 67%
Analisis
Debt to equity ratio 66,67% artinya total kewajiban perusahaan sebesar
66,67% dari modal sendiri.
Analisis
Perusahaan dapat memenuhi utangnya jika dilikuidasi karena setiap 1 rupiah
utang dapat dibiayai atau diganti dengan 1,75 rupiah aktiva lancarnya.
Operating Income 3.000.000
Profit Margin 100% 100% 20, 69%
Penjualan Netto 14.500.000
Analisis
Laba bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan sebesar 20,69% dari
total penjualan netto.
EKMA4478/MODUL 1 1.37
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
PT Sandang Prima
Neraca
Per 31 Desember 2008
(dalam ribuan rupiah)
PT Sandang Prima
Laporan Rugi Laba
Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2008
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan 30.000.000
HPP 10.000.000
Laba Kotor 20.000.000
Biaya Administrasi, Umum dan Pemasaran 3.000.000
Laba Operasi 17.000.000
Bunga 2.000.000
Laba sebelum pajak 15.000.000
Pajak 1.000.000
Laba setelah pajak 14.000.000
Tes Formatif 1
1) B
Present value dari Rp500.000.000 =Tabel A–1, 10-10% × Rp500.000.000
Present value dari Rp500.000.000 = 0,3855 × Rp500.000.000
Present value dari Rp500.000.000 = Rp192.750.000
2) C
Present value dari Rp250.000.000 = Tabel A–1, 5–5% × Rp250.000.000
Present value dari Rp250.000.000 = 0,7835 × Rp250.000.000
Present value dari Rp250.000.000 = Rp195.875.000
3) C
Present value of annuity dari Rp100.000.000 = Tabel A – 2, 5 – 10% ×
Rp100.000.000
Present value of annuity Rp100.000.000 = 3,7908 × Rp100.000.000
Present value of annuity Rp100.000.000 = Rp379.080.000
4) D
Present value of annuity dari Rp100.000.000 = Tabel A – 2, n : 10,
r : 5% = 7,7217
Present value of annuity Rp100.000.000 = 7,7217 × Rp100.000.000
Present value of annuity Rp100.000.000 = Rp772.170. 000
5) B
Future value dari Rp500.000.000 = Tabel A–3, 5–10% × Rp500.000.000
Future value dari Rp500.000.000 = 1,6105 × Rp500.000.000
Future value dari Rp500.000.000 = Rp805.250.000
Tes Formatif 2
1) A. Debt to equity ratio
Total kewajiban
Debt to equity ratio
Modalsendiri
36 M
Debt to equity ratio
54 M
Debt to equity ratio 0, 67
1.42 Analisis Kasus Bisnis
2) B. Current ratio
Aktiva Lancar
Current ratio
Hutang Lancar
30 M
Current ratio
(12 M + 8 M + 6 M)
30 M
Current ratio
26 M
Current ratio 1,15
3) C. Rentabilitas Ekonomis
Laba Operasi
Current ratio
Aktiva
17 M
Current ratio 100%
90 M
Current ratio 18,9%
4) D. ROI
Laba Setelah Pajak
ROI 100%
Aktiva
14 M
ROI 100%
90 M
ROI 15, 6%
5) D. Profit Margin
Laba Operasi
Profit Margin 100%
Penjualan
17 M
Profit Margin 100%
30 M
Profit Margin 56, 7%
EKMA4478/MODUL 1 1.43
Glosarium
Nilai sekarang (present : didapat dengan cara membagi nilai uang pada
value) dari suatu nilai tahun ke n (Cn) dengan nilai discount factor,
di masa datang dengan kata lain mengalikan Cn dengan
1/(1+r)n.
Nilai terminal uang : Nilai uang pada tahun ke nol (C0) dikalikan
pada periode n (NTn) pangkat n dari 1 ditambah bunga (r).
Daftar Pustaka
Bodie, Z., & Merton, R.C. (2000). Finance. Prentice Hall International, Inc.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Keputusan Investasi
3. Payback Period (PP) yaitu metode yang menghitung berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi seperti semula, melalui
yang dihasilkan dalam setiap periode.
4. Average Rate of Return (ARR) adalah metode yang menggunakan angka
keuntungan menurut akuntansi dan dibandingkan dengan rata-rata nilai
investasi
rata-rata laba setelah pajak
ARR 100%
rata-rata investasi
KASUS 1
Anda sebagai manajer keuangan menerima dua proposal yang ditandatangani
manajer pemasaran dan manajer teknik, yaitu proyek A dan B. Masing-
masing proyek memuat estimasi usia masing-masing proyek, proyeksi
perhitungan laba setelah pajak, dan tentu saja investasi awal masing-masing
proyek. Berikut ini data kedua proyek tersebut.
Proyek A Proyek B
Investasi awal Rp60.000.000.000 Rp72.000.000.000
Usia proyek 6 tahun 6 tahun
Metode depresiasi garis lurus garis lurus
Discount rate 10% 10%
Proyeksi laba setelah pajak
Tahun 1 Rp10.000.000.000 Rp33.000.000.000
2 Rp10.000.000.000 Rp10.000.000.000
3 Rp10.000.000.000 Rp 8.000.000.000
4 Rp10.000.000.000 Rp 1.000.000.000
5 Rp10.000.000.000 Rp 1.000.000.000
6 Rp10.000.000.000 Rp 1.000.000.000
Nah, Anda diminta oleh direktur utama untuk menilai proyek mana yang
paling layak untuk didanai. Silakan gunakan metode penilaian investasi yang
telah dikemukakan, yaitu NPV, PI, PP, ARR, dan IRR.
Sebelum memulai ada baiknya kita analisis KASUS 1, perhatikan bahwa
proyek A dan B ternyata memiliki usia proyek yang sama dan menggunakan
metode depresiasi yang sama, yaitu garis lurus dan usia ekonomis 6 tahun.
Mengapa kita perlu tahu terlebih dahulu nilai depresiasi. Masih ingatkan
rumus arus kas bersih masuk? Ya, arus kas diperoleh dari rumus laba bersih
setelah pajak ditambah depresiasi. Tentu saja Anda tidak hendak mendebat
mengapa harus ditambahkan depresiasi? Benar, bahwa depresiasi dalam
perhitungan laba rugi merupakan faktor pengurang pendapatan, namun
sebenarnya depresiasi tidak berdampak kepada pengeluaran kas. Maka
perlakuan yang adil adalah mengembalikan depresiasi ke dalam perhitungan
ketika mengkonversi laba setelah pajak ke dalam arus kas masuk bersih.
2.4 Analisis Kasus Bisnis
Present
Proyeksi Laba Net cash
Tahun Depresiasi Discount Factor Value of Net
Setelah Pajak inflow
Cash Inflow
1
2
3
4
5
6
Jumlah PV
PV pengeluaran
NPV
Proyek A
Discount Present Value
Proyeksi Laba Net Cash
Tahun Depresiasi Factor 10%, n of Net Cash
Setelah Pajak Inflow
(Tabel A-1) Inflow
1 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,90909 18.181.800.000
2 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,82645 16.529.000.000
3 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,75131 15.026.200.000
4 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,68301 13.660.200.000
5 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,62092 12.418.400.000
6 10.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 0,56447 11.289.400.000
Jumlah PV 87.105.000.000
PV pengeluaran 60.000.000.000
NPV 27.105.000.000
Akan tetapi ingat bahwa Tabel A-2 hanya dapat digunakan apabila
penerimaan tahunannya adalah sama mulai dari tahun 1 hingga tahun ke-6
jika sempat ada penerimaan yang berbeda misalnya di tahun ke-3 maka Tabel
A-2 tidak dapat digunakan, seperti proyek B berikut ini.
Proyek B
Discount Present Value
Proyeksi Laba Net Cash
Tahun Depresiasi Factor 10%, n of Net Cash
Setelah Pajak Inflow
(Tabel A-1) Inflow
1 33.000.000.000 12.000.000.000 45.000.000.000 0,90909 40.909.050.000
2 10.000.000.000 12.000.000.000 22.000.000.000 0,82645 8.181.900.000
3 8.000.000,000 12.000.000.000 20.000.000.000 0,75131 15.026.200.000
4 1.000.000,000 12.000.000.000 13.000.000.000 0,68301 8.879.130.000
5 1.000.000.000 12.000.000.000 13.000.000.000 0,62092 8.071.960.000
6 1.000.000.000 12.000.000.000 13.000.000.000 0,56447 7.338.110.000
Jumlah PV 98.406.350.000
PV pengeluaran 72.000.000.000
NPV 26.406.350.000
Gampang kan? Setelah bagian pertama kita tuntaskan, mari kita lanjutkan ke
bagian kedua, yaitu menghitung profitabilitas index. Seperti diketahui rumus
PI adalah:
PV kas masuk
PI
PV kas keluar
Sampai di sini tidak ada masalah kan? Baiklah kalau begitu kita
lanjutkan ke bagian ketiga, yaitu menghitung Payback Period (PP). Masih
ingat pengertian PP. Ya, PP adalah metode yang menghitung berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi seperti semula,
melalui yang dihasilkan dalam setiap periode.
Kita mulai proyek A, kita tahu bahwa investasi awal adalah
Rp60.000.000.000. Dengan demikian, kalau menyimak pengertian di atas
kita perlu berapa periode/tahun penerimaan atau cash inflow bersih untuk
menutup investasi tersebut. Penerimaan tahun 1 adalah Rp20.000.000.000,
sementara tahun ke-2 dan ke-3 adalah juga masing-masing
Rp20.000.000.000. Nah, ternyata dengan tiga periode (3 tahun) cukup atau
pas untuk menutup investasi awal. Jadi untuk proyek A, PP nya adalah 3
tahun.
Bagaimana dengan proyek B, dengan cara yang sama saat mencari PP
proyek A, kita dapatkan investasi awal adalah Rp72.000.000.000, sementara
penerimaan tahun ke-1 adalah Rp45.000.000.000, penerimaan tahun ke-2
adalah Rp22.000.000.000. Jika diakumulasikan sama dengan
Rp67.000.000.000. Untuk penerimaan agar sama dengan investasi awal, yaitu
Rp72.000.000.000 masih dibutuhkan 5.000.000.000 lagi sementara untuk
tahun ke-3 penerimaan adalah Rp20.000.000.000 kalau kita akumulasikan
dengan tahun pertama dan kedua maka hasilnya tentu saja kelebihan. Sekali
lagi kita tinggal membutuhkan Rp5.000.000.000 lagi. Maka untuk
mengetahui berapa bulan lagi setelah tahun ke-2 kita tinggal bagi
Rp5.000.000.0000 dengan Rp20.000.000.000. Hasilnya kita kalikan 12
bulan. Jika dituliskan dalam rumus sebagai berikut.
Rp5.000.000.000
PP proyek B = 2 tahun 12 bulan
Rp20.000.000.000
PP proyek B = 2 tahun + 3 bulan
PP proyek B = 2 tahun, 3 bulan
PV Penerimaan Akumulasi
Tahun ke-1 18.181.800.000 18.181.800.000
Tahun ke-2 6.529.000.000 34.710.800.000
Tahun ke-3 15.026.200.000 49.737.000.000
Tahun ke-4 13.660.200.000 63.397.200.000
Ini berarti PP tercapai pada tahun ke-3 lebih sekian bulan pada tahun ke-4.
Nah untuk dapat angka tepat berapa bulan pada tahun ke-4, seperti biasa kita
hitung sebagai berikut
Rp10.263.000.000
PP proyek A = 3 tahun 12 bulan
Rp13.660.200.000
PP proyek A = 3 tahun + 9 bulan 0,5 hari
Ini berarti PP tercapai pada tahun ke 2 lebih sekian bulan pada tahun ke-
3. Nah untuk dapat angka tepat berapa bulan pada tahun ke-3, seperti biasa
kita hitung sebagai berikut.
Rp12.909.050.000
PP proyek B = 2 tahun 12 bulan
Rp15.026.200.000
PP proyek B = 2 tahun + 10 bulan, 9 hari
Laba
Investasi Investasi Rata-rata Rate of
Tahun Depresiasi Setelah
Awal Akhir Investasi Return
Pajak
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Rata-rata
ARR
Hati-hati ARR tidak berarti sama dengan jumlah rate of return dari tahun
ke-1 hingga tahun ke-6 dibagi 6.
Silakan Anda mencoba. Jika langkah ke-1 hingga ke-8 di atas Anda ikuti
maka hasilnya sama seperti tabel berikut ini.
ARR proyek A
Rate
Investasi Rata-rata Proyeksi Laba
Tahun Investasi Awal Depresiasi of
Akhir Investasi Setelah Pajak
Return
1 60.000.000.000 10.000.000.000 50.000.000.000 55.000.000.000 10.000.000.000 18%
2 50.000.000.000 10.000.000.000 40.000.000.000 45.000.000.000 10.000.000.000 22%
3 40.000.000.000 10.000.000.000 30.000.000.000 35.000.000.000 10.000.000.000 29%
4 30.000.000.000 10.000.000.000 20.000.000.000 25.000.000.000 10.000.000.000 40%
5 20.000.000.000 10.000.000.000 10.000.000.000 15.000.000.000 10.000.000.000 67%
6 10.000.000.000 10.000.000.000 - 5.000.000.000 10.000.000.000 200%
Jumlah 180.000.000.000 60.000.000.000 376%
Rata-rata 30.000.000.000 10.000.000.000 33%
ARR 33%
ARR proyek B
Rate
Rata-rata Proyeksi Laba
Tahun Investasi awal Depresiasi Investasi akhir of
Investasi Setelah Pajak
Return
1 72.000.000.000 12.000.000.000 60.000.000.000 66.000.000.000 33.000.000.000 50%
2 60.000.000.000 12.000.000.000 48.000.000.000 54.000.000.000 10.000.000.000 19%
3 48.000.000.000 12.000.000.000 36.000.000.000 42.000.000.000 8.000.000.000 19%
4 36.000.000.000 12.000.000.000 24.000.000.000 30.000.000.000 1.000.000.000 3%
5 24.000.000.000 12.000.000.000 12.000.000.000 18.000.000.000 1.000.000.000 6%
6 12.000.000.000 12.000.000.000 - 6.000.000.000 1.000.000.000 17%
Jumlah 216.000.000.000 54.000.000.000 113%
Rata-rata 36.000.000.000 9.000.000.000 25%
ARR 25%
Untuk proyek A, rumus di atas dapat kita tuliskan kembali sebagai berikut.
6
20.000.000.000
60.000.000.000 6
n 1 1 r
6
1
60.000.000.000 20.000.000.000 6
n 1 1 r
Sama saja bukan? Mengapa? Ingat bahwa penerimaan kas bersih per
tahun untuk proyek sama yaitu Rp20.000.000.000. Sehingga dengan
menggunakan Tabel A-2 kita dengan mudah dapat menghitung nilai r.
Mari kita lanjutkan.
Rumus di atas kalau dilanjutkan hasilnya adalah:
6
1
3 6
n 1 1 r
Coba Anda perhatikan rumus di dalam kurung, bukankah itu
menunjukkan rumus anuitas dari Rp1,00? Ya, dengan demikian kita bisa
langsung lihat pada Tabel A-2, nah kalau biasanya kita telah disediakan
discount rate ( r ) dan periode (n), lalu kita mencari nilai discount factornya
maka sekarang kebalikan. Kita telah disediakan nilai discount factor dan n-
nya, kita diminta mencari nilai r yang paling tepat. Ternyata dalam Tabel A-2
yang bernilai 3 persis, dengan n = 6 tidak ada, yang ada adalah 2,9514 pada r
25% dan 3,0205 pada r 24%. Padahal, ingat kita ingin cari nilai r yang
discount factornya tepat 3. Dengan kata lain kita ingin mendapatkan r antara
24% dan 25% yang dapat tepat menghasilkan discount factor 3. Oleh karena
itu, suka tidak suka kita harus menggunakan teknik interpolasi.
2.12 Analisis Kasus Bisnis
6 3,0205 2,9514
Mari kita coba mengambil dua tingkat r yang jika dimasukkan dalam
perhitungan di atas kira-kira hasilnya menyamakan penerimaan dengan
outlays. Katakanlah 15% dan 30%.
Dengan metode trial dan error kita dapatkan untuk r: 15%. PV
penerimaan (proceed) = Rp88.432.510.000. Sementara jika r: 30% proceed =
Rp67.482.910.000. Nah setelah ini kita lakukan teknik interpolasi sebagai
berikut.
Baiklah kita mengambil basis tingkat bunga 15% maka selisih antara
Rp88.432.510.000 dengan Rp72.000.000.000 adalah Rp16.432.510.000. Jadi,
nilai dalam persentase angka ini adalah:
16.432.510.000
15% 11, 77%
20.949.600.000
4.517.090.000
15% 3, 23%
20.949.600.000
L ATIHAN
Tabel 2.1.
Perkiraan Biaya, Harga Jual, dan Penjualan Sabun Krim
Tabel 2.2.
Perkiraan Biaya, Harga Jual, dan Penjualan Sabun Bubuk
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
3) Lihat tes formatif soal nomor 1, untuk proyek A dan proyek B hitunglah
IRR nya. Misalnya untuk proyek A pada tingkat bunga 8% dan 18%,
sementara proyek B pada tingkat bunga 2% dan 8%.
diluncurkan satu tahun lalu, alat ini berada pada tahap daur hidup yang
ditandai oleh tingkat penjualan yang terus mengalami kenaikan. Namun
demikian, pesaing-pesaing baru sudah mulai memasuki pasar dengan
meluncurkan handphone yang hampir sama dengan S110 dikarenakan
tertarik dengan peluang bisnis dan laba yang dihasilkan. Untuk itu, PT
Elang Perkasa merencanakan untuk melakukan sedikit penurunan harga
terhadap produk handphone tipe S110.
Berkaitan dengan keinginan pihak manajemen untuk memproduksi
handphone terbaru, terdapat dua pilihan investasi mesin-mesin yang
digunakan, yaitu mesin merek “Yoshikawa” buatan Jepang dan merek
“DongIn” buatan China. Harga merek Yoshikawa adalah Rp12 M dan
harga merek DongIn adalah Rp10 M. Pembelian mesin ini diharapkan
mampu menghasilkan kas bersih bagi perusahaan sebesar
Rp3.200.000.000 per tahun untuk merek Yoshikawa dan
Rp3.000.000.000 untuk merek ”DongIn”.
Anda diminta menentukan merek mesin yang sebaiknya dibeli PT
Elang Perkasa untuk memproduksi handphone terbaru dengan
menggunakan pertimbangan Payback Period masing-masing mesin
tersebut! Jelaskan jawaban Anda!
Kegiatan Belajar 2
Sebelum memasuki kasus 1. Ada baiknya kita segarkan ingatan kita pada
penaksiran biaya modal sendiri dengan menggunakan Capital Asset Pricing
Model (CAPM), yaitu:
EKMA4478/MODUL 2 2.21
Ri Rf Rm R f i
Semakin besar i semakin tinggi Ri. Di sini Ri tidak lain merupakan biaya
modal sendiri (biaya modal sendiri kita beri notasi k e) bagi perusahaan yang
menerbitkan saham i tersebut.
Dengan demikian, apabila suatu saham diperkirakan mempunyai = 1,20
sedangkan Rf = 9% dan Rm diharapkan sebesar 15% maka biaya modal
sendiri untuk perusahaan tersebut adalah:
ke = 9% + (15% – 9%) × 1,20
ke = 16,2%
i
iu
B
1 1 t
S
1, 20
iu
1 1 0,30 1, 00
0, 706
Apabila proyek akan dibiayai dengan 40% utang dan 60% modal sendiri
maka beta untuk proyek tersebut adalah:
i
0, 706
0, 4
1 1 0,30
0, 6
i 1, 04
Perhatikan bahwa beta untuk saham tersebut menjadi lebih kecil apabila
perusahaan akan mempergunakan utang dengan proporsi yang lebih kecil.
Dengan demikian, biaya modal sendiri yang relevan adalah:
ke = 9% + (15% – 9%) × 1,40
ke = 15,24%
Apabila harga saham saat ini adalah Rp10.000 dividen tahun depan
diharapkan akan sebesar Rp800, sedangkan pertumbuhan laba (dan juga
dividen) diharapkan sebesar 10% maka:
EKMA4478/MODUL 2 2.23
Di
Po
ke g
800
10.000
ke 0,10
10.000 ke – 1.000 = 800
10.000 ke = 800 + 1.000
10.000 ke = 1.800
ke = 18%
Untuk contoh di atas, apabila tarif pajak adalah 35% maka biaya utang
setelah pajak adalah:
kd = 14,40% (1 – 0,35)
kd = 9,36%
Kita akan memperoleh kd yang sedikit lebih besar dari 14,40% (sewaktu tidak
ada flotation).
sebesar 15% per tahun atau Rp150. Sewaktu ditawarkan kepada para
pemodal, saham tersebut hanya laku sebesar Rp937,50 per lembar. Dengan
demikian, biaya saham preferen adalah:
Rp150, 0
kp
Rp937,5
kp 0,16 atau16%
ke
ks
100% 3%
15%
ks
100% 3%
ks 15,5%
Mudah bukan? Asal Anda cermat, jeli dan berhati-hati Anda pasti
mampu menyelesaikannya.
2.28 Analisis Kasus Bisnis
L ATIHAN
Dari data tersebut biaya modal yang belum diketahui adalah biaya modal
saham sendiri. Oleh karena itu, kita perlu menghitung biaya tersebut terlebih
dahulu.
Di
Po
ke g
900
12.000
ke 0,15
12.000ke – 1.800 = 900
12.000ke = 900 + 1.800
12.000ke = 2.700
ke = 22,5%
Biaya Rata-Rata
Sumber Dana Jumlah Dana Komposisi
Modal Tertimbang
Utang Jangka Panjang 1,5M 0,375 13,0% 4,875%
Saham Preferen 0,9M 0,225 12,0% 2,700%
Saham Sendiri 1,6M 0,400 22,5% 9,000%
4,0M 1
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang 16,575%
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
Proyek Jambu Mede akan didanai dari modal sendiri yang berasal dari
laba yang ditahan Rp15.000.000, emisi saham baru Rp35.000.000, dan utang
Rp25.000.000. Biaya laba ditahan (yaitu modal sendiri) sebesar 12% dan
emisi saham baru diperlukan biaya emisi 2%. Biaya utang ditaksir sebesar
12,5% sebelum pajak. Pajak penghasilan sebesar 25%. Hitunglah biaya
modal rata-rata tertimbang.
Tes Formatif 1
1) Proyek A
PV Penerimaan
tahun 1 = Rp4.000.000 × 0,926 = Rp 3.704.000
2 = Rp4.000.000 × 0,857 = Rp 3.428.000
3 = Rp2.000.000 × 0,794 = Rp 1.588.000
4 = Rp1.000.000 × 0,735 = Rp 735.000
Total PV Proceed = Rp 9.455.000
PV pengeluaran
= Rp8.000.000 × 1 = Rp 8.000.000
NPV = Rp 1.455.000
Proyek B
PV penerimaan
tahun 1 = Rp1.000.000 × 0,926 = Rp 926.000
2 = Rp2.000.000 × 0,857 = Rp1,714.000
3 = Rp3.000.000 × 0,794 = Rp2.382.000
4 = Rp4.000.000 × 0,735 = Rp2.040.000
Total PV Proceed = Rp7.062.000
PV pengeluaran
= Rp8.000.000 × 1 = Rp 8.000.000
NPV = Rp –938.000
2) Proyek A
PV Proceed
tahun 1 = Rp5.000.000 × 0,926 = Rp4.630.000
2 = Rp5.000.000 × 0,857 = Rp4.285.000
3 = Rp3.000.000 × 0,794 = Rp2.382.000
4 = Rp2.000.000 × 0,735 = Rp1.470.000
2.32 Analisis Kasus Bisnis
Proyek B
PV Proceed
tahun 1 = Rp3.000.000 × 0,926 = Rp 2,778.000
2 = Rp4.000.000 × 0,857 = Rp 3,428.000
3 = Rp3.000.000 × 0,794 = Rp 2,382.000
4 = Rp4.000.000 × 0,735 = Rp 2.940.000
PV penerimaan DF18 %
tahun 1 = Rp4.000.000 × 0,847 = Rp3,388.000
2 = Rp4.000.000 × 0,718 = Rp2,872.000
3 = Rp2.000.000 × 0,609 = Rp1,218.000
4 = Rp1.000.000 × 0,516 = Rp 516.000
Total PV Proceed = Rp7.994.000
Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak antara
8% dan 18%. Untuk mencari discount rate yang tepat, dilakukan dengan
interpolasi sebagai berikut :
– 6.000 0 1,455.000
18 % IRR 8%
6000
IRR = 18% 18% 8%
1.455.000 6.000
= 18% – 0,04%
= 17,96 %
Dengan menggunakan discount rate misalnya pada alternatif tingkat
bunga 8% dan 18%, Proyek B dapat dihitung sebagai berikut:
PV penerimaan DF 8%
tahun 1 = Rp1.000.000 × 0,926 = Rp 926.000
2 = Rp2.000.000 × 0,857 = Rp1.714.000
3 = Rp3.000.000 × 0,794 = Rp2.382.000
4 = Rp4.000.000 × 0,735 = Rp2.040.000
Total PV Proceed = Rp7.062.000
PV pengeluaran = Rp8.000.000,00 × 1 = Rp8.000.000
NPV = Rp – 938.000
PV penerimaan DF 2%
tahun 1 = Rp1.000.000 × 0,980 = Rp 980.000
2 = Rp2.000.000 × 0,961 = Rp1,922.000
3 = Rp3.000.000 × 0,942 = Rp2,826.000
4 = Rp4.000.000 × 0,924 = Rp3.696.000
Total PV Proceed = Rp9.424.000
PV pengeluaran = Rp8.000.000 × 1 = Rp8.000.000,00
NPV = Rp1.424.000
Dari hasil perhitungan tersebut, discount rate yang dicari terletak antara
2% dan 8%. Untuk mencari discount rate yang tepat, dapat dilakukan
dengan interpolasi sebagai berikut :
– 938.000 0 1.424.000
8% IRR 2%
2.34 Analisis Kasus Bisnis
938.000
IRR = 8% 8% 2%
1.424.000 938.000
= 8% – 3,95%
= 4,05 %
Aturannya adalah pilih proyek yang IRR nya paling rendah yaitu
B = 4,05%.
4) Depresiasi untuk :
Rp600 juta
Proyek A = = Rp100 juta
6
Rp720 juta
Proyek B = = Rp120 juta
6
Laba setelah pajak untuk proyek A dan B adalah:
Proyek A Proyek B
Investasi Rp 600 juta Rp 720 juta
Rata-rata investasi Rp 300 juta Rp 360 juta
Tahun : 1 Rp 100 juta Rp 330 juta
2 Rp 100 juta Rp 100 juta
3 Rp 100 juta Rp 80 juta
4 Rp 100 juta Rp 10 juta
5 Rp 100 juta Rp 10 juta
6 Rp 100 juta Rp 10 juta
Rp 600 juta : 6 Rp 540 juta : 6
Rata laba setelah pajak Rp 100 juta Rp 90 juta
ARR Rp100 juta Rp90 juta
33,33% 25, 00%
300 juta 360 juta
Tes Formatif 2
Diketahui:
Modal sendiri yang berasal dari:
Laba yang ditahan = Rp15.000.000.
Emisi saham baru = Rp35.000.000.
Utang = Rp25.000.000.
Biaya laba ditahan (yaitu modal sendiri) = 12%.
Biaya emisi = 2%.
Biaya utang =12,5% sebelum pajak.
Pajak penghasilan = 25%.
Diminta menghitung biaya modal rata-rata tertimbang.
1) biaya modal sendiri sebesar 12%
2) menghitung biaya saham baru.
ke
ks
100% 2%
12%
ks
100% 2%
ks 12, 245%
5) Menghitung WACC
Biaya Modal Setelah Rata-rata
Sumber Dana Jumlah Komposisi
Pajak Tertimbang
Laba yang ditahan Rp10.000.000.000 20,00% 12,000% 2,4%
Emisi saham baru Rp30.000.000.000 46,67% 12,245% 5,7%
Utang Rp20.000.000.000 33,33% 9,375% 3,1%
Rp60.000.000.000 Biaya modal rata-rata tertimbang (ko) 11,2%
EKMA4478/MODUL 2 2.37
Daftar Pustaka
Bodie, Z., & Merton, R.C. (2000). Finance. Prentice Hall International, Inc.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Strategi Proses
A. STRATEGI PROSES
1. Fokus Proses
Fokus proses merupakan salah satu strategi proses yang menempatkan
mesin-mesin dan peralatan yang sama pada satu tempat atau ruang tertentu.
Proses fokus merupakan pengaturan fasilitas produksi diatur di sekitar suatu
proses tertentu untuk melakukan produksi yang bersifat rendah volume,
namun variasinya tinggi. Fasilitas semacam ini biasanya dipergunakan untuk
perusahaan-perusahaan yang memenuhi pesanan dengan berbagai macam
pesanan dengan bentuk dan kualitas yang berbeda-beda. Dalam suatu pabrik,
proses semacam ini misalnya dilakukan pada produksi alat-alat berat, yaitu
berbagai macam pembuatan alat berat akan melewati proses tertentu,
misalnya welding, grinding, dan painting. Dalam suatu kantor, proses ini
dapat ditunjukkan dengan aktivitas pembayaran, penjualan, dan payroll.
Dalam suatu rumah makan, bisa saja terdapat bar, tempat pemanggang, dan
tempat roti. Fasilitas-fasilitas semacam ini merupakan fasilitas yang
dikelompokkan atau difokuskan dalam hal peralatan, layout, dan supervisi.
Jenis fasilitas ini menekankan pada tingkat fleksibilitas produk yang tinggi.
Setiap proses didesain untuk berbagai macam aktivitas dan dapat mengatasi
perubahan-perubahan proses dengan cepat. Oleh karena itu, proses ini juga
dinamakan proses yang terputus-putus (intermittent process).
Jenis fasilitas ini memiliki biaya variabel yang tinggi dengan tingkat
penggunaan fasilitas yang rendah. Namun, saat ini banyak perusahaan yang
menggunakan peralatan yang lebih inovatif, misalnya dilakukan dengan
kontrol elektrik. Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer maka
saat ini memungkinkan bagi perusahaan untuk memprogram peralatan mesin-
mesin, pergerakan produk, perubahan peralatan, bahkan mengotomatisasikan
EKMA4478/MODUL 3 3.5
Gambar 3.1.
Fokus Proses
2. Fokus Berulang
Fokus berulang merupakan jenis strategi proses yang berada di antara
fokus produk dan fokus proses. Proses berulang merupakan proses yang
menggunakan modul, yaitu suku cadang atau komponen yang sudah
disiapkan sebelumnya, sering kali dengan proses yang terus-menerus.
Proses berulang menggunakan garis proses yang sudah lama dikenal dan
sering kali digunakan pada perakitan mobil. Jenis proses ini mempunyai
struktur yang lebih banyak sehingga fleksibilitasnya lebih rendah daripada
fokus proses. Gambar 3.2 menunjukkan Strategi Proses Berulang.
3.6 Analisis Kasus Bisnis
Gambar 3.2.
Fokus Berulang
3. Fokus Produk
Fokus produk merupakan jenis proses yang bersifat volume tinggi
namun variasi proses rendah. Fasilitas-fasilitas disusun di sekitar produk.
Proses ini disebut juga proses terus-menerus (continuous processes) karena
sifat produksinya yang panjang dan memakan waktu yang lama. Proses
produksi ini banyak digunakan untuk produksi gelas, kertas, bola lampu.
Pabrik yang menggunakan proses ini menekankan pada standarisasi dan
kontrol kualitas yang tinggi. Volume yang tinggi dengan variasi yang sedikit
mengakibatkan tingginya biaya tetap dan rendahnya biaya variabel dengan
tingkat penggunaan fasilitas yang cukup tinggi. Gambar 3.3 menunjukkan
Fokus Produk.
EKMA4478/MODUL 3 3.7
Gambar 3.3.
Fokus Produk
Gambar 3.4.
Garis Kontinu Proses
Contoh Soal:
PT ABC sedang mengevaluasi 3 macam software (A, B, dan C) yang
akan digunakan untuk mendukung kegiatan akunting. Biaya untuk ketiga
software adalah sebagai berikut:
C. PERENCANAAN PROSES
3. Rencana Proses
Rencana proses merupakan sekumpulan dokumen yang secara detail
menunjukkan spesifikasi pabrikan dan pengiriman. Rencana proses meliputi
berikut ini.
a. Blueprints. Merupakan penggambaran desain produk.
b. Daftar kebutuhan bahan. Merupakan daftar bahan-bahan yang diperlukan
untuk diproduksi.
c. Diagram proses. Merupakan daftar operasi-operasi yang akan dilakukan
dalam pabrik, termasuk waktu penyelesaian yang dibutuhkan, peralatan-
peralatan khusus, serta bagaimana mesin dipasang dan dioperasikan.
d. Routing sheet. Merupakan daftar yang mesin-mesin dan stasiun kerja
yang menunjukkan di mana suatu bagian produk dikirim untuk operasi
berikutnya.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
4) Salah satu jenis strategi proses yang menggunakan modul, yaitu suku
cadang atau komponen yang sudah disiapkan sebelumnya disebut
fokus ....
A. produk
B. berulang
C. massa
D. proses
3.16 Analisis Kasus Bisnis
5) Salah satu jenis strategi proses yang bersifat volume tinggi namun
variasi proses rendah dan fasilitas-fasilitas disusun di sekitar produk
disebut fokus .....
A. produk
B. berulang
C. massa
D. proses
9) Salah satu rencana proses yang berisi daftar operasi-operasi yang akan
dilakukan dalam pabrik, termasuk waktu penyelesaian yang dibutuhkan,
peralatan-peralatan khusus, serta bagaimana mesin dipasang dan
dioperasikan disebut ....
A. blueprints
B. daftar kebutuhan bahan
C. diagram proses
D. routing sheet
EKMA4478/MODUL 3 3.17
Kegiatan Belajar 2
Penentuan Lokasi
B. FAKTOR-FAKTOR KUALITATIF
70.000
Biaya per unit negara A: Rp1.166 per unit
60
25.000
Biaya per unit negara B: Rp1.250 per unit
20
3. Biaya
Biaya lokasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tangible cost dan
intangible cost. Tangible cost adalah biaya-biaya yang telah teridentifikasi
dan dapat dihitung dengan tepat. Termasuk dalam tangible cost adalah
utilitas, tenaga kerja, material, pajak, penyusutan mesin-mesin dan peralatan,
serta biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasi dan dapat dihitung oleh
departemen akuntansi. Biaya-biaya lain seperti biaya transportasi bahan
mentah, biaya pengiriman barang jadi, dan konstruksi dapat dikelompokkan
ke dalam biaya lokasi. Intangible cost merupakan biaya yang sulit untuk
dituntaskan. Intangible cost meliputi kualitas pendidikan, fasilitas
transportasi umum, perilaku komunitas di antara industri dan di dalam
perusahaan, serta perilaku tenaga kerja.
4. Perilaku
Perilaku atau kebijakan suatu negara maupun pemerintah daerah
terhadap berbagai macam aturan sering kali berubah, tidak terkecuali
peraturan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
mengenai lokasi. Perubahan-perubahan ini sering kali dipengaruhi oleh
kepemimpinan. Pemimpin yang berbeda dapat menerapkan peraturan yang
berbeda pula.
Tenaga kerja juga mempunyai perilaku yang bermacam-macam. Tenaga
kerja antarnegara, antardaerah maupun antara tenaga kerja di kota besar dan
kota kecil juga berbeda. Perbedaan ini, antara lain tingkat perputaran tenaga
3.22 Analisis Kasus Bisnis
clustering. Hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu adanya sumber daya
yang terpusat di suatu daerah. Sumber daya yang dimaksud antara lain
sumber daya alam, informasi, dan sumber daya manusia. Italia merupakan
contoh negara yang menerapkan sistem clustering, yaitu wilayah utara
dijadikan sebagai pusat produksi spesialis keramik, perhiasan, mesin, wool,
kaca mata, dan mesin pasta.
Contoh:
PT Maju Laksana berencana untuk mendirikan pabrik baru karena pabrik
yang ada saat ini sudah tidak dapat melayani permintaan yang semakin
meningkat. Perusahaan memiliki dua alternatif lokasi, yaitu di Tangerang
atau di Surabaya. Setelah menentukan faktor-faktor penentu serta bobot dan
3.24 Analisis Kasus Bisnis
Contoh:
PT Maju Bhakti, sebuah perusahaan yang memproduksi karburator
mobil, tengah mempertimbangkan untuk membuka pabrik baru. Terdapat tiga
alternatif lokasi, yaitu di Sidoarjo, Semarang, atau Bekasi. Studi pendahuluan
telah dilakukan dan diperoleh perkiraan biaya tetap per tahun per lokasi
adalah Rp30.000.000, Rp60.000.000, dan Rp110.000 dengan biaya variabel
per unit sebesar Rp75.000, Rp45.000, dan Rp25.000. Harga jual karburator
EKMA4478/MODUL 3 3.25
Apabila akan berproduksi pada tingkat produksi (volume) 2.000 unit per
tahun maka Semarang merupakan pilihan yang paling tepat karena biaya
totalnya adalah yang paling murah. Tingkat keuntungan yang diharapkan
adalah sebesar:
Total penghasilan – total biaya = Rp120.000 (2.000) – Rp150.000.000
= Rp90.000.000 per tahun
3. Center-of-Gravity Method
Center-of-gravity method adalah teknik matematis yang digunakan untuk
menemukan pusat lokasi distribusi yang dapat meminimalkan biaya. Metode
ini mempertimbangkan lokasi pasar, jumlah barang yang dikirim, serta biaya
pengiriman. Langkah pertama dalam metode ini adalah menentukan lokasi
dalam suatu sistem koordinat. Penggambaran koordinat dan skala yang
digunakan dapat bervariasi, asalkan dapat merepresentasikan jarak yang
sesungguhnya. Cara ini dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan
kertas bergaris, kemudian menggambarkannya pada peta. Rumus yang
digunakan:
dix Qi
i
Koordinat x =
Qi
i
diy Qi
i
Koordinat y =
Qi
i
di mana:
dix = koordinat x dari lokasi i
diy = koordinat y dari lokasi i
Qi = kuantitas barang yang dipindahkan dari lokasi i
3.28 Analisis Kasus Bisnis
Contoh:
Purnama Department Store adalah salah satu department store yang
mempunyai cabang di beberapa kota di Indonesia. Lokasi toko saat ini adalah
di kota A, B, C, dan D. Saat ini, setiap toko memperoleh barang dari gudang
yang terletak di kota C. Data permintaan barang per bulan adalah sebagai
berikut:
Tabel
Permintaan Purnama Dept. Sore
No. Lokasi Toko Jumlah Pengiriman Kontainer per Bulan
1 A 2.000
2 B 1.000
3 C 1.000
4 D 2.000
Gambar 3.5.
Koordinat Lokasi Purnama Dept. Store
EKMA4478/MODUL 3 3.29
Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 maka
koordinat x dan y titik pusat adalah:
Koordinat x:
(30)(2000) (90)(1000) (130)(1000) (60)(2000) 400.000
66, 7
2000 1000 1000 2000 6.000
Koordinat y:
(120)(2000) (110)(1000) (130)(1000) (40)(2000) 560.000
93,3
2000 1000 1000 2000 6.000
Lokasi baru ini (66,7 ; 93,3) merupakan lokasi yang paling strategis
untuk didirikan gudang baru. Berdasarkan jarak dan volume pengiriman
maka lokasi ini merupakan lokasi yang dapat meminimalkan biaya
pengiriman.
L ATIHAN
Lokasi yang dipilih adalah lokasi C pada tingkat produksi 10.000 unit.
3) Koordinat x:
2(800) 3(900) 5(200) 8(100) 6.100
3, 05
2.000 2.000
Koordinat y:
2(800) 5(900) 4(200) 5(100) 7.400
3, 7
2.000 2.000
Berdasarkan perhitungan tersebut maka lokasi gudang yang baru adalah:
EKMA4478/MODUL 3 3.33
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
10) Suatu perusahaan retail nasional akan mendirikan gudang baru dengan
harapan dapat menambah keuntungan perusahaan dengan menghemat
biaya pengiriman ke seluruh cabang toko. Terdapat tujuh cabang toko
yang tersebar di pulau Jawa dengan koordinat sebagai berikut:
Nama kota Koordinat (x,y) Volume pengiriman
A (5,10) 5
B (6,8) 10
C (4,9) 15
D (9,5) 5
E (7,9) 15
F (3,2) 10
G (2,6) 5
Tentukan lokasi gudang yang baru!
3.36 Analisis Kasus Bisnis
Tes Formatif 1
1) C.
2) A.
3) D.
4) B.
5) A.
6) B.
7) C.
8) D.
9) C.
10) Karena banyaknya produk PT CDE adalah 30.000 unit maka mesin yang
dipilih sebaiknya mesin A.
Tes Formatif 2
1) C.
2) D.
3) C.
4) A.
5) A.
6) C.
7) B.
8) Lokasi B.
9) Lokasi C.
10) Lokasi gudang yang baru pada koordinat (5,43 ; 8,28).
3.38 Analisis Kasus Bisnis
Daftar Pustaka
Chase, R.B., Jacobs, F.R., & Aquilano, N.J. (2006). Operations Management
for Competitive Advantage with Global Cases. McGraw-Hill.
Russel, R.R., & Taylor, B.W. (2003). Operations Management. 4th Edition.
Pearson Education International.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Perencanaan Kapasitas
dengan jumlah kamar pada suatu hotel dan kondisi di mana economies of
scale telah mencapai puncaknya dan diseconomies of scale belum dimulai.
Gambar 4.1.
Tingkat Operasi Terbaik
Output Aktual
Tingkat penggunaan
Kapasitas Desain
Output Aktual
Efisiensi
Kapasitas Efektif
EKMA4478/MODUL 4 4.7
Contoh:
Indo Selaras Inc. merupakan pabrik roti yang memproduksi berbagai
jenis roti. Salah satu produk andalannya adalah roti manis kombinasi buah.
Pabrik yang memproduksi roti jenis ini, minggu lalu mampu memproduksi
148.000 bungkus, dengan kapasitas efektif 175.000 bungkus. Lini produksi
beroperasi 7 hari seminggu dengan tiga kali shift, masing-masing shift adalah
8 jam per hari, dan tingkat produksi 1.200 bungkus per jam. Tentukan
kapasitas desain, tingkat penggunaan, dan efisiensi.
Jawab:
1. Kapasitas desain: = (7 hari × 3 shift × 8 jam) × (1.200 bungkus per jam)
= 201.600 bungkus
2. Tingkat penggunaan = 148.000 / 201.600 = 73,4%
3. Efisiensi = 148.000/175.000 = 84,6%
Contoh:
Manajer indo Selaras Inc. Merasa perlu untuk menaikkan tingkat
produksi berkaitan dengan kenaikan permintaan roti manis kombinasi buah.
Manajer merencanakan untuk menambah lini produksi kedua. Untuk itu,
harus diputuskan output yang diharapkan untuk lini kedua tersebut. Kapasitas
efektif untuk lini kedua adalah 175.000 bungkus. Karena lini kedua
merupakan lini baru maka efisiensi yang dapat diharapkan hanya 75% (di
bawah efisiensi lini 1). Berapa output yang diharapkan?
Jawab:
Output yang diharapkan = (kapasitas efektif) (efisiensi)
= (175.000)(0,75) = 131.250 bungkus
4.8 Analisis Kasus Bisnis
Contoh:
PT Jay Raya pada periode ini mempunyai biaya tetap sebesar
Rp10.000.000. Biaya tenaga kerja langsung adalah Rp1.500 per unit dan
bahan baku Rp750 per unit. Harga jualnya adalah Rp4.000 per unit.
Titik impas dapat dihitung sebagai berikut:
F
Titik impas dalam Rp
1 VP
10.000.000
1 1.500 750 4.000
Rp22.857.142,857
EKMA4478/MODUL 4 4.9
F 10.000.000
Titik impas dalam unit
P V 4.000 1.500 750
5.714, 286 unit
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
9) Berikut ini adalah data mengenai kapasitas efektif dan efisiensi dari tiga
departemen di PT CDE:
Kegiatan Belajar 2
Manajemen Sediaan
Dalam manajemen sediaan terdapat tiga macam biaya yang sering kali
digunakan, yaitu biaya penyimpanan (holding cost), biaya pemesanan
(ordering cost), dan biaya pemasangan (setup cost). Biaya penyimpanan
adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan sediaan sepanjang
waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan meliputi biaya yang
berkaitan dengan penyimpanan, seperti asuransi, penambahan staf, dan
pembayaran bunga. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya, meliputi biaya
pasokan, formulir, proses pemesanan, tenaga untuk pemesanan. Biaya
pemasangan, meliputi biaya untuk menyiapkan mesin-mesin untuk
memproses pesanan. Biaya ini meliputi waktu dan tenaga kerja untuk
membersihkan dan mengganti peralatan.
EKMA4478/MODUL 4 4.15
Gambar 4.2.
Penggunaan Sediaan Sepanjang Waktu
Contoh:
PT Maju Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang memasarkan alat-alat
medis ke rumah sakit. Salah satu produk PT Maju Sejahtera adalah jenis XX.
PT Maju Sejahtera ingin menurunkan biaya sediaan jenis XX dengan
menetapkan jumlah optimal produk tersebut agar dapat memenuhi pesanan
EKMA4478/MODUL 4 4.17
Jawab:
D = 1.000
S = 100.000
H = 5.000
2 DS 2(1.000)(100.000)
Q*
H 5.000
40.000
200 unit
Permintaan D
Jumlah pemesanan dalam satu tahun: N
Jumlah unit yang dipesan Q*
Contoh:
Berdasarkan data PT Maju Sejahtera sebelumnya maka untuk
menentukan jumlah pemesanan dalam satu tahun (N) dan waktu antar
pemesanan (T) dengan jumlah hari kerja 250 hari adalah sebagai berikut.
Permintaan
N
Jumlah unit yang dipesan
1.000
5 pesanan per tahun
200
Jumlah hari kerja per tahun
T =
Jumlah pemesanan
250
50 unit , artinya pemesanan berikutnya dilakukan 50 hari setelah
5
pemesanan sebelumnya.
4.18 Analisis Kasus Bisnis
D Q
TC S H
Q 2
D Q
TC S H
Q 2
1.000 200
100.000 5.000
200 2
= (5) (100.000) + (100) (5.000)
= 500.000 + 500.000
= 1.000.000
ROP = (permintaan per hari)(lead time untuk pemesanan baru dalam hari)
= d×L
Gambar 4.3.
Titik Pemesanan Ulang
Gambar 4.4.
Model EPQ
2DS
Q* p
H 1 d p
Contoh:
Adidaya Manufacturing, Inc., membuat dan menjual berbagai macam
peleg untuk mobil. Ramalan permintaan peleg tahun depan adalah 1.000 unit
dengan permintaan rata-rata 6 unit. Meskipun demikian, proses produksi
paling efisien adalah pada tingkat 8 unit per hari, namun pemakaian hanya
4.22 Analisis Kasus Bisnis
6 unit per hari. Apabila jumlah hari kerja per tahun sebanyak 167 hari, biaya
pemesanan Rp100.000, dan biaya penyimpanan Rp5.000 per unit maka
tentukan jumlah unit maksimum per pemesanan!
Jawab:
Permintaan tahunan = D = 1.000 unit
Biaya pemesanan = S = 100.000
Biaya penyimpanan = H = 5.000
Tingkat produksi harian = p = 8 unit per hari
Tingkat permintaan harian = d = 6 unit per hari
2 DS
Q* p
H 1 d p
2(1.000)(100.000)
5.000 1 6 / 8
200.000.000
5.000 0, 25
200.000.000
1.250
160.000
400 unit peleg
Tabel
Tingkat Diskon
D QH
Tc S PD
Q 2
4.24 Analisis Kasus Bisnis
di mana:
Q = jumlah unit yang dipesan
D = permintaan tahunan dalam satuan unit
S = biaya pemesanan per pemesanan
P = harga per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Contoh:
PT Rajawali Sakti membuat stok untuk item AN1. Baru-baru ini, mereka
diberikan daftar potongan harga untuk item tersebut seperti pada tabel
berikut.
Jawab:
D = 5.000
S = 490.000
I = 0,2
P1 = 50.000
P2 = 48.000
P3 = 47.500
2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*1 =
(0, 2)(50.000) 10.000
= 49.000 = 700 unit.
4.26 Analisis Kasus Bisnis
2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*2 =
(0, 2)(48.000) 9.600
510.416, 67 = 714 unit
2(5.000)(490.000) 4.900.000.000
Q*3 =
(0, 2)(47.500) 9.500
515.789, 47 718 unit
5.000
2) (490.000) 2.450.000
1.000
5.000
3) (490.000) 1.225.000
2.000
QH
c. Biaya penyimpanan =
2
700 0, 2 50.000
1) 3.500.000
2
1.000 0.2 48.000
2) 4.800.000
2
2.000 0, 2 47.500
3) 9.500.000
2
L ATIHAN
pemakaian hanya 18 unit per hari. Biaya pemesanan untuk sekali pesan
adalah Rp250.000 dan biaya simpan sebesar Rp6.500 per unit. Apabila
jumlah hari kerja per tahun sebanyak 167 hari maka tentukan jumlah unit
maksimum per pemesanan!
3) PT Indo Sejahtera membuat stok untuk item CJ221. Baru-baru ini,
mereka diberikan daftar potongan harga untuk item tersebut seperti pada
tabel berikut.
Nomor Kuantitas (unit) Diskon (%) Harga diskon (P)
1 0 - 999 0 Rp60.000
2 1.000 – 1.999 5 Rp57.000
3 2.000 lebih 5 Rp55.800
Biaya pemesanan adalah Rp500.000 per pemesanan dan permintaan
tahunan adalah 7.000 unit. Biaya penyimpanan persediaan dalam
persentase terhadap biaya adalah 20% atau 0,2. Berapa banyak jumlah
pesanan yang dapat meminimalkan biaya sediaan total?
1) D = 2.000
S = 200.000
H = 10.000
2 DS
Masukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus EOQ: Q*
H
2) Permintaan tahunan = D = 3.000 unit
Biaya pemesanan = S = 250.000
Biaya penyimpanan = H = 6.500
Tingkat produksi harian = p = 24 unit per hari
Tingkat permintaan harian = d = 18 unit per hari
Masukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus EPQ:
2 DS
Q* p
H 1 d/p
Langkah penyelesaian:
a) Langkah pertama adalah menghitung Q* untuk setiap potongan
harga
b) Langkah kedua adalah menyesuaikan nilai Q* dengan batasan
jumlah minimal untuk mendapat harga diskon.
c) Langkah ketiga adalah menghitung biaya total untuk setiap jumlah
yang dipesan dengan menghitung terlebih dahulu biaya pemesanan,
biaya penyimpanan, dan biaya produk sebagai berikut:
(1) Biaya produk = P D
D
(2) Biaya pemesanan = S
Q
QH
(3) Biaya penyimpanan =
2
Langkah terakhir adalah memilih jumlah pesanan yang biaya
totalnya paling rendah.
R AN GKUMAN
Permintaan D
Jumlah pemesanan dalam satu tahun: N
Jumlah unit yang dipesan Q*
Jumlah hari kerja per tahun
Jumlah waktu antar pemesanan: T =
N
D
d
jumlah hari kerja per tahun
2 DS
Q* p
H 1 d/p
TE S FOR MATIF 2
Tes Formatif 1
1) A.
2) B.
3) C.
4) D.
5) A.
6) B.
7) D.
8) C.
9) Desain = 88.920.
Fabrikasi = 160.680.
Finishing = 65.520.
10) a) 6.250 unit.
b) 7.000 unit.
Tes Formatif 2
1) Q = 245 unit.
2) Q = 979,79 = 980 unit.
4.34 Analisis Kasus Bisnis
Daftar Pustaka
Chase, R.B., Jacobs, F.R., & Aquilano, N.J. (2006). Operations Management
for Competitive Advantage with Global Cases. McGraw-Hill.
Russel, R.R., & Taylor, B.W. (2003). Operations Management. 4th Edition.
Pearson Education International.
PE N D AHUL U AN
Gambar 5.1.
Proses Perencanaan SDM
EKMA4478/MODUL 5 5.5
suatu estimasi kebutuhan personel untuk periode waktu tertentu yang dicakup
melalui siklus perencanaan. Kemudian masing-masing level manajer yang
lebih tinggi membuat estimasi kebutuhannya dengan menyatukan masukan
dari masing-masing level di bawahnya. Hasil akhirnya merupakan peramalan
kebutuhan total organisasi secara keseluruhan. Dalam proses menuju ke level
yang lebih tinggi, sering kali terjadi interaksi yang sangat intens tentang
perkiraan kebutuhan yang telah dihasilkan oleh level sebelumnya, yaitu
didiskusikan atau dinegosiasikan, bahkan diestimasi ulang bersama-sama
dengan level manajer yang lebih tinggi. Aspek interaktif ini merupakan salah
satu keunggulan dari pendekatan ini karena memaksa para manajer untuk
melakukan justifikasi terhadap perkiraan kebutuhan stafnya.
4. Model Simulasi
Ini merupakan teknik peramalan untuk eksperimentasi dengan situasi
dunia nyata melalui pemodelan matematis.
Model adalah suatu abstraksi dari dunia nyata. Dengan demikian, model
simulasi adalah suatu usaha untuk menggambarkan situasi dunia nyata
melalui logika matematis untuk memprediksi apa yang akan terjadi. Simulasi
membantu manajer membuat keputusan tanpa harus memiliki konsekuensi
dalam dunia nyata dengan banyak mengajukan pertanyaan “apa dan jika”,
seperti berikut.
a. Apa yang akan terjadi jika kami menempatkan 12% dari seluruh tenaga
kerja untuk bekerja lembur?
b. Apa yang akan terjadi jika pabrik menggunakan dua shift atau tiga shift?
5.8 Analisis Kasus Bisnis
Gambar 5.2.
Hubungan antara Volume Penjualan dengan Jumlah Karyawan
Tabel 5.1.
Contoh Matriks Transisi
2011
No 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(1) Manajer 0,95 0,05
penjualan
(2) Supervisi 0,05 0,75 0,20
penjualan
(3) Tenaga 0,10 0,55 0,35
penjualan
(4) Asisten 0,90 0,05 0,05
manajer
pabrik
(5) Manajer 0,10 0,75 0,15
produksi
(6) Tenaga 0,10 0,80 0,10
perakitan
(7) Klerek 0,70 0,30
(8) Tidak berada 0,00 0,15 0,45 0,00 0,10 0,20 0,30
dalam
organisasi
Sumber: Noe, R.A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., dan Wright, P. M. (2007).
2. Pemberian Kompensasi
Perusahaan-perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan karyawan
dalam situasi permintaan tenaga kerja yang tinggi mungkin perlu bergantung
pada pemberian insentif kompensasi. Pemberian hadiah adalah salah satu
metode yang paling jelas, namun metode ini akan memicu perang hadiah
sehingga pada akhirnya perusahaan tidak dapat bertahan dalam jangka lama.
Untuk itu, dibutuhkan bentuk penghargaan yang lebih cerdas agar dapat
menarik calon karyawan ke perusahaan, seperti empat hari kerja seminggu,
jam kerja fleksibel, bekerja paruh waktu atau pusat perawatan anak.
3. Program Pelatihan
Program pelatihan khusus mungkin diperlukan untuk menyiapkan
individu-individu yang sebelumnya belum pernah bekerja untuk mengisi
posisi tertentu di perusahaan. Pendidikan remedial dan pelatihan
keterampilan adalah 2 tipe program yang dapat membantu menarik individu
masuk ke dalam perusahaan tertentu. Contoh, perusahaan kecil yang ingin
mengembangkan pasarnya mengangkat orang-orang dengan kualifikasi
rendah untuk menjadi tenaga penjualnya melalui pelatihan dasar tenaga
penjual.
3. Pensiun Dini
Pemensiunan dini beberapa karyawan yang ada pada saat ini adalah cara
lain untuk mengurangi jumlah pekerja. Ada sebagian karyawan yang merasa
senang menerima pensiun lebih awal, tetapi sebagian yang lain merasa
enggan. Untuk karyawan yang enggan, barangkali akan rela menerima
pensiun dini jika mendapat paket pensiun secara total cukup menarik.
4. Perampingan (Downsizing)
Perampingan/downsizing adalah pengurangan jumlah personalia
terencana dengan tujuan meningkatkan kemampuan bersaing organisasi
(Noe, et al., 2007). Berbagai cara perampingan dilakukan perusahaan,
beberapa di antaranya dilakukan melalui berikut ini.
a. Mengganti tenaga kerja dengan teknologi. Menutup pabrik yang sudah
ketinggalan jaman, otomatisasi atau memperkenalkan penggunaan
teknologi baru dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Di samping
itu, sering kali penghematan biaya tenaga kerja lebih besar dibanding
biaya penggunaan teknologi baru.
5.14 Analisis Kasus Bisnis
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
Kasus 1
Sebuah perusahaan percetakan memberikan data matriks transisi yang
memuat urutan kategori jabatan dan proporsi karyawan dalam masing-masing
kategori jabatan pada satu periode mendatang sebagai berikut:
2011
No. 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Manajer produksi 0,95 0,05
2 Asisten manajer produksi 0,05 0,80 0,15
3 Supervisi pencetakan 0,20 0,75 0,05
4 Tenaga pencetak 0,05 0,50 0,45
5 Tenaga perakitan 0,10 0,75 0,15
6 Klerek 0,10 0,80 0,10
7 Tidak berada dalam
organisasi
Kasus 2
Ketika PT Wisantoko akan mengangkat manajer menengahnya, dia tidak
saja menegosiasi soal gaji dan tunjangan calon karyawannya, akan tetapi dia
terlibat juga dalam acara-acara sosial seperti membantu mengurus
pernikahan, membantu karyawan baru mencari rumah tinggal, memberi
kompensasi gaji yang hilang karena meninggalkan pekerjaan sebelumnya,
atau bahkan membantu mendaftarkan sekolah anak-anak karyawan yang baru
diangkat. “Kami harus memberikan jasa pelayanan terbaik kami untuk
mereka”, kata Santiaji, Manajer SDM PT Wisantoko.
Menurut Santiaji, PT Wisantoko memang harus lebih agresif dalam
membujuk calon karyawan manajer menengah. Di Indonesia, industri piranti
lunak tumbuh pesat sekitar 35% di tahun 2009. Perusahaan-perusahaan
multinasional besar dan yang lebih kecil baik dari Amerika maupun Eropa
menyerahkan sepenuhnya kepada perusahaan piranti lunak di Indonesia
mulai dari pekerjaan pengembangan desain dan perlengkapan komputer lain
hingga ke analis keuangannya. Pertumbuhan industri piranti lunak tersebut
telah mempercepat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja ahli di bidang
piranti lunak. Ini mengakibatkan pertumbuhan kebutuhan tenaga kerja di
bidang piranti lunak sekitar 25% pada tahun 2009. Gaji untuk pegawai yang
baru diangkat telah meningkat sebesar 18%/tahun sekitar 2 tahun terakhir,
sementara gaji untuk manajer level menengah telah dipatok kenaikannya
sekitar 32%/tahun dalam periode yang sama.
Perburuan tenaga ahli piranti lunak telah menciptakan tantangan bagi
perusahaan-perusahaan komputer dalam negeri Indonesia, yang dipercayai
oleh banyak pihak akan mengakibatkan tumpulnya kemampuan perusahaan-
perusahaan Indonesia untuk berkompetisi dalam industri komputer dan
perangkat lunak tersebut. Menurut Indroyono, direktur SDM perusahaan
Komputer Kualitas bahwa “Dengan meningkatnya upah pekerja pada dua
tahun terakhir, banyak perusahaan di Indonesia berkurang keuntungannya”.
Industri piranti lunak di Indonesia mempekerjakan manajer level
menengah sekitar 1200 orang, dan diperkirakan akan meningkat lagi pada
tahun depan, kata Nasoka, Ketua Asosiasi Industri Piranti Lunak Indonesia.
Walaupun Indonesia telah menghasilkan 2 ribu lulusan akademi teknik
komputer dan informatika per tahun, industri jasa tetap kekurangan
profesional piranti lunak pada musim-musim kebutuhan tenaga kerja berada
di puncak. “Pelatihan di tempat kerja (On-the-job training) memang dapat
mengisi celah kekurangan tersebut, tetapi itu mahal. Kata Karto, Manajer
Keuangan PT Wisantoko. Mendidik pegawai yang baru direkrut perlu
berbulan-bulan dan memerlukan biaya hingga 30% dari gaji tahunan pegawai
baru. Lebih parah lagi, begitu pegawai baru tersebut memperoleh
pengalaman, mereka sering terpikat oleh rayuan perusahaan pesaing yang
menawarkan gaji yang lebih tinggi.
5.18 Analisis Kasus Bisnis
yang lalu. Sekitar dua tahun yang lalu banyak profesional teknik informatika
dan piranti lunak pulang ke Indonesia dari luar negeri, kata Nasoka.
Sebagian besar eksekutif perusahaan dalam negeri berharap krisis
manajer level menengah bidang piranti lunak tidak berlangsung lama.
Walaupun tren kenaikan gaji manajer menengah akan terus berlanjut, banyak
eksekutif percaya bahwa perusahaannya telah mempunyai cukup banyak
cadangan keuntungan untuk menutup kenaikan biaya gaji tersebut. Mereka
juga mengatakan bahwa inflasi gaji di Amerika Serikat dan Eropa yang
cukup tinggi akan menaikkan biaya tenaga kerja bagi pesaingnya di luar
negeri sehingga membantu Indonesia untuk tetap mampu bersaing dengan
mereka. Perguruan tinggi dan akademi di Indonesia telah mulai menawarkan
mata kuliah dan kursus-kursus dalam teknik manajemen proyek dan back-
office processing sehingga dalam beberapa tahun mendatang perusahaan-
perusahaan akan mudah menemukan calon manajer menengah yang
berkualitas.
Pertanyaan:
1) Berdasarkan informasi kasus di atas, apakah perusahaan piranti lunak di
Indonesia akan menghadapi kekurangan atau surplus manajer level
menengah? Jelaskan data yang menyangkut perihal pasokan dan
permintaan tenaga kerja tersebut.
2) Secara konseptual, apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
mengatasi masalah ketenagakerjaan level menengahnya dalam kondisi
seperti itu (surplus/kekurangan)?
3) Secara konseptual, kegiatan apa yang perlu dilakukan perusahaan untuk
menyelaraskan tenaga kerjanya saat ini dengan kebutuhan keahlian dan
pelatihannya di masa mendatang?
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN REKRUTMEN
Gambar 5.3.
Tiga Aspek Rekrutmen
1. Kebijakan Personalia
Kebijakan personalia suatu organisasi/perusahaan merupakan keputusan
dari organisasi/perusahaan yang bersangkutan tentang bagaimana dia akan
menjalankan manajemen SDMnya termasuk bagaimana dia akan mengisi
lowongan pekerjaannya. Kebijakan-kebijakan tersebut mempengaruhi sifat
EKMA4478/MODUL 5 5.23
d. Citra advertensi
Di samping mengiklankan pembukaan lowongan pekerjaan tertentu,
pada umumnya perusahaan juga mengiklankan dirinya sebagai tempat yang
bagus untuk bekerja. Desain advertensi untuk menciptakan kesan umum
bahwa organisasi bagus adalah citra advertensi. Citra advertensi penting
khususnya bagi organisasi-organisasi yang berada dalam pasar tenaga kerja
yang berkompetisi tinggi dan memiliki anggapan bahwa dirinya mempunyai
EKMA4478/MODUL 5 5.25
citra yang tidak baik. Riset menunjukkan (Noe, et al., 2007) bahwa citra
organisasi yang inovatif, dinamis, dan menyenangkan berpengaruh terhadap
tingkat ketertarikan orang terhadap organisasi. Ketertarikan juga terjadi
terutama jika sifat yang dimiliki seseorang nampak cocok dengan organisasi.
Di samping itu, para pelamar juga sering kali sensitif terhadap isu
keberagaman dan eksklusivisme. Oleh karena itu, perusahaan harus
memastikan bahwa citra advertensinya menggambarkan sifat pasar tenaga
kerja yang luas tempat di mana mereka akan melakukan perekrutan.
2. Sumber Rekrutmen
Aspek penting lain dari strategi rekrutmen organisasi/perusahaan adalah
keputusan tentang tempat di mana organisasi/perusahaan dapat mendapatkan
pelamar. Pada dasarnya pasar tenaga kerja secara total terbentang luas di
seluruh permukaan bumi. Namun, untuk kepentingan praktis sebuah
perusahaan hanya akan mengambil sebagian saja dari pasar tenaga kerja total
tersebut. Metode yang dipilih oleh organisasi/perusahaan untuk
mengomunikasikan kebutuhan tenaga kerjanya dan pilihan audiens
sasarannya akan menentukan ukuran dan sifat pasar tenaga kerjanya. Contoh,
orang yang merespons iklan pekerjaan melalui internet mungkin akan
berbeda dengan orang yang merespons pengumuman yang tergantung di
papan pengumuman di luar pabrik. Sumber utama organisasi/perusahaan
melakukan perekrutan meliputi sumber internal dan eksternal.
Keuntungan lain dari pelamar langsung dan referrals ini adalah biayanya
lebih murah dibanding usaha perekrutan formal. Beberapa perusahaan
menawarkan insentif finansial kepada para karyawannya yang berhasil
menyerahkan pelamar untuk diangkat dan berkinerja dengan baik di
pekerjaannya (misal, mereka telah bertahan bekerja selama 180 hari).
Kelemahan utama dari referrals adalah keterbatasannya menampilkan
aspek kesegaran organisasi. Hal ini karena karyawan cenderung
memberikan referensi orang lain yang mirip seperti diri mereka sendiri.
Di samping itu, referrals sering kali mempunyai kontribusi terhadap
praktik-praktik yang menampilkan ketidakadilan (unfair), seperti
nepotisme.
2) Iklan di surat kabar atau majalah
Iklan ini umumnya menghasilkan kelompok pelamar yang kurang
diinginkan dibanding dengan pelamar langsung dan referrals dan juga
membutuhkan biaya yang lebih besar. Oleh karena hanya sedikit
perusahaan yang dapat mengisi lowongan pekerjaan murni dengan
pelamar langsung dan referrals maka mereka perlu menggunakan iklan.
Perusahaan dapat mengambil banyak tahapan untuk menciptakan
keefektifan perekrutan melalui iklan. Orang yang mendesain iklan
lowongan pekerjaan perlu menjawab dua pertanyaan (Noe, et al., 2007):
a) Apa yang perlu dikatakan/disampaikan?
b) Kepada siapa perlu mengatakan/menyampaikan itu?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, sebuah iklan lowongan pekerjaan
harus memberi informasi yang cukup kepada pembaca agar mereka
dapat mengevaluasi jabatan dan persyaratannya sehingga mereka dapat
membuat keputusan tentang kualifikasi mereka berdasarkan informasi
yang memadai tersebut. Menyediakan informasi yang memadai
membutuhkan iklan yang panjang, berarti tambahan biaya. Oleh karena
itu, perusahaan harus melakukan evaluasi mengenai tambahan biaya
lawan biaya penyediaan informasi yang terlalu sedikit.
Menentukan pihak yang ingin dicapai/dijangkau melalui pesan iklan
dapat membantu pemasang iklan memutuskan di mana tempat yang tepat
untuk beriklan. Media advertensi lowongan pekerjaan yang paling umum
digunakan adalah di rubrik khusus iklan pada koran lokal (Noe, et al.,
2007). Hal ini karena relatif tidak mahal, menjangkau banyak orang di
wilayah geografi tertentu yang sedang mencari pekerjaan (atau paling
tidak cukup tertarik membaca iklan).
5.28 Analisis Kasus Bisnis
untuk organisasi tertentu dan tipe posisi yang akan diisi. Perusahaan
mungkin akan mengunjungi situs yang berbeda untuk mengisi tipe posisi
yang berbeda.
4) Kantor pemerintah
Perusahaan dapat menyampaikan informasi lowongan pekerjaan ke
kantor tenaga kerja pemerintah yang tugas fungsionalnya mengurus
ketenagakerjaan baik secara nasional maupun lokal. Menurut Siagian
(1993), salah satu aktivitas kantor pemerintah ini adalah membina kerja
sama dengan berbagai instansi baik di lingkungan pemerintah maupun
dunia usaha. Bentuk kerja sama tersebut antara lain kantor tenaga kerja
pemerintah menerima berbagai informasi tentang lowongan pekerjaan
dari berbagai perusahaan, kemudian menyalurkan berbagai informasi
lowongan pekerjaan tersebut kepada para pencari kerja yang telah
terdaftar pada kantor pemerintah tersebut. Perusahaan dapat melakukan
interviu dan/atau tes kepada para calon untuk melihat sejauh mana
mereka cocok dengan lowongan yang telah ditawarkan perusahaan.
Di samping memberikan akses kepada calon tenaga kerja dengan biaya
murah, kantor pemerintah ini (terutama di negara maju) dapat menjadi
sumber penting untuk memenuhi misi khusus, seperti keberagaman dan
membantu orang-orang cacat fisik.
5) Kantor penempatan tenaga kerja swasta
Kantor penyedia tenaga kerja swasta ini memberikan layanan yang tidak
jauh berbeda dengan layanan yang diberikan oleh kantor pemerintah.
Umumnya kantor swasta ini melayani kebutuhan tenaga kerja klerikal
hingga manajerial (Noe, et al., 2007). Para pencari kerja yang ingin
memperoleh pekerjaan dapat menandatangani kontrak dengan kantor
swasta ini, baik ketika masih menganggur maupun ketika sudah bekerja.
Berbeda dengan kantor pemerintah yang tidak menarik biaya untuk
pemberian layanannya, kantor swasta menarik biaya untuk penyediaan
layanannya. Oleh karena motifnya mencari keuntungan maka kantor
swasta ini umumnya memberikan layanan lebih profesional, yaitu begitu
memperoleh permintaan dari pelanggan, segera mengambil langkah-
langkah perekrutan dengan berbagai teknik. Di samping itu, mereka
berusaha mencari pelamar yang paling memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pelanggan. Dengan demikian, perusahaan dapat segera
mengisi lowongan yang tersedia dengan pegawai baru yang betul-betul
memenuhi persyaratan (Siagian, 1993).
5.30 Analisis Kasus Bisnis
Tabel 5.2.
Contoh Perhitungan Hipotetis Rasio Hasil
Usaha Perekrutan
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Lamaran yang
200 400 50 500 7000 20
dihasilkan
Tawaran Interviu
175 100 45 400 500 20
Yang diterima
Rasio Hasil (%) 87,5 25 90 80 7,14 100
Pelamar yang
dinyatakan 100 95 40 50 350 19
diterima
5.32 Analisis Kasus Bisnis
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Rasio Hasil (%) 57,14 95,00 88,89 12,50 70,00 95,00
Tawaran
pekerjaan yang 90 10 35 25 200 15
diterima
Rasio Hasil (%) 90 10,53 87,5 50 57,14 78,95
Rasio Hasil
45 2,5 70 5 2,86 75
Kumulatif(%)
Biaya (Rp) 30.000 50.000 15.000 20.000 5.000 90.000
Biaya per
pengangkatan 333 5.000 429 800 25 6.000
(Rp)
Sumber: Noe, R.A, et al. (2007).
Sering kali perekrut baru terlibat pada akhir dari proses perekrutan, di
mana oleh karena perjalanan waktu sejumlah pelamar telah berubah
pikirannya tentang apa yang mereka inginkan dari suatu jabatan, lowongan
jabatan apa yang harus ditawarkan atau kemungkinan mereka menerima
jabatan yang ditawarkan. Ini sering kali akibat dari pengaruh berbagai
sumber, seperti teman, artikel majalah/koran atau dosen-dosen mereka,
bahwa kegiatan perekrutan hanya sekadar tugas dari para perekrut untuk
“menjual” mereka pada lowongan jabatan tertentu. Oleh karena itu, mereka
menjadi skeptis terhadap para perekrut dan pada gilirannya sejumlah pelamar
mengabaikan apa yang dikatakan/diperintahkan oleh perekrut. Selanjutnya,
tentang sifat dan perilaku perekrut ini dapat dibaca di buku materi pokok
EKMA4214.
1. Outsourcing
Subkontrak (Outsourcing) merupakan proses mengupah penyedia tenaga
kerja eksternal untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan
secara internal (Mondy, 2008). Mensubkontrakkan berbagai fungsi kepada
5.34 Analisis Kasus Bisnis
perusahaan lain telah menjadi praktik umum beberapa dekade terakhir ini.
Keputusan outsourcing tersebut cukup masuk akal jika kontraktor dapat
menjalankan fungsi yang telah ditentukan, seperti pemeliharaan, yang
(bahkan) mungkin dapat lebih efektif dan efisien dibanding jika dikerjakan
secara internal oleh perusahaan sendiri. Menurut Mondy, Outsourcing ini
beberapa tahun yang lalu telah meluas digunakan dan semakin menjadi
alternatif perekrutan populer bahkan melibatkan setiap area bisnis secara
virtual. Dalam kenyataannya tidak semua usaha outsourcing mengalami
sukses. Dell Computer, contohnya, banyak menuai komplain mengenai aksen
yang kental dan pelayanan yang buruk ketika mensubkontrakkan pusat
pendukung tekniknya di India.
3. Kerja Lembur
Apabila perusahaan sedang menghadapi tekanan berat untuk
menyelesaikan/memenuhi target produksi tertentu maka dapat ditebak bahwa
karyawan perlu bekerja lembur. Dengan memiliki karyawan yang bersedia
bekerja lembur maka organisasi dapat menghindari biaya perekrutan dan
sekaligus memiliki tambahan karyawan. Kerja lembur dapat memberikan
pendapatan tambahan bagi karyawan. Namun, terdapat beberapa masalah
potensial yang berkaitan dengan kerja lembur, yaitu timbulnya masalah
EKMA4478/MODUL 5 5.35
4. Leasing Karyawan
Praktik leasing karyawan banyak terjadi di Amerika Serikat. Praktik ini
berkembang pesat setelah diterimanya Undang-undang tentang Pajak
Kekayaan dan Tanggung jawab Fiskal di Amerika Serikat tahun 1982 (Snell
dan Bohlander, 2007). Leasing karyawan dilakukan oleh organisasi
pengusaha profesional (PEOs). Pada dasarnya PEO mengambil alih
manajemen dari tugas-tugas SDM perusahaan yang lebih kecil dan menjadi
pendamping pengusaha dalam urusan karyawannya. Perusahaan yang
menggunakan jasa leasing ini membayar fee kepada perusahaan leasing yang
melaksanakan keseluruhan aktivitas perekrutan, penempatan, pelatihan,
pengompensasian, dan pengevaluasian. Karyawan perusahaan leasing digaji
untuk menyediakan pool tenaga kerja yang telah siap bekerja. Perusahaan-
perusahaan kecil-menengah menemukan keuntungan dalam manajemen
leasing karyawan karena mereka tidak perlu terlibat dalam aktivitas-aktivitas
manajemen sumber daya manusia dan administrasi lainnya. Leasing
karyawan mirip dengan bantuan dalam pengaturan karyawan sementara,
meskipun di bawah perusahaan leasing itu sendiri karyawan menjadi
karyawan tetap, tidak sementara.
L ATIHAN
Pertanyaan:
a) Jika Anda bertindak sebagai Soni, Apakah Anda akan menerima
usul Natalina tersebut? Berikan alasan.
b) Tipe Websites seperti apa yang Anda percayai akan lebih produktif?
2) Lima tahun yang lalu ketika Bobi bergabung dengan Kristal Produksi
sebagai Akuntan Muda, dia merasa bahwa dia sudah berada pada jalur
yang tepat. Dia sarjana baru dari universitas terkenal dengan nilai rata-
rata B+, di mana dia merasa disenangi oleh teman-teman di kampusnya
juga oleh pegawai fakultasnya dan beberapa mahasiswa dari perguruan
tinggi lain. Bobi telah menunjukkan kemampuan alaminya untuk dapat
bekerja bersama karyawan lain dengan baik dan juga agar semua
pekerjaan berjalan dengan baik. Dia ingat ketika Pak Faried, supervisor
Kristal, berkata kepadanya pada saat proses perekrutan pegawai, “Saya
kira kamu akan dapat bekerja dengan baik di sini, Bobi. Kamu sangat
saya rekomendasikan. Kamu salah satu pemuda yang diharapkan dapat
meniti kariermu dengan baik di sini”.
Dia merasa telah mendapat pekerjaan bagus di Kristal, dan orang lain
juga melihatnya seperti itu. Tambahan lagi, hasil kinerjanya telah dinilai
bagus sekali. Namun, setelah lima tahun bekerja di Kristal dia masih
sebagai Akuntan Muda. Dia telah melamar untuk dua posisi Akuntan
Menengah yang baru saja lowong, tetapi kedua posisi tersebut telah diisi
oleh orang dari luar perusahaan. Ketika dua tahun yang lalu jabatan
Supervisor Akuntansi sedang lowong Bobi tidak melamarnya. Dia
merasa kaget ketika Bos barunya berusaha mendapatkan tambahan
karyawan dari lulusan perguruan tinggi negeri (PTN) yang hanya
berpengalaman kerja sekitar 3 tahun di perusahaan akuntansi besar. Oleh
karenanya, Bobi berharap bahwa Pak Rony, Akuntan Senior yang dia
hormati akan memberikan jabatan Akuntan Menengah itu kepadanya.
Pada peringatan ulang tahun perusahaan Kristal kelima, Bobi
memutuskan bahwa itu saatnya untuk melakukan sesuatu. Dia membuat
janji dengan Supervisornya. Pada saat pertemuan itu, Bobi menjelaskan
kepada Pak Faried bahwa dia telah bekerja keras untuk memperoleh
promosi jabatan, dan dia juga berbagai rasa frustasi tentang
keberadaannya di satu jabatan dalam jangka waktu yang cukup lama.
“Baik”, kata Pak Faried, “Kamu merasa kamu melakukan semuanya jauh
lebih baik dibanding dengan teman lain yang pernah kami angkat,
5.38 Analisis Kasus Bisnis
bukan?”. “Tidak”, jawab Bobi. “Tetapi aku rasa saya telah dapat
menjalankan pekerjaan Akuntan Senior”. “Tentu saja, orang-orang yang
telah Bapak angkat melakukan pekerjaan besar juga”. “Kami hanya
melihat persyaratan dari para pelamar untuk masing-masing jabatan, dan
mempertimbangkan segala sesuatunya, cobalah membuat keputusan
yang masuk akal”, jawab Pak Faried.
Pertanyaan:
a) Jelaskan apakah pengaduan Bobi cukup beralasan!
b) Jelaskan dampak kebijakan rekrutmen dari luar pada pengembangan
karier karyawan!
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
Kasus 1
Data biaya per pengangkatan dari beberapa sumber rekrutmen nampak
pada tabel berikut ini.
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Lamaran yang
300 320 45 750 8000 20
dihasilkan
Tawaran Interviu
175 100 45 400 500 20
Yang diterima
Rasio Hasil (%)
Pelamar yang
dinyatakan 90 75 30 70 250 15
diterima
Rasio Hasil (%)
Tawaran
pekerjaan yang 90 20 35 25 200 15
diterima
Rasio Hasil (%)
Rasio Hasil
Kumulatif(%)
Biaya (Rp 000) 25.000 50.000 15.000 20.000 5.000 90.000
5.40 Analisis Kasus Bisnis
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Biaya per
pengangkatan
(Rp)
Pertanyaan:
Berdasarkan data di atas, sumber perekrutan mana yang terbaik untuk
mengisi jabatan?
Kasus 2
Ada sejumlah jabatan yang penting untuk keberlanjutan kehidupan, baik
sebagai komunitas maupun sebagai bangsa, namun sayangnya tidak cukup
banyak angkatan kerja tertarik pada jabatan tersebut. Sebagai contoh, di
beberapa negara maju seperti Amerika, yaitu jabatan teknisi kendaraan. Di
Amerika, kekurangan tenaga teknisi kendaraan tersebut telah menjadi
keprihatinan umum sehingga Dewan Teknik dan Perawatan pada Asosiasi
Angkutan Amerika telah memulai merancang program untuk meningkatkan
kesadaran tentang perlunya teknisi yang berkualitas tinggi. Program tersebut
akan mencakup program kompetisi keahlian yang dirancang untuk menyoroti
kemampuan mendiagnosis teknisi. Program tersebut akan menampilkan
ekspose dan pameran secara nasional tentang peluang jabatan teknisi
kendaraan dalam industri. Memang, industri telah menyadari bahwa ia akan
menghadapi tantangan sengit dalam mengatasi persepsi masyarakat Amerika
yang menganggap bahwa sekolah kejuruan merupakan tempat untuk orang-
orang yang tidak layak melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Bayangan adanya kekurangan teknisi kendaraan mungkin nampak tidak
seperti masalah yang akan segera dihadapi oleh sebagian besar masyarakat
Amerika. Namun coba bayangkan, apabila Anda adalah seorang sopir truk
yang kebetulan menghadapi kerusakan mesin dan tidak menemukan teknisi
yang segera dapat membetulkan mesin Anda yang rusak pada saat di tengah
perjalanan ataukah Anda harus membayar ongkos perbaikan mesin yang
sangat mahal? Ataukah Anda akan membawa masalah kerusakan mesin
tersebut hingga ke rumah? Bagaimana jika mobil Anda tetap tidak dapat
dibetulkan atau Anda tidak dapat membayar biaya perbaikan yang sangat
mahal tersebut akibat kekurangan tenaga teknisi kendaraan?
Kisah yang sama tentang kekurangan tenaga kerja juga terjadi di industri
pertambangan batu bara Amerika Serikat. Batu bara memasok lebih dari
setengah kebutuhan energi negara Amerika. Namun, akibat kekurangan
tenaga kerja di pertambangan batu bara telah menurunkan produktivitas
EKMA4478/MODUL 5 5.41
Pertanyaan:
1) Apakah kekurangan tenaga kerja di pertambangan batu bara dan teknisi
kendaraan pada kasus di atas merupakan masalah jangka pendek ataukah
jangka panjang? Jelaskan!
2) Dengan meningkatkan upah pekerja di pertambangan batu bara dan
teknisi kendaraan apakah akan memecahkan persoalan? Mengapa?
Kegiatan Belajar 3
Gambar 5.4.
Model Proses Pelatihan dan Pengembangan
5.44 Analisis Kasus Bisnis
Pada Gambar 5.4 dapat kita lihat bahwa proses pelatihan dan
pengembangan memiliki tiga tahap di mana pada masing-masing tahap telah
mencakup aktivitas dan sasaran yang berbeda. Ketiga tahap tersebut adalah
analisis, pelatihan, dan evaluasi. Suatu usaha pelatihan dianggap belum
lengkap tanpa melakukan masing-masing tahap tersebut. Berikut akan
dijelaskan satu per satu tahapan tersebut.
1. Tahap Analisis
Saudara mahasiswa, sebelum dilaksanakan suatu pelatihan maka
kebutuhan dari pelatihan harus dianalisis terlebih dahulu. Pada tahap ini
dilakukan pengkajian secara cermat kebutuhan pelatihan bagi organisasi,
jabatan/pekerjaan, dan bagi individu karyawan. Perusahaan dapat
mengumpulkan informasi yang berbeda serta menggunakan metode
pengumpulan data yang berbeda pada setiap tahap. Tabel 5.3 menunjukkan
contoh daftar sumber dan metode untuk mendapatkan data analisis kebutuhan
pelatihan.
Tabel 5.3.
Contoh Daftar Sumber dan Metode untuk Mendapatkan Data Analisis
Kebutuhan Pelatihan
2. Tahap Pelatihan
Program pelatihan yang dihasilkan dari analisis kebutuhan harus
merupakan tanggapan langsung terhadap persoalan dan kebutuhan
organisasional. Pendekatan program pelatihan dapat dibedakan dalam hal
lokasi dan jenis pelatihan.
a. Lokasi pelatihan
Pelatihan dapat dilaksanakan baik di dalam (on the job training) maupun
di luar pekerjaan (off the job training). Bentuk paling umum on the job
training adalah peserta pelatihan bekerja di tempat kerja sebenarnya
dibimbing oleh karyawan yang telah berpengalaman, supervisor atau pelatih.
Kelebihan on the job training bahwa cara ini relevan dengan pekerjaan
karena tugas-tugas yang dihadapi dan dipelajari dihasilkan dari pekerjaan itu
sendiri. Jarang sekali apa yang dipelajari dalam pelatihan tidak berhubungan
langsung dengan pekerjaan. Tipe ini juga melindungi perusahaan dari
pengeluaran biaya akibat menempatkan karyawan di luar lingkungan
pekerjaan dan untuk membayar pelatih dari luar perusahaan karena umumnya
karyawan perusahaan mampu melakukan pelatihan. Sebaliknya, kerugian tipe
ini terbukti mahal bagi organisasi karena merugikan bisnis perusahaan yaitu
pada waktu peserta pelatihan membuat kecewa/frustrasi pelanggan sehingga
pelanggan pindah ke perusahaan pesaing. Di samping itu, adanya kesalahan
dan kerusakan peralatan kerja oleh peserta pelatihan di tempat kerja juga
dapat merugikan perusahaan. Terakhir adalah adanya kegagalan dalam
mentransfer ilmu dari karyawan pelatih kepada karyawan peserta pelatihan
karena tidak semua orang yang ahli mengerjakan pekerjaan selalu dapat
mengajar dengan baik apa yang mereka ketahui tersebut kepada orang lain.
Untuk off the job training dapat berupa kursus-kursus formal, simulasi,
dan permainan peran dalam ruang kelas. Salah satu kelebihan off the job
training adalah memberi kesempatan kepada peserta pelatihan untuk belajar
lebih lama tanpa ada gangguan atau interupsi sebagaimana terjadi pada
pelatihan di tempat kerja. kelemahan utamanya adalah apa-apa yang pernah
dipelajari dalam pelatihan belum tentu dapat diterapkan sepenuhnya di
tempat kerja. Hal ini karena ruang kelas jelas bukan tempat kerja; situasi dan
kondisi lingkungan simulasi di luar tempat kerja tidak persis sama dengan
situasi dan kondisi pekerjaan yang sesungguhnya.
5.48 Analisis Kasus Bisnis
b. Tipe pelatihan
Pada dasarnya banyak jenis-jenis pelatihan yang dapat digunakan oleh
organisasi/perusahaan dalam pelatihan dan pengembangan karyawan. Di sini
kita hanya akan mengambil beberapa contoh tipe pelatihan yang umum
digunakan yang bersumber dari Mejia, Balkin, dan Cardy (2007), yaitu
pelatihan keahlian/keterampilan, retraining, cross-functional, tim, kreativitas,
diversitas, dan customer service.
1) Pelatihan keahlian/keterampilan
Untuk menyelenggarakan pelatihan keahlian/keterampilan maka
sebelumnya diperlukan kajian kebutuhan atau kajian kekurangan
keahlian/keterampilan melalui suatu penilaian secara menyeluruh. Dari
kajian tersebut akan menghasilkan tujuan pelatihan yang spesifik. Dari
tujuan yang spesifik tersebut kemudian disusunlah materi pelatihan dan
kriteria penilaian keefektifan pelatihannya. Sebagai contoh, dalam
menghadapi keluhan pelanggan berkaitan dengan jeleknya pelayanan
pelanggan melalui telepon, CEO perusahaan komputer IBM membentuk
tim investigasi yang terdiri dari para manajer menengah dan para pelatih
untuk melakukan investigasi permasalahan pelayanan telepon di
perusahaan tersebut. Hasil survei menunjukkan 2 kategori permasalahan
interaksi telepon, yaitu (a) petugas tidak bisa menggunakan fitur telepon
dengan baik; dan (b) petugas tidak memperlakukan pelanggan secara
profesional. Atas dasar temuan tersebut kemudian dilakukan pembagian
kelompok peserta pelatihan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
“Intensif” dan kelompok “Casual”. Kelompok pelatihan Intensif terdiri
atas para sekretaris dan para operator telepon, sedangkan kelompok
Casual terdiri atas para teknisi, manajer, dan profesional lain. Materi
pelatihan untuk kelompok Intensif meliputi cakupan yang lebih luas
mulai dari perilaku yang diharapkan hingga operasional fitur sistem
telepon secara spesifik. Kelompok Casual karena mereka tidak melayani
telepon secara langsung kepada pelanggan dan kinerja telepon mereka
tidak menghadapi masalah maka materi pelatihannya tidak terlalu dalam
tingkat dasar dan bersifat hiburan. Program pelatihan di perusahaan IBM
tersebut dikatakan cukup berhasil karena pada tahun pertama setelah
program pelatihan dapat meningkatkan tanggapan positif pelanggan IBM
sekitar 10%.
EKMA4478/MODUL 5 5.49
2) Pelatihan retraining
Pelatihan retraining memberi karyawan keterampilan yang mereka
butuhkan untuk mempertahankan kinerja untuk memenuhi tuntutan
perubahan dalam pekerjaan mereka. Sebagai contoh, selancar apa pun
seorang karyawan penjahit di perusahaan garmen dalam menggunakan
mesin jahit tradisional, dia tetap perlu mengikuti pelatihan jika suatu saat
perusahaan berinvestasi dalam mesin-mesin jahit elektrik. Retraining
bukan saja untuk menyiapkan karyawan pada saat ini untuk mencapai
level keahlian tertentu, tetapi juga untuk menyiapkan mereka yang akan
pensiun atau diberhentikan atau mereka yang sedang menganggur.
3) Pelatihan lintas fungsional (cross-functional training)
Pelatihan lintas fungsional mengajari karyawan melakukan pekerjaan di
bidang lain di luar pekerjaan yang ditugaskannya pada saat ini. Sebagai
contoh, rotasi pekerjaan dapat digunakan untuk menyiapkan manajer di
satu fungsi dengan perspektif yang lebih luas daripada yang dimilikinya
saat ini. Bagian/unit tertentu dapat melakukan tukar-menukar personel
untuk jangka waktu tertentu sehingga setiap pegawai atau sejumlah
pegawai dapat memperoleh pemahaman tentang operasional di bagian/
unit yang lain. Perusahaan juga dapat memanfaatkan pelatih sejawat
(peer trainers), yaitu mereka yang berkinerja sangat tinggi untuk
membantu mengembangkan keterampilan karyawan lain dalam
operasional bidang lain.
4) Pelatihan tim
Bagi perusahaan yang beroperasi secara global mengharuskan
pegawainya yang berada di suatu wilayah negara tertentu untuk bekerja
dalam sebuah tim yang solid. Bukan sekadar hidup, tetapi sebagai alat
untuk bertahan dalam persaingan pasar global. Artinya, dalam konteks
seperti itu struktur tim menjadi kebutuhan jangka panjang dan pelatihan
tim dapat menjadi kunci pembuka potensi keberhasilan perusahaan.
Menurut Mejia, Balkin, dan Cardy (2007) pelatihan tim dapat dibagi
menjadi 2 area berdasarkan pada 2 basis operasi tim, yaitu tugas-tugas
konten dan proses-proses kelompok. Tugas-tugas konten berhubungan
langsung dengan sasaran tim, seperti pengendalian biaya dan pemecahan
masalah; sedangkan proses-proses kelompok berkaitan dengan cara-cara
anggota tim berfungsi sebagai sebuah tim. Contohnya, bagaimana
anggota tim berperilaku/bersikap terhadap anggota tim yang lain,
bagaimana caranya mereka memecahkan permasalahan/konflik, dan
seberapa ekstensifnya mereka berpartisipasi dalam tim. Pelatihan tim
5.50 Analisis Kasus Bisnis
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi proses pelatihan akan mengukur keefektifan program
pelatihan. Perusahaan bisa mengukur keefektifan program pelatihan dalam
ukuran uang ataupun nonuang. Apa pun ukurannya, program pelatihan harus
dinilai dengan seberapa baik program tersebut memenuhi kebutuhan yang
telah direncanakan sebelumnya. Contohnya, perusahaan dapat mengevaluasi
suatu program pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi
karyawan, misalnya melalui penilaian terhadap dampaknya pada
produktivitas atau biaya, bukan dalam hal kepuasan karyawan.
Dalam praktiknya, banyak organisasi yang mengabaikan tahap evaluasi
dari program pelatihan yang diselenggarakannya. Jika ini terjadi maka sama
halnya dengan perusahaan melakukan investasi, tetapi tidak peduli terhadap
return dari investasi tersebut. Pada hal perhitungan terhadap pengembalian
investasi akan menentukan besarnya biaya dan manfaat dari program
pelatihan yang pada gilirannya menentukan layak tidaknya suatu program
pelatihan diselenggarakan. Meskipun mengumpulkan data yang diperlukan
dan menentukan waktu untuk pengolahan dan analisis hasil evaluasi program
pelatihan sulit dilakukan, tetapi minimal perusahaan perlu mengestimasi
biaya dan manfaat suatu program pelatihan sehingga atas dasar data tersebut
manajemen memiliki alasan perlu tidaknya suatu program pelatihan tetap
diselenggarakan.
Pada dasarnya, menilai keefektifan suatu program pelatihan lebih dari
sekadar menghitung besarnya biaya dan manfaat. Dalam hal ini, ada
kerangka evaluasi program pelatihan yang telah diterima umum, yaitu
kerangka evaluasi empat tahap (Mejia, Balkin, dan Cardy, 2007). Level 1
mengacu pada reaksi peserta pelatihan. Evaluasi ini mencakup penilaian
terhadap skala kepuasan peserta pelatihan yang menilai seberapa
bahagia/senang peserta pelatihan mengikuti program pelatihan. Level 2
EKMA4478/MODUL 5 5.53
L ATIHAN
2) Sebelum menjawab pertanyaan nomor 2a) dan 2b), Anda terlebih dahulu
harus paham tentang evaluasi empat level, yang terdiri atas reaksi,
belajar, perilaku, dan hasil. Setelah memahami keempat level evaluasi
tersebut Anda baru dapat membandingkannya dengan keenam ukuran
perubahan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan nomor 2c). Anda harus
memahami apa esensi penting dari sebuah ukuran pelatihan yang efektif,
apakah yang memenuhi ukuran finansial atau nonfinansial ataukah
program pelatihan yang mampu mendukung tercapainya tujuan
perusahaan.
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 3
Kasus 1
PT Erison (bukan nama sebenarnya) adalah sebuah perusahaan asuransi
besar yang beroperasi di kota Jakarta. PT Erison didirikan pada tahun 1975
oleh Bapak Erik Santoso, yaitu kakek dari Bapak Joyo Santoso, Direktur
Utama yang saat ini menjabat. PT. Erison menawarkan jasa asuransi lengkap
baik kepada individu maupun kepada perusahaan. Sebagaimana perusahaan
asuransi pada umumnya, PT Erison memusatkan perhatiannya pada bagian
penjualan produknya. Dalam praktiknya, lebih dari separuh karyawannya
terlibat dalam penjualan produk dalam berbagai tingkatan. Oleh karena itu,
aktivitas penjualan menjadi begitu penting bagi PT Erison. Perusahaan rela
mengorbankan banyak waktu, usaha, dan dana untuk pelatihan penjualan.
Kepala Departemen Pelatihan, Bapak Rony Setiawan, secara aktif mencari
teknik-teknik pelatihan yang dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan
perusahaan. Akhir-akhir ini dia mendengar ada sebuah teknik pelatihan baru
yang belum pernah dilihatnya dan nampaknya sangat menjanjikan untuk
diikuti. Dia segera meminta waktu untuk menghadap atasannya, yaitu Ibu
Santy Hardi, Direktur SDM PT Erison untuk mendiskusikan kemungkinan
mengirimkan staf penjualan mengikuti pelatihan teknik penjualan yang baru
tersebut. Diskusi antara Bapak Rony dan Ibu Santy adalah sebagai berikut.
Santy : Silakan masuk Pak Rony. Aku ingin mendengar seperti apa
pelatihan teknik penjualan yang baru tersebut?
Rony : Baik Bu Santy. Sebagaimana Ibu ketahui, saya selalu berusaha
memutakhirkan teknik pelatihan karyawan perusahaan agar tetap
dapat bersaing dengan perusahaan pesaing kita. Beberapa hari
yang lalu saya menerima kiriman pamflet yang menawarkan
sebuah pendekatan baru dalam pelatihan penjualan. Pelatihan
tersebut ditawarkan oleh seorang ahli dari Srilanka bernama
Bagwan Lansig. Rencananya pelatihan dilakukan secara intensif
di sebuah pegunungan selama satu minggu dengan materi
meliputi latihan pengembangan personal, komunikasi, dan
meditasi. Brosur pelatihan dihiasi dengan kesaksian dari para
petugas penjualan yang sukses yang menyatakan telah sangat
terbantu oleh pelatihan tersebut. Saya telah menyiapkan 15 orang
untuk dikirim dalam pelatihan tersebut pada bulan depan.
Namun, sebelum saya menyampaikan ini kepada mereka,
terlebih dahulu saya laporkan kepada Ibu.
5.60 Analisis Kasus Bisnis
Pertanyaan:
1) Betulkah bahwa program pelatihan yang diselenggarakan oleh Pak Rony
untuk PT Erison cenderung ikut-ikutan saja, bukan sesuatu yang
dibutuhkan oleh perusahaan?
2) Bagaimana caranya untuk menghindarkan agar perusahaan tidak menjadi
korban hanya mengikuti mode pelatihan saja?
3) Tolong jelaskan evaluasi program pelatihan efektif yang diminta oleh
Santy kepada Pak Rony!
Kasus 2
Hanya beberapa minggu setelah menyelesaikan program MBA nya dari
universitas terkenal di luar negeri, Andy diterima bekerja di perusahaan
manufaktur, PT Sumargono, dan menjadi peserta pelatihan dalam jabatan staf
departemen sumber daya manusia. Setelah setahun mengikuti pelatihan,
Andy diangkat menjadi asisten direktur pusat pelatihan dan pengembangan di
EKMA4478/MODUL 5 5.61
Pertanyaan:
1. Jelaskan bagaimana Andy merencanakan pelatihan bagi seluruh
karyawan baru di pabrik baru tersebut!
5.62 Analisis Kasus Bisnis
2. Tipe pelatihan apa yang paling tepat diterapkan untuk melatih karyawan
baru di pabrik baru tersebut?
3. Jelaskan tempat pelatihan yang paling tepat untuk melatih karyawan baru
di pabrik baru tersebut!
Tes Formatif 1
Kasus 1
Data matriks transisi dari sebuah perusahaan percetakan yang memuat
urutan kategori jabatan dan proporsi karyawan dalam masing-masing
kategori jabatan pada tahun 2011 sebagai berikut:
2011
No 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Manajer produksi 0,95 0,05
2. Asisten manajer produksi 0,05 0,80 0,15
3. Supervisi pencetakan 0,20 0,75 0,05
4. Tenaga pencetak 0,05 0,50 0,45
5. Tenaga perakitan 0,10 0,75 0,15
6. Klerek 0,10 0,80 0,10
7. Tidak berada dalam 0,00 0,00 0,20 0,40 0,15 0,20
organisasi
Kasus 2
a. Pada saat ini perusahaan piranti lunak mempekerjakan manajer level
menengah sebanyak 1.200 orang dan akan meningkat sekitar 15% pada
tahun berikutnya sehingga total kebutuhan sekitar 1.200 + (1.200 × 15%)
= 1.380 orang. Di sisi lain Indonesia telah menghasilkan 2 ribu lulusan
akademi teknik komputer dan informatika per tahun. Ditambah lagi,
Sekitar dua tahun yang lalu banyak profesional teknik informatika dan
piranti lunak pulang ke Indonesia dari luar negeri. Ini artinya bahwa
pasokan tenaga manajer menengah bidang komputer dan informatika
diperkirakan akan lebih besar dibanding dengan perkiraan kebutuhannya.
b. Untuk mengantisipasi kendala surplus tenaga menengah perusahaan
dapat merencanakan program-program, antara lain pengangkatan tenaga
menengah terbatas dan lebih selektif, program pensiun dini,
perampingan karyawan atau program pengurangan jam kerja.
c. Perusahaan perlu menyusun perencanaan kebutuhan tenaga kerjanya
dengan baik untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dan pasokan
tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkannya.
(Total skor soal nomor 2 adalah 50, dengan alokasi nilai adalah benar seluruh
jawaban butir 2.a skornya 20, benar seluruh jawaban butir 2.b skornya 15,
dan benar seluruh jawaban butir 2.c skornya 15)
Tes Formatif 2
Kasus 1
Berdasarkan data biaya per pengangkatan dari beberapa sumber
rekrutmen dalam tabel berikut ini selanjutnya kita hitung besarnya rasio hasil
masing-masing sumber perekrutan.
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Lamaran yang
300 320 45 750 8000 20
dihasilkan
Tawaran Interviu
175 100 45 400 500 20
Yang diterima
Rasio Hasil (%) 58,33 31,25 100,00 53,33 6,25 100,00
EKMA4478/MODUL 5 5.65
Sumber Perekrutan
Iklan Perusahaan
Universitas Universitas Iklan
Referrals Surat Pencari
Lokal Terkenal Online
Kabar Eksekutif
Pelamar yang
dinyatakan 90 75 30 70 250 15
diterima
Rasio Hasil (%) 51,43 75,00 66,67 17,50 50,00 75,00
Tawaran
pekerjaan yang 90 20 35 25 200 15
diterima
Rasio Hasil (%) 100 26,67 116,67 35,71 80 100
Rasio Hasil
30 6,25 77,78 3,33 2,5 75
Kumulatif(%)
Biaya (Rp 000) 25.000 50.000 15.000 20.000 5.000 90.000
Biaya per
277,78 2500,00 428,57 800,00 25,00 6000,00
pengangkatan ($)
Kasus 2
a. Apakah kekurangan tenaga kerja di pertambangan batu bara dan teknisi
kendaraan pada kasus di atas merupakan masalah jangka pendek ataukah
jangka panjang? Jelaskan!
5.66 Analisis Kasus Bisnis
Tes Formatif 3
Kasus 1
a. Betulkah bahwa program pelatihan yang diselenggarakan oleh Pak Rony
untuk PT Erison cenderung ikut-ikutan saja, bukan sesuatu yang
dibutuhkan oleh perusahaan?
EKMA4478/MODUL 5 5.67
Kasus 2
a. Jelaskan bagaimana Andy merencanakan pelatihan bagi seluruh
karyawan baru di pabrik baru tersebut!
Sesuai kebijakan pimpinan PT Sumargono, untuk mengisi posisi manajer
Level 1 dan Level 2 di 2 lajur pabrik baru nanti yang akan ditransfer
sebanyak 56 anggota manajemen dan staf non manajemen dari 20 pabrik
lain di PT Sumargono. Para manajer Level 1 dan Level 2 serta beberapa
staf nonmanajemen dari pabrik lama direncanakan akan melatih
karyawan baru yang akan direkrut secara bertahap dalam 4,5 tahun.
Tahap I, dalam waktu 6 bulan akan direkrut sekitar 400 karyawan yang
akan ditempatkan di 2 lajur operasi perusahaan. Pelatihan dilakukan
dalam waktu 12 bulan sehingga pada bulan ke-18 mereka diperkirakan
sudah dapat bekerja sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
b. Tipe pelatihan apa yang paling tepat diterapkan untuk melatih karyawan
baru di pabrik baru tersebut?
Untuk menyelenggarakan suatu pelatihan maka sebelumnya perlu
dilakukan kajian kebutuhan atau kajian kekurangan pekerja/calon
pekerja melalui suatu penilaian terhadap pekerja/calon pekerja secara
menyeluruh. Atas dasar hasil kajian tersebut akan kemudian disusunlah
tujuan pelatihan yang spesifik. Dari tujuan yang spesifik tersebut
kemudian disusunlah materi pelatihan dan kriteria penilaian keefektifan
pelatihannya. Berdasarkan kasus di atas kajian kebutuhan pelatihan
tersebut diperoleh dari hasil pelaksanaan tes bagi calon karyawan baru
PT Sumargono. Karena mereka itu karyawan baru maka mereka tentu
belum memiliki keahlian tertentu/spesifik untuk bekerja di pabrik
perakitan mesin PT Sumargono. Dengan demikian, mereka perlu
pelatihan keahlian spesifik sesuai bidang tugas yang akan diembannya.
Artinya, mereka perlu pelatihan keahlian bidang manufaktur perakitan
mesin.
c. Jelaskan tempat pelatihan yang paling tepat untuk melatih karyawan baru
di pabrik baru tersebut!
Sesuai dengan perencanaan awal bahwa mereka akan dilatih oleh para
manajer Level 1 dan Level 2 serta staf nonmanajemen dari pabrik lama
maka tempat paling tepat untuk melaksanakan pelatihan adalah di pabrik
lama tempat di mana para anggota manajemen dan nonmanajemen
tersebut nantinya akan ditransfer ke pabrik baru. Dengan demikian calon
pekerja tersebut dimagangkan di pabrik lama di bawah bimbingan calon
atasan mereka di pabrik baru nantinya.
EKMA4478/MODUL 5 5.69
(Total skor soal nomor 2 adalah 50, dengan alokasi nilai adalah benar seluruh
jawaban butir 2.a dan 2.b skornya masing-masing 20, dan benar seluruh
jawaban butir 2.c skornya 10)
5.70 Analisis Kasus Bisnis
Daftar Pustaka
Gomez-Mejia, L.R, Balkin, D.B. dan Cardy, R.L. (1995). Managing Human
Resource. London: Prentice Hall International.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
Gambar 6.1.
Model Penilaian Kinerja
EKMA4478/MODUL 6 6.7
Mengidentifikasi Sasaran
Spesifik Penilaian Kinerja
Gambar 6.2.
Proses Penilaian Kinerja
b. Perilaku
Perilaku menjadi layak digunakan sebagai kriteria evaluasi/penilaian
kinerja karena jika kita mengakui dan menghargai suatu perilaku tertentu
EKMA4478/MODUL 6 6.9
c. Kompetensi
Pemilihan kompetensi untuk tujuan evaluasi/penilaian kinerja haruslah
kompetensi yang sangat berhubungan erat dengan keberhasilan pekerjaan/
jabatan. Contohnya, berpikir analitis dan berorientasi pada pencapaian
tugas/pekerjaan merupakan kompetensi penting untuk pekerjaan/jabatan
profesional; pengembangan bakat, pendelegasian wewenang, dan
keterampilan mengelola orang merupakan kompetensi yang relevan untuk
pekerjaan/jabatan pemimpin. Menurut hasil penelitian yang diadakan oleh
Universitas Sekolah Bisnis Michigan (University of Michigan Business
School) dinyatakan bahwa untuk dapat berhasil dalam manajemen SDM
tergantung pada kompetensi dan keterampilan khusus dalam 5 area berikut.
(Mondy, 2008)
1) Kontribusi Strategik. Mengaitkan perusahaan dengan pasarnya dan
dengan cepat mengarahkan perilaku karyawan searah dengan tujuan
organisasi.
2) Pengetahuan Bisnis. Mengetahui bagaimana arah perjalanan bisnis dan
menerjemahkan ke dalam tindakan.
3) Kredibilitas Personal. Menunjukkan nilai yang terukur; menjadi bagian
dari tim eksekutif.
4) Penyelenggaraan SDM. Efisien dan efektif memberikan pelayanan
kepada pelanggan di bidang kepegawaian, manajemen kinerja,
pengembangan, dan evaluasi.
5) Teknologi SDM. Penggunaan teknologi dan peralatan yang berbasis
jaringan untuk menghantarkan nilai kepada pelanggan.
6.10 Analisis Kasus Bisnis
d. Pencapaian sasaran
Pencapaian sasaran menjadi faktor yang layak untuk dievaluasi/dinilai,
jika perusahaan mempertimbangkan bahwa hasil akhir lebih penting daripada
proses. Menurut Mondy (2008), hasil akhir yang akan dievaluasi tersebut
harus berada dalam kontrol individu karyawan atau tim kerja dan harus
membawa kepada keberhasilan perusahaan. Di tingkat atas, tujuan mungkin
berhubungan dengan aspek keuangan perusahaan, seperti laba atau arus kas,
dan pertimbangan pasar seperti bagian atau posisi pasar perusahaan di pasar
industri. Di tingkat bawah, tujuan yang dievaluasi mungkin kemampuan
memenuhi persyaratan kualitas dan menyampaikan kepada pelanggan sesuai
dengan jadwal yang telah dijanjikan.
e. Meningkatkan potensi
Ketika perusahaan menyelenggarakan evaluasi/penilaian kinerja
karyawan banyak kriteria yang digunakan berfokus pada masa lalu. Data
evaluasi/penilaian hanya menjadi dokumen historis, sedangkan data historis
(masa lalu) tidak dapat diubah. Pada hal, perusahaan harus berfokus pada
masa yang akan datang, termasuk di dalamnya adalah perilaku dan hasil yang
dibutuhkan untuk mengembangkan karyawan atau kalau dalam proses adalah
mencapai sasaran perusahaan. Untuk itulah, diperlukan evaluasi/penilaian
potensi karyawan.
mencatat seberapa sering berbagai macam perilaku yang telah tersusun pada
formulir penilaian terjadi/muncul. Skala penilaian yang digunakan sebagai
dasar penilaian keperilakuan dikembangkan dengan menggunakan teknik
insiden kritis. Keunggulan utama dari pendekatan keperilakuan ini adalah
standar kinerjanya nyata jelas. Skala keperilakuan dihasilkan secara bersama-
sama antara karyawan yang dinilai dengan atasan sehingga memungkinkan
daya terima dan pemahaman terhadap sistem penilaian menjadi tinggi. Di
samping itu, skala perilaku juga memberikan contoh-contoh spesifik
mengenai jenis perilaku tertentu untuk dicontoh karyawan jika mereka ingin
mendapatkan penilaian kinerja dan umpan balik dengan baik. Tabel 6.1
adalah contoh skala penilaian keperilakuan untuk pekerjaan/jabatan
manajerial.
Tabel 6.1.
Contoh Skala Pengukuran Berdasarkan Keperilakuan
Tabel 6.2.
Kelebihan dan Kelemahan beberapa Pendekatan Penilaian Kinerja
dari Aspek Kegunaan Administrasi, Kegunaan Pengembangan, dan
Pembelaan secara Legal
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
Kasus 1
Akhirnya selesai juga, pikir Tom, ketika ia menyelesaikan dua belas
formulir kinerja terakhir. Itulah minggu-minggu yang sibuk buat Tom,
supervisor pemelihara jalan raya PT Seno Aji.
Ceritanya begini. Bupati (yang beberapa hari lalu lewat jalan itu) telah
menyampaikan keluhan kepada pengawas jalan wilayah bahwa masih ada
beberapa ruas jalan raya yang masih belum beres dan perlu diperbaiki.
Karena alasan itulah pengawas wilayah menugaskan Tom dan krunya
mengerjakan pekerjaan yang cukup berat, tidak seperti biasanya. Ketika
sedang mengerjakan tugas pekerjaan dari pengawas wilayah itu, Tom diberi
tahu oleh bagian personalia perusahaan bahwa penilaian kinerja untuk anak
buahnya telah terlambat masuk ke bagian personalia. Meskipun Tom telah
menyampaikan mengenai kesibukan dia dan krunya pada saat itu, bagian
personalia tetap ngotot minta form penilaian kinerja tersebut harus segera
diisi dan diserahkan ke bagian personalia.
Kembali ke masalah penilaian, mengingatkan Tom kepada beberapa
anak buahnya. Formulir penilaian kinerja memberikan penilaian tentang
aspek kuantitas kerja, kualitas kerja, dan kerja sama. Pada setiap aspek
penilaian, pekerja harus diberi nilai apakah berkinerja luar biasa, bagus,
biasa-biasa saja, di bawah rata-rata atau tidak memuaskan. Oleh karena anak
buahnya nya telah menyelesaikan seluruh tugas pekerjaan yang ekstra berat
dalam seminggu ini maka Tom memberi nilai kinerja kepada setiap orang
adalah luar biasa untuk aspek kuantitas kerja. Tetapi, Tom menilai Bram
berkinerja biasa-biasa saja untuk aspek kerja sama. Hal ini karena Bram
dinilai telah mempermasalahkan salah satu keputusannya dalam seminggu
ini. Ketika itu Tom telah memutuskan untuk menambal sebuah lobang di
salah satu bagian jalan, tetapi menurut Bram bahwa bagian jalan yang akan
ditambal itu permukaannya harus dipecahkan terlebih dahulu barulah
ditambal. Tom tidak memasukkan masalah tersebut dalam catatan penilaian
kinerja Bram.
Di samping itu, Tom juga merasa bersalah jika mengingat Robert. Dia
tahu bahwa dia telah mengabaikan Robert yang telah berjasa kepada dia.
Tom sadar Robert akan marah jika dia dinilai lebih rendah dari pekerja yang
6.20 Analisis Kasus Bisnis
lain. Akibatnya, untuk menghindarkan konfrontasi maka dia nilai sama untuk
semua pekerja. Tom sadar bahwa ini merupakan beban mental yang berat
baginya dan akan menjadi masalah selama dia di situ.
Pertanyaan:
1) Jelaskan apa yang salah pada Tom dalam melaksanakan penilaian kinerja
bawahannya?
2) Jelaskan apa yang salah pada sistem penilaian kinerja perusahaan Tom?
Kasus 2
PT Wisantoko, adalah perusahaan listrik swasta di daerah Tangerang,
Banten, sedang menghadapi kesulitan dengan sistem penilaian kinerjanya.
Sistem penilaian kinerja karyawan pabriknya telah ada kira-kira 15 tahun
yang lalu didesain oleh kepala bagian administrasi, yaitu seorang tenaga
klerk yang karena berprestasi dipromosikan di posisi itu tanpa diberi
pelatihan terlebih dahulu tentang pengelolaan sumber daya manusia. Saat ini,
semua karyawan operasional dievaluasi kinerjanya sekali setahun oleh
supervisornya dengan menggunakan formulir tersebut di bawah ini.
Instruksi Umum:
Formulir ini harus dibuat rangkap tiga, dan harus diketik rapi atau ditulis
tangan. Setelah diisi oleh supervisor dari karyawan yang bersangkutan,
serahkan formulir yang telah terisi tersebut kepada atasan supervisor untuk
direviu. Selanjutnya, beri tahukan kepada karyawan bersangkutan tentang
nilai kinerjanya, untuk ditandatangani. Tanda tangan karyawan pada formulir
penilaian kinerja tersebut tidak serta-merta menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah setuju terhadap nilai kinerja yang diberikan oleh
atasannya. Selanjutnya, kirim lembar I formulir yang telah terisi secara
lengkap tersebut ke kantor SDM, lembar II ke karyawan yang bersangkutan
untuk disimpan, lembar III ke supervisor.
Berkas hasil penilaian kinerja karyawan setiap tahunnya disimpan di file
masing-masing karyawan di Bagian SDM. Pada saat masa promosi karyawan
tiba, nilai kumulatif karyawan akan digunakan sebagai bahan pertimbangan.
Dalam praktiknya, data nilai kinerja karyawan tersebut tidak banyak
digunakan, kecuali untuk keperluan promosi dan penetapan upah/gaji.
Perasaan karyawan mengenai sistem penilaian kinerja berkisar dari rasa
ketidakacuhan hingga persaingan yang semu. Suatu survei kecil-kecilan
secara informal 2 tahun yang lalu menunjukkan bahwa supervisor
menghabiskan waktu rata-rata 3 menit untuk mengisi formulir dan kurang
dari 10 menit mendiskusikan hasilnya dengan karyawan.
Mengingat masalah lain di dalam manajemen SDM dan muncul
kekhawatiran terhadap persoalan legalitas dari sistem penilaian kinerja
menyebabkan pimpinan perusahaan mempertimbangkan menyewa
profesional SDM yang telah berpengalaman untuk mengupgrade seluruh
sistem SDM perusahaan. Anda salah satu kandidat untuk tugas tersebut.
Pertanyaan:
1) Berikan penilaian tentang kelemahan dari sistem penilaian kinerja saat
ini.
2) Berikan saran tentang caranya memperbaiki/meningkatkan sistem
penilaian yang ada saat ini.
3) Berikan langkah-langkah yang akan Anda lakukan untuk memastikan
bahwa sistem baru tersebut akan diterima oleh pimpinan perusahaan.
6.22 Analisis Kasus Bisnis
Kegiatan Belajar 2
Bobi dan Alen, keduanya adalah supervisor pada Bank Amerika, sedang
menikmati kopi pagi sambil mengobrol di lounge karyawan. Bobi
berkata, “Saya mulai mengalami frustrasi. Ketika saya bergabung
dengan Bank ini empat tahun yang lalu, saya yakin karier saya akan
bagus di sini. Sekarang saya menjadi tidak yakin. Saya telah berbicara
dengan Boss minggu lalu tentang kemungkinan jabatan apa yang akan
saya pegang tahun depan. Dia hanya menjawab, bahwa ada tersedia
banyak kemungkinan yang dapat diberikan kepada saya. Padahal saya
pingin penjelasan lebih dari itu. Saya ingin tahu peluang jabatan yang
lebih spesifik yang tersedia untuk saya jika saya meneruskan pekerjaan
baik saya saat ini. Saya terus terang tidak yakin jika saya tetap ingin
berada pada karier saya saat ini. Saya tahu kami telah memotong
beberapa tingkatan manajemen dalam beberapa tahun terakhir, tapi
mungkin ada kesempatan yang lebih baik lagi untuk memajukan
pengetahuan saya di bidang lain. Ini kan perusahaan besar”.
Karier adalah arah umum yang dipilih oleh seseorang dalam mengejar
keseluruhan kehidupan kerjanya, sedangkan perencanaan karier adalah suatu
proses di mana dalam proses tersebut seseorang merancang sasaran kariernya
dan mengidentifikasi alat dan cara-cara untuk mencapai sasaran tersebut
(Mondy, Noe, dan Premeaux, 1996). Fokus utama perencanaan karier adalah
pada proses mengakurkan/mencocokkan antara sasaran individu dengan
peluang yang nyata-nyata tersedia. Kata “peluang yang nyata-nyata tersedia”
ini harus digaris bawahi karena dalam kenyataannya sering kali banyak
perubahan yang terjadi pada struktur jabatan dalam organisasi pada saat ini.
Banyak jabatan-jabatan yang dahulu ada sekarang telah dikurangi atau
diganti dengan jabatan lain sehingga tidak membuka peluang untuk kenaikan
jabatan seperti yang diharapkan. Di sisi lain, dapat dinyatakan bahwa hampir
tidak pernah ada posisi pada level atas yang cukup jumlahnya untuk
menampung setiap mobilitas ke atas bagi setiap individu dalam organisasi.
Atas dasar itu maka perencanaan karier harus dimaknai sebagai pencapaian
keberhasilan secara psikologis yang tidak “selalu” harus memerlukan
kenaikan jabatan.
Karier individu tidak boleh terpisah atau berbeda dengan karier
organisasional. Karyawan yang perencanaan kariernya tidak sejalan/
mengikuti karier organisasi maka cepat atau lambat dia pasti akan pergi
meninggalkan organisasi. Demikian juga, apabila peluang karier tidak
EKMA4478/MODUL 6 6.25
1. Tahap Kehidupan
Kehidupan seseorang akan mengalami pertumbuhan secara konstan
tahap demi tahap. Demikian pula dalam kehidupan kerjanya, seseorang juga
mengalami perubahan dan pertumbuhan. Perubahan dan pertumbuhan dalam
kehidupan kerja seseorang itulah yang dimaksud dengan karier. Menurut
teori, setiap individu akan melihat kariernya secara berbeda pada setiap tahap
pertumbuhan kehidupan kerjanya. Perbedaan dalam cara melihat tersebut
dipengaruhi oleh faktor proses penuaan (perkembangan usia) dan peluang
untuk tumbuh serta status. Tahap dasar kehidupan kerja seseorang
digambarkan sebagai berikut.
Pada Gambar 6.3 dapat dilihat bahwa tahap pertama, dalam kehidupan
kerja seseorang adalah pembentukan identitas. Tahap ini dicapai sekitar usia
20 tahun, di mana seseorang sedang melakukan eksplorasi terhadap alternatif
kariernya dan secara bertahap pindah ke alam dewasa. Tahap kedua,
pertumbuhan dan memperoleh kedudukan dalam karier terjadi pada usia awal
30-an hingga usia 40-an. Pada kurun waktu ini seseorang mulai menemukan
pekerjaan dan mulai menyusun jalur kariernya. Tahap ketiga, tahap
pemeliharaan dan penyesuaian secara mandiri. Tahap ini umumnya terjadi
pada usia 50 tahun ke atas. Pada tahap ini ada kemungkinan seseorang
6.26 Analisis Kasus Bisnis
PEMBENTUKAN IDENTITAS
PENURUNAN
Gambar 6.3.
Tahap Kehidupan Kerja
2. Jangkar Karier
Edgar Schein menemukan 5 motif berbeda yang mendasari cara-cara
orang memilih dan mempersiapkan kariernya yang disebut dengan jangkar
karier (Mondy, Noe, dan Premeaux, 1996). Kelima jangkar karier tersebut
adalah sebagai berikut.
EKMA4478/MODUL 6 6.27
3. Lingkungan
Perubahan lingkungan kerja yang sangat cepat pada akhir-akhir ini
mempengaruhi perencanaan karier seseorang. Terjadinya perampingan di
beberapa negara, misalnya menyebabkan pekerja dan manajer sama-sama
mengalami penggantian secara masal. Oleh karena itu, bagi sebagian pekerja
dalam lingkungan yang cepat berubah, perencanaan karier akan mencakup
perencanaan tentang cara-cara untuk mempertahankan pekerjaan yang pada
saat ini dipegangnya.
1. Neraca Kekuatan/Kelemahan
Prosedur ini awalnya dikembangkan oleh Benjamin Franklin (Mondy
dan Noe,1996) yang ditujukan untuk membantu karyawan agar menyadari
kekuatan dan kelemahannya. Karyawan yang mengetahui akan kekuatannya
dapat menggunakannya untuk memaksimumkan keunggulannya, sedangkan
karyawan yang mengetahui kelemahannya dapat menghindari penggunaan
dari kelemahannya tersebut. Dengan mengetahui kelemahannya, karyawan
berada pada posisi yang lebih baik karena dapat mengatasi kelemahan
tersebut. Sikap ini dapat diringkas dengan suatu ungkapan “jika kita memiliki
suatu kelemahan maka pahamilah kelemahan itu baik-baik dan buatlah
kelemahan itu menjadi kekuatan kita”. Sebaliknya, “kita mempunyai suatu
kekuatan maka jangan salah dalam menggunakannya sehingga pada suatu
titik tertentu ia malah menjadi kelemahan kita”.
Untuk menggunakan neraca kekuatan/kelemahan, seseorang perlu
menyusun daftar kekuatan dan kelemahan sesuai yang dipersepsikannya.
Mekanisme untuk menyiapkan neraca tersebut cukup sederhana, yaitu
dimulai dengan membuat garis ke bawah di tengah-tengah selembar kertas.
Kemudian, di sebelah kiri diberi label kekuatan dan di sebelah kanan
kelemahan. Catat semua persepsi mengenai kekuatan dan kelemahan. Ingat
bahwa tidak ada satu pun orang yang perlu tahu hasilnya. Hanya yang perlu
diperhatikan adalah jujurlah terhadap diri sendiri. Contoh neraca kekuatan/
kelemahan nampak pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3.
Contoh Neraca Kekuatan/Kelemahan
Kekuatan Kelemahan
a. Bekerja baik dengan orang lain a. Sangat dekat hanya kepada beberapa
b. Suka diberi tugas dan melaksanakan- orang
nya dengan caranya sendiri b. Tidak menyenangi supervisi secara tetap
c. Manajer yang baik bagi karyawan c. Tidak mudah berteman dengan individu
d. Pekerja keras yang masuk klasifikasi superior
e. Dipandu dengan contoh d. Sangat halus perasaannya
f. Orang menghormati saya sebagai e. Sering mengatakan sesuatu tanpa
6.30 Analisis Kasus Bisnis
Kekuatan Kelemahan
orang yang adil dan tidak memihak menyadari konsekuensinya
g. Memiliki energi yang sangat besar f. Tidak mau mencari kesibukan ketika tidak
h. Berfungsi baik dalam lingkungan yang ada pekerjaan
aktif g. Tidak mau aktif. Selalu ingin yang bersifat
i. Relatif memiliki pemikiran yang konstan
terbuka h. Tidak dapat terus-menerus di tempat
j. Merasa nyaman dalam melakukan duduk selama waktu kerja
hubungan dengan orang-orang i. Pemberontak meskipun dalam hati
pembisnis level atas j. Kadang-kadang grogi dalam lingkungan
k. Suka bermain politik (dapat juga yang baru
merupakan kelemahan) k. Memiliki teman sejati yang sedikit
l. Melakukan suatu pekerjaan jika l. Tidak mudah puas, tapi berpura-pura puas
sudah terdefinisi secara baik m. Orang lain melihat saya sebagai orang
m. Sangat baik dalam mengorganisasi yang tidak stabil
waktu karyawan n. Bercerai
n. Punya kepribadian yang ramah tidak o. Bukan perencana yang bagus untuk
pemalu jangka pendek
o. Menaruh perhatian kepada orang p. Tidak bisa sabar. Ingin segala sesuatu
yang perhatian kepada saya (dapat serba cepat
juga merupakan kelemahan) q. Tidak suka detail
p. Sangat empati kepada orang lain r. Tidak dapat bekerja baik dalam suatu
q. Bekerja sangat bagus jika bekerja lingkungan di mana saya hanya sebagai
sama dengan orang lain bagian saja
Sumber: Mondy, R. W. dan Noe, R. M. (1996).
Tabel 6.4.
Contoh Survei Perasaan Suka-Tidak Suka
Salah satu masalah bagi karyawan yang bercita-cita meniti jenjang karier
secara vertikal adalah karier mentok. Karier mentok terjadi karena tidak
adanya peluang promosi ke jenjang jabatan yang lebih tinggi bagi karyawan
pada perusahaan yang bersangkutan. Artinya, karyawan tetap berada pada
fungsi jabatan dan substansi pekerjaan yang sama. Karier mentok sering
terjadi sebagai akibat dari adanya perampingan organisasi, pemendekan
struktur organisasi menjadi lebih rata (flat), dan membanjirnya angkatan
kerja pada suatu masa tertentu. Dengan meningkatnya wanita dan kelompok
minoritas ke dalam pasaran kerja serta melimpahnya jumlah orang yang
memiliki latar belakang pendidikan yang sama bersaing memperebutkan
promosi jabatan yang jumlahnya terbatas akan menghadirkan karier mentok
sebagai tantangan baru dalam perencanaan dan pengembangan karier.
Untuk menghadapi masalah karier mentok ini, salah satu pendekatan
yang mungkin adalah adanya kemauan individu untuk bergerak secara lateral
dalam struktur organisasi. Meskipun secara status dan gaji tidak mengalami
perubahan, dalam pergerakan secara lateral memungkinkan karyawan untuk
mengembangkan keahlian baru. Bagi perusahaan, untuk mendorong
karyawan bersedia melakukan pengembangan karier secara lateral dapat
menggunakan sistem pengupahan berbasis keahlian, yaitu sistem pengupahan
dengan melihat jenis dan jumlah keahlian yang berhasil dimiliki oleh seorang
karyawan. Pendekatan lain adalah pengayaan jabatan. Dengan pendekatan ini
karyawan diberi penghargaan melalui peningkatan tantangan pekerjaan,
memberikan pekerjaan yang lebih bernilai, dan membuat karyawan merasa
telah menyelesaikan pekerjaan yang lebih besar.
6.34 Analisis Kasus Bisnis
L ATIHAN
Kasus 1
“Dapatkah kamu datang di kantorku beberapa menit lagi Bob?” pinta
Ferry, manajer pabrik, kepada Boby. “Tentu, aku akan segera ke situ” jawab
Boby. Boby adalah direktur pengendalian kualitas pabrik. Dia telah bekerja
di perusahaan selama 4 tahun. Setelah menyelesaikan S1-nya di teknik
mekanik, dia bekerja sebagai supervisor produksi, kemudian pindah menjadi
supervisor pemeliharaan, dan baru ke jabatannya yang sekarang ini. Boby
telah menduga tentang apa yang akan dibicarakan oleh Pak Ferry.
“Surat pengunduran dirimu telah mengejutkan saya”, kata Ferry
membuka percakapan. “Aku tahu bahwa PT Diamond akan mendapatkan
orang terbaik, tetapi kami masih memerlukan Anda di sini.” “Saya telah
memikirkannya masak-masak”, kata Boby, “tetapi nampaknya tidak ada
masa depan saya di sini”. “Kenapa kamu berkata begitu?” tanya Ferry.
“Posisi berikutnya di atas saya adalah Anda, sedangkan Anda sekarang baru
berusia 37 tahun, saya tidak yakin Anda segera akan meninggalkan
jabatanmu itu dalam waktu dekat”, kata Boby. Akan tetapi, Bob, kata Ferry
“Faktanya saya akan segera meninggalkan jabatan saya ini”. “Itulah mengapa
saya menjadi sangat kaget mengetahui bahwa Anda ingin mengundurkan diri.
Saya berencana akan pindah ke kantor besar Juni tahun depan. Perlu Anda
ketahui, perusahaan memiliki beberapa pabrik yang lebih besar dari ini, dan
dari waktu ke waktu kami akan butuh orang-orang baik untuk ditempatkan di
pabrik-pabrik itu, baik dalam kontrol kualitas maupun manajemen umum”.
“Betul Fer, memang saya juga pernah mendengar adanya pembukaan pabrik
di Jawa Timur pada tahun lalu” kata Boby, “tetapi ketika saya cek,
jabatannya telah ada yang mengisi. Kami sebelumnya tidak pernah tahu
bahwa ada kesempatan jabatan di pabrik lain hingga suatu saat kami
membaca di salah satu laporan perusahaan mengenai pemegang jabatan itu.
“Bob, semua itu tentunya di luar yang saya sampaikan saat ini. Lalu apa
yang perlu saya lakukan untuk membuatmu berubah pikiran?” kata Ferry.
“Saya belum punya niat akan mengubah pikiran saya sekarang ini” jawab
Boby, “karena saya telah mengatakan kepada PT Diamond bahwa saya akan
bergabung.”
EKMA4478/MODUL 6 6.35
Pertanyaan:
1) Jelaskan tentang program perencanaan dan pengembangan karier pada
perusahaan di atas.
2) Apa tindakan perusahaan untuk mencegah terjadinya pengunduran diri,
seperti yang dilakukan oleh Boby?
Kasus 2
Jefri merasa nervous ketika diantar oleh sekretaris memasuki ruang
direktur perusahaan PT Simon. Di ruangan itu dia menghadapi Alip, manajer
SDM, dan Gunadi, wakil direktur. Jefri merasa tersanjung ketika Gunadi
berdiri menyalaminya. “Saya akan membuat pertemuan singkat ini
menyenangkan” kata Gunadi. “Barangkali kamu telah mendengar bahwa Pak
Alip merencanakan berhenti pada tahun depan. Untuk mempersiapkan
adanya perubahan staf, kami akan memindahkan kamu menjadi asisten Pak
Alip agar mendapatkan pengalaman melalui pelatihan lintas unit.” “Kenapa
saya, Pak” jawab Jefri. “Saya kan koordinator pembelian barang. Saya belum
pernah bekerja di bidang SDM” kata Jefri selanjutnya.
“Kami telah lama memperhatikan kamu baik-baik” kata Gunadi. “Secara
pribadi saya telah melihat kualifikasi kamu. Menurut pandangan saya, kamu
bisa melakukan pekerjaan itu. Saya sengaja memasukkan orang dari luar
bidang SDM agar dapat membawa suasana dan perspektif baru di bidang
SDM” lanjut Gunadi. Kemudian Gunadi minta Jefri membicarakan masalah
itu dengan Alip karena dia mau menghadiri rapat di tempat lain. Ketika
Gunadi menjabat tangan Jefri dia berkata “Kami akan mengoordinasikan
proses kepindahanmu dari Bagian Pembelian agar semuanya berjalan lancar.”
Jefri berusia 32 tahun dan telah bekerja di PT Simon selama 6 tahun. Dia
lulus S1 Administrasi Bisnis di salah satu universitas negeri terkenal dengan
mengambil konsentrasi bidang perilaku organisasi. Akan tetapi, selama ini
dia bekerja di bagian pembelian. Setelah sukses sebagai petugas pembelian,
dia dipromosikan sebagai koordinator pembelian yang bertanggung jawab
mensupervisi sepuluh tenaga pembeli dan beberapa tenaga klerek.
Jefri sangat menghargai perusahaan, khususnya di Bagian Produksi yang
sangat banyak berhubungan dengan bagian pembelian. Manajer produksi
sangat terbuka kepada Jefri sebagai tanda penghargaan kepadanya. Jefri
selalu meluangkan waktu untuk mengenal bagian dan pegawai lain seperti di
bagian keuangan dan riset. Tujuan dari semua jalinan hubungan baik dengan
bagian lain tersebut untuk membantu kelancaran tugasnya di bagian
6.36 Analisis Kasus Bisnis
pembelian. Dia tidak tahu harus mengatakan apa ketika ditawari untuk
memegang jabatan di bagian SDM.
Pertanyaan:
Apakah langkah-langkah wakil direktur mengangkat Jefri menjadi
manajer SDM sudah tepat? Jelaskan!
Kasus 1
Pada Kasus 1, Anda harus mencermati tentang program perencanaan dan
pengembangan karier karyawan apakah memang sudah dibuat oleh
perusahaan dengan baik. Jika sudah ada apakah juga sudah diterapkan
dengan baik. Dengan mengetahui kondisi perencanaan dan pengembangan
karier perusahaan maka kita dapat menilai tentang perencanaan dan
pengembangan karier perusahaan. Kedua, untuk menghindari keinginan
sebagian karyawan yang potensial pindah ke tempat lain, perusahaan perlu
menjamin karier mereka yang memiliki potensi untuk perkembangan dengan
baik dan berkinerja dengan baik. Tanpa adanya kejelasan karier mereka di
masa mendatang untuk orang-orang semacam itu, jangan diharapkan mereka
akan menghargai perusahaan dan tinggal berlama-lama dengan perusahaan.
Kasus 2
Untuk menjawab pertanyaan Kasus 2 ini, Anda harus kembali
memperhatikan sistem pengembangan karier yang diterapkan di perusahaan.
Landasan filosofis pimpinan dalam mengangkat pejabat perusahaan dan
kualifikasi yang dituntut untuk menjabat suatu jabatan. Berdasarkan data
pada Kasus 2, perusahaan memiliki sistem pengembangan karier yang sudah
bagus. Karyawan meniti karier sesuai jalurnya. Namun, untuk level-level
tertentu perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menempatkan pejabat
lintas bidang. Dalam kasus ini, perusahaan tidak boleh begitu saja
menempatkan orang di tempat berbeda tersebut tanpa adanya penyesuaian
atau prakondisi sebelumnya. Di sinilah nampak kelebihan pimpinan
PT Simon, sebelum mengangkat Jefri menjadi manajer SDM dilakukan
pelatihan pengalaman lintas bidang agar perpindahan Jefri ke bidang SDM
tidak menimbulkan gejolak. Di samping proses perpindahan tertata rapi, juga
persyaratan atau kualifikasi personal juga diperhatikan. Latar belakang
pendidikan juga menjadi pertimbangan dan yang tak kalah pentingnya,
EKMA4478/MODUL 6 6.37
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
Kasus 1
Tahap penilaian pada kegiatan pengembangan karier telah dipahami
sebagai tugas pekerjaan suatu organisasi. Namun dalam perkembangannya,
keseluruhan proses pengembangan karier telah bergeser menjadi tanggung
jawab karyawan, tidak terkecuali kegiatan penilaian.
Telah banyak instrumen penilaian telah dikembangkan oleh industri,
asosiasi profesi, dan perusahaan untuk membantu karyawan dalam usahanya
mengembangkan karier. Contohnya, asosiasi akuntansi telah mengembang-
kan alat penilaian pribadi berbasis jaringan yang mencakup benchmark dan
rencana tindak untuk memajukan karier. Contoh lain, alat penilaian pribadi
kompetensi yang digunakan oleh profesi akuntansi mulai dari mahasiswa
hingga manajer. Ada juga penilaian secara online yang meliputi penilaian
mengenai atribut personal, kualitas kepemimpinan, perspektif bisnis luas, dan
spesialisasi fungsional. Hasilnya meliputi personalisasi rencana
pengembangan karier.
Di Eropa, ada yang disebut program akreditasi teknisian otomotif.
Program ini dikembangkan oleh kemitraan perusahaan BMW, Chrysler,
Ford, Hertz, dan Toyota yang mengukur pengetahuan di bidang-bidang AC,
sistem pengereman, sistem elektronik mesin, dan sistem transmisi. Program
ini memungkinkan para teknisi untuk menilai keahlian mereka dan rencana
aktivitas pengembangan.
Pertanyaan:
1) Beberapa alat penilaian di atas, meletakkan tanggung jawab penilaian
pada karyawan. Setujukah Anda jika karyawan memperoleh tanggung
jawab lebih besar dalam proses penilaian diri dalam rangka perencanaan
dan pengembangan karier?
2) Jelaskan keuntungan bagi karyawan dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri.
3) Jelaskan 2 alat penilaian diri selain yang telah disebutkan dalam Kasus
Formatif 1 di atas.
EKMA4478/MODUL 6 6.39
Kasus 2
Yudi adalah karyawan berusia 35 tahun yang bekerja di PT Necis yang
berkantor pusat di Jakarta. Dia menceritakan penilaiannya tentang
pengembangan karier. Pekerjaan saya sekarang adalah bekerja dengan
seorang insinyur program desain piranti lunak, yaitu Sistem Desain Pabrik
(SDP). Program ini digunakan untuk membuat model 3 dimensi dari
penyulingan kimia petroleum. Saat ini program SDP berkembang pesat dan
keahlian pada program ini diminati banyak industri. Sistem SDP telah
tumbuh menjadi sistem desain utama yang paling diminati oleh pelanggan.
Seorang perancang akan kesulitan mencari pekerjaan jika tidak menguasai
atau tidak bisa menjalankan sistem SDP. Sayangnya banyak perancang
menjadi kehilangan kreativitasnya. Mereka tidak dapat melihat lagi
kebutuhan keahlian baru. Mereka merasa dengan pengalamannya yang telah
bertahun-tahun tidak lagi perlu keahlian komputer. Mereka pikir bahwa
komputer tidak mungkin menggeser papan gambar. “Perusahaan tidak akan
mengganti saya karena mereka butuh saya, dan saya sudah sangat
berpengalaman” pikir mereka. Di lain pihak beberapa perancang menyadari
pentingnya belajar teknologi baru. “Penting bagi saya untuk selalu
meningkatkan nilai saya bagi perusahaan” pikir mereka. “Kampus saya selalu
terbuka untuk saya. Itu artinya meminta saya untuk selalu belajar. Saya harus
selalu berlatih dan terus berlatih mempelajari sistem baru” kata mereka.
Menurut mereka meningkatkan keahlian tidak akan sia-sia. Mereka
menyadari betapa cepatnya perubahan industri. Keahlian yang telah mereka
peroleh atau pelajari dan tidak pernah akan digunakan merupakan alasan kuat
bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan.
Para pekerja saat ini harus melakukan apa saja untuk mendapatkan
pelatihan yang dibutuhkan guna mempertahankan pekerjaannya. Salah satu
yang dapat dikerjakan adalah kembali ke kampusnya atau pindah ke
perusahaan lain agar memperoleh pelatihan. Sangat sedikit perusahaan yang
bersedia mengorbankan waktu dan dananya untuk kepentingan karyawannya
mengikuti seluruh pelatihan yang dibutuhkan. Setiap orang harus menyadari
apakah dia mau tetap hidup seperti sekarang atau tertinggal di belakang.
Pertanyaan:
1) Jangkar karier apa yang menjadi fokus perhatian Yudi?
2) Apakah Anda setuju ungkapan ”meningkatkan keahlian tidak akan sia-
sia” jelaskan.
6.40 Analisis Kasus Bisnis
Kegiatan Belajar 3
Selama setahun terakhir ini Robert telah diberi tahu adanya erosi dalam
atmosfer kekeluargaan di Volvox dan meningkatnya karyawan yang tidak
puas. Pernah terjadi dalam satu minggu saja ada tiga pengaduan
berkaitan dengan penggajian. Robert curiga bahwa itu merupakan
puncak dari sebuah gunung es. Pengaduan pertama datang dari
pengembangan piranti lunak, yang telah 4 tahun bekerja di Volvox. Dia
kesal bahwa pengembang lain yang baru saja diangkat menerima gaji
lebih tinggi 10 persen dari yang dia terima. Dijelaskan oleh Robert
bahwa gaji awal untuk pengembang baru tersebut memang dibutuhkan
untuk menarik programer yang sangat berpengalaman dari perusahaan
lain di saat pasar tenaga kerja bersaing sangat ketat.
Di samping ketiga orang di atas, ada satu lagi teknisi berusia 50 tahun
yang akan siap diberhentikan karena kinerjanya yang buruk,
mengajukan gugatan diskriminasi usia kepada perusahaan dengan alasan
perusahaan telah menggantinya dengan pengganti yang lebih tua dari
dirinya.
A. PENGERTIAN KOMPENSASI
B. PENENTUAN KOMPENSASI
Pendapatan yang saya < Pendapatan yang diterima : Tidak adil (Sistem pengupahan
peroleh pihak lain dipandang tidak adil)
Input yang saya berikan Input yang diberikan pihak
lain
Pendapatan yang saya > Pendapatan yang diterima : Tidak adil (Sistem pengupahan
peroleh pihak lain dipandang tidak adil)
Input yang saya berikan Input yang diberikan pihak
lain
deskripsi jabatan yang ada pada saat ini. Jika deskripsi jabatan tidak ada
maka perlu dilakukan analisis jabatan untuk menyusun deskripsi jabatan yang
baru. Proses berikutnya mengidentifikasi faktor atau faktor-faktor yang akan
digunakan untuk menentukan nilai dari jabatan yang berbeda-beda terhadap
organisasi. Beberapa faktor yang sering digunakan adalah pengetahuan,
keahlian, usaha, tanggung jawab, dan kondisi kerja. Pada umumnya, program
evaluasi jabatan konvensional merupakan variasi atau kombinasi dari
4 metode dasar, yaitu ranking jabatan, klasifikasi jabatan, poin (point), dan
perbandingan faktor.
1. Metode Ranking
Metode ranking merupakan teknik evaluasi sederhana, tertua, dan kurang
sering digunakan oleh organisasi (kecuali organisasi kecil dan sederhana).
Dalam metode ini, petugas evaluasi meranking jabatan dari yang paling
sederhana kepada yang paling sulit. Penilai memeriksa deskripsi masing-
masing jabatan yang sedang dievaluasi dan mengurutkan jabatan tersebut
sesuai dengan tinggi-rendahnya nilainya terhadap perusahaan. Kadang-
kadang proses ini dijalankan dengan menyediakan kartu informasi mengenai
pekerjaan kepada petugas evaluasi. Selanjutnya, petugas evaluasi
mengurutkan kartu tersebut menurut pentingnya suatu posisi. Metode ini
hanya menghasilkan urutan jabatan dan tidak menunjukkan derajat perbedaan
relatif antarjabatan. Contohnya, jabatan yang memperoleh ranking empat,
tidak mesti dua kali lebih sulit daripada jabatan yang memperoleh ranking
dua.
Contoh penerapan:
Suatu departemen memiliki 5 jabatan, yaitu jabatan A, B, C, D, dan E.
Spesifikasi kelima jabatan tersebut, selanjutnya diperbandingkan melalui
pembandingan sebagai berikut.
a. Jabatan A dibanding B; A dibanding C; A dibanding D; dan A
dibanding E.
b. Jabatan B dibanding C; B dibanding D; dan B dibanding E.
c. Jabatan C dibanding D; dan C dibanding E.
d. Jabatan D dibanding E.
N N 1
2
5 4 2 10
Ranking Jabatan
1 B
2 A
3 D
4 C
5 E
2. Metode Klasifikasi
Metode ini mengelompokkan satu set jabatan bersama-sama dalam satu
kelas atau klasifikasi. Selanjutnya, satu set jabatan tersebut diranking
menurut tingkat kesulitan atau kerumitannya. Dapat juga satu kelas jabatan
tersebut didefinisikan pada basis perbedaan tugas, tanggung jawab, keahlian,
kondisi kerja dan faktor lain yang berkaitan dengan jabatan tersebut.
Selanjutnya, ditentukan nilai relatif dari suatu jabatan dengan
membandingkan deskripsinya dengan deskripsi tiap-tiap kelas dan
memasukkan jabatan tersebut ke dalam kelas yang sesuai. Contoh sistem
klasifikasi jabatan sebagai berikut (Ranupandojo, 2001).
Spesifikasi Jabatan
Kelas Jabatan
Kecerdasan Pengalaman Pendidikan Tanggung Jawab
Pimpinan atas Tinggi > 10 Sarjana Seluruh perusahaan
Pimpinan menengah Cukup Tinggi 5 9 Diploma Setingkat Departemen
Pimpinan bawah Sedang <5 Menengah Setingkat Bagian
Untuk menentukan suatu jabatan masuk kelas mana maka dapat dilihat
dari deskripsi dan spesifikasi jabatan yang bersangkutan kemudian
dibandingkan dengan spesifikasi jabatan pada tabel di atas. Contoh:
spesifikasi jabatan supervisi layout adalah sebagai berikut:
Kecerdasan : Sedang
Pengalaman : 3 4 tahun
Pendidikan : SLTA Kejuruan
Tanggung jawab : setingkat bagian.
3. Metode Poin
Metode ini paling sering digunakan karena lebih rinci dibanding dengan
metode ranking dan metode klasifikasi, di samping itu metode ini juga relatif
mudah digunakan. Pada dasarnya, metode ini memerlukan petugas evaluasi
yang mengalkulasi nilai elemen jabatan. Atas dasar deskripsi jabatan atau
wawancara dengan pemegang jabatan, poin ditetapkan pada suatu derajat
tertentu terhadap berbagai faktor yang dapat diberi kompensasi yang
merupakan persyaratan untuk melaksanakan jabatan. Contohnya, poin yang
diberikan didasarkan pada keahlian yang dipersyaratkan, usaha fisik dan
mental yang dibutuhkan, derajat kondisi kerja yang membahayakan dan
kurang nyaman, serta jumlah tanggung jawab yang tercakup dalam jabatan.
Artinya, apabila semua faktor tersebut dijumlah maka akan memperoleh hasil
evaluasi jabatan.
Sistem poin mengevaluasi banyak aspek atau subaspek dari setiap
jabatan. Beberapa persyaratan terhadap aspek yang dipilih untuk dievaluasi
adalah sebagai berikut (Ivancevich, l992).
a. Aspek-aspek tersebut harus tidak tumpang tindih.
b. Harus dibedakan perbedaan nyata di antara jabatan.
c. Harus didefinisikan seobjektif mungkin.
d. Harus dipahami dan diterima baik oleh manajemen maupun oleh
karyawan.
Oleh karena seluruh aspek tidak sama pentingnya pada semua jabatan
maka perbedaan bobot mencerminkan bobot pentingnya masing-masing
aspek secara relatif terhadap jabatan yang harus disusun. Bobot aspek
tersebut ditetapkan melalui perhitungan (judgments) petugas evaluasi yang
berpengetahuan secara independen.
EKMA4478/MODUL 6 6.53
Faktor
Tarif
Keahlian Usaha Tanggung Jawab Kondisi Jabatan
500 Jabatan 1 Jabatan 1 Jabatan 3
550 Jabatan 4
600
650 Jabatan 1 Jabatan 2
700 Jabatan 2 Jabatan 3 Jabatan X
750 Jabatan 2 Jabatan 3
800 Jabatan 4
850
900 Jabatan X Jabatan 1
950 Jabatan 2
1000
1050
1100 Jabatan 4 Jabatan 4
(Jabatan X)
1150
1200
1250 Jabatan 3
(Jabatan X)
1300
1350
Sumber: Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990).
Tarif per jam:
Jabatan 1 : 2.550
Jabatan 2 : 3.050
EKMA4478/MODUL 6 6.57
Jabatan 3 : 3.200
Jabatan 4 : 3.550
Jabatan X : 3.950
Gambar 6.4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Level Upah
maka perubahan faktor tersebut akan menekan level upah menjadi bergeser.
Sebagai contoh, pasokan tenaga kerja Indonesia pada dasawarsa 1980-an
yang sangat banyak dengan kualitas tenaga kerja rendah, telah menekan level
upah tenaga kerja Indonesia ke bawah sehingga menjadi demikian murahnya.
L ATIHAN
Kasus 1
Sekembali bermain tenis dengan teman-temannya kantor, Rudi
mendengar berita bahwa pada unit kerjanya telah mengangkat seorang
pegawai baru lulusan dari program S1 analis sistem dengan gaji pertamanya
hampir setinggi gaji Rudi. Walaupun Rudi dikenal bukan tipe pemarah,
namun pada saat itu nampak gusar dan kesal. Dia perlu waktu 6 tahun untuk
bisa menjadi seorang analis sistem senior dengan gaji seperti sekarang ini.
Secara umum, dia merasa senang dengan perusahaannya dan menikmati
pekerjaannya.
Keesokan harinya dia menghadap Pak Edo, direktur SDM perusahaan,
dan menanyakan tentang kebenaran berita itu. Pak Edo dengan memohon
maaf mengakui hal itu dan berusaha menjelaskan situasi perusahaan saat itu.
Dia berkata “Pak Rudi, pada saat itu pasar tenaga kerja untuk analis sistem
sangat ketat, dan dalam rangka untuk menarik calon yang berkualitas dan
memiliki prospek baik, kami harus menawarkan gaji awal yang menarik. Kita
sangat butuh analis lain, dan hanya itu yang dapat kita peroleh.
6.60 Analisis Kasus Bisnis
Rudi bertanya kepada Pak Edo apakah gajinya juga akan disesuaikan,
dan Pak Edo menjawab “Gaji Pak Rudi akan dievaluasi kembali secara
reguler. Anda telah bekerja dengan baik, jelas itu, saya yakin Direktur akan
merekomendasi kenaikan gaji Anda”. Rudi mengucapkan terima kasih
kepada Pak Edo yang telah menyediakan waktu untuk dirinya, tetapi
sekembali di ruang kerjanya dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan
bertanya-tanya dalam hatinya tentang masa depannya.
Pertanyaan:
1. Apakah jawaban pak Edo dapat memuaskan Rudi? Jelaskan.
2. Tindakan apa yang harus diambil perusahaan untuk menghargai prestasi
Rudi?
Kasus 2
Nampak di bawah ini adalah median dari gaji tahunan yang dibayarkan
kepada pekerjaan terpilih dari daftar pekerjaan edisi tahun 2004 2005.
Pelajarilah gaji yang dibayarkan kepada pekerjaan-pekerjaan tersebut dan
jawablah pertanyaan berikut tentang mengapa ada perbedaan gaji. Kaitkan
jawaban Anda dengan faktor-faktor internal dan eksternal sebagaimana
dijelaskan sebelumnya.
Pertanyaan:
1) Faktor-faktor apa yang dapat menjelaskan luasnya perbedaan antara gaji
untuk pekerjaan-pekerjaan yang berbeda?
2) Faktor-faktor apa yang dapat menjelaskan perbedaan antara gaji untuk
pekerjaan-pekerjaan yang identik pada perusahaan yang sama?
3) Faktor-faktor apa yang dapat menjelaskan perbedaan antara gaji untuk
pekerjaan-pekerjaan yang identik pada perusahaan yang berbeda?
EKMA4478/MODUL 6 6.61
Kasus 1
Pada pertanyaan nomor 1, jawaban Pak Edo jelas tidak memuaskan Rudi
hal ini dapat Anda simak pada jawaban Pak Edo ketika di tanya Rudi tentang
“apakah gajinya juga akan disesuaikan? dan Pak Edo hanya menjawab “Gaji
Pak Rudi akan dievaluasi kembali secara reguler. Anda telah bekerja dengan
baik, jelas itu, saya yakin Direktur akan merekomendasi kenaikan gaji
Anda”. Jawaban ini jelas hanya retorika saja karena tidak memberikan
kepastian apa-apa kepada Rudi.
Untuk jawaban nomor 2), secara umum tentunya perusahaan perlu
meninjau kembali metode penetapan keadilan internalnya dan dibuat formula
penentuan upah individual sedemikian rupa sehingga akan nampak perbedaan
gaji antar jabatan yang identik dalam satu organisasi yang menunjukkan rasa
keadilan.
Kasus 2
Untuk menjawab pertanyaan nomor 2) tersebut sedikit banyak
tergantung pada pemahaman kita terhadap komponen-komponen dari
formula gaji dan kebijakan internal perusahaan. Ada berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi keputusan level upah yang mempengaruhi perbedaan
antara gaji untuk pekerjaan-pekerjaan yang berbeda pada organisasi yang
berbeda, antara lain sikap karyawan, pasar tenaga kerja, kondisi ekonomi
atau perubahan persaingan. Singkat kata faktor-faktor, baik internal maupun
eksternal akan mempengaruhi gaji akhir yang dibayarkan kepada pekerjaan
atau orang tertentu.
Secara lebih rinci untuk menjawab Kasus 1 dan 2, Anda dapat membaca
kembali pada uraian konsep dan pendekatan kompensasi di atas.
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 3
Soal 1:
Hitunglah nilai upah seorang tukang pengepakan barang produk
berdasarkan data dan informasi sebagai berikut.
Faktor
Tarif Tanggung
Keahlian Usaha Kondisi Kerja
Jawab
500 Zetter Zetter Zetter
550 Operator cetak
600 Zetter
650 Operator cetak Layouter
700 Operator cetak Layouter
750 Operator cetak
800
850 Layouter
900
950 Layouter
1000
Soal 2
Hitunglah jumlah poin seorang mandor berdasarkan data dan informasi
sebagai berikut.
EKMA4478/MODUL 6 6.63
Tabel 1
Derajat Faktor dan Definisi Subfaktor
Faktor dan Subfaktor
3 2 1
1. Keterampilan
a. Pendidikan Sarjana Diploma Menengah
b. Pengalaman > 7 tahun 4-6 tahun 2-3 tahun
c. Inisiatif Sendiri Gabungan Atasan
2. Usaha
a. Fisik Berat Sedang Ringan
b. Mental Berat Sedang Ringan
3. Tanggung Jawab
a. Peralatan dan proses Besar Sedang Ringan
b. Bahan dan produk Besar Sedang Ringan
c. Keamanan orang lain Besar Sedang Ringan
d. Pekerjaan orang lain Besar Sedang Ringan
4. Kondisi Kerja
a. Lingkungan kerja Tidak Cukup Menyenangkan
b. Risiko kerja menyenangkan menyenangkan Kecil
Berat Sedang
Tabel 2
Poin untuk Masing-masing
Faktor dan Subfaktor Derajat Faktor dan Subfaktor Total Poin
3 2 1
1. Keterampilan (50%)
a. Pendidikan 100 80 70 250
b. Pengalaman 80 75 65
c. Inisiatif 70 65 55
2. Usaha (25%)
a. Fisik 75 65 55 125
b. Mental 50 40 30
3. Tanggung Jawab (15%)
a. Peralatan dan proses 25 20 15 75
b. Bahan dan produk 20 15 10
c. Keamanan orang lain 15 10 5
d. Pekerjaan orang lain 15 10 5
4. Kondisi Kerja (10%)
a. Lingkungan kerja 20 15 10 50
b. Risiko kerja 30 20 15
6.64 Analisis Kasus Bisnis
Tabel 3
Definisi
Spesifikasi Jabatan Faktor dan Ranking Poin Total Poin
Subfaktor
1. Keterampilan
a. Pendidikan Diplomat
b. Pengalaman 4 tahun
c. Inisiatif Gabungan
2. Usaha
a. Fisik Sedang
b. Mental Sedang
3. Tanggung Jawab
a. Peralatan dan proses Sedang
b. Bahan dan produk Sedang
c. Keamanan orang lain Sedang
d. Pekerjaan orang lain Ringan
4. Kondisi Kerja
a. Lingkungan kerja Cukup
b. Risiko kerja Sedang
Tes Formatif 1
Kasus 1
1) Tom dalam melaksanakan penilaian kinerja bawahannya tidak sistematis
dan terprogram dengan baik. Dia melakukan penilaian setelah didesak
oleh bagian personalia dan dilakukan dengan hanya melihat kondisi
terakhir karyawan dan kesan pribadi Tom terhadap karyawan yang
bersangkutan.
2) Sesuai dengan teori sistem penilaian yang baik harus meliputi minimal 3
tahap, yaitu mengidentifikasi sasaran spesifik kinerja yang akan dinilai.
Kemudian menyusun kriteria kinerja atau standar kinerja dan
mengomunikasikan kinerja yang diharapkan tersebut kepada pihak yang
berkepentingan. Melakukan pengukuran kinerja, dan terakhir, yaitu pada
akhir suatu periode penilaian kinerja, diadakanlah reviu bersama-sama
antara penilai dengan karyawan yang dinilai terhadap hasil pelaksanaan
kerja karyawan dengan mengacu pada standar kinerja yang telah disusun
sebelumnya. Dilihat dari Kasus 1 di atas perusahaan belum menerapkan
sistem penilaian kinerja seperti itu.
Kasus 2
1) Sistem penilaian kinerja PT Wisantoko tersebut tidak memberikan ruang
untuk pengembangan karyawan dengan tidak menyediakan kesempatan
untuk mendiskusikan hasil penilaian dengan karyawan yang dinilai
dengan cukup. Mestinya penilaian kinerja tidak terbatas pada hasil
penilaian yang berorientasi pada masa lalu yang bersifat statis, tetapi
harus bersifat dinamis, yaitu berorientasi pada masa depan dan lebih
melihat pada apa yang mampu dilakukan oleh karyawan ke depan
dengan potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, manajemen harus
memberikan umpan balik dari setiap hasil penilaian kinerja dan
mendorongnya (melalui pendidikan dan pelatihan) ke arah tingkat
pencapaian kinerja yang lebih tinggi.
2) Fokuskan kegiatan penilaian kinerja tidak hanya untuk urusan
pengambilan keputusan berkaitan dengan promosi dan pengupahan saja,
tetapi juga untuk mendorong pengembangan karyawan dan pencapaian
kinerja yang lebih tinggi. Artinya, metode penilaiannya perlu diubah
6.66 Analisis Kasus Bisnis
Tes Formatif 2
Kasus 1
1) Ditinjau dari sisi organisasi, perencanaan tidak boleh hanya dibebankan
kepada karyawan, tetapi harus menjadi perhatian bersama antara
karyawan dengan perusahaan. Secara organisasional karier individu
tidak boleh terpisah atau berbeda dengan karier organisasional.
Karyawan yang merencanakan kariernya tidak sejalan/mengikuti karier
organisasi maka cepat atau lambat dia pasti akan meninggalkan
organisasi. Sebaliknya, perusahaan harus menyediakan peluang karier
bagi karyawannya dan membantu karyawan dalam perencanaan
kariernya. Jika peluang karier tidak tersedia di seluruh penjuru organisasi
maka karyawan akan memberi organisasi hasil kerja yang tidak
memuaskan. Oleh karena itu, agar karyawan maupun organisasi
memperoleh kepuasan dalam hubungan kerjanya maka kedua-duanya
perlu secara formal membuat pendekatan-pendekatan baru untuk
memastikan bahwa individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang
memadai berada pada jalur karier yang sesuai.
2) Dengan mengetahui kekuatannya seseorang dapat memaksimumkan
keunggulannya. Sebaliknya, dengan mengetahui kelemahannya dapat
menghindari penggunaan dari kelemahannya tersebut. Dengan
mengetahui kelemahannya, karyawan dapat menyusun strategi untuk
mengatasi kelemahan tersebut. Penilaian terhadap kekuatan dan
kelemahan diri merupakan bagian dari proses penilaian diri sendiri.
Dengan melakukan penilaian terhadap diri sendiri dapat membantu
memahami motif-motif dasarnya (basic motives) pengembangan karier
EKMA4478/MODUL 6 6.67
Kasus 2
1) Jangkar karier adalah motif yang mendasari cara-cara orang memilih dan
mempersiapkan kariernya. Memperhatikan cerita pada kasus tersebut
fokus perhatian Yudi adalah kita tidak boleh tertinggal oleh kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita harus selalu memperbarui
kompetensi kita. Salah satu kalimat yang mendukung itu adalah dia
menyatakan” Para pekerja saat ini harus melakukan apa saja untuk
mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan guna mempertahankan
pekerjaannya. Salah satu yang dapat dikerjakan adalah kembali ke
kampusnya atau pindah ke perusahaan lain agar memperoleh pelatihan”.
Karakteristik dari fokus Yudi tersebut sejalan dengan jangkar karier
kompetensi teknis/fungsional. Jika orang tidak melihat adanya posisi
manajerial maka mereka akan berusaha mengembangkan secara terus-
menerus bakat secara teknis.
2) Sejalan dengan fokus jangkar karier teknik/fungsional, usaha
peningkatan keahlian bukanlah pekerjaan sia-sia. Dalam kenyataannya,
lingkungan organisasi selalu berubah dan berkembang. Teknologi selalu
berkembang, tuntutan pelanggan atau stakeholder selalu meningkat.
Perubahan dan peningkatan lingkungan dan tuntutan tersebut harus
diimbangi dengan perubahan dan peningkatan pelayanan. Ini artinya,
kualitas keahlian, kompetensi, pengetahuan, dan sikap harus selalu
ditingkatkan dan dikembangkan. Meskipun tuntutan perubahan itu belum
terjadi pada saat ini di masa mendatang kebutuhan itu akan muncul.
6.68 Analisis Kasus Bisnis
Tes Formatif 3
Soal Nomor 1
Tarif Faktor
(000) Keahlian Usaha Tanggung Jawab Kondisi Kerja
500 Zetter Zetter Zetter
550 Operator cetak
600 Zetter
Tukang
bungkus
650 Operator cetak Layouter
Tukang bungkus
700 Operator cetak Layouter
Tukang
bungkus
750 Operator cetak
Tukang bungkus
800
850 Layouter
900
950 Layouter
1000
Jadi, nilai upah tukang bungkus: 700 + 600 + 750 +650 = 2700
Soal Nomor 2
Definisi Faktor &
Spesifikasi Jabatan Ranking Poin Total Poin
Subfaktor
1. Keterampilan
a. Pendidikan Diploma 2 80 220
b. Pengalaman 4 tahun 2 75
c. Inisiatif Gabungan 2 65
2. Usaha
a. Fisik Sedang 2 65 105
b. Mental Sedang 2 40
3. Tanggung Jawab
a. Peralatan dan proses Sedang 2 20 50
b. Bahan dan produk Sedang 2 15
c. Keamanan orang lain Sedang 2 10
d. Pekerjaan orang lain Ringan 1 5
4. Kondisi Kerja
a. Lingkungan kerja Cukup 2 15 35
b. Risiko kerja Sedang 2 20
Jadi, jumlah poin mandor: 220 + 105 + 50 + 35 = 410
EKMA4478/MODUL 6 6.69
Daftar Pustaka
Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F. dan Shaw, J.B. (1990). Human Resource
Management. Houghton Mifflin Company.
Gomez-Mejia, L.R, Balkin, D.B. dan Cardy, R.L. (2007). Managing Human
Resource. London: Prentice Hall International.
Mondy, R. W., Noe, R. M., dan Premeaux, Sh. R. (1996). Human Resource
Management. Sixth Edition. New York: Prentice Hall. Inc
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B. dan Wright, P.M. (2000). Human
Resource Management: Gaining a Competitive Advantage. 3rd Edition.
Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.
PE N D AHUL U AN
Secara umum, tujuan penulisan modul ini adalah agar setelah membaca
modul ini secara saksama Anda dapat menjelaskan berbagai aspek tentang
segmentasi pasar, penentuan pasar sasaran dan positioning. Adapun tujuan
khusus penulisan modul ini adalah agar Anda menjelaskan:
1. dasar-dasar segmentasi pasar;
2. manfaat segmentasi pasar;
3. kriteria pemilihan segmen;
4. pola pemilihan segmen;
5. macam-macam pasar sasaran;
6. strategi positioning.
EKMA4478/MODUL 7 7.3
Kegiatan Belajar 1
Segmentasi Pasar
A. PERLUNYA SEGMENTASI
Kalau kita mengamati kehidupan saat ini, maka Anda pasti setuju dengan
pendapat bahwa pada saat ini pasar semakin terpilah-pilah (terfragmentasi).
Bayangkan, dulu kita hanya mengenal satu merek mi instan dengan satu rasa,
7.4 Analisis Kasus Bisnis
namun sekarang sudah beredar puluhan merek dan berbagai macam rasa,
mulai rasa soto, sate, ayam bawang goreng. Ragam media massa juga
mengalami hal yang sama. Kini ada ratusan jenis media massa. Untuk
segmen wanita dewasa, kita mengenal Femina, Cosmopolitan, Aura, Nova.
Untuk wanita remaja kita mengenal Gadis, Googirl, Kawanku. Bagi
penggemar olahraga ada Bola, Sportif, Goal, Soccer. Untuk majalah berita
kita mengenal Gatra, Tempo, Forum. Bahkan kini ada majalah khusus dan
tabloid yang ditujukan bagi orang-orang yang mempunyai hobi tertentu,
seperti hobi tanaman, hobi mancing, hobi komputer, bahkan bagi penggemar
burung.
Berdasarkan informasi di atas nampak bahwa pasar telah berkembang
menjadi berlapis-lapis. Ada yang berpendapatan tinggi, menengah dan
rendah. Ada yang tinggal di perkotaan dan ada pula yang di pedesaan. Ada
segmen yang rasional dan ada pula yang impulsif. Semua perbedaan ini
menyebabkan kita sulit menjangkau pasar dengan cara konvensional, yaitu
menganggap seluruh masyarakat adalah sama (average consumer). Kini
konsumen satu dengan yang lain semakin menunjukkan perbedaannya.
Produk jasa yang mereka gunakan seperti rumah, mobil, perabotan rumah
tangga, rumah sakit, tempat hiburan menunjukkan siapa mereka. Fenomena
“Apa yang Anda punya menunjukkan siapa Anda” (you are what you have),
nampaknya semakin menonjol sehingga para pemasar harus memahami betul
bahwa kita tidak dapat lagi membuat produk yang dapat memenuhi siapa
saja, di mana saja, kapan saja. Bahkan sering dikatakan bahwa “jika Anda
ingin melayani seluruh lapisan segmen, hal itu berarti Anda tidak melayani
siapa-siapa”.
lama dengan cara mengirim “sinyal” kepada konsumen melalui atribut harga
dan distribusi (lokasi). Misalnya, sebuah restoran menetapkan harga yang
tinggi, berarti pemilik restoran memberi “sinyal” bahwa pasarnya adalah
segmen menengah ke atas. Jika restoran tersebut berlokasi dalam hotel
berbintang, hal itu merupakan “sinyal” bahwa konsumennya bukan orang
sembarangan.
Oleh karena pasar begitu beragam maka konsep pemasaran massal (mass
marketing) sudah tidak relevan lagi. Kita tidak dapat lagi menempuh cara
yang pernah ditempuh Henry Ford pada tahun 1950-an yang hanya
memproduksi satu jenis tipe, yakni model T yang semuanya berwarna hitam
yang ditujukan untuk semua segmen. Kita bisa memaklumi kebijakan Henry
Ford karena pada saat itu pasar belum begitu beragam dan tingkat persaingan
masih rendah. Dengan membuat satu jenis mobil untuk semua segmen,
diharapkan perusahaan mampu mencapai „skala ekonomis‟ sehingga biaya
per unit menjadi rendah. Oleh karena biaya rendah maka perusahaan dapat
menetapkan harga yang rendah pula. Dan sesuai dengan hukum ekonomi,
harga yang rendah mampu menyerap konsumen dalam jumlah besar.
Namun sejarah mencatat, ketika General Motor memproduksi berbagai
model mobil untuk berbagai segmen pasar, mulai saat itulah kejayaan Ford
mulai surut. Upaya General Motor ini yang menerapkan konsep segmentasi
pasar akhirnya berhasil menerobos dominasi Ford yang menerapkan mass
marketing. Bahkan tingkat laba yang diraih General Motor mampu melewati
Ford. Sejak itulah dunia usaha sadar bahwa dalam masyarakat terdapat
segmen-segmen yang berbeda.
Agar lebih jelas dalam memahami perbedaan antara Pemasaran Massal
dengan Pemasaran Segmentasi, silahkan baca tabel berikut.
1. Tingkat Segmen
Segmen pasar merupakan kelompok atau bagian besar dari suatu pasar
yang dapat diidentifikasi karakteristiknya. Perusahaan yang menerapkan
pemasaran segmen menyadari bahwa konsumen berbeda-beda dalam
keinginan, status sosial, perilaku, lokasi geografis dan kebiasaan mereka.
Kendati demikian, perusahaan yang menerapkan pemasaran segmen ini tidak
akan menyesuaikan produk ataupun program komunikasi pemasaran untuk
setiap pelanggan secara individual. Sebaliknya, perusahaan berusaha
memilah dan memisahkan beberapa segmen yang besar yang membentuk
pasar tersendiri. Misalnya, sebuah perusahaan pasta gigi mungkin
mengidentifikasi tiga segmen yang luas, yaitu pembeli yang menginginkan
gigi putih, napas segar, dan yang menginginkan gusi kuat.
EKMA4478/MODUL 7 7.7
2. Tingkat Ceruk
Ceruk pasar merupakan bagian kecil dari suatu segmen pasar yang
kebutuhannya tidak dilayani secara baik oleh pemasar sebab mereka
menginginkan manfaat yang sangat spesifik. Berbeda dengan segmen pasar
yang biasanya jumlahnya cukup besar, ceruk pasar ini cukup kecil. Sebagai
gambaran, di antara segmen pembeli kendaraan terdapat subsegmen (ceruk)
yang menginginkan jenis mobil yang sangat spesifik, bahkan pembelinya
bisa memesan sesuai dengan keinginannya. Misalnya mobil merek Ferrari
ataupun Rolls Royce. Begitu spesifiknya kedua merek mobil tersebut
sehingga tidak menarik minat perusahaan-perusahaan otomotif besar seperti
Toyota ataupun General Motors untuk memasuki pasar tersebut. Pemain
ceruk pasar seperti Ferrari dan Rolls Royce sangat memahami kebutuhan
para pelanggannya dengan sangat baik sehingga mereka bersedia membayar
produk tersebut dengan harga tinggi. Pembeli Ferrari bersedia membayar
dengan harga tinggi karena pembeli mobil tersebut setia dan merasakan
manfaat produk/layanan yang tidak terdapat pada mobil lain.
3. Tingkat Lokal
Oleh karena adanya perbedaan kultur/budaya, kebiasaan, ataupun selera
masyarakat pada tingkat daerah, kini beberapa pemasar menoleh kepada
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
kelompok masyarakat lokal. Sebagai contoh, pemimpin pasar untuk koran di
daerah Jawa Timur adalah Jawa Pos. Koran Jawa Pos dengan cerdik
7.8 Analisis Kasus Bisnis
4. Tingkat Individual
Adalah suatu kenyataan bahwa pada dasarnya setiap individu itu unik,
baik selera maupun keinginannya. Pada masa lalu, banyak produsen
merancang produksi mereka sesuai dengan kebutuhan pelanggan tertentu.
Misalnya, para penjahit membuat pakaian sesuai dengan keinginan
pemesannya, para pengrajin sepatu membuat sepatu untuk orang tertentu.
Namun, sejalan dengan kebangkitan produksi massal maka para produsen
menghasilkan produk dalam ukuran standar.
Akan tetapi saat ini, dengan perkembangan teknologi memungkinkan
pemasar mempertimbangkan untuk kembali kepada apa yang disebut
“pembuatan pesanan massal” (mass customization). Mass customization
adalah kemampuan untuk mempersiapkan produk yang dirancang secara
individual dengan basis massal untuk memenuhi setiap keinginan pelanggan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan pengembang perumahan menerima
layanan untuk pemesanan rumah dengan disain khusus. Beberapa produk
otomotif juga sudah mulai menerapkan mass customization dengan
menawarkan mobil secara standar namun disertai dengan spesifikasi khusus
sesuai pesanan pembeli,
1. Segmentasi Geografis
Dalam segmentasi geografis pasar dikelompokkan ke dalam unit-unit
geografis yang berbeda, seperti desa, kota, wilayah, provinsi, negara, iklim.
Para penganut segmentasi geografis percaya bahwa setiap wilayah memiliki
karakter yang berbeda dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, para pemasar
merasa perlu mengelompokkan wilayah berdasarkan persamaan
karakteristiknya. Misalnya, masyarakat yang tinggal di kota-kota besar,
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, dianggap memiliki
karakteristik yang sama. Beberapa masyarakat yang tinggal di pedesaan juga
dianggap memiliki karakteristik yang sama. Jadi, masyarakat yang tinggal di
pedesaan di Kabupaten Madiun dianggap mempunyai karakteristik sama
dengan masyarakat di pedesaan di daerah Kabupaten Kediri. Masyarakat elit
yang tinggal di kawasan Pondok Indah Jakarta, akan mempunyai
karakteristik sama dengan masyarakat elit di daerah Darmo, Surabaya.
Dalam segmentasi berdasarkan variabel geografis ini, pemasar dapat
memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau beberapa wilayah geografis
atau beroperasi dalam seluruh wilayah geografis namun memberikan
perbedaan sesuai kekhasan, kebutuhan dan preferensi sesuai dengan kondisi
geografis tersebut. Misalnya Rumah Makan Gudeg X asal Yogyakarta yang
beroperasi di daerah Jakarta merubah menu gudegnya dengan mengurangi
rasa manis karena masyarakat Jakarta tidak menyukai gudeg yang manis.
2. Segmentasi Demografis
Dalam segmentasi demografis, pasar dipilah-pilah menjadi beberapa
segmen berdasarkan variabel-variabel demografis, seperti usia, jenis kelamin,
penghasilan, agama, pendidikan. Para penganut segmentasi ini percaya
7.10 Analisis Kasus Bisnis
4. Segmentasi Psikografi
Konsumen memang dapat dibedakan menurut karakteristik geografi atau
demografi. Namun, adakalanya pengelompokan berdasarkan geografi dan
demografi tidak cukup. Kelompok konsumen yang mempunyai karakteristik
geografi dan demografi yang sama, ternyata mempunyai keinginan atau gaya
hidup yang berbeda-beda. Eksekutif muda yang sama-sama tinggal di
Jakarta, mempunyai banyak variasi dalam mengisi waktu luangnya. Ada
yang suka „nongkrong‟ di café, ada yang suka berkumpul dengan keluarga,
ada yang suka keluar kota bersama teman-temannya, dan sebagainya. Oleh
karena itu, segmentasi berdasarkan variabel geografis dan demografis saja
tidak cukup. Kita memerlukan segmentasi yang lebih “tajam” lagi, yaitu
segmentasi psikografis. Segmentasi psikografis adalah pengelompokan
masyarakat berdasarkan gaya hidup dan kepribadian.
Gaya hidup (life style) merupakan cerminan bagaimana seseorang
menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas, minat,
dan opini mereka. Sebagai gambaran, Susianto (1993), peneliti dari Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia telah mengidentifikasi gaya hidup anak
muda di Indonesia ke dalam beberapa segmen, yaitu sebagai berikut.
a. Hura-hura. Kelompok ini senang hura-hura, dalam arti tidak hirau pada
hal-hal yang serius.
b. Hedonis. Kelompok ini banyak mengarahkan aktivitasnya untuk mencari
kenikmatan hidup.
c. Anak Rumahan. Kelompok ini adalah anak muda atau remaja yang lebih
banyak menghabiskan waktunya di rumah dan biasanya mereka kurang
bergaul. Mereka berorientasi pada keluarga dan hati-hati dalam
menggunakan uang sakunya.
d. Sportif. Kelompok ini merupakan anak muda yang suka berolahraga.
e. Tipe Kebanyakan. Kelompok ini merupakan tipe kelompok yang
umum/kebanyakan yang sering ditemui. Mereka agak berhati-hati dalam
berperilaku, kurang berani menjadi inisiator.
f. Tipe Untuk Orang Lain. Kelompok ini peka terhadap kebutuhan orang
lain, berjiwa sosial, suka melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi
sesama dan lebih mengutamakan kebersamaan dalam keluarga.
7.14 Analisis Kasus Bisnis
5. Segmentasi Perilaku
Dalam segmentasi perilaku, konsumen dibagi dalam beberapa kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau respons mereka terhadap
suatu produk. Dalam hal ini pemasar meyakini bahwa variabel-variabel
perilaku seperti manfaat, kejadian, status pemakai, tingkat pemakaian,
tingkat kesetiaan merupakan variabel yang baik dalam membentuk segmen
pasar. Untuk memahami penggunaan variabel manfaat, kejadian, status
pemakai, tingkat pemakaian, dan tingkat kesetiaan, berikut kami berikan
contoh-contoh pemanfaatan variabel tersebut dalam segmentasi pasar.
a. Segmentasi Berdasarkan Manfaat yang Diperoleh Konsumen (Benefit
Segmentation). Segmentasi ini mengelompokkan konsumen berdasarkan
manfaat yang dicari konsumen dari suatu produk. Misalnya, kita akan
memasarkan pasta gigi. Dalam hal ini, mungkin ada beberapa kelompok
konsumen yang berbeda-beda. Pertama, kelompok konsumen yang
memilih pasta gigi karena manfaatnya dalam mencegah kerusakan gigi.
Kedua, kelompok konsumen yang memilih pasta gigi karena manfaatnya
dalam menyegarkan napas. Ketiga, kelompok konsumen yang memilih
pasta gigi karena manfaatnya dalam membunuh bakteri.
b. Segmentasi Berdasarkan Kejadian. Konsumen dapat dikelompokkan
berdasarkan kejadian (event) pada saat mereka mengembangkan
keinginan/kebutuhan atau ketika membeli suatu produk. Misalnya, pada
kejadian kematian, konsumen membutuhkan jasa pemakaman jenazah,
batu nisan, karangan bunga Ketika ada kejadian (event) ulang tahun,
konsumen membutuhkan kado ulang tahun, roti tart. Berdasarkan
kejadian-kejadian tersebut, kita dapat mengembangkan usaha pengelola
jasa kematian, event organizer acara ulang tahun.
c. Status Pemakai. Dalam hal ini, masyarakat dikelompokkan ke dalam
kategori bukan pemakai, mantan pemakai, pemakai pertama kali,
pemakai tetap, pemakai potensial. Dalam kampanye donor darah, Palang
Merah Indonesia (PMI) tidak dapat hanya mengandalkan donor tetap.
PMI seharusnya mulai menoleh pada orang yang donor pertama kali,
mantan donor yang sekarang tidak aktif. Dengan adanya pertambahan
jumlah donor baru maka PMI tidak akan kekurangan darah.
EKMA4478/MODUL 7 7.15
E. MANFAAT SEGMENTASI
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Konsumsi:
- Majalah Kartini Cosmopolitan
- Mobil Toyota Avanza Nissan Serena
- Credit Card BRI Amex
- Kosmetik Mustika Ratu Christian Dior
- Tempat belanja Indomaret Sogo
Rambu-rambu analisis:
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, Saudara harus
memperhatikan secara seksama data pada tabel di atas. Coba perhatikan
bahwa dari aspek demografis, antara Dewi dan Sinta mempunyai
kesamaan. Namun demikian, dilihat dari produk yang dibeli, antara
Dewi dan Sinta mempunyai perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian, melakukan segmentasi pasar dari variabel demografis saja
tidak cukup. Kita juga harus melengkapi dengan variabel lain, misalnya
dalam konteks soal di atas adalah variabel psikografis.
EKMA4478/MODUL 7 7.19
TE S FOR MATIF 1
Kegiatan Belajar 2
1. Dapat diakses. Artinya, segmen pasar yang dituju dapat dijangkau dan
dilayani secara efektif. Misalnya, apabila ada pasar yang potensial untuk
produk X, namun tempat mereka sulit dijangkau karena di daerah hutan.
Menghadapi hal itu maka lebih baik kita memprioritaskan kepada pasar
yang sama-sama membutuhkan produk X tetapi tempat mereka mudah
dijangkau dan jumlahnya signifikan.
2. Cukup Besar. Jika pasar sama-sama membutuhkan produk X, maka
hendaknya kita memilih segmen yang jumlahnya cukup besar.
3. Dapat Diukur. Akan lebih baik pasar yang kita bidik untuk produk X
tersebut dapat diukur, baik kuantitas mereka, daya beli, dan profil
lainnya.
4. Sesuai dengan Tujuan/Misi Organisasi. Pasar sasaran tentunya harus
sesuai dengan tujuan/misi perusahaan. Universitas Terbuka (UT)
tentunya akan berfokus kepada sistem pendidikan jarak jauh. UT tentu
tidak akan memfokuskan pada pendidikan konvensional atau tatap muka
walaupun mampu menyelenggarakannya
2. Spesialisasi Selektif
Dalam hal ini, pemasar memilih sejumlah segmen yang masing-masing
dianggap signifikan secara objektif berdasarkan tujuan atau misi dari pemasar
tersebut. Sampoerna membuat rokok merek A Mild untuk menyasar segmen
perokok yang menginginkan rokok bernikotin rendah, merek Dji Sam Soe
untuk perokok yang menginginkan sensasi rokok kretek sejati dengan harga
premium dan Sampoerna Hijau untuk penggemar rokok keretek yang
menginginkan harga yang relatif murah.
3. Spesialisasi Produk
Dalam hal ini, pemasar berkonsentrasi pada produk tertentu yang
disediakan untuk beberapa segmen. Misalnya produsen alat berat menjual
produknya untuk perusahaan kontraktor, perusahaan kayu, dan perusahaan
penyewa alat berat.
4. Spesialisasi Pasar
Dalam hal ini, pemasar berkonsentrasi melayani berbagai kebutuhan dari
suatu kelompok pasar tertentu. Misalnya, suatu perusahaan melayani
berbagai kebutuhan rumah sakit dengan menyediakan produk stetoskop, alat
suntik, alat bedah dan sebagainya.
M1 M2 M3 M1 M2 M3
P1 P1
P2 P2
P3 P3
M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3
P1 P1 P1
P2 P2 P2
P3 P3 P3
Keterangan: P = Produk
M = Pasar
L ATIHAN
R AN GKUMAN
Rambu-rambu analisis:
Dalam menjawab pertanyaan di atas, pertama-tama Anda harus
memperhatikan soal secara baik. Kemudian kaitkan pertanyaan di atas
dengan teori-teori yang relevan. Misalnya untuk kasus di atas terkait
dengan masalah targeting, khususnya pola pemilihan segmen. Nah,
selanjutnya Saudara tinggal memilih pola pemilihan segmen mana yang
sesuai dengan konteks soal. Untuk itu Saudara harus menguasai teori
dengan baik. Dari lima pola pemilihan segmen di atas, Saudara harus
mengaitkannya satu persatu dengan konteks soal. Sesuai definisi
spesialisasi selektif, yakni memilih sejumlah segmen yang masing-
masing dianggap signifikan secara objektif berdasarkan tujuan atau misi
dari pemasar tersebut, maka jawaban pertanyaan di atas adalah
spesialisasi selektif karena Garuda Indonesia hanya menyasar beberapa
segmen(dua segmen) dengan produk/jasa yang berbeda, yakni Garuda
dan Citilink.
TE S FOR MATIF 2
C. repositioning
D. segmen pasar
5) Jika dana sumber daya perusahaan sangat terbatas maka kriteria segmen
yang dipilih adalah ….
A. kecil/terbatas
B. sulit dijangkau
C. sesuai misi/tujuan perusahaan
D. tak terukur
A. spesialisasi selektif
B. spesialisasi produk
C. menggarap seluruh pasar
D. spesialisasi pasar
Kegiatan Belajar 3
Positioning
B. PENGERTIAN POSITIONING
Dalam bukunya "Positioning: The Battle For Your Mind", Al Ries dan
Jack Trout (1986) mendefinisikan positioning sebagai "what you do to the
prospect’s mind” (apa yang kita kerjakan pada benak konsumen). Jadi
memposisikan suatu produk itu berarti kita memposisikan produk tersebut ke
dalam pikiran atau benak konsumen.
Senada dengan Al Ries dan Jack Trout, Philip Kotler (2003)
mendefinisikan positioning sebagai tindakan menentukan posisi khusus dan
bernilai dalam benak konsumen yang menjadi sasaran.
Dari uraian di atas, penulis berusaha menyederhanakan definisi
positioning sebagai berikut Positioning adalah tindakan pemasar untuk
menciptakan suatu persepsi khusus terhadap suatu produk ke dalam benak
konsumen sehingga produk tersebut terkesan unik dibandingkan pesaingnya.
Walaupun sama-sama mobil, Toyota Kijang mempunyai persepsi yang
berbeda dengan Toyota Starlet. Toyota Kijang dipersepsikan sebagai mobil
keluarga, sedangkan Toyota Starlet dipersepsikan sebagai mobil wanita.
Jika kita bicara masalah positioning maka tidak mungkin terlepas dari
masalah diferensiasi. Dalam bab sebelumnya telah disinggung bahwa
diferensiasi merupakan tindakan untuk menetapkan sekumpulan perbedaan-
perbedaan untuk membedakan dengan penawaran pesaing. Sekumpulan
perbedaan-perbedaan itulah yang harus Anda gunakan untuk memantapkan
positioning.
Jelasnya, positioning yang mantap harus didukung oleh diferensiasi. Jika
positioning bersifat abstrak maka diferensiasi merupakan hal yang kongkret.
Menurut Hermawan Kartajaya (1996), diferensiasi merupakan segala macam
aspek yang harus dilakukan untuk mengkonkretkan positioning. Oleh karena
itu, untuk melakukan diferensiasi, seharusnya sudah dimulai ketika
menetapkan positioning.
EKMA4478/MODUL 7 7.37
Anda harus ingat bahwa positioning itu adalah suatu “janji”. Karena itu,
dalam menetapkan positioning tidak boleh gegabah. Jangan hanya bisa
ngomong, tetapi lantas tidak bisa memenuhi janji tersebut.
Jika Anda menyatakan bahwa produk mobil yang Anda tawarkan tahan
benturan, maka Anda harus bisa membuktikan hal itu. Akan tetapi, apabila
khalayak tidak menemukan bukti tentang hal itu maka persepsi konsumen
akan lain. Oleh karena itu, positioning saja tidak cukup. Positioning harus
didukung oleh kenyataan. Semakin banyak aspek yang mendukung, semakin
kuatlah positioning yang bisa dicapai.
D. STRATEGI POSITIONING
E. REPOSITIONING
Ada kalanya, positioning yang ditetapkan pada suatu produk tidak tepat
lagi. Menghadapi keadaan seperti itu, kita harus melakukan perubahan
positioning atau sering disebut dengan istilah repositioning. Tujuan
repositioning adalah untuk menjaga kelangsungan hidup produk dan
mengoreksi kesalahan positioning sebelumnya.
EKMA4478/MODUL 7 7.39
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 3
Daftar Pustaka
Arnold, D. (1996). Pedoman Manajemen Merek. Surabaya: Kentindo Soho.
Hiam A. and C.D. Schewe. (1994). The Portable MBA in Marketing. New
York: John Wily & Sons, Inc.
Ries, A and Trout, J. (1986). Positioning: The Battle for Your Mind. New
York: Warner Books.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
J ika Anda membeli satu jenis beras di pasar tradisional. maka Anda akan
mendapatkan harga yang seragam. Mengapa seragam ? Hal ini tidak lain
karena beras tersebut bersifat homogen atau serba sama. Karena serba sama,
si penjual tidak bisa menetapkan harga tinggi atau harga premium.
Cerita di atas akan lain jika Anda membeli beras yang dikemas dalam
plastik, kemudian diberi merek ”Rojolele Asli” dan dipajang si pasar
swalayan. Kendati beras tersebut tidak ada bedanya dengan yang ada di pasar
tradisional. Namun karena dikemas dan diberi merek, lebih-lebih lagi dijual
di supermarket, maka sekarang beras tersebut mempunyai diferensiasi atau
perbedaan. Karena mempunyai diferensiasi itulah konsumen bersedia
membeli pada harga yang tinggi.
Contoh lain adalah produk garam. Garam merupakan barang komoditi
seperti halnya, beras; kedelai atau kacang. Namun jika garam tersebut diberi
kemasan yang menarik, kemudian ditambah unsur yodium, maka garam
tersebut akan menjadi produk yang ”berbeda”. Karena perbedaan itulah maka
konsumen bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi.
Berdasarkan contoh di atas. dapat ditarik suatu pelajaran bahwa suatu
produk perlu diferensiasi agar berbeda dengan produk sejenis yang
ditawarkan oleh pesaing. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika
Michael Porter (1990) menempatkan diferensiasi sebagai salah satu elemen
keunggulan bersaing yang sangat penting.
Jika suatu produk tidak mempunyai diferensiasi, maka produk tersebut
akan menjadi produk komoditi seperti layaknya beras, kedelai atau garam.
Pada produk komoditi seperti beras, konsumen sulit membedakan antara satu
produk dengan produk lainnya yang sejenis. Kalau sudah begitu, maka satu-
satunya senjata yang ampuh untuk persaingan adalah harga. Padahal,
persaingan yang hanya mengandalkan pada faktor harga sangat berisiko. Jika
ada satu pedagang beras menurunkan harga. maka konsumen dengan cepat
akan berpindah pada pedagang tersebut. Kemudian, jika ada pedagang lain
yang menurunkan harga lebih rendah lagi, maka konsumen akan beralih pada
pedagang tersebut.
Untuk menghindari keadaan seperti itu. Theodore Levitt (1987), guru
besar Harvard Bussines School menyarankan bahwa setiap produk harus
EKMA4478/MODUL 8 8.3
A. PENGERTIAN DIFERENSIASI
seorang konsumen apabila dia membeli produk tersebut. Pada contoh rumah
makan di atas, tentunya pembeli tidak hanya menginginkan makanan saja,
namun juga tempat yang bersih dan pelayanan yang ramah. Tempat yang
bersih dan pelayanan yang ramah merupakan salah satu contoh „produk yang
diharapkan‟ (expected product). Seorang pemasar dituntut mampu mengubah
produk generik menjadi produk yang diharapkan. Produk generik suatu jasa
perhotelan adalah kamar tidur. Namun tentunya konsumen tidak hanya perlu
kamar tidur saja. Dia juga perlu kamar mandi yang bersih, sabun, handuk,
dan sebagainya.
C. PERANGKAT DIFERENSIASI
a. Tahan lama
Perusahaan dapat memilih diferensiasi berdasarkan daya tahan produk
tersebut. Sebagai contoh, Baterai Duracell mengiklankan dirinya sebagai
baterai yang tahan lama. Perusahaan sepatu Bata juga menempatkan
pembedaan produknya pada unsur keawetan produk.
b. Kinerja produk
Kinerja mengacu pada keunggulan produk tersebut pada saat beroperasi.
Kinerja komputer terletak pada kecepatan proses dan kemampuannya yang
besar. Kinerja mobil terletak pada keamanan, kenyamanan dan akselerasinya
yang cepat. Mobil merek Volvo menempatkan perbedaan produknya pada
segi keamanan (keselamatan), sedangkan BMW pada kinerja mesinnya.
c. Kemudahan perbaikan
Saat ini, kemudahan perbaikan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam memenangkan persaingan. Salah satu keunggulan mobil
Jepang dibandingkan mobil Eropa ataupun Amerika adalah mudah
diperbaiki. Menyadari hal ini, tidak aneh jika Astra mendirikan bengkel resmi
”Auto 2000” untuk memudahkan pelanggan mereka dalam memperbaiki
mobilnya.
d. Model/Disain
Dalam membuat produk, Anda dapat juga memilih diferensiasi pada
model atau disain. Pada produk otomotif, disain atau model memegang
peranan yang sangat penting. Banyak produk otomotif yang sebenarnya
hanya baru dalam disain, namun dari segi teknologi sebenarnya sudah usang.
e. Hemat energi
Hemat energi juga dapat dijadikan sebagai perangkat dalam melakukan
diferensiasi. Dalam memilih barang elektronik seperti TV, lemari es, pompa
air, konsumen sering memperhatikan masalah penggunaan listriknya. Dalam
pembelian mobil, masalah hemat bahan bakar juga menjadi perhatian
EKMA4478/MODUL 8 8.7
konsumen. Salah satu diferensiasi yang ditonjolkan pada mobil city car
seperti Suzuki Karimun atau Hyundai Atoz adalah pada aspek hemat bahan
bakar.
b. Pemasangan
Sebenarnya layanan pemasangan juga sudah dilakukan oleh banyak
perusahaan. Kendati demikian. Anda dapat melakukan diferensiasi yang
ditekankan pada kualitas pemasangan tersebut.
d. Perbaikan
Kendati jenis pelayanan ini sudah umum,. namun Anda tetap dapat
menempatkan diferensiasi perbaikan ini dengan lebih memperhatikan
masalah: keakuratan perbaikan, kecepatan perbaikan, kualitas perbaikan, dan
sebagainya
4. Diferensiasi Citra
Selain diferensiasi pada produk, pelayanan dan sumber daya manusia,
Anda dapat juga melakukan diferensiasi melalui elemen citra. Citra tidak
dapat ditanamkan dalam sekejap, namun harus melalui proses yang berulang-
ulang. Ada beberapa perangkat dalam melakukan diferensiasi citra yaitu:
a. Ruangan fisik
Suasana ruangan sebuah perusahaan dapat menggambarkan citra
perusahaan tersebut. Sebuah bank yang menginginkan citra sebagai bank
bonafit seharusnya menampilkan kantornya yang tertata apik, peralatan
kantor yang canggih, interior yang artistik, peralatan yang menarik, dan
sebagainya. Eksterior kantor bank X yang didisain secara seragam dengan
memperhatikan estetika tinggi akan menimbulkan citra yang berbeda dengan
bank lain yang tidak memperhatikan aspek tersebut. Dengan melihat
gedungnya, orang akan langsung tahu bahwa itu kantor bank X.
b. Kegiatan Humas
Perusahaan dapat menciptakan citra yang berbeda melalui kegiatan
humas (public relation) yang dirancang dengan baik, misalnya melalui
publisitas. Membuat event tertentu, konferensi pers dan lain-lain. Perusahaan
susu yang mensponsori lomba “Balita Sehat”, akan memperoleh citra bahwa
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang peduli terhadap kesehatan
EKMA4478/MODUL 8 8.9
2. Penting
Diferensiasi yang dilakukan hendaknya menampilkan atribut-atribut
yang dirasa penting oleh pelanggan. Jika perusahaan mobil menonjolkan
perbedaannya hanya pada tempat duduk saja, tentu saja hal itu bukan
merupakan diferensiasi yang penting. Atribut yang penting pada sebuah
mobil misalnya terletak pada aspek: kinerja mesin, disain, kemudahan
perbaikan, kemudahan memperoleh suku cadang dan lain-lain.
3. Superior
Hendaknya diferensiasi yang dilakukan mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan perusahaan pesaing. Oleh karena itu, kita harus mengetahui di
mana kekuatan dan kelemahan pesaing. Dengan demikian, kita dapat
membuat diferensiasi yang unik.
4. Dapat Dikomunikasikan
Diferensiasi harus dapat dikomunikasikan dan dapat dilihat oleh
konsumen. Diferensiasi motor bebek merek Honda yang terletak pada mesin
4 tag-nya yang irit bahan bakar, dengan mudah dapat dirasakan atau
dibuktikan oleh konsumen.
8.10 Analisis Kasus Bisnis
5. Terjangkau
Harap diketahui bahwa dalam melakukan diferensiasi itu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Jangan sampai dengan adanya diferensiasi tersebut
pasar sasaran tidak bersedia membeli. Misalnya, agar berbeda dengan produk
pesaing, sebuah perusahaan elektronik menggabungkan sebuah televisi layar
datar dengan sebuah komputer. Andaikan membeli secara terpisah, harga
televisi tersebut Rp.3 juta dan harga komputer Rp.4 juta. Kemudian
perusahaan menetapkan harga televisi baru (yang sudah digabung dengan
komputer) sebesar Rp.12 juta. Tentu saja hal ini sulit diterima oleh
konsumen. Kenapa demikian, karena biasanya konsumen sudah mempunyai
taksiran harga yang layak untuk suatu produk. Oleh karena itu, perusahaan
harus pandai-pandai mengaitkan diferensiasi dengan perkiraan harga yang
tepat.
6. Menguntungkan
Meskipun diferensiasi itu membutuhkan biaya besar, namun harus tetap
menguntungkan bagi perusahaan.
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
1) Jika sebuah hotel hanya menawarkan kamar tidur tanpa fasilitas lain,
maka produk yang ditawarkan berada dalam jenjang ....
A. expected product
B. generic product
C. potential product
D. augmented product
2) Dalam situasi persaingan yang sangat ketat seperti kondisi sekarang ini,
maka jenjang produk yang sebaiknya ditawarkan adalah :
A. expected product
B. generic product
C. potential product
D. augmented product
Kegiatan Belajar 2
Strategi Merek
Buah jeruk perlu diberi cap Sunkist agar mengesankan jeruk berkualitas
tinggi. Buah apel diberi cap New Zealand atau ”Washington”. Beras
dimasukkan dalam kantung plastik kemudian diberi cap “Rojolele” atau
”Pandan Wangi” agar memberi kesan bahwa beras tersebut berbeda dengan
beras yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka merek tidak hanya merupakan bagian
dari produk. Tetapi sebaliknya, justru mereklah yang harus memberi nilai
tambah pada produk. Oleh karena itu tidak heran jika ada orang yang
menyatakan bahwa ”keputusan merek” (brand decision) merupakan
keputusan korporat. Artinya strategi merek merupakan keputusan strategik,
bukan keputusan fungsional bagian pemasaran semata.
A. KEKUATAN MEREK
Kalau Anda mengamati dengan jeli cerita di atas, maka akan tampak
oleh Anda bahwa pada dasarnya ada perbedaan antara produk dengan merek.
Produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik, sedangkan merek
merupakan sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Produk mudah ditiru, namun
tidak demikian halnya dengan merek. Produk boleh saja ”mati”, namun tidak
demikian halnya dengan merek. Untuk mendukung pernyataan tersebut
berikut kami berikan kasus yang pernah menimpa rokok Marlboro. Di suatu
hari Jumat, saham Philip Morris (produsen rokok Marlboro) pernah
mendadak anjlok di New York Stock Exchange. Saat itu, para investor
menjual saham Philip Morris secara besar-besaran. Keputusan investor itu
dilakukan setelah melihat laporan keuangan Philip Morris yang buruk.
Peristiwa itu sering disebut sebagai ”Marlboro Friday”.
Anda tentunya bertanya mengapa laporan keuangan Philip Morris
memburuk? Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya adalah menurunnya
penjualan rokok Marlboro akibat persaingannya dengan rokok-rokok “non
brand” (tidak menggunakan merek) yang dijual murah. Saat kasus itu terjadi,
banyak orang mulai mempertanyakan reputasi merek Marlboro yang sudah
begitu terkenal harus “angkat tangan” menghadapi rokok yang tidak terkenal.
Mungkin Anda juga bertanya-tanya: ”Apakah orang tidak menghargai merek
lagi?”. “Apakah sekarang konsumen lebih memikirkan “nilai” (value)
daripada merek”? “Kalau begitu, lalu di manakah peranan merek?”
8.16 Analisis Kasus Bisnis
D. MANFAAT MEREK
2. Merek lisensi, yaitu merek yang diberikan oleh pemberi lisensi kepada
pabrikan lain. Restoran McDonald, Kentucky Fried Chicken, Kodak,
Fuji merupakan contoh merek-merek yang berlisensi.
3. Merek privat (sering disebut juga dengan istilah merek pengecer, private
label, merek distributor, atau merek toko). Dalam hal ini, pihak pengecer
atau distributor menciptakan merek sendiri dari produk yang dibuat oleh
pabrikan lain. Misalnya Hipermarket Giant kini menjual banyak produk,
mulai dari minyak goreng, air minum dalam kemasan, beras-yang
semuanya menggunakan merek Giant. Namun demikian produk-produk
yang disebutkan tadi bukan diproduksi oleh Giant, melainkan oleh
pabrikan lain. Saat ini kedudukan pengecer atau distributor semakin
besar dan kuat. Oleh karena itu, tidak aneh jika akhir-akhir ini sering
terjadi “tarik-menarik kekuatan” antara pihak pabrikan dengan pengecer
besar atau distributor. Karena kuatnya kedudukan pengecer atau
distributor, sering terjadi posisi mereka lebih tinggi dari pabrikan. Di
Amerika Serikat, 90% produk FMCG (fast moving consumer goods)
tersalur melalui Wal Mart (nama sebuah pengecer raksasa). Persaingan
antara merek distributor dengan merek pabrikan ini disebut dengan
istilah “perang merek” (the battle of brands). Berdasarkan kasus di atas,
pihak pabrikan harus waspada menghadapi makin kuatnya private label
atau merek privat.
H. REVITALISASI MEREK
Dalam konsep daur hidup produk, setiap produk atau merek akan
mengalami masa kedewasaan. Bagi perusahaan, tentu saja hal ini tidak
menguntungkan. Kenapa demikian? Sebab pada kondisi itu konsumen tidak
melihat adanya sesuatu yang baru lagi pada produk atau merek tersebut,
sehingga konsumen tidak tertarik untuk meningkatkan pembelian, bahkan
cenderung meninggalkannya. Menghadapi hal itu, maka suatu produk atau
merek perlu diremajakan kembali. Tindakan membangkitkan atau
meremajakan pasar yang sudah masuk tahap kedewasaan tersebut sering
disebut dengan istilah revitalisasi atau rejuvenasi.
Ada tujuh cara dalam melakukan revitalisasi merek atau produk, yaitu :
1. Increasing usage (meningkatkan penggunaan). Karena jumlah “pemain”
dalam produk shampoo sudah banyak, maka Unilever mengeluarkan
jenis shampoo ultra mild, yang lebih lembut dan dapat digunakan
8.24 Analisis Kasus Bisnis
sesering mungkin. Jika biasanya kita keramas dua kali seminggu, maka
dengan shampoo ultra mild kita bisa keramas setiap hari. Dengan
demikian, penggunaan akan shampo tersebut akan lebih banyak.
2. Finding new uses (menemukan penggunaan baru). Di tengah kejenuhan
pemutar lagu MP3, akhirnya Apple dengan sukses mengubah MP3 biasa
menjadi Ipod yang kualitas suaranya jauh lebih bagus dan bisa untuk
menyimpan foto. Dari segi teknologi, sebenarnya antara MP3 dan MP3
tidak ada perbedaan yang berarti, namun kini Ipod lebih fungsional.
3. Entering new markets (memasuki pasar baru). Di tengah kompetisi yang
ketat dalam pasar rokok kretek, perusahaan Sampoerna mengeluarkan
rokok baru yang diberi merek A Mild yang mempunyai tar dan nikotin
rendah. Tindakan ini akhirnya mampu menggaet pasar baru, yaitu para
perokok yang makin sadar akan kesehatan.
4. Repositioning the brand (mengubah positioning merek). Baygon, dulu
pernah diposisikan sebagai obat anti serangga. Ketika itu Baygon kurang
dapat pasaran. Situasi berubah ketika Baygon diposisikan sebagai obat
nyamuk. Dalam pikiran konsumen, kata “nyamuk” lebih jelas daripada
kata serangga”. Jika menggunakan kata serangga, maka target pasarnya
agak kabur, karena yang biasa membunuh serangga adalah para petani.
Setelah diposisikan sebagai pembunuh nyamuk, maka target pasarnya
jelas, yaitu orang tua yang khawatir anaknya digigit nyamuk.
5. Augmenting the product/services (menambah manfaat pada produk/jasa).
Di tengah maraknya persaingan telepon genggam, maka pihak
perusahaan menambahkan fasilitas internet. Dengan penambahan
fasilitas internet, pengguna telepon genggam dapat menikmati internet
dengan lebih mudah dan praktis. Contoh lain adalah penggunaan kartu
mahasiswa yang sekaligus bisa bermanfaat sebagai ATM dan kartu
perpustakaan digital.
6. Obsoleting existing products (membuat produk yang ada menjadi usang).
Citibank terkenal agresif dalam meluncurkan program-program inovatif.
Di tengah maraknya kejahatan melalui kartu kredit, Citibank
mengeluarkan kartu kredit yang memuat chip untuk menangkal
kejahatan. Dengan adanya penambahan chip tersebut kartu kredit yang
lain menjadi ketinggalan jaman.
7. Extending the brand (memperluas penggunaan merek yang sama pada
produk lain). Produk-produk yang mempunyai “reputasi merek” yang
tinggi (brand equity), dapat digunakan pada produk lain. Merek Sanyo
EKMA4478/MODUL 8 8.25
L ATIHAN
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
1) Suatu keadaan di mana pasar tidak mau membeli suatu merek kecuali
citranya diubah, disebut:
A. brand rejection
B. brand non-recognition
C. brand recognition
D. brand preference
Kegiatan Belajar 3
B. STRATEGI HARGA
a. Skimming pricing
Dalam menerapkan strategi skimming pricing bukan berarti perusahaan
menetapkan harga tinggi selamanya, namun cukup pada tahap perkenalan
saja. Ketika persaingan mulai sengit, perusahaan baru menurunkan harga.
Penetapan harga tinggi perlu ditempuh perusahaan untuk menutup secara
cepat biaya riset dan pengembangan produk yang biasanya membutuhkan
biaya tinggi. Dengan harga tinggi, perusahaan dapat berjaga-jaga terhadap
kemungkinan kekeliruan dalam penetapan harga. Andaikata terjadi
kekeliruan, perusahaan tinggal menurunkan harga. Hal ini lebih mudah
daripada menaikkan harga. Strategi ini akan berjalan secara baik jika
konsumen tidak sensitif terhadap harga, namun mereka lebih memperhatikan
aspek non-harga seperti: kualitas, reputasi merek, service dan sebagainya.
Setelah konsumen yang tidak sensitif harga ini terlayani dengan baik,
perusahaan dapat membuat varian produk yang lebih murah untuk melayani
konsumen yang sensitif terhadap harga. Misalnya perusahaan laptop awalnya
menjual varian yang fiturnya lengkap dan canggih, kemudian dapat
meluncurkan versi yang lebih murah dengan mengurangi beberapa fiturnya.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan agar strategi skimming pricing ini
berjalan baik adalah adanya hambatan masuk (entry-barrier) yang tinggi
untuk pesaing. Teknologi, hak paten, reputasi merek, modal awal yang besar
dapat menjadi penghambat masuknya pesaing. Kalau pesaing mudah masuk,
strategi skimming pricing justru dapat menghancurkan perusahaan sebab
pesaing mempunyai kesempatan meluncurkan produk dengan harga lebih
murah.
b. Penetration pricing
Melalui strategi penetration pricing ini, ketika meluncurkan produk
baru, perusahaan menetapkan strategi harga rendah dengan harapan akan
memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat.
Dengan volume besar, biaya rata-rata akan menurun. Biaya rendah ini
menurut Michael Porter (1985) dapat menjadi alat yang ampuh dalam
menghambat masuknya pesaing.
Strategi penetration pricing ini akan efektif jika pasar sensitif terhadap
harga dan ada korelasi negatif antara kenaikan volume penjualan dengan
biaya. Artinya, jika volume penjualan meningkat maka biaya akan menurun.
EKMA4478/MODUL 8 8.31
a. Product-line pricing
Umumnya perusahaan menawarkan beberapa item produk sekaligus.
Toyota Avanza misalnya terdiri beberapa tipe seperti tipe E, G dan S. Pihak
Toyota tentu menetapkan selisih harga untuk masing-masing tipe dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya perbedaan biaya antar tipe,
evaluasi perbedaan fitur dan harga-harga pesaing. Jika selisih harga terlalu
rendah, maka kemungkinan besar konsumen akan membeli tipe yang lebih
mewah. Sebaliknya, jika selisih harga terlalu jauh, maka konsumen akan
cenderung memilih tipe yang lebih sederhana.
c. Captive-product pricing
Misanya kita membeli printer merek Canon, dengan demikian kita secara
rutin harus membeli toner keluaran Canon juga. Inilah yang disebut captive
product. Menghadapi hal ini, strategi yang umumnya digunakan perusahaan
adalah menetapkan harga murah untuk produk utamanya dan harga tinggi
untuk produk pelengkapnya. Biasanya pembeli kurang sensitif terhadap harga
produk pelengkap. Namun masalahnya adalah apakah semua perusahaan
harus menempuh strategi seperti itu? Tentu saja tidak, sebab keputusan
pembeli tidak hanya didasarkan pada harga produk utama, namun juga
produk pelengkap. Jadi, jika harga produk pelengkapnya terlalu tinggi, maka
8.32 Analisis Kasus Bisnis
hal itu bisa mengurangi minat membeli produk utama. Salah satu alasan
mengapa banyak orang menyukai mobil Jepang seperti Toyota, Suzuki
adalah karena harga suku cadangnya yang murah.
d. Two-part pricing
Jika kita pergi ke Dunia Fantasi, selain dikenakan tiket masuk kita harus
membayar lagi jika ingin menikmati fasilitas lain.
e. Byproduct pricing
Adakalanya proses produksi dari suatu produk menghasilkan produk
sampingan. Misalnya, produksi garmen akan menghasilkan guntingan-
guntingan kain yang tidak terpakai. Jika produk sampingan itu cukup
bernilai, maka penetapan harga tersebut dapat disesuaikan dengan nilai
produk sampingan tersebut di mata konsumen. Artinya, jika produk
sampingan tersebut mendatangkan pendapatan, maka dapat mengurangi
harga produk utama.
f. Product-bundling pricing
Beberapa item produk yang dijual sekaligus biasanya lebih murah
dibanding jika dijual satuan. Misalnya, deterjen Rinso 1 kg harganya
Rp10.000, pasta gigi Pepsodent Rp5.000, dan sabun mandi Lux harganya
Rp2.500. Ketiga merek dikemas dalam satu bungkusan kemudian dihargai
Rp15.000. Taktik tersebut, selain dapat mendorong konsumen untuk membeli
lebih banyak, namun juga dapat digunakan untuk memperkenalkan item
produk yang kurang laku dengan cara mengikutsertakan pada item produk
yang laku.
a. Geographical pricing
Strategi ini adalah menetapkan harga berbeda untuk area geografis
ataupun negara berbeda. Pertimbangannya bisa dari faktor biaya, daya beli
EKMA4478/MODUL 8 8.33
c. Promotional pricing
Perusahaan dapat menggunakan taktik harga untuk mendorong
pembelian awal dengan cara sebagai berikut.
1) Harga penglaris (loss-leader pricing). Misalnya suatu toko menurunkan
harga untuk merek terkenal untuk meningkatkan kunjungan.
2) Special-event pricing. Dalam hal ini penjual menurunkan harga untuk
menyambut even-even tertentu, misalnya pada hari raya, kemerdekaan
RI, dan sebagainya. Salah satu manfaat dari taktik ini adalah untuk
menciptakan image yang baik bahwa penjual peduli dengan even-even
tersebut.
3) Cash-rebate. Taktik ini disebut juga cash-back. Dari pada menurunkan
harga, maka perusahaan memberikan sejumlah uang untuk pembelian
produknya. Untuk mendongkrak laptopnya Acer menerapkan cash back:
“Beli Acer varian apa saja, maka Anda akan mendapatkan cash-back
Rp1.000.000”.
4) Low-interest financing. Sering kali perusahaan otomotif menawarkan
bunga yang rendah bagi konsumen yang ingin membeli mobil, misalnya
8% per tahun.
5) Longer payment terms. Dengan menawarkan jangka waktu pembayaran
yang lebih lama, maka cicilan per bulan tentu akan lebih rendah. Namun
sebagai konsekuensinya tentu suku bunga lebih tinggi.
6) Warranties and service contract. Beberapa perusahaan otomotif lebih
suka memberikan kontrak servis gratis dan ganti komponen secara
berkala daripada menurunkan harga.
7) Psychological discounting. Melalui taktik ini, perusahaan ingin
menciptakan kesan penghematan dengan adanya penurunan harga.
Misalnya: “Dulu Rp100.000, sekarang Rp50.000”.
4. Diskriminasi Harga
Tidak jarang perusahaan memodifikasi harga dasar untuk
mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan konsumen,
produk, lokasi dan lain-lain. Diskriminasi harga terjadi pada saat perusahaan
menjual produk dengan dua atau lebih tingkat harga di mana perbedaan harga
tidak mencerminkan perbedaan biaya. Beberapa teknik diskriminasi adalah
seperti dijelaskan berikut ini.
a. Diskriminasi berdasarkan segmen. Dalam hal ini, kelompok pembeli
yang berbeda dikenakan harga yang berbeda pula. Misalnya, tiket masuk
EKMA4478/MODUL 8 8.35
C. STRATEGI DISTRIBUSI
Gambar 8.1.
Ilustrasi Efisiensi Kontak Pasar oleh Perantara
2. Strategi Distribusi
Dalam BMP Manajemen Pemasaran (EKMA4216), Saudara telah
memahami bahwa berdasarkan luas saluran pemasaran, ada tiga strategi
umum distribusi, yaitu distribusi intensif, selektif, dan eksklusif. Karena
pengertian ketiga distribusi di atas sudah dibahas dalam BMP Manajemen
Pemasaran (EKMA4216), maka kita tidak perlu membahasnya lagi. Pada
kesempatan ini, lebih baik kita membahas karakteristik ketiga distribusi
tersebut. Artinya, kapan sebaiknya kita menggunakan masing-masing strategi
tersebut. Untuk itu, perhatikan tabel berikut.
8.38 Analisis Kasus Bisnis
Tabel 8.1.
Karakteristik Strategi Distribusi
DISTRIBUSI DISTRIBUSI
KARAKTERISTIK DISTRIBUSI SELEKTIF
INTENSIF EKSKLUSIF
SASARAN Cakupan pasar dan Cakupan pasar sedang, Citra, prestis, loyalitas, marjin
penerimaan saluran citra yang kuat, loyalitas keuntungan yang tinggi,
yang seluas- dan pengendalian pengendalian saluran dan
luasnya, saluran, stabilitas harga
PERANTARA Jumlah banyak, Jumlah sedang, tipe Berjumlah sedikit, mapan,
semua tipe dan tertentu, mapan dan perusahaan yang punya
tingkat gerai (outlet) perusahaan yang baik reputasi
PELANGGAN Pasar konsumen: Pasar konsumen: Pasar konsumen: jumlah
jumlah banyak, jumlah sedang, sedikit, trend setter, mau
berorientasi pada mengetahui merek, mengunjungi toko, loyal
kemudahan bersedia bepergian terhadap merek
jauh untuk mengunjungi
toko
Pasar organisasi: Pasar organisasi: Pasar organisasi:
difokuskan pada difokuskan pada banyak Dipusatkan pada pelanggan
semua tipe pelanggan, layanan besar, layanan diharapkan
pelanggan, layanan diharapkan dari dari produsen
diharapkan dari perantara atau produsen
perantara
PENEKANAN Pasar konsumen: Pasar konsumen: Pasar konsumen: personal
PEMASARAN iklan massal, lokasi optional mix, suasana selling, suasana outlet yang
dekat, pengaturan outlet nyaman, layanan nyaman, pelayanan baik
item produk di yang baik
counter
Pasar organisasi: Pasar organisasi: Pasar organisasi:
ketersediaan, ko- ketersediaan, ketersediaan, komunikasi
munikasi teratur, komunikasi teratur, teratur, layanan superior
layanan superior layanan superior
KERUGIAN Kontrol saluran Ada kemungkinan sulit Potensi penjualan terbatas
UTAMA terbatas mencakup ceruk pasar
(market niche)
CONTOH PRODUK Sabun mandi, pasta Alat-alat elektronik, Pakaian dari desainer,
gigi, furnitur, pakaian, otomotif, peralatan modal
(capital equipment), layanan
yang kompleks
Sumber: Simamora (2008)
Tabel 8.2.
Perilaku Konsumen dan Kategori Produk yang Mempengaruhi
Strategi Distribusi
PRODUK DAPAT
STRATEGI DISTRIBUSI
JIKA PERILAKU KONSUMEN ADALAH DIKLASIFIKASIKAN
YANG DIANJURKAN
SEBAGAI
Lebih menyukai merek yang paling tersedia
pada tempat yang paling mudah didatangi
Kurang peduli terhadap merek. Konsumen Barang Convenience
bersedia berkeliling untuk memperoleh
harga atau layanan terbaik
Distribusi Intensive
Memilih produk di antara produk-produk
yang tersedia pada toko yang paling mudah
didatangi Barang Shopping
Membanding-bandingkan atribut produk
dan layanan yang disediakan
Membeli merek favorit dari toko yang paling
mudah didatangi
Memiliki preferensi merek/ berkeliling untuk Barang Special
mencari harga/layanan terbaik
Menyukai toko dan merek tertentu
Menyukai toko tertentu/mempertimbangkan Distribusi Selective/exclusive
banyaknya pilihan produk dalam
Barang Shopping
memutuskan toko yang didatangi/merek
belum pasti
Menyukai toko tertentu/tidak peduli
Barang Convenience
terhadap merek
Sumber: Simamora (2008)
8.40 Analisis Kasus Bisnis
D. STRATEGI PROMOSI
2. Bauran Promosi
Ada beberapa bauran atau alat-alat promosi yang dapat digunakan
perusahaan, yaitu iklan (advertising), penjualan personal (personal selling),
hubungan masyarakat (public relation), promosi penjualan (sales promotion),
dan pemasaran langsung (direct marketing). Masing-masing alat promosi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.3.
Tabel 8.3
Alat Promosi yang Dapat Digunakan
L ATIHAN
Latihan 2
Pertanyaan
1) Faktor-faktor (variabel) apa yang digunakan PT. MINNROTECH dalam
melakukan segmentasi pasarnya? Jelaskan jawaban Saudara!
2) Strategi penentuan sasaran pasar (market targeting) apa yang diterapkan
PT. MINNROTECH? Jelaskan alasan Saudara!
3) Coba Anda tentukan bauran pemasaran yang cocok untuk tipe
Studentmate? Berikan penjelasan secara singkat untuk masing-masing
bauran pemasaran!
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 3
A. captive-product pricing
B. optional feature pricing
C. product-line pricing
D. two-part pricing
Daftar Pustaka
Aaker, A. David (1991). Managing Brand Equity. New York: The Free
Press.
Ries. Al and Jack Trout (1982). Positioning: The Battle for Your Mind. New
York: Warner Boks.
Analisis Kasus
Meirani Harsasi, S.E., M.Si.
PE N D AHUL U AN
Kegiatan Belajar 1
PT ADI JAYA
PT Adi Jaya merupakan perusahaan yang bergerak pada industri
makanan dan telah berdiri sejak tahun 1980. Pemiliknya saat ini adalah Tuan
Bratawijaya yang merupakan anak pertama Tuan Brotoseno, pendiri
perusahaan tersebut. Sejak awal berdiri, PT Adi Jaya memfokuskan pada
produk biskuit dan sejenisnya yang berupa makanan kecil atau cemilan. Pada
tahun 1985, Tuan Brotoseno memutuskan untuk memperluas lini
produksinya yaitu dengan meluncurkan produk baru berupa sirup dalam
kemasan botol kaca. Tidak lama berselang, muncul pesaing baru yang
memproduksi barang yang sama tetapi dengan merek yang berbeda dan harga
yang lebih murah. Mengatasi pesaing tersebut, Tuan Brotoseno berusaha
untuk memperkuat mereknya dengan mencoba memproduksi mie instan, dan
ternyata sambutan pasar sangat memuaskan. Sejak awal berdiri, Tuan
Brotoseno memutuskan untuk memberi satu merek pada semua produknya,
yaitu merek „Pasti‟. Kue-kue kaleng berupa biskuit, wafer, serta permen
dengan merek „Pasti‟ telah melekat di benak konsumen dan telah berhasil
menguasai 40% pangsa pasar makanan ringan di Indonesia. Strategi tersebut
diterapkan untuk produk sirup yang juga diberi merek „Pasti‟ walaupun
terdiri dari bermacam rasa dan jenis. Sirup „Pasti‟ dibuat dalam lima rasa
yaitu jeruk, anggur, apel, melon, dan stroberi. Sirup „Pasti‟ juga terdiri dari
dua jenis yaitu sirup murni dan sirup susu. Kesemua produknya diberi merek
yang sama, yaitu merek „Pasti‟ karena merek tersebut telah melekat di benak
EKMA4478/MODUL 9 9.5
konsumen selama lebih dari 20 tahun. Demikian juga untuk produk mie
instan, semua rasa dan jenis diberi merek yang sama, yaitu merek „Pasti‟.
Pertanyaan:
1. Tentukan strategi apa yang digunakan tuan Brotoseno dalam hal merek
untuk mempertahankan posisi pasarnya?
2. Jelaskan kelebihan dan kelemahan strategi tersebut serta kaitkan dengan
kondisi PT Adi Jaya sehingga memilih strategi tersebut!
Jawab:
1. Strategi yang digunakan PT Adi Jaya adalah strategi family brand atau
merek serumpun.
2. Strategi family brand mempunyai kelebihan:
a. keberhasilan satu merek akan membantu merek lainnya sehingga
menghemat biaya promosi;
b. dapat membina kesetiaan terhadap kelompok produk lainnya;
c. mempermudah dalam memperkenalkan produk baru.
PT MAJU JAYA
PT Maju Jaya adalah perusahaan yang bergerak pada produksi pakaian
dan memfokuskan pada pakaian wanita dan anak-anak. Selama 10 tahun
perusahaan ini telah memproduksi pakaian dengan merek „Kiko‟ dan tingkat
penjualan dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang memuaskan. Setelah
berhasil dalam bisnis pakaian wanita dan anak-anak, Tuan Ongkoseno
memutuskan untuk memproduksi satu jenis produk baru, yaitu tas wanita.
Produk barunya tersebut diberi merek sama dengan produk pakaian. Untuk
memproduksi produk barunya tersebut, Tuan Ongkoseno telah melakukan
investasi yang cukup besar untuk membangun pabrik dan membeli peralatan
baru. Investasi awal untuk mesin akan diputuskan dengan mempertimbang-
kan dua pemasok yang menawarkan mesin dengan jenis yang sama namun
berbeda merek. Mesin pertama adalah mesin dengan merek Juki dan mesin
kedua adalah mesin dengan merek Jengki. Apabila membeli mesin Juki maka
perusahaan akan menanggung biaya tetap per bulan sebesar Rp10.000.000
sebagai biaya perawatan mesin dan biaya variabel sebesar Rp20.000. Untuk
mesin Jengki, biaya tetap yang akan ditanggung perusahaan adalah sebesar
Rp11.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp17.000. Untuk produksi awal,
perusahaan berencana untuk memproduksi sebanyak 100 unit tas per bulan.
Pertanyaan:
Tentukan mesin manakah yang akan memberikan biaya paling murah!
Jawab:
1. Mesin Juki: biaya tetap = Rp10.000.000 dan biaya variabel sebesar
Rp20.000 sehingga total biaya adalah sebesar
Rp10.000.000 + (Rp20.000 × 100) = Rp12.000.000
PT SEHAT SAKTI
Rokok telah lama dikenal sebagai sumber berbagai macam penyakit. Hal
itu tidak dipungkiri karena penelitian terhadap kandungan rokok
menunjukkan bahwa rokok mengandung berbagai zat kimia yang
membahayakan tubuh. Tuan Hadiwinata adalah seorang pebisnis yang telah
lama menggeluti bisnis obat-obatan. Perusahaan yang didirikannya, PT Sehat
Sakti merupakan salah satu produsen obat-obatan ternama di Indonesia.
Pangsa pasarnya mencapai 30% penjualan obat dalam negeri. Melalui
penelitian yang cukup lama, pada tahun 2010 Tuan Hadiwinata meluncurkan
satu produk baru yang cukup unik, yaitu rokok kesehatan. Ya, rokok ini
berbeda dengan rokok pada umumnya, yaitu mengandung bahan-bahan yang
tidak membahayakan tubuh, tetapi justru menyehatkan. Tuan Hadiwinata
melihat hal ini sebagai suatu peluang baru dan berharap dapat meraih pasar
yang seluas-luasnya. Produk baru tersebut diberi merek „Rohat‟ yang
merupakan singkatan dari rokok sehat agar mudah diingat konsumen. Tuan
Hadiwinata juga menyadari bahwa rokok tersebut akan mudah ditiru begitu
pesaing mulai menyadari adanya produk baru yang potensial. Untuk itulah,
Tuan Hadiwinata sangat merahasiakan formula rokoknya, agar produk yang
dijualnya berbeda dengan produk pesaing.
Berkaitan dengan pemasaran rokok sehat tersebut, Tuan Hadiwinata
merancang saluran pemasarannya agar rokok sehat dapat mudah dibeli
masyarakat. Untuk mendekatkan produk ke konsumen, Rohat dijual ke toko-
toko pengecer melalui distributor obat-obatan yang selama ini menangani
penjualan obat-obat produksi PT Sehat Sakti. Namun demikian, Tuan
Hadiwinata merasa perlu untuk membangun satu gudang baru untuk
menjamin ketersediaan Rohat di pasaran. Terdapat dua alternatif lokasi yang
dapat dipilih, yaitu di kota A dan kota B. Apabila mendirikan gudang di kota
A maka biaya tetap per tahun yang akan ditanggung adalah sebesar
Rp40.000.000 dan biaya variabel Rp.60.000. Sedangkan apabila mendirikan
gudang di kota B maka biaya tetap yang akan ditanggung adalah sebesar
Rp35.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp70.000. PT Sehat Sakti
berencana untuk berproduksi pada tingkat produksi 3.000.000 unit per tahun
dengan harga jual Rp200.000/box.
9.8 Analisis Kasus Bisnis
Pertanyaan:
1. a. Jenis diferensiasi apakah yang dipilih Tuan Hadiwinata berkaitan
dengan produk rokok sehat? Jelaskan alasan Anda!
b. Strategi merek apakah yang dipilih Tuan Hadiwinata? Jelaskan
alasan Anda!
2. a. Tentukan kota manakah yang lebih menguntungkan untuk didirikan
gudang?
b. Berapa tingkat keuntungan yang diharapkan?
Jawab:
1. a. Jenis diferensiasi yang dipilih Tuan Hadiwinata adalah diferensiasi
yang melekat pada produk. Hal ini dikarenakan Tuan Hadiwinata
mengutamakan perbedaan produknya dengan produk-produk yang
lain.
b. Strategi merek yang digunakan adalah individual brand (merek
individu) karena produk tersebut diberi nama yang tidak sama
dengan produk lainnya dan hanya untuk produk tersebut saja.
2. a. Kota A: Rp40.000.000 + (Rp60.000 × 3.000.000)
= Rp180.040.000.000
b. Kota B: Rp35.000.000 + (Rp70.000 × 3.000.000)
= Rp210.035.000
Jadi, yang dipilih adalah kota A karena memberikan biaya yang
lebih murah.
L ATIHAN
PT UNICORN
Pertanyaan:
1) Tentukan cara apakah yang dipilih perusahaan untuk menggarap segmen
pasarnya ? Jelaskan!
2) Tentukan jumlah pembelian bahan baku yang paling optimal!
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 1
PT AURORA INDONESIA
Pertanyaan:
1) Segmentasi berdasarkan apakah yang dipilih PT Aurora Indonesia?
2) Tentukan pembelian optimal masing-masing jenis bahan baku!
Kegiatan Belajar 2
PT ADIDAYA
Pertanyaan:
Berikan pendapat Anda mengenai permasalahan tersebut dan dampaknya
bagi perusahaan dalam bidang manajemen sumber daya manusia!
9.14 Analisis Kasus Bisnis
Jawaban:
Pada kasus tersebut, permasalahan yang berhubungan langsung dengan
perencanaan SDM adalah volume produksi. Diperkirakan pada tahun-tahun
mendatang perusahaan akan mengurangi volume produksi. Penurunan
volume produksi yang tidak diimbangi dengan penurunan jumlah tenaga
kerja perusahaan akan menyebabkan surplus tenaga kerja perusahaan selama
tiga tahun mendatang. Dengan demikian, permasalahan pokok yang dihadapi
oleh perusahaan selama tiga tahun mendatang adalah terjadinya surplus
tenaga kerja. Setelah kita mengetahui permasalahan pokok perusahaan
tersebut, tahap berikutnya kita perlu memberikan alternatif tindakan untuk
menghadapi surplus tenaga kerja tersebut. Dalam teori perencanaan SDM
kita dapat mengemukakan berbagai strategi untuk mengatasi peramalan
surplus tenaga kerja. Strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut.
3. Pensiun Dini
Pemensiunan dini beberapa karyawan yang ada pada saat ini adalah cara
lain untuk mengurangi jumlah pekerja. Ada sebagian karyawan yang merasa
EKMA4478/MODUL 9 9.15
senang menerima pensiun lebih awal, tetapi sebagian yang lain merasa
enggan. Untuk karyawan yang enggan, barangkali akan rela menerima
pensiun dini jika mendapat paket pensiun secara total cukup menarik.
4. Perampingan (Downsizing)
Perampingan/downsizing adalah pengurangan terencana besarnya jumlah
personalia dengan tujuan meningkatkan kemampuan bersaing organisasi
(Noe, et al., 2007). Berbagai cara perampingan dilakukan perusahaan,
beberapa di antaranya dilakukan melalui berikut ini.
a. Mengganti tenaga kerja dengan teknologi. Menutup pabrik yang sudah
ketinggalan jaman, otomatisasi atau memperkenalkan penggunaan
teknologi baru yang dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Di
samping itu, sering kali penghematan biaya tenaga kerja lebih besar
dibanding biaya penggunaan teknologi baru.
b. Merger dan akuisisi. Pada waktu dilakukan penggabungan perusahaan
sering kali diperlukan lebih sedikit birokrasi sehingga perusahaan dapat
memberhentikan beberapa manajer dan staf ahli.
c. Pindah ke lokasi yang lebih menguntungkan. Perusahaan dapat
memindahkan lokasi perusahaan/pabriknya ke lokasi yang lebih murah
biaya tenaga kerjanya sehingga perusahaan/pabrik di mana biaya tenaga
kerjanya mahal akan berkurang jumlah tenaga kerjanya dan diganti
dengan tenaga kerja yang lebih murah.
PT PANASONA
Tabel 9.1.
Perkiraan Penghasilan dan Biaya Operasi
Mesin “Don Jung”
Tabel 9.2.
Perkiraan Penghasilan dan Biaya Operasi
Mesin “Yamako”
Pertanyaan:
Tentukan mesin manakah yang sebaiknya dipilih dengan menggunakan
metode payback period yang didiscountedkan (discount rate = 10%)!
EKMA4478/MODUL 9 9.17
Jawaban:
Menghitung proceed dan PV proceed tiap-tiap mesin per tahun
A. Mesin “Don Jung”
EBIT Pajak EAT Depresiasi Proceed DF
Th PV Proceed
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (10%)
1 10.000.000 2.500.000 7.500.000 11.000.000 18.500.000 0,909 Rp16.816.500
2 12.000.000 3.000.000 9.000.000 11.000.000 20.000.000 0,826 Rp16.520.000
3 12.000.000 3.000.000 9.000.000 11.000.000 20.000.000 0,751 Rp15.020.000
4 14.000.000 3.500.000 10.500.000 11.000.000 21.500.000 0,683 Rp14.684.500
5 16.000.000 4.000.000 12.000.000 11.000.000 23.000.000 0,621 Rp14.283.000
B. Mesin “Yamako”
EBIT Pajak EAT Depresiasi Proceed DF
Th PV Proceed
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (10%)
1 12.000.000 3.000.000 9.000.000 14.000.000 23.000.000 0,909 Rp20.907.000
2 12.000.000 3.000.000 9.000.000 14.000.000 23.000.000 0,826 Rp18.998.000
3 14.000.000 3.500.000 10.500.000 14.000.000 24.500.000 0,751 Rp18.399.500
4 16.000.000 4.000.000 12.000.000 14.000.000 26.000.000 0,683 Rp17.758.000
5 18.000.000 4.500.000 13.500.000 14.000.000 27.500.000 0,621 Rp17.077.500
Sebelum habis tahun ke-4 investasi mesin “Don Jung” sudah kembali.
55.000.000 48.356.500
Sisanya: 12 bulan 5, 43bulan
14.684.500
Jadi, payback period yang didiskontokan untuk mesin “Don Jung”
adalah 3 tahun dan 5,43 bulan.
B. Mesin “Yamako”
Investasi mesin ”Yamako” adalah Rp70.000.000
Penerimaan tahun 1 Rp20.907.000
Penerimaan tahun 2 Rp18.998.000
Penerimaan tahun 3 Rp18.399.500
Jumlah Rp58.304.500
9.18 Analisis Kasus Bisnis
PT INDAH SAKTI
Pertanyaan:
1. Analisislah keputusan Tuan Sastrowardoyo untuk mengangkat Rina
Marina sebagai manajer personalia yang baru.
2. Analisislah proyek Tuan Sastrowardoyo apabila metode penyusutan
yang digunakan adalah metode garis lurus! Apabila menguntungkan,
berapa lamakah investasi Tuan Sastrowardoyo dapat kembali?
Jawaban:
1. Untuk menjawab pertanyaan kasus tersebut, Anda harus kembali
memperhatikan: sistem pengembangan karier yang diterapkan di
perusahaan. Landasan filosofis pimpinan dalam mengangkat pejabat
perusahaan, dan kualifikasi yang dituntut untuk menjabat suatu jabatan.
Berdasarkan data pada kasus tersebut, perusahaan memiliki sistem
pengembangan karier yang sudah bagus. Karyawan meniti karier sesuai
jalurnya. Namun, untuk level-level tertentu perusahaan dapat
mempertimbangkan untuk menempatkan pejabat lintas bidang. Dalam
kasus ini, perusahaan tidak boleh begitu saja menempatkan orang di
tempat berbeda tersebut tanpa adanya penyesuaian atau prakondisi
sebelumnya. Di sinilah nampak kelebihan pimpinan Tuan Sastrowardoyo
bahwa dalam pengangkatan Rina, Tuan Sastrowardoyo juga
9.20 Analisis Kasus Bisnis
PT SONYA INDONESIA
Langkah pertama adalah menilai kembali gaji pokok yang diterima pekerja.
Penghitungan pertama dilakukan pada jabatan level supervisor yang termasuk
pada posisi lower manager. Faktor yang dinilai meliputi keterampilan, usaha,
dan tanggung jawab. Selengkapnya deskripsi faktor dan subfaktor seperti
pada tabel berikut.
Tabel 9.3.
PT Sonya Indonesia
Neraca
Per 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Tabel 9.4.
PT. Sonya Indonesia
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan 20.000.000
Potongan Penjualan 800.000
Penjualan Neto 19.200.000
HPP 12.000.000
Laba Kotor 7.200.000
Biaya Administrasi, Umum dan Pemasaran 1.200.000
Laba Operasi (sebelum bunga dan pajak) 6.000.000
Bunga 500.000
Laba sebelum pajak 5.500.000
Pajak 1.000.000
Laba setelah pajak 4.500.000
Pertanyaan:
1. a. Analisislah jenis proses apa yang diterapkan PT Sonya Indonesia!
b. Analisislah tingkat segmen pasar yang dilakukan PT Sonya
Indonesia!
9.24 Analisis Kasus Bisnis
L ATIHAN
dan bisa dihapus atau diisi ulang. Produk ini ditujukan untuk segala umur,
baik pria maupun wanita karena dapat digunakan oleh siapa saja. Pihak
manajemen menekankan pada keunikan produk sebagai unggulan utama
produknya.
Sejak diluncurkan satu tahun lalu, alat ini berada pada tahap daur hidup
yang ditandai oleh tingkat penjualan yang terus mengalami kenaikan, kendati
persentase kenaikannya cenderung menurun. Data yang didapat dari divisi
pemasaran tampak dalam tabel berikut.
Tabel 9.5.
Tingkat Penjualan Produk Mini Playstation
Tabel 9.6.
PT Globe Mas
Neraca
Per 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Tabel 9.7.
PT Daksa Electronic Corporation
Laporan Rugi Laba
Per 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan 15.000.000
Potongan Penjualan 500.000
Penjualan Neto 14.500.000
HPP 10.000.000
Laba Bruto 4.500.000
Biaya Administrasi, Umum dan Pemasaran 1.500.000
Laba Operasi 3.000.000
Pajak 20% 600.000
Laba setelah pajak 2.400.000
dan subfaktor jabatan, degree (tingkatan) dan definisi seperti tampak dalam
Tabel 9.8.
Tabel 9.8.
Degree dan Definisi Jabatan
Manajer Operasi dan Manajer Pemasaran
Tabel 9.9.
Poin Tiap Degree Jabatan
Manajer Operasi dan Manajer Pemasaran
Tabel 9.10.
Spesifikasi Jabatan
Manajer Operasi dan Manajer Pemasaran
Spesifikasi Jabatan
Faktor & Subfaktor
Manajer Operasi Manajer Pemasaran
Kompetensi Inti
- Pendidikan Sarjana Sarjana
- Pengalaman 3–4 tahun Di atas 5 tahun
- Kreativitas Sedang Sangat Tinggi
Effort
- Fisik Berat Ringan
- Mental Berat Berat
Tanggung jawab
- Produk Berat Sedang
- Pelayanan Sedang Berat
Kondisi Kerja
- Lingkungan Kerja Berat Sedang
- Risiko Berat Berat
9.30 Analisis Kasus Bisnis
Pertanyaan:
1) Berdasarkan keadaan keuangan pada PT Globe Mas, Anda diminta
menilai kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan sebagai berikut:
a) Debt to Equity Ratio
b) Quick ratio
c) Profit Margin
d) Rentabilitas Ekonomis
2) Tentukan strategi positioning yang ditempuh PT Globe Mas!
3) Apabila dengan asumsi satu poin mempunyai nilai Rp100 ribu, berapa
kompensasi yang harus diterima oleh manajer operasi dan manajer
pemasaran?
4) Untuk membuat produk playstation, tentukan titik impas produk yang
dibuat!
R AN GKUMAN
TE S FOR MATIF 2
PT UNICLEAN
Pertanyaan:
1) Tentukan apakah penawaran mesin dari Jepang menguntungkan
perusahaan ataukah tidak dengan menggunakan metode Net Present
Value (NPV) dengan tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun!
2) Tentukan lokasi gudang mana yang sebaiknya dipilih dengan
mempertimbangkan biaya tetap dan biaya variabel di tiap-tiap lokasi!
3) a. Tentukan produk Maxwhite berada pada tahap apa dalam daur hidup
produknya? Jelaskan kondisi pada tahap daur hidup tersebut.
b. Berdasarkan uraian soal, jenis segmen pasar apakah yang dipilih
oleh PT Uniclean?
4) Permasalahan apa yang dihadapi perusahaan dalam menentukan calon
kepala gudang yang baru? Apa saja yang dapat dipertimbangkan pihak
manajemen untuk mengangkat Doni sebagai kepala gudang yang baru?
9.34 Analisis Kasus Bisnis
Tes Formatif 1
1) Segmentasi berdasarkan manfaat
2) Bahan baku A: 3.162,27 roll
Bahan baku B: 2.828,43 roll
Bahan baku C: 2.236,07 roll
Tes Formatif 2
1) Penyusutan per tahun = (harga perolehan – nilai sisa)/usia ekonomis
= (300.000.000 – 80.000.000)/4 = Rp55.000.000
Maka, kas masuk bersih tahun I – tahun IV
= Rp100.000.000 + Rp55.000.000 = Rp155.000.000
PV kas masuk tahun I = 155.000.000/(1+0,16)1 = 133.620.689,7
PV kas masuk tahun II = 155.000.000/(1+0,16)2 = 115.190.249,7
PV kas masuk tahun III = 155.000.000/(1+0,16)3 = 99.301.939,4
PV kas masuk tahun IV = 155.000.000/(1+0,16)4 = 85.605.120,17 +
433.717.999
PV nilai sisa di tahun IV = 80.000.000/(1+0,16)4 = 44.183.287,83
NPV = –300.000.000 + 433.717.999 + 44.183.287,83
= + Rp177.901.286,8
Dengan demikian, NPV bernilai positif maka berarti mesin dari Jepang
tersebut menguntungkan sehingga keputusannya adalah dibeli.
Daftar Pustaka
Chase, R.B., Jacobs, F.R., & Aquilano, N.J. (2006). Operations Management
for Competitive Advantage with Global Cases. McGraw-Hill.
Russel, R.R. & Taylor, B.W. (2003). Operations Management. 4th Edition.
Pearson Education International.