Você está na página 1de 16

Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja

Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

KENDALA KEPESERTAAN PROGRAM JAMINAN


SOSIAL TERHADAP PEKERJA DI SEKTOR
INFORMAL: STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA
Triyono1 & Soewartoyo2

ABSTRAK

The social security is a national citizen’s right, include to the workers. However,
in the reality is not all workers have been touched in the social security Indonesian
programs. This paper will descript why the social security programs is not yet
succeed for participation workers in Indonesia. This study is part of the results of
research conducted by LIPI Population Research Center. This study approach
used a desk literature review and the survey approach which be located at informal
sector workers settlement in Surabaya. The analysis uses descriptive method that
to discuss how the implementation of the social security programs were done by
the government policies. This study found that the implementation of the social
security not yet was followed by the majority of the informal sector workers. This
is because due to the several constraints, such as, the workers are still not
understand about of the National Social Security program; they have not get
access to this program. Another factor is the education level of workers is low, its
doe to their knowledge is lower. Therefore the situation brought the less access to
information for the programs by the informal workers.

Keywords : the social security program, the informal sector workers, information
access.

I. PENDAHULUAN

Seperti diketahui bersama bahwa Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea


“Jaminan sosial merupakan hak setiap kelima, dinyatakan bahwa keadilan sosial
warga Negara yang dilindungi oleh undang- diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indone-
undang”. Namun kenyataannya belum sia dan Sistem jaminan sosial tercantum
seluruh warga Negara mendapatkan akses dalam Pasal 34 UUD Amandemen keempat
jaminan sosial nasional tersebut. Dalam Tahun 2002.

1
Triyono adalah Peneliti Pertama bidang Ketenagakerjaan pada Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
2
Soewartoyo Ahli Peneliti Utama bidang Ketenagakerjaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

26 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

Melihat persoalan tersebut maka menyediakan dana bagi masa depan


sesuatu yang wajar jika warga negara, pekerja (Vladimir Rys, 2011).
termasuk semua pekerja menuntut untuk Sistem yang diterapkan di Jerman
pengesahan undang-undang terkait dengan waktu itu negara memberikan dana pensiun
program jaminan sosial tentang bagi pekerja, yang akhirnya memberikan
pembentukan Badan Penyelenggara inspirasi bagi Negara Inggris, yang pada
Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun Undang- waktu itu menjadi negara pelopor revolusi
Undang Sistem Jaminan nasional telah industri. Di mana di negara tersebut jaminan
diundangkan dalam UU Nomor 40 Tahun sosial untuk kaum pekerja sangat perlu
2004, akan tetapi belum mampu untuk melindungi produktivitas melalui
melaksanakan program tersebut sesuai perlindungan terhadap kaum buruh. Pada
dengan amanat UU, karena masih kenyataan yang ada di Inggris, kaum pekerja
terkendala dengan pembentukan Badan memiliki jam kerja yang panjang dan upah
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal yang rendah. Namun demikian, sistem yang
ini terjadi karena dalam Undang-Undang No diterapkan di Inggris itu pertama kalinya
40 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (6) hanya diperuntukkan pegawai negeri yang
menentukan, “BPJS adalah badan bekerja di sektor publik seperti kereta api
hukum yang dibentuk untuk dan industri gas dan pegawai pabean yang
menyelenggarakan program jaminan
mulai diterapkan pada akhir abad-17
sosial”. Dan pelaksanaan ini
(Vladimir Rys, 2011). Selanjutnya baru
diperkirakan hingga pada tahun 2014.
berkembang ke sektor industri swasta yang
Secara konseptual, Jaminan sosial atau
sampai saat ini memegang peranan sebagai
security act merupakan hak warga yang
lokomotif perekonomian Inggris. Skema
dilindungi oleh konstitusi. Proses jaminan
yang diterapkan di Inggris adalah pensiun
sosial telah mengalami dinamika dan
bagi pekerja pabean. Setelah itu program
transformasi seiring berjalannya waktu.
jaminan menyebar ke sektor yang lain.
Jaminan sosial pertama kali diperkenalkan
Pada awal perkembangannya jaminan
di daratan Eropa (Prusia sekarang Jerman)
hanya dinikmati pekerja saja, tidak beserta
dengan penerapan undang-undang asuransi
keluarganya. Jaminan pekerja dan
sosial pada tahun 1880-an di bawah
keluarganya baru dirintis di Prancis pada
pemerintahan Otto Von Bismark. Jaminan
abad 19 khususnya bagi pekerja di sektor
sosial di Jerman di sektor ketenagakerjaan
perindustrian (Vladimir Rys, 2011). Jaminan
pertama diterapkan di sektor industri
sosial sebagai bentuk tanggung jawab
pertambangan, bahwa pihak berwenang
Negara dalam melayani masyarakatnya.
telah mendorong majikan untuk
Jaminan sosial sebagai produk sebagai

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 27


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

bentuk tanggung jawab Negara, hingga saat nyaman dalam bekerja karena telah
ini mengalami pasang surut. Faktor ekonomi terlindungi dari kemungkinan kecelakaan
maupun politik berperan besar dalam kerja maupun pensiun. Sehingga akan
pasang surut jaminan sosial ini. Jaminan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih
sosial merupakan kebijakan untuk produktif. Selain itu jaminan sosial juga
memberikan tunjangan pendapatan (in- merupakan konsekuensi logis sebagai
come support) bagi masyarakat karena timbal balik dari perusahaan bagi pekerja
situasi yang mendesak maupun situasi yang yang telah memberikan keuntungan. Maka
sudah diperkirakan sebelumnya (life cycle); dari itu jaminan sosial perlu diterapkan
misalnya: tunjangan bagi orang cacat yang sehingga akan mampu membantu
diakibatkan oleh kecelakaan sehingga tidak perekonomian nasional, bahkan dapat
bisa bekerja atau pensiun bagi orang yang menjadi cadangan dana nasional. Dalam
telah memasuki usia pensiun (Atnike Nova tataran global pada awal abad 21, kurang
Sigiro-Jakarta, 23 April 2008). dari 25 persen penduduk dunia memiliki
Jaminan sosial sebagai tanggung jawab akses terhadap jaminan sosial yang
negara oleh karena itu mensyaratkan adanya memadai (Van Ginneken Dalam Roddy
campur tangan yang besar dari negara dalam Mckinnon, 2010). Dengan demikian masih
kebijakan sosial atau kebijakan untuk banyak warga dunia yang belum mampu
kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di memiliki akses jaminan sosial. Penduduk
Inggris melalui Beveridge Plan (1940’s) yang belum memiliki akses memadai
pernah mencatat situasi di mana hidup terhadap jaminan sosial tersebar di berbagai
seorang warga negara sejak lahir hingga negara berkembang termasuk di Indonesia.
mati (from cradle to grave) dilindungi oleh Jaminan tersebut belum mampu diakses
sistim jaminan sosial (Rowlingson, 2003). terutama oleh kalangan miskin termasuk
Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris kaum pekerja. Meskipun dalam tataran
memiliki efek yang cukup luas dalam nasional telah menerapkan Undang-Undang
perkembangan jaminan sosial modern. No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Sistem jaminan sosial dapat Tenaga Kerja, namun belum seluruhnya
memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja mampu mengakses program tersebut.
terhadap perusahaan akan meningkat yang Bahkan pekerja sektor informal sebagai
pada gilirannya akan berdampak positif mayoritas dalam ketenagakerjaan Indone-
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi sia baru mampu mengakses pada tahun
perusahaan akan mendorong perusahaan 2006, setelah adanya PERMEN No 40
meningkatkan efisiensi (sukarna wiranta, Tahun 2006. Pada PERMEN No 40 tahun
2000). Hal ini karena pekerja merasa 2006, yang menyatakan bahwa pekerja di

28 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

luar hubungan kerja mendapatkan hak (Soetomo, 2008). Pelaksanaan jaminan


mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja. sosial nasional, perlu dilihat dari berbagai
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan dimensi sosial, budaya, pendidikan, latar
maka diperlukan instrument yang jelas serta belakang ekonomi, sehingga dalam
tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena penerapan program jaminan sosial nasional
informasi mengenai suatu program diketahui tidak tumpang tindih dengan program yang
oleh masyarakat, sehingga terbentuk sistem lain. Keterkaitan antarelement pemerintah
mengenai sasaran program serta hak dan maupun swasta perlu diberdayakan.
kewajiban negara maupun masyarakat. Hal Selanjutnya jaminan sosial tidak
ini seperti yang diungkapkan oleh Crozier selamanya berkaitan dengan bantuan sosial.
dan Friedberg (Piotr Sztompka, 2007) Karena jaminan sosial tidak selalu gratis,
adanya saling ketergantungan antara actor namun kadang juga dibutuhkan partisipasi
dan sistem. Oleh karena itu keberhasilan masyarakat melaui pembayaran premi.
suatu kebijakan hanya mampu berjalan jika Sedang bantuan sosial sifatnya cuma-cuma
ada saling keterkaitan antara aktor sebagai yang dapat diberikan oleh negara maupun
penggerak dengan sistem sebagai suatu pihak swasta. Bantuan sosial sendiri memiliki
perangkat. Untuk itu diperlukan komunikasi definisi tindakan yang didasarkan pada
dan sosialisasi di antara element tersebut. solidaritas sosial, pemikiran yang sangat
Seperti dalam teori fungsionalisme yang diperlukan mengingat saling kebergantungan
dikemukakan oleh Talcott Parson antar manusia di dalam kehidupan
(Rachmad K.Dwi Susilo). Bahwa sistem masyarakat (Jean Louis Vives dalam
akan berfungsi jika syarat mampu dipenuhi Vladimir Rys, 2011). Sampai saat ini
antara lain : adaptasi (adaptation), pemahaman antara jaminan sosial dan
pencapaian tujuan (goal attainment), bantuan sosial serta asuransi masih rancu.
integrasi (integration) dan pemeliharan (la- Masyarakat secara umum masih
tency). Oleh karena itu kebijakan beranggapan bahwa jaminan sosial adalah
pelaksanaan undang-undang sistem jaminan bersifat gratis.
nasional perlu mengaitkan keempat element Berdasarkan persoalan di atas maka
tersebut. Karena dalam kebijakan tidak yang menjadi permasalahan dalam kajian ini
lepas dari tujuan atau sasaran target, yaitu bagaimana praktek program jaminan sosial
masyarakat. Selain itu dalam melaksanakan nasional khususnya bagi pekerja pada sektor
kebijakan sosial melibatkan berbagai ekonomi informal dimana para pekerja
dimensi yang saling terkait, oleh karena itu tersebut diindikasikan sebagai pekerja
dalam melihat permasalahan sosial harus miskin di Negara kita. Adakah kendala atau
komprehensif dari berbagai sudut pandang hambatan terhadap program jaminan sosial.

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 29


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan III. HASIL DAN PEMBAHASAN


secara deskripsi kendala-kendala program
Landasan Hukum dan Kontradiksi
jaminan sosial bagi pekerja sektor informal
Pelaksanaan Jaminan Sosial
di perkotaan khususnya di Surabaya.
Pada tanggal 28 Oktober 2011 lalu,
II. METODOLOGI DPR bersama dengan pemerintah akhirnya
menyetujui Rancangan Undang-Undang
Kajian ini ingin menggambarkan (RUU) Badan Penyelenggara Jaminan
kendala dan hambatan program jaminan Sosial (BPJS) menjadi Undang-Undang.
sosial bagi pekerja di sektor informal. Data Pembentukan badan hukum BPJS II yang
diperoleh melalui studi literatur dan survei mengelola jaminan kecelakaan kerja,
di lapangan. Studi literature diperoleh dari kematian, hari tua, dan pensiun atau
kajian pustaka (desk review) serta transformasi PT Jamsostek baru terjadi
melakukan penelusuran internet. Bahan pada 1 Januari 2014 dan dioperasionalkan
yang dijadikan rujukan adalah buku, paling lama pada Juli 2015(RIMANEWS,
dokumen serta acuan lainnya yang terkait 2011). Dalam RUU BPJS bukan jaminan
dengan permasalahan. Pendekatan survei sosial tetapi asuransi sosial di mana dalam
melakukan penelitian lapangan di lokasi pasal 11 RUU BPJS dan pasal 17 di UU
perkotaan khususnya Kota Surabaya pada SJSN mensyaratkan adanya sistem
lokasi kantong pekerja sektor informal. pungutan atau iuran yang berasal dari
Persisnya di pemukiman penduduk peserta. Sistem asuransi merupakan bentuk
Kelurahan Ujung dan Kelurahan pelepasan tanggung jawab pemerintah
Wonokusumo di Kecamatan Semampir dalam memberikan pelayanan kepada
Kota Surabaya. Populasi adalah Penduduk masyarakat bentuk jaminan sosial (Heru,
pekerja sektor informal yang berada di dua 2011). Meskipun dalam tataran normatif
kecamatan Semampir. Namun yang menjadi seperti yang dijelaskan dalam konstitusi
responden di pilih menurut wilayah yang bahwa semua jaminan sosial merupakan
dianggap termiskin di kecamatan tersebut tanggung jawab negara. Namun demikian
berdasarkan administrasi kelurahan. jika melihat sistem jaminan sosial di negara
Responden dipilih menurur quota sampling lain, bahwa sistem yang diterapkan di
melibatkan 150 responden. Survei ini berbagai negara dengan sistem fully funded
dilaksanakan pada 11-21 Juni 2011. system yaitu adanya iuran bersama antara
Analisis data secara deskriptif berdasarkan pemerintah dan peserta dalam hal ini rakyat.
hasil penelitian di lapangan, yang Namun sampai saat ini negara belum
dikombinasikan dengan hasil penelusuran seluruhnya mampu mencukupi jaminan
dokumen atau literature. sosial tersebut, sehingga keterlibatan pihak

30 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

swasta pun masuk. Seperti yang terjadi dana bagi program jaminan sosial nasional.
dalam jaminan sosial tenaga kerja, di mana Sehingga masyarakat kecil seperti kaum
dalam jaminan tersebut negara bertindak pekerja mendapatkan kepastian dalam
sebagai pengatur atau fasilitator dengan mendapatkan program jaminan sosial
membentuk BUMN yang bernama nasional ini.
Jamsostek sedangkan yang wajib Pelaksanaan Undang-Undang Jaminan
membayar iuran jaminan adalah pihak Sosial sampai saat ini belum terealisasi.
pengusaha dan pihak pekerja. Mencermati Meskipun jaminan sosial ini telah disyahkan
pemberlakuan ketentuan dalam program pada tahun 2004 melalui Undang-Undang
Jamsostek tidak menutup kemungkinan No 40 Tahun 2004, yang dalam ketentuan
bahwa dalam jaminan sosial yang akan tersebut diamanatkan bahwa sebelum
diterapkan akan mengadopsi hal yang pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional
serupa. tersebut dijalankan harus dibuat Badan
Pelaksanaan jaminan sosial nasional Jaminan Sosial Nasional paling lambat 19
tinggal menunggu waktu, masih mengalami Oktober 2009. Dalam pelaksanaannya baru
berbagai kendala dan perbaikan skema berjalan Tahun 2014. Lika-liku perjalanan
yang akan dijalankan. Negara yang jaminan sosial bagi masyarakat berdampak
berkewajiban untuk melindungi jaminan terhadap akses dan pelayanan terutama bagi
sosial nasional baru terasa dibeberapa penduduk miskin. Masyarakat memiliki
aspek seperti Jamkesmas maupun harapan pada badan baru yang rencananya
Jamkeskin. Melihat permasalahan di atas mulai bekerja tahun 2014, sebagai jalan
beberapa kota telah menerapkan program keluar bagi masyarakat dalam mendapatkan
Jamkesta seperti di Kota Yogyakarta dan akses jaminan sosial. Namun demikian
Surabaya (Soewartoyo dkk, 2011). Hal ini jaminan sosial yang seyogyanya menjadi
mengindikasikan bahwa dalam struktur jalan keluar dalam memenuhi kebutuhan
pemerintahan lokal telah ada kesadaran masyarakat belum seluruhnya dapat
untuk menerapkan program jaminan yang dipenuhi. Hal ini seperti yang diungkapkan
bertujuan untuk kesejahteraan. oleh Ketua Apindo Bidang Pemberdayaan
Sebagian dana jaminan tersebut masih Daerah Djimanto, “Undang-Undang
berasal dari dana APBD. Hal yang menarik Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan
adalah bagaimana keserasian jika program Sosial Nasional (SJSN) belum memenuhi
jaminan sosial nasional sudah diterapkan seluruh kebutuhan masyarakat dalam hal
dengan program yang telah diterapkan oleh jaminan sosial. Undang-undang tersebut
daerah. Oleh karena itu diperlukan langkah hanya mengakomodasi lapisan masyarakat
untuk menyatukan persepsi mengenai tertentu yang tersegmen dalam profesi
cakupan wilayah yang dilayani serta sumber masing-masing.” Bahkan lebih lanjut beliau

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 31


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

mengatakan, “Kalau mau SJSN seharusnya Jamsostek menjangkau kepada pekerja


mengkover seluruh kebutuhan masyarakat khususnya pekerja di sektor formal. Dalam
lebih dulu mulai dari yang fundamental,” kata perjalanannya jamsostek ini mencakup
Djimanto (Koran Jakarta, 2011). Oleh pekerja sektor informal melalui
karena itu dalam pelaksanaan jaminan sosial dikeluarkannya PERMEN No.40 Tahun
ini perlu ditegaskan kewenangan hak dan 2006. Adapun program yang ada dalam
kewajiban masyarakat maupun pengelola Jamsostek adalah Jaminan Kecelakaan
jaminan sosial, sehingga tidak terjadi Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK),
kesimpangsiuran mengenai program jaminan hari tua (JHT), dan Jaminan
jaminan sosial nasional. Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Seiring
Jaminan sosial yang selama ini berjalannya waktu program ini belum
mengakomodasi khususnya kaum pekerja mampu menjangkau seluruh pekerja di
berupa Jamsostek. Program jamsostek ini sektor formal. Dari seluruh pekerja yang
dikeluarkan sesuai dengan Undang-Undang mengikuti program Jamsostek berkisar 30
No.3 Tahun 1992. Di mana dalam program persen.
Tabel 1. Kepersertaan (Tenaga Kerja)
Program Jamsostek Periode: 2006-Oktober 2010

Program 2006 2007 2008 2009 2010

JKK, JHT, JKM

Aktif 9.225.079 8.495.732 8.219.154 7.941.017 7.719.695

Non Aktif 22.191.573 20.534.941 18.407.661 15.788.933 15.361.672

Total 31.416.652 29.030.673 26.626.815 23.729.950 23.081.367

JPK

TK Lajang 811.235 695.309 823.285 659.211 519.083

TK Kawin 1.340.110 1.176.113 1.089.759 948.503 767.250

Keluarga 2.831.910 2.531.103 2.279.417 3.597.177 3.063.820

Total Tertanggung 4.983.255 4.402.525 4.192.461 5.204.891 4.350.153

Jasa Konstruksi 3.081.803 5.167.848 3.627.721 3.332.959 2.681.635

Sumber: http://www.jamsostek.co.id/info/subcontent.php?id=14&subid=9 Tingkat nasional Kepesertaan

Berdasar tabel di atas tingkat keper- ke tahun, antara tahun 2006 s/d tahun 2010
sertaan kaum pekerja dalam program berkembang sebesar 36 persen, meskipun
jaminan sosial tenaga kerja mengalami dalam perkembangannya mengalami pasang
perkembangan secara signifikan dari tahun surut, namun dari jumlah peserta yang aktif

32 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

hanya mencapai 29,36 persen. Hal ini sangat sosial nasional menjadi tanggung jawab
ironi karena Jaminan Sosial Tenaga Kerja majikan, 34,39 persen berpendapat menjadi
yang diperuntukkan bagi kaum pekerja tanggung jawab negara dan 18,86 persen
justru tidak berkembang. Hal ini tentu ada berpendapat bahwa membayar premi
permasalahan seperti dalam kewajiban jaminan sosial menjadi tanggung jawab
pembayaran premi. Sampai saat inipun pro- pekerja, majikan dan pemerintah (ILO,
gram Jamsostek baru mampu melayani 30 2004:40 dalam Bahrudin hal 277). Dari
persen dari total jumlah pekerja. Hal ini studi tersebut menggambarkan bahwa
menggambarkan bahwa program sebagian besar pekerja sektor informal
Jamsostek yang telah berjalan dari tahun menganggap bahwa jaminan sosial
1992 belum mampu mencakup seluruh merupakan tanggung jawab negara.
seluruh pekerja, maka dalam program
jaminan sosial nasional perlu bersinergi Karakteristik Sosial Sekaligus
dengan berbagai element dari berbagai Merupakan Kendala Jaminan Sosial
dimensi dalam mengembangkan suatu pro- Nasional
gram.
1. Faktor Pengetahuan dan Pendi-
Berdasar tabel di atas sangat jelas
dikan
bahwa model jaminan sosial tenaga kerja
Peranan kaum pekerja dalam
yang melibatkan iuran pekerja dan
menunjang perekonomian nasional dapat
pengusaha belum mampu memberikan
dipungkiri lagi. Oleh karena itu, jaminan atau
gambaran bahwa masyarakat Indonesia
perlindungan terhadap tenaga kerja dan
mampu untuk memenuhi iuran jaminan sosial
keluarganya memenuhi kebutuhan minimal
nasional. Gambaran tersebut belum
(Soewartoyo, etc, 2011). Kebutuhan mini-
termasuk jumlah pekerja sektor informal
mal yaitu menggambarkan status seseorang
yang ikut program jamsostek. Jika
itu berada di atas garis kemiskinan, yang
digabungkan persentase keseluruhan
mungkin dapat di toleransi oleh kebijakan.
pekerja yang ikut jamsostek akan turun.
Namun dalam pelaksanaan keputusan upah
Hal ini dikarenakan adanya faktor
sampai saat ini masih jauh dari harapan
pendapatan, pengetahuan dan pendidikan.
misalnya faktor jumlah keluarga tidak
Studi ILO (2004) tentang perluasan jaminan
menjadi salah satu pertimbangan dalam
sosial pada sektor informal di Indonesia
penerapan batas upah minimum. Penerapan
memperoleh data bahwa 22,04 persen
sistem jaminan sosial dengan skema asuransi
pekerja di sektor informal bersedia
akan mengalami berbagai kendala antara lain
membayar premi jaminan sosial , 8,07
: pendidikan, kemiskinan dan akses
persen mengatakan bahwa premi jaminan
informasi. Sistem jaminan sosial yang

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 33


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

mewajibkan masyarakat untuk membayar Tabel 2. Pengetahuan penduduk


iuran, seperti semangat masyarakat terhadap UU SJSN
menabung. Dalam pelaksanaannya yang
perlu di gali lebih dalam apakah sistem ini No Apakah pernah SJSN Persentase
mendengar
layak untuk diterapkan di seluruh Indone- Undang-Undang

sia. Karena tidak dipungkiri bahwa 1 Ya 99,7


2 Tidak 0,7
masyarakat Indonesia yang tersebar di
Total responden 150 100 persen
pelosok masih memiliki pengetahuan yang
Sumber: Diolah Dari Hasil Penelitian PPK LIPI, 2011
tidak sama. Sistem iuran ini akan membawa
konsekuensi masyarakat untuk
Berdasarkan hasil penelitian PPK LIPI
membiasakan diri akrab dengan budaya
tahun 2011 bahwa pekerja khususnya di
menabung. Solusi yang mungkin dapat
sektor informal di Kota Surabaya lebih dari
dijalankan adalah pemerintah pada tahap
99 persen belum mengetahui Undang-
awal perlu menyuntikkan dana lewat APBN
Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hal
yang dikelola oleh Badan Penyelenggara
ini memberikan gambaran bahwa penduduk
Jaminan Sosial Nasional (BPJS), sebagai
yang ada di perkotaan belum mengetahui
pelaksanaan sistem iuran, yang merupakan
sistem jaminan sosial nasional, termasuk
program pancingan untuk dapat diikuti
prosedur dan bagaimana pelaksanaannya.
dengan cara menabung oleh tenaga kerja.
Tingkat pendidikan juga berpengaruh
Selama ini budaya menabung terkait
terhadap akses komunikasi dan akses
dengan lembaga keuangan semisal Bank
pengetahuan bagi pekerja terhadap jaminan
hanya dapat dinikmati oleh masyarakat
sosial nasional. Gambaran makro bahwa
perkotaan dan kelas menengah, sedangkan
tingkat pendidikan penduduk Indonesia
masyarakat pelosok negeri belum
yang lulus SD 20,02persen di tahun 2010
seluruhnya mampu mengakses pelayanan
(BPS, 2011). UNDP mencatat tahun
publik ini. Untuk itu diperlukan kerja keras
terakhir bahwa rangking pendidikan Indo-
dalam sosialisasi selama kurun waktu 2
nesia di posisi 124 di bawah Filipina dari
tahun kedepan mengenai skema jaminan
kondisi dunia, sedang tahun sebelumnya kita
sosial yang diterapkan. Terkait dengan pro-
di ranking 108. Menengok kondisi tingkat
gram jaminan sosial banyak masyarakat
pendidikan kita tampak belum
yang tidak paham dan mengerti kegunaan
menggembirakan, hal ini berpotensi sebagai
dan keuntungan program. Hal ini seperti
faktor penghambat suksesnya suatu
yang ditemukan dalam penelitian LIPI (
kebijakan termasuk jaminan sosial nasional.
Soewartoyo, etc, 2011) di Kota Surabaya.
Karena pendidikan seseorang merupakan
Adapun temuan tersebut disajikan dalam
aspek yang berpengaruh terhadap tingkat
tabel di bawah ini:

34 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

pengetahuan seseorang, sedangkan hambatan dalam penyelenggaraan jaminan


pengetahuan sebagai prasyarat dalam sosial. Hal ini disebabkan kurangnya akses
melaksanakan suatu misi program. untuk mendapatkan berbagai program,
Pengetahuan sendiri biasa didapat dari yang berkaitan dengan ketenagakerjaan,
proses pendidikan sekolah, lingkungan karena mereka berpendidikan rendah dan
maupun bentuk sosialisasi. Untuk itu juga berasal dari masyarakat miskin.
sosialisasi dari berbagai pihak terhadap Kondisi tersebut menyebabkan mereka
jaminan sosial perlu dilakukan secara kurang memiliki pengetahuan dan
intensif terutama bagi penduduk yang berkontribusi terhadap pekerjaan yang
berpendidikan rendah; termasuk pekerja dilakukan.
informal. Oleh karena itu sosialisasi
memegang peranan penting dalam kebijakan 2. Kemiskinan ekonomi
jaminan sosial. Data membuktikan ada
Pendapatan sangat berpengaruh
korelasi erat antara tingkat pendidikan
terhadap keikutsertaan pekerja dalam
dengan kepesertaan pekerja terhadap pro-
jaminan sosial. Hal ini berkaitan dengan
gram jaminan sosial seperti kasus yang
kemampuan iuran terhadap program itu
ditemukan pada penelitian di kota Surabaya,
sendiri, ini adalah faktor langsung.
yang mana umumnya mereka berpendidikan
Membicarakan pendapatan pekerja perlu
rendah. Kharakteristik pekerja bisa dilihat
mengetahui standard upah di daerah
pada tabel di bawah ini:
bersangkutan. Terkait dengan upah itu dalam
Tabel 3. Pekerja Sektor Informal keputusan Surat Keputusan Bersama
di Kota Surabaya Menurut (SKB) 4 Menteri pada bulan Oktober 2008
Pendidikan 2011
tentang “Pemeliharaan Momentum
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam
Pendidikan Frekuensi Persentase
Mengantisipasi Perkembangan
Tidak Sekolah/Tdk Tamat SD 69 12,3
Perekonomian Global”, yang salah satu
Tamat SD 238 42,6
Tamat SMP 168 30,1
isinya mengatur agar “kenaikan upah
Tamat SMTA Keatas 84 15,0 minimum klas pekerja tidak boleh
Total 559 100 melebihi dari angka pertumbuhan
Sumber: Hasil Penelitian Sektor Informal Surabaya 2011 ekonomi nasional”. Hal lain yang juga
Berdasar tabel di atas lebih dari 54 diperhatikan adalah angka inflasi (terlebih
persen pekerja sektor informal adalah didalam situasi krisis). Ketentuannya
berpendidikan sekolah dasar (SD). mengisyaratakan bahwa kenaikan upah klas
Rendahnya tingkat pendidikan pekerja pekerja harus di bawah rata-rata angka
sektor informal berpotensi sebagai inflasi (gsbipusat, 2011).

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 35


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

Oleh karena itu dalam penentuan Tabel 4. Pekerja Sektor Informal


setoran program jaminan sosial nasional di Kota Surabaya Menurut
perlu memperhatikan kondisi perekonomian Pendapatan 2011
dan kebutuhan hidup pekerja. Apalagi posisi
Pendapatan Frekuensi Presentasi
pekerja selalu lemah dalam posisi bargain- (ribuan rupiah)
ing terhadap pengusaha. Hal ini tidak <500 31 20,5
terlepas dari situasi perekonomian yang sulit 500 - <1.000 56 37,1
1.000 - < 1.500 33 21,9
dan perlu di sikapi oleh pengusaha. Hal ini 1.500 - < 2.000 7 4,6
2.000 - <2.500 10 6,3
demi kelangsungan perusahaan sehingga >2.500 14 9,3

kedua belah pihak mampu berjalan Total 151 100,0

seimbang, meskipun dalam kenyataanya Sumber: Hasil Penelitian Sektor Informal Surabaya 2011

pengusaha lebih dominan dalam penetapan


upah. Menurut teori, salah satu faktor yang Oleh karena itu seperti yang telah
sangat kuat pengaruhnya pada penentuan dijelaskan upah sangat memengaruhi
upah adalah daya tarik menarik antara pekerja dalam keikutsertaan dalam program
permintaan dan penawaran tenaga kerja jaminan sosial, tentu jenis dan bentuknya
(Hari Susanto, etc, 1999). Disisi lain tingkat bisa asuransi. Hal ini karena upah menjadi
upah (pendapatan) pekerja di sektor infor- daya tawar jika ingin memasuki asuransi.
mal sangat rendah. Berdasarkan hasil Oleh karena itu diperlukan pengembangan
penelitian pekerja sektor informal di kota asuransi yang mencakup seluruh kaum
pekerja yang lintas sektoral. Sehingga upah
Surabaya bahwa 50,1 persen pekerja di
menjadi variasi untuk memperlihatkan
sektor informal memiliki pendapatan kurang
tingkat kesejahteraan kaum pekerja.
dari Rp. 1.000.000, dan ini lebih rendah dari
Misalnya dalam penentuan Upah Minimum
upah minimum kota Surabaya pada tahun
Propinsi (UMP), tarik ulur besarannya jelas
2011 sebesar Rp.1.1.15.000,. Rendahnya
terjadi antara pengusaha dan pekerja,
pendapatan ini berdampak terhadap
meskipun pada prakteknya penentuan oleh
keikutsertaan pekerja dalam jaminan sosial,
gubernur melalui dewan pengupahan di
jika sistem yang digunakan dengan sistem
tingkat provinsi. Apalagi di Indonesia yang
iuran. Lebih lanjut hanya 49 persen pekerja
belum mampu memenuhi kebutuhan dasar
yang memiliki pendapatan di atas
seluruh masyarakat sesuai amanat UUD
Rp.1.000.000. Jika diperhatikan
dasar. Maka perlindungan sosial sampai saat
pendapatannya mereka hanya kurang dari ini hanya dinikmati oleh segelintir penduduk.
1 500 000. Hal ini menggambarkan bahwa Demikian juga dengan akses kaum
pendapatan di sektor informal belum mampu pekerja dalam program jaminan sosial
di tingkat menyamai bahkan di bawah upah seperti Jamsostek yang sampai saat ini
minimum regional.

36 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

Sopir/OjekTukang 12 8,0
kaum pekerja baru sekitar 30 persen yang Bangunan 9 6,0
mampu memanfaatkan program tersebut. Lainnya 22 14,7
Total 150 100,0
Selain itu kolaborasi antara pekerja dan
Sumber: Hasil Penelitian Sektor Informal Surabaya 20011
pengusaha sejak dahulu mencerminkan
hubungan pasang surut. Hal ini dapat Berdasar tabel di atas jenis pekerjaan
dicermati setiap akhir tahun di berbagai jualan /dagang memiliki proporsi tertinggi
daerah diwarnai demo mengenai penetapan dengan jumlah mencapai 34 persen. Jumlah
Upah Minimum Propinsi (UMP). Dari satu ini mengindikasikan bahwa jualan
aspek terlihat bahwa kesejahteraan pekerja merupakan jalan paling mudah untuk
belum sejahtera. Oleh karena itu adanya mencari nafkah. Hal ini seperti yang
jaminan sosial nasional yang akan diterapkan diungkapkan (Mochamad Syawie, 2006)
pada tahun 2014 seyogyanya tidak mundur bahwa sektor informal dalam hal ini
seperti dalam pembahasan penetapan
pedagang kecil akan memberikan peluang
Undang-Undang RUBPJS yang mundur 2
kerja yang banyak. Hal ini karena berdagang
tahun. Sehingga jaminan sosial ini
dalam sektor informal tidak memerlukan
diharapkan mampu menjadi pelindung
modal yang terlalu besar. Kemudian Jenis
dalam menghadapi kesulitan ekonomi,
pekerjaan tukang becak memiliki proporsi
terutama bagi pekerja di sektor informal.
25 persen dan menempati posisi kedua.
Dengan jenis pekerjaan yang tidak
Umumnya pekerjaan ini adalah pekerjaan
terlindungi maka akan menambah beban
yang mengandalkan kepada kekuatan fisik,
dalam menghadapi banyak persoalan.
dan sangat mudah dimasuki atau
Tingkat pendapatan seseorang terkait
ditinggalkan pekerja. Jenis pekerjaan
dengan profesi seseorang. Semakin tinggi
lainnya seperti buruh, kuli, sopir, tukang
kelas profesinya biasanya akan memiliki
pendapatan yang baik. Namun variasi bangunan memiliki persentase yang
pekerjaan di sektor informal tampak sebagai beragam. Itu semua adalah lapangan
kegiatan yang kurang memiliki prospektif pekerjaan yang mengandalkan kekuatan
seperti terlihat di bawah ini. fisik tanpa pendidikan tinggi. Tuntutan
utamanya adalah kesanggupan dan keuletan
Tabel 5. Pekerja Sektor Informal di tertentu dengan keterbatasan teknologi yang
Kota Surabaya Menurut Jenis di gunakan. Gambaran di atas terdapat
Pekerjaan 2011 dalam kelompok pekerjaan operasional
Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase yang dikateorikan pekerja kasar.
Tukang Becak 38 25,3
Karyawan/Buruh 4 2,7
Dagang dan Jualan 51 34,0 3. Kelembagaan
Kuli 10 6,7
Warungan/Mracangan 4 2,7 Dalam pelaksanaan jaminan sosial
masih mengalami kendala, kendala ketiga

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 37


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

adalah birokrasi. Birokrasi yang masih rumit sistem jaminan sosial nasional dan bukan
dan tidak efisien telah memperlambat hanya menjadi konsumsi masyarakat
pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini perkotaan khususnya kelas menengah ke
seperti yang ditemukan dalam jamkesmas: atas. Karena sistem ini ditujukan untuk
berbagai persyaratan administrasi sehingga seluruh penduduk di seluruh wilayah
masyarakat cenderung enggan untuk indoensia. Selain itu dalam melihat
memanfaatkan Jamkesmas (Suparjan, permasalahan sosial harus dari berbagai
2010). Karena dalam berbagai kebijakan dimensi yang terkait serta dari berbagai
pemerintah tidak mampu memutus sekat sudut pandang (Soetomo, 2008).
birokrasi rumit menjadi yang praktis dan Program yang telah diundang-
cepat. Oleh karena itu dalam sistem jaminan undangakan sejak tahun 2004 melalui
sosial nasional, yang diperlukan adalah Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
sistem yang praktis. Misalnya dalam Nasional (SJSN) No. 40 Tahun 2004,
pelayanan jaminan sosial nasional harus hingga saat ini belum mampu memberikan
mampu menembus lintas sektoral dan hasil positif bahkan badan penyelenggarapun
propinsi. Untuk mendukung langkah baru disyahkan bulan oktober 2011. Untuk
tersebut maka sistem “on line” diperlukan, mensiasati seperti itu, penulis meng-
sehingga ketika masyarakat mengakses bisa ungkapkan dalam pengembangan program
dilakukan dengan mudah. Karena selama jaminan sosial nasional perlu memperhatikan
ini sistem yang berjalan masih bersifat berbagai aspek. Mengutip dari Talcott Par-
sektoral dan terbatas di mana domisili son, agar sistem berjalan maka
peserta seperti yang ditemukan penulis memperhatikan 4 aspek yaitu antara lain
dalam pelayanan PT ASKES. Bahkan adaptasi, tujuan, integrasi dan pemeliharan
penulis menemukan bahwa peserta ASKES (Rachmad K. Dwi Susilo, 2007).
yang bergerak di bidang kesehatan, Aspek adaptasi meliputi budaya
mengatakan hal yang serupa. Bahwa akses masyarakat, sistem kerja badan
dalam mendapatkan pelayanan ASKES penyelenggara, serta pemerintah. Dalam
sangat birokrasi dan bersifat sektoral. aspek ini pemerintah dan badan
Peserta ASKES hingga kini masih perlindungan jaminan sosial nasional perlu
terkesan mengalami kendala dalam memperhatikan aspirasi masyarakat. Selain
mengurus asuransi terkait dengan program itu dalam pelaksanaan perlu memperhatikan
kesehatannya apalagi masyarakat awan aspek budaya masyarakat setempat. Selain
yang masih memakai Jamkeskin maupun masyarakat, badan penyelenggaran juga
Jamkesmas. Dengan demikian dibutuhkan harus mampu beradaptasi dengan pola kerja
instrument yang jelas dalam melaksanakan yang telah diundang-undangkan. Langkah

38 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

selanjutnya adalah aspek tujuan. Badan masyarakat untuk memaksakan nilai-nilai,


penyelenggara jaminan sosial harus memiliki sikap, kebiasaan maupun keyakinan pada
tujuan dan sasaran target yang jelas. individu (Rahmad K Dwi Susilo, 2008).
Setelah kedua aspek terpenuhi maka Berdasar tahapan sederhana di atas
langkah selanjutnya adalah integrasi. sangat jelas bahwa gambaran model
Adanya keterkaitan antar-sistem yang pelaksanaan jaminan sosial nasional harus
berlaku. Integrasi dalam hal ini bukan hal mampu mengakomodasi keempat element
hanya dalam tataran perundang-undangan di atas dalam satu sistem jaminan sosial
namun dalam implementasi kebijakan. nasional. Karena sistem yang berjalan
Semua element terkait badan pelaksana selama ini belum mampu terkomunikasikan
jaminan sosial nasional dengan kementrian dalam satu rangkaian informasi. Sehingga
maupun lembaga pemerintah mampu informasi dari pusat sebagai pihak pembuat
bersinergi dan berintegrasi untuk produk mampu diserap dan diakses oleh
mensukseskan pelaksanaan program masyarakat serta dilaksanakan oleh
jaminan sosial nasional. Karena tanpa pemerintah daerah. Hal ini untuk
adanya integrasi maka sistem yang dibangun memperkuat peran bahwa ada kepekaan
tidak berjalan. Seperti yang diungkapkan masyarakat untuk membantu masyarakat
oleh (Soetomo, 2008) dalam pelaksanaan yang lain. Selain itu adanya subsidi negara,
kebijakan sosial melibatkan berbagai akan dinikmati oleh kalangan mikisn seperti
lembaga. kaum pekerja di sektor informal maupun
Agar program ini dapat berjalan dan formal yang memiliki upah di bawah standar.
bersinergi maka harus ada pemeliharaan Pelaksanaan jaminan sosial perlu juga
terhadap sistem tersebut. Adapun latency pengawasan agar dalam pelaksanaan tidak
(pemeliharaan) terhadap sistem yang merugikan semua pihak, sehingga terbangun
berjalan meliputi aspek: evaluasi dan rasa saling memiliki dan saling percaya.
komunikasi antar instansi terkait. Aspek
evaluasi memiliki arti penting untuk IV. KESIMPULAN
mengetahui kelemahan serta kelebihan
sistem yang telah dijalankan. Dari hasil Mayoritas pekerja informal belum
evaluasi ini dapat diketahui berbagai target tersentuh dari program jaminan sosial
yang telah dipenuhi serta berbagai masukan ketenagakerjaan. Hal ini bukan saja
dalam pengambilan kebijakan untuk pro- diakibatkan kurangnya program
gram kedepan. Kemudian aspek sosialisasi penyelenggara tetapi berbagai kendala
mampu memelihara sistem yang bekerja. sosial yang berasal dari dalam kharakteristik
Bahkan kaum fungsionalis memandang pekerja sendiri. Faktor indown seperti
sosialisasi sebagai bentuk “perkasa” rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 39


Triyono & Soewartoyo - Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

pengetahuan sebagai aspek penting. Lingkar Meridian dan The Open Gen-
Sedangkan dari aspek luar seperti eration. Bekasi.
penanganan pihak birokrasi juga memiliki Rys, Vladimir. 2011. Merumuskan Ulang
peran. Akibatnya jumlah pekerja yang Jaminan Sosial Nasional Kembali
mampu dijangkaui oleh jaminan sosial Ke Prinsip-Prinsip Dasar. Pustaka
tenaga kerja tidak banyak. Sebagai upaya Alvabet. Jakarta.
memperluas kepesertaan perelindungan Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan
tenaga kerja tentu saja pihak pemerintah Upaya Pemecahannya. Pustaka
birokrasi perlu melakukan pembenahan Pelajar. Yogyakarta.
terkait dengan pendorongan sektor usaha Soewartoyo, dkk. 2011. Pekerja Sektor
kecil yang dekat dengan sector informal. Informal Dalam Usaha
Disamping itu perlu meningkatkan Perlindungan dan Pemberdayaan
pengetahuan di bidang pendidikan dan Pekerja Hasil Kajian Di Kota
informasi melalui jalur pemerintahan daerah Yogyakarta. Galang Press.
kelurahan. Dengan demikian diperlukan Yogyakarta.
berbagai tranformasi pengetahuan, distribusi Soewartoyo, dkk. Laporan Penelitian
ekonomi atau subsdi silang serta sosialisasi Insentif 2011: Kajian Sistem
terhadap program jaminan sosial nasional. Jaminan Sosial di Sektor Informal.
Sehingga pelaksanaan jaminan sosial PPK LIPI. Jakarta.
nasional dapat dilaksanakan sesuai jadwal Subianto, Ahmad.2010. Sistem Jaminan
tahun 2014 agar mampu meningkatkan Sosial Nasional. Gibbon Books dan
perekonomian bangsa terutama terutama Yayasan Bermula Dari Kanan
kaum pekerja. (Berikan). Jakarta.
(RAM - SILV) Syawie, Mochamad. 2006. DINAMIKA
JARINGAN PRANATA SOSIAL
DAFTAR PUSTAKA DALAM KETAHANAN S O S I A L
PADA KELOMPOK PEDAGANG
K, Racmad Dwi Susilo. 2008. 20 Tokoh BERSKALA KECIL(Kasus Di
Sosiologi Modern. Arruz Media. Kelurahan Pahandut, Kecamatan
Yogyakarta. Pahandut Palangka Raya. Jurnal
Mckinnon, Roddy. 2010. Memperluas Penelitian dan Pengembangan
Cakupan Kepersertaan dan Kesejahteraan Sosial. Vol II, No 3.
Meningkatkan Perlindungan Hal 18- 2 5 . h t t p : / /
Dalam Buku Roddy Mckinnon www.depsos.go.id/unduh/litbang/
dan Richard Levinsky. Yayasan Jurnal%20Vol%2011,%20No.

40 Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013


Kendala Kepesertaan Program jaminan Sosial Terhadap Pekerja - Triyono & Soewartoyo
Di Sektor Informal: Studi kasus Di kota Surabaya

%2003%202006.pdf. Diunduh WIB Data UNDP: Tingkat


tanggal 17 Januari 2011. Pendidikan Masyarakat Indonesia
Suparjan. (2010). Jaminan Sosial Menurun. Di unduh tanggal 22
Berbasis Komunitas : Respon Atas November 2011.
Kegagalan Negara Dalam BPS. indikator Pendidikan Tahun 1994
Penyediaan Jaminan Kesejah- – 2010. http://www.bps.go.id/
teraan. Jurnal ilmu sosial dan ilmu t a b _ s u b / v i e w. p h p ? t a b e l = 1 &
politik, Vol.13, No 3. Hal 251-276. daftar=1&id_subyek=28&notab= 1.
Bahrudin (2010). Pengarustamaan Kpo-krp.. 2011. Qua Vadis BPJS Antara
Lansia Dalam Pelayanan Sosial. Harapan dan Kenyataan h t t p : / /
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, www.rakyatpekerja.org/2011/07/qua-
Vol.13, No 3. Hal (277-292). vadis-bpjs-antara-harapan-dan.html.
Susanto, Heri, dkk. 1999. Kesejahteraan Yogyakarta. Minggu, 24 Juli 2011. Di
Pekerja Dalam Masa Krisis download tanggal 22 November 2011.
Ekonomi. Puslitbang Ekonomi dan http://infogsbi.blogspot.com/2011/10/
Pembangunan LIPI. Jakarta. membongkar-politik-upah-
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi minimum.html. Kamis, 20 Oktober
Perubahan Sosial. Prenada Media. 2011. Membongkar Politik Upah
Jakarta. Minimum. Diunduh tanggal 22 No-
Wiranta, Sukarna, 2000. Peningkatan vember 2011.
Kesejahteraan Dan Perlindungan http://www.jamsostek.co.id/info/
Pekerja Melalui Program subcontent.php?id=14&subid=9
Jamsostek. LIPI Press, Jakarta. Tingkat nasional Kepesertaan. Di
download 8 November 2011.
Internet http://rimanews.com/read/20111030/
Atnike Nova Sigiro-Jakarta, 23 April 2008. 45180/soal-bpjs-kaum-pekerja-
h t t p : / / w w w. e l s a m . o r. i d / n e w / ditipu-dan-diperdaya-politisi-dpr
index.php?id=371&lang Soal BPJS, Kaum Pekerja Ditipu dan
=in&act=view&cat=c/303. Kebijakan Diperdaya Politisi DPR. Minggu,
Untuk Kemiskinan: Globalisasi Dan 30 Oct 2011 07:54 WIB. Diunduh
Perubahan Pola Jaminan Sosial. Di tanggal 24 November 2011.
unduh tanggal 21 November www. Koran Jakarta 2011. Apindo
2011. Usulkan Penambahan BPJS. Mon-
Ayu, Restika Prasasty – detikNews days, 04 July 2011 16:02. Diunduh
Share73. Selasa, 08/11/2011 17:44 tanggal 23 November 2011.

Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 3 No. 3, Tahun 2013 41

Você também pode gostar