Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
The social security is a national citizen’s right, include to the workers. However,
in the reality is not all workers have been touched in the social security Indonesian
programs. This paper will descript why the social security programs is not yet
succeed for participation workers in Indonesia. This study is part of the results of
research conducted by LIPI Population Research Center. This study approach
used a desk literature review and the survey approach which be located at informal
sector workers settlement in Surabaya. The analysis uses descriptive method that
to discuss how the implementation of the social security programs were done by
the government policies. This study found that the implementation of the social
security not yet was followed by the majority of the informal sector workers. This
is because due to the several constraints, such as, the workers are still not
understand about of the National Social Security program; they have not get
access to this program. Another factor is the education level of workers is low, its
doe to their knowledge is lower. Therefore the situation brought the less access to
information for the programs by the informal workers.
Keywords : the social security program, the informal sector workers, information
access.
I. PENDAHULUAN
1
Triyono adalah Peneliti Pertama bidang Ketenagakerjaan pada Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
2
Soewartoyo Ahli Peneliti Utama bidang Ketenagakerjaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
bentuk tanggung jawab Negara, hingga saat nyaman dalam bekerja karena telah
ini mengalami pasang surut. Faktor ekonomi terlindungi dari kemungkinan kecelakaan
maupun politik berperan besar dalam kerja maupun pensiun. Sehingga akan
pasang surut jaminan sosial ini. Jaminan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih
sosial merupakan kebijakan untuk produktif. Selain itu jaminan sosial juga
memberikan tunjangan pendapatan (in- merupakan konsekuensi logis sebagai
come support) bagi masyarakat karena timbal balik dari perusahaan bagi pekerja
situasi yang mendesak maupun situasi yang yang telah memberikan keuntungan. Maka
sudah diperkirakan sebelumnya (life cycle); dari itu jaminan sosial perlu diterapkan
misalnya: tunjangan bagi orang cacat yang sehingga akan mampu membantu
diakibatkan oleh kecelakaan sehingga tidak perekonomian nasional, bahkan dapat
bisa bekerja atau pensiun bagi orang yang menjadi cadangan dana nasional. Dalam
telah memasuki usia pensiun (Atnike Nova tataran global pada awal abad 21, kurang
Sigiro-Jakarta, 23 April 2008). dari 25 persen penduduk dunia memiliki
Jaminan sosial sebagai tanggung jawab akses terhadap jaminan sosial yang
negara oleh karena itu mensyaratkan adanya memadai (Van Ginneken Dalam Roddy
campur tangan yang besar dari negara dalam Mckinnon, 2010). Dengan demikian masih
kebijakan sosial atau kebijakan untuk banyak warga dunia yang belum mampu
kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di memiliki akses jaminan sosial. Penduduk
Inggris melalui Beveridge Plan (1940’s) yang belum memiliki akses memadai
pernah mencatat situasi di mana hidup terhadap jaminan sosial tersebar di berbagai
seorang warga negara sejak lahir hingga negara berkembang termasuk di Indonesia.
mati (from cradle to grave) dilindungi oleh Jaminan tersebut belum mampu diakses
sistim jaminan sosial (Rowlingson, 2003). terutama oleh kalangan miskin termasuk
Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris kaum pekerja. Meskipun dalam tataran
memiliki efek yang cukup luas dalam nasional telah menerapkan Undang-Undang
perkembangan jaminan sosial modern. No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Sistem jaminan sosial dapat Tenaga Kerja, namun belum seluruhnya
memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja mampu mengakses program tersebut.
terhadap perusahaan akan meningkat yang Bahkan pekerja sektor informal sebagai
pada gilirannya akan berdampak positif mayoritas dalam ketenagakerjaan Indone-
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi sia baru mampu mengakses pada tahun
perusahaan akan mendorong perusahaan 2006, setelah adanya PERMEN No 40
meningkatkan efisiensi (sukarna wiranta, Tahun 2006. Pada PERMEN No 40 tahun
2000). Hal ini karena pekerja merasa 2006, yang menyatakan bahwa pekerja di
swasta pun masuk. Seperti yang terjadi dana bagi program jaminan sosial nasional.
dalam jaminan sosial tenaga kerja, di mana Sehingga masyarakat kecil seperti kaum
dalam jaminan tersebut negara bertindak pekerja mendapatkan kepastian dalam
sebagai pengatur atau fasilitator dengan mendapatkan program jaminan sosial
membentuk BUMN yang bernama nasional ini.
Jamsostek sedangkan yang wajib Pelaksanaan Undang-Undang Jaminan
membayar iuran jaminan adalah pihak Sosial sampai saat ini belum terealisasi.
pengusaha dan pihak pekerja. Mencermati Meskipun jaminan sosial ini telah disyahkan
pemberlakuan ketentuan dalam program pada tahun 2004 melalui Undang-Undang
Jamsostek tidak menutup kemungkinan No 40 Tahun 2004, yang dalam ketentuan
bahwa dalam jaminan sosial yang akan tersebut diamanatkan bahwa sebelum
diterapkan akan mengadopsi hal yang pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional
serupa. tersebut dijalankan harus dibuat Badan
Pelaksanaan jaminan sosial nasional Jaminan Sosial Nasional paling lambat 19
tinggal menunggu waktu, masih mengalami Oktober 2009. Dalam pelaksanaannya baru
berbagai kendala dan perbaikan skema berjalan Tahun 2014. Lika-liku perjalanan
yang akan dijalankan. Negara yang jaminan sosial bagi masyarakat berdampak
berkewajiban untuk melindungi jaminan terhadap akses dan pelayanan terutama bagi
sosial nasional baru terasa dibeberapa penduduk miskin. Masyarakat memiliki
aspek seperti Jamkesmas maupun harapan pada badan baru yang rencananya
Jamkeskin. Melihat permasalahan di atas mulai bekerja tahun 2014, sebagai jalan
beberapa kota telah menerapkan program keluar bagi masyarakat dalam mendapatkan
Jamkesta seperti di Kota Yogyakarta dan akses jaminan sosial. Namun demikian
Surabaya (Soewartoyo dkk, 2011). Hal ini jaminan sosial yang seyogyanya menjadi
mengindikasikan bahwa dalam struktur jalan keluar dalam memenuhi kebutuhan
pemerintahan lokal telah ada kesadaran masyarakat belum seluruhnya dapat
untuk menerapkan program jaminan yang dipenuhi. Hal ini seperti yang diungkapkan
bertujuan untuk kesejahteraan. oleh Ketua Apindo Bidang Pemberdayaan
Sebagian dana jaminan tersebut masih Daerah Djimanto, “Undang-Undang
berasal dari dana APBD. Hal yang menarik Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan
adalah bagaimana keserasian jika program Sosial Nasional (SJSN) belum memenuhi
jaminan sosial nasional sudah diterapkan seluruh kebutuhan masyarakat dalam hal
dengan program yang telah diterapkan oleh jaminan sosial. Undang-undang tersebut
daerah. Oleh karena itu diperlukan langkah hanya mengakomodasi lapisan masyarakat
untuk menyatukan persepsi mengenai tertentu yang tersegmen dalam profesi
cakupan wilayah yang dilayani serta sumber masing-masing.” Bahkan lebih lanjut beliau
JPK
Berdasar tabel di atas tingkat keper- ke tahun, antara tahun 2006 s/d tahun 2010
sertaan kaum pekerja dalam program berkembang sebesar 36 persen, meskipun
jaminan sosial tenaga kerja mengalami dalam perkembangannya mengalami pasang
perkembangan secara signifikan dari tahun surut, namun dari jumlah peserta yang aktif
hanya mencapai 29,36 persen. Hal ini sangat sosial nasional menjadi tanggung jawab
ironi karena Jaminan Sosial Tenaga Kerja majikan, 34,39 persen berpendapat menjadi
yang diperuntukkan bagi kaum pekerja tanggung jawab negara dan 18,86 persen
justru tidak berkembang. Hal ini tentu ada berpendapat bahwa membayar premi
permasalahan seperti dalam kewajiban jaminan sosial menjadi tanggung jawab
pembayaran premi. Sampai saat inipun pro- pekerja, majikan dan pemerintah (ILO,
gram Jamsostek baru mampu melayani 30 2004:40 dalam Bahrudin hal 277). Dari
persen dari total jumlah pekerja. Hal ini studi tersebut menggambarkan bahwa
menggambarkan bahwa program sebagian besar pekerja sektor informal
Jamsostek yang telah berjalan dari tahun menganggap bahwa jaminan sosial
1992 belum mampu mencakup seluruh merupakan tanggung jawab negara.
seluruh pekerja, maka dalam program
jaminan sosial nasional perlu bersinergi Karakteristik Sosial Sekaligus
dengan berbagai element dari berbagai Merupakan Kendala Jaminan Sosial
dimensi dalam mengembangkan suatu pro- Nasional
gram.
1. Faktor Pengetahuan dan Pendi-
Berdasar tabel di atas sangat jelas
dikan
bahwa model jaminan sosial tenaga kerja
Peranan kaum pekerja dalam
yang melibatkan iuran pekerja dan
menunjang perekonomian nasional dapat
pengusaha belum mampu memberikan
dipungkiri lagi. Oleh karena itu, jaminan atau
gambaran bahwa masyarakat Indonesia
perlindungan terhadap tenaga kerja dan
mampu untuk memenuhi iuran jaminan sosial
keluarganya memenuhi kebutuhan minimal
nasional. Gambaran tersebut belum
(Soewartoyo, etc, 2011). Kebutuhan mini-
termasuk jumlah pekerja sektor informal
mal yaitu menggambarkan status seseorang
yang ikut program jamsostek. Jika
itu berada di atas garis kemiskinan, yang
digabungkan persentase keseluruhan
mungkin dapat di toleransi oleh kebijakan.
pekerja yang ikut jamsostek akan turun.
Namun dalam pelaksanaan keputusan upah
Hal ini dikarenakan adanya faktor
sampai saat ini masih jauh dari harapan
pendapatan, pengetahuan dan pendidikan.
misalnya faktor jumlah keluarga tidak
Studi ILO (2004) tentang perluasan jaminan
menjadi salah satu pertimbangan dalam
sosial pada sektor informal di Indonesia
penerapan batas upah minimum. Penerapan
memperoleh data bahwa 22,04 persen
sistem jaminan sosial dengan skema asuransi
pekerja di sektor informal bersedia
akan mengalami berbagai kendala antara lain
membayar premi jaminan sosial , 8,07
: pendidikan, kemiskinan dan akses
persen mengatakan bahwa premi jaminan
informasi. Sistem jaminan sosial yang
seimbang, meskipun dalam kenyataanya Sumber: Hasil Penelitian Sektor Informal Surabaya 2011
Sopir/OjekTukang 12 8,0
kaum pekerja baru sekitar 30 persen yang Bangunan 9 6,0
mampu memanfaatkan program tersebut. Lainnya 22 14,7
Total 150 100,0
Selain itu kolaborasi antara pekerja dan
Sumber: Hasil Penelitian Sektor Informal Surabaya 20011
pengusaha sejak dahulu mencerminkan
hubungan pasang surut. Hal ini dapat Berdasar tabel di atas jenis pekerjaan
dicermati setiap akhir tahun di berbagai jualan /dagang memiliki proporsi tertinggi
daerah diwarnai demo mengenai penetapan dengan jumlah mencapai 34 persen. Jumlah
Upah Minimum Propinsi (UMP). Dari satu ini mengindikasikan bahwa jualan
aspek terlihat bahwa kesejahteraan pekerja merupakan jalan paling mudah untuk
belum sejahtera. Oleh karena itu adanya mencari nafkah. Hal ini seperti yang
jaminan sosial nasional yang akan diterapkan diungkapkan (Mochamad Syawie, 2006)
pada tahun 2014 seyogyanya tidak mundur bahwa sektor informal dalam hal ini
seperti dalam pembahasan penetapan
pedagang kecil akan memberikan peluang
Undang-Undang RUBPJS yang mundur 2
kerja yang banyak. Hal ini karena berdagang
tahun. Sehingga jaminan sosial ini
dalam sektor informal tidak memerlukan
diharapkan mampu menjadi pelindung
modal yang terlalu besar. Kemudian Jenis
dalam menghadapi kesulitan ekonomi,
pekerjaan tukang becak memiliki proporsi
terutama bagi pekerja di sektor informal.
25 persen dan menempati posisi kedua.
Dengan jenis pekerjaan yang tidak
Umumnya pekerjaan ini adalah pekerjaan
terlindungi maka akan menambah beban
yang mengandalkan kepada kekuatan fisik,
dalam menghadapi banyak persoalan.
dan sangat mudah dimasuki atau
Tingkat pendapatan seseorang terkait
ditinggalkan pekerja. Jenis pekerjaan
dengan profesi seseorang. Semakin tinggi
lainnya seperti buruh, kuli, sopir, tukang
kelas profesinya biasanya akan memiliki
pendapatan yang baik. Namun variasi bangunan memiliki persentase yang
pekerjaan di sektor informal tampak sebagai beragam. Itu semua adalah lapangan
kegiatan yang kurang memiliki prospektif pekerjaan yang mengandalkan kekuatan
seperti terlihat di bawah ini. fisik tanpa pendidikan tinggi. Tuntutan
utamanya adalah kesanggupan dan keuletan
Tabel 5. Pekerja Sektor Informal di tertentu dengan keterbatasan teknologi yang
Kota Surabaya Menurut Jenis di gunakan. Gambaran di atas terdapat
Pekerjaan 2011 dalam kelompok pekerjaan operasional
Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase yang dikateorikan pekerja kasar.
Tukang Becak 38 25,3
Karyawan/Buruh 4 2,7
Dagang dan Jualan 51 34,0 3. Kelembagaan
Kuli 10 6,7
Warungan/Mracangan 4 2,7 Dalam pelaksanaan jaminan sosial
masih mengalami kendala, kendala ketiga
adalah birokrasi. Birokrasi yang masih rumit sistem jaminan sosial nasional dan bukan
dan tidak efisien telah memperlambat hanya menjadi konsumsi masyarakat
pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini perkotaan khususnya kelas menengah ke
seperti yang ditemukan dalam jamkesmas: atas. Karena sistem ini ditujukan untuk
berbagai persyaratan administrasi sehingga seluruh penduduk di seluruh wilayah
masyarakat cenderung enggan untuk indoensia. Selain itu dalam melihat
memanfaatkan Jamkesmas (Suparjan, permasalahan sosial harus dari berbagai
2010). Karena dalam berbagai kebijakan dimensi yang terkait serta dari berbagai
pemerintah tidak mampu memutus sekat sudut pandang (Soetomo, 2008).
birokrasi rumit menjadi yang praktis dan Program yang telah diundang-
cepat. Oleh karena itu dalam sistem jaminan undangakan sejak tahun 2004 melalui
sosial nasional, yang diperlukan adalah Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
sistem yang praktis. Misalnya dalam Nasional (SJSN) No. 40 Tahun 2004,
pelayanan jaminan sosial nasional harus hingga saat ini belum mampu memberikan
mampu menembus lintas sektoral dan hasil positif bahkan badan penyelenggarapun
propinsi. Untuk mendukung langkah baru disyahkan bulan oktober 2011. Untuk
tersebut maka sistem “on line” diperlukan, mensiasati seperti itu, penulis meng-
sehingga ketika masyarakat mengakses bisa ungkapkan dalam pengembangan program
dilakukan dengan mudah. Karena selama jaminan sosial nasional perlu memperhatikan
ini sistem yang berjalan masih bersifat berbagai aspek. Mengutip dari Talcott Par-
sektoral dan terbatas di mana domisili son, agar sistem berjalan maka
peserta seperti yang ditemukan penulis memperhatikan 4 aspek yaitu antara lain
dalam pelayanan PT ASKES. Bahkan adaptasi, tujuan, integrasi dan pemeliharan
penulis menemukan bahwa peserta ASKES (Rachmad K. Dwi Susilo, 2007).
yang bergerak di bidang kesehatan, Aspek adaptasi meliputi budaya
mengatakan hal yang serupa. Bahwa akses masyarakat, sistem kerja badan
dalam mendapatkan pelayanan ASKES penyelenggara, serta pemerintah. Dalam
sangat birokrasi dan bersifat sektoral. aspek ini pemerintah dan badan
Peserta ASKES hingga kini masih perlindungan jaminan sosial nasional perlu
terkesan mengalami kendala dalam memperhatikan aspirasi masyarakat. Selain
mengurus asuransi terkait dengan program itu dalam pelaksanaan perlu memperhatikan
kesehatannya apalagi masyarakat awan aspek budaya masyarakat setempat. Selain
yang masih memakai Jamkeskin maupun masyarakat, badan penyelenggaran juga
Jamkesmas. Dengan demikian dibutuhkan harus mampu beradaptasi dengan pola kerja
instrument yang jelas dalam melaksanakan yang telah diundang-undangkan. Langkah
pengetahuan sebagai aspek penting. Lingkar Meridian dan The Open Gen-
Sedangkan dari aspek luar seperti eration. Bekasi.
penanganan pihak birokrasi juga memiliki Rys, Vladimir. 2011. Merumuskan Ulang
peran. Akibatnya jumlah pekerja yang Jaminan Sosial Nasional Kembali
mampu dijangkaui oleh jaminan sosial Ke Prinsip-Prinsip Dasar. Pustaka
tenaga kerja tidak banyak. Sebagai upaya Alvabet. Jakarta.
memperluas kepesertaan perelindungan Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan
tenaga kerja tentu saja pihak pemerintah Upaya Pemecahannya. Pustaka
birokrasi perlu melakukan pembenahan Pelajar. Yogyakarta.
terkait dengan pendorongan sektor usaha Soewartoyo, dkk. 2011. Pekerja Sektor
kecil yang dekat dengan sector informal. Informal Dalam Usaha
Disamping itu perlu meningkatkan Perlindungan dan Pemberdayaan
pengetahuan di bidang pendidikan dan Pekerja Hasil Kajian Di Kota
informasi melalui jalur pemerintahan daerah Yogyakarta. Galang Press.
kelurahan. Dengan demikian diperlukan Yogyakarta.
berbagai tranformasi pengetahuan, distribusi Soewartoyo, dkk. Laporan Penelitian
ekonomi atau subsdi silang serta sosialisasi Insentif 2011: Kajian Sistem
terhadap program jaminan sosial nasional. Jaminan Sosial di Sektor Informal.
Sehingga pelaksanaan jaminan sosial PPK LIPI. Jakarta.
nasional dapat dilaksanakan sesuai jadwal Subianto, Ahmad.2010. Sistem Jaminan
tahun 2014 agar mampu meningkatkan Sosial Nasional. Gibbon Books dan
perekonomian bangsa terutama terutama Yayasan Bermula Dari Kanan
kaum pekerja. (Berikan). Jakarta.
(RAM - SILV) Syawie, Mochamad. 2006. DINAMIKA
JARINGAN PRANATA SOSIAL
DAFTAR PUSTAKA DALAM KETAHANAN S O S I A L
PADA KELOMPOK PEDAGANG
K, Racmad Dwi Susilo. 2008. 20 Tokoh BERSKALA KECIL(Kasus Di
Sosiologi Modern. Arruz Media. Kelurahan Pahandut, Kecamatan
Yogyakarta. Pahandut Palangka Raya. Jurnal
Mckinnon, Roddy. 2010. Memperluas Penelitian dan Pengembangan
Cakupan Kepersertaan dan Kesejahteraan Sosial. Vol II, No 3.
Meningkatkan Perlindungan Hal 18- 2 5 . h t t p : / /
Dalam Buku Roddy Mckinnon www.depsos.go.id/unduh/litbang/
dan Richard Levinsky. Yayasan Jurnal%20Vol%2011,%20No.