Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
“NERACA OHAUS”
DISUSUN OLEH:
NPM : A1E014043
Kelompok : III
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Hipotesis
a. Cara kalibrasi neraca ohaus adalah dengan memutar sekrup yang ada
samping atas piringan neraca kekiri atau kekanan sehingga titik
kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan,
namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak pada
angka nol di masing-masing lengan.
b. Adapun cara penggunaan neraca ohaus yakni: a) neraca ohaus dikalibrasi,
b) diletakkan benda yang akan dihitung pada neraca ohaus, c) menggeser
skala, dari skala besar lalu skala kecil, hingga titik seimbang.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Batang magnet 1
3. Beban 100 g 1
4. Beban 50 g 1
5. Lem glukol 1
6. Jaring kawat 1
3.2. Langkah Percobaan
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada
lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada
angka nol.
b. Periksa bahwa neraca pada posisi seimbang.
c. Meletakkan benda yang akan diukur massanya.
d. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakam skala
yang kecil.
e. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.
f. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil.
g. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan benda yang berbeda.
h. Catat hasil pengukuran pada tabel hasil.
3.3.Foto Percobaan
BAB IV
4.2. Perhitungan
1. Beban 50 gram
Lengan I : 0 gram
Lengan II : 50 gram
Lengan III : 0 gram
𝑀0 = 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼
𝑀0 = 0 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀0 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Hasil pengukuran:
𝑀 = 𝑀0 ± ∆𝑀
𝑀 = (50 ± 0,01)𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Batang magnet
Lengan I : 9,3 gram
Lengan II : 50 gram
Lengan III : 0 gram
𝑀0 = 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼
𝑀0 = 9,3 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀0 = 59,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
Hasil pengukuran:
𝑀 = 𝑀0 ± ∆𝑀
𝑀 = (59,3 ± 0,01)𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Lem glukol
Lengan I : 7,5 gram
Lengan II : 20 gram
Lengan III : 0 gram
𝑀0 = 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼
𝑀0 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀0 = 27,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
Hasil pengukuran:
𝑀 = 𝑀0 ± ∆𝑀
𝑀 = (27,5 ± 0,01)𝑔𝑟𝑎𝑚
5. Jaring kawat
Lengan I : 10 gram
Lengan II : 0 gram
Lengan III : 0 gram
𝑀0 = 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼 + 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝐼𝐼
𝑀0 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀0 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Hasil pengukuran:
𝑀 = 𝑀0 ± ∆𝑀
𝑀 = (10 ± 0,01)𝑔𝑟𝑎𝑚
4.3. Pembahasan
Di dalam Fisika, massa dan berat adalah besaran-besaran fisika yang
berbeda. Oleh karena itu, massa adalah banyaknya zat yang terkandung di
dalam suatu benda. Satuan SI-nya adalah kilogram (kg). Sedangkan berat
adalah besarnya gaya yang dialami benda akibat gaya tarik bumi pada benda
tersebut. Satuan SI-nya Newton (N). Untuk mengukur massa benda dapat
digunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca
analitis dua lengan, neraca ohaus, neraca lengan gantung, dan neraca digital.
Pada percobaan kali ini alat ukur massa yang digunakan adalah neraca ohaus.
Neraca ohaus ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
1. Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0,
1, 2, 3, 4, sampai dengan 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala
tiap skala 1 gr. Jadi skala terkecil 0,1 gram
2. Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr,
dengan skala dari 0, 100, 200, sampai dengan 500gr.
3. Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram,
dari skala 0, 10, 20, sampai dengan 100 gr.
Adapun bagian-bagian dari neraca ini adalah sebagai berikut:
1. Piringan wadah beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang
akan diukur.
2. Skrup atau knop kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca
ketika neraca tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan. Lengan
pertama dengan skala satuan, lengan kedua dengan skala ratusan, dan
lengan ketiga dengan skala puluhan.
4. Beban geser yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat
digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
Untuk percobaan kedua massa benda yang akan diukur adalah beban 100
g. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I adalah 6,6 g, pada
lengan II adalah 90 g dan lengan III adalah 0 gram. Sehingga diperoleh massa
kelereng tersebut adalah 96,6 g dan dituliskan hasil pengukurannya adalah
(96,6 ± 0,1)𝑔𝑟𝑎𝑚. Dan untuk percobaan ketiga, benda yang digunakan
adalah batang magnet. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I
adalah 9,3 g, pada lengan II adalah 50 g dan pada lengan III adalah 0 g.
Sehingga diperoleh massa kelereng tersebut adalah 59,3 g dan dituliskan hasil
pengukurannya adalah (59,3 ± 0,1)𝑔.
Pada percobaan keempat, benda yang kami ukur massanya adalah lem
glukol. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada lengan I adalah 7,5 g,
pada lengan II adalah 20 g dan pada lengan III adalah 0 g. Sehingga diperoleh
massa kelereng tersebut adalah 27,5 g dan dituliskan hasil pengukurannya
adalah (27,5 ± 0,1)𝑔. Dan pada percobaan terahir, benda yang kami ukur
massanya adalah jaring kawat. Diperoleh hasil pembacaan pada skala pada
lengan I adalah 10g, pada lengan II dan lengan III adalah 0 g. Sehingga
diperoleh massa kelereng tersebut adalah 10 g dan dituliskan hasil
pengukurannya adalah (10 ± 0,1)𝑔.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Cara kalibrasi neraca ohaus adalah dengan memutar sekrup yang ada
samping atas piringan neraca kekiri atau kekanan sehingga titik
kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan,
namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak pada
angka nol di masing-masing lengan.
b. Cara penggunaan neraca ohaus adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu neraca ohaus dikalibrasi dengan cara memutar skrup
yang ada disamping piringan neraca sampai posisi pada kedua garis
neraca seimbang.
2. Meletakkan benda yang akan diukur massanya pada piringan neraca
3. Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakam
skala yang kecil hingga pada titik seimbang.
4. Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca
hasil.
5.2. Saran
a. Praktikan sebaiknya mengenal alat ukur yang digunakan dalam
percobaan dan mengetahui cara menggunakan alat tersebut.
b. Praktikan sebaiknya memahami konsep dari percobaan yang akan
dilakukan.
c. Praktikan sebaiknya mengkalibrasi alat terlebih dahulu sebelum memulai
percobaan.
d. Praktikan harus teliti dalam membaca skala pada alat.
e. Praktikan hendaknya fokus dalam melakukan percobaan agar percobaan
yang dilakukan sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Serway & Jewett. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba
Teknika