Você está na página 1de 50

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASKEP CA SERVIKS

DISUSUN OLEH :

1. DINDA AYU FITRIANI HUMOLUNGO


2. RINI RAHIM
3. SRI PEBRIANKA I. NGGILU
4. SUPRIYADI DJAFAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TA. 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga askep ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dan bekerja sama dengan baik.

Dan harapan kami semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi askep agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami , kami yakin


masih banyak kekurangan dalam askep ini , oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan askep ini .

Gorontalo, Februari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker
serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim
(Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur,
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014). Kanker
serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan
kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks
diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian
besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari
kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang
perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi Human Papilloma Virus
HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain untuk timbulnya kanker ini
seperti melakukan hubungan seksual diusia muda, melakukan hubungan seksual
yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok (Prawirohardjo, 2014).
Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa pada tahun
2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serviks merupakan kanker dengan
urutan keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015 sekitar 90% dari
270.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di negaranegara berpenghasilan
rendah dan menengah. Menurut Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2015,
penderita kanker serviks di Indonesia adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI
Yogyakarta, Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki
prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5%, sedangkan di Provinsi
Sumatra Barat jumlah penderita kanker serviks yaitu 0,9% atau sebanyak 2.285
orang.
Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap
Smear. Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga tidak
menimbulkan gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah stadium III atau
lanjut. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Halimatusyaadiah (2014) di
RSUP NTB menemukan penderita kanker serviks paling banyak dengan stadium
III sejumlah 33 orang (51,6%). Kanker serviks yang sudah stadium lanjut
biasanya menunjukkan gejala-gejala, diantaranya: keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri
pada panggul, sehingga kondisi kanker sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini
menyebabkan terlambatnya pengobatan dini (Diananda, 2008).
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam
yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Pengobatan yang
paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena kemoterapi bisa digunakan
untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan zat
kimia untuk merusak atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat.
Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sel-sel kanker atau mengurangi
ukuran tumor. Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan
antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis (Ariani, 2015)
Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi,
neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan berat
badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa, nyeri (Ariani, 2015).
Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian pelayanan kesehatan
alam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara menyeluruh baik biologis,
psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan menerapkan aspek promotif,
reventif, kuratif dan rehabilitatif.
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak
vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita
yang berumur 35 tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks
dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani,
2015 ), sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan
sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi
tumor ini mulai terjadi pada sel-sel quamocolummar junction.Kanker serviks ini
terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada
usia dini yaitu 18 tahun.
2.2 Etiologi Kanker Serviks
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks
menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia
35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang
kanker serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan
hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya
perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas
dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas
tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak sistem
kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan peningkatan
risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan percaya
bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel
kanker dan memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada perempuan
HIV, kanker pra serviks bisa berkembang menjadi kanker yang invasif lebih
cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui
kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker serviks
stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada
umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala gejala
umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah
diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita
keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
2.4 Patofisiologis Kanker Serviks
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan
epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona
transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya
sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia
servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma
seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma
serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para
servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat
dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan
rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala
yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak memilki
gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau
perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,
perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah
dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling
sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan
tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price &
Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan
penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian (Aspiani,2017).
2.5 Komplikasi kanker serviks
Komplikasi kanker serviks dapat terjadi karena adanya efek samping pengobatan
atau hasil dari kanker serviks stadium lanjut (NHL WALES, 2013).
1. Efek samping
a. Menopause dini
Menopause dini dapat terjadi apabila dilakukan pembedahan terhadap
ovarium atau terjadi keruasakan pada ovarium akibat pengobatan
menggunakan radioterapi. Kebanyakan wanita mengalami monopouse
pada mereka awal usia 50an. Menopouse terjadi ketika ovarium
berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron (NHL
WALES,2013)
b. Penyempitan vagina
Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering dapat
menyebabkan vagina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat membuat
hubungan seks menyakitkan atau sulit (NHL WALES,2013).
c. Lymphoedema
Kerja normal sistem limfatik dapat terganggu apabila dilakukan
pengangkatan terhadap kelenjar getah bening dipanggul. Salah satu
fungsi dari sistem limfatik adalah untuk mengeringkan diri dari
kelebihan cairan dari jaringan tubuh. Gangguan ini dapat
menyebabkan penumpukan cairan dalam jaringan. Hal ini dapat
menyebabkan bagian tubuh tertentu menjadi bengkak, biasanya pada
lengan dan kaki. Hal ini dikenal sebagai Lymphoedema (NHL
WALES,2013).
d. Dampak emosional yang hidup dengan kanker serviks dapat terjadi
dengan signifikan. Banyak orang melaporkan mengalami efek
rollercoaster. Sebagai contoh, pasien mungkin merasa down ketika ia
menerima diagnosis, tetapi merasa baik kembali ketika pengangkatan
kanker telah dikonfirmasi, kemudian merasa down lagi ketika pasien
mencoba untuk beradaptasi dengan efek setelah pengobatan (NHL
WALES,2013).
2. Kanker stadium lanjut
a. Nyeri
Jika kanker menyebar keujung syaraf, tulang, atau otot sering dapat
menyebabkan yeri yang parah (NHL WALES,2013).
b. Gagal ginjal
Ginjal membuang limbah dari darah. Limbah dilewatkan keluar dari
tubuh dalam urine melalui tabung yang disebut ureter. Fungsi ginjal
dapat dipantau dengan tes darah sederhan yang disebut kadar kreatinin
serum. Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor
kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan ureter
menghalangi aliran urine dari ginjal. Penumpukan urine dalam ginjal
dikenal sebagai hydronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi
bengkak. Kasus yang parah dapat menyebabkan hydronefrosis ginjal
menjadi bekas luka, yang dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau
seluruh fungsi ginjal. Hal ini dikenal sebgai gagal ginjal (NHL
WALES,2013).
c. Bekuan darah
kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih
lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat
ditempat tidur setelah dioperasi dan kemoterapi juga dapat
meningkatan resiko pembentukan bekuan. Suatu jenis gumpalan darah
yang dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT) dapat terjadi pada
kasus kanker serviks. DVT adalah bekuan darah yang berkembang
disalah satu pembuluh darah jauh dalam tubuh, biasanya dikaki (NHL
WALES,2013).
d. Perdarahan
Kerusakan yang signifikan dan mengakibatkan perdarahan dapat
terjadi apabila kanker menyebar kedalam vagina, usus atau kandung
kemih, dapat terjadi. Pendarahan dapat terjadi pada vagina, rektum,
atau dapat terjadi lewatnya darah ketika buang air kecil (NHL
WALES,2013).
e. Fistula
Fistula adalah komplikasi yang jarang terjadi dan biasanya terjadi
sebanyak satu dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula
adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bgaian tubuh.
Dalam kebanyakan kasusu yang melibatkan kanker serviks fistula
berkembang antara kandung kemih dan vagina. Hal ini dapat
menyebabkan keluarnya cairan terus menerus dari vagina. Terkadang
fistula berkembang antara vagina dan dubur (NHL WALES,2013).
f. Keputihan
Keputihan dapat terjadi karena beberapa alasan seperti kerusakan
jaringan, kebocoran kandung kemih, isi usus keluar dari vagina, atau
infeksi bakteri dari vagina (NHL WALES,2013).
2.6 Pengobatan/Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan
stadium kanker serviks:
Tabel 2.2
Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker serviks
Stadium Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut.
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang
ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim,
dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut
salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan
radikal mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin
telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita
kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks
tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah perasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagianbagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan
lain dimana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di
rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari
seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan
waktu beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin harus
tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih beradadi
tempatnya (samapai 3 hari). Efek samping tergantung terutama pada
seberapa banyak radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang di
terapi.radiasi pada perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah,
diare, atau masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di
daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi
merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an
dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping
yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan yang diberikan dan
seberapa banyak. Kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat,
terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat,
yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita
akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan
merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna
dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di
tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri
sendi, atau kaki bengkak.
Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:
1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi
bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati
daerah serviks sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipakai. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang kemampuan
reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan
kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra
tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi mempunyai anak.
Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang sama, yang merendahkan
wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya untuk
menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah tersebut serta
menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan,
sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu
mempengaruhiharga diri dan cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan
atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu aktivitas
rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai pemecahan
masalah. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa hidupnya
lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan
kemampuan reprpduksi. Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber
daya keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi
masalah (Reeder, dkk, 2013).
Pathway

Seks di usia muda <16 tahun Merokok Virus HPV Hygine dan sirkumsisi Sering berganti pasangan, herediter

Metaplasia sel

displasia sel
Ketidaktahuan tentang
Manajemen koping Merusak struktur Menginvasi
penyakit mengenai kurang CA SERVIKS Metaplasia sel
tidak efketif jaringan seviks ke pelvik
informasi

Banyak fikiran dan Tekanan


khawatir Menembus sel Virus HPV menyerang intrapelvik
Terapi kemoterapi
epitel leher rahim
Dx. Defesiensi Tekanan intra
Pengetahuan Radiasi
Menginvasi di Infeksi abdomen
uterus
Post
Fungsi sekretori
Mediator kimia
Dinding pembuluh Gastrointestinal Keputihan dan kental
(bradikinin,
darah tersedak
histamin, )
Peningkatan tekanan Dx. Defisit gangguan rasa
Keluar bercak dan gaster nyamn
darah Dihantarkan ke
hipotalamus
Mual, muntah
Dx. Resiko
pendarahan Cortex serebri
Anoreksia

Nyeri dipersepsikan
Dx.Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Nyeri saat
kebutuhan tubuh berhubungan

Dx. Nyeri
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. Y
Dengan CA serviks Di RSUD Kebumen

3.1 PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

Nama Mahasiswa :1. Dinda A.F. Humolungo Tanggal Pengkajian :1/Feb/19


2. Rini Rahim
3. Sripebrianka I. Nggilu
4. Supriyadi Djafar
NIM :1. 841417184 Ruangan/RS: Bangsal dahlia
2. 841417152
3. 841417174
4. 841417034
No. Reg : 20605 Tanggal Masuk Rumah Sakit
:
1/Feb/19
Diagnosa Medis : CA serviks
I. Data umum klien
1. Inisial klien : Ny. Y Inisial suami : Tn. R
2. Usia : 40 th Usia : 42 th
3. Status perkawinan : Menikah Suku : Jawa
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
5. Pendidikan terakhir : SMP Pendidikan terakhir : SMA
6. Suku : Jawa Agama : Islam
7. Agama : Islam
8. Alamat :jln. Pemuda No. 1 Kebumen
II. Masalah utama
Keluhan utama :Pasien biasanya datang dengan keluhan intra
servikal dan disertai keputihan menyerupai air
Mulai timbulnya : saat berhubungan dengan suami akan merasakan
sakit dan keluar darah.
Sifat keluhan : Klien mengaku sakit kadang sampai pingsan
Lokasi keluhan : di daerah perut, panggul dan daerah vagina keluar
keputihan
Faktor pencetus : tidak terkaji
Keluhan lain : tidak ada
Pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh : tidak bisa lagi melakukan
hubungan seksual.
Usaha klien untuk mengatasinya : tidak lagi melakukan
hubungan seksual

III. Pengkajian Fisik


Seksualitas
Subyektif :
Usia menarche : 14 tahun
Siklus haid : Tidak teratur
Durasi haid : 4-5 hari
Dismenorea Polimenorea Oligomenorea

Menometroragie Amenorea
Rabas pervagina : warna :Tidak terkaji
Jumlah : Tidak terkaji
Berapa lama : Tidak terkaji
Metode kontrasepsi terakhir : Pasien mengatakan tidak menggunakan jenis
kontrasepsi apapun, dan tidak mengikuti program keluarga
Status obstetri : P3 A :0
Riwayat persalinan :
Aterm :- prematur :-
Multiple :-
Riwayat persalinan terakhir :
Tahun : tidak diketahui Tempat : Rumah Sakit Kebumen
Lama gestasi:tidak diketahui Lama persalinan :tidak diketahui
Jenis persalinan : Normal
Berat badan bayi :3 kg.
Komplikasi maternal/bayi : -
Obyektif :
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : tidak terkaji
 Tes serologi (tgl dan hasil) : tidak terkaji
Makanan dan cairan
Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : tidak terkaji
Mual/muntah hilang nafsu makan masalah mengunyah
Pola makan :
Frekuensi : 2 x/hari
Konsumsi cairan : 4-5x/hari
Obyektif :
BB : 47kg
TB :156cm
Turgor kulit : Tidak terkaji
Membran mukosa mulut : tidak terkaji
Kebutuhan cairan : 7-8 gelas/hari
Pemeriksaan Hb. Ht (tgl dan hasil) :tidak terkaji
Eliminasi
Subyektif :
Frekuensi dafekasi : klien mengatakan sebelum sakit ia BAB 1x sehari
setiap pagi, setelah di rawat di RS klien belum pernah BAB
Penggunaan laksatif : tidak menggunakan laksatif
Waktu defekasi terakhir : tidak terkaji
Frekuensi berkemih : klien mengatakan sebelum sakit 4-5x sehari, saat di
kaji klien BAK 3x/hari
Karakter urine : sebelum sakit urine berwaran kuning jernih, saat dikaji
berwarna kuning berbau khas
Nyeri/ terbakar/kesulitan berkemih : tidak ada nyeri
Riwayat penyakit ginjal :tidak terkaji
Penyakit kandung kemih :tidak terkaji
Penggunaan diuretik :tidak
Obyektif :
Pemasangan kateter : tidak terpasang kateter
Bising usus : tidak terkaji
Karakter urine : sebelum sakit urine berwaran kuning jernih, saat dikaji
Konsistensi feces : lembek berbau khas
Warna feces : kuning
Hemorrhoid : tidak ada hemoroid
Palpasi kandung kemih (teraba/tidak teraba) : Teraba
Hygiene
Subyektif :
Kebersihan rambut (frekuensi ) : sedikit kotor, kering tebal, mudah
dicabut, rontok
Kebersihan badan : Tampak bersih
Kebersihan gigi/mulut : tidak adanya caries, terlihat bersih
Kebersihan kuku tangan dan kaki : kuku tampak sedikit kotor
Obyektif :
Cara berpakaian : Rapi
Kondisi kulit kepala : Kotor dan tidak ada benjolan
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyakit jantung : tidak terkaji
Riwayat demam reumatik :tidak terkaji
Obyektif :
Tekanan darah : 130/85 mmHg
Nadi :80x/menit
Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : tidak ada
Bunyi jantung : S1, S2 reguler tidak ada bunyi tambahan
Frekuensi : tidak terkaji
Irama (teratur/tidak teratur) : teratur
Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) ; tidak ada murmur
Ekstremitas :
Suhu (hangat/akral dingin) : hangat
CRT : < 3 det
Varises (ada/tidak ada) : tidak ada varises
Nyeri/ketidaknyamanan
Subyektif :
Lokasi : bagian perut dan panggul
Intensitas (skala 0 -10) : skala 6
Frekuensi :
Durasi : 15 menit
Faktor pencetus : tidak diketahui
Cara mengatasi : keluarga menyatakan tidak mengetahui cara mengatasi
nyeri
Faktor yang berhubungan : tidak diketahui
Obyektif :
Wajah meringis
Melindungi area yang sakit
Fokus menyempit
Pernapasan
Subyektif :
Dispnea Batuk/sputum Riwayat Bronkitis
Asma Tuberkulosis Emfisema
Pneumonia berulang Perokok, lamanya : ............. tahun
Penggunaan alat bantu pernapasan (02) : ..............L/mnt
Obyektif :
Frekuensi : 24x/mnt
Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe
Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes
Kusmaul Biots
Karakteristik Sputum : tidak ada sputum
Hasil Roentgen : tidak terkaji
Interaksi sosial
Subyektif :
Status pernikahan : sudah menikah
Lama pernikahan : 15 tahun
Tinggal serumah dengan : suami dan anak
Obyektif :
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat : baik
Integritas Ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan : tidak lagi merencanakan kehamilan
Perasaan klien/keluarga tentang penyakit :ibu klien mengatakan bahwa ia
cemas bagaiman penanganan dirumah jika nyeri datang lagi
Status hubungan : Baik
Cara mengatasi stress : klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan
klien menangis dan rewel
Obyektif :
Status emosional (cemas, apatis, dll) : Cemas
Respon fisiologis yang teramati : pasien sering menangis
Agama : islam
Muncul perasaaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) : tidak
berdaya
Neurosensori
Subyektif :
Pusing (ada/tidak ada) : tidak ada
Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi) : tidak ada
Keamanan :
Subyetif :
Alergi/sensitivitas : tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : tidak diketahui
Riwayat imunisasi : tidak diketahui
Infeksi virus terakhir : infeksi virus HPV
Binatang peliharaan dirumah : tidak ada
Masalah obstetrik sebelumnya : tidak diketahui
Jarak waktu kehamilan terakhir : 1 tahun
Riwayat kecelakaan : tidak ada
Fraktur dislokasi : tidak ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada
Obyektif :
Integritas kulit : tidak dikaji
Cara berjalan : baik
Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : bahasa indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan suami :wiraswasta
Faktor penyakit dari keluarga : kanker
Sumber pendidikan tentang penyakit : tim keesehatan
Pertimbangan rencana pulang
Tanggal informasi diambil : tidak diketahui
Pertimbangan rencana pulang : tidak diketahui
Tanggal perkiraan pulang : tidak diketahui
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : puskesmas

Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan hematology,biopsi
Terapi dan pengobatan :
Pemberian terapi intravena, dan kemoterapi
3.2 RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
O
1. Defisiensi pengetahuan 1. Manajemen Kanker 1. Pengurangan Kecemasan: 1.PENGURANGAN
(00126) Kriteria hasil:  OBSERVASI KECEMASAN
Definisi : ketidakadaan Setelah dilakukan tindakan Kaji tanda untuk  OBSERVASI
atau defisiensi informasi keperawatan selama 3x24 jam verbal dan non verbal Untuk mengetahui
kognitif yang berkaitan masalah Menejemen Kanker kecemasan adanya kecemasan
dengan topik tertentu tertasi dengan indikator :  MANDIRI yang dirasakan
Domain : 5 1) Tanda dan gejala Dorong verbalisasi oleh klien
persepai/kognisi kekambulan (3) perasaan, persepsi, dan  MANDIRI
Kelas : 4 kognisi 2) Efek pada seksualitas ketakutan. Untuk mengubah
Batasan karakteristik : (3)  KOLABORASI persepsi buruk
1. Kurang pengetahuan 3) Pentingnya sikap positif - klien terhadap
2. Kurang sumber untuk mengatasi kanker  HE kondisinya
pengetahuan (3) Instruksikan klien  KOLABORASI
3. Kurang informasi KETERANGAN : untuk menggunakan -
1. Tidak ada pengetahuan teknik relaksasi  HE
2. Pengetahuan terbatas Dengan
3. Pengetahuan sedang 2.Manajemen Nyeri melakukan teknik
4. Pengetahuan banyak  OBSERVASI relaksasi yang
5. Pengetahuan sangat Monitor kepuasan diajarkan oleh
banyak pasien pasien terhadap perawat dapat
2. Pengetahuan: Manajemen manajemen nyeri mengurangi
Nyeri: dalam interval yang kecemasan klien
Kriteria hasil: spesifik 2.MANAJEMEN
Setelah dilakukan tindakan  MANDIRI NYERI
keperawatan selama 3x24 jam Berikan individu  OBSERVASI
masalah Menejemen Nyeri penurun nyeri yang Agar perawat
tertasi dengan indikator : optimal dengan dapat mengetahui
1) Strategi untuk mengobtrol peresapan analgesik kepuasan klien
nyreri (3)  KOLABORASI dalam manajemen
2) Tindakan-tindakan Kolaborasi dengan nyeri
pencegahan (3) pasien, orang terdekat,  MANDIRI
3) Distraksi yang efektif (3) dan tim kesehatan Agar nyari yang
KETERANGAN : lainnya untuk memilih dirasakan klien
1. Tidak ada pengetahuan dan berkurang
2. Pengetahuan terbatas mengimplementasikan  KOLABORASI
3. Pengetahuan sedang tindakan penurun nyeri Agar dapat
4. Pengetahuan banyak non farmakologi, membantu klien
5. Pengetahuan sangat sesuai kebutuhan untuk mengurangi
banyak  HE nyeri dengan
3. pengetahuan proses penyakit Ajarkan prisip-prinsip melakukan
: manajemen nyeri tindakan
Kriteria hasil: 3.Pengajaran proses nonfarmakologi
Setelah dilakukan tindakan penyakit :  HE
keperawatan selama 3x24 jam  OBSERVASI Agar klien dapat
masalah Pengetahuan Proses Kenali engetahuan mengimplementasi
enyakit tertasi dengan pasien mengenai kan prinsip-prinsip
indikator : kondisinya manajemen nyeri
1) Tanda dan gejala penyakit  MANDIRI yang diajarkan
(3) Jelaskan mengenai oleh perawat
2) Efek fisiologis penyakit proses penyakit, sesuai apabila rasa nyeri
(3) kebutuhan timbul
3) Efek psikososial penyakit  KOLABORASI 3.PENGAJARAN
pada individu (3) Perkuat informasi yang PROSES PENYAKIT
KETERANGAN : diberikan dengan  OBSERVASI
1. Tidak ada pengetahuan anggota tim kesehatan Untuk mengetahui
2. Pengetahuan terbatas lain, sesuai kebutuhan tingkat
3. Pengetahuan sedang  HE pengetahuan klien
4. Pengetahuan banyak Instruksikan pasien terhadap
5. Pengetahuan sangat mengenai tindakan kondisinya
banyak untuk  MANDIRI
mencegah/meminimal Agar klien dapat
kan efek samping mengerti dan
penanganan dari memehami
penyakit sesuai penyakit apa yang
kebutuhan sedang dialami
 KOLABORASI
Agar klien dapat
benar-benar
mengetahui dan
memahami
informasi yang
disampaikan
 HE
Agar klien bisa
memahami dan
mengetahui
bagaimana
mencegah dan
meminimalkan
efek samping dari
penanganan
penyakitnya
2. Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi: asupan 1. Manajemen gangguan 1.MANAJEMEN
nutrisi kurang dari nutrisi makan : GANGGUAN MAKAN
kebutuhan tubuh (00002) Kriteria Hasil:  OBSERVASI  OBSERVASI
Definisi :asupan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Monitor intake/asupan Agar perawat
yang cukup untuk keperawatan selama 3x24 makanan dan asupan dapat mengetahui
memenuhi kebutuhan jam masalah Asupan Nutrisi cairan secara tepat asupan makanan
Domain : 2 nutrisi tertasi dengan indikator : dan asupan cairan
Kelas : 1 makan 1) Asupan kalori (3) klien
Batasan karakteristik : 2) Asupan  MANDIRI  MANDIRI
1. Berat badan 20% karbohidrat (3) Bangun harapan terkait Untuk
atau lebih dibawah 3) Asupan serat (3) dengan perilaku makan memotivasi/mendo
rentang berat badan KETERANGAN : yang baik, intake rong klien untuk
ideal 1. Tidak adekuat /asupan makan
2. Bising usus 2. Sedikit adekuat makanan/cairan dan  KOLABORASI
hiperaktif 3. Cukup adekuat jumlah aktivitas fisik Agar dapat
ketidakmampuan 4. Sebagian besar  KOLABORASI membantu perawat
memakan makanan adekuat Kolaborasi dengan tim dalam
3. Penurunan berat 5. Sepenuhnya adekuat kesehatan lain untuk menjalankan
badan dengan mengembangkan tindakan
asupan makanan 2. Nafsu makan rencana perawatan perawatan kepada
adekuat Kriteria Hasil: dengan melibatkan klien
Setelah dilakukan tindakan klien dengan orang-  HE
keperawatan selama 3x24 jam orang terdekatnya Agar klien dan
masalah Nafsu Makan tertasi dengan tepat orang terdekat
dengan indikator :  HE dapat mengetahui
1) Hasrat/keinginan Ajarkan dan dukung bagaimana nutrisi
untuk makan (3) konsep nutrisi baik yang baik
2) Intake makanan (3) dengan klien (dan 2.MANAJEMEN
3) Rangsangan untuk orang terdekat klien CAIRAN
makan (3) dengan tepat)  OBSERVASI
KETERANGAN : 2. Manajemen cairan Agar perawat
1. Tidak adekuat  OBSERVASI dapat mengetahui
2. Sedikit adekuat Monitor status hidrasi status hidrasi klien
3. Cukup adekuat (misalnya membran  MANDIRI
4. Sebagian besar adekuat mukosa lembab, Untuk
5. Sepenuhnya adekuat denyut nadi adekuat, meningkatkan gizi
dan tekanan darah klien
3.Status nutrisi : ortostatik)  KOLABORASI
Setelah dilakukan tindakan  MANDIRI Agar perawat
keperawatan selama 3x24 Tawari makanan dapat
jam masalah Status Nutrisi ringan (misalnya, mempertahankan
tertasi dengan indikator : minuman ringan dan keseimbangan
1) Asupan makanan buah-buahan segar/jus volume cairan
secara oral (3) buah) klien
2) Asupan makanan  KOLABORASI  HE
secara tube feeding Konsultasikan dengan -
(3) dokter jika tanda-tanda 3.MANAJEMEN
3) Asupan cairan dan gejala kelebihan NUTRISI
secara oral (3) volume cairan menetap  OBSERVASI
KETERANGAN : atau memburuk Agar perawat
1. Tidak adekuat  HE dapat mengetahui
2. Sedikit adekuat - jumlah kalori dan
3. Cukup adekuat 3. Manajemen nutrisi asupan makanan
4. Sebagian besar adekuat  OBSERVASI klien untuk
5. Sepenuhnya adekuat Monitor kalori dan mendorong klien
asupan makanan agar mengonsumsi
 MANDIRI makanan yang
Berikan pilihan lebih sehat
makanan sambil  MANDIRI
menawarkan Untuk mendorong
bimbingan terhadap klien agar
polihan mengkonsumsi
[makanan]yang lebih makanan yang
sehat, jika diperlukan lebih sehat
 KOLABORASI  KOLABORASI
- -
 HE  HE
Anjurkan keluarga Agar dapat
untuk membawa memicu nafsu
makanan vavorit makan klien
pasien semntara
[pasien] berada
dirumah sakit atau
fasilitas perawatan
yang sesuai
3. Nyeri akut (00132) 1. Kontrol nyeri 1. pemberian analgesik 1. pemberian analgesik
Definisi : pengalaman Kriteria Hasil:  OBSERVASI  OBSERVASI
sensori dan emosional dan Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda vital Untuk mengetahui
tidak menyenangkan yang keperawatan selama 3x24 sebelum dan setelah perubahan klien
muncul akibat kerusakan jam masalah Kontrol Nyeri memberikan analgesik setelah pemberian
jaringan aktual atau tertasi dengan indikator : narkotik pada analgesik
potensial atau yang 1) Mengenali kapan pemberian dosis  MANDIRI
digambarkan sebagai nyeri terjadi (3) pertama kali atau jika Agar perawat
kerusakan (international 2) Menggambarkan ditemukan tanda-tanda dapat mengetahui
association fot the study of faktor penyebab yang biasanya status alergi dari
fain) awitan yang tiba-tiba (3)  MANDIRI pasien
atau lambat dari intensitas 3) Mengenali apa Cek adanya alergi  KOLABORASI
ringan hingga berat dengan yang terkait riwayat obat -
akhir yang dapat di dengan gejala nyeri  KOLABORASI  HE
antisipasi atau prediksi (3) - Agar pasien dapat
Domain : 12 kenyamanan KETERANGAN :  HE menggunakan
Kelas : 1 kenyamanan fisik 1. Tidak pernah Ajarkan tentang analgesik dengan
Batasan karakteristik : menunjukkan penggunaan analgesik, cara yang benar
1. Ekspresi wajah 2. jarang menunjukkan strategi untuk 2.Manajemen nyeri
nyeri (mis, mata 3. kadang menunjukkan memerlukan efek  OBSERVASI
kurang bercahaya, 4. sering menunjukkan samping, dan harapan Agar perawat
tampak kacau, 5. secara konsisten terkait dengan dapat melihat
gerakan mata menunjukkannnya keterlibatan dalam kepuasan pasien
berpencar, atau tetap 2. Tingkat nyeri keputusan setelah
pada 1 fokus, Kriteria Hasil : pengurangan nyeri menggunakan
meringis) Setelah dilakukan tindakan 2. Manajemen nyeri analgesik
2. Keluhan tentang keperawatan selama 3x24  OBSERVASI  MANDIRI
intensitas jam masalah Tingkat Nyeri Monitor kepuasan Agar pasien dapat
menggunakan tertasi dengan indikator : pasien terhadap mengetaui
standar skala nyeri 1) Nyeri yang manajemen nyeri penyebab dari
(mis, skala bong- dilaporkan (3) dalam interval yang nyeri dan durasi
baker FACES, skala 2) Panjangnya spesifik nyeri
analog visual skala episode nyeri (3)  MANDIRI  KOLABORASI
penilaian numeric) 3) Ekspresi nyeri Berikan informasi Agar pasien dapat
3. Laporan tentang wajah (3) mengenai nyeri, menjaga kesehatan
perilaku KETERANGAN : seperti penyebab nyeri, dan mencegah dari
nyeri/perubahan 1. Berat berapa lama nyeri penyebab nyeri
aktifitas (mis, 2. Cukup berat yang akan dirasakan,  HE
anggota keluarga, 3. Sedang dan antisipasi dari Agar pasien dapat
member asuhan) 4. Ringan ketidanyamanan akibar mengetaui prinsip-
4. Mengekspresikan 5. Tidak ada prosedur prinsip nyeri
perilaku (mis., 3. Kepuasan klien: Manajemen  KOLABORASI 3.PEMBERIAN OBAT
gelisah merengek, Nyeri Kolaborasi dengan  OBSERVASI
menangis waspada) Kriteria Hasil : pasien, orang terdekat Agar perwat dapat
5. Sikap melindungi Setelah dilakukan tindakan dan tim kesehatan mengetaui efek
area nyeri keperawatan selama 3x24 jam untuk memilih dan dari obat yang
6. Sikap tubuh masalah Manajemen Nyeri mengimplementasikan diberikan kepada
melindungi tertasi dengan indikator : tindakan penurun nyeri pasien
1) Nyeri terkontrol (3) nonfarmakologi sesuai  MANDIRI
2) Tingkat nyeri kebutuhan Agar perawat tidak
dipantau secara  HE salah dalam
reguler (3) Ajarkan prinsip- pemberian obat
3) Efek samping obat prinsip manajemen  KOLABORASI
terpantau (3) nyeri -
KETERANGAN : 3. PEMBERIAN OBAT  HE
1. Tidak puas  OBSERVASI Agar dapat
2. Agak puas Monitor klien terhadap memenuhi efek
3. cukup puas efek lanjut, toksisitas yang diinginkan
4. sangat puas dan interaksi dan mengetahui
5. sepenunhya puas pemberian obat efek obat
 MANDIRI selanjutnya
Catat tanggal
kadaluarsa obat yang
tertera pada wadah
obat
 KOLABORASI
-
 HE
Instruksikan klien dan
keluarga mengenai
efek yang diharapkan
dan efek lanjut obat
4. Resiko perdarahan 1. Keparahan kehilangan 1. Pencgahan perdarahan 1. Pencegahan
(00206) darah  OBSERVASI perdarahan
Definisi : rentan Kriteria hasil: Monitor dengan ketat  OBSERVASI
mengalami penurunan Setelah dilakukan tindakan resiko terjadinya Agar perawat
volume darah, yang dapat keperawatan selama 3x24 perdarahan pada dapat mengetahui
mengganggu kesehatan jam masalah Keparahan pasien tingkat resiko
Domain : 11. kehilangan darah tertasi  MANDIRI perdarahan pada
Keamanan/perlindungan dengan indikator : Beritahu pasien untuk pasien
Kelas : 2. Cedera fisik 1) Kehilangan darah pencegahan tindakan-  MANDIRI
Faktor resiko : yang terlihat (3) tindakan invasif, jika Agar pasien dapat
1. Gangguan 2) Perdarahan vagina tidak dapat dihindari, mengantisipasi
gastrointestinal (3) monitor dengan tepat apabila timbul
(mis, penyakit ulkus 3) Cemas (3) tanda-tanda tanda-tanda
lambung, polip Keterangan : perdarahan perdarahan
varises) 1. Berat  KOLABORASI  KOLABORASI
2. Komplikasi 2. cukup berat - -
pascapartum (mis, 3. sedang  HE  HE
atoni uterus, retensi 4. ringan Instruksikan pasien Agar pasien dan
plasenta) 5. tidak ada dan keluarga dan keluarga dapat
2. perilaku patuh: pengobatan monitor tanda-tanda mengetahui
yang dirasakan: perdarahan yang tindakan yang
kriteria hasil: mengambil tindakan dapat dilakukan
Setelah dilakukan tindakan yang tepat jikia terjadi apabila terjadinya
keperawatan selama 3x24 perdarahan (misalnya, perdarahan serta
jam masalah perilau patuh lapor kepada perawat) melaporkan
tertasi dengan indikator : 2. Identifikasi resiko kepada perawat
1) mmemperoleh obat  OBSERVASI 2. Identifikasi resiko
yang dirasakan (3) Monitor pasien  OBSERVASI
2) memantau efek mengenai efek Agar perawat
terapeutik obat (3) samping obat dapat mengetahui
3) melaporkan respon  MANDIRI efek samping dari
terapi kepada Kembangkan strategi pengobatan klien
profesional bersama pasien untuk  MANDIRI
kesehatan (3) meningkatkan Untuk
keterangan: kepatuhan mengenai memudahkan klien
1. tidak pernah menunjukkan regimen obat yang dalam
2. jarang menunjukkan diresepkan meningkatkan
3. sering-sering  KOLABORASI kepatuhan regimen
menunjukkan Fasilitasi perubahan obat sesuai dengan
4. kadang menunjukkan pengobatan dengan yang diresepkan
5. secaraa konsisten dokter  KOLABORASI
menunjukkan  HE Untuk lebih
3. kontrol resiko Ajarkan pasien memudahkan
kriteria hasil: dan/atau anggota perawat dalam
Setelah dilakukan tindakan keluarga mengenai mengobati klien
keperawatan selama 3x24 tindakan dan efek  HE
jam masalah Kontrol Resiko samping diharapkan Agar pasien dan
tertasi dengan indikator : dari obat keluarga dapat
1) mencari informasi mengetahui
tentang kesehatan yindakan dan efek
(3) samping yang
2) mengidentifikasi diharapkan dari
faktor resiko (3) engobatan
3) mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
resiko (3)
Keterangan :
1. tidak pernah
menunjukkan
2. jarang menunjukkan
3. sering-sering
menunjukkan
4. kadang
menunjukkan
5. secaraa konsisten
menunjukkan

5. Gangguan Rasa Nyaman 1. Status kenyamanan 1. Teknik menenangkan 1. Teknik menenangkan


(00214) Kriteria Hasil:  OBSERVASI  OBSERVASI
Definisi : merasa kurang Setelah dilakukan tindakan Identifikasi orang- Agar dapat
nyaman, lega, dan keperawatan selama 3x24 jam orang terdekat klien membantu perawat
sempurna dalam dimensi masalah status kenyamanan yang bisa membantu dalam
fisik psikospritual, tertasi dengan indikator : klien menjalankan
lingkungan, budaya, 1) Kesejahteraan fisik (3)  MANDIRI intervensi
dan/atau sosial. 2) Kesejahteraan Memberikan obat anti  MANDIRI
Domain : 12 kenyamanan psikologis (3) kecemasan jika perlu Untuk mengurangi
Kelas : 1. kenyamanan 3) Perawatan sesiuai  KOLABORASI kecemasan yang
fisik dengan kebutuhan (3) - dirasakan oleh
2. kenyamanan Keterangan :  HE klien
lingkungan 1. Sangat terganggu Instruksikan klien  KOLABORASI
3.kenyamanan 2. Banyak terganggu untuk menggunakan -
sosial 3. Cukup terganggu metode mengurangi  HE
Batasan karakteristik : 4. Sedikit terganggu kecemasan (misalnya, Agar klien dapat
1. Berkeluh kesah 5. Tidak terganggu teknik bernafas dalam, mengetahui
2. Gatal distraksi, visualilasi, tindakan yang
3. Merasa kurangb 2. Tidur meditasi, relaksasi otot tepat apabola rasa
senang dengan Kriteria hasil: progesif, mendengar cemas timbul
situasi Setelah dilakukan tindakan musik-musik lembut) 2. Peningkatan tidur
4. Merasa tidak keperawatan selama 3x24 jam jika diperlukan  OBSERVASI
nyaman masalah tidur tertasi dengan 2. Peningkatan tidur Agar perawat
Faktor yang indikator :  OBSERVASI dapat mengetahui
berhubungan 1) Kualitas tidur (3) Monitor/catat pola kualitas tidur
1. Gejala terkait 2) Tidur dari awal sampai tidur pasien dan pasien
penyakit habis dimalam hari jumlah jam tidur  MANDIRI
2. Sumber daya tidak secara konsisten (3) pasien Agar klien dapat
adekuat (mis, 3) Perasaan segar setelah  MANDIRI mencapai siklus
finansial, tidur (3) Atur rangsangan siang-malam
pengetahuan, dan Keterangan : lingkungan untuk normal
sosial) 1. Sangat terganggu mempertahankan  KOLABORASI
2. Banyak terganggu siklus siang-malam -
3. Cukup terganggu yang normal  HE
4. Sedikit terganggu  KOLABORASI Untuk
5. Tidak terganggu - memudahkan klien
3. Tingkat stress  HE dalam merangsang
Kriteria Hasil: Ajarkan pasien dirinya untuk tidur
Setelah dilakukan tindakan bagaimana melakukan
keperawatan selama 3x24 jam relaksasi otot
masalah tingkat stress tertasi autogemik atau bentuk
dengan indikator : nonfarmakologi
1) Kegelisahan (3) lainnya untuk
2) Gangguan tidur (3) memancing tidur
3) Kecemasan (3)
Keterangan :
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
BAB IV
TELAAH JURNAL

4.1 TELAAH JURNAL 1

Berdasarkan jurnal dengan judul jamu pada pasien tumor/kanker sebagai


terapi komplementer Bahwa telah didapatkan sepuluh komponen jamu yang
paling banyak digunakan pada pasien tumor atau kanker berturut-turut adalah
kunyit putih, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, keladi tikus, temulawak,
temu mangga, daun dewa, daun benalu, dan daun sirsak. Pada akhir terapi
ditemukan 79,6 % pasien dengan kualitas hidup yang membaik dan 20,4 % yang
menetap. Pada penelitian ini telah disimpulkan bahwa terapi komplementer
alternatif dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien tumor atau kanker yang
berobat di dr. Praktek jamu yang terlibat dalam penelitian ini.

(Hasanah & Widowati, 2016)

4.2 TELAAH JURNAL 2

Berdasarkan hasil penelitian jurnal Penatalaksanaan Nyeri Pada Pasien


Kanker Serviks Di Ruang Melati Rsu Sunan Kalijaga Demak didapatkan hasil
dimana Carsinoma serviks merupakan keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat
pada seluruh lapisan epitel pada daerah servik uteri. Pada awal
perkembangannya, carsinoma servik tidak memberikan tanda-tanda dan keluhan.
Pada tahap lanjut, tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah
perdarahan spontan, perdarahan saat defekasi keluhan perdarahan berbau busuk
yang khas, nyeri diatas pubis dan sekitar panggul. Teknik relaksasi merupakan
salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi
penanggulangan nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam membuat pasien dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri. (Ruang, Rsu, & Kalijaga, 2013)
4.3 TELAAH JURNAL 3

Sesuai dengan jurnal yang berjudul pengobatan karsinoma serviks dimana


penatalaksaanaanya terdiri dari beberapa yaitu :

1. Terapi konservatif, terapi ini dilakukan sesuai dengan stadium patologi


karsinoma berdasarkan CIN.
2. Terapi operasi,
IA1: Dengan histerektomi total, bila perlu konservasi fungsi
reproduksi, dapat dengan konisasi.
IA2:Dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan
kelenjar limfe kavum pelvis bilateral.
IB1-IIA: Dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi
radikal ditambah pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral,
pasien usia muda dapat mempertahankan ovari.
3. Radioterapi
a. Radioterapi radikal
b. Radioterapi praoperasi
c. Radioterapi pascaoperasi
4. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan lanjut
pra-operasi atau kasus rekuren, metastasis.
5. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakarsinoma
pada zona transformasi.
6. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan
dengan anestesi umum
Untuk evaluasi pengobatan biasanya dilakukan pemeriksan Pap Smear setiap
tiga bulan selama dua tahun pertama. Kemudian setiap enam bulan untuk tiga
tahun berikutnya dan berikutnya diperiksa setiap tahun. Pemeriksaan Ct-Scan atau
PET-Scan dilakukan apabila diindikasikan secara klinis. (Aulia, 2017)
Aulia, W. (2017). Pengobatan Karsinoma Serviks, 6, 91–97.

4.4 TELAAH JURNAL 4 (internasional)

Berdasarkan jurnal yang berjudul Cervical Cancer, Version 2.2015 Featured


Updates to the NCCN Guidelines Pengobatan Kesuburan untuk Tahap Awal
Kanker serviks Penyakit mikroinvasif (Federasi Internasional Indonesia)
Ginekologi dan Kebidanan [FIGO] tahap IA1 dengan tidak ada invasi ruang
limfovaskular [LVSI]) yang terkait dengan insiden limfatik yang sangat rendah
metastasis, dan pengobatan konservatif dengan konisasi tampaknya aman pada
individu tanpa bukti dari LVSI.

Untuk kanker serviks stadium IA2 dan IB1 dengan lesi yang berdiameter 2
cm atau kurang, trachelectomy radikal menyediakan pilihan hemat kesuburan
yang mungkin sesuai untuk pasien tertentu. Dalam trachelectomy radikal,
serviks, margin vagina, dan pendukung ligamen diangkat saat meninggalkan
tubuh utama dan fundus uterus utuh. Panggul laparoskopi limfadenektomi
menyertai prosedur dan dapat dilakukan dengan atau tanpa pemetaan SLN.
Penelitian menunjukkan bahwa trachelectomy radikal adalah onkologis aman
untuk pasien dengan stadium IA2 atau IB1 kanker serviks dengan lesi yang 2 cm
atau kurang diameter. Namun, beberapa penelitian telah mulai dilakukan
menyelidiki keamanan prosedur ini untuk pasien dengan kanker serviks stadium
IA2 atau IB1 dengan lesi yang berdiameter lebih dari 2 cm. Kedua pendekatan
vagina dan perut ke prosedur trachelectomy radikal telah diperiksa.
Trachelectomy radikal abdominal menyediakan areseksi parametria yang lebih
luas daripada vagina pendekatan, tetapi memberikan alternatif yang kurang
konservatif untuk pelestarian kesuburan. Beberapa kasus telah mengevaluasi
keamanan dan hasil dengan vagina dibandingkan pendekatan perut terhadap
trachelectomy radikal, termasuk ulasan sistematis tentang vaginal50 dan
trachelectomy radikal abdominal64. Rekomendasi NCCN: Panel menyetujui hal
itu pendekatan hemat kesuburan dapat dipertimbangkan dalam pasien sangat
terpilih yang telah teliti konseling mengenai risiko penyakit dan prenatal dan
masalah perinatal (lihat CERV-A 1 dari 7, halaman 397). Di tahap IA1 individu
dengan bukti LVSI, masuk akal pendekatan konservatif adalah konisasi (dengan
Margin negatif) selain limfadenektomi panggul (kategori 2A) dengan opsi untuk
SLN pemetaan (kategori 2B untuk SLN). Berdasarkan yang ada data, panel
menunjukkan bahwa trachelectomy radikal dengan diseksi kelenjar getah bening
(kategori 2A) menawarkan pilihan perawatan hemat kesuburan yang wajar untuk
dipilih pasien dengan kanker serviks stadium IA2 atau IB1 dengan lesi yang
berdiameter 2 cm atau kurang. Dianjurkan untuk dilakukan trachelectomy radikal
vagina (kategori 2A) untuk pasien yang dipilih dengan hati-hati lesi dengan
diameter 2 cm atau kurang. Laparoskopi limfadenektomi pelvis harus disertai
prosedur dan dapat dilakukan dengan atau tanpa Pemetaan SLN (kategori 2B
untuk SLN). (Koh et al., 2015)

4.5 TELAAH JURNAL 5

Berdasarkan jurnal Trends in the Quality of Treatment for Patients With Intact
Cervical Cancer in the United States , 1999 Through 2011 {Formatting
Citation}Terapi radiasi sinar eksternal yang dikombinasikan dengan
brachytherapy telah dianggap sebagai tulang punggung terapi kuratif untuk
kanker serviks stadium IB2-IVA selama lebih dari 50 tahun (1-4). Data Level 1
menunjukkan bahwa penambahan kemoterapi berbasis cisplatin bersamaan untuk
terapi radiasi secara signifikan meningkatkan kontrol lokal dan kelangsungan
hidup secara keseluruhan (5-7). Studi retrospektif lebih lanjut menunjukkan
pentingnya pemberian pengobatan dalam waktu 8 hingga 9 minggu untuk
mengoptimalkan kontrol lokal dan kelangsungan hidup bebas penyakit (8-13). 3
elemen ini, terapi radiasi sinar eksternal untuk menargetkan tumor dan kelenjar
getah bening regional, secara hati-hati diurutkan dengan brachytherapy;
kemoterapi bersamaan mingguan; dan durasi pengobatan 56 hari atau kurang,
dapat dilihat sebagai tolok ukur untuk kualitas pengobatan kanker serviks yang
utuh (14). (Smith, Jiang, Giordano, Meyer, & Eifel, 2015)
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang menempel pada puncak
vagina (Diananda, 2008). etiologi dari CA serviks ini adalah:

1. Usia
2. Sering berganti pasangan
3. Merokok
4. Hygiene dan Sirkumsisi
5. Status sosial ekonomi
6. Terpapar virus
7. Faktor genetik
Dari hasil pengkajian diatas Ny. Y 40 th Dengan diagnosa medis CA serviks
dan diangkat diagnosa keperawatan dengan intervensi manajemen kanker,
pengetahuan manajemen nyeri, juga proses penyakit, intervensi manajemen
gangguan makan, manajemen nutrisi, pemberian analgesik, pemberian obat,
pencegahan perdarahan,identifikasi resiko , tekhnik menenangkan, dan
peningkatan tidur.

4.2 Saran
Untuk pencegahan kanker serviks diharapkan untuk melakukan deteksi dini,
dan apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak lanjuti, agar kanker
serviks dapat diatasi cepat oleh petugas kesehatan. selain itu diharapkan untuk
membiasakn diri dengan pola hidup sehat dan bersih dan menghindari faktor-
faktor resiko pemicu kanker serviks.
Daftar pustaka
Ariani .S (2015) Stop Kanker.Yogyakarta : Istana Media
Aspiani, R.Y.2017 Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC,
NOC. Jakarta : Cv Trans Info Media
Aulia, W. (2017). Pengobatan Karsinoma Serviks, 6, 91–97.

CerKoh, W., Greer, B. E., Abu-rustum, N. R., Apte, S. M., Dorigo, O., Eifel, P.
J., … Gaffney, D. K. (2015). Cervical Cancer , Version 2 . 2015 Featured
Updates to the NCCN Guidelines, 13(4), 395–404.

Hasanah, S. N., & Widowati, L. (2016). Jamu Pada Pasien Tumor / Kanker
sebagai Terapi Komplementer Herbal as A Compelementary Therapy for
Tumor / Cancer Patients Indonesia merupakan negara dengan beban
pembiayaan negara sangat tinggi . apabila terdapat kemajuan yang besar
dari, 6(1), 49–59.

Price SA & Wilson, LM. 2012. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi Ke 6. Jakarta : EGC
Reeder, S.J,. Martin, Martin,Grifin, K. 2013. Keperawatan maternitas: kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga. Jakarta : EGC
Ruang, D. I., Rsu, M., & Kalijaga, S. (2014). Alumni Akademi Keperawatan
Krida Husada, Kudus Dosen Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus,
2014(4), 7–12.

Smith, G. L., Jiang, J., Giordano, S. H., Meyer, L. A., & Eifel, P. J. (2015).
Trends in the Quality of Treatment for Patients With Intact Cervical Cancer
in the United States , 1999 Through 2011. Radiation Oncology Biology,
92(2), 260–267. https://doi.org/10.1016/j.ijrobp.2015.01.037

Você também pode gostar