Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KRAKATAU MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG :
The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission, yang memberikan konsep mengenai pengendalian intern. Organisasi yang lebih
dikenal dengan singkatan COSO ini disponsori oleh lima organisasi profesi yaitu : IIA (Instrumentation of inteance auditor), FEI (Financial Excecutive
Instrumentation), AAA (American Accounting Association), IMA (Instrumentation of Management Accounting), dan AICPA (American Instrumentation of Certificate
Public Accounting), serta GAO (General Accounting Office atau kalau diindonesia bernama Badan Pemeriksa Keuangan / BPK dan / ataupun Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan / BPKP.
COSO didirikan pada tahun 1985 dengan suatu misi untuk meningkatkan mutu laporan keuangan melalui fokus pada kebijakan perusahaan, standard etika dan
pengendalian internal.
Konsep pengendalian internal yang direkomendasikan oleh COSO adalah konsep pengendalian internal sebagai suatu kerangka terpadu (integrated framework).
Konsep ini merumuskan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh orang – orang yang terlibat didalamnya (Direksi – Manajemen dan
Personal lainnya), yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar (resonable assurance) bahwa tujuan berikut akan tercapai antara lain :
- Efektivitas dan efisiensi operasi.
- Dapat dipercayanya laporan keuangan.
- Ketaatan pada undang – undang dan peraturan.
Intinya pengendalian intern menurut COSO terdiri dari 4 (empat) konsep yang mendasari, yaitu bahwa pengendalian internal :
Kerangka manajemen resiko (COSO). Adalah Suatu interkorelasi (hubungan internal) antara lain :
Ada 4 (empat) tujuan entitas (kewajiban) :
- Strategic (penerapan strategi yang benar).
- Operations (penerapan kegiatan yang benar).
- Reporting (pelaporan yang benar).
Monitoring (pemantauan).
Meliputi seluruh unit organisasi : perusahaan / koorporat (Rencana Jangka Panjang Perusahaan / RJPP, Rencana Kerja Anggaran Perusahaan / RKAP), Subdit
(Direktorat), Divisi (Manajer), Dinas (Inst / Bidang), dan Seksi (Bagian / Unit).
III. DEFINISI.
Istilah resiko sering digunakan dalam percakapan sehari – hari, namun definisinya (pengertiannya) sering belum kita pahami dengan pasti untuk itu dapat diuraikan
seperti dibawah ini akan menjelaskan pengertian resiko adalah sebagai berikut :
1. Resiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty).
Terdapat kesepakatan bahwa resiko berhubungan dengan ketidakpastian, dalam arti resiko timbul karena terdapat ketidakpastian. Sebaliknya sesuatu yang
sudah pasti dianggap tidak mengandung resiko lagi.
2. Resiko adalah kemungkinan kerugian (risk in the change of loss).
Change of loss sering digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi yang mengandung kemungkinan (probability) terjadinya kerugian. Beberapa penulis
menolak definisi diatas dengan alasan bahwa terdapat perbedaan antara resiko dengan change of loss (perubahan yang merugikan). Jika tidak terdapat
perbedaan antara resiko dengan change of loss berarti bahwa tingkat resiko dan probabilitas (kemungkinan) menjadi sama. Dengan kata lain jika change of loss
100% berarti ada kepastian, sehingga seharusnya tidak ada resiko lagi karena sudah pasti bahwa kerugian terjadi.
3. Resiko adalah situasi kejadian yang mempengaruhi tidak tercapainya suatu target ataupun tujuan baik, tujuan finansial, maupun non finansial (risk is the doubt
concerning the outcome situation).
Dengan pengertian resiko seperti diatas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadinya dampak negatif atau kerugian
yang kejadiannnya tidak terduga. Ketidakpastian merupakan kondisi penyebab munculnya resiko. Dan ketidak pastian itu sendiri timbul karena beberapa faktor
antara lain :
1. Periode yaitu waktu yang dibutuhkan sejak perencanaan sampai pelaksanaan berakhir. Semakin lama waktu tersebut, semakin besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan informasi yang dimiliki.
3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan atau teknik pengambilan keputusan.
Katagori
level Skor Tindakan yang diambil
resiko
34. Unit pengelola manajemen resiko (UPMR) : adalah unit kerja yang berfungsi untuk mengelola resiko ditingkat perusahaan yang bertanggung jawab kepada
Direksi.
35. Model Resiko di – perusahaan adalah : yang berdasarkan dari kategori fungsi, kegiatan dan individual resiko (Unit, Dinas dan Departemen), antara lain dalam
tabel dibawah ini sebagai berikut :
No Fungsi Kegiatan Individu
1 Produksi 1.1 Resiko Proses. 1.1.1 Terbakar.
1.1.2 Kebocoran.
1.1.3 Meledak.
1.2 Resiko Alat / Equipment. 1.2.1 Kerusakan.
1.2.2 Kinerja alat menurun.
1.2.3 Lack of spare part.
36. Model resiko berdasarkan kategori lingkungan, proses dan informasi untuk pengambilan keputusan antara lain dalam tabel dibawah ini sebagai berikut :
Resiko lingkungan
Pesaing, keinginan pelanggan, inovasi teknologi, sensitivitas (kepekaan), hubungan dengan pemilik, ketersediaan modal, politik, hukum, peraturan,
industri, pasar, uang dan bencana.
Operasi :
1). Kepuasan pelanggan, 2). Sumber daya manusia, 3). Bekal pengetahuan, 4). Pengembangan produk, 5). Efisiensi, 6). Kapasitas, 7). kesenjangan
kinerja, 8). Siklus,
9). Penentuan sumber, 10). Efektivitas saluran distribusi, 11). Kemitraan, 12). Ketaatan / Kepatuhan, 13). Gangguan produk / jasa, 14). Aspek
lingkungan, 15). Kesehatan dan keselamatan, 16). Erosi merek.
Pemberdayaan :
1). Kepemimpinan, 2). Kewenangan / batasan, 3). Pelaksanaan oleh pihak lain, 4). Insentif kerja, 5). Kesiapan untuk berubah, 6). Komunikasi.
Integritas :
1). Kecurangan (fraud) manajemen, 2). Kecurangan pegawai / pihak ketiga, 3). Tindakan melanggar hukum, 4). Penyalahgunaan, 5). Reputasi.
Keuangan :
1). Harga, : Suku bunga, Mata uang, Ekuitas, Komoditas dan Instrumen keuangan.
2). Likuiditas : Arus kas, Biaya opputunitas (peluang), dan Konsentrasi.
3). Kredit : Pelanggaran, Konsentrasi, Pelunasan dan Jaminan.
1). Proses / Operasional : Penentuan harga produk / jasa, Komitmen perikatan (Periklanan), Pengukuran (operasi), Penyesuaian.
2). Pelaporan : Anggaran dan rencana, Informasi akuntasi, Evaluasi pelaporan keuangan, Perpajakan, Dana pensiun, Evaluasi investasi, Pelaporan
untuk memenuhi peraturan / undang – undang
3). Lingkungan / strategis : Model operasi, Portofolio (anggaran / biaya) operasi, Penilaian, Struktur organisasi, Pengukuran (strategi), Alokasi
sumber daya, Perencanaan, Siklus hidup.
37. Resiko sebab dan dampak adalah lihat tabel dibawah ini :
3 Resiko terjadinya kerusakan mesin Salah prosedur, tidak dipelihara Shut down (peralatan berhenti total)
4 Resiko terjadinya kenaikan valuta asing Kondisi perekonomian, politik, keamanan Perubahan HPP (harga pokok penjualan), biaya
naik
5 Resiko terjadinya kenaikan suku bunga Kondisi perekonomian, politik, keamanan Pembayaran tertunda
Resiko terjadinya kesalahan klasifikasi Kompetensi, teledor, rumit Laporan keuangan salah
7 pos / rekening
Catatan : tingkat resiko atau level resiko atau eksposure resiko adalah ukuran tinggi rendahnya resiko dengan melihat dari aspek kemungkinan dan dampak suatu
resiko
Mengakibatkan kerugian yang tidak terlalu besar lebih dari Rp. 1 Milyard
Kwt
sampai dengan Rp. 10 Milyard.
4 Tidak terlalu merugikan
Ukuran semi kuantitatif : Dampak / Konsekuensi Menurut Manajemen Resiko PT. Krakatau Medika
C. Ukuran Gabungan Resiko Kemungkinan (Like – Lihood) dan Resiko Dampak (Consequency).
Ukuran gabungan kemungkinan (likelihood) dan dampak (consequency) atau level resiko diperoleh berdasarkan perkalian level kemungkinan (likelihood) dengan
dampak (consequensy). Level resiko tertinggi bernilai 25 (5 x 5) sedangkan level resiko terendah bernilai 1 (1 x 1).
Level resiko dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu :
1. Resiko ekstrim : nilai > 15 s/d 25.
2. Resiko tinggi : nilai > 10 s/d 15.
3. Resiko sedang : nilai > 5 s/d 10.
4. Resiko rendah : nilai 1 s/d 5.
Resiko dikatakan memiliki tingkat yang dapat diterima (Risk Taker) bila :
1. Level resiko rendah sehingga tidak perlu penanganan khusus.
2. Tidak tersedia penanganan untuk resiko.
3. Biaya penanganan termasuk biaya asuransi lebih tinggi dari manfaat yang diperoleh bila resiko tersebut diiterima.
1 2 3 4 5
Kemungkinan (Likelihood)
5 Bencana / malapetaka Major (Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi)
4 Sangat merugikan Major (Tinggi) Major (Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi)
3 Merugikan Moderat (Sedang) Moderat (Sedang) Major (Tinggi) Major (Tinggi) Ekstrim (Sangat Tinggi)
Tidak terlalu
2 Minor (Rendah) Minor (Rendah Moderat (Sedang) Major (Tinggi) Major (Tinggi)
merugikan
Catatan :
Skor Kategori Respon Resiko
1–2 Rendah Diterima dengan sepenuhnya
3 Moderat (Sedang) Terima dengan treatment
4 Tinggi Berbagi
5 Ekstrim Hindari
Nama perusahaan Diisi dengan nama perusahaan yang akan melakukan prioritasasi resiko
Direktorat / Biro
Diisi dengan nama unit kerja yang akan melakukan prioritasi resiko. Unit kerja yang dimungkinkan pada tingkat
(Dinas) / Unit Kerja
direktorat, biro (dinas), bagian / seksi tergantung pada scope pekerjaan prioritas resiko diperusahaan.
(bagian)
Waktu / Tanggal
Diisi dengan waktu / tanggal pengukuran resiko
Pengukuran Resiko
Nama Resiko Diisi dengan nama – nama resiko yang telah diidentifikasi dan disusun berdasarkan prioritas resiko
Nama perusahaan Diisi dengan nama perusahaan yang akan melakukan prioritasasi resiko
Direktorat / Biro
Diisi dengan nama unit kerja yang akan melakukan prioritasi resiko. Unit kerja yang dimungkinkan pada tingkat
(Dinas) / Unit Kerja
direktorat, biro (dinas), bagian / seksi tergantung pada scope pekerjaan prioritas resiko diperusahaan.
(bagian)
Waktu / Tanggal
Diisi dengan waktu / tanggal pengukuran resiko
Pengukuran Resiko
Nama Resiko Diisi dengan nama – nama resiko yang telah diidentifikasi.
Nama Personil dan Diisi dengan nama – nama personil dalam suatu unit kerja atau fokus group yang melakukan pengukuran resiko atau
Nilai Dampak Resiko memberikan bobot nilai kemungkinan (like – lihood) dan bobot nilai dampak (impact / consecuency). Setiap personil
dan / atau yang memberikan bobot nilai kemungkinan (like – lihood) resiko dan bobot nilai dampak (impact / consecuency)
Kemungkinan Resiko berkisar 1 (satu) sampai dengan 5 (lima).
Diisi dengan perkalian antara rata – rata nilai kemungkinan resiko (like – lihood) dengan rata – rata nilai dampak
Scoring (Score)
resiko (impact dan consecuensy) dalam setiap resiko.
Peringkat Resiko Diisi dengan nomor urut peringkat resiko berdasarkan urutan nilai scoring resiko.
Tingkat
Tingkat
Nama Like – Nomor
UC / Pengenda Impact Level Resiko
Indikasi Resiko Sebab Resiko Dampak Lihood Urutan
No No C lian (Dampak
Resiko dan (Impact) (Kemung Prioritas
Resiko )
Pernyata kinan) Resiko
yang Ada
an Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) = (9) x (10) (12)
Eksternal :
1. Kompleksitas lingkungan alam.
2. Perubahan Perekonomian,
3. Masalah politik, sosial,
4. Pendapat teknologi.
pakar. Internal : SDM, alur
proses,
infrastruktur,
teknologi
Disusun oleh : ............................
Direviuw oleh : ............................
Keterangan : UC (Un – Controllable) = sebab resiko bersumber dari eksternal perusahaan.
C (Controllable) = sebab resiko bersumber dari internal perusahaan.
Level Resiko
No Nama Resiko Score Resiko
Kemungkinan (Like – Lihood) Dampak (Impact)
(1) (2) (3) (4) (5)
Keterangan :
Like : Like – Lihood (Kemungkinan)
Dam : Dampak (Impact – Consecuensy).
Level Resiko like – lihood dan dampak diisi dengan skala 1 s/d 5 sesuai dengan ukuran kriteria resiko yang disepakati.
Hampir Pasti
(5)
Kemungkinan
Like – Lihood
Besar (4)
Kemungkinan
Sedang (3)
Kemungkinan 4
Kecil (2) 1
4 4
Jarang (1) 4 2
4 5 4 3
Tidak
Rendah Menengah Besar Dahsyat
signifikant
(2) (3) (4) (5)
(1)
Dampak
Keterangan : level resiko like – lihood dan impact diisi dengan skala 1 s/d 5 sesuai dengan ukuran kriteria resiko yang disepakati.
VISI : ...................................
MISI : ....................................
Satuan Ukuran :
a. % dari laba setelah pajak dibagi modal sendiri (equity)
Peristiwa – potensial
Pengendalian yang Leading event
: yang mungkin terjadi dan Penyebab Dampak (impact) Escalation trigger
telah dimiliki indicator
berdampak pada sasaran
(harus dapat dinyatakan (indikator yang (ambang batas / area yang harus
dalam kalimat yang mendahului peristiwa) menjadi fokus manajemen untuk
bagian awalnya mengambil tindakan preventive
menggunakan kata guna melakukan intervensi dini
“terjadinya” atau terhadap faktor yang dapat
“kemungkinan menimbulkan resiko).
terjadinya”)
A. Sasaran strategis
Eksternal
A Ekonomi
1 AA
B Lingkungan Hidup
(Alam)
C Politik
1 BB
D Sosial
E Teknologi
Internal
F Infrastruktur
G Proses
1 Tidak optimalnya Belum adanya unit Pemilihan investasi Penurunan Penempatan pada Prosentase dan waktu pemenuhan
hasil yang diperoleh pengelola portofolio yang returnnya lebih pendapatan. satu jenis investasi target pendapatan non operasional
dari penempatan investasi. tinggi dari deposito pendapatan tetap :
dana dengan resiko yang (jumlah idle cash
terkendali (contoh : terlalu besar).
Reksadana)
H SDM
- Internal proses
- Internal – teknologi
- Internal – SDM
- Eksternal – politik
- Eksternal – ekonomi
- Eksternal –
lingkungan – hidup
(alam)
- Eksternal – sosial
Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian yang sudah dilakukan hingga saat dilakukannya risk assesment (penilaian resiko) :
Aktivitas pengendalian tambahan yang diharapkan akan dapat mengurangi like – lihood dan impact resiko in – heren adalah sebagai
berikut :
Aktivitas pengendalian (mitigasi) tambahan yang diharapkan akan dapat mengurangi like – lihood (kemungkinan) dan impact (dampak)
resiko inheren adalah sebagai berikut : ? ..............
b. Form 2
FORMULIR PENGUKURAN RESIKO KOORPORAT
SASARAN STRATEGIK
Sasaran : Mengoptimalkan peningkatan sur – plus hasil usaha demi kelangsungan operasional perseroan (koorporat / perusahaan)
Ukuran :
Target dan Toleransi Target :
Toleransi :
Analisis Resiko dilakukan adalah untuk melihat dan mengenali sampai dimana tingkat resiko dari suatu proses kegiatan operasional di tiap – tiap unit, instalasi dan
departemen di dalam suatu organisasi / perusahaan (Koorporat / Strategis) dalam hal ini adalah PT. Krakatau Medika, dan analisis resiko dilakukan juga untuk
melihat potensi resiko apa saja yang terkandung dalam proses kegiatan operasional di tiap – tiap unit, instalasi dan departemen (secara kualitatif / mutu dan
kuantitatif / nilai / jumlah serta semi kuantitatif) yang berada di dalam PT. Krakatau Medika dalam rangka melakukan penerapan manajemen resiko yaitu dengan
melakukan tahapan – tahapan analisis resiko antara lain : tujuan analisis resiko, langkah analisis, teknik analisis, evaluasi resiko, langkah penanganan resiko dan
dokumentasi menurut kaidah – kaidah COSO, serta analisa resiko menitik beratkan pada proses produksi / operasional perusahaan (Koorporat / Strategis) pada
tahapan – tahapan perencanaan, sasaran, pelaksanaan dan pengendalian (Sasaran Kinerja / key performance indikator (KPI)) didalam perusahaan (perseroan) PT.
Krakatau Medika. Dengan mencari sebab resiko kemungkinan dan dampak terjadinya suatu resiko. Oleh karena itu sebab kemungkinan dan dampak suatu resiko
dapat terjadi dikelompokkan menjadi 5 (lima) M (Man, Material, Machine, Methode, Money) dan eksternal (Lingkungan / environment). Sehingga kemungkinan dan
dampak dari suatu resiko yang dapat terjadi merupakan faktor pemicu resiko, dan jika dapat terjadi yang menunjukkan dimana adanya kelemahan dan ancaman
terhadap organisasi. Hasil analisis setiap resiko dituangkan dalam diagram P – I (Probability – Impact) untuk melihat sejauh mana resiko tersebut masih dapat
di – toleransi oleh perusahaan dan ditetapkan sebagai tindakan mitigasi (pengendalian) yang tepat terutama untuk resiko yang kategori tinggi (major) dan sangat
besar (ekstrim). PT. Krakatau Medika adalah anak perusahaan atau afiliasi BUMN terkemuka yaitu PT. Krakatau Steel (Tbk) yang bergerak pada bidang jasa
pelayanan kesehatan (perumah – sakitan / health care) yang mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :
VISI :
“ Menjadi Penyedia Jasa Yang Bertandar Internasional Dalam Bidang Kesehatan Dengan Unggulan Kesehatan Kerja ”
MISI
- Memberikan Pelayanan Dengan Mengupayakan Kesehatan Paripurna (Preventif, Promotif, Kuratif, dan Rehabilitatif) Yang Bermutu.
- Melakukan Sinergi Dengan Rumah Sakit Lain Baik Tingkat Nasional Maupun Global.
Tujuan : Meningkatkan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit agar dapat menekan / mengurangi terjadinya
pencemaran lingkungan dengan konsentrasi dibawah nilai ambang batas (NAB) yang telah ditentukan sesuai dengan
peraturan perundangan tentang Pengelolaan Sanitasi (Pengendalian dan Pemantauan) Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
Sasaran : Menghindari terjadinya pelanggaran prosedur / peraturan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan akibat yang sangat berarti yaitu sanksi denda kerugian kerusakan lingkungan dan dapat pula yang
akan menyebabkan atau menimbulkan tuntutan / tindakan hukum serta mengancam penutupan operasional
perusahaan.
Satuan Ukuran Resiko : Masih adanya pengelolaan (pengendalian dan pemantauan) sanitasi kesehatan lingkungan yang belum optimal
dilingkungan rumah sakit Krakatau Medika.
Toleransi Resiko : Perusahaan belum dapat melakukan toleransi resiko (disesuaikan setelah dilakukan mitigasi secara akurat)
Opsi Respon Resiko : Fortofolio (pandangan perspektif perusahaan dalam aspek anggaran maupun operasional)
1 Menghindari Resiko (Risk Aviodance).
2 Mengurangi Resiko (Risk Reduction).
3 Membagi Resiko (Risk Sharing).
4 Menerima Resiko (Risk Acceptance).
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT. (Page One (1) Display)
Pengolahan Terjadi kurang Tidak dapat Melakukan pengecekan Pihak ketiga Lancar
Limbah cair optimalnya adanya mengetahui kondisi sumber penghasil (pengelola tidaknya
rumah sakit pengelolaan awal hasil limbah limbah cair secara rutin IPAL), Sanitasi limbah cair
1 adalah semua (pengendalian dan cair 4 3 R1 dan K3LH, dan dari sumber Harian
limbah cair yang pemantauan) sumber operator limbah ke bak
berasal dari penghasil limbah cair cair RSKM. kontrol IPAL.
rumah sakit diseluruh rumah sakit.
e. Penambahan
peralatan proses
lanjutan (ultrafiltrasi
unit).
Kurang adanya Terjadi adanya Melakukan pengecekan Pihak ketiga Lancar
pemeliharaan dan sumbatan yang dan pembersihan (pengelola tidaknya
pengecekan jaringan disebabkan tidak sumbatan pada jaringan IPAL), Sanitasi aliran (flow)
perpipaan saluran mengetahui ada perpipaan secara dan K3LH, dan limbah cair.
limbah cair. atau tidaknya periodik. operator limbah
sumbatan pada 4 3 R2 cair RSKM. Harian
jaringan perpipaan
saluran limbah cair
sehingga
mengganggu
aktivitas pelayanan
Sarana bak kontrol Tidak dapat Melakukan Pihak ketiga Lancar
kurang memadai mengetahui adanya pengangkatan benda (pengelola IPAL) tidaknya
(sumpit). penyumbatan. padat secara periodik ), Sanitasi dan aliran (flow)
4 3 R3 Harian
pada kontrol (sumpit). K3LH, dan limbah cair.
operator limbah
cair RSKM.
Sarana bak pengumpul Tidak dapat Melakukan pengecekan Pihak ketiga Berfungsi
kurang memadai mengetahui kondisi secara rutin kondisi (pengelola IPAL) tidaknya
(sumpit). pompa (sub – pompa – pompa (sub ), Sanitasi dan pompa –
mersible pump) 4 3 R4 mersible pump) K3LH, dan pompa Harian
dibak pengumpul operator limbah
berfungsi baik atau cair RSKM.
tidak.
Sarana flow meter Tidak dapat Melakukan pengecekan Pihak ketiga Berfungsi
kurang memamadai mengetahui jumlah secara ruitn kondisi flow (pengelola IPAL) tidaknya flow
(effluence). debit limbah cair – flow meter. ), Sanitasi dan – flow meter.
4 2 R5 Harian
secara akurat. K3LH, dan
operator limbah
cair RSKM.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
1. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
2. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
3. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
4. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
5. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
6. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
7. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
8. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
9. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
10. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
11. Terhambatnya pasokan kebutuhan material konstruksi untuk proyek pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi”
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN LIMBAH PADAT (B3 INFEKSIUS DAN NON INFEKSIUS) RUMAH SAKIT. (Page Two (2) Display )
Kegiatan Sampah padat Tidak adanya Melakukan tata - Petugas ruangan / - Permenkes
pengelolaan Sarana non medik dan Pemeliharaan kelola penanganan perawat 986/Per/XI
pelayanan / atau kebersihan, tidak limbah padat B3 - Cleaning service /1992
kesehatan rumah domestik tidak adanya (infeksius dan non - Bagian sanitasi dan - Pedoman
sakit merupakan terkelola pencegahaan infeksius) antara lain K3LH sanitasi RS
penghasil limbah dengan baik pencemaran dan dengan melakukan. - Dinas kebersihan indonesia
medis terbesar. sehingga dapat a. Pemisahan / (pemkot cilegon / tahun 2002
Berdasarkan menimbulkan menimbukan pengumpulan. pihak ketiga yang
1 perundangan dan pencemaran penyakit 5 3 R1 b. Pengangkutan. memenuhi Setiap hari
ketentuan yang lingkungan dilingkungan c. Pembuangan. persyaratan)
berlaku (Regulasi) rumah sakit rumah sakit. d. Pengawasan.
yang ditetapkan,
pihak rumah sakit
diharapkan dapat
mengelola hasil
buangan dari
kegiatan pelayanan
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
15. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
16. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
17. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
18. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
19. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
20. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
21. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
22. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
23. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
24. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
25. Terhambatnya pasokan kebutuhan material konstruksi untuk proyek pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi”
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN AIR BERSIH DAN AIR PADA KEGUNAAN KHUSUS RUMAH SAKIT. (Page Display 3)
Penyediaan air Sumber air bersih a. Tidak Melakukan pengecekan - Bagian a. Permenkes RI
bersih untuk untuk kebutuhan terpenuhinya antara lain : sanitasi No 986 / 1992
kebutuhan layanan dirumah kebutuhan air a. Pengendalian debit air dan b. Permenkes RI
layanan rumah sakit akan terjadi baku (bersih) baku (bersih) K3LH No 416 / 1990
sakit sesuai tidak terpenuhi dan untuk layanan b. Melakukan pemantauan - Instalasi c. Kepmenkes RI
dengan dapat mengganggu di rumah sakit. sumber air baku (sumur pemeliha No 907 / 2002
1 standar layanan. b. Tidak atau PAM) raan d. SK Dirjen Setiap hari
ketentuan mengetahui c. Melakukan kontrol valve sarana PPMPLP
yang berlaku. tata cara dan / atau level kontrol (IPSRS) HK.00.06.6.44 /
tentang 1993
pengolahan air
bersih dirumah
sakit
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
29. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
30. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
31. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
32. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
33. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
34. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
35. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
36. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
37. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
38. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUANG DAN BANGUNAN RUMAH SAKIT. (Page Display 4)
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
43. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
44. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
45. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
46. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
47. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
48. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
49. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
50. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
51. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
52. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN KESEHATAN LINGKUNGAN LINEN DAN LOUNDRY RUMAH SAKIT. (Page Display 5)
Linen adalah istilah Tingkat kebersihan - Tidak dapat Melakukan upaya – upaya secara Bagian Pedoman
untuk menyebutkan linen belum dapat tercapainya optimal antara lain : sanitasi dan sanitasi
seluruh produk memenuhi persyaratan keamanan dan - Melakukan survey fisik K3LH, PPI Rumah
tekstil yang sesuai dengan kenyamanan buat - Melakukan usap (swap) linen Dan pihak Sakit
1 bulan
dipergunakan di ketentuan yang pemakaianya untuk mengetahui tingkat ketiga yang Indonesia
sekali
rumah sakit yang berlaku. (pasien, perawat, angka kuman secara periodik memenuhi Tahun 2002
3 bulan
meliputi : antara dokter dan tenaga (rutin) persyaratan
sekali
lain diruang medis lainnnya)
perawatan, baju - Tidak dapat
bedah di ruang OK, mencegah terjadinya
baju pasien dan infeksi nosokomial.
1 lain sebagainya. Tingkat kualitas linen - Tidak dapat Melakukan upaya – upaya secara Bagian Pedoman
Pengelolaan dan belum dapat memenuhi tercapainya kualitas optimal antara lain : loundry dan sanitasi
penyelenggaraan persyaratan sesuai linen yang nyaman - Melakukan pemilahan (sortir) pihak ke tiga Rumah
pengadaan linen dengan ketentuan yang dipakai (user). bahan linen. pengelola Sakit
terkait dengan berlaku. - Tidak dapat - Melakukan penataan loundry Indonesia 1 Tahun
aspek sanitasi, mencegah adanya penempatan linen yang baik Tahun 2002 sekali
desinfeksi dan kontaminasinya (ada sistem penyimpanan dan Setiap hari
sterilisasi. kuman. penempatan). Setiap hari
Kebijakan - Tidak dapat - Melakukan penanganan
pengelolaan linen meningkatkan pencucian linen secara benar
harus dilakukan keawetan linen.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
57. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
58. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
59. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
60. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
61. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
62. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
63. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
64. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
65. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
66. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
67. Terhambatnya pasokan kebutuhan material konstruksi untuk proyek pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi”
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN MAKANAN DAN MINUMAN (MAKMIN) RUMAH SAKIT. (Page Display 6)
Pengelolan Sistem penerimaan Bahan makanan dan Melakukan upaya – upaya antara Dibentuk TIM
Penyehatan bahan makanan dan minuman yang diterima lain : yang terdiri
makanan dan minuman belum belum dapat yang - Melakukan uji organoleptik dari :
minuman yang memenuhi persyaratan. berkualitas baik. secara rutin. - Petugas
kurang baik adalah - Melakukan pemantauan sanitasi
Standart
salah satu kualitas bahan secara ketat. - Petugas gizi
1 Organolep Setiap hari
penyebab - Petugas
tik
terjadinya infeksi gudang
nosokomial adalah (logistik)
melalui makanan - Pihak ketiga
yang disajikan pengelola
kepada pasien, dapur
Tingkat angka kuman Tidak dapat untuk Melakukan upaya – upaya antara Sesuai
dalam ruangan belum mengurangi infeksi lain : standar
memenuhi persyaratan. nosokomial - Melakukan pemasangan filter Bagian sanitasi pedoman
Air Conditioner (AC). dan K3LH, ketentuan
- Melakukan sterilisasi ruangan IPSRS dan yang 1 x per -
secara periodik. Pihak Ketiga ditetapka bulan
pengelo- la n tentang
dapur sanitasi
rumah
sakit
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
71. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
72. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
73. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
74. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
75. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
76. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
77. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
78. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
79. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
80. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
81. Terhambatnya pasokan kebutuhan material konstruksi untuk proyek pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi”
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN PEMANTAUN SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU RUMAH SAKIT. (Page Display 7)
Pengendalian Pengendalian nyamuk Tidak dapat mengetahui Melakukan upaya – upaya antara
Serangga dan pada ruang rawat inap tingkat populasi lain survey dan pengukuran
binatang belum memenuhi Bagian
pengganggu (tikus, persyaratan House 1 bulan
sanitasi dan
kucing, anjing dll) index sekali
K3LH
merupakan
masalah routine di
rumah sakit,
serangga dan Pengendalian lalat pada Tidak dapat mengetahui Melakukan upaya – upaya antara Tingkat
binatang ruang rawat inap tingkat populasi lain survey dan pengukuran kepadata
1 Bagian
pengganggu (tikus, maupun diruang n lalat per 1 bulan
sanitasi dan
kucing, anjing dll) penunjang lainnya – 30 sekali
K3LH
dapat menjadi belum memenuhi menit <
pembawa penyakit persyaratan 20 menit
yang penting Pengendalian kecoa Tidak dapat mengetahui Melakukan upaya – upaya antara
(berbahaya / pada ruang rawat inap tingkat populasi lain survey dan pengukuran
Bagian
menular), sekaligus maupun diruang meminim 1 bulan
sanitasi dan
menimbulkan penunjang lainnya alisasi sekali
K3LH
kerugian dari sisi belum memenuhi
persyaratan
Mengingat kerugian Pengendalian serangga - Tidak dapat Menekan Melakukan upaya – upaya antara
dan kemungkinan dan binatang kepadatan nyamuk lain :
bahaya yang akan pengganggu yaitu - Belum dapat - Pengendalian fisik, biologi,
Bagian
terjadi yang menekan populasi memutuskan mata lingkungan, kimia dan House 1 bulan
2 sanitasi dan
disebabkan adanya nyamuk tidak optimal rantai penularan gabungan index sekali
K3LH
serangga dan penyakit yang - Pengendalian fisik, biologi,
binatang disebarkan nyamuk lingkungan, kimia dan
pengganggu (tikus, gabungan.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan : Selera resiko (risk appetite) adalah wilayah / level resiko yang dapat diterima oleh top manajemen secara umum dalam suatu perusahaan dan / atau
proyek yang ditetapkan oleh Direksi.
85. Penggunaan asumsi perhitungan yang keliru / salah pada feasibility Study (FS) pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
86. Desain bangunan lantai 3 (tiga) tidak applicable karena data – data tidak akurat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
87. Keterlambatan waktu penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih
ketat terhadap program mitigasinya.
88. Terbentuk image yang kurang baik pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya.
89. Ketidaktepatan waktu pengadaan material pekerjaan konstruksi pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
90. Mutu material tidak sesuai dengan kesepakatan pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang
lebih ketat terhadap program mitigasinya.
91. Pelaksanaan proyek dapat mengganggu kegiatan / proses pelayanan eksisting pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
92. Pemilihan material yang tidak tepat pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap program mitigasinya. .
93. Pemilihan kontraktor atau vendor yang tidak sesuai dengan pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “ Berresiko Tinggi” sehingga
diperlukan pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
94. Terjadinya eskalasi (pemicu) peningkatan anggaran biaya proyek pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi” sehingga diperlukan
pengendalian yang lebih ketat terhadap program mitigasinya.
95. Terhambatnya pasokan kebutuhan material konstruksi untuk proyek pekerjaannya pada pelaksanaan proyek yang masuk kategori “Berresiko Tinggi”
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN AIR BERSIH DAN AIR PADA KEGUNAAN KHUSUS RUMAH SAKIT.
Penyediaan air Sumber air bersih c. Tidak terpenuhinya
bersih untuk untuk kebutuhan kebutuhan air baku
kebutuhan layanan dirumah sakit (bersih) untuk
layanan rumah akan terjadi tidak layanan di rumah
sakit sesuai terpenuhi dan dapat sakit.
dengan standar mengganggu layanan. d. Tidak mengetahui
ketentuan yang tata cara tentang
berlaku. pengolahan air bersih
dirumah sakit
1
SANITASI PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN LIMBAH PADAT (B3 (Infeksius dan non infeksius), Klinis, dan Domestik) RUMAH SAKIT.
SANITASI PEMANTAUAN KESEHATAN LINGKUNGAN SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU RUMAH SAKIT.
SANITASI PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN KESEHATAN LINGKUNGAN (LINEN DAN LOUNDRY) RUMAH SAKIT.
Mutu material Kualitas material Pengadaan material Melakukan inspeksi material secara
tidak sesuai tidak memenuhi yang terlambat ketat untuk memastikan setiap
dengan persyaratan menyebabkan material yang datang sesuai dengan
Tinggi Rendah
8 kesepakatan terlambatnya proses spesifikasi yang dipesan. Jika perlu
(Major) (Minor) R8
pekerjaan konstruksi menggunakan pihak 3 (ketiga) untuk
4 2
dan menghambat melakukan pengawasan.
progres proyek
secara keseluruhan
Aspek Construction
Pelaksanaan Tidak adanya Rencana kerja Melakukan sinkronisasi pada setiap
proyek dapat koordinasi antara proyek dan rencana kegiatan layanan (proses) yaitu unit
mengganggu pimpinan proyek kerja eksisting tidak / bagian, instalasi / bidang, dan
kegiatan / proses dengan terintegrasi dengan departemen terkait dan melakukan
Tinggi Rendah
9 pelayanan manajemen baik pengawasan proyek dengan seluruh
(Major) (Minor) R9
eksisting (direksi), unit / manajemen PT. Krakatau Medika
4 2
bagian, instalasi / agar dapat meminimalisir gangguan
bidang, dan pada pelaksanaan proyek tersebut.
departemen terkait
atau eksisting
Desain struktur Kualitas material Kinerja target Untuk memenuhi kualitas material
gedung tidak dan equipment perusahaan tidak Sedang Rendah dan equipment / peralatan harus
19 memenuhi tiidak memenuhi tercapai (Moderat) (Minor) R19 sesuai dengan standar kesepakatan
standar yang syarat 3 2 yang tertuang dalam kontrak.
diharapkan
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Nomor : 2 (Dua)
Peta Resiko (Mitigasi) Diagram P – I (Probability – Impact)
Risk Appetite (Selera Resiko)
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Nomor : 3 (Tiga)
Peta Resiko (Mitigasi) Diagram P – I (Probability – Impact)
Risk Appetite (Selera Resiko)
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Nomor : 4 (Empat)
Peta Resiko (Mitigasi) Diagram P – I (Probability – Impact)
Risk Appetite (Selera Resiko)
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Nomor : 5 (Lima)
Peta Resiko (Mitigasi) Diagram P – I (Probability – Impact)
Risk Appetite (Selera Resiko)
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
5 10 15 20 25
Kemungkinan / Likelihood ( P )
Catatan (Notes) : Namun dengan demikian semua resiko tinggi (Major) tersebut, masih dalam batas resiko yang dapat ditoleransi oleh perusahaan.
20
15 4,73 – 13,00
Dampak (Impact) I
10
0 5 10 15 20
Kemungkinan (Probabilitas) P
Confidential Analisa Manajemen Resiko Lingkungan PT. Krakatau Medika 183
∑ (Jumlah) respon resiko (Mitigasi) 46 Moderat
∑ (Jumlah) sumber resiko 78 Catastropic
X (Average) Hasil Mitigasi 7,59 Rendah
Sangat
25 > Dilepas (Tidak Diterima)
Tinggi
25
antai 2 – 3)
5 10 15 20 25