Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ada persamaan pada kode etik nasional bagian 1 poin d “setiap bidan dalam
menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan
menghormati nilai-nilai yang yang berlaku di masyarakat”.
Pada dasarnya hak asasi perempuan adalah hak asasi manusia. Esensi dari hak
asasi manusia adalah menghormati orang lain siapapun dia tanpa membedakan ras
kulit, kelas, suku, agama dam jenis kelamin. Hak asasi manusia juga di pahami
sebagai menghargai dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan di manapun ia
berada, dan siapapun dia. Hak asasi manusia karenanya tidak bertentangna dengan
moral agama.
Berkaitan dengan aktif menjaga diri dan martabat mereka sendiri, bagian 1 poin b
“setiap bidan dalam menjalani profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan”. kita juga harus memelihara
citra bidan, dengan menjaga diri, menjaga tingkah laku kita agar kepercayaan
masyarakat terhadap bidan tidak luntur. Jelas sepakat para bidan luar negri dan
bidan di Indonesia perlunya menjadikan citra baik dan menjaga etika di masyarakat
agar kelak masyarakat semakin percaya terhadap bidan dan mau melaksanakan
program pemerintaha yang di usung oleh bidan.
Dalam hal ini kode etik bidan internasional sama-sama berpartisipasi dalam
upaya promotif merupakan upaya yang berorientasi “Health Program for human
kesehatan yang ada di masyarakat perlu dilakukan berbagai upaya, salah satunya
dasar. Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu didorong dan digerakkan untuk
kesehatan, ini semua juga dilakukan oleh bidan nasional dan bidan internasional.
kebidanan)
Bagian 4 point b
Terdapan persamaan dengan kode etik nasional bagian 4 poin c “ setiap bidan
senantiasa berperan serta, dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
Penelitian dan kegiatan sejenisnya termasuk peer review juga dilakukan oleh bidan
mutu dan citra profesinya. Karena pada dasarnya penelitian memajukan ilmu
3.2 Analisa perbedaan kode etik Internasional dan kode etik nasional
lebih mengglobal yaitu klien, disini juga kode etik nasional tidak membahas tentang
inform choice kepada klien hanya menghormati hak klien dan menghormati nilai
hal ini juga merupakan cakupan paradigma kebidanan dari perilaku professional
bidan yaitu menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita /ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
tentang semua aspek asuhan , meminta persetujuan secara tertulis supaya
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dan melakukan advokasi terhadap
pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.(konkeb).
Berebeda dengan luar negri kode etik Indonesia tidak mengatur tentang perjuangan
Dalam menghadapi dunia yang cepat berubah di era reformasi dan kesejagatan,
Masyarakat makin terpelajar dan adanya kebebasan bergerak bagi warga dunia
yang dinamik. Salah satu bentuk tuntutan zaman modern ini adalah hak otonomi
pasien untuk turut serta dalam menentukan pilihan bentuk asuhan yang akan di
alaminya dan ikut bertanggung jawab atas hasil pilihannya. Tapi pada kenyataannya
membuat keputusan bersama dengan klien ini memang bertangan dengan aspek
hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah payah untuk
menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang
wanita mengenai pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi
yang di peroleh ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri
enggan mengambil tanggung jawab atas keputusan yang nanti akan ia buat. (50 th
hak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri mereka
hal ini juga merupakan cakupan paradigma kebidanan dari perilaku professional
bidan yaitu menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum
wanita /ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
Sayangnya di Indonesia lebih menekankan pada asuhan dan lebih luas cakupannya
yaitu klien(umum) dan tidak menitik beratkan kepada perempuan sebagai subyek
utama.
Ada perbedaan dalam hal ini, alam kode etik bidan nasional bidan tidak bekerja
sama dengan lembaga donor untuk menilai kebutuhan perempuan, dalam hal ini
konteks yang dinilai adalah mengenai kebutuhan perempuan, sedangkan dalam
kode etik bidan nasional menilai kebutuhan tidak hanya kepada perempuan tetapi
juga kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Bahkan wewenang bidan praktik
dalam memberikan pelayanan terhadap wanita hanya meliputi pelayanan pada
masa pranikatermasuk remaja putri, pra hamil, kehamilan,persalinan ,nifas,
menyusui dan masa antara kehamilan. Bermitra (bekerjasama) dengan perempuan
memang salahsatu paradigm bidan untuk mentukan apa yang di pilih ibu. Akan
tetapi hal tersebut tidak tercantum dalam kode etik nasional. Tetapi pemerintah
dalam hal ini memang sudah mencananggkan apa-apa yang dibutuhkan oleh ibu
yang tercantum dalam permenkes sebagai kewajiban bidan dalam memberikan
asuhan karena setiap pelayanan bidan terdapat batasan yang sudah di atur dalam
peraturan mentri (NO.1464/MENES/PER/X/2010. Pasal 10 tentang pelayanan
kesehatan ibu dan pasal 12 tentang reproduksi perempuan)
· Bagian 2 poin 1 “ bidan memberikan asuhan bagi perempuan dan keluarga yang
mengasuh anak, dengan rasa hormat atas keberagaman budaya dan berupaya
untuk menghilangkan praktek berbahaya (misal praktek sunat perempuan)”
Pada dasarnya praktik sunat perempuan di Indonesia bersinggungan dengan nilai
agama, MUI menegaskan tidak bisa dihapusnya praktik sunat perempuan karena,
merupakan nilai agama hanya saja sunat disini tidak sampai memotong klitoris,
hanya menggores sedikit sebagai syarat bahwa sudah disunat.
Dalam kode etik nasional memang tidak di jabarkan tentang menghormati atas
keberagaman budaya akan tetapi menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
sudah tercantum dalam kode etik nasional . para bidan Indonesia yang memang
berasal dari berbagai suku dan memiliki banyak kebudayaan sudah paham dan akan
rasa hormat atas kebergaman budaya, karena dalam paradigma bidan wanita,
lingkungan perilaku, pelayanan kebidanan, keturunan dan asuhan kebidanan adalah
komponen – komponen paradigma kebidanan, para bidan indonesia sadar bahwa
manusia / wanita adalah makhluk bio psikososial kultural dan spiritual yang unik, dan
lingkungan termasuk lingkungan kebudayaan mengikut sertakan ibu yang berada
dalam keluarga dan masyarakat berinteraksi dalam kebudayaan masyarakatnya.
melalui penyuluhan dan pelajaran dari setiap kasus yang terdapat di masyarakan
bidan memberikan pendidikan tidak langsung atas setiap praktek kebudayaan yang
membahayakan sehingga merubah paradigma masyarakat akan praktek
kebudayaan yang membahayakan misalnya memberikan penyuluhan tentang
pemotongan talipusat dengan menggunak bamboo sudah di hilangkan, Padahal
termasuk perilaku professional bidan menghargai dan memanfaatkan budaya
setempat sehubungan dengan praktik kesehatan , kehamilan , kelahiran, periode
pasca persalinan , bayi baru lahir dan anak. Akan tetapi dalam kode etik nasional
tidak di cantumkan.
Kode etik internasional Bagian 3 kewajiban profesi bidan
· Bagian 3 poin b “Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka,
terpercaya atas hasil asuhan bagi perempuan.”
Dalam kode etik nasional memang tidak di cantumkan tentang accountability bidan
terahdap pasien, namun sesungguhnya dalam accountability bidan bertanggung
jawab atas tindakan yang diambil untuk pasien, dan bidan senantiasa
mengupayakan asuhan yang aman dan terpercaya bagi ibu karena merupakan hak
dan kewajiban bidan dalam memberikan asuhan sesuai dengan profesi dengan hak-
hak pasien. Dan merupakan kewajiban bidan untuk meminta ijin tertulis atas
tindakan yang dilakukan kepada klien sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka.