Você está na página 1de 4

I.

Analisis dan Pembahasan

Percobaan dengan judul Elektrogravimetri ini telah dilakukan pada Senin, 21 Mei
2018. Percobaan ini memiliki tujuan memisahkan dan menentukan kadar Cu2+ dalam
suatu cuplikan secara elektrogravimetri. Elektrogravimetri itu sendiri merupakan metode
untuk menentukan kadar suatu ion atau unsure berdasarkan hasil penimbangan berat zat
yang mengendap pada salah satu elektroda pada reaksi elektrolisis terhadap larutan dari
logam yang mana sesuati dnegan tujuan dari praktikum ini. Prinsipnya yaitu perubahan
energy listrik menjadi suatu reaksi kimia.
Dalam elektrolisis sendiri, elektroda yang terhubung dengan kutub negative
sumber listrik dinamai katoda dan akan tereduksi. Demikian juga sebaliknya, yang
terhubung dnegan kutub positif sumber listrik dinamai anoda dan akan teroksidasi. Sesuai
dengan reaksi yang terjadi pada elektrolisis yakni reaksi redoks yang tidak spontan.
Pada percobaan ini digunakan logam Cu sebagai elektroda yang dimasukkan
dalam lautan CuSO4 yang telah ditambahkan H2SO4 serta HNO3 dan logam Cu
dihubungkan dengan sumber listrik.

Percobaan
Sebelum memulai percobaan, disiapkan alat serta bahan yang akan digunakan.
Disini logam Cu berbentuk lurus dengan panjang 10 cm dengan massa awal 0,635 gram
yang akan digunakan sebagai elektroda diamplas sampai benar-benar bersih agar tidak
ada kotoran yang menempel pada logam Cu sehingga nantinya akan menghambat reaksi.
Logam Cu yang digunakan adalah logam yang bersifat inert sehingga nantinya logam Cu
akan teroksidasi. Setelah selesai diamplas, logam Cu yang semula berbentuk lurus
memanjang kemudian dibuat sedemikian rupa hingga berbentuk spiral, hal tersebut
dilakukan untuk memperbesar luas permukaan dari elektroda sehingga reaksi akan
berjalan dengan lebih cepat dan endapan yang diperoleh pada katoda juga akan lebih
besar jumlahnya.
Untuk pembuatan larutan CuSO4 dilakukan dengan melarutkan padatan tembaga
(II) sulfat yang berwarna biru dalam aquades. Setelah padatan larut maka larutan tersebut
ditambahkan 1 ml H2SO4 serta 1 ml HNO3 kemudian diaduk. Fungsi penambahan
bertujuan untuk memberikan suasana asam karena keasaman larutan tersebut harus
dijaga. Apabila pH terlalu rendah maka endapan yang seharusnya melekat sempurna
karena tinggnya ion H+ akan terganggu dan endapan tidak menempel dengan baik
sehingga endapan yang dihasilkan cenderung lebih sedikit.
Setelah logam Cu siap dan larutan siap, kemudian logam Cu yang telah berbentuk
spiral tersebut dihubungkan dengan kawat trafo yang berkutub negatif dan dimasukkan
secara sempurna kedalam larutan agar semakin besar luas permukaan yang ikut dalam
reaksi sehingga bisa lebih cepat reaksi yang berlangsung. Lalu untuk kabel trafo berkutub
positif dihubungkan dengan karbon yang kemudian dicelupkan juga kedalam larutan.
Setelah semua siap barulah arus listrik dinyalakan selama 10 menit. Ketika dinyalakan
seharusnya langsung muncul gelembung oksigen namun pada percobaan ini gelembung
oksigen belum terbentuk selama waktu 2 menit, namun ketika logam Cu dirubah
posisinya barulah terbentuk gelembung oksigen dengan jumlah yang banyak. Pada proses
ini, kutub negative mengalami reduksi sehingga ion Cu2+ yang terdapat pada larutan akan
tereduksi menjadi logam Cu yang menempel pada Cu spiral tersebut. Sedangkan pada
kutub positifnya, kabon mengalami oksidasi.

Percobaan ini dilakukan pada larutan berair atau larutan hasil pelarutan sehingga
reaksi pada katoda dihasilkan kation Cu2+. Kation Cu2+ akan teredukasi menjadi padatan
Cu yang ditandai dengan bertambahnya massa Cu akibat menempelnya padatan Cu pada
kawat Cu. Sedangkan untuk reaksi pada anoda akan mengalami oksidasi dengan
menghasilkan gas O2.
Dari gambar diatas dapat dijelaskan, ketika listrik dinyalakan, kutub negative
yang kaya electron, elektronnya akan mengalir yang menyebabkan ion-ion yang
bermuatan positif pada larutan bergerak mendekati kawat tembaga berkutub negative
agar bisa menerima electron dan menjadi stabil. Potensial reduksi kation Cu2+ lebih besar
dibandingkan air, maka kation Cu2+ lah yang mampu menerima electron dari katoda dan
tereduksi menjadi padatan Cu yang menempel pada elektroda tersebut sehingga terjadi
penambahan massa pada kawat Cu spiral ketika ditimbang karena adanya Cu yang
menempel. Reaksi yang terjadi:
Katoda: Cu2+(aq) + 2e- → Cu (s)
Anoda: 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) + 2OH- (aq)

Sedangkan reaksi pada anoda, kutub positif pada rangkaian ini akan menarik
electron yang ada di sekitar kawat untuk bisa diteruskan kawat kutub negative dimana
yang tertarik elektronnya akan mengalami oksidasi.
Setelah proses elektrolisis dilakukan selama 10 menit, kawat spiral Cu ditimbang
massanya, namun sebelum ditimbang terlebih dulu kawat dicuci dnegan menggunakan
asetot agar kawat terbebas dari ion-ion dan larutan yang masih menempel pada kawat
sehingga hanya tersisa padatan Cu saja serta membuat kawat spiral Cu menjadi lebih
cepat kering karena sifatnya yang mudah menguap sehingga hasil penimbangna benar-
benar tepat. Saat kawat spiral Cu sudah benar-benar bersih dari pengotor dan kering,
barulah kawat ditimbang. Penghitungan tersebut untuk mengetahui berapa banyak massa
Cu yang menempel sehingga untuk mengetahuinya dilakukan dengan massa akhir kawat
spiral Cu dikurangi massa awal kawat spiral Cu yang didapatkan massanya sebesar 0,637
gram.
Berat Cu teoritis bisa dihitung dengan rumus:
𝑒 ×𝐼 ×𝑡
𝑊𝐶𝑢 =
𝐹
𝐴𝑟 𝐶𝑢
×𝐼 ×𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛
𝑊𝐶𝑢 =
𝐹
63,5
×0,5×600
2𝑒
𝑊𝐶𝑢 = 96500
𝑊𝐶𝑢 =0,098 𝑔𝑟𝑎𝑚 Katoda :Cu2+(aq) + 2e- → Cu (s)
Ket: Anoda : 2H2O (l) + 2e- → H2 (g) +
W= berat (gr) 2OH- (aq)
e= massa ekivalen (Ar/jumlah elektron)
I = arus listrik (Ampere)
T = waktu (s)
F = Faraday, 96500 Coulomb
Untuk rendemen bisa dihitung menggunakan rumus:
𝑤𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 = × 100%
𝑤𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
Sehingga dari percobaan ini didapatkan rendemen sebesar 0,02 % Dalam percobaan ini
didapatkan rendemen yang cukup kecil dikarenakan kemungkinan yang pertama pada
saat proses pengaliran arus listrik, terjadi kesalahan sehingga kawat tidak terpasang
dengan tepat yang mengakibatkan pada waktu kawat belum tepat terpasang seharusnya
sudah terjadi penempelan Cu namun belum menempel sehingga massa yang didapatkan
pun lebih sedikit. Kemungkinan kedua adalah pada sat penyucian dengana seton dengan
menggetar-getarkan kawat, ada padatan Cu yang ikut terlepas, hal tersebut juga mungkin
dikarenakan padasaat pengamplasan kawat belum bersih sempurna sehingga ada
pengotor yang menghalangi padatan Cu menempel dengan sempurna sehingga mudah
terlepas.

II. Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan:
a. Pada proses elektrolisis kawat tembaga Cu diperoleh padatan Cu berwarna
merah kehitaman.
b. Pada kawat spiral Cu mengalami penambahan massa setelah proses
elektrolisis dikarenakan terjadi reduksi.
c. Didapatkan massa Cu sebesar 0,002 gram serta rendemen sebesar 0,02%

Você também pode gostar