Você está na página 1de 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ANGKA PERMANGANAT

(METODE TITRIMETI)

KELOMPOK 5

FERIA SYAFITRI RAMADHANTI 1706986170

RAY ASTORO 1706042421

RIZKA PUTRI AYUNINGTYAS 1706042491

Asisten Praktikum : Zatia Nurfina

Tanggal Praktikum : 18 Maret 2018

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019
I. TUJUAN

Menentukan nilai permanganat dengan metode oksidasi suasana asam


dalam air sampel Inlet Danau Puspa.

II. DASAR TEORI


1. Definisi Angka Permanganat
Berdasarkan SNI 06-6989.22-2004 angka permanganat merupakan
jumlah milligram kalium permanganat (KMNO4) yang dibutukan untuk
mengoksidasi zat organik di alam 1000 ml air pada kondisi mendidih. Dalam
menetukan angka permanganat dibutuhkan larutan induk kalium permanganat
(KMnO4), yaitu merupakan larutan yang mempunyai normalitas kalium
permanganat, (KMnO4) sebesar 0,1 N. Larutan induk tersebut digunakan untuk
membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah. Larutan baku kalium
permanganat yang kemudian akan dipakai pada proses menentukan angka
permanganat merupakan larutan induk yang diencerkan menggunakan air
suling hingga mencapai normalitas 0,01 N.
Angka permanganat sangat bergantung kepada kadar zat organik yang
terkandung dalam suatu sampel air. Semakin banyak zat organik yang ada pada
sampel air, maka akan semakin besar pula angka permanganatnya, dan begitu
pula sebaliknya. Zat organik yang terkandung dalam air biasanya merupakan
bagian dari hewan maupun tumbuhan yang terdiri atas protein dan karbon. Zat
organik sangat mudah untuk dibusukkan oleh bakteri. Penentuan kadar zat
organik dalam air dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
• Penentuan kadar zat organik dalam suasana asam, digunakan
untuk sampel air yang mengandung ion klorida < 300 ppm
• Penentuan kadar zat organik dalam suasana basa, digunakan
untuk sampel air yang mengandung ion klorida > 300 ppm

2. Metode Pengukuran Angka Permanganat


a. Titrimetri
Metode pengukuran angka permanganat yang pertama adalah metode
titrimetri, dan titrimetri yang digunakan disebut permanganometri. Titrasi
permanganometri merupakan titrasi yang didasarkan oleh prinsip oksidasi
dan reduksi. Permanganometri digunakan untuk menentukan jumlah kadar
reduktor dalam suasana asam. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi
permanagnometri adalah larutan kalium permanganat (KMnO4). Kalium
permanganat dijadikan larutan baku pada permanganometri karena
merpakan zat yang tidak murni karena banyak mengandung oksidanya.
Dalam melakukan permanganometri, dikarenakan kalium permanganat
(KMnO4) masih mengandung oksidanya, maka sebelum digunakan harus
distandardisasi terlebih dahulu menggunakan zat-zat reduktor seperti asam
oksalat (H2C2O4), maupun natrium oksalat (Na2C2O4).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam suasana asam,
maka dari itu umumnya titrimetri dilakukan dalam kondisi asam (dalam
larutan asam kuat). Jika titrimetri dilakukan dalam suasana basa, akan
terbentuk endapan berwarna coklat yang akan menyulitkan pengamatan
pada akhir titrasi. Reaksi yang terjadi pada permanganometri:
• Dalam suasana asam:
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
MnO4- + 4H+ + 3e → MnO3 + 2H2O
• Dalam suasana netral atau basa:
MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 + 4H2O

Pada praktikum ini, titrimetri permanganometri dilakukan dengan


menggunakan larutan KMnO4 0,098 N, H2SO4 8N dan asam oksalat 0,01
N. Pada percobaan mula-mula larutan sampel ditambahkan asam sulfat 8N
bebas zat organik agar proses titrasi yang akan dilakukan berada dalam
suasana asam. Setelah itu, KMnO4 ditambahkan pada larutan sampel untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang terkandung di dalam sampel. Kalium
permanganat yang bersisa kemudian akan di larutan sampel akan direduksi
oleh asam oksalat 0,01 N. Proses reduksi kalium permanganat ditandai
dengan larutan sampel yang berubah warna menjadi bening. Kemudian
larutan sampel dititrasi oleh KMnO4 0,01 N dalam keadaan panas atau
mendidih.

b. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan metode untuk mengukur kadar sebuah
senyawa yang didasarkan oleh kemampuan senyawa yang diukur dalam
menyerap berkas cahaya atau sinar. Pada proses spektrofotometri, beberapa
zat organik termasuk permanganat menunjukkan absorpsi khusus, maka
dari itu metode spektrofotometri dapat digunakan untuk mengukur angka
permanganat.
Spektrofotometer dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
• Spektrofotometer ultraviolet
• Spektrofotometer sinar tampak
• Spektrofotometer inframerah
• Spektrofotometer serapan atom.

Cara kerja spektrofotometer diawali dengan adanya cahaya


monokromatik dari sumber cahaya. Cahaya tersebut kemudian ditembakkan
ke arah kuvet yang berisi larutan sampel. Intensitas cahaya yang diteruskan
ataupun diserap oleh larutan sampel akan terbaca oleh detektor, kemudian
akan muncul hasil pembacaan nilai absorbansi dari larutan tersebut.

Skema Cara Kerja Spektrofotometer

larutan defektor

sumber monokromator penukar penguat indikator

larutan defektor
3. Faktor yang Mempengaruhi Angka Permanganat
Nilai permanganat dalam suatu sampel air akan dipengaruhi oleh kadar
zat organik yang terdapat dalam sampel air tersebut. Semakin banyak zat
organik dalam suatu sampel air, akan semakin besr angka permanganatnya, dan
begitu pula sebaliknya. Selain jumlah zat organik, pada proses titrimetri uga
dapat mencul beberapa gangguan yang dapat mempengaruhi angkat permangat,
yaitu:
• Ion klorida. Ion klorida dapat ikut teroksidasi saat proses pengoksidasian
zat organik oleh kalium permanganat
• Ion sulfida dan nitrit. Ion sulfida dan nitrit dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan dengan H2SO4 hingga H2S hilang (dapat tercium baunya saat
pemanasan)
• Garam ferro. Garam ferro pada larutan sampel dapat dihilangkan dengan
menambahkan kalium permanganat beberapa tetes hingga larutan sampel
berubah warna menjadi merah muda
• Jika larutan sampel harus disimpan lebih dari satu hari sbeelum dilakukan
percobaan maka lebih baik jika larutan sampel diasamkan hingga pH
mencapai kurang dari 5

4. Standar Baku Mutu Nilai Permanganat


Standar baku mutu untuk nilai permanganat terdapat dalam Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar kalium permanganat (KMnO4) terdapat
pada bagian parameter tambahan kualitas air minum, di mana disebutkan
bahwa batas maksimum kadar KMnO4 (dalam bentuk zat organik) yang
diperbolehkan sebesar 10 mg/L. Angka permanganat pada air minum tidak
boleh melebihi kadar maksimum yang telah ditentukan karena semakin tinggi
angka permanganat maka akan semakin tinggi pula kadar zat organik dalam air
tersebut. Kadar zat organik yang tinggi dalam air merupakan salah satu indikasi
bahwa air tersebut telah tercemar.
Tabel 1. Standar Baku Mutu Air
No. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimal
yang diperbolehkan
1. KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
Air raksa mg/l 0,001
Antimon mg/l 0,02
Barium mg/l 0,7
Boron mg/l 0,5
Molybdenum mg/l 0,007
Nikel mg/l 0,007
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0,01
Uranium mg/l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0,05

5. Dampak Kalium Permanganat terhadap lingkungan


Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang memiliki banyak
manfaat bagi makhluk hidup serta lingkungannya, diantara lain:
• Kalium permanganat dapat menonaktifkan etilen dengan cara
mengoksidasi etilen. Dengan penggunaan kalium permanganat pada
buah, etilen yang diproduksi akan teroksidasi sehingga akan
menghambat proses pematangan buah. Dengan demikian, buah dapat
bertahan selama 3 minggu dalam suhu ruangan.
• Kalium permanganat dapat mengobati penyakit pada ikan yang
disebabkan oleh parasit dan infeksi bakteri, terutama pada ikan-ikan
dalam kolam. Kalium permanganat dapat mematikan parasit melalui
proses oksidasi karena akan merusak dinding-dinding sel parasit
tersebut.
• Kalium permanganat yang bersifat oksidator kuat kerap digunakan
dalam proses pengolahan air karena dapat menghilangkan kadar
magnesium dan besi dari air. Metode pengolahan air menggunakan
kalium permanganat sangat berguna untuk mengolah air yang berasal
dari bagian tanah yang dalam. Kalium permanagant juga dapat
menghilangkan karat pada pipa dan peralatan yang berhubungan air.
• Kemungkinan terjangkit kolera dan penyakit bawaan air lainnya dapat
diminimalisir dengan mencuci buah, sayuran, ataupun peralatan
memasak dengan larutan kalium permanagant yang telah diencerkan.

6. Dampak Kalium Permanganat terhadap kesehatan manusia


Dampak kalium permanganat terhadap kesehatan manusia diantaranya
adalah:
• Menghirup dengan kalium permanganat dapat menyebabkan pada
iritasi pada hidung dan tenggorokan
• Kontak dengan kalium permanganat dapat menyebabkan iritasi parah
dan luka bakar pada kulit serta dapat menyebabkan kerusakan pada
mata
• Menghirup kalium permanganat dapat menyebabkan iritasi pada paru-
paru sehingga menyebabkan batuk-batuk serta napas yang pendek.
Paparan berlebih dengan kalium permanganat dapat memicu
pembentukan cairan di paru-paru (pulmonary edema) serta dapat
berefek pada hati dan ginjal
• Kalium permanganat dapat menyebabkan penurunan fertilitas
• Kalium permanganat dapat bertindak sebagai antiseptik dan fungisida,
dan dapat digunakan sebagai pengobatan untuk infeksi pada kulit. Di
samping itu, kalium permanganat dapat dijadikan sebagai solusi untuk
infeksi jamur akut seperti kaki atlet. Untuk menyembuhkan infeksinya,
bagian yang terkena kaki atlet direndam dalam larutan kalium
permanganat selama sekitar 15 menit.

7. Hubungan Nilai Permanganat dengan DO, BOD, COD


a. Hubungan dengan DO
DO (dissolved oxygen) atau oksigen terlarut merupakan kadar
kandungan oksigen di dalam air, yang di mana kemampuan air dalam
melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu, tekanan gas, dan
kemurnian air tersebut. Besarnya kadar kandungan oksigen terlarut dalam
suatu badan air dapat dinyatakan dalam konsentrasi absolut (ppm). Oksigen
terlarut alam air dibutuhkan untuk proses oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik pada proses organik, maka dari itu oksigen memegang peran
penting sebagai indikator kualitas air. Semakin banyaknya kadar oksigen
terlarut dalam suatu air, maka akan semakin banyak zat-zat organik yang
teroksidasi dalam air tersebut, maka akan semakin kecil pula angka
permanganatnya. Sebaliknya, jika angka permanganat besar maka
kandungan zat organik dalam air tersebut akan semakin tinggi dan kadar
oksigen terlarut di dalam air akan semakin sedikit.

b. Hubungan dengan BOD


BOD (biochemical oxygen demand) atau kebutuhan oksigen biokimia
merupakan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh makhluk hidup
saat proses penguraian bahan organik pada keadaan aerobik. Dengan kata
lain, BOD mengukur kadar zat organik yang mudah terurai secara alami,
sehingga nilai BOD akan memberikan gambaran tentang bagaimana suatu
badan air dapat mendegradasi suatu zat organik yang ada di dalamnya
secara alami.. Parameter BOD umum dipakai sebagai indikator tingkat
pencemaran pada air buangan dan dinyatakan dalam satuan milligram per
liter oksigen (mg/L). Semakin banyaknya kadar oksigen yang dibutuhkan
untuk mengurai bahan organik, maka akan semakin banyak zat organik
yang dihasilkan oleh mikroorganisme di suatu perairan. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kadar zat organik di dalam suatu air akan
semakin besar angka permanganatnya serta akan semakin besar pula BOD
dalam air tersebut. Di samping itu, nilai BOD juga berpengaruh kepada nilai
DO. Semakin tinggi nilai BOD, maka akan semakin rendah nilai DO,
karena kebutuhan oksigen mikroorganisme yang tinggi akan memicu
pertumbuhan eksponensial pada mikroorganisme tersebut, mengakibatkan
penuruan kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan.

c. Hubungan dengan COD


COD (chemical oxygen demand) atau kebutuhan oksigen kimia
merupakan kadar oksigen yang diperlukan untuk menguraikan seluruh
bahan organik yang ada dalam suatu perairan, baik zat organik yang mudah
terurai secara alami dan yang tidak (Boyd, 1990). Dalam proses penguraian
kali ini dibutuhkan oksidator kuat berupa kalium bikromat pada suasana
asam dan panas dengan menggunakan katalisator perak sulfat, hal itu
menyebabkan seluruh zat organik yang berada dalam suatu perairan akan
teroksidasi. Sama halnya dengan nilai BOD, semakin besarnya kadar zat
organik dalam suatu air, maka akan semakin banyak pula kadar oksigen
terlarut yang akan dibutuhkan oleh mikroorganisme. Maka semakin tinggi
nilai COD, akan semakin tinggi pula angka permanganatnya. Sebaliknya,
semakin rendah nilai COD, akan semakin rendah juga angka
permanganatnya. Nilai COD pun akan berpengaruh kepada kadar oksigen
terlarut (DO) pada suatu perairan.

8. Treatment untuk Mengurangi Nilai Permanganat


Nilai permanganat dalam suatu air menandakan kadar zat organik yang
terkandung dalam air tersebut, dan dapat menjadi salah satu indikator
pencemaran. Terdapat beberapa proses yang dapat dilakukan demi mengurangi
kadar zat organik dalam suatu perairan, yang diantaranya adalah:
• Flokulasi-Koagulasi
Flokulasi-koagulasi merupakan salah satu tahapan dalam menghilangkan
partikel-partikel yang masih terkandung dalam air. Koagulasi dilakukan
dengan cara menambahkan koagulan ke dalam air kemudian diaduk secara
cepat agar partikel-partikel dalam air dapat siap untuk mengendap atau
membentuk flok. Penambahan koagulan dilakukan karena dalam keadaan
tersuspensi partikel koloid tidak mengendap atau bersifat stabil. Kemudian
koagulasi dilanjutkan dengan proses folokulasi yang merupakan proses
pembentukan flok dalam pengadukan lambat agar partikel-partikel yang
siap mengendap dapat lebih mudah menyatu.

• Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspended solid
menggunakan metode pengendapan oleh gravitasi. Sedimentasi dilakukan
untuk menyisihkan lumpur yang terbentuk setelah proses koagulasi-
flokulasi dan sebelum masuk pada proses filtrasi. Sedimentasi dilakukan
setelah proses koagulasi-flokulasi dengan tujuan untuk memperbesar
ukuran partikel sehingga partikel menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
ke dasar dengan waktu yang lebih singkat. Proses sedimentasi dapat
dikategorikan menjadi empat macam sedimentasi berdasarkan konsentrasi
pratikel dan kemampuannya untuk berinteraksi.
Gambar 1. Empat Jenis Proses Sedimentasi

• Filtrasi
Filtrasi dalam hal ini merupakan proses pemisahan padatan dengan air
melalui media berpori untuk menghilangangkan zat padat halus yang
teruspensi maupun koloid yang masih terkandung dalam air. Hasil dari
proses filtrasi ini berupa air bersih dengan kualitas tinggi. Penyaring yang
umum digunakan dalam proses filtrasi adalah pasir.

• Desinfeksi
Desinfeksi pada air merupakan penghilangan mikroorganisme
pathogen, kontaminan, maupun partikel-partikel halus yang mungkin
masih terkandung dalam air. Desinfektan yang umum digunakan antara
lain adalah klorin (Cl2), hipoklorit (OCl-), klorin dioksida (ClO2) dan ozon
(O3). Selain menggunakan zat kimia, desinfeksi air dapat dilakukan dengan
proses fisika, dengan penyinaran sinar ultraviolet.

9. Aplikasi Data Nilai Permanganat di Bidang Teknik Lingkungan


• Indikator Pencemaran Air
Angka permanganat dapat digunakan sebagai salah satu indikator
pencemaran dalam air. Kadar kalium permanganat menunjukkan kadar zat
organik yang terkandung di dalam suatu air, maka dengan tingginya nilai
permanganat di suatu perairan dapat mengindikasikan bahwa terdapat
kemungkinan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Berdasarkan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum angka
permanganat maksimul yang diperbolehkan sebesar 10 mg/L. Jika suatu air
memiliki nilai permanganat lebih dari standar tersebut maka air tersebut
kemungkinan besar telah tercemar.

• Pengolahan air
Kalium permanganat yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi tinggi
merupakan sumber yang sempurna untuk digunakan untuk proses
pengolahan air. Maka dari itu, kalium permanganat dapat menghilangkan
kandungan magnesium (Mg) serta zat besi (Fe) dari air dengan sangat
mudah.

III. ALAT & BAHAN


1. Alat
• Erlenmeyer 300 ml
• Stopwatch
• Pemanas listrik
• Gelas ukur 100 ml
• Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
• Buret 25 ml

2. Bahan
• Asam sulfat, H2SO4 8N yang bebas zat organik
• Kalium permanganat, KMNO4 0,098 N
• Asam oksalat, (COOH)2.2H2O 0,01 N
IV. CARA KERJA

1. Memasukkan air 2. Memasukkan 100 ml 3. Memasukkan


sampel 100 ml ke gelas sampel dan batu didih ke beberapa tetes ke
ukur Erlenmeyer KMNO4 0,01 sampai
warna merah muda

4. Menambahkan 5ml 5. Memanaskan 6. Memipet 10 ml


H2SO4 8N bebas zat Erlenmeyer hingga tercium larutan KMNO4 0,01 N
organik bau H2S dan diteruskan
beberapa menit di suhu
105ºC
9. Setelah ditambah
7. Memanaskan hingga 8. Menambahkan asam asam oksalat menjadi
mendidih selama 10 menit oksalat 0,01 N sebanyak 10 bening
dengan suhu 105 ºC ml

10. Menitrasi dengan 11. Mencatat hasil titrasi


kalium permanganat 0,01
N sampai merah muda
seulas dalam kondisi
panas

V. DATA PENGAMATAN

V awal 30,5 ml
V akhir 31 ml
∆V 0,5 ml
VI. PENGOLAHAN DATA

𝑚𝑔 1000
𝐾𝑀𝑁𝑂4 = . [(𝑎. 𝑓) − 10]. 0,316
𝐿 𝑑

Di mana:
d = volume larutan
a = volume total KMnO4 0.1 yang dibutuhkan pada titrasi dan
penambahan
sebelum proses titrasi

a = V0 + ΔV = 10 ml + 0,5 ml + 0,75 ml = 11,25 ml

f = faktor pengenceran = 1

𝑚𝑔 1000
𝐾𝑀𝑁𝑂4 = 𝑥 [(11,25 𝑥 1) − 10] 𝑥 0,316
𝐿 100

= 10 x 1,25 x 0,316
= 3,95 mg/L

VII. ANALISA
• Analisa Percobaan
Percobaan angka permanganat dengan metode titrimetri
memiliki tujuan untuk menentukan nilai permanganat dengan metode
oksidasi dengan suasana asam dalam sampel air Inlet Danau Puspa.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer 300
ml, stopwatch, pemanas listrik, gelas ukur 100 ml, pipet ukur 10 ml
dan 5 ml, serta buret 25 ml. Sementara itu, bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah asam sulfat (H2SO4 8N) yang bebas zat organik,
kalium permanganat (KMNO4) 0,098 N dan asam oksalat,
(COOH)2.2H2O 0,01 N.
Percobaan diawali dengan memasukkan 100 ml sampel ke
dalam gelas ukur. Air sampel di dalam gelas ukur dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer beserta dengan beberapa batu didih. Batu didih
ditambahkan ke dalam Erlenmeyer agar panas yang terdapat dalam
Erlenmeyer merata sehingga panasnya homogen pada seluruh bagian
air sampel di dalam Erlenmeyer. Selain itu, penambahan batu didih
juga berfungsi untuk menghindari titik lewat didih. Erlenmeyer yang
telah berisi air sampel diberi larutan KMNO4 0,01 N beberapa tetes
hingga warnanya berubah menjadi merah muda. Warna merah muda
pada sampel setelah ditambahkan kalium permanganat menunjukkan
berlebihnya pereaksi dalam larutan sampel, agar kemudian ion-ion
reduktor yang dapat mengganggu jalannya percobaan dapat
teroksidasi oleh kalium permanganat. Larutan sampel yang sudah
berwarna merah muda ditambahkan H2SO4 8N bebas zat organik
sebanyak 5ml. Penambahan asam sulfat 8N dilakukan karena oksidasi
yang akan dilakukan dalam percobaan ini adalah oksidasi dalam
suasan asam, maka dari itu perlu ditambahkannya asam sulfat agar
larutan berada dalam kondisi asam. Pada proses penambahan asam
sulfat terjadi reaksi sebagai berikut:
2KMnO4 + 3H2SO4 → 2MnSO4 + K2SO4 + 5On.
Oksidasi dalam nilai permanganat dapat dilakukan dalam
kondisi asam maupun basa, namun pada kondisi asam oksidasi lebih
kuat sehingga ion klorida pada sampel juga ikut teroksidasi.
Kemudian Erlenmeyer yang berisi larutan sampel dipanaskan dengan
pemanas listrik sehingga tercium bau H2S dan diteruskan selama
beberapa menit pada suhu 105 ºC. Pemanasan terhadap larutan sampel
dilakukan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara kalium
permanganat dengan asam sulfat, karena pada suhu ruangan reaksinya
berjalan sangat lambat atau membutuhkan adanya katalis. Selain itu,
ion-ion sulfida yang terdapat dalam air dapat dihilangkan melewati
pemanasan setelah ditambahkan asam sulfat. Bau H2S yang tercium
saat pemanasan larutan sampel mengindikasikan bahwa asam sulfat
yang sebelumnya ditambahkan telah teroksidasi oleh kalium
permanganat. Setelah dipanaskan hingga tercium bau H2S larutan
sampel ditambahkan 10 ml larutan KMnO4 0,01 N. Penambahan
kalsium permanganat pada proses ini bertujuan untuk mengoksidasi
zat-zat organik yang terkandung di dalam sampel. Pemanasan larutan
sampel diteruskan selama 10 menit pada suhu 105 ºC. Kemudian asam
oksalat 0,01 N sebanyak 10ml ditambahkan ke dalam larutan sampel.
Larutan sampel yang telah diberi 10 ml asam oksalat 0,01 N akan
berubah warna menjadi bening. Asam oksalat ditambahkan ke dalam
larutan sampel agar kalium permanganat yang masih terdapat di
dalam sampel dapat tereduksi. Sampel yang telah diberi asam oksalat
berubah warna menjadi bening karena KMnO4 yang terkandung di
dalamnya telah tereduksi sepenuhnya. Setelah berubah warna menjadi
bening, pemanasan dihentikan dengan cara mematikan pemanas
listrik. Erlenmeyer kemudian dipindahkan dari alat pemanas listrik
dan dilanjutkan dengan titrasi oleh KMnO4 0,01 N. Titrasi dilakukan
dalam kondisi panas sampai warna larutan berubah menjadi merah
muda seulas. Titrasi dilakukan dalam kondisi panas untuk
mempercepat reaksi antara asam oksalat dan kalium permanganat.
Reaksi kedua senyawa tersebut cenderung lambat bila dalam suhu
rendah sehingga akan sulit menentukan titik akhir reaksinya. Reaksi
yang terjadi saat proses titrasi dengan kalium permanganat adalah:

MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e– → Mn2+(aq) +4H2O(l)


C2O42– (aq) → 2CO2 (g) + 2 e–
2MnO4-(aq) +16H+(aq) + 5C2O42–(aq) → 2Mn2+(aq) +10CO2(g)
+8H2O(l)
Usai melakukan titrasi, praktikan mencatat hasil titrasi yaitu
volume sebelum titrasi, volume setelah titrasi dan perubahan volume
KMNO4 akibat titrasi.
Mangan memiliki beberapa bilangan oksidasi yang terdiri dari
nilai -3 sampai dengan +7, namun yang paling banyak digunakan
adalah mangan dengan bilangan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.
Mangan dengan bilangan oksidasi +7 memiliki warna ungu yang
sangat mencolok dan merupakan oksidator yang sangat kuat.
Sementara itu mangan dengan bilangan oksidasi +5 memiliki warna
biru dan +6 memiliki warna hijau, keduanya merupakan oksidator
kuat dan mudah untuk reaksi autoredoks. Ion mangan yang paling
stabil di antara yang lain adalah mangan dengan muatan 2+ yang
memiliki warna merah muda pucat. Mangan dengan muatan 3+
merupakan ion mangan yang paling tidak stabil, dan memiliki warna
merah keunguan yang mencolok. Hal ini menunjukkan bahwa ketika
larutan sampel diberikan kalium permanganat, mangan yang terdapat
pada larutan tersebut berbentuk ion mangan 7+. Sementara itu, ketika
larutan berwarna bening, mangan yang ada berbentuk ion mangan 3+.

• Analisa Hasil
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan volune awal dari
KMNO4 sebelum titrasi sebesar 30,5 ml dan volume akhir setelah
titrasi sebesar 31 ml sehingga didapatkan perubahan volume KMNO4
akibat titrasi sebesar 0,5 ml. Kemudian diperoleh angka permanganat
dengan cara membagi 1000 dengan volume sampel dikali dengan
volume total KMNO4 yang digunakan dikali dengan faktor
pengenceran yang kemudian dikurangi 10 dan dikali dengan 0,316.
Berdasarkan perhitungan tersebut angka permanganat dari sampel
yang diperoleh sebesar 3,95 mg/l. Angka permanganat tersebut
merepresentasikan jumlah milligram kalium permanganat yang
dibutuhkan unuk mengoksidasi zat-zat organik dalam 1000 ml air
sampel pada kondisi mendidih atau dalam temperatur tinggi.
Berdasarkan standar baku mutu air yang terdapat dalam
Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, batas maksimal kadar zat organik yang
diperbolehkan sebesar 10 mg/l. Jika dibandingkan dengan angka
permanganat yang didapatkan—yaitu sebesar 3,95 mg/l maka air
sampel masih memenuhi standar baku mutu air minum. Jika dilihat
dari angka permanganatnya saja, air sampel Inlet Danau Puspa
terbilang cukup baik, namun perlu dilakukan pengujian parameter
lainnya untuk memastikan apakah air tersebut layak sebagai air
minum atau tidak. Faktor yang menyebabkan angka permanganat
dalam suatu sampel air tinggi adalah kadar zat organik yang
terkandung di dalam air tersebut. Treatment yang dapat dilakukan
untuk menghilangkan angka permanganat atau zat organik dalam air
diantaranya adalah proses oksidasi, flokulasi koagulasi, sedimentasi,
filtrasi dan post klorinasi.

• Analisa Kesalahan
Kesalahan yang terjadi selama proses jalannya praktikum dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan dalam membaca buret sehingga besar volume kalium
permanganat yang digunakan pada titrasi tidak akurat
2. Kesalahan dalam pembersihan peralatan praktikum sehingga
peralatan praktikum masih mengandung zat lain sehingga dapat
mengganggu reaksi pada percobaan
3. Kesalahan dalam meneteskan kalium permanganat, asam sulfat,
atau asam oksalat sehingga kadar yang dimasukkan pada larutan
sampel tidak sesuai dan dapat mengganggu jalannya reaksi
4. Pemanasan larutan sampel yang kurang lama sehingga reaksi
tidak berjalan dengan sempurna

VIII. KESIMPULAN
1. Metode titrimetri digunakan untuk mementukan angka permanganat yang
terdapat dalam sebuah larutan sampel
2. Angka permanganat yang diperoleh dari percobaan sebesar 3,95 mg/l
3. Berdasarkan standar baku mutu air yang terdapat dalam Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air
sampel tersebut masih memenuhi batas kadar maksimal yang
diperbolehkan, namun perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut perihal
indikator lainnya untuk menegtahui apakah air sampl tersebut layak sebagai
air minum atau tidak.

4. DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MenKes/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Air Minum

Pedoman Praktikum Kimia Lingkungan.Laboratorium Teknik Penyehatan


dan Lingkungan. Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Atima, Wa. (2015). BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air
dan Baku Mutu Air Limbah

Said, Nusa Idaman. (2007). Desinfeksi untuk Proses Pengolahan Air


Minum
https://www.academia.edu/2576516/Mangan diakses pada 19 Maret 2019
pukul 22:11 WIB

http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_x(1)39-47.pdf diakses pada


19 Maret 2019 pukul 22:12 WIB

https://nj.gov/health/eoh/rtkweb/documents/fs/1578.pdf diakses pada 20


Maret 2019 pukul 22:15 WIB

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/69160/1/PRO2013_
WDW2.pdf diakses pada 20 Maret 2019 pukul 19:23 WIB

https://www.technology.org/2014/09/30/3-ultimate-uses-potassium-
permanganat/ diakses pada 20 Maret 2019 pukul 19:25 WIB

http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/uploads/2016/10/sedimentasi.pdf diakses pada 21 Maret 2019
pukul 20:48 WIB

https://www.academia.edu/12766121/Teori_Koagulasi-
Flokulasi_Sedimentasi_dan_Filtrasi diakses pada 21 Maret 2019 pukul
20:50 WIB

http://repository.wima.ac.id/9549/2/BAB%201.pdf diakses pada 21 Maret


2019 pukul 20:53 WIB

Você também pode gostar