Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Gigih Mulyo Nugroho / 2011
Siti Zumrotul A / 2011
Irma Meriatul Hepi / 2011
Euginia Natalia / 2010
Zihla Hasnatul Layli / 2010
Heri Iswanto / 2009
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK PENELITI KECIL (KPK)
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Tim Peneliti
ii
DAFTAR ISI
iii
3.7.1 Analisis Fisik..............................................................................................26
3.7.2 Analisis Non-fisik.......................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................29
4.1 Gambaran Umum Pantai Kondang Merak........................................................29
4.1.1 Kondisi Geografis Pantai Kondang Merak.................................................29
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Pantai Kondang Merak.......................................31
4.1.3 Kondisi Historis Pantai Kondang Merak....................................................31
4.2 Penyajian Data...................................................................................................31
4.2.1 Perencanaan Pariwisata..............................................................................31
4.2.2 Skenario Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Malang.......................34
4.3 Analisis dan Interpretasi....................................................................................35
4.3.1 Siklus Hidup Pariwisata Pantai Kondang Merak.......................................35
4.3.2 Atraksi Wisata Pantai Kondang Merak......................................................36
4.3.3 Kelayakan Sumber Daya Pantai Kondang Merak......................................37
4.3.4 Rencana Pengembangan Pantai Kondang Merak.......................................44
BAB V PENUTUP.....................................................................................................47
5.1 Kesimpulan........................................................................................................47
5.2 Saran..................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................ix
Buku.............................................................................................................................ix
Jurnal...........................................................................................................................ix
Internet........................................................................................................................ix
Produk Hukum............................................................................................................x
Rencana Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Malang 2011..........................................x
LAMPIRAN.................................................................................................................xi
Perhutani.....................................................................................................................xi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata...........................................................................xi
Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah...................................................xi
Masyarakat.................................................................................................................xi
RIWAYAT HIDUP....................................................................................................xiii
Anggota Ketua Kelompok.......................................................................................xiii
Anggota Kelompok 1................................................................................................xiii
Anggota Kelompok 2................................................................................................xiii
Anggota Kelompok 3................................................................................................xiii
Anggota Kelompok 4................................................................................................xiii
Anggota Kelompok 5................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 3. Kriteria Penilaian Potensi Wisata..................................................... 9
Tabel 4. Indikator Keluarga Sejahtera BKKBN 2005.................................... 12
Tabel 5. Fase Partisipasi Masyarakat dalam Pariwisata................................. 13
Tabel 6. Sifat Partisipasi Masyarakat............................................................. 13
Tabel 7. Klasifikasi Wisata............................................................................. 15
Tabel 8. Fokus Penelitian............................................................................... 17
Tabel 9. Skenario Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Malang............. 29
Tabel 10. Jumlah Pengunjung Pantai Kondang Merak.................................. 31
Tabel 11. Jenis Atraksi Wisata di Pantai Kondang Merak.............................. 32
Tabel 12. Kriteria Penilaian Potensi Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten
Malang .......................................................................................................... 34
Tabel 13. Hasil Penilaian Potensi Pengembangan Obyek Wisata Budaya Di Pantai
Kondang Merak.............................................................................................. 37
Tabel 14. Hasil Penilaian Potensi Pengembangan Obyek Wisata Alam di Pantai
Kondang Merak.............................................................................................. 38
v
DAFTAR GAMBAR
vi
RINGKASAN
Studi Kelayakan Potensi Pengembangan Wisata Pantai Kondang Merak
(Tinjauan pada Sumber Daya Alam, Manusia, dan Minat Khusus)
Oleh: Gigih M., Irma M., Siti Z., Euginia N., Zihla H., Heri I.
Universitas Barwijaya
Jl. Veteran, Malang 65145
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemandangan alami, kontur pantai reef plate, dan keragaman ekosistem berupa
terumbu karang, lamun, ikan-ikan karang, serta hutan mangrove (Luthfianto, 2008).
Daya tarik lain menurut penelitan dari Saptasari (2010) Pantai Kondang Merak
memiliki variasi ciri morfologi makroalga jenis caulerpa yang mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai bahan pangan, gizi, dan obat, tetapi selama ini
masyarakat sekitar hanya menggunakan untuk bahan sayur atau lalapan dan belum
dibudidayakan secara komersial. Selain itu pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten
Malang (Pemkab) berencana untuk membudidayakan kerang baby abalone di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Bantur yang berpotensi untuk ekspor
(Widyawati, 2012). Potensi lain tergali dari komunitas otomotif dan sepeda yang
sering menggunakan rute pantai selatan (Putra, 2011). Faktor kemenarikan dari segi
edukasi, ekonomi dan alam tersebut yang menjadikan Pantai Kondang Merak sebagai
tempat wisata di Kabupaten Malang.
Kedua, aksesibilitas. Mencakup keseluruhan infrastuktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata, mulai dari
darat, laut, dan udara. Jarak pantai sekitar 62 kilometer kearah selatan dari Kota
Malang dan dapat di tempuh dengan menggunakan mobil, truk, atau sepeda motor
dengan waktu 2,5-3 jam. Saat ini, jalan untuk menuju pantai tersebut rusak dan sulit
untuk ditempuh. Pembangunan jalan di Kabupaten Malang memang diperlancar
dengan Jalur Lintas selatan (JLS). Namun, manfaat JLS sendiri tidak dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan pariwisata Kabupaten Malang. DPRD
Kabupaten Malang telah menyiapkan dana Rp 16 Milyar dari APBD Pemerintah
Propinsi Jawa Timur, untuk memperbaiki jalan dan infrastruktur menuju pantai
selatan Malang. Tetapi tetap saja kondisi jalan di Pantai Kondang Merak sangat
memprihatinkan. Padahal pantai selatan menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang besar (Kiswara, 2012) dan akan maksimal jika infrastruktur yang
menunjang juga maksimal apalagi pengembangan wilayah Kabupaten Malang
diimbangi dengan pembangunan JLS. Alokasi total APBD Jawa Timur tahun 2012
untuk pembangunan JLS mencapai Rp 660 miliar, sedangkan realisasinya sampai
tahun 2012 telah mencapai 42,40% dan baru mencapai pembangunan di wilayah
2
Jember, jauh dari target pembangunan 2014 yang menarget hingga Kabupaten
Banyuwangi (Anonim, 2012).
Ketiga, amenitas. Amenitas adalah berbagai fasilitas yang dapat memberikan
kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka melakukan perjalanan
wisata di suatu daerah tujuan wisata (A.J, Muljadi, 2009). Faktor ketiga ini belum ada
dan perlu dikembangkan di Pantai Kondang Merak, karena faktor ketiga ini
mencakup informasi dan telekomunikasi.
Jika ketiga faktor tersebut semakin lengkap dan terintegrasi ketiga unsur
tersebut maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Namun,
ketiga faktor tersebut bertolak belakang sehingga menyebabkan rendahnya posisi
tawar menawar Pantai Kondang Merak. Hal tersebut diikuti dengan kenyataan bahwa
tidak diimbanginya kesadaran masyarakat akan potensi-potensi tersebut. Menurut tim
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya melalui pengamatan dari tahun 2010
menyatakan bahwa ada indikasi pencarian ikan menggunakan bom. Hal tersebut
disebabkan kurangnya pengawasan dari Pemkab sehingga kawasan pantai tersebut
dikuasi oleh masyarakat sekitar (Sofii, 2012).
Berdasarkan potensi dan permasalahan tersebut maka sudah menjadi
kewajiban bagi Pemkab untuk melakukan pengembangan kawasan pantai selatan. Hal
tersebut tertuang di Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Kabupaten Malang
tahun 2012 yang salah satunya adalah sasaran pertumbuhan sektor pariwisata.
Penguatan sasaran tersebut juga didasari oleh Undang-undang Nomor 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang menyatakan bahwa
ada pengaturan untuk perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Faktor lain yang turut
mempengaruhi kerancuan pengembangan pantai selatan adalah ditunjuknya
Kabupaten Malang sebagai kawasan minapolitan menurut Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.32/Men/2010 tentang
3
Penetapan Kawasan Minapolitan. Padahal secara ilmiah telah dibuktikan dengan
penelitian dari Ginting (2001) bahwa Pantai Kondang Merak cukup potensial untuk
dikembangkan menjadi tempat wisata.
Fakta-fakta yang telah diungkap diatas, perlu untuk tinjauan ulang kelayakan
Pantai Kondang Merak dengan mengeksplorasi potensi alam, manusia, budaya, serta
minat khusus (artifisial) sebagai upaya untuk mengarahkan pengembangan yang
sesuai dengan potensi dan daya dukung yang telah ada. Maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut dengan mengakat judul “Studi
Kelayakan Potensi Pengembangan Wisata Pantai Kondang Merak”.
a. Secara akademis
4
Sebagai bahan kajian mengenai studi kelayakan potensi pengembangan
Pantai Kondang Merak.
b. Secara praktis
Dapat digunakan sebagai peertimbangan stakeholder dalam
mengembangkan Pantai Kondang Merak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
500.000-Rp 1.000.000.
3. Pengunjung berpendapat tarif karcis
sedang, fasilitas memuaskan, serta ingin
fasilitas wisata ditambah.
4. Hasil perhitungan NPV, BCR, IRR yang
dilakukan menyatakan WWKM layak
untuk dikelola KBM JLPL.
2.2 Pariwisata
Arti dari model siklus hidup destinasi wisata adalah sebagai alat untuk
memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata.Salah satu model siklus hidup
destinasi yang di buat oleh Butler adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Siklus Hidup Pariwisata
No. Tahapan Siklus Keterangan
1. Exploration Kunjungan terbatas dan sparodik dari orang yang ingin
berpetualang. Terjadi kontak yang intensif dengan
produk lokal dan menggunakan fasilitas yang dimiliki
penduduk dengan dampak sosial dan ekonomi yang
sangat kecil.
2. Involvement Meningkatnya pengunjung yang mendorong penduduk
lokal menawarkan fasilitas secara eksklusif kepada
pengunjung. Kontak dengan penduduk lokal tetap tinggi
dan beberapa dari mereka mulai menyesusaikan pola
sosialnya untuk mengakomodasi perubahan kondisi
ekonomi akibat keberadaan wisatawan. Promosi
destinasi wisata mulai diinisiasi.
7
3. Development Investor luar mulai tertarik untuk menanamkan
modalnya guna membangun pariwisata didestinasi
tersebut seiring dengan berkembangnya pariwisata
destinasi. Aksesibilitas mengalami perbaikan,
advertising semakin intensif dan fasilitas lokal mulai
diisi dengan fasilitas modern, hasilnya adalah semakin
menurunnya partisipasi dan control oleh penduduk
lokal.
4. Consolidation Porsi terbesar dari ekonomi lokal berhubungan dan
bersumber dari pariwisata. Level kunjungan tetap
meningkat namun dengan rata-rata kenaikan yang
semakin menurun. Usaha pemasaran diperluas untuk
menarik wisatawan.
5. Stagnation Kapasitas maksimal dari faktor penunjang telah
mencapai batas maksimum, atau terlampaui
menyebabkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan.
Jumlah puncak kunjungan wisata tercapai. Atraksi
buatan menggantikan atraksi alam dan budaya, dan
destinasi tidak lagi dianggap menarik.
6. Post-stagnation
Decline Wisatawan tertarik dengan destinasi yang baru. Fasilitas
pariwisata digantikan dengan fasilitas non-pariwisata.
Atraksi wisata semakin kurang menarik dan fasilitas
pariwisata menjadi kurang bermanfaat.
Rejuvenation Terjadi perubahan yang dramatis dalam penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi
penciptaan seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau
penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksploitasi
sebelumnya.
Sumber: Butler (1980) dalam Ricahrdson dan Fluker (2004) dalam Pitana dan
Diarta (2009)
8
kemungkinan untuk mengatasinya secara efektif. Biasa yang studi kelayakan
dilakukan untuk maksud berikut:
a. Mengevaluasi kondisi nyata suatu proyek atau layanan.
b. Mengevaluasi pengembangan produk dan jasa.
c. Mengevaluasi peluang penciptaaan produk dan jasa baru.
d. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek.
Khusus di dalam perencanaan pariwisata studi kelayakan dapat
diarahkan untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Tujuan dan
Kepentingan, (2) Kelayakan, (3) Daya-Dukung, (4) Keuntungan.
Secara lebih khusus studi kelayakan pada perencanaan wisata
dimaksudkan untuk menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut:
Pertama, apakah gagasan (rencana proyek wisata) tersebut realistis?
Realistis tidaknya ide hanya dapat dibuktikan melalui suatu kajian yang
menyeluruh dan seksama. Kedua, apakah disini kriteria potensi dan eksistensi
atraksi wisata perlu dirumuskan dengan jelas? Berdasarkan kritria tersebut
kemudian dapat diidentifikasi mana yang eksis dan mana yang masih berupa
potensi. Ketiga, apakah ada segmen pasar untuk produk wisata itu? Studi
kelayakan harus bisa menjawab pertanyaan ini sebab itu akan menjadi
patokan yang menentukan apakah proyek layak dijalankan atau tidak.
Kempat, apakah besaran investasi untuk mengembangan produk lebih tinggi
dari keuntungan yang akan diperoleh? Analisis biaya dan keuntungan menjadi
keharusan untuk merekomendasi layak tidaknya proyek dilaksanakan. Kelima,
apakah proyek tersebut mampu mendorong atau fungsional bagi pariwisata?
Kelayakan suatu proyek juga sangat ditentukan oleh keberlangsungan proyek
tersebut.
Studi kelayakan wisata sebaiknya mencangkup paling tidak delapan
kegiatan berikut:
a. Menganalisis situasi lokasi yang mencakup potensi dan atraksi wisata.
b. Mengidentifikasi fasilitas, infrastruktur, akomodasi, transportasi dan sarana
pendukung yang tersedia.
c. Mengidentifikasi profil wisatawan.
d. Daya dukung wisata.
e. Memilih alternatif aktivitas ekowisata yang terbaik untuk mengevaluasi
obyek wisata secara menyeluruh.
f. Mengevaluasi realitas sumberdaya manusia yang tersedia.
g. Memperkirakan investasi yang dibutuhkan proyek.
h. Memperkirakan pendapatan dari proyek dan keuntungan bagi lingkungan
sekitar.
9
1) Penilaian daya tarik wisata dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
penilaian daya tarik yang dapat dilihat wisatawan dan penilaian daya
tarik yang melibatkan wisatawan. Keduanya mempunyai dampak
terhadap karakteristik wisatawan yang ditariknya.
2) Penilaian daya tarik untuk objek yang dapat dilihat oleh wisatawan
meliputi penilaian 4 jenis daya tarik wisata yaitu panorama keindahan
alam, keunikan/ kekhususan alam, peninggalan benda budaya dan
kegiatan sosial budaya.
3) Penilaian daya tarik wisata yang melibatkan wisatawan dilihat dari
jumlah atraksi, jenis atraksi, jumlah wisatawan yang terlibat dalam
atraksi, ketersediaan waktu wisatawan melibatkan dirinya dalam atraksi,
dan lain-lain.
b. Kemudahan Pencapaian Objek Wisata
Semakin mudah dicapai maka tingkat kunjungan ke objek wisata
tersebutpun akan meningkat. Kemudahan pencapaian objek wisata dapat
dilihat dari lokasi objek wisata yang cukup strategis ketersediaan angkutan
umum yang mencakup rute trayek yang ada dan jam operasinya, jarak objek
wisata yang bersangkutan, serta kondisi dan kelas jalan.
c. Kelengkapan Fasilitas Pelayanan Wisata
Penilaian kelengkapan fasilitas pelayanan wisata yang dilakukan
meliputi fasilitas pelayanan di objek wisata yang bersangkutan dan di kota
pusat pelayanan biasanya meliputi ketersediaan dan kualitas ruang pengelola,
rumah makan, tempat ibadah, WC, air bersih, tempat parkir, listrik, telepon,
dan tempat penjualan cinderamata. Sedangkan penilaian fasilitas pelayanan di
kota pusat pelayanan meliputi akomodasi, rumah makan, tempat ibadah,
kantor pos dan telepon, terminal bus regional, biro perjalanan, tempat
pertunjukan kesenian daerah dan pusat perbelanjaan. Untuk tempat/ objek-
objek wisata tertentu kelengkapan fasilitas pelayanan dapat dilihat dari
ketersediaan fasilitas khusus, seperti tempat pelelangan ikan, laboratorium,
perpustakaan, dan lain-lain.
d. Faktor Penunjang
Penilaian faktor penunjang adalah kedekatan suatu objek wisata
dengan objek lain, skala objek, keterkenalan objek itu sendiri atau objek
lainnyayang dekat, dan lain-lain yang merupakan intangible resource dari
objek wisata.
Menurut Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur (2003) terdapat
penggolongan untuk menilai potensi wisata. Kriteria tersebut disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Penilaian Potensi Wisata
Kriteria Penilaian Tinggi Sedang Rendah
10
Daya tarik yang Banyak yang Sedikit yang Sedikit yang
dilihat wisatawan dilihat, indah, dilihat, tidak dilihat, tidak
menarik, unik terlalu indah indah/ biasa saja
Daya tarik yang Banyak kegiatan, Sedikit kegiatan, Sedikit tidak ada
melibatkan tingkat tingkat tingkat
wisatawan keterlibatan tinggi keterlibatan keterlibatan
tinggi/ sedang rendah
Ketersediaan Fasilitas dasar dan Fasilitas dasar/ Fasilitas dasar
fasilitas lainnya, kuantitas tertentu, kuantitas tidak lengkap
dan kuallitas dan kualitas tidak ada, kualitas
memadai kurang memadai tidak memadai/
terbatas
Tingkat Strategis, kondisi Kurang strategis, Tidak strategis,
aksesibilitas jalan baik, ada kondisi jalan baik, kondisi jalan
angkutan umum ada angkutan buruk dan atau
umum tidak ada angkutan
umum
Faktor penunjang Dekat dengan Sedikit objek, Sedikit objek,
banyak objek skala regional, skala lokal, tidak
terkenal dan atau tidak ada daya ada daya tarik
daya tarik budaya tarik budaya budaya
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Malang (2003).
11
e. Menurut M. Petters: (1) Pemandangan, (2) Budaya, (3) Tradisi, (4)
Hiburan daya tarik lainnya.
f. Menurut Mariotti: (1) Kenyamanan alami, (2) Tata cara hidup masyarakat,
(3) Buatan manusia.
g. Edward L. Inskeep: (1) Daya tarik alami, (2) Daya tarik budaya, (3) Daya
tarik khusus/ artifisial, (4) Fasilitas dan pelayanan wisata, (5) Transportasi
(Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur, 2003).
Beberapa penilaian wisata tersebut secara umum dapat digolongkan
ke dalam 4 sumber daya, yaitu: alam, manusia, budaya, minat khusus.
a. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan faktor penting dalam pariwisata karena
melalui alam pariwisata dapat tercipta. Menurut Pearce dalam Dinas
Pariwisata Propinsi Jawa Timur (2003) menyatakan bahawa daya tarik wisata
terdiri dari bentuk alamiah, kebudayaan, buatan manusia, fasilitas penunjang,
akomodasi, prasarana dan transportasi
Menurut Damanik dan Weber (2006:2), sumber daya alam yang dapat
dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah: (1) keajaiban dan
keindahan alam (topografi); (2) keragaman flora, (3) keragaman fauna; (4)
kehidupan satwa liar; (5) vegetasi alam; (6) ekosistem yang belum pernah
terjamah manusia; (7) rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai); (8)
lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain); (9) objek megalitik; (10) suhu
dan kelembaban udara yang nyaman; (11) curah hujan yang normal, dan lain
sebagainya.
Sedangkan menurut Fennel (1999:68), sumber daya alam yang dapat
dikembangkan menjadi sumber daya pariwisata diantaranya adalah :
1. Lokasi geografi
Berhubungan dengan kondisi wilayah suatu daerah yang terkait dengan
beberapa variable lain sehingga dapat ditentukan wisata apa yang sesuai
dengan kondisi wilayah tersebut.
2. Iklim dan cuaca
Ditentukan oleh latitude dan elevation yang diukur dari permukaan air
laut, daratan, pegunungan, dan sebagainya bersama faktor geologis, iklim
merupakan penentu utama dari lingkungan fisik yang memengaruhi
vegetasi, kehidupan binatang, angin, dan sebagainya.
3. Topografi dan landforms
Bentuk umum dari permukaan bumi (topografi) dan struktur permukaan
bumi yang membuat beberapa areal geografis menjadi bentang alam yang
unik (landforms). Kedua aspek ini menjadi daya tarik yang membedakan
kondisi geografis suatu wilayah atau benua dengan wilayah lainnya.
4. Surface materials
Menyangkut sifat dan ragam material yang menyusun permukaan bumi.
Contohnya formasi bebatuan alam, pasir, mineral, minyak dan
12
sebagainya, yang unik dan menarik untuk dikembangkan untuk menjadi
atraksi wisata alam.
5. Air
Pemegang peranan terpenting dalam menentukan tipe dan level dari
rekreasi outdoor untuk dapat dikembangkan menjadi jenis wisata pantai,
bahari, danau, sungai, dan sebagainya.
6. Vegetasi
Vegetasi merujuk pada keseluruhan kehidupan tumbuhan yang menutupi
suatu area tertentu sebagai kegiatan wisata yang bergantung pada formasi
tumbuhan seperti ekowisata pada kawasan konservasi alam atau hutan
lindung.
7. Fauna
Keberanekaragaman binatang cukup berperan terhadap aktivitas wisata
baik dipandang dari sisi konsumsi maupun non konsumsi.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan komponen vital dalam pariwisata.
Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya sebagai
pelaku kegiatan pariwisata yang sangat berkaitan erat dengan pelayanan. Oleh
karena itu, menurut Damanik dan Weber (2006) masyarakatlah yang
menyediakan atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Untuk
menilai sumber daya manusia dalam studi kelayakan maka hal pertama adalah
mengetahui kondisi kesejahteraan masyarakat,di sekitar objek wisata lalu
kondisi sisiokulturalnya. Setelah diketahui keduanya selanjutnya dapat
diketahui arah pengembangan sumber daya manusia.
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana dalam penelitian
Sunarti (2006) terdapat Indikator Keluarga Sejahtera yang berlaku pada 2005,
antara lain:
Tabel 4. Indikator Keluarga Sejahtera BKKBN 2005
Kategori Indikator
Keluarga Pra -
Sejahtera
Keluarga 1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali atau lebih.
Sejahtera I 2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/bersekolah, dan bepergian.
3. Rumh yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai,
dinding yang baik.
4. Bila anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana
kesehatan.
13
5. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi.
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
14
(2010) terdapat penggolongan fase dan bentuk-bentuk partisipasi, yang dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5. Fase Partisipasi Masyarakat dalam Pariwisata
No. Fase partisipasi Bentuk-bentuk partisipasi
1. Bentuk partisipasi masyarakat 1. Kesediaan meninggalkan tradisi lama
lokal pada fase gagasan dan menuju budaya pariwisata.
perencanaan pengembangan 2. Menyerahkan lahan.
kawasan. 3. Menerima perubahan tatanan ekonomi
dan sosial yang berbasis pariwisata.
15
bangunan, (3) kerajinan tangan.
2. Masyarakat sebagai pengelola usaha jasa penunjang proyek
wisata.
16
dan Diarta (2009) pariwisata minat khusus yang bisa dijadikan atraksi wisata dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
4. Romance Honeymoon
Island vacation
Nightlife
Single tour
Spa/hot spring
7. History/culture Agriculture
Art/architecture
Art festival
Film/film history
8. Hobby Antique
17
Beer festival
Craft tour
Gambling
Videography tour
9. Spiritual Pilgrimage/mythology
Religion/spiritual
Yiga and spiritual tours
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ditetapkan, maka
jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksploratori (exploratory
research). Menurut Silalahi (2009) penelitian eksploratori berusaha menjelajah dan
menggambarkan karakteristik gejala sosial secara menyeluruh. Penelitian dilakukan
berdasarkan penjajakan untuk mengetahui gejala sosial dengan teknik tidak sistematis
atau snow ball. Menurut Tan dalam Koentjaraningrat dalam Silalahi (2009)
menyatakan bahwa maksud dari penelitian eksploratif adalah untuk memperdalam
mengenai gejala tertentu atau gejala baru yang digunakan untuk merumuskan
masalahnya dengan lebih terperinci.
“Penelitian ini juga biasa disebut penelitian formulasi yang dilakukan karena
peneliti belum memiliki pengetahuan atau gambaran yang jelas tentang situasi
masalah atau kurang memiliki atau tidak sama sekali mengenai masalah yang
terjadi.” (Silalahi, 2009)
Jenis penelitian ini digunakan untuk mengeksplorasi potensi pengembangan
Pantai Kondang Merak menurut potensi wisata dan berdasarkan sumberdaya (alam,
manusia, budaya, serta minat khusus).
Fokus penelitian adalah penetapan masalah yang menjadi pusat perhatian pada
suatu penelitian. Penetapan fokus dapat membatasi studi. Berdasarkan uraian
tersebut, maka fokus dalam penelitian ini adalah:
Tabel 8. Fokus Penelitian
Fokus Padatan informasi yang digali
19
Sumber Kondisi daya - Keindahan
daya alam tarik wisata - Keselamatan tepi laut
- Jenis pasir
- Variasi kegiatan
- Kebersihan/kejernihan air
- Lebar pantai
- Kebersihan dan kenyamanan
- Letak strategis
- Flora dan fauna
Kondisi - Adat/tradisi
psikografis - Kepercayaan
- Budaya masyarakat
20
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti mengungkapkan keadaan sebenarnya
objek yang diteliti. Sedangkan situs penelitian merupakan letak sebenarnya peneliti
mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang valid, akurat dan benar-benar
dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penelitian dilakukan di Pantai Kondang Merak,
Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang dengan pertimbangan:
a. Pertama, pantai selatan di Kabupaten Malang merupakan penyumbang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar sehingga berpotensi menjadi
kawasan wisata alam unggulan.
d. Data Sekunder, adalah data yang terlebih dahulu ditelusuri dan dilaporkan
oleh orang lain di luar peneliti. Berarti data ini tidak secara langsung
21
berhubungan dengan informan yang diteliti serta merupakan data
pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder meliputi:
22
menyimpang atau menjadi gejala baru yang harus diketahui sehingga dapat
menjadi kesimpulan.
j. Perangkat penunjang berupa field note (buku catatan) dan alat tulis
menulis. Berupa catatan lapangan yang dipergunakan peneliti untuk
mencatat apa yang didengar, diamati, dan dialami dalam rangka
pengumpulan data di lapangan yang digunakan untuk mencatat informasi
yang dapat dikembangkan sebagai bahan tambahan data-data yang lain.
23
- Fungsi dan peran fasilitas yang dibutuhkan setiap saat dalam skala
lokal.
2. Tahapan dalam analisis tingkat kemanfaatan fasilitas terdiri dari:
- Penempatan jenis fasilitas, berdasarkan tingkat kemanfaatan yang
paling tinggi.
- Pengecekan jenis fasilitas tiap obyek dan atraksi wisata, berdasarkan
jenis fasilitas yang dimiliki setiap obyek wisata.
- Penghitungan kelengkapan fasilitas, berdasarkan penghitungan fasilitas
untuk tiap obyek wisata.
- Penetapan hierarki, berdasarkan penialain hierarki tiap obyek wisata.
b) Analisis Skalogram
c) Analisis Cluster
24
Analisis ini diguanakan untuk mengelompokkan obyek wisata yang
ada. Berdasarkan analisis skalogram diketahui:
1. Objek dan atraksi wisata yang menjadi tujuan utama. Dengan
pengelompokan ini ada beberapa pertimbangan:
- Objek dan atraksi wisata utama berdekatan dengan wisata pendukung.
- Mempunyai akssesibiltas yang baik antara objek dan atraksi utama
dengan pendukung.
2. Tujuan penggabungan antara objek dan atraksi wisata utama dengan
pendukung antara lain:
- Mempercepat pengembangan objek dan atraksi wisata.
- Meningkatkan value added maupun trickle down effect terhadap
wilayah objek dan atraksi wisata.
25
adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk
yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dewasa ini juga dapat dilakukan
dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk
agar penganalisis dapat menarik kesimpulan atau terus melakukan analisis.
Sehingga, penyajian data merupakan bagian dari analisis.
n. Menarik kesimpulan
BAB IV
PEMBAHASAN
26
yang berjarak 25 kilometer dapat ditempuh melalui jalan hotmix selebar 6-8 meter
lalu menuju Kecamatan Bantur yang berjarak 20 kilometer dengan lebar 4-5 meter
kemudian perjalanan menuju pantai sejauh 27 kilometer dengan kondisi aspal
sebagian rusak selebar 3-4 meter. Setelah itu jalan diteruskan dari jalan beraspal ke
jalan makadam sejauh 10 meter. Setiap hari wisatawan yang mengunjungi Kondang
Merak sekitar 10 orang.
Gambar 1. Pantai Kondang Merak
27
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2006
28
adalah sering terlihat burung merak minum di muara sungai. Namun, kini sejarah
tersebut hilang seiring dengan jarang terlihatnya binatang khas hutan disekitar pantai.
29
maupun makro (internasional) dianalisi untuk disusun pemetaannya termasuk
kategori segmen pasar dan besaran pergerakan pada waktu yang akan datang. Pada
sisi penawaran, segenap sumber daya pariwisata kedua wilayah perencanaan
dianalisis mengenai aspek-aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
ada (SWOT analysis/strenght, weakness, oportunity, dan threat). Pada tahap pertama
diagnosis ini akan dapat dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan
kepariwisataan wilayah perencanaan.
Tahap selanjutnya adalah analisis dan diagnosis pada setiap rencana sektoral
terkait yang ada. Tahapan ini sangat menentukan mengenai daya dukung dan daya
saing sektor lain pada pengembangan pariwisata di wilayah perencanaan. Sehingga
pada tahap berikutnya, koordiansi, sinkronisasi, dan intregrasi rencana pengembangan
pariwisata dengan sektor-sektor yang lain dapat dilakukan.
- Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan
Wawasan baru pembangunan nasional menyiratkat, bahwa pengembangan
kepariwisataan nasional nantinya harus bertumpu pada kekuatan sendiri dan bermuara
pada terciptanya kemandirian bangsa Indonesia dalam maupun luar, mengkonsolidasi
semua hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini, serta mengembangkan
pertumbuhan dan perkembangan secara berkelanjutan dimasa mendatang.
Dalam konteks wawasan baru pengembangan seperti diatas, pengembangan
sektor pariwisata dituntut untuk mengarah pada terwujudnya tahapan pengembangan
pariwisata berkelanjutan (sustainability of tourism development), yang mensyaratkan
keataatan pada :
Prinsip pengembangan yang berpijak pada keseimbangan aspek pelestarian
dan pengembangan serta berorientasi ke depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat setempat.
Prinsip pengelolaan aset/sumber daya yang tidak merusak namun
berkelanjutan untuk jangka panjang baik secara sosial, budaya, ekonomi.
Adanya keselarasan (sinergi) antara kebutuhan wisatawan, lingkungan hidup,
dan masyarakat lokal. Antisipasi dan monitoring terhadap proses perubahan
yang terjadi dari kegiatan pengembangan pariwisata. Pengembangan
pariwisata harus mampu mengembangkan apresiasi yang lebih peka dari
masyarakat terhadap warisan budaya dan lingkungan hidup
- Pendekatan Masyarakat (Community Approach)
30
Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks, bukan sekedar kegiatan dengan
obyek utama industri pelayanan yang melibatkan manajemen produk dan pasar, tetapi
lebih dari itu merupakan proses dialog antara wisatawan sebagai tamu dan masyarkat
sebagai tuan rumah. Kegiatan pengembangan yang terkait dengan karakteristik
masyarkat lokal namun hanya menggunakan pendekatan sepihak dari sisi pasar
merupakan konsep yang tidak proporsional. Suatu kegiatan pengembangan terhadap
suatu lokasi komunitas tertentu, dimana karakter masyarakat lokal secara fisik dan
sosial budaya merupakan sumber daya utama, maka pendekatan pengembangan perlu
memandang masyarakat sebagai sumber daya yang berkembang secara dinamis untuk
berperan sebagai subyek, dan bukan sekedar obyek. Dalam kaitan ini pengembangan
pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang
selanjutnya perlu didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya
dan tradisi lokal.
Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan pemerataan pada penduduk lokal.
Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah
dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi
kooperatif.
Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
- Pendekatan Lingkungan
Pengembangan obyek wisata ini tidak semata-mata dikembangkan untuk mencari
keuntungan semaksimakl mungkin, tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek
lingkungan. Pendekatan ini dilakukan karena sebagian besar lokasi wisata yang ada di
Kabupaten Malang berada di kawasan lindung, yang harus dilindungi. Kesalahan
penanganan pada obyek-obyek wisatatersebut akan mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang sangat berarti. Untuk itu pengembangan obyek wisata ini di
sesuaikan denga Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang yang di dalamnya
telah diatur pengembangan pada seluruh kawasan di Kabupaten Malang, termasuk
diantaranya adalah lokasi-lokasi dimana obyek wisata tersebut berada.
31
Diharapkan dengan pendekatan perencanaan yang dilakukan diatas, dapat
mengembangkan obyek wisata secara optimal, dimana dapat diraih keuntungan yang
maksimal, dengan seminimal mungkin kerusakan pada lingkungan.
32
penduduk lokal menawarkan fasilitas secara eksklusif kepada pengunjung. Hasil
pengumpulan data dari Perum Perhutani Kabupaten Malang, dapat diketahui
pengunjung Pantai Kondang Merak adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Pengunjung Pantai Kondang Merak
Tahun Rencana Realiasasi
2009 - 622
2010 800 826
2011 1.625 7.110
2012 (s/d Juli) 1.625 2.000
Sumber: Perum Perhutani Malang
Perolehan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengunjung pantai Kondang
Merak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengunjung pantai Kondang
Merak ini selalu mencapai target yang dibuat oleh Perum Perhutani Kabupaten
Malang, bahkan pada tahun 2012 ini target sudah tercapai hanya dalam kurun waktu
7 bulan saja.
Kontak dengan penduduk lokal tetap tinggi dan beberapa dari mereka mulai
menyesuaikan pola sosialnya untuk mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi
akibat keberadaan wisatawan. Penduduk lokal Pantai Kondang Merak yang awalnya
bermata pencaharian hanya sebagai nelayan lambat laun mulai membuka diri untuk
mulai menerima adanya wisatawan yang datang berkunjung dengan mulai membuka
warung makanan, menyiapkan lahan parkir bahkan meyiapkan alat-alat dan pemandu
bagi wisatawan yang ingin menikmati Pantai Kondang Merak dengan diving maupun
snorkling seperti yang diungkapkan oleh Pak Edi, salah satu penduduk lokal:
“...alat-alatnya ada, pemandunya juga ada. Jadi dari wisata itu banyak yang
dijual, lokasi bisa dijual...” (Wawancara pada tanggal 3 Juli 2012 Pukul 10.00 di
Pantai Kondang Merak)
“Nggak kenal, wisata itu nggak kenal. Taunya nyari ikan, nyari makan aja. Dan
nggak, SDM-nya masih dibawah, tapi lama-lama dia ngerti. Tapi kalo misalnya
keadaan ada orang mau nyewa perahu kebetulan lagi sulit nyari ikan, lagi butuh
duit ya mau...” (Wawancara pada tanggal 3 Juli 2012 Pukul 10.00 di Pantai
Kondang Merak)
33
4.3.2 Atraksi Wisata Pantai Kondang Merak
Keselamatan cenderung dalam kategori sedang karena penjaga pantai/polisi
hutan berada di pintu masuk kawasan hutan sehingga penjagaan kawasan pantai
masih rawan terhadap perusakan maupun keselamatan wisatawan. Selain itu,
banyaknya karang yang tajam di sebelah barat serta minimnya sarana kesehatan
mengakibatkan rentan terhadap serangan hewan laut yang beracun seperti bulu babi
dan ular laut.
Kenyamanan pantai cenderung tinggi karena didukung oleh variasi kegiatan yang
banyak. Dapat dilihat dalam tabel diatas bahwa pangsa pasar Pantai Kondang Merak
terdiri dari kaluarga dan remaja dalam lingkup lokal Malang Raya dan regional di
sekitar Jawa Timur. Selain itu, atraksi wisata yang dapat dilakukan wisatawan yaitu:
berkemah, berperahu, bersepeda, jogging, memancing. Atraksi-atraksi wisata tersebut
telah maksimal, namun untuk berkuda, sky air, kesenian belum maksimal bahkan
cenderung ada potensi tetapi belum dikembangkan.
Tingkat kebersihan kawasan hutan cenderung tinggi karena di depan pintu masuk
pantai ada pos penjagaan Perhutani. Namun, ketika masuk wilayah pantai tingkat
kebersihan rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi sepanjang sungai yang
banyak sampah rumah tangga. Selain itu kamar mandi umum di perkampungan
nelayan tersebut dialirkan langsung ke arah sungai.
Sedangkan aksesibiltasnya telah ada skenario jalur wisata di zona IV yang
meliputi: Donomulyo, Bnatur, Gedangan, Sumbermnjing Wetan, Tirtoyudo,
Ampelgading ( Pantai Modangan, Jonggring Saloko, Ngliyep, Bantol, Kondang
Merak, Balekambang, Wonogoro, Bjulmat, Sendang Biru, Tamban, Tambaksari,
Lenggoksono, Sipelot, Licin).
34
teluk yang indah dengan ombak yang tidak terlalu besar. Jika diamati ada pembagian
zona yaitu wilayah berpasir dan wilayah berkarang. Wilayah berpasir berada di
sebelah timur pantai dengan pasir putih sepanjang 1 kilometer, wilayah berkarang
sepanjang 500 meter dengan pemandangan terumbu karang yang masih alami serta
wilayah utara merupakan hutan berbukit. Tanahnya tergolong jenis laterit berwarna
cokelat kuning, berbatu dan berhumus.
Pantai Kondang Merak juga memiliki banyak keanekaragaman mahkluk hidup.
Terdapat berbagai jenis flora di hutan sekitar kawasan pantai antara lain: jati, sono
keling, waru laut, keben, dadap sereb, wangkal. Selain berbagai flora terdapat juga
fauna seperti babi hutan, kera, burung merak, dan kijang (Ginting, 2001). Pohon-
pohon jati di wilayah hutan tersebut sengaja dipelihara dan terdiri dari 5,70 hektar
dengan kondisi baik serta jarang rerumputan (Perhutani, 2011)
35
berbelanja maka mereka akan pergi ke kota dan belanja. Masyarakat juga senang
berjalan-jalan di mall atau pusat perbelanjaan yang ada.
“Kalau beli baju itu kan tergantung orangnya mbak, berarti kalau pengen baju
ya kalau mau beli ya beli, kalau nggak mau beli ya wes lah”, (Wawancara pada
tanggal 3 Juli 2012 pukul 13.15 di Pantai Kondang Merak)
Kondisi rumah masyarakat pantai sederhana, hanya terbuat dari kayu untuk
dinding, berlantai semen dan memiliki atap asbes. Luas rumah warga rata-rata
berukuran 9 x 5 meter yang cukup untuk di huni sekitar 10 - 13 orang dalam satu
rumah. Perabotan yang dimiliki warga tidak banyak dan hanya tersedia tempat tidur
dan lemari. Rumah sederhana yang di bangun dimaksudkan hanya untuk tinggal
mencari ikan alasan bukan tanah pribadi namun milik perhutani.
“...Cuma disarankan nggak boleh permanen, soalnya kan disini tanahnya, tanah
milik perhutani. Boleh nempatin, nggak boleh di jual. Jadi sewaktu-waktu ada
gusuran nggak eman...” (Wawancara tanggal 3 Juli 2012 pukul 13.15 di Pantai
Kondang Merak)
Bentuk kehidupan masyarakat yang jauh dari kota berada dalam kawasan hutan
membuat masyarakat hanya mengandalkan dukun untuk menyembuhkan penyakit
yang di derita seperti pilek, luka, atau melahirkan. Meskipun begitu keadaan
masyarakat cukup baik dan jarang sakit.
Meskipun sarana kesehatan seperti puskesmas atau dokter jauh di pusat
kecamatan, mayoritas masyarakat menggunakan alat kontrasepsi dan rata-rata hanya
memiliki satu sampai dua anak. Masyarakat harus datang ke desa untuk melakukan
cek kesehatan seperti menggunakan alat kontrasepsi.
Sedangkan untuk masalah pendidikan, walaupun jauh dari pusat desa tidak
menyurutkan semangat anak-anak Pantai Kondang Merak untuk mengenyam
pendidikan. Meskipun jarak yang ditempuh cukup jauh, semangat belajar anak-anak
tidak pernah padam. Anak-anak kecil yang bersekolah TK dan SD mendapat fasilitas
antar jemput untuk dapat pergi ke sekolah yang diantar oleh seorang warga sebagai
ojek. Satu motor dalam sekali berangkat membawa tiga sampai empat anak dengan
jarak melewati jalan makadam untuk keluar dari kawasan pantai. Setiap bulan orang
tua siswa membayar tiga ratus ribu rupiah sebagai biayanya. Meskipun begitu,
masyarakat tidak merasa keberatan karena mereka sadar pendidikan itu penting untuk
anak-anaknya berapapun biayanya sebisa mungkin sudah menjadi kewajiban orang
tua untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
36
“Antar jemputlah, tiap hari antar jemput. Bonmennya itu tiap bulan tiga ratus
ribu.” (Wawancara pada tanggal 3 Juli 2012 pukul 13.15 di Pantai Kondang
Merak)
37
udang, kepiting itu seneng dia di sekitar mangrove. Lalu apa, kemaren ini
seminar tentang terumbu karang. Bagaimana mengtransplantasi terumbu
karang supaya ikannya banyak. Nah, sedangkan budidaya itu hanya pikiran kita
aja. Sekarang pikir, binatang di laut sudah tambah berkurang, kalau nggak
budidaya hayo gimana nahh ada yang budidaya kepiting, budidaya lobster.
Budidaya itu bukan mengembangbiakkan tapi membongsorkan biar dia hidup di
alam. Disini maklum anak orang, anak pantai. Ininya masih, harap maklum ya.
Orang-orang kampong sini cara berbicaranya, etikatnya itu kurang apa, kalau
situ kota kalau disini. Saya sendiri disini anak-anak ini memohon saya, saya
seneng sama anak-anak kecil, yang susah diajarin misalnya buang sampah
sembarangan bagaimana itu tak ajari pelan-pelan. Yang tua-tua wah udah
susah, kalau yang muda itu gampang diajarinnya, mangkanya saya ngajarin
dari anak kecil-kecil. Suka anak kecil-kecil suka metiki tanaman, suka ngerusak
tanaman gitu tak ajari nanem, tak ajari apa gitu.” (Wawancara pada tanggal 3
Juli 2012 Pukul 10.00 di Pantai Kondang Merak)
Namun adanya temuan dari Tim Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univeristas Brawijaya mulai tahun
2010 menyatakan bahwa ada indikasi pencarian ikan menggunakan bom. Hal tersebut
disangkal oleh pernyataan Pak Edi yang menyatakan bahwa penggunaan bom
memang pernah terjadi karena masyarakat belum sadar dan banyak kasus kecelakaan
saat melaut, tetapi saat ini masyarakat menggunakan sistem tradisonal kembali.
Sedangkan untuk sifat partisipasi masyarakat nelayan di Pantai Kondang Merak
dapat di kategorikan pada sifat tidak langsung. Letak permukiman, pantai dan objek
wisata yang berdekatan sehingga kebutuhan pangan dapat tercukupi, bahkan sebagian
besar masyarakat membuka warung makan yang didapat dari hasil laut. Hal tersebut
diperkuat dengan pendapat Pak Edi, salah satu masyarakat pantai yang mengatakan
bahwa sebagian hasil laut yang didapat dikonsumsi sendiri, sisanya dijual. Bahkan
masyarakat bisa membedakan ikan untuk dijual, dikonsumsi sendiri, maupun untuk
ekspor. Sehingga kriteria masyarakat sebagai penyedia bahan pangan dapat terpenuhi.
“...Orang-orang bosen sama ikan ya dijual. Dijual itu kadang-kadang ya sekitar
kampung sini atau rata-rata yang dulu saya ajarilah macam-macam ikan, ada
ikan jenis mahal, ada jenis ikan yang murah, ada ikan yang ekspor...”
(Wawancara pada tanggal 3 Juli 2012 Pukul 10.00 di Pantai Kondang Merak)
Masyarakat pantai tidak berpartisipasi aktif dalam pembangunan wisata.
Masyarakat cenderung tidak memiliki inisiatif maupun kemauan untuk
mengembangkan wisata pantai, karena mereka beranggapan bahwa pendapatan utama
berasal dari hasil laut bukan dari kegiatan pariwisata. Kemudahan masyarakat sebagai
38
nelayan untuk melautlah yang diutamakan. Hal tersebut tercermin dari pendapat Ibu
Wiji:
“...Kalau wisatatawan kan ada yang ngurusin sendiri jadi pengen dikembangno
masalah itu pelawangan, pelawangan itu tempat keluar masuk’e perahu minta di
perlebar kayak gitu, dibikin di tembok-tembok gitu...” (Wawancara pada tanggal
3 Juli 2012 pukul 13.15 di Pantai Kondang Merak)
Telah ada pembagian kerja dalam keluarga, yaitu bapak sebagai nelayan dan ibu
sebagai pengelola warung makan serta mengurus kegiatan rumah tangga sehingga
tidak ada kesempatan untuk membuat kerajinan khas wisata. Faktor lain yang
menyebabkan kurang berkembangnya pembuatan cinderamata di Kondang Merak
yaitu tidak adanya masyarakat diluar Kondang Merak yang dapat mengajari membuat
cinderamata. Namun, adanya PKK yang baru dirintis berdampak pada keinginan
masyarakat untuk memanfaatkan ikan yang didapat untuk diolah, misalnya abon dan
kerupuk ikan.
“...tak kelola tak ajak bikin abon, tak ajak ibu-ibu, bikin kerupuk yuk... supaya
nggak terbuang. Murah mbak kalau banyak, 5 kuintal 6 kuintal gitu itu murah-
murah semua ikan, dikelola.” (Wawancara pada tanggal 3 Juni 2012 Pukul di
Pantai Kondang Merak)
Awalnya kegiatan PKK tersebut dirintis oleh Ibu Wiji dengan belajar sendiri cara
membuat abon dan kerupuk ikan, setelah berhasil Ibu Wiji mengajarkan kepada ibu-
ibu lain. Jika diarahkan, hasil dari kegiatan PKK tersebut dapat dijadikan cindermata
khas Pantai Kondang Merak. Selain itu Pak Edy mengatakan bahwa masyarkat
sekitar telah memanfaatkan batu karang, keong, dan ikan-ikan hias untuk dijual.
Sebagian masyarakat menjual di dalam dan di luar kawasan wisata.
“...disini ada keong yang ada nilai ekonominya tinggi. Disini bisa harganya
satu, lima ratus tapi kalo dibawa ke Bali bisa lima ribu, satu, keongnya kaki biru
bagus, sekarang kaki merah laku. Di sekolahan itu kan suka ada orang jual itu
murah, tapi kalo yang di laut gitu agak mahal buat ngisi akuarium. Jadi di laut
itu apa aja yang nggak laku, pasirnya laku, airnya laku, batu dekornya laku,
tanaman laut itu yang namanya jamur, olip laku, belum binatangnya, udang,
keong itu, lalu ikannya, macem-macem ikan...” (Wawancara pada tanggal 3 Juli
2012 Pukul 10.00 di Pantai Kondang Merak)
Fasilitas di Pantai Kondang Merak terdiri dari kamar mandi umum, penginapan,
masjid, gereja, lahan parkir serta warung makan. Saat ini usaha pengelolaan jasa
penunjang wisata hanya sebatas kamar mandi umum yang digunakan secara bersama
dan warung makan. Wisatawan yang menggunakan kamar mandi umum membayar
39
sukarela dan selanjutnya dimasukkan ke kas kampung, sedangkan pintu masuk dan
penginapan dikelola oleh Perhutani.
“...pintu masuknya itu memang Perhutani, kalau kita ini swadaya ya dikelola
sendiri. Disini kayak apa ya negara dalam negara. Listrik gak bayar, air gak
bayar, tanah gak bayar, gak ada pajek, gak ada hak apapun.” (Wawancara pada
tanggal 3 Juli 2012 Pukul 10.00 di Pantai Kondang Merak)
40
Pantai Kondang Merak jika klasifikasikan dalam sumber daya minat khusus
menurut Richardson dan Fluker (1994) dalam Pitana dan Diarta (2009) pariwisata
minat khusus bisa dijadikan atraksi wisata dalam klasifikasi nature and wildlife dan
soft adventure. Pantai Kondang Merak masuk dalam klasifikasi nature and wildlife,
karena yang dapat dinikmati adalah birdwatching, ecotourism, geology, national
park, rainforest. Sedangkan jika dalam klasifikasi soft adventure, wisatawan dapat
melakukan backpacking, bicycle touring, canoing/kayaking, scuba diving/snorkeling,
walking tours dalam berwisata di Pantai Kondang Merak. Hal ini dikarenakan
Pariwisata Kondang Merak merupakan pariwisata alam dan edukasi karena di
sekitarnya terdapat hutan lindung dan biota-biota laut dan ekosistem-ekosistem yang
tidak hanya bisa dibuat snorkeling dan diving tetapi juga dapat dipelajari dan
dijadikan penelitian oleh wisatawan atau peneliti.
41
dan edukasi Pantai Kondang Merak merupakan konsepan yang belum terealisasi
secara nyata. Rancangan pengembangan bentuk wisata Kondang Merak terhambat
dengan belum jadinya Jalur Lintas Selatan (JLS) yang masih belum terealisasi. Pihak
Perhutani optimis dengan adanya JLS di wilayah Kondang Merak akan dapat
dikembangkan menjadi wisata edukasi dan alam karena Kondang Merak memiliki
potensi yang tidak kalah menariknya dengan Balekambang. Konsep Perhutani akan
pengembangan Kondang Merak menjadi wisata edukasi telah memiliki pertimbangan
untuk ke depan yaitu dengan memperhatikan dampak negatif yang terjadi seperti
berkurangnya kealamian wilayah hutan lindung ataupun kerusakan yang timbul
akibat pembukaan Kondang Merak sebagai wisata edukasi. Konsep Perhutani
menjadikan Kondang Merak sebagai wisata edukasi, bukan semata tempat wisata
yang akan di komersialisasikan secara bebas namun tetap akan menjaga kealamian
alam dan tidak akan merubah fungsi dari hutan atau lahan Perhutani.
“Dalam artian komersial itu bukan kita kayak pantai-pantai yang lain kayak di
Bali, yang wah bangunannya tembok-tembok. Kita pembangunannya lebih luas,
bukan yang kayak tembok-tembok. Kita cuman ke alaminya lebih, bukan
masalah komersilnya. Dalam artian itu kita tak merubah dari sananya...”,
(Wawacara pada tanggal 30 Juli pada pukul 11.16 di Kantor Perhutani Malang)
Bentuk wisata edukasi Kondang Merak akan tetap mempertahankan kealamian
wilayahnya dengan tidak akan membangun bangunan tinggi bertembok tetapi akan
tetap menggunakan rumah yang terbuat dari kayu. Selain itu, bentuk pengembangan
ini juga tidak akan mengurangi jumlah lahan yang seharusnya digunakan Perhutani
untuk penanaman pohon karena tata letak dari setiap sudutnya telah direncanakan
dengan matang dengan konsultasi pada konsultan untuk penataan dan pembangunan
pengembangan Kondang Merak, sehingga pada saat proses pembangunan
pengembangan akan tertata dengan rapi dan tetap asri karena tidak mengubah fungsi
lahan perhutani.
Selain hambatan JLS yang belum terselesaikan, masalah lain yang menghambat
pengembangan Kondang Merak adalah masalah pengajuan proposal ke pusat yang
tidak segera di setujui. Pengajuan proposal dana tersebut selain untuk perawatan
lahan juga secara garis kecil untuk memperbaiki dalam rangka program kecil
42
pengembangan Kondang Merak. Hal tersebut diperkuat dengan komentar Pak
Sugeng, Kepala Bagian Humas Perhutani Malang:
“Ya kita kemaren ngajukan aja masih belum keluar. Soalnya kan ada ini yang
pertama yang perlu didahulukan, ini ada kedua, ada ketiga...” (Wawacara pada
tanggal 30 Juli pada pukul 11.16 di Kantor Perhutani Malang)
Informasi dari Perhutani Inti masalah sulitnya pengembangan Kondang Merak
adalah tidak segera terselesaikannya JLS yang merupakan salah satu jalan untuk
memudahkan pengembangan Kondang Merak. Terbukti banyak investor yang ingin
berinvestasi namun terkendala dengan jalan menuju Kondang Merak yang rusak
sehingga para investor mundur, sebab perhitungan keuntungan yang didapat atau
pengembalian uang investasi pengembangan Kondang Merak akan membutuhkan
waktu yang lama dan dipandang kurang menguntungkan untuk saat ini. Pihak
perhutani optimis jika JLS sudah selesai, akan banyak lagi investor yang berinvestasi
dan Kondang Merak akan lebih berkembang lagi. Perhutani juga telah meminta
bantuan salah satu mahasiswa Universitas Brawijaya yang kebetulan datang ke
Perhutani untuk membuatkan denah pemetaan lahan dimana petak yang akan
menghasilkan produksi dan bagian wisata seperti area parkir, penginapan, tempat
makan, dan area bermain.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
44
2. Perlu adanya usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
berkelanjutan, karena tingkat partisipasi masyarakat cenderung rendah.
Peningkatan kualitas tersebut dapat berupa pelatihan pemandu wisata, atraksi
wisata, maupun konservasi pantai.
3. Intensifikasi dan ekstensifikasi pemasaran diperlukan karena pantai selatan
Malang telah membentuk jalur wisata minat khusus yang terintegrasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A.J Muljadi. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori
ke Aplikasi. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) Universitas Gadjah
Mada dan Penerbit Andi.
Dinas Priwisata Propinsi Jawa Timur. 2003.Rencana Pengembangan Pariwisata
Secara Terpadu Wilayah Jawa Timur Selatan Di Kabupaten Malang dan
Kabupaten Blitar
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. 2006. Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Malang. Malang.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. 2011. Data Base Obyek
Wisata Kabupaten Malang Tahun 2011. Malang.
Madiun, I Nyoman. 2010. Nusa Dua: Model Pengembangan Kawasan Wisata
Modern. Denpasar: Udayana University Press
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama: Bandung.
Sugiyono. 2011. Meode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Jurnal
Ginting, Bangsa. 2001. Kajian tentang Potensi dan Prospek Pengembangan Wisata
Alam di Kawasan Selatan Jawa Timur. Surabaya: Badan Penelitian dan
Pengembangan Propinsi Jawa Timur: Surabaya.
Marwa, Sofa. 2011. Studi Kelayakan Pengelolaan Wana Wisata Mantingan
Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Bogor: Fakultas Kehutanan Insitut
Pertanian Bogor.
Saptasari, Murni. Variasi Ciri Morfologi dan Potensi Makroalga Jenis Caulerpa di
Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Jurnal El-Hayah Vol. 1, No.2
Maret 2010.
Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan,
Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut
Peranian Bogor
Internet
Anonim. Tahun tidak diketahui. Pantai. Diakses melalui
www.id.wikipedia.org/wiki/Pantai, pada 24 Mei 2012.
Anonim. 2012. Jalur Lintas Selatan Jatim Menyambung Pacitan-Malang. Dikases
melalui http://kominfo.jatimprov.go.id/watchp/842, pada 24 Mei 2012.
ix
Anonim. 2012. Pariwisata Pantai. Diakses melalui
http://www.malangkab.go.id/potensi.php?kode=25&idmenu=01, pada 24 Mei
2012
Kiswara, Brama Yoga. 2012. Akses Jalan Pantai Selatan Malang Memprihatinkan.
Diakses melalui
www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-05-
03/134393/Akses_Jalan_Pantai_Selatan_Malang_Memprihatinkan, pada 24
Mei 2012.
Noval, Luthfianto. 2008. Pantai Kondang Merak dibawa ke Kancah IAAS. Diakses
melalui www.malangraya.web.id/2008/09/12/pantai-kondangmerak-dibawa-ke-
kancah-iaas/, pada 24 Mei 2012.
Putra. 2011. Wisata Otomotif Kenalkan Potensi Pantai Selatan. Diakses melalui
birohumas.jatimprov.go.id/index.php/component/content/article/34-
beritahumas/913-wisata-otomotif-kenalkan-potensi-pantai-selatan, pada 24 Mei
2012
Sofii, Mohammad. 2012. Pantai Kondang Merak Rawan Pencarian Ikan
Menggunakan Bom. Diakses melalui
www.bisnisjatim.com/index.php/2012/05/01/pantai-kondang-merak-rawan-
pencarianikan-menggunakan-bom, pada 24 Mei 2012.
Widyawati, Sylvianita. 2012. Malang Akan Kembangkan Kerang Baby Abalone
China. Diakses melalui www.surabaya.tribunnews.com/2012/05/23/malang-
akan-kembangkankerang-baby-abalone-china, pada 24 Mei 2012.
Produk Hukum
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Kep.32/Men/2010
Rencana Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Malang 2011
Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
x
LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara
Perhutani
1. Bagaimana sejarah Pantai Kondang Merak sebagai tempat wisata?
2. Bagaimana kondisi pengelolaan pantai sebagai tempat wisata saat ini?
3. Bagaimana kondisi tata guna lahan di area pantai?
4. Berapa dana/anggaran dari Perhutani untuk mengelola pantai?
5. Adakah rencana pengembangan Pantai Kondang Merak?
6. Adakah kerjasama Perhutani dengan investor?
7. Apa saja bentuk kerjasama Perhutani dengan Dinas Pariwisata?
8. Apa saja bentuk kerjasama Perhutani dengan masyarakat lokal?
Masyarakat
1. Bagaimana sejarah Pantai Kondang Merak sebagai tempat wisata?
xi
2. Bagaimana kondisi sehari-hari kesehatan, pendidikan, sandang dan pangan?
3. Apakah anda tahu tentang usaha yang telah ada/rencana pengembangan Pantai
Kondang Merak?
4. Adakah kesediaan berpartisipasi dalam usaha/rencana pengembangan pantai?
(tenaga, uang, pikiran, jasa, barang, simbolis)
5. Adakah keuntungan dari adanya pengembangan Pantai Kondang Merak?
6. Apakah anda terlibat dalam organisasi masyarakat dalam pengembangan Pantai
Kondang Merak?
7. Adakah budaya/seni/kuliner yang terdapat di Pantai Kondang Merak?
B. Dokumentasi
xii
RIWAYAT HIDUP
Anggota Kelompok 1
Nama : Irma Meriatul Hepi
NIM : 115030807111014
Tempat, Tanggal Lahir :Tulungagung, 7 Februari 1993
Fakultas/Prodi : Ilmu Administrasi/ Administrasi Bisnis
Alamat di Malang : Jl. Bunga Kumis Kucing RT 4 RW 2 Malang
No Telepon : 085649215052
Alamat Email : irmameria@yahoo.com
Anggota Kelompok 2
Nama : Siti Zumrotul Ainiyah
NIM : 115030101111087
Tempat, Tanggal Lahir : Rembang, 1 Juni 1993
Fakultas/Prodi : Ilmu Administrasi/ Administrasi Publik
Alamat di Malang : Jl. MT Haryono Gang Brawijaya II No 65 Malang
No Telepon : 087833012023
Alamat Email : green_hennia@gmail.com
Anggota Kelompok 3
Nama : Euginia Natalia
NIM : 105030201111005
Tempat, Tanggal Lahir : 19 Desember 1991
Fakultas/Prodi : Ilmu Administrasi/ Administrasi Bisnis
Alamat di Malang : Jl. Kertoasri No.118 Malang
No Telepon : 08976400556
Alamat Email :-
Anggota Kelompok 4
Nama : Zihla Hasnatul Layli
NIM : 105030113111006
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 11 Mei 1992
Fakultas/Prodi : Ilmu Administrasi/ Administrasi Publik
Alamat di Malang : Jl. Kolonel Sugiono 1 No. 22 Malang
No Telepon : 081944990481
xiii
Alamat Email : zeemunk@yahoo.com
Anggota Kelompok 5
Nama : Heri Iswanto
NIM : 0910320073
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 15 September 1991
Fakultas/Prodi : Ilmu Administrasi/ Administrasi Bisnis
Alamat di Malang : Jl. Kertoasri 7A Malang
No Telepon : 085649953578
Alamat Email : hisname.heri@rocketmail.com
xiv