Você está na página 1de 16

Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung

kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi

urin, termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung

kemih (protatitis uretritis).

B. Etiologi

Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala bervariasi

tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit, 30 – 40%

disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan

besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun harus dip[erhitungkan kemungkinan

kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme. Selain itu terdapat factor-faktor

predisposisi yang mempermudah terjadinya ISK yaitu :

1. Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter (sebagian

atau total).

2. Refluks Vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate

4. Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)

5. Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)

6. Kehamilan

7. Jenis kelamin

8. Penyalahgunaan analgesic secara kronik

9. Penyakit ginjal

10. Personal Hygiene


C. Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui; penyebaran

endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen, eksogen

sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadinya

ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering

terjadi.

1. Infeksi Hematogen

Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang

rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara

mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bias juga timbul akibat

focus infeksi di salah satu tempat.

Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena

itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.

2. Infeksi Asending

a) Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina

Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorgaqnisme kecuali

pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti,

basil difteroid, streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita,

daerah 1/3bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis

juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari

tempat tersebut.

Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita

didaerah tersebut diduga karena:

 Adanya perubahan flora normal di daerah perineum

 Berkurangnya antibody local.

b) Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.


Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan

jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam

kandung kemih adalah:

1) Faktor Anatomi

Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada alaki-laki, hal ini

disebabkan oleh:

 Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus

 Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti

bakteri yang sangat kuat

2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi

Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin.

Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran

urin

3) Faktor lain, misalnya:

 Kebersihan alat kelamin bagian luar.

 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari

elvis ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah

keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga

aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.

 Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:

 Edema mukosa ureter akibat infeksi

 Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.

D. Manifestasi klinis

Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, nyeri suprapubik dan daerah

pelvis. Polakisuri terjadi akibat kandung kemih tidak dapat manampung urin lebih dari 500
ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Nokturia ialah cenderung sering

kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun.

Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :

1. Pada ISK bagian bawah

Jika di ueretra, tanda-tanda infeksi akan muncul, vasokonstriksi, vasodilatasi pada

tempat peradangan kemerahan, peningkatan permeabilitas dinding terjadi, bengkak,

perembesan protein.

Pada fesika urinary, gejala yang nampak yaitu nyeri karena system persarafan

terganggu, nyeri abdomen sampai kebelakang, nokturia, nanah. Keluhan pasien biasanya

berupa rasa sakit atau panas di uetra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit, serta rasa

tidak enak di daerah suprapubik.

2. Pada ISK bagian atas

Pada ISK bagian atas (pielonefritis) dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise,

mual muntah, anoreksia, demam, menggigil, nyeri pinggang, kekakuan abdomen, output

urin menurun.

Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenengkan atau keruh dan mungkin

kematuran.

E. Penatalaksanaan

Secara umum tujuan terapi ISKadalah menghilangkan gejala dengan cepat,

mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta

mortilitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.

Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar

progresifitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan bebrapa hal

yaitu efek samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi, kepatuhan (complience), dan

interaksi obat. Mengingat adanya penyakit komorboid yang munkin juga diderita oleh

pasien, maka kita perlu mencari tahu obat-obat apa saja yang sedang dikonsumsi oleh

pasien, lalu menganalisis apakah obat ISK yang kita berikan akan berinteraksi dengan obat-

obatan tersebut.
Antibiotik yang umum digunakan untuk menobati ISK tidak berkomplikasi pada

lansia adalah trimethroprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan

nitrofurantoin.

TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena mapu

membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali enterococcus. Kelebihan lain dalah

TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan pada lansia yang

mempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan

resistensi TMP/SMX pada E. Coli

Flurokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena tolerabilitas

dan compliencenya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan pada gram negatif dan positif

tetapi lebih efektif pada gram negatif. Kadar kreatinin clearence perlu dipantau bila kita

memutuskan memberi fluorokuinolon. Bila creatinin clearence kurang dari 0.5 ml/detik,

dosis dikurangi.

Fosfomisisn diberika dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien lebih baik.

Fosfomisisn efektif pada gramnegatif tapi kurang pada gram positif. Harganya cukup mahal.

F. Macam ISK

1. ISK Primer

Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK Primer dibagi menjadi 2 :

a) ISK Lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.

b) ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang

sering di gunakan yaitu amiksisilin. (wikipedia Indonesia).

2. ISK Sekunder

ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang

merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan yang tidak tepat.

Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK

Sekunder penyebabnya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih,

pembesaran prostat, dan striktur uretra).


a) Uretritis (uretra)

b) Sistisis (kandung kemih)

c) Pielonefritis (ginjal)

G. Gambaran Klinis :

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Mukosa memerah dan oedema.

2. Terdapat cairan eksudat yang purulent

3. Ada ulserasi pada urethra

4. Adanya rasa gatal yang menggelitik

5. Good morning sign.

6. Adanya nanah awal miksi.

7. Nyeri pada saat miksi.

8. Kesulitan untuk memulai miksi.

9. Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

1. Disuria (nyeri waktu berkemih)

2. Peningkatan frekuensi berkemih

3. Perasaan ingin berkemih

4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin

5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic

6. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri pinggang

4. Disuria
H. Komplikasi

1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.

2. Gagal ginjal

I. Pemeriksaan diagnostic

a) Urinalisis

1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih

2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

b) Bakteriologis

Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.

c) Biakan bakteri

d) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.

e) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung

aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya

infeksi.

f) Metode tes

1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk

pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes

pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin

normal menjadi nitrit

2) Tes Penyakit simplek).

3) Tes- tes tambahan :

Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi

juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :


Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Infeksi
Saluran Kemih (ISK)

Posted by nurse87 on 1 Oktober 2013

Posted in: Keperawatan. Tinggalkan komentar

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih
akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M. Clevo
Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium melapisi saluran kemih
(Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).

2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung kemih
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :

Kandung kemih (sistitis)

Uretra (uretritis)

Prostat (prostatitis)

Ginjal (pielonefritis)

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :

Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

Infeksi saluran kemih Complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas ,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi bakterimia,
sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai
berikut :

1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.

2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.

3) Gangguan daya tahan tubuh.

4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi
urease.

3. Anatomi fisiologi

Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal merupakan
organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup terletak di
kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125 gram.

Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang ureter
10 – 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah suatu
organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun
dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara
dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan
berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8
inci.

Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :

Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan yang
sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi ion H
dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.

Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.

Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat ginjal.

Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang sumsum
tulang agar membuat sel-sel eritrosit.

Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada filtrasi
glomerulus.

Pembentukan Urine

Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine. Ginjal
ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding
kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang
dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :

Tubulus proximal :

Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil
lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap
kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi
Obligat” (mutlak).

Ansa Henle

Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden,
ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa
henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)

Tubulus Distal

Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :


1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon

Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga
penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih
jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.

2) Bekerjanya anti diuretik hormon

Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.

3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.

Ductus Kolligentes

Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi air
oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut dengan
“urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal
mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang
membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat
penampungan sementara.

Vesika Urinaria

Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit urine,
mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 –
400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang
mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus
Detrusor.

Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan
saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut).
Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga timbul keinginan
untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.

Komposisi Urine

Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010 –
1030.

Urine terdiri dari :

Air

Elektrolit
Zat asam sisa metabolism

4. Etiologi

Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :

Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.

Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.

Virus : jarang ditemukan

Jamur : jarang ditemukan

Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :

Intake minum yang kurang setiap harinya

Hygiene yang kurang

1) Jarang mengganti pakaian dalam

2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun

3) Penggunaan jeans yang terlalu ketat.

Personal hygiene yang salah

Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke depan
dan di bolak-balik

Hubungan sex yang berlebihan

Urine Reflux

Trauma Urethra

Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.

Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH

Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi

Usia di atas 65 tahun

Penyakit Diabetes Melitus

Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.


5. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme terutama
bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen kejadian,
disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit.
Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi
infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma,
sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih
maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy merupakan
faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada daerah
uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang
lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria
dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan urine
sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme adalah
1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak
dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa dan
adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di
ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi
lebih mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh saluran
kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan
disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis
ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke pelvis
ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena adanya
lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas
lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena
mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra)

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya kuman
menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal
218).

6. Tanda dan Gejala

Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :

Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).

Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.

Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang tidak


tuntas.

Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back pain.

Spasme kandung kemih.

Warna urine yang keruh.

Hematuri pada keadaan lanjut.

Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau pengobatan
antara lain adalah :

Laboratorium

1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.

2) Urine kultur :

a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )

1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.

2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

8. Penatalaksanaan medis

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alkohol

Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka
waktu 3 – 4 minggu

c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3
– 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

2) Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih


9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux
atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :

Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.

Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

10. Pencegahan

Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari

Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih

Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang

3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat

4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat

Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan mengosongkan
kandung kemih.

Você também pode gostar