Você está na página 1de 8

Ega Ivatul Nadhiro Anake Putri 1707531034

Rodame Munthe 1707531036

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PERSEKUTUAN LIKUIDASI


Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi Sebuah Persekutuan

1. Pengunduran Diri atau Disosiasi


Pengunduran diri atau disosiasi adalah konsep hokum untuk pengunduran diri sekutu
karena :
a) Sekutu meninggal
b) Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (misal: pensiun)
c) Keputusan pengadilan, seperti:
- Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hokum yang secara signifikan
berakibat negatif bagi para persekutuan.
- Sekutu melanggar perjanjian persekutuan
- Sekutu menjadi debitor dalam kebangkrutan
- Sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajibannya berdasarkan
perjanjian persekutuan.

Tidak semua disosiasi menimbulkan pembubaran, namun disosiasi ini hanya melibatkan
pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan melakukan
terminasi dan membubarkan bisnis persekutuan.

2. Pembubaran (Dissolution)
Pembubaran merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang dapat
menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnis persekutuan adalah sebagai berikut:
a) Dalam persekutuan, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran
diri dalam bentuk pemahaman secara lisan diantara para sekutu dengan tidak adanya
ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil.
b) Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu dapat terjadi
karena:
- Seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan kesalahan,
paling tidak ada setengah sekutu yang tinggal memutuskan menghentikan bisnis
persekutuan.
- Ketika seluruh sekutu setuju menghentikan persekutuan
- Ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai
c) Adanya keputusan pengadilan bahwa:
- Tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat tercapai
- Seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis persekutuan
yang membuat persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara praktik
- Ketika tidak memungkinkan untuk meneruskan bisnis persekutuan secara praktik
sejalan dengan perjanjian persekutuan.
3. Terminasi (Winding Up) dan Likuidasi ( Liquidation)
Ini dimulai setelah pembubaran persekutuan. Persekutuan tetap beroperasi untuk
tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses tereminasi ini
mencakup transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan, seperti
penagihan piutang, termasuk piutang sekutu, konversi aset non kas menjadi kas,
pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi saldo bersih yang tersisa kepada para
sekutu dalam bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal.

 Laporan likuidasi dan realisa persekutuan


Laporan likuidasi adalah dasar pembuatan ayat jurnal untuk mencatat likuidasi
yang menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca, neraca dalam bentuk
kertas kerja. Laporan ini juga menunjukan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan
atau kerugian kepada para kreditor dan sekutu.

Likuidasi Sekaligus

Likuidasi persekutuan sekaligus merupakan suatu proses likuidasi di mana seluruh aset
dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor eksternal dibayar, dan
pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang
disetorkan.
 Realisasi Aset

Aset-aset persekutuan, termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontibusi yang
disyaratkan kepada sekutu untuk menutupi modal defisit, digunakan untuk membayar kreditor
persekutuan kewajiban kepada sekutu individual. Yang paling penting ialah dalam pinjaman antar
sekutu dan persekutuan harus didokumentasi secara lengkap, seperti dalam bentuk wesel bayar.
Pinjaman ini juga dikenakan bunga sampai bayar kecuali terdapat hal lain yang disetujui oleh
persekutuan dan sekutu individual.

Beban Likuidasi

Sebagian umumnya terjadi, kreditor yang belum terjadwal akan diketahui selama proses
likudasi yang melibatkan beberapa beban seperti biaya hokum dan akuntansi tambahan. Selain itu
juga menanggung biaya penghentian usaha, mencari agen penjual peralatan yang khusus. Beban
ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam ratio distribusi laba dan rugi.

Likuidasi Bertahap

Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa
bulan dalam penyelesaian dan mencakup pembayaran secara periodik, atau cicilan bertahap
kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi dilakukan dalam periode yang
diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar mungkin.

Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi aset
sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan
kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa si masa mendatang yang mungkin mengubah jumlah
yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Berikut ini panduan praktis yang dapat
digunakan para akuntan dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.

a) Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban
likuidasi actual maupun potensial telah dibayarkan atau telah di cadangkan seperlunya.
b) Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum
menentukan jumlah uang tuanai yang diterima oleh masing-masing sekutu. :
- Asumsikanlah bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai
kerugian dan tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan aset.
- Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa dan tidak akan dihapuskan oleh kontribusi
modal tambahan para sekutu.
c) Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit
pada akun modal menunjuksn distribusi aset dank as yang aman yang dapat didistribusikan
kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.

Rencana distribusi kas

Pada awal proses luquidasi adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi
kas, yang memberikan gambaran keepada sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang akan
diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas pada persekutuan. Distribusi bertahap
aktual ditentukan oleh laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran
aman kepada para sekutu.

Kemampuan menanggung kerugian

Konsep dasar rencana distribusi pada awal proses likudasi adalah kemampuan menanggung
kerugian. LAP seorang sekutu dianggap kerugian maksimum yang dapat terjadi didalam
persekutuan sebelum akun saldo dan pinjaman dilunasi. Kemampuan menanggung resiko
merupakan fungsi dari dua elemen :

LAP = saldo akun modal sekutu

Bagian laba dan rugi sekutu

Ilustrasi rencana distribusi kas :

Pada persekutuan ABC, akun akun neraca pada tanggal 1 Mei 20X5 yaitu hari saat Sekutu
memutuskan melikuidasi usahanya sebagai berikut :

PERSEKUTUAN ABC
NERACA SALDO

Per 1 MEI 20X5

Kas Rp 10,000,000

Aset nonkas 90,000,000

Kewajiban Rp 42,000,000

Modal, Aldi (40%) 34,000,000

Modal, Bayu (40%) 10,000,000

Modal, Citra (20%) 14,000,000

Total Rp 100,000,000 Rp 100,000,000

Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan distribusi
pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana seperti itu selalu memberikan
pembayaran kreditor eksternal sebelum distribusi dapat dilakukan kepada para sekutu.

Pengamatan penting dari contoh adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan menanggung kerugian masing masing sekutu dihitung ketika saldo modal
sebelum likuidasi dibagi dengan presentase pembagian rugi pada sekutu. Aldi memiliki
LAP tertinggi (Rp 85,000,000), Citra memiliki LAP tertinggi kedua (Rp 70,000,000) dan
bayu memiliki angka LAP terendah (Rp 25,000,000). LAP masing masing sekutu
merupakan jumlah kerugian yang akan menghapuskan secara total saldo kredit modal
bersihnya. Aldi merupakan sekutu yang paling tidak rentan mengalami kerugian, dan Bayu
adalah yang paking rentan terhadap kerugian.
2) Sekutu yang paling tidak rentan akan menja yang pertama menerima pembayarab tunai
setelah pembayaran kepada para kreditor. Aldi akan menjadi satu satunya sekutu yang
menerima kas hingga LAP menurun ketingkat sekutu tertinggi berikutnya, yaitu Citra.
Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp 15,000,000 membutuhkan pembayaran sebesar
Rp 6,000,000 (16,000,000 x 0.40) Kepada Aldi. Setelah membayar 6,000,000 kepada Aldi,
kemampuan menanggung kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung
dengan saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp 28,000,000 dibagi dengan 40%.
(28,000,000/ 0.40 = 70,000,000).
3) LAP Aldi dan Citra sekarang seimbang dan mereka menerima distribusi kas hingga LAP
masing masing menurun ketingkat tertinggu berikutnya. Yaitu sebesar Rp 25,000,000
sebagaimana LAP bayu. Mengalikan LAP Rp 45,000,000(Rp 70,000,000 - Rp 25,000,000)
dengab rasii pembagian rugi kedua sekutu menunjukkan berapa banyak kas berikutnya
yang tersedia agar dapat dibayarkan dengan aman kepada masing masing sekutu Aldi dan
citra akan menerima distribusi kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan
tersedianya kas sebesar Rp 27,000,000 maka yang akan di distribusikan kepada Aldi dan
Citra masing masing adalah menurut rasio 40 : 60 untuk Aldi dan 20 : 60 untuk Citra.
4) Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sisa kas yang
tersedia akan didistribusikan menurut rasio pembagian rugi masing masing sekutu.

Pengubahan persekutuan menjadi perseroan

Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuj mengubah
bentuk usaha menjadi perseroan agar memperoleh akses pendanaan ekuitas tambahan, membatasi
tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak tertentu atau untuk mencapai tujuan
usaha lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan perseroan, persekutuan dihentikan, aset dan
kewajibannya direvaluasi menjadi sebesar nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul
dialokasikan kepada akun modal para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba rugi.

Modal saham persekutuan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional kepada akun
modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan harus menutup catatan akuntansinya dan
perseroan, sebagai entitas baru hatus membuka catatan akuntansi yang baru untuk penerbitan
modal saham ke para sekutu persekutuan sebelumnya.

Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukkan
sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan menjadi perseroan. Dan
bukan melakukan likuidasi.
Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari persekutuan menjadi
perseroan, seluruh aset dan kewajiban harus dinilai berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau
kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba
dan rugi masing masing sekutu. Misalkan, aset nonkas memiliki nilai pasar Rp 80,000,000.
Kerugian nilai pasar sebesar Rp 10,000,000 dialokasikan ke dalam akun modal sebelum
pembentukan perseroan sebagai berikut :

Modal, Aldi 4,000,000

Modal, Bayu 4,000,000

Modal, Citra 2,000,000

Aset nonkas 10,000,000

Mengakui kerugian akibat pengurangan nilai aset menjadi nilai pasar.

Tentu saja dalam praktiknya, akun aset tentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum
seperti aset nonkas. Keuntungan atas revaluasi aset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan yang
sukses memilih untuk berubah menjadi perseroan.

Aset persekutuan mempunyai nilai wajar Rp48,000,000 (Rp90,000,000 aset - Rp42,000,000


kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan nilai lasar Rp1,000 per
lembar untuk ditukar dengan aset dan kewajiban persekutuan ABC. Ayat jurnal yang dibuat PT
Induk untuk memperoleh aset dan kewajiban persekutuan yang ditukar dengan penerbitan 4.600
lembar saham sebagai berikut :

Kas 10,000,000

Aset nonkas 80,000,000

Kewajiban 42,000,000

Saham biasa 4,600,000

Tambahan modal disetor - Agio 43,400,000

Penerbitan saham untuk aset dan kewajiban persekutuan.


Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan

Investasi dalam saham PT Induk 48,000,000

Kewajiban 42,000,000

Kas 10,000,000

Aset nonkas 80,000,000

Penerimaan saham PT Induk untuk aset bersih persekutuan.

Aset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar. Untuk mendistribusikan saham
kepada para sekutu dan menutup buku persekutuan, ayat jurnal persekutuannya sebagai berikut :

Modal, Aldi 30,000,000

Modal, Bayu 6,000,000

Modal, Citra 12,000,000

Investasi pada saham PT Induk 48,000,000

Distribusi saham PT Induk kepada para sekutu.

Referensi : Baker. Richard E., Dkk, Akuntansi Keuangan Lanjutan Perspektif Indonesia.
2010. Buku 2. Jakarta : Salempa Empat.

Você também pode gostar