Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah
Oleh :
Haris Permana 186030100111005
Juang Abdi Muhammad 186030100111013
Sherin Fatturani 186030100111004
Sulistianto Amin Dai 186030100111002
Yunita Urwatul W. 186030100111010
Lingkungan dan manusia adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dan
saling terkait. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Semua kegiatan manusia
mempunyai dampak pada lingkungan hidup. Kegiatan hayatinya, seperti
pembuangan sisa metabolismenya dalam bentuk air seni dan tinja, berdampak pada
lingkungan hidup. Pada waktu jumlah manusia kecil, dampak itu kecil pula. Dengan
pertumbuhan jumlah manusia dampak kumulatif kegiatan hayati manusia makin
besar. Dampak itu makin besar lagi dengan berkembangnya kegiatan ekonomi dan
kemampuan manusia mengembangkan teknologi yang memberikan kemampuan
kepadanya untuk melakukan rekayasa dan meningkatkan penggunaan energi.
Antara manusia dengan lingkungan hidupnya selalu terjadi interaksi timbal-balik.
Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan 2 hidupnya
dan manusia juga dibentuk oleh lingkungan hidupnya (Soemarwoto: 2001).
Penyebab lain penyempitan luas dan kedalam danau adalah erosi sungai yang
membawa sedimen tanah ke dalam danau. Danau Limboto adalah tempat
bermuaranya lima sungai besar dan 23 sungai kecil. Sungai-sungai ini setiap
tahunnya menghasilkan erosi dan menyumbangkan sekitar 10,5 ton sedimen ke
dalam danau yang sangat berpotensi melakukan pendengkalan. Jika di kaji lebih
jauh, erosi ini terjadi karena rusaknya hutan di Daerah Aliran Sungai
(DAS)Limboto . luas hutan di DAS limboto saat ini hanya 14.893 hektar (16.37 %
dari luas DAS) sedangkan menurut ketentuannya luas hutan minimal 30% dari total
DAS. Disamping itu, selain pengrusakan hutan, pembukaan lahan lereng yang
curam juga menjadi penyebab parahnya erosi. Karena lahan pertanian tersebut tidak
dapat menahan laju air yang berpotensi terjadinya erosi. Oleh sebab itu, tidak heran
jika sedementasi di Danau Limboto menjadi sedemikian parahnya.
Untuk mengetahui langkah yang akan diambil oleh pemerintah dalam rangka
revitalisaisi danau limboto serta program-program yang melingkupinya.
Menurut Budi Winarno (2007: 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin
digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan
ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih
khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang
debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi
Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan
dengan istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang,
ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno, 2009: 11).
Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Sehingga secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu banyak
sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat
masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke
agenda kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu
masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan
menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasanalasan tertentu
ditunda untuk waktu yang lama.
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada.
Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam
tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan
pemecahan masalah terbaik.
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternative kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga
atau putusan peradilan.
d) Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program
tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang
telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang
memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi
ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi
kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa
yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena
itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yamh menjadi dasar untuk
menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai
dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.
Secara singkat, tahap-tahap kebijakan public adalah seperti gambar dibawah ini;
Penyusunan Kebijakan
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
a) Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada dan
menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.
b) Pembangunan Kembali adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi
waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan
masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas
yang ada.
c) Pengembangan adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi
kebutuhan kota saat ini dan masa depan.
Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak maka ada beberapa
kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat apakah masuk dalam
waterfront atau tidak. Berikut kriteria yang ditetapkan :
a) Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau,
sungai, dan sebagainya). Biasanya merupakan area pelabuhan,
perdagangan, permukiman, atau pariwisata.
b) Mempunyai fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman,
industri, atau pelabuhan.
c) Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
d) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal.
Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari
keputusan-keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah
faktor geografis serta konteks perkotaan. Sehingga dalam hal ini, perlu untuk
dipertimbangkan kembali apakah revitalisasi danau limboto sesuai untuk dilakukan
dengan menggunakan teori waterfront.
Menurut PP No. 27 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1), usaha dan atau kegiatan
yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup meliputi:
Oleh karena itu, setiap jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan wajib
dilengkapi dengan AMDAL. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dan aktifitas
yang berada di sektar kawaan danau limboto sehingga berdampak pada sedimentasi
dan pendangkalan danau. Untuk jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: 17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL. Jenis usaha dan/atau kegiatan wajib
AMDAL seperti pertahanan dan keamanan, pertanian, perikanan, kehutanan,
kesehatan dan lain-lain.
2.3.2 Fungsi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
”Bumi dan air dan kekayaan alam yang yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.
Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki
Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber
pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata.
Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan
+ 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan. Danau
Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena mengalami
proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam
keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan
danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan
penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar
wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto.
Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas
7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10 meter
dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 - 2008 kedalaman Danau
Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha. Pendangkalan danau
terutama diakibatkan adanya erosi dan sedimentasi akibat usaha-usaha pertanian
yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan kegiatan pembukaan hutan (illegal
logging) di daerah hulu sungai (tangkapan air) terutama pada DAS Limboto juga
kegiatan budidaya perikanan yang kurang ramah lingkungan.
Kawasan Danau Limboto dan daerah aliran sungainya (DAS) terletak pada
daerah bayang-bayang hujan selama 44 tahun terakhir (1961-2005) sebesar 1.426
mm per tahun. Curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (bulan kering) terjadi
selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah
hujan di atas 100 mm ( bulan basah) terjadi selama 9 bulan, yaitu bulan Januari-Juli
dan bulan November - Desember. Menurut klasifikasi Iklim Oldeman dan Darmijati
(1977), kawasan Danau Limboto dan sekitarnya termasuk dalam Zona Agroklimat
E2. Dengan demikian musim kemarau cukup panjang, yaitu antara Agustus -
Oktober. Jumlah hari hujan dalam setahun berkisar antara 172 - 216 hari, dengan
rata - rata hari hujan sebanyak 194 hari per tahun dan rata hari hujan per bulan
selama setahun 16,2 hari. Jumlah hari hujan di atas, rata - rata hari hujan per bulan
selama 9 bulan, pada bulan Januari-Juli dan November - Juni. Nilai
Evapotranspirasi rata - rata bulanan di kawasan Danau Limboto dan sekitarnya,
berkisar antara 127 - 145 mm. Sedangkan jumlah rata - rata setahunnya sebesar
1652,8 mm. Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto sebagai berikut :
a) Kegiatan Pertanian
d) Kegiatan Industri
Kondisi danau Limboto yang semakin hari kian memburuk perlu dilakukan
revitalisasi untuk mengembalikan fungsinya seperti semula. Karena fungsi dari
danau limboto yang strategis, dimana masyarakat sekitar danau menggantungkan
hidup disana, kondisi ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Martokusumo,
(2008) bahwa jika suatu tempat memiliki aset lingkungan yang menonjol, seperti
peninggalan bersejarah (bangunan dan lingkungan) yang tidak tergantikan,
misalnya tradisi penduduk yang khas terhadap pemanfaatan lanskap/ruang
hidupnya (cultural landscape), unsur alami yang menarik, sumber tenaga kerja,
infrastruktur dasar yang relatif memadai, maka revitalisasi perlu untuk dilakukan di
daerah tersebut.
Dalam makalah ini kita akan berfokus pada konservasi kawasan inti dan
penyangga danau limboto yang berfungsi untuk menjaga kondisi danau limboto.
Kawasan inti dan penyangga danau limboto menjadi nyawa dari revitalisasi danau.
Dimana akan diatur pola ruang dan peruntukannya serta kebijakan yang akan
diambil guna merevitalisasi kawasan tersebut. Hal yang marik dari perda ini adalah
banyak sekali pasal-pasal yang tidak memberikan kejelasan terkait langkah
kongkrit yang harus diambil, segala hal yang diatur dalam perda ini cukupannya
hanya berupa arahan kegiatan tanpa ada kejelasan actor yang akan mengambil peran
dari masing-masing kegiatan. Oleh sebab itu berikut akan dibahas terkait aktor-
aktor dan peran yang akan diambil oleh masing-masing aktor tersebut :
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa Banyak sungai yang bermuara
didanau limboto yang membawa erosi tanah, terlebih pada saat curah hujan tinggi
pada DAS tersebut. Terhitung setiap tahunnya sedimentasi akibat erosi tanah yang
dibawah oleh sungai mencapai 10,5 ton pertahunnya. Jumlah ini tentu sangat
banyak. Oleh sebab itu perlu dibuatkan Bendungan pada setiap muara sungai yang
akan berfungsi sebagai tangkapan sedimen dan mencegahnya masuk kedalam
danau, pekerjaan ini juga membutuhkan biaya yang sangat besar, karena tercatat
ada 23 sungai yang bermuara di danau limboto. Oleh sebab itu suntikan dana dari
pemerintah pusat sangat diperlukan dengan bantuan pemerintah daerah dan Balai
Sungai Sulawesi II.
Langkah ini perlu untuk dilakukan, karena proses budidaya ikan oleh
masyarakat yang dilakukan di badan danau sangat memberikan sumbangan yang
besar terhadap pendangkalan danau, hal ini terjadi karena dalam proses pembuatan
penangkaran ikan, masyarakat kerap kali membuat tanggul pembatas kolam dengan
mengambil tanah dari daratan, sehingga sangat berpotensi membawa sedimen
kedalam danau, tidak hanya itu, pakan ikan yang digunakan juga membawa dampak
buruk terhadap kualitas air danau, pakan yang sarat protein membantu penyebaran
eceng gondok karena air danau menjadi sangat subur, sehingga eceng gondok juga
tumbuh subur dan saat ini polulasi eceng gondok sudah menutupi 1/3 badan danau.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, populasi eceng gondok saat ini di
danau limboto sudah menutupi 1/3 badan danau, kondisi ini tentu sangat tidak baik
karena mengganggu kestabilan lingkungan, ikan didanau saat ini berkurang, saat
ini nelayan harus ke tengah danau untuk mendapatkan tangkapan ikan, padahal
biayanya nelayan hanya tidak perlu melakukannya. Kondisi ini salah satunya
diakibatkan oleh banyaknya eceng gondok di badan danau (Azhar, 2018). Dilain
sisi, eceng gondok juga memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan. Karena
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti pembuatan upiya
karanji (songkok) dan bahan kerajinan tangan lainnya. Selain itu dapat juga
dimanfaatkan sebagai alternative biogas dengan penggunaan mikro oleh
masyarakat setempat. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah,
dalam hal ini dinas terkait perindustrian dan UMKM melalui pemberian pelatihan
kepada masyarakat setempat terkait manfaat dan pengelolaan eceng gondok agar
lebih bernilai ekonomis dengan harapan dapat mengurangi populasi eceng gondok
di badan danau.
Kawasan penyangga adalah kawasan yang berada di luar kawasan inti yang
berperan sangat penting dalam menjaga kelestarian dan fungsi ekologis kawasan
inti, dengan luas 86.828,69 (delapan puluh enam ribu delapan ratus dua puluh
delapan koma enam sembilan) hektar. Langkah kongkrit yang dapat diambil oleh
pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Reboisasi Hutan
Terdapat beberapa sungai sebagai sumber air danau limboto yang setiap
tahunnya selalu membawa sedimentasi. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya
penggundulan hutan di daerah hulu. Oleh sebab itu, langkah yang dapat diambil
adalah melalui reboisasi hutan serta melakukan zonasi terkait hutan-hutan yang ada
saat ini. Dalam perda ini sudah ditetapkan beberapa zonasi hutan sesuai dengan
peruntukannya. Karena dalam beberapa tahun belakangan banyak sekali alih fungsi
hutan yang dilakukan oleh masyarakat secara illegal sehingga hal in sangat
berdampak terhadap kondisi danau limboto, padahal hutan-hutan tersebut
merupakan DAS yang bermuara di Danau.
Seperti yang sudah dijelaskan, salah satu penyebab berkurangnya luas danau
limboto adalah maraknya okupasi lahan oleh masyarakat selain digunakan sebagai
lahan pertanian, lahan yang telah diokupasi oleh masyarakat digunakan sebagai
pemukiman warga. Oleh sebab itu, pemerintah harus tegas melarang masyarakat
melakukan okupasi lahan dalam bentuk apapun.
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu pemerintah harus segara membentuk
kelompok masyarakat sadar lingkungan yang akan menjadi mitra pemerintah dalam
untuk menjaga kelestarian danau. Selanjutnya masyarakat ini dapat segera
diberikan pelatihan terkait pemanfaatan eceng gondok guna mengurangi populasi
eceng gondok di badan danau. Dan yang tidak kalah penting yaitu program
reboisasi harus segera dilaksanakan, mengingat pohon-pohon yang ditanam
membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, N., Trisakti, B., Soesilo, T., E., B. (2012). Pemanfaatan Data Satelit
Untuk Analisis Potensi dan Dampak Kerusakan Akibat Kenaikan Muka
Air Laut. Jurnal Penginderaan Jauh, Vol. 9, No. 2, 140-151
Echols, J. M., & Shadily, H. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia
Irianto, EW. & Triweko, RW, 2011, Eutrofikasi Waduk dan Danau: Permasalahan,
Pemodelan, dan Upaya Pengendalian, Balitbang Kementerian
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Buku
Seru: Yogyakarta.
Peraturan-peraturan
Website