Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I
Dosen pengampu Nina Gartika S.Kp.,M.Kep.
Disusun oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh
suka cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penulis susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam penyusunannya pun penulis
mendapatkan bantuan dari teman-teman dan dari referensi buku dan artikel media
massa. Sudah barang tentu makalah yang penulis buat belum sepenuhnya sempurna,
sehingga penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh
lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
HEMATOLOGI
1
2
6) Plasma Darah
Plasma darah mengandung ion, protein dan zat lain. Apabila plasma
dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum
mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen
dan beberapa faktor pembekuan.
a. Protein plasma terususun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin
tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilihat dengan uji
laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein.
b. Gama globin yang tersusun terutama oleh natibodi. Protein ini dihasilkan oleh
limfosit dan sel plasma.
c. Albumin terutama penting pemeliharaan volume cairan dalam sistem vaskuler.
Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga keberadaanya
dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan dalam rongga
vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat
berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai
protein trasnport untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan diantara
zat lainya.
BAB II
KONSEP PENYAKIT
B. Etiologi
Sebagian besar kasus, etiologi AML tidak diketahui. Meskipun demikian
ada beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan atau setidaknya menjadi
faktor predisposisi AML, seperti faktor genetik, paparan radiasi ion dan bahan
kimia, kelainan kongenital (Sindrom Down) dan Human T-Cell Leukemia Virus-1
( HLTV-1).
1. Faktor Genetik
Faktor genetik meningkatkan resiko leukimia. Insiden tinggi leukimia akut
dilaporkan pada keluarga tertentu. Kelainan herediter yang berhubungan dengan
peningkatan insiden leukimia adalah sindrom Down, anemia aplastik
4
5
C. Patofisiologi
Leukemia adalah satu keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang bersifat
irreversible dari sel induk darah dan pertumbuhannya dimulai dari mana sel itu
berasal. Sel-sel tersebut, pada berbagai stadium akan membanjiri aliran darah yang
berakibat sel yang spesifik akan dijumpai dalam jumlah yang banyak.
Sebagai akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka akan terjadi
kompertisi metabolic yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia.
6
Apabila proliferasi sel terjadi di limfa maka akan membesar sehingga dapat terjadi
hiperplenisme yang selanjutnya menyebabkan makin memburuknya anemia dan
trombositopenia. Pada leukemia yang disertai splenomegali sering terjadi
komplikasi hemolisis.
Infeksi terjadi oleh suatu nahan yang menyebabkan reaksi seperti ionfeksi
oleh virus. Kelainan pada leukemia bukan merupakan penyakit primer akan tetapi
merupakan suatu bagian dari respon pertahanan sekunder dari tubuh terhadap
infeksi tersebut.
Terdapat peninggian insiden leukemia pada orang-orang yang terkena
radiasi sinar rontgen, diduga bahwa peninggian insiden disini karena akibar radiasi
akan merendahkan referensi terhadap bahan dari penyebab leukemia tersebut.
Pada leukemia akut hepar, klien dan kelenjar getah bening membesar secara
cepat, keluhan nyeri akibat regangan kapsel organ tersebut menjadi jelas. Infiltrasi
ke otak akan menyebabkan keluhan sakit kepala dan infiltrasi ke tulang
menyebabkan fraktur spontan. Infiltrasi ke gusi menimbulkan hipertrofi gusi dan
sering disertai pendarahan gusi. Limfadenopati dapat menyertai leukemia dan
apabila kelompokkam pembesaran kelenjar ini menekan pembuluh adarah dan
pembuluh getah bening, maka akan terjadi edema local.
Infiltarsi ke paru menyebabkan batuk dan sesak, pembesaran kelenjar getah
bening di abdomen dapat menyebabkan keluhan rasa tidak enak di perut, dan rasa
cepat kenyang. Infiltarasi ke ginjal dapat menyebabkan hematuria dan gagal ginjal.
Keluhan akibat adanya anemia lemah badan dan cepat lelah. Trombositopenia
menimbulkan pendarahan baik dari kulit dan selaput lendir (Long, 2010;
Issalbacher, 2010).
7
PATHWAY
Sel mesenkim
Peningkatan jumlah
leukosit imatur/abnormal
Hematopoesis terganggu
Hb menurun
Vasokontriksi Petechie, ulserasi
pembuluh darah
Suplai O2 ke perifer
menurun terjadi reaksi
Pembentukan peradangan pada
platelet, adhesi kulit
Anemia platelet, dan agregasi
Kerusakan integritas
Pucat, lemah, letih kulit
Tidak terjadi bekuan
pembentukan fibrin akibat
aktivasi faktor-faktor pembekuan
intrinsik dan ekstrinsik
8
Terjadi gangguan
bekuan darah
Perdarahan, memar,
petechie
Resiko perdarahan
Rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie, perdarahan, nyeri
tulang, serta infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar
mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertropi gusi, khususnya pada
leukemia akut minoblastik dan mielomonolitik.
F. Klasifikasi AML
Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) AML dibagi menjadi 8 jenis,
yaitu:
1. Mo (Acute Undifferentiated Leukemia)
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
2. M1 (Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi)
10
monosit dominan adalah monoblas, sedang pada M5b adalah promonosit dan
monosit. M5a jarang terjadi dan hasil perawatannya cukup baik.
7. M6 (Erythroleukemia)
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari
gambaran morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi
abnormal berupa bentuk multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini
terkait dengan maturasi yang tidak sejalan antara nukleus dan sitoplasma. M6
disebut Myelodisplastic Syndrome (MDS) jika sel leukemik kurang dari 30% dari
sel yang bukan eritroit. M6 jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap
kemoterapi-induksi standar.
8. M7 (Acute Megakaryocytic Leukemia)
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.
(Yoshida, 1998; Wetzler dan Bloomfield, 1998).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap (CBC). Pasien dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah
leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
pasien sembarang umur.
2. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
3. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
4. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat
diagnosis.
5. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
6. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
7. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.
H. Penatalaksanaan
1. Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat dengan fase pelaksanaan kemoterapi:
12
a. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednisone), vincristin, dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melalui intracranial untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi cranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c. Kosolidasi
Pada fase kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi
dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
2. Irradiasi Kranial
3. Transfusi darah dan trombosit bila ditemukan trombositopenia
4. Transplantasi sumsum tulang bila diperlukan
BAB III
ANALISIS KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. C 37 Thn
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: ACUTE
MYELOGENOUS LEUKEMIA
1. KASUS
Ny. C, 37 tahun, diantar suaminya, datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
merasa lelah dan memar di seluruh tubuh. Sejak dua bulan yang lalu pasien merasa
mudah lelah dan berkeringat pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan mudah
memar dan menstruasi dengan jumlah darah yang banyak. Dari hasil pengkajian
diperoleh data tinggi badan 156 cm, berat badan 48.1 kg; tanda-tanda vital frekuensi
nadi 102x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, TD 130/82 mmHg, pasien tampak
pucat, terdapat petechie tersebar di area pergelangan tangan sampai pangkal
lengan, ecchymoses pada lengan kanan bawah dan betis sebelah kanan, mukosa oral
berwarna merah, terdapat beberapa ulserasi kecil di area bucal.
Saat ini pasien akan dilakukan pemeriksaan bone marrow, pasien menangis dan
mengatakan takut dengan hasil pemeriksaan dan tidak tahu apa yang akan dilakukan
jika dirinya terdiagnosa kanker
Hasil pemeriksaan lab diperoleh data penurunan jumlah eritrosit, Hb dan Hct.
Terjadi peningkatan leukosit dengan Myeloblast, hitung platelet sangat rendah.
Diagnosa medis sementara Acute Myelogenous Leukimia.
13
14
2. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. C
2) Umur : 37 Tahun
3) Suku/bangsa : Indonesia
4) Status perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Alamat : Jl. Rindu No. 29
8) No. Registrasi/Medrec : 00002345
9) Tanggal masuk Rumah Sakit : 10 Oktober 2018
10) Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2018
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Tn. D
2) Alamat : Jl. Rindu No. 29
3) Hubungan dengan Klien : Suami klien
4) No tlpn : 081295365478
e. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda Vital
− TD (tekanan darah) : 130/82 mmHg
− N (Nadi) : 102 x/mnt
− R (Respirasi/Pernafasan) : 22 x/mnt
− S (Suhu) : Tidak terkaji
2). Pemeriksaan Antropometri
− BB (berat badan) : 48,1 kg
− TB (tinggi Badan) :- 156 cm
− BMI (Body Mask Index) : (20/kesan normal)
− LLA (Lingkar Lengan Atas): Tidak terkaji
3). Pengkajian Persistem
a. System Pernafasan
Respirasi Rate 22 x/mnt, Hal lainnya yang perlu dikaji (Ada cuping
hidung, kebersihan hidung, bibir sianosis, kesimetrisan dada dan
punggung saat nafas, terpasang alat bantu nafas, perkusi paru, ada nyeri
tekan di dada, masa, tekstur, ada krepitasi, suara nafas normal-tidak
normal, nafas ireguler/tidak.)
b. System kardiovaskuler
Tekanan Darah 130/82 mmHg, Nadi 102 x/mnt, Hal lainnya yang perlu
dikaji (perkusi jantung, palpasi dada, suara jantung normal/tidak normal,
konjungtiva anemis/tidak)
c. System pencernaan
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
kesimetrisan abdomen, warna abdomen, luka di abdomen, tekstur,
kebersihan lidah, sariawan, gigi dan mulut. Mulut kering/tidak, dengar
16
f. Sistem Endokrin
Tidak terkaji
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Terdapat petechie yang tersebar di area pergelangan tangan sampai
pangkal lengan, dan ecchymoses pada lengan kanan bawah.
2) Ekstremitas bawah
Terdapat ecchymoses pada betis sebelah kanan.
f. Riwayat ADL (Activity Daily Living)
No Aktivitas Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi
Jenis
Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Minum
Fr ekuensi
Jenis
Keluhan
2 Eliminasi
a. BAB
18
Frekuensi
W arna Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Keluhan
3 Mobilisasi Tidak terkaji Tidak terkaji
4 Istitahat tidur
a. Tidur siang Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Tidur malam
c. Keluhan
5 Personal hygiene
a. Mandi
b. Keramas
Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gunting kuku
d. Gosok gigi
g. Data Psikologis
1). Status Emosi
Klien menangis dan mengatakan takut dengan hasil pemeriksaan
dan tidak tahu apa yang akan dilakukan jika dirinya terdiagnosa
kanker.
2). Konsep Diri
a). Gambaran Diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien tampak
sabar/tidak dalam menerima sakit yang di derita)
b). Harga Diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
malu/tidak sehubungan dengan kondisi fisiknya saat
berhubungan dengan orang lain.)
19
c). Peran diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
perannya sebagai Ibu rumah tangga terganggu/tidak karena
keadaannya sekarang)
d). Identitas diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien
menyadari bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan
sebagai seorang Ibu rumah tangga. Klien pun dapat
membedakan dirinya dengan orang lain)
e). Ideal diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien berharap agar
dirinya cepat sembuh dan segera pulang)
3). Gaya Komunikasi : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien mampu
berkomunikasi dan bicara lembut, terbuka dan mau menerima saran
dari orang lain)
h. Data Sosial
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Berisi hubungan klien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan
perawat.
i. Data Spritual
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Hubungan klien dengan Allah SWT, melaksanakan sholat saat sehat-sakit,
sakit menurut agama klien seperti apa.
j. Data Penunjang
1). Pemeriksaan Labolatorium
Tanggal Pemeriksaan :
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Interpretasi
Hb Tidak terkaji 13,4 – 17,6 gr/dl Kurang dari normal
Tidak terkaji
Eritrosit Perempuan (4.0-5.5 juta Kurang dari normal
sel/mm3)
Leukosit Tidak terkaji 4000-10000 mm3 Lebih d ari normal
2) Pemeriksaan Lain
Bone Marrow
k. Terapi : Tidak terkaji
1. Terapi Gizi : Tidak terkaji
2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik : Tidak terkaji
l. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Sel mesenkim
Sterm cell, sel retikular
Klien mengeluh lelah
Klien mengeluh memar di
seluruh tubuh Sel blast (mieloblast)
Klien mengeluh jumlah
darah menstruasi banyak Poliferasi sel darah putih
Klien mengeluh immatur atau leukosit
abnormal
berkeringat di malam hari
DO:
Peningkatan jumlah leukosit
Pasien tampak pucat imatur/abnormal
TTV :
TD : 130/82 mmHg
Masuk sumsum tulang
N : 102 x/mnt
belakang
R : 22 x/mnt
Terdapat petechie di area
Hematopoesis terganggu
pergelangan tangan
sampai pangkal lengan
Gagal atau terganggunya
produksi sel
22
Retraksi bekuan
Resiko perdarahan
Petechie, ulserasi
Diagnosa
NO Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan jenis dan banyaknya 1. mengidentifikasi pencetus
keperawatan selama 3 x 24 jam aktivitas yang dibutuhkan untuk kelelahan
intoleransi aktivitas dapat berkurang. menjaga ketahanan 2. aktivitas terlalu berat dan tidak
Dengan kriteria hasil: 2. Bantu pasien identifikasi pilihan sesuai dengan kondisi klien dapat
memperburuk toleransi terhadap
1. Hemoglobin normal aktivitas-aktivitas yang akan
latihan
2. Hematokrit normal dilakukan
3. memudahkan klien untuk
3. Kelelahan hilang 3. Tingkatkan tirah baring/
mengenali kelelahan dan waktu
4. Aktivitas Fisik normal pembatasan kegiatan untuk istirahat
5. Tanda-tanda vital normal: (meningkatkan jumlah waktu
4. memudahkan klien untuk
TD: 120/80 mmHg istirahat pasien) dengan mengenali kelelahan
N: 6-100 x/mnt cakupannya yaitu pada waktu
5. mencegah penggunan energi
R: 16-20 x/mnt istirahat yang dipilih yang berlebihan karena dapat
4. Anjurkan klien untuk membatasi menimbulkan kelelahan
aktivitas yang cukup berat seperti
25
2 Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dengan ketat risiko 1. dengan dipantau, dapat
keperawatan selama 3 x 24 jam Risiko terjadinya perdarahan pada pasien diketahui tingkat kebocoran
perdarahan hilang. Dengan kriteria 2. Catat nilai hemoglobin dan pembuluh darah dan kemungkinan
hasil: hematokrit sebelum dan setelah perdarahan yang di alami pasien
1. Tidak ada memar pasien kehilangan darah sesuai
2. Untuk mengetahui kadar
2. Hemoglobin normal indikasi
hemoglobin/hematokrit pasien
3. Hitung platelet normal 3. Monitor terhadap adanya tanda-
3. Untuk mengetahui tingkat
4. Hematokrit normal tanda respon sindroma inflamasi
keparahan perdarahan pada klien
5. Tidak ada petekia sistemik (takikardi, leukositosis)
sehingga dapat menentukan
4. Catat adanya memar, petechie, dan intervensi selanjutnya
kondisi membran mukosa 4. Untuk mengetahui adanya
infeksi
26
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kerentanan terhadap 1. mengawasi kerentanan terhadap
kulit keperawatan selama 3 x 24 jam tidak infeksi penyebaran infeksi
ada kerusakan integritas kulit. Dengan 2. Monitor kulit dan selaput lendir
2. memantau adanya imfeksi
kriteria hasil: terhadap area perubahan warna,
1. Tidak ada peningkatan jumlah Sel memar, dan pecah 3. memantau adanya imfeksi
darah putih 3. Monitor adanya tanda dan gejala
4. Dengan memonitoring area
2. Depresi jumlah sel darah putih infeksi sistemik dan lokal
kulit yang infeksi untuk
3. Tidak ada lesi mukosa membran 4. Monitor kulit yang memerah
mengurangi resiko terjadinya luka
4. Tanda-tanda vital normal: dan terjadi kerusakan
TD: 120/80 mmHg 5. Monitor TD, N, R, S 5. Untuk memantau keadaan
N: 6-100 x/mnt umum klien.
R: 16-20 x/mnt
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah,
organ pembentuk darah dan penyakitnya. Darah manusia adalah cairan jaringan
tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel di
seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yg bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Terdiri dari sumsum tulang, eritrosit, leukosit, trombosit, pembekuan darah,
plasma darah. Akut mielogenus leukemia (AML) adalah penyakit yang ditandai
dengan proliferasi leukosit yang tidak teratur sehingga timbul disfungsi sumsum
tulang, menyebabkan turunnya jumlah neutrofil, eritrosit dan trombosit.
Etiologinya seperti faktor genetik, virus, dan paparan radiasi.
27
DAFTAR PUSTAKA