Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Activities Of Daily Living (ADL) atau aktivitas sehari-hari adalah sekumpulan kegiatan yang
dilakukan oleh Lansia untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Aktivitas tersebut meliputi
mandi, berpakaian, berpindah dari tempat tidur atau kursi, berjalan, menggunakan toilet, dan
makan (Lueckenotte, 2000). Seiring terjadinya proses penuaan maka akan terjadi perubahan
ataupun kemunduran dalam ADL lansia. Oleh karena itu, perawat harus memiliki kemampuan
dalam mengkaji kemampuan ADL lansia.

Keenam kegiatan ini didefinisikan sebagai berikut: Pergerakan di tempat tidur berarti duduk di,
naik dari, dan bergerak di tempat tidur; Transfer berarti bergerak dari satu kursi ke kursi lainnya,
mengubah posisi dari duduk untuk berdiri, dan mentransfer ke dan dari toilet dan tempat tidur;
Pergerakan berarti berjalan di tingkat, di lereng yang landai dan menuruni tangga; Berganti baju
berarti memakai kaus kaki, stoking, dan sepatu, serta pakaian atasan dan bawahan ; Personal
Hygiene berarti perawatan pribadi, mencuci muka, ekstremitas dan perineum; Makan berarti
makan dan minum, tapi bukan persiapan makanan (Gallo, J.J., & Paveza, G.J, 2006).

Selain ADL ada indikator lain yang dapat digunakan untuk mengetahui fungsi individu dalam
aktivitas sehar-hari, yaitu Aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari (IADLs). IADLs agak
lebih rumit namun tetap mencerminkan kemampuan seseorang untuk hidup mandiri dan
berkembang. Indikator IADL, sebagai berikut: Membina Persahabatan dan dukungan mental. Ini
adalah IADL yang fundamental dan sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Ini
merefleksikan bantuan yang mungkin diperlukan untuk menjaga lansia tetap dalam kerangka
berpikir positif, Transportasi dan belanja. Berapa banyak lansia bisa berkeliling atau membeli
dari toko kelontong dan kebutuhan farmasi mereka tanpa bantuan, Menyiapkan makanan
Merencanakan dan menyiapkan berbagai aspek makanan, termasuk berbelanja dan menyimpan
bahan makanan,Mengelola rumah tangga Membersihkan, merapikan, mengeluarkan sampah dan
kekacauan, dan mencuci pakaian dan melipat pakaian, Mengelola pengobatan Berapa banyak
bantuan yang mungkin diperlukan dalam mendapatkan resep yang ada, menjaga obat-obatan
sampai saat ini dan minum obat tepat waktu dan dengan dosis yang tepat, Berkomunikasi dengan
orang lain Menggunkan telepon rumah dan surat kabar dan umumnya membuat rumah ramah
bagi pengunjung, Mengelola keuangan Berapa banyak bantuan yang mungkin dibutuhkan lansia
dalam mengelola saldo bank dan buku cek dan membayar tagihan tepat waktu

(Kernisan, 2017)

Pengkajian ADL dan IADLs dapat dilakukan oleh perawat dengan menggunakan beberapa
instrumen pengukuran, yaitu Indeks KATZ, Indeks Barthel, Lawton IADL dan lain sebagainya.

2. Rumusan masalah
1) Apa itu definisi dari lansia ?
2) Apa saja Batasan – batasan Lanjut Usia?
3) Bagaimana terjadinyaproses penuaan ?
4) Sebut dan jelaskan Teori – Teori pasa penuaan ?
5) Bagaimana Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia?
6) Jelaskan kemandirian pada lanjut usia!
7) Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Aktivitas Sehari – hari pada
lanjut usia?
8) Bagaimana perawatan diri ADL pada Lanjut Usia ?
3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bantuan perawatan pada Activity Daily Living (ADL) pada
Lanjut Usia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Lansia

1. Definisi Lansia

Lanjut Usia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial
karena usianya. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap seluruh kehidupannya termasuk
kesehatannya. Lanjut usia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang usianya diatas 60 tahun
atau lebih, yang mengalami penurunan kemampuan fisik dan psikologis. Oleh karena itu
kesehatan lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dan tetap terpelihara serta
ditingkatkan kemampuaannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Depkes, 2001).

2. Batasan – batasan Lanjut Usia

Terdapat beberapa batasan lanjut usia yaitu :

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun.

c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

Menurut Depkes (2001) batasan lanjut usia yaitu :

a. Masa lansia awal 45-55 tahun.

b. Masa lansia akhir 56-65 tahun.

c. Masa manula 70 tahun keatas.


Menurut Maryam (2008) batasan lanjut usia bedasarkan usia kronologisnya dapat dilihat sebagai
berikut :

a. Young Old (60 – 69 tahun)

Merupakan masa transisi utama dari masa dewasa akhir ke masa tua. Biasanya ditandai dengan
penurunan pendapatan dan keadaan fisik yang

menurun. Sehubungan dengan berkurangnya peran, lansia sering merasa kurang memperoleh
penghargaan dari lingkungan.

b. Middle Age Old (70 – 79 tahun)

Identik dengan periode kehilangan, karena banyak pasangan hidup dan teman yang meninggal.
Selain itu ditandai dengan kesehatan yang semakin menurun, muncul rasa gelisah dan mudah
marah.

c. Old (80 – 89 tahun)

Pada masa ini lanjut usia telah banyak mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Selain itu ketergantungannya terhadap orang lain dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari semakin besar.

d. Very Old (lebih dari 90 tahun)

Pada masa ini lebih parah dari masa sebelumnya dimana individu benar-benar tergantung pada
orang lain dan kesehatan yang semakin memburuk.

3. Proses Penuaan

Menurut Constantindes (1994) dalam Darmojo (2004), proses menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar
tubuh. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mati sedikit demi sedikit.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Proses
menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami oleh semua makluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
proses berkurangnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Sehingga para lansia bisa
terkena berbagai macam penyakit.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh
“mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2000). Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia
berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Hal ini juga sangat
individu, namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20 dan 30
tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya
umur (Nugroho, 2000).

4. Teori – Teori Menua

a. Teori Biologis

Teori biologis mencakup teori genetic clock, teori mutasi somatik, Teori penurunan sistem imun
tubuh, teori radikal bebas, teori metabolisme dan teori rantai silang.
1) Teori genetic clock.

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis
yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini yang menyatakan bahwa menua
itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu sehingga bila jam ini berhenti berputar
maka spesies tersebut akan mati.

2) Teori mutasi somatik.

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan
yang buruk. Terjadi keasalahan alam transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi
RNA protein/ enzim. Kesalahan ini terjadi secara kontinyu sehingga mengakibatkan penurunan
fungsi organ.

3) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory).

Menyatakan bahwa mutasi yang berulang akan menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition)jika mutasi yang merusak didalam sel
maka akan menyebabkan sistem imun tidak mengenali sehingga merusaknya. hal ini mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lansia.

4) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory).

Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses
metabolisme atau proses pernanfasan dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom
yang tidak stabil, karena memiliki elektron dan tidak berpasangan yang menyebabkan banyak
kerusakan didalam tubuh. Radikal bebas dianggap berperan penting terjadinya kerusakan sel.
Radikal bebas tersebut seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,
radiasi dan sinar ultraviolet (Nugroho 2008).

5) Teori menua akibat metabolisme.


Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan pada hewan terbukti bahwa pengurangan asupan
kalori dapat menghambat pertumbuhan dan memperpanjang usia, sedangkan perubahan asupan
kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek usia.

6) Teori rantai silang (cross link theory).

Dalam teori ini dijelaskan bahwa proses menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan
asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi sehingga merubah fungsi
jaringan dan mengakibatkan perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua.

b. Teori Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia dapat dihubungkan dengan keakuratan mental
dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian seorang individu yang terjadi atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang
lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status
sosialnya. Adanya penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,
memori, dan belajar membuat mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.

Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan
kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan
muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan belajar yang menurun
dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada
lansia juga berperan. Motivasi yang semakin menurun akan membuat lansia menjadi malas untuk
meningkatkan kemampuan untuk belajar dan mengingat memori atau daya ingat.

c. Teori Sosial
Terdapat beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi
sosial (social exchange theory), teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori
perkembangan, dan teori stratifikasi usia.

d. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu
dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Perkembangan spiritual pada
lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

5. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Potter dan Perry (2005) ada beberapa perubahan yang dialami oleh lansia:

a. Perubahan Fisiologis, perubahan ini bukan proses patologis. Perubahan ini terjadi pada
semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam kehidupan.

1) Sistem Integumen

Kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya pada lansia. Lapisan epitel menipis dan
serat kolagen elastik menyusut dan menjadi kaku.

2) Kepala dan Leher

Raut wajah lansia menjadi lebih nyata karena hilangnya lemak dan elstisitas kulit. Raut
wajah tampak asimetris karena hilangnya atau pemasangan gigi palsu yang tidak benar. Selain
itu, perubahan pada nada suara (biasanya keras) terjadi karena adanya penurunan kekuatan dan
tingkat nada.

Ketajaman penglihatan lansia menurun. Hal ini diakibatkan kerusakan retina, penurunan
diameter pupil, penurunan opasitas lensa, atau hilangnya elastisitas lensa.

Perubahan pendengaran sangat terlihat dan dapat dinyatakan sebagai kesulitan dalam
pendengaran. Perubahan terkait usia pada ketajaman pendengaran disebut presbikusis, hal ini
mempengaruhi kemampuan untuk mendengar bunyi bernada tinggi dan konsonan berdesis
seperti s, sh, dan ch.

3) Toraks dan Paru

Karena adanya perubahan pada sistem musculoskeletal, konfigurasi toraks kadang-kadang


berubah. Terdapat peningkatan diameter anteroposterior. Kifosis merupakan perubahan tajam
dan progresif dan struktural vertebra yang permanen bila disertai osteoporosis. Kalsifikasi
kartilago kosta dapat menyebabkan penurunan mobilitas kosta. Penurunan massa dan tonus otot
menyebabkan penurunan ekspansi paru.

4) Sistem jantung dan vaskuler

Penurunan kekuatan kontraktil miokardium menyebabkan penuruan curah jantung.


Penuruann ini signifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas, kegembiraan, penyakit
atau aktivitas

yang berat. Tubuh berusaha untuk mengompensasi penurunan curah jantung dengan
meningkatkan denyut jantung selama latihan.

5) Payudara

Penurunan massa, tonus dan elastisitas otot menyebabkan payudara lebih kecil pada wanita
lansia. Selain itu, payudara mengendur. Atrofi jaringan glandularis, disertai lebih banyaknya
deposit lemak, mengakibatkan payudara sedikit lebih kecil, kepadatannya berkurang, dan
nodular berkurang.

6) Sistem Gastrointestinal dan Abdomen

Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen.
Akibatnya, terjadi peningkatan ukuran abdomen, karena tonus dan elastisitas otot menurun. Hal
ini juga menyebabkan abdomen lebih membuncit.
Lansia juga mengalami perubahan pada fungsi gastrointestinal. Beberapa mungkin
merupakan perubahan ringan, seperti munculnya intoleransi pada makanan tertentu seacara tiba –
tiba. Karena penuruanan peristaltik, lansia mengalami pelambatan pengosongan gaster dan
mungkin tidak mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar.

7) Sistem Reproduksi

Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat perubahan
hormonal. Menopause pada wanita berkaitan penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan
mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesterone. Pada pria, tidak ada penghentian
fertilitas tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis mulai menurun selama dekade
keempat tetapi kontinu sampai dekade kesembilan, bagaimanapun, perubahan struktural dan
fungsi reproduktif tidak mempengaruhi libido.

8) Sistem Perkemihan

Hipertrofi kelenjar prostat dapat terjadi pada pria lansia. Hipertrofi ini memperbesar kelenjar,
dan tekanannya terletak pada leher kandung

kemih. Akibatnya, infeksi traktus urinarius, sering berkemih, inkontinensia, dapat terjadi retensi
urin, selain itu, hipertrofi prostat dapat mengakibatkan kesulitan memulai dan mempertahankan
aliran urine.

Wanita lansia, terutama wanita yang memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress,
yaitu terjadi pelepasan urine involunter saat batuk, bersin, atau mengangkat suatu benda. Hal ini
adalah akibat melemahnya otot perineal dan kandung kemih.

9) Sistem Muskuloskeletal

Dewasa lansia yang berolahraga secara teratur tidak kehilangan massa atau tonus otot dan
tulang sebanyak dewasa lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan
otot berkurang sebanding penurunan massa otot. Wanita pasca menopause memiliki laju
demineralisasi tulang yang lebih besar daripada pria lansia.
10) Sistem neurologis

Jumlah neuron pada sistem nerveus mulai berkurang pada pertengahan dekade kedua.
Neuron ini tidak bergenarasi, dan penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan
fungsi.

b. Perubahan Kognitif

1) Demensia

Demensia adalah kerusakan umum fungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial dan
okupasi.Sindrom ini dicirikan oleh adanya disfungsi serebral ireversibel dan progresif. Demensia
senilis tipe Alzheimer (Senile Dementia of The Azheimer Type/ SDAT), atau penyakit
Alzheimer, prototip demensia, yang di cirikan oleh adanya atrofi otak dan timbulnya plak senile
dan lilitan neurofibril dalam hemisfer serebral. Penyebab penyakit ini tidak diketahui, dan
meskipun beberapa teori sedang diteliti, tidak ada di antaranya yang definitife.

2) Delirium

Delirium atau tingkat konfusi akut adalah sindrom otak menyerupai demensia ireversibel,
tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya tingkat

kesadaran tidak jelas tahu, lebih tepatnya, perubahan perhatian dan kesadaran. Ciri lain meliputi
kurang perhatian, ilusi, halusinasi, kadang- kadang bicara inkoheren, ganguan siklus tidur-
bangun dan disorientasi.

3) Penyalahgunaan Zat dan Kerusakan Kognitif

Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan dalam waktu yang lama dapat mempengaruhi
fungsi kognitif. Setelah 15 sampai 20 tahun penyalahgunaan alcohol, toleransi terhadap mabuk
menurun. Penyalahgunaan yang lama sejumlah besar alcohol menyebakan kerusakan serebral,
sereblum, sensori dan system saraf perifer.

c. Perubahan Psikososial
1) Pensiun

Usia wajib pensiun bervariasi, contohnya, pegawai negeri sipil, mungkin pada usia 65 tahun,
sedangkan pegawai federal tidak dipensiunkan sampai usia 70 tahun. Pada industri swasta hak
pensiun biasanya antara usia 62 dan 70 tahun. Juga mungkin pensiun pada usia 55 tahun.

Pensiun juga mempunyai dampak pada pasangan, contohnya, ketegangan dapat terjadi karena
adanya perubahan peran dan dukungan serta karena ibu rumah tangga mungkin merasa beban
perkerjaan bertambah.

2) Isolasi sosial

Banyak lansia yang mengalami isolasi sosial, yang meningkat sesuai dengan usia. Tipe
isolasi sosial yaitu sikap, penampilan, perilaku dan geografi. Beberapa lansia mungkin
dipengaruhi keempat tipe tersebut, lansia yang lain hanya dipengaruhi oleh satu tipe.

3) Seksualitas

Seksualitas makin diakui sebagai hal yang penting dalam perawatan lansia. Semua lansia,
baik sehat maupun lemah, perlu mengekspresikan perasaan seksual. Seksualitas meliputi cinta,
kehangatan, saling membagi dan sentuhan, bukan hanya melakukan hubungan seksual.

4) Tempat Tinggal dan Lingkungan

Perubahan pada peran sosial, tanggung jawab keluarga, dan status kesehatan mempengaruhi
rencana kehidupan klien lansia. Sebagian memilih hidup dengan anggota keluarga, yang lain
lebih memilih di rumah atau apartemen sendiri yang dekat dengan keluarganya.

Rumah tinggal dan lingkungan merupakan hal yang penting karena mempunyai dampak yang
utama pada kesehatan lansia. Lingkungan dapat mendukung atau menggangu fungsi fisik dan
sosial, mempertinggi atau membuang energi, dan melengkapi atau memperberat perubahan fisik
yang ada seperti penglihatan dan pendengaran.

5) Kematian
Kelahiran dan kematian adalah universal, tetapi juga merupakan kejadian yang unik dalam
hidup. Kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah kematian seorang lansia adalah berkah dan
kulminasi seluruh kehidupan, banyak lansia menjelang ajal masih memiliki tujuan, dan mereka
secara emosi tidak siap untuk mati. Keluarga dan teman seringkali tidak dapat mencari koping
terhadap kematian dan kehilangan orang yang dicintai.

B. Kemandirian

1. Definisi Kemandirian

Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan, atau tugas sehari-
hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan dan sesuai dengan tahapan perkembangan dan
kapasitasnya (Budi, 2008). Sedangkan menurut Mu’tadin (2002) kemandirian merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk tidak tergantung kepada orang lain, serta bertanggung jawab atas
apa yang dilakukannya.

2. Kemandirian pada Lanjut Usia

Kemandirian lanjut usia adalah perilaku yang dilihat dari perlakuan lanjut usia terhadap diri
sendiri dan lingkungan yang berkaitan dengan pemenuhan hajat hidupnya sehari-hari yaitu
kemampuan melakukan aktivitas kesehatan, aktivitas ekonomi, dan aktivitas sosial (Suharti,
2002).

Kemandirian tidak lepas dalam perkembanganya sebagai manusia yang mengalami proses
penyesuaian diri, yaitu bahwa setiap individu sejak lahir berkembang menjadi dewasa selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan dirinya. Adapun proses
penyesuaian diri tersebut sangat tergantung pada motivasi dalam tindakanya, sikap menghadapi
keadaan serta adanya pola dasar peyesuaian diri pada tiap manusia seperti saat terdesak biasanya
akan mampu melakukan suatu kemandirian (Yani, 2007).
Kemandirian pada lansia dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti, gangguan sensori yaitu
gangguan pada penglihatan dan pendengaran, serta adanya penurunan pada kemampuan
fungsional, serta penurunan pada fungsi kognitif lansia. Penurunan pada fungsi kognitif lansia
dapat mempengaruhi kemandirian lansia, terutama pada kemandirian dalam aktivitas dasar
sehari- hari.

3. Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia dalam ADS

Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam arti luas masih mampu
untuk menjalankan kehidupan pribadinya (Partini, 2005). Kemadirian pada lansia meliputi
kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, seperti : mandi, berpakaian rapi, pergi
ke toilet, berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri
(Ranah, 2006).

C. Aktivitas Dasar Sehari- hari

1. Definisi Aktivitas Dasar Sehari- hari

Aktivitas Dasar Sehari-hari adalah suatu kelompok kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam
mengurus dirinya sendiri. Aktivitas atau kegiatan spesifik harus dilaksanakan dalam proses
kehidupan (Darmojo,

2004). Aktivitas Dasar Sehari-hari secara fisik yaitu tindakan sehari-hari terhadap diri sendiri
seperti makan, minum, berpakaian, mandi, buang air besar atau kecil, bangun tidur, berjalan dan
berlari. Menurut Leukenotte (2006) Aktivitas Dasar Sehari-hari merupakan semua kegiatan yang
dilakukan oleh lanjut usia setiap hari, aktivitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan,
atau melakukan mobilisasi.

Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduran kemampuan dalam
beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga
terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan
berbagai aktivitas sehari-hari tersebut. Aktifitas dasar sehari-hari bagi lanjut usia sebenarnya
meliputi tugas-tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan kebersihan diri,
nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Aktivitas Sehari – hari

Lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari dipengaruhi oleh beberapa faktor – faktor
yang diambil dari beberapa sumber diantaranya :

a. Usia

Menurut WHO batasan lansia terbagi dalam empat kelompok berdasarkan usia
kronologis/biologis yaitu pertengahan umur usia lanjut (middle age) yaitu antara 45 – 59 tahun,
lanjut usia (elderly) yaitu antara 64 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Mencari nafkah sendiri untuk keperluannya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Azizah, 2011).

b. Imobilitas

Menurut Luekenotte (2006) penyebab imobilitas pada lansia yaitu:

1) Gangguan sendi tulang

2) Penyakit rematik seperti pengapuran atau patah tulang tertentu akan menghambat pergerakan

3) Penyakit saraf

4) Adanya stroke, penyakit Parkinson dan gangguan saraf

5) Penyakit jantung atau pernapasan

6) Gangguan penglihatan

7) Masa penyembuhan
Tanda dan gejala dari gangguan tersebut dapat berupa: penurunan intoleransi aktifitas,
penurunan kapasitas kebugaran, penurunan masa otot tubuh, penurunan kekuatan otot,
penurunan kemandirian, dan atropi muskular (Leuckenotte, 2006).

c. Mudah Terjatuh

Jatuh pada usia lanjut merupakan masalah yang sering terjadi penyebab multi-faktor. Banyak
yang berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misalnya,
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau
pusing. Faktor ekstrinsik misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan
yang kurang karena cahaya yang kurang terang, dan sebagainya. Akibatnya aktifitas hidupnya
akanterpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi ketegapan dan kesigapan
seseorang (Nugroho, 2008).

Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia (yang berusia 65 tahun) ke atas mengalami jatuh
setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Perempuan lebih sering
jatuh dibandingkan dengan lanjut usia laki – laki (Nugroho, 2008).

Stabilitas tubuh ditentukan atau dibentuk oleh beberapa faktor (Nugroho, 2008) yaitu:

1) Sistem sensori.

Pada sistem ini, yang berperan adalah penglihatan dan pendengaran. Semua gangguan atau
perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Begitu pula, semua penyakit
telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.

2) Sistem saraf pusat (SSP).

Penyakit SSP seperti stroke dan Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh
lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input
sensori.

3) Kognitif.
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh.

4) Muskuloskeletal.

Faktor ini berperan besar pada terjadinya jatuh lanjut usia (faktor murni). Gangguan
muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan hal ini berhubungan dengan proses
menua yang fisiologis, misalnya:

a) Kekuatan jaringan penyambung

b) Berkurangnya massa otot

c) Perlambatan konduksi saraf

d) Penurunan visus/lapang pandang

Proses menua yang fisiologis tersebut diatas dapat menyebabkan penurunan range of
motion (ROM) sendi, penurunan kekuatan otot, terutama ekstremitas, perpanjangan waktu
reaksi, goyangan badan.

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambaan bergerak, langkah yang pendek, penurunan
irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat, dan cenderung gampang goyah, susah/terlambat
mengantisipasi bila terjadi gangguan, seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba – tiba sehingga
mudah jatuh (Nugroho, 2008).

Secara singkat faktor risiko jatuh pada lanjut usia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Nugroho, 2008), yaitu:

1) Faktor intrinsik

a) Kondisi fisik dan neuropsikiatrik

b) Penurunan visus dan pendengaran

c) Perubahan neuromuscular, gaya berjalan, dan reflex postural akibat proses menua

2) Faktor ekstrinsik

a) Obat yang diminum


b) Alat bantu berjalan

c) Lingkungan yang tidak mendukung) berbahaya.

3. Macam-macam Aktivitas Dasar Sehari – hari

Menurut Depkes (2000) Aktivitas Dasar Sehari-hari pada lansia berupa :

a. Perawatan diri

1) Kebersihan mulut dan gigi

Untuk yang masih mepunyai gigi, bila ada karang gigi, gigi berlubang sebaiknya segera
diperiksakan ke poliklinik gigi. Menyikat gigi secara teratur sekurang-kurangnya dua kali sehari,
pagi dan malam sebelum tidur termasuk gigi dan lidah. Bagi yang menggunakan gigi palsu maka
gigi tersebut dibersihkan dengan sikat gigi perlahan-perlahan di bawah air mengalir. Bila perlu
dapat menggunakan pasta gigi. Pada waktu tidur, gigi palsu dilepas dan direndam dalam air
bersih. Pada kelompok yang tidak mempunyai gigi sama sekali setiap habis makan seharusnya
langsung berkumur-kumur dan harus menyikat bagian gusi dan lidahnya secara teratur untuk
membersihkan makanan yang melekat.

2) Kebersihan kepala, rambut, dan kuku

Cuci rambut secara teratur paling sedikit dua kali seminggu untuk menghilangkan debu-debu dan
kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala. Potong kuku secara teratur dua minggu sekali.

3) Kebersihan badan dan pakaian

Mandi atau membersihkan badan dan mengganti pakaian sehari-hari dua kali untuk
membersihkan kesegaran dan kenyamanan. Mandi dapat menggunakan air hangat.

4) Kebersihan mata

Dibersihkan apabila ada kotoran dengan menggunakan kapas basah dan bersih.

5) Kebersihan Hidung
Cara yang baik adalah menghembuskan udara keluar hidung dengan pelan-pelan. Jangan
masukan air dan benda-benda kecil ke lubang hidung.

6) Kebersihan telinga

Tidak mengorek dengan benda tajam ke bagian dalam telinga apabila gatal gunakan lidi kapas
untuk membersihkannya.

7) Kebersihan alat kelamin

Siram daerah sekitar kemaluan dan alat kelamin dengan larutan air sabun kemudian bilas dengan
air biasa. Bila kurang bersih gosok dengan tekanan yang cukup. Untuk wanita dilakukan mulai
dari daerah kemaluan hingga ke pantat, sedangkan untuk pria dari ujung kemaluan terus ke
bawah.

b. Kebutuhan nutrisi

Pemberian makanan maupun penyajian perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Makanan yang disajikan harus cukup memenuhi kebutuhan gizi.

2) Sajikan makanan pada waktunya secara teratur serta dalam porsi kecil tetapi sering.

3) Jangan memberikan rasa bosan dalam melayani mereka tetapi menunjukkan wajah yang
cerah dan gembira.

4) Memberikan makanan bertahap dan bervariasi terutama bila nafsu makan berkurang.

5) Perhatikan makanan agar sesuai dengan selera.

6) Usia lanjut yang menderita sakit, perlu diperhatikan makannya dan sesuai petunjuk dokter
atau ahli gizi.

7) Berikan makanan lunak untuk menghindari obstipasi dan memudahkan mengunyah.

c. Pencegahan potensi kecelakaan

1) Anjurkan usia lanjut menggunakan alat bantu misalnya tongkat, bila diperlukan.
2) Menggunakan kaca mata bila berjalan atau melakukan sesuatu.

3) Melatih lanjut usia pindah dari tempat tidur ke kursi.

4) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.

5) Jika lanjut usia mengalami masalah fisik misalnya reumatik, persyarafan letih untuk berjalan
dan menggunakan alat bantu untuk berjalan.

6) Bantu lanjut usia ke kamar mandi, terutama lanjut usia yang menggunakan obat penenang
atau diuretika.

7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

d. Pemenuhan kebutuhan istirahat

1) Menyediakan waktu, tempat tidur yang nyaman.

2) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi.

3) Melatih usia lanjut untuk melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah,
dan melenturkan otot-otot, misalnya jalan santai, dan sebagainya.

4) Memberikan minum hangat, misalnya susu hangat sebelum tidur.

5) Tidur hanya cukup 8 jam per/hari.

e. Pencegahan menarik diri dari lingkungan

1) Usia lanjut harus menyempatkan diri mengekspresikan perasaannya.

2) Usia lanjut harus selalu mengembangkan silaturahmi dengan temannya.

3) Menghargai pendapat usia lanjut.

4) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan usia lanjut.


4. Tingkat kemandirian aktifitas sehari-hari pada lanjut usia

Menurut Leukenotte (2006) tingkatan kemandirian aktifitas sehari-hari pada lansia yaitu:

a. Tingkatan 1 : Mandiri, berarti tanpa pengawasan , pengarahan, atau bantuan pribadi secara
aktif kecuali jika disebutkan secara spesifik sebelumnya. Seseorang yang menolak untuk
melaksanakan suatu fungsi dicatat sebagai tidak melakukan fungsi tersebut walaupun dianggap
mampu.

b. Tingkatan 0 : Memerlukan bantuan ketergantungan terhadap lebih dari satu bagian


tubuhnya.

5. Pengkajian Aktivitas Dasar Sehari – hari pada lansia

Menurut Saryono (2010) pengkajian kemandirian Aktivitas Dasar Sehari-hari pada lansia
dinilai menggunakan Katz Index, Barthel Index, dan Instrumental Activities of Daily Living
(IADL’s). Pengkajian Barthel Index menggunakan 10 item pertanyaan dengan skor maksimal
yaitu 20. Barthel Index teediri dari 10 aspek pengkajian aktivitas yaitu status BAB & BAK,
merawat diri, penggunaan toilet, makan, berpindah, mobilisasi, berpakaian, naik turun tangga
dan mandi (Saryono, 2010).

Sedangkan Instrumental Activities of Daily Living (IADL’s) juga merupakan salah satu
instrumen pengukuran aktivitas dasar sehari – hari pada lansia. Menurut Lawton
(1969) Instrumental Activities of Daily Living (IADL’s) terdiri dari 8 aspek pengkajian aktivitas
yaitu : aktivitas penggunaan telepon, berjalan, belanja sayuran atau makanan, persiapan sebelum
makan, melakukan pekerjaan rumah, mencuci pakaian, tanggung jawab dalam pengobatan,
mengatur keuangan.

Menurut Leukenotte (2006) pengkajian Katz Index merupakan pengkajian yang umum dan luas
digunakan sebagai pengkuran Aktivitas dasar sehari-hari. Katz Indexini terdiri dari 6 poin
pertanyaan. Kuesioner ini menggunakan index kemandiriankatz untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal
yaitu mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinen, makan (Katz, 1963 dalam
Leuckenotte, 2006).

Penilaian dalam melakukan pengkajian Katz Index yaitu dapat dilihat melalui Katz, 1963 dalam
Leuckenotte, 2006) :

a. Mandi

1. Mandiri yaitu bantuan hanya pada satu bagian tubuh, seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu atau mandiri sendiri sepenuhnya.

0. Bergantung yaitu bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, serta tidak dapat mandiri.

b. Berpakaian

1. Mandiri yaitu mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing dan mengikat pakaian sendiri.

0. Bergantung yaitu tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.

c. Ke kamar kecil

1. Mandiri yaitu masuk dan keluar kamar mandi kemudian membersihkan genetalia sendiri.

0. Bergantung yaitu menggunakan bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan
pispot.

d. Berpindah

1. Mandiri yaitu mandiri berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri.

0. Bergantung yaitu bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan sesuatu atau perpindahan.

e. Kontinen
1. Mandiri yaitu BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri

0. Bergantung yaitu inkontensia parsial atau total, menggunakan kateter atau pispot, pembalut
atau pempers.

f. Makan

1. Mandiri yaitu mengambil makanan sendiri dan menyuapi sendiri

0. Bergantung yaitu bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, dan makan melalui parenteral atau melalui naso gastrointestinal
tube (NGT).

Interpretasi kategori Katz Indexadalah sebagai berikut :

5 – 6 : Mandiri

3 – 4 : Semi mandiri

0 – 2 : Tergantung total

Intrepretasi diatas menurut permana dkk (2009)


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Você também pode gostar