Você está na página 1de 27

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAWA TIMUR DENGAN


PRESPEKTIF POLICY GOVERNANCE
Oleh: Amirul Mustofa

ABSTRACT
The involvement of community empower companies to participate in
sustainable development through Corporate Social Responsibility (CSR)
programs in the era of governance are important, particularly those
intended for rural or marginalized communities. However, in East Java,
policies on the CSR program have not been well established, so the
cooperation between the corporate governance management with the
government's CSR program has not demonstrated synergic performance.
Such conditions have not been determined due to the lack of operational
level policy (government regulation) so that the CSR program in East Java
Provincial Government has not performed well. The purpose of this paper
is to analyze what and how governance reforms that needed to be done so
that the CSR program performs well.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Governance Reform, and
Corporate Governance.

232
A. Latar Belakang juga menuntut untuk bertanggung jawab
Program Corporate Social sosial.
1
Responsibility (CSR) dalam rangka Bagi pemerintah adanya
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan keterlibatan CSR dalam pembangunan di
(sustainable development) menduduki berbagai bidang khususnya untuk
peran penting. Pertama, program CSR masyarakat pinggiran atau
menunjukkan kepedulian dari corporate termarginalkan sangat membantu kinerja
atau perusahaan untuk ikut memikirkan pemerintah. Namun demikian program
dan mengembangkan masyarakat baik CSR di Jawa Timur belum sepenuhnya
dari sisi program social empowerment dikelola sinergis oleh perusahaan
maupun dari sisi penyisian sebagian bersama pemerintah. Pemanfaatan dana
dana profit perusahaan yang CSR dalam pelaksanaan programnya
diperuntukan pada program empowering. hanya menjadi kebijakan internal BUMN
Kedua, program CSR menunjukkan yang bersangkutan. Menurut Djaelani2
keikutsertaan perusahaan dalam menjaga Beberapa BUMN tahun 2009, yang telah
kelestarian lingkungan ketika melakukan menganggarkan dananya antara lain,
eksploitasi dan eksplorasi sumberdaya Bank Jatim melalui perbaikan rumah
alam. Program CSR merupakan kumuh di Kota Surabaya, Kabupaten
komitmen perusahaan untuk mendukung Sidoarjo dan Gresik Rp 3 miliar, Bank
terciptanya pembangunan berkelanjutan. Mandiri melalui program penggemukan
Disisi lain masyarakat mempertanyakan sapi sebanyak 100 ekor di Kabupaten
apakah perusahaan yang berorientasi Bangkalan, pelestarian lingkungan
pada usaha maksimalisasi keuntungan- senilai Rp 1,250 juta, khusus untuk
keuntungan ekonomis memiliki PKBL tahun ini rencananya
komitmen moral untuk mendistribusi mengalokasikan Rp 12 miliar.
keuntungan-keuntungannya membangun Bank BRI untuk program CSR
masyarakat lokal, karena seiring waktu Rp 5 miliar dan PKBL Rp 1 miliar dan
masyarakat tak sekedar menuntut PT Gas Negara Rp 3 miliar. Pertamina
perusahaan untuk menyediakan barang mengalokasikan Rp 175 miliar untuk
dan jasa yang diperlukan, melainkan pembinaan petani se-Jatim, Rp 4 miliar
untuk pembangunan infrastruktur
olahraga di Unibraw dan ITS Surabaya,
1
Rp 250 juta untuk beasiswa, Rp 75 juta
Corporate Social Responsibility (CSR) kini pendampingan pada balita yang
menjadi isu sentral dan semakin populer serta
ditempatkan pada posisi yang terhormat. mengalami gizi buruk dan operasi
Karena itu, kian banyak pula kalangan dunia katarak Rp 207,5 juta. Sedangkan
usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon BUMN yang belum menyebutkan
wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa alokasi dana CRS dan PKBL karena
memahami esensi dan manfaatnya. Program masih menunggu RUPS (Rapat Umum
CSR merupakan investasi bagi perusahaan
demi pertumbuhan dan keberlanjutan Pemegang Saham) antara PT Angkasa
(sustainability) perusahaan dan bukan lagi Pura I, Pelindo III, Petrokimia Gresik,
dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) PT KAI Daop VII,VIII dan IX.
melainkan sebagai sarana meraih keuntungan Manakala dana CSR dikelola
(profit centre). Kegiatan CSR penting dalam bersama pemerintah sesungguhnya dapat
upaya membangun citra dan reputasi
perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan
kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra 2
Djaelani, Chairul (Asisten II Setdaprov Jatim),
bisnis perusahaan.
materi rapat koordinasi dengan perwakilan
BUMN di Bank Jatim, Rabu (22/4/2011)

233
digunakan untuk membantu warga Peraturan lain yang menyinggung
miskin; membangun sektor terkecil, serta CSR adalah UU No.25 Tahun 2007
masyarakat menengah ke bawah. Hingga tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b)
saat ini jumlah masyarakat miskin di menyatakan bahwa "Setiap penanam
Jawa Timur mencapai 63% dari total modal berkewajiban melaksanakan
jumlah penduduk (38,03 juta jiwa) tanggung jawab sosial perusahaan."
kebanyakan dari kalangan petani. Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-
Sedangkan 15,89% lebih pada budidaya sanksi secara terperinci terhadap badan
pertaniannya. Selain itu juga dapat usaha atau usaha perseorangan yang
digunakan untuk pemberdayaan mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini
masyarakat pencari kerja yang baru mampu menjangkau investor asing
tidak/belum terserap di pasar kerja dan belum mengatur secara tegas perihal
sebesar 1.011.950 orang (4,91%), CSR bagi perusahaan nasional.
mengingat jumlah ini akan bertambah Peraturan tentang CSR yang
terus tiap tahun yang terdiri dari struktur relatif lebih terperinci adalah UU No.19
penduduk usia muda, termasuk berbagai Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini
persoalan adanya pemulangan TKI kemudian dijabarkan lebih jauh oleh
bermasalah dari luar negeri. Peraturan Menteri Negara BUMN Per-
Kebijakan pemerintah Provinsi 05/MBU/2007 yang mengatur mulai dari
Jawa Timur tentang program CSR besaran dana hingga tatacara
hingga kini belum ditetapkan. Sementara pelaksanaan CSR. Seperti diketahui,
ini ketentuan besaran Dana CSR dan CSR milik BUMN adalah Program
PKBL adalah kewajiban BUMN diatur Kemitraan dan Bina Lingkungan
dalam Undang-Undang No 40 Tahun (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan
2007, Tentang Perseroaan Terbatas, bahwa selain mencari keuntungan, peran
pasal 74 yang isinya: BUMN adalah juga memberikan
1) Perseroan yang menjalankan bimbingan bantuan secara aktif kepada
kegiatan usahanya di bidang pengusaha golongan lemah, koperasi dan
dan/atau berkaitan dengan sumber masyarakat. Selanjutnya, Permeneg
daya alam wajib melaksanakan BUMN menjelaskan bahwa sumber dana
Tanggung Jawab Sosial dan PKBL berasal dari penyisihan laba
Lingkungan, 2) Tanggung Jawab bersih perusahaan sebesar maksimal 2%
Sosial dan Lingkungan sebagaimana yang dapat digunakan untuk Program
dimaksud ayat (1) merupakan Kemitraan ataupun Bina Lingkungan.
kewajiban Perseroan yang Tidak berkembangnya program CSR
dianggarkan dan diperhitungkan secara optimal menurut hemat penulis
sebagai biaya Perseroan yang karena Peraturan perundangan tentang
pelaksanaannya dilakukan dengan CSR sebagai tindak lanjut dari pasal 74
memperhatikan kepatutan dan di atas, hingga kini belum ditetapkan,
kewajaran. 3) Perseroan yang tidak sehingga invisible-rules ini menjadi alat
melaksanakan kewajiban bagi perusahaan berlindung dibalik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kekuasaan oknum-oknum tertentu untuk
dikenai sanksi sesuai dengan menghindar dari tuntutan masyarakat.
ketentuan peraturan perundang- Pada tiga dekade terakhir,
undangan.4) Ketentuan lebih lanjut ekonomi Indonesia dibangun atas dasar
mengenai Tanggung Jawab Sosial teori pertumbuhan yang memberikan
dan Lingkungan diatur dengan peluang tak terbatas pada perusahaan-
Peraturan Pemerintah. perusahaan besar untuk melakukan
eksploitasi sumber-sumber kekayaan

234
alam dan mampu memberikan kontribusi berkelanjutan bagi masyarakat yang
terhadap pertumbuhan ekonomi, baik termarginalkan.
nasional maupun regional, tetapi di sisi
lain ekploitasi sumber-sumber daya alam B. Review Kajian CSR dan
oleh sektor industri seringkali Sustainable Development
menyebabkan terjadinya degradasi Hadirnya program CSR di
lingkungan yang parah. Di sisi masyarakat merupakan tanggung jawab
masyarakat, ekonomi justru berjalan moral suatu perusahaan terhadap para
sangat lambat atau bahkan mandeg. strategic-stakeholders-nya, terutama
Kehidupan ekonomi masyarakat semakin komunitas atau masyarakat disekitar
involutif, disertai dengan marginalisasi wilayah kerja dan operasinya. Parameter
tenaga kerja lokal - cenderung menyedot keberhasilan suatu perusahaan dalam
tenaga kerja terampil dari luar pandangan CSR adalah pengedepanan
masyarakat setempat, sehingga tenaga- prinsip moral dan etis, yakni menggapai
tenaga kerja lokal yang umumnya suatu hasil terbaik, dengan paling sedikit
berketerampilan rendah menjadi merugikan kelompok masyarakat
terbuang. lainnya. Oleh karena program CSR
Untuk menjembatani kebutuhan berusaha menjabarkan konsep moral dan
hubungan perusahaan, pemerintah, dan etis yang berciri umum, sehingga pada
masyarakat setempat agar harmonis dan tataran praktisnya harus melahirkan
tidak diwarnai berbagai konflik serta program-program kongkrit seperti
ketegangan dalam memenuhi berbagai Pengembangan Masyarakat atau
tuntutan seperti ganti-rugi atas kerusakan Community Development (CD).
lingkungan, pemekerjaan (employment), Beberapa program CD diantaranya
pembagian keuntungan, dan lain-lain adalah peningkatan kemampuan
dibutuhkan regulasi yang lebih rinci. masyarakat dalam menemukan alternatif
Melalui regulasi ini pihak perusahan ekonomi dalam jangka panjang;
akan dapat membangun hubungan peningkatan kualitas kehidupan
fundamental yang lebih baik, sehingga masyarakat, baik dalam dimensi
terbentuk sebuah kerangka hubungan ekonomi, sosial, maupun budaya;
yang harmonis antara perusahaan atau penguatan kelembagaan lokal yang
industri dengan lingkungan strategisnya, mampu memelopori tumbuhnya
dengan memperhatikan prinsip-prinsip prakarsa-prakarsa lokal; dan
simbiosis mutualistis, saling pengertian Kemandirian masyarakat, baik dalam
dan saling memberi manfaat. bidang politik, ekonomi maupun budaya.
Sehubungan dengan kepentingan Kini diakui telah banyak
tersebut kiranya penting menurut penulis perusahaan yang mulai sadar akan
bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur pentingnya menjalankan CSR, kendati
memprakarsai adanya penetapan kurang benar dalam penyampaian dan
peraturan CSR yang lebih detail dan di peruntukannya, tetapi banyak perusahaan
implementasi secara tegas, walaupun yang sudah well-planned dan bahkan
hingga kini belum terbit Peraturan sangat integrated sedemikian rupa
Pemerintah yang mengatur CSR. sehingga sangat sistematis dan
Karenanya focus kajian ini untuk methodologis dalam menjalankan
menjawab bagaimana reformasi program CSR. Sisi lain belum ditemukan
kebijakan CSR di Provinsi Jawa Timur, regulasi yang paling tepat untuk
agar keterlibatan program CSR sangat mengatur konsep dan jenis CSR dalam
bermanfaat untuk pembangunan rangka law enforcement, dan
kesejahteraan masyarakat lokal, dan

235
berkorelasi positif antara pelaksanaan bagi masyarakat dapat ditinjau dari 2
CSR dengan meningkatnya apresiasi kategori, yakni: Pertama, klasifikasi
dunia internasional maupun domestik kegiatan perusahaan dari waktu ke
terhadap perusahaan bersangkutan. waktu secara stabil, yang membuat
Berbagai studi terkait diantaranya perbandingan historis. Kedua, definisi
kajian seperti: Morimoto, et. al. (2004: dari berbagai kategori harus berlaku di
18), menganalisis perkembangan dan seluruh perusahaan, industri, atau
implementasi CSR dalam kaiatannya bahkan sistem sosial, sehingga untuk
dengan government, stakeholders, dan analisis komparatif yang
manajemen perusahaan, serta memungkinkan5.
masyarakat. Dalam kajiannya tersebut Asif Paryani, (2011:1) memilih
dirumuskan enam elemen yang dapat Negara Pakistan sebagai studi kasus
dilakukan dalam meraih kesuksesan tentang "Corporate Social Responsibility
program CSR: yakni: Good stakeholder (CSR), Peran Stakeholder dan
management, Good corporate Pembangunan Berkelanjutan" karena
leadership, Greater priority for CSR at Pakistan memiliki sifat yang unik,
board level, Integration of CSR into tantangan sosial dan lingkungan yang
corporate policy, Regulation at the dihadapi oleh sektor korporasi Pakistan.
national and international level, Active Penelitian ini bertujuan 1) untuk
involvement of, and good coordination memberikan pemahaman tentang CSR
between government business, NGOs dan status keberadaan, implementasi
and civil society3. dan pemanfaatan CSR di sektor
Rudnicki dan Sillanpää dalam korporasi di Pakistan bersama dengan
Morimoto (2004: 8) mengkaji kontribusi rincian keberhasilan keuangan jangka
CSR terhadap socially sustainable panjang yang terkait dengan CSR; 2)
development. Dasar kajiannya bahwa Fokus analisisnya pada eksternalitas
pembangunan berkelanjutan lingkungan dan sosial yang
mengharuskan bisnis untuk menilai mempengaruhi keberhasilan ekonomi
kinerja mereka terhadap keprihatinan etis dan keuangan sosial dan menunjukkan
stakeholder tentang ekonomi, isu kesulitan untuk implementasi terbaik
lingkungan dan sosial. Stakeholder- dari Kegiatan CSR di Pakistan.6
inklusif audit sosial dapat membantu Rumusan kesimpulannya bahwa ada
untuk membangun makna substantif dari kebutuhan bagi sektor korporasi Pakistan
dimensi sosial dari pembangunan untuk mengambil tindakan cepat terkait
berkelanjutan dalam dirinya sendiri, CSR yang sedang diadopsi di seluruh
serta memfasilitasi pengembangan alat dunia, akibat perubahan paradigma baru-
audit terintegrasi di dimensi yang baru ini di seluruh dunia. Para
berbeda dari pembangunan stakeholder adalah unsur paling penting
berkelanjutan.4 Untuk mengukur dari lingkungan CSR dalam masyarakat,
aktivitas kegiatan CSR dan manfaatnya dan para stakeholder perlu mendapatkan
kesadaran hak-hak apa dan bagaimana
3
mereka bisa dilindungi. Peran
Morimoto R, Ash J, and Hope C,” Corporate
stakeholder diperlukan untuk lebih
Social Responsibiltiy Audit: From Theory To
Practice”, Research Papers in Management fokus, efektif dan efisien menuju tata-
Studies, The Judge Institute of Management kelola perusahaan yang baik dan
University of Cambridge Trumpington Street
Cambridge CB2 1AG, UK
5
www.jims.cam.ac.uk. WP 14/2004, P 18. Sethi (1975), dalam Morimoto R., Ibid hal 8
4 6
Rudnicki (2000) dan Sillanpää (1998) dalam Asif Paryani, Muhammad (2011),
Morimoto R., Ibid hal. 8. http://docs.google.com/viewer?

236
pelaksanaan CSR. Kesemua keberhasilan mendorong upaya dari stakeholder
CSR sangat tergantung pada regulator terhadap good corporate governance dan
sektor korporasi di Pakistan dalam CSR.
memainkan peran penting dan

237
Tabel -1 Rumusan studi CSR
FOKUS KAJIAN PENULIS
Analysis of corporate social responsibility (CSR), and Heal, Geoffrey (2004)
suggest how it is reflected in financial markets
Analysis of current CSR with a number of interested and Morimoto R, Ash J, and Hope C,
knowledgeable stakeholders (2004)
CSR connected with the concept of sustainable development Sillanpää (1998), Rudnicki (2000).
Corporate Social Responsibility, the Role of Stakeholders Asif Paryani, Muhammad (2011)
and Sustainable Development (A Case Study of Pakistan)
The activity of Natura from the perspective of sustainable Leal, Carla Camargo et. al (2007)
development and of corporate social responsibility
Corporate Social Responsibility In China: An Analysis Of Ans Kolk, Pan Hong, dan Willemijn
Domestic And Foreign Retailers’ Sustainability Dimensions van Dolen (2010)
Sumber: Heal, Geoffrey (2004); Morimoto R, Ash J, and Hope C, (2004); Sillanpää
(1998), Rudnicki (2000); Asif Paryani, Muhammad (2011); Leal, Carla
Camargo et. al (2007); dan Ans Kolk, Pan Hong, dan Willemijn van Dolen
(2010).

Studi Leal, et. al (2007: 1 - 13)7 dalam adalah konsep-konsep yang cocok dan
kajiannya yang berjudul The activity of efektif terkait dengan praktek di luar
Natura from the perspective of lingkungan perusahaan, namun dalam
sustainable development and of implementasinya perlu untuk memiliki
corporate social responsibility, yang partisipasi publik di tingkat lokal,
berusaha untuk menyajikan dua konsep nasional bahkan internasional, 2) perlu
dan hubungan antara konsep memiliki proses pendidikan dan
pembangunan berkelanjutan dan CSR, pencapaian kesadaran masyarakat yang
dan untuk menyelidiki praktek-praktek terlibat, untuk melanjutkan di luar
perusahaan Natura di Amazon Brasil keberadaannya. Selain itu, dalam istilah
dari perspektif integrasi antara CSR dan ekonomi makro, adalah perlu untuk
pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari memiliki perilaku yang sama dengan
penelitian ini adalah untuk menunjukkan yang Natura dikembangkan oleh
koeksistensi dan integrasi pembangunan perusahaan lain, sehingga inisiatif
berkelanjutan dan konsep CSR, yang ditambahkan dan merupakan faktor yang
diterjemahkan ke dalam strategi dan relevan untuk pencapaian yang efektif
praktek manajemen organisasi. Konklusi dalam tujuan pembangunan
dalam studi ini adalah bahwa 1) berkelanjutan.
pembangunan berkelanjutan dan CSR Kolk et.al (2010: 1-20) 8 dalam
studinya menjelaskan bahwa dalam
7
Leal, et. al (2007), “The activity of Natura
literatur telah dibangun di atas konsep
from the perspective of sustainable
8
development and of corporate social Kolk Ans, Hong Pan and Van Dolen
responsibility”, Universidade Presbiteriana Willemijn “Corporate Social Responsibility
Mackenzie Rua da Consolação 896, CCSA – In China: An Analysis Of Domestic And
Centro de Ciências Sociais e Aplicadas Bairro Foreign Retailers’ Sustainability Dimensions”
Consolação - 01302-907 – São Paulo – SP, Business Strategy and the Environment, Vol.
halaman 1 – 13. 19, No. 5, pp. 289-303, 2010,
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstrac http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?
t_ id=1007751 abstract_id=1180263

238
dan karakteristik CSR di negara-negara sidang istimewa memperingati 10 tahun
Barat, secara keberlanjutan, dan kini gerakan lingkungan dunia (1972-1982)
menjadi perhatian di negara-negara di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi
berkembang. Makalah ini bertujuan ketidakpuasan atas pengelolaan
untuk membantu mengisi kesenjangan lingkungan selama ini. Pada sidang
CSR di Cina, melalui eksplorasi sampel istimewa tersebut disepakati
kecil (pengecer) dan besar di Cina, pembentukan Komisi Dunia untuk
kedua perusahaan Cina dan non-Cina. Lingkungan dan Pembangunan (World
Analisis CSR / dimensi keberlanjutan, Commission on Environment and
sebagaimana dikomunikasikan oleh Development - WCED). Hasil
pengecer besar baik dalam bahasa Cina musyawarah dalam sidang tersebut,
dan Inggris, menunjukkan perbedaan dipilih Perdana Menteri Norwegia
besar antara konteks Cina dan (Nyonya Harlem Brundtland) dan
internasional. Menariknya, perbedaan mantan Menteri luar negeri Sudan
terbesar dapat ditemukan pengecer (Mansyur Khaled), masing-masing
internasional antara Cina dan perhatian menjadi Ketua dan Wakil Ketua WCED.
mereka perusahaan untuk CSR, terutama Konsep Pembangunan Berkelanjutan
dalam kasus Carrefour, dan pada tingkat dipopulerkan melalui laporan WCED
lebih rendah, Wal-Mart. Hasil studi berjudul Our Common Future (Hari
menunjukkan bahwa pengecer mungkin, Depan Kita Bersama) yang diterbitkan
seperti di negara-negara Barat seperti pada 1987.
Amerika Serikat dan Inggris, mulai Dalam laporan tersebut
mengambil posisi terkemuka dalam mendefinisikan Pembangunan
perdebatan CSR sejauh keterlibatan dan Berkelanjutan sebagai pembangunan
peningkatan kesadaran antara konsumen yang memenuhi kebutuhan generasi saat
yang terlibat - dan dalam mempengaruhi ini tanpa mengurangi kemampuan
seluruh rantai pasokan di mana mereka generasi mendatang untuk memenuhi
dapat sangat berpengaruh. Di sisi lain, kebutuhan mereka sendiri. Di dalam
konsumen juga dapat mulai konsep tersebut terkandung dua gagasan
mempengaruhi perusahaan karena penting. Pertama, gagasan kebutuhan,
mereka mengharapkan perilaku tertentu khususnya kebutuhan esensial, kaum
CSR - tekanan yang terutama perusahaan miskin sedunia yang harus diberi
asing untuk menyumbangkan upaya prioritas utama. Kedua, gagasan
bantuan setelah gempa bumi 2008 di keterbatasan, yang bersumber pada
provinsi Sichuan. kondisi teknologi dan organisasi sosial
terhadap kemampuan lingkungan untuk
C. Konsep Governance dan memenuhi kebututuhan kini dan hari
Sustainable Development depan. Jadi, tujuan pembangunan
Istilah Sustainable Development ekonomi dan sosial harus dituangkan
(pembangunan berkelanjutan) pertama tentang gagasan keberlanjutan di semua
kali diperkenalkan dalam Strategi negara, baik negara maju maupun negara
Konservasi Dunia (World Conservation berkembang.
Strategy) yang diterbitkan oleh United Ada empat syarat yang harus
Nations Environment Programme dipenuhi bagi suatu proses pembangunan
(UNEP), International Union for berkelanjutan: 1) Menempatkan suatu
Conservation of Nature and Natural kegiatan dan proyek pembangunan pada
Resources (IUCN), dan World Wide lokasi yang secara ekologis, benar; 2)
Fund for Nature (WWF) pada 1980. Pemanfaatan sumber daya yang dapat
Pada 1982, UNEP menyelenggarakan diperbarui (renewable resources) tidak

239
boleh melebihi potensi lestarinya serta pembangunan pada awal 70-an.
upaya mencari pengganti bagi sumber Kepengarangan dari istilah ini tidak
daya yang tidak dapat diperbarui (non- mapan, tetapi ada konsensus umum
renewable resources); 3) Pembuangan tentang menghubungkan ke Ignacy
limbah industri maupun rumah tangga Sachs, dari École des Hautes Études
tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi en Sciences Sociales dari Paris,
pencemaran; dan 4) Perubahan fungsi keunggulan dalam kualifikasi
ekologis tidak boleh melebihi kapasitas konseptual nya. Dia muncul dalam
daya dukung lingkungan (carrying konteks kontroversi tentang
capacity). hubungan antara pertumbuhan
Sehubungan dengan ketentuan ekonomi dan lingkungan, diperburuk
dimaksud, dalam melaksanakan terutama oleh publikasi laporan Club
pembangunan nasional perlu of Roma, yang menganjurkan
memperhatikan tiga pilar pembangunan pertumbuhan nol sebagai cara untuk
berkelanjutan secara seimbang, hal ini menghindari bencana lingkungan).
sesuai dengan hasil Konperensi PBB Selanjutnya konsep Sustainable
tentang Lingkungan Hidup yang Development berkembang sangat
diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan beragam sebagaimana beberapa
Deklarasi Lingkungan Hidup KTT Bumi perbandingan pemahaman konsep yang
di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang terterah di tabel-2:
menyepakati prinsip dalam pengambilan
keputusan pembangunan harus
memperhatikan dimensi lingkungan dan
manusia serta KTT Pembangunan
Berkelanjutan di Johannesburg Tahun
2002 yang membahas dan mengatasi
kemerosotan kualitas lingkungan hidup.
Romeiro (2001, 7) menjelaskan
istilah sustainable development adalah:
[...] it is a regulatory concept
that arose with the name of eco-
development at the beginning of the
70’s. The authorship of the term is
not well established, but there is
general consensus about attributing
to Ignacy Sachs, from École des
Hautes Études en Sciences Sociales
from Paris, preeminence in his
conceptual qualifications. He
appeared in a context of controversy
about relations between economic
growth and the environment,
exacerbated mainly by the
publication of the report of the Club
of Rome, which advocated zero
growth as a means of avoiding
environmental catastrophe.
(Adalah sebuah konsep peraturan
yang muncul dengan nama eko-

240
Tabel 2 – Concepts of Sustainable Development
World Improving the quality of human life while living within the
Conservation carrying capacity of supporting ecosystems.
Union et al., 1991
Meadows, A sustainable society is one that persist over generations, one that is
Meadows and far-seeing enough, flexible enough and wise enough not to
Randers, 1992 undermine either its physical or its social systems of support.
Hawken, 1993 Sustainability is an economic state where the demands placed upon
the environment by people and commerce can be met without
reducing the capacity of the environment to provide for future
generations. It can also be expressed as… leave the world better
than you found it, take no more than you need, try not to harm life or
the environment, and make amends if you do.
U.S. President’s Our vision is of a life-sustaining earth. We are committed to the
Council on achievement of a dignified, peaceful and equitable existence. We
Sustainable believe a sustainable United States will have an economy that
Development, 1994 equitably provides opportunites for satisfying livehoods and a safe,
healthy, high quality of life for current and future generations. Our
nation will protect its environment, its natural resource base, and the
functions and viability of natural systems on which all life depends.
Viederman, 1994 Sustainability is a participatory process that creates and pursues a
vision of community that respects and makes prudent use of all its
resources – natural, human, human-created, social, cultural,
scientific, etc. Sustainability seeks to ensure, to the degree possible,
that present generations attain a high degree of economic security
and can realize democracy and popular participation in control of
their communities, while maintaining the integrity of the ecological
systems upon which all life and all production depends, and while
assuming responsibility to future generations to provide them with
the where-with-all for their vision, hoping that they have the wisdom
and intelligence to use what is provided in an appropriate manner.
Source: Based on Gladwin; Kennelly and Krause, 1995, adopted Leal, Carla Camargo et.
al (2007), ―The activity of Natura from the perspective of sustainable
development and of corporate social responsibility‖, Universidade Presbiteriana
Mackenzie Rua da Consolação 896, CCSA – Centro de Ciências Sociais e
Aplicadas Bairro Consolação - 01302-907 – São Paulo –
SP,.http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm abstract_ id=1007751 hal 3.

241
Hasil KTT Pembangunan keempat dari lingkup kebijakan
Berkelanjutan (World Summit on pembangunan berkelanjutan.
Sustainable Development - WSSD) di Program pembangunan
Johannesburg Tahun 2002, konsep- berkelanjutan akan berjalan dinamis,
konsep tersebut tetap dipertahankan. manakala semua pilar atau aktor dalam
Bagi Indonesia konsep tersebut penting, pembangunan saling sinergis untuk
karena itu pemerintah selain aktif dalam merencanakan dan mengontrol program
membahas dan berupaya mengatasi yang telah ditetapkan. Karenanya
kemerosotan kualitas lingkungan hidup, berhasil tidaknya program pembangunan
maka Pemerintah Indonesia juga tidak hanya bagimana cara pemerintah
berketetapan untuk melaksanakan mampu melaksanakan dan diawasi oleh
pembangunan berkelanjutan untuk pemerintah sendiri seperti konsep good
kesejahteraan generasi sekarang dan goverment dan clean government, tetapi
yang akan datang dengan bersendikan kewenangan tertinggi di dalam
pada pembangunan ekonomi, sosial organisasi pemerintah tidak hanya
budaya, lingkungan hidup yang menjadi otoritas pemerintah, tetapi juga
berimbang sebagai pilar-pilar yang menjadi otoritas dari aktor di luar
saling tergantung dan memperkuat satu pemerintah dan negara, sehingga pihak –
sama lain. Dengan demikian pengertian pihak yang terlibat sangat luas
pembangunan berkelanjutan di Indonesia sebagaimana konsep governance9.
diberikan batasan pembangunan untuk Kurniawan10 menentukan lingkup
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada batasan governance sebagai berikut: 1)
saat ini tanpa mengurangi kemampuan Governance merujuk pada institusi dan
generasi yang akan datang dalam aktor yang tidak hanya pemerintah; 2)
memenuhi kebutuhan-kebutuhan Governance diidentikkan dengan
mereka. Kebijakan pembangunan kaburnya batas–batas dan tanggung
Nasional menerapkan prinsip jawab dalam mengatasi isu sosial dan
pembangunan berkelanjutan yang ekonomi; 3) Governance diidentikkan
memadukan ketiga pilar kebijakan dengan adanya ketergantungan
pembangunan yaitu kebijakan hubungan antara institusi yang terlibat
pembangunan ekonomi, kebijakan dalam aksi kolektif; 4) Governance
pembangunan sosial dan kebijakan adalah mengenal self-governing yang
pembangunan dan perlindungan otonom dari aktor – aktor; dan 5)
lingkungan hidup. Governance menyadari untuk
Menurut Deklarasi Universal memperbaiki sesuatu tidak perlu
Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) bergantung kepada kekuasaan
lebih jauh menggali konsep pemerintah melalui perintah dan
pembangunan berkelanjutan dengan kewenangannya.
menyebutkan bahwa "...keragaman Lingkup kewenangan manajemen
budaya penting bagi manusia pemerintah dalam konsep governance
sebagaimana pentingnya keragaman menurut UNDP terletak pada segala
hayati bagi alam". Dengan demikian level (governance as manage a nations
pembangunan tidak hanya dipahami
sebagai pembangunan ekonomi, namun 9
juga sebagai alat untuk mencapai Lihat Ganie Rahman dalam Widodo, Joko,
Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja,
kepuasan intelektual, emosional, moral, Cetakan ketiga, IKPI, Malang. 2007. Hal 114.
dan spiritual. dalam pandangan ini, 10
Kurniawan, Teguh, The Changing Task of
keragaman budaya merupakan kebijakan
Public Management in Service Provision,
2007, htt://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id

242
affair at all levels). Karenanya, (society)11.
governance is defined as exercise of Karakteristik good governance
political, economic, and administrative yang dijabarkan oleh UNDP untuk
authority to manage a ation’s affairs Indonesia yang dikutip oleh LAN12
(UNDP 1997:9). Kewenangan ekonomi adalah sebagai berikut:
memiliki peranan dalam menentukan 1. Participation. Setiap orang atau
kebijakan di bidang ekonomi baik warga masyarakat memiliki hak
lansung maupun tidak lansung di suara yang sama dalam proses
beberapa sektor ekonomi seperti: pengambilan keputusan, baik
masalah kemiskinan, keadilan, dan langsung maupun melalui lembaga
kualitas hidup bangsa. Kewenangan di perwakilan, sesuai dengan
bidang politik merujuk pada proses kepentingan dan aspirasinya masing
perumusan dan implementasi kebijakan – masing. Karena itu pemerintah
publik yang legitimate dan authoritative. berupaya mengikutsertakan
Sedangkan kewenangan di bidang masyarakat dan pihak ketiga pada
administratif, merujuk pada kewenangan setiap program pemerintah.
pemerintah untuk mengimplementasikan 2. Rule of Law. Pemerintah harus
kebijakan publik di beberapa sektor memiliki kerangka peraturan hukum
publik secara efisien, tidak memihak, dan perundangan dengan sifat
akuntabel, dan terbuka. Dalam proses berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi
manajemen publik, pemerintah dapat secara utuh, terutama aturan hukum
bertindak coercive atau arbitrary tentang hak azasi mausia.
(bertindak memaksa atau semena-mena) 3. Transparency. Pemerintah harus
dalam rangka untuk mewujudkan good mengembangkan pola transparansi
governance, dengan mempertimbangkan atau keterbukaan dalam
keberlakuan sistem demokrasi, mempertanggung jawabkan
mekanisme pasar, berjalannya hukum. kinerjanya. Karena itu keterbukaan
Konsep good dalam good harus dibangun dalam rangka
governance menurut LAN mengandung menumbuh kembangkan kebebasan
dua pengertian, yakni: pertama, nilai – aliran informasi ke pelbagai pihak.
nilai yang menjunjung tinggi keinginan 4. Responsiveness. Setiap institusi harus
atau kehendak rakyat, dan nilai – nilai memiliki visi dan atau proses
yang dapat meningkatkan kemampuan kinerjanya harus diarahkan pada
rakyat yang dalam pencapaian tujuan upaya untuk melayani berbagai pihak
nasional yang mandiri, pembangunan yang berkepentingan (stakeholders).
berkelanjutan, dan berkeadilan sosial. 5. Concensus Orientation. Pemerintah
Kedua, aspek – aspek fungsional dari yang baik harus berusaha sebagai
pemerintahan yang efektif dan efisien penengah berbagai kepentingan yang
dalam pelaksanaan tugasnya untuk berbeda untuk mencapai konsensus
mencapai tujuan dimaksud. Akirnya atau kesempatan terbaik bagi masing
LAN mendefinisikan good governance – masing pihak, dan jika
dengan penyelenggaraan pemerintahan dimungkinkan diberlakukan pada
negara yang solid dan bertanggung kebijakan dan prosedur yang akan
jawab, serta efisien dan efektif dengan ditetapkan pemerintah.
menjaga kesinergisan interaksi yang
konstruktif di antara domain – domain
negara, sektor swasta, dan masyarakat 11
LAN-BPKP, Akuntabilitas dan Good
Governance, Jakarta, LAN-RI, 2000, hal 6.
12
Ibid, hal 7

243
6. Equity. Pemerintah yang baik them13.
senantiasa untuk memberikan 1. The process by which those in
kesempatan pada warganya untuk authority and selected and replaced.
berkehidupan yang baik This variable refer to:
(meningkatkan dan memelihara a. ―Voice and Accountability‖, and
kualitas hidup) include in it a number of
7. Effectiveness and efficiency. Setiap indicators measuring various
proses kegiatan dan kelembagaan aspects of the political process,
pemerintah diarahkan untuk civil liberties and political rights.
menghasilkan sesuatu yang benar – These indicators measure the
benar sesuai dengan kebutuhan extent to which citizens of a
lembaga dan masyarakat melalui country are able to participate in
pemanfaatan sumberdaya yang the selection of governments.
sebaik-baiknya. This category indicators also
8. Accountability. Para pengambil measuring the independence of
keputusan pada organisasi sektor the media, which serves an
publik dan lembaga lain (swasta dan important role in holding
masyarakat) yang ikut mengelola monitoring those in authority and
sektor publik harus holding them accountable for
mempertanggung jawaban their actions.
kegiatannya kepada publik dan b. "Political Stability". In this index
stakeholders. we combine several indicators
9. Strategic vision. Para pemimpin which measure perceptions of the
organisasi publik harus mempunyai likelihood that the government in
visi strategis, berfikir strategis, dan power will be destabilized or
mempunyai perspektif yang luas overthrown by possibly
dalam penyelenggaraan unconstitutional and/or violent
pemerintahan dan pembangunan. means, including terrorism. This
Badan-badan Pembiayaan index captures the idea that the
Internasional seperti The World Bank - quality of governance in a
UNDP, International Monetery Fund dan country is compromised by the
badan keuangan internasional lain, yang likelihood of wrenching changes
merupakan institusi pertama mengajukan in government, which not only
penggunaan konsep good governance has a direct effect on the
untuk memperbaiki kinerja pemerintahan continuity of policies, but also at
di negara-negara penerima bantuan. Saat a deeper level undermines the
ini perkembangan ukuran good
governance terbagi menjadi 3 veriabel 13
Kaufmann, Daniel, Aart Kraay and Pablo
dan 6 indikator, yakni: (1) the process Zoido-Lobaton (1999). "Aggregating
by which governments are selected, Govemance Indicators". World Bank Policy
monitored and replaced, (2) the capacity Research Department Working Paper No.
2195.
of the government to effectively
http://www.worldbank.orq/wbi/governance/p
formulate and implement sound policies, ubs/acgindicators.htm, on “Governance
and (3) the respect of citizens and the Matters II updated”, The World Bank
state for the institutions that govern Development Research Group and World
economic and social interactions among Bank Institute Governance, Regulation, and
Finance Division, Policy Research Working
Paper 2772, February 2002,
worldbank.org/wbi/governance/pubs/gov
matters200l.htm

244
ability of all citizens to peacefully contracts. Together, these
select and replace those in indicators measure the success of
power. a society in developing an
environment in which fair and
2. The ability of the government to predictable rules form the basis
formulate and implement sound for economic and social
policies. This variable refer to: interactions.
a. "Government Effectiveness". b. "Control of Corruption",
Government Effectiveness that measures perceptions of
combine perceptions of the corruption, conventionally
quality of public service defined as the exercise of public
provision, the quality of the power for private gain. Despite
bureaucracy, the competence of this straightforward focus, the
civil servants, the independence particular aspect of corruption
of the civil service from political measured by the various sources
pressures, and the credibility of differs somewhat, ranging from
the government's commitment to the frequency of "additional
policies into a single grouping. payments to get things done," to
The main focus of this index is on the effects of corruption on the
"inputs" required for the business environment, to
government to be able to produce measuring "grand corruption" in
and implement good policies and the political arena or in the
deliver public goods. tendency of elite forms to engage
b. "Regulatory Quality", is more in "state capture". The presence
focused on the policies of corruption is often a
themselves. It includes measures manifestation of a lack of respect
of the incidence of market- of both the corrupter (typically a
unfriendly policies such as price private citizen or firm) and the
controls or inadequate bank corrupted (typically a public
supervision, as well as official) for the rules which
perceptions of the burdens govern their interactions, and
imposed by excessive regulation hence represents a failure of
in areas such as foreign trade governance.
and business development. Pengembangan good governance
diupayakan untuk terwujudnya interaksi
3. The respect of citizens and the state kerja public sector, private sector, dan
for the institutions which govern community – citizen, ketiga aktor ini
their interactions. This variable akan berjalan baik kalau demokrasi dan
refer to: mekanisme pasar sebagai sistem dan
a. "Rule of Law", include several yang melandasi partisipasi, koordinasi,
indicators which measure the dan kerjasama antar beberapa pihak (lih
extent to which agents have bagan-1).
confidence in and abide by the Keselarasan kerja berdasar
rules of society. These include kesetaraan, kendatipun terkadang
perceptions of the incidence of pemerintah tetap mempunyai legitimasi
both violent and non-violent lebih. Selain itu, good governance
crime, the effectiveness and berusaha untuk meningkatkan dan
predictability of the judiciary, memudahkan pemberian fasilitas kepada
and the enforceability of masyarakat agar masyarakat (citizen)

245
dan private sector ikut berperan dalam social justice (Elkington dalam
14
memproduk public good. Melalui Soemanto 2007: 19) . Tujuan
pembagian peran antara the state – perusahaan dalam mengimplementasikan
public sector, private sector dan prinsip triple bottom line, didasarkan
community-citizen untuk saling atas pertimbangan bahwa tujuan
berinteraksi dalam fungsinya yang paling ekonomi bukan satu-satunya variable
tepat bagi masing-masing, pemerintah utama decision making dalam
lebih berperan fasilitaty dan enabler perusahaan. Pertumbuhan ekonomi
(yang memungkinkan masyarakat sendiri perusahaan penting, namun hal itu tidak
berperan aktif sebagai pelaku di bidang cukup bagi perusahaan yang ingin
layanan publik, ekonomi, dan sosial. mengembangan usahanya dalam waktu
Ketiga aktor tersebut melakukan yang lama. Karenanya perlu
kerjasama sinergi dan menjadi partner menempatkan aspek sosial dan
pemerintah. lingkungan sejajar dengan ekonomi.
Kondisi lingkungan dan sosial perlu
Bagan-1 Hubungan Strategis Antara dijaga oleh perusahaan dengan
Public, Private, Dan Community meminimkan dampak psikologis, dan
budaya, serta mengembangakan kondisi
sosial ekonomi masyarakat di
lingkungannya. Perspektif tentang
Public sector
keterlibatan perusahaan dalam menjaga
Private sector
kondisi lingkungan eksternal perusahaan
disebut dengan istilah corporate
Empowering and Strategical
allience
governance (CG).
Pengertian corporate governance
menurut Clarke (2004, 2) adalah sebagai
Community - berikut:
citizen Corporate governance is
concerned with holding the balance
between economic and social goals
and between individual and
Good Governance, Good Corporate communal goals. Thegovernance
Governnance dan Corpotate Social framework is there to encourage the
Responsibility efficient use of resources and equally
Perubahan orientasi perusahaan to require accountability for the
dalam menjalankan perusahaan stewardship of those resources. The
dikarenakan adanya dorongan perubahan aim is to align as nearly as possible
sosial ekonomi masyarakat dan the interests of individuals,
kompetisi bisnis saat ini yang menuntut corporations and society.15
adanya inovasi pengelolaan perusahaan (Corporate governance berkaitan
dalam menjalankan bisnisnya. Jadi
perusahaan tidak cukup hanya mengejar
14
keuntungan (single bottom line) dengan Elkingkton, John, dalam Soemanto
prinsip “business is business, and Bakdi, Sustainable corporation: Implikasi
Hubungan Harmonis Perusahaan dan
business – there is no free lunch‖ tetapi Masyarakat, Semen Gresik, Gersik, 2007: 19
perusahaan juga berupaya untuk 15
mencapai tiga tujuan utama perusahaan Clarke, T. Theories of corporate
governance:The philosophical foundations of
(triple bottom line), yakni: economic corporate governance (First ed.). Oxon, New
prosperity, environmental quality, and York: Routledge, 2004, hal 2

246
dengan holding keseimbangan antara berbagai stakeholder. Oleh karena itu,
tujuan ekonomi dan sosial dan antara CG harus membangun hubungan dengan
tujuan individu dan komunal. fenomena organisasi lain seperti CSR.
Kerangka corporate governance yang Hubungan ini dapat menciptakan sinergi
ada untuk mendorong efisiensi untuk mengarahkan dan mengendalikan
penggunaan sumber daya dan perilaku yang tidak bertanggung jawab
berimbang untuk meminta korporasi. Konsep CSR adalah sebuah
pertanggungjawaban atas konsep dimana organisasi memutuskan
pengelolaan sumber daya tersebut. untuk berkontribusi dalam kesejahteraan
Tujuannya adalah untuk masyarakat dan lingkungan. Jadi CSR
menyesuaikan sedekat mungkin sebagai dorongan dari perusahaan untuk
kepentingan individu, perusahaan memberikan kontribusi positif di bidang
dan masyarakat) sosial, ekonomi, dan lingkungan
Fokus yang luas dan keragaman kesejahteraan masyarakat serta
CG menggambarkan kompleksitas berinvestasi di daerah.
fenomena ini yang juga akar teoritis Dalam perkembangannya bahwa
dalam berbagai disiplin ilmu, yang konsep Good Corporate Governane
semuanya saling memperkuat (GCG) dibagi menjadi empat
akuntabilitas dan transparansi korporasi karakteristik, yakni: fairness,
bagi para stakeholder yang juga transparency, accountability, dan
merupakan tujuan dasar dari CG. responsibility.
Dengan cara yang sama, Freeman dan 1. Fairness (kejujuran),
Evan (1990) mengusulkan bahwa para dimaksudkan dengan perlakukan
stakeholder lain selain pemegang saham yang adil dan setara dalam
harus terwakili di papan perusahaan. memenuhi hak-hak stakeholder
Mereka mempresentasikan ide bahwa dan stakeholder, berdasarkan
stakeholder harus diberi pemahaman peraturan perundangan yang
tentang saham mereka dan memiliki berlaku.
kekuatan untuk suara untuk saham 2. Transparency (keterbukaan),
mereka dalam organisasi. Pandangan terkait dengan keterbukaan
teori Stakeholder, "organisasi memagang informasi perusahaan baik dalam
perjanjian multilateral antara perusahaan tahap proses pengambilan
dan stakeholder-nya" (Clarke, 2004, hal keputusan maupun dalam proses
36).16 Selanjutnya teori Stakeholder penggalian informasi lainnya
menurut Clarke dibagi menjadi dua yang relevan mengehai
kategori besar seperti internal perusahaan,
(karyawan, manajer dan pemilik) dan 3. Accountability (akuntabilitas),
eksternal (pelanggan, pemasok, pesaing, terkait dengan kejelasan fungsi,
kepentingan khusus kelompok dan struktur, system dan pertanggung
masyarakat) sebagai stakeholder diatur jawaban semua pihak dalam
oleh formal tertentu dan informal aturan. perusahaan sehingga tercipta
Partisipasi luas para stakeholder kondisi kerja yang efektif.
dapat meningkatkan mekanisme tata 4. Responsibility (responsibilitas),
kelola perusahaan. Representasi yang terkait dengan kegiatan yang taat
lebih luas dari stakeholder juga terhadap peraturan-peraturan
menimbulkan pertanyaan untuk berbagai yang berlaku dalam pengelolaan
tujuan atau konflik tujuan karena perusahaan. Dengan kata lain
setiap kegiatan harus dapat
16
Ibid hal 36

247
dipertanggung jawabkan baik berkelanjutan17. Senada dengan
secara moral maupun hukum. pengertian ini, the European Union
Keempat prinsip GCG tersebut defines CSR as a program in which
kalau dikaitkan dengan prinsip GG dapat companies decide voluntarily to
digambarkan sebagaimana bagan-3. Pada contribute to a better society and a
bagan tersebut dapat dipahami bahwa cleaner environment.18 Sementara, Heal
ada keterkaitan antara prinsip GG dan (2004) memaknai CSR is involves taking
GCG adalah transparency dan actions which reduce the extent of
Accountability. Namun demikian ada externalized costs or avoid distributional
beberapa prinsip yang saling conflicts19. Begitu juga Hopkins dalam
mendukung, yakni rule of law, International Labor Organization telah
responsibility, dan responsiveness, mendiskusikan papernya dengan
dimana prinsip rule of law dan equity merumuskan bahwa CSR is concerned
dalam GG menjadi dasar dalam with treating stakeholders of the firm
responsibilitas dalam GCG. Begitu juga ethically or in a responsible manner.“20
prinsip-prinsip yang lain seperti
efficiency, effectiveness, dan efficiency E. Governance Reform Dalam
yang berlau di GG juga menjadi prinsip Program CSR Di Jawa Timur
GCG dalam menjalan usahanya. Merujuk pada kajian teoritikal
Tegasnya dengan prinsip GCG maka dan fenomena, serta problematika CSR
perusahaan ikut bertanggung jawa di Jawa Timur terutama dalam
terhadap kondisi lingkungan dan sosial pelaksanaan sutainable development,
ekonomi masyarakat di sekitar penulis merumuskan 3 (tiga) point
lingkungan perusahaan. Karenanya penting yang menjadi agenda reformasi,
dengan prinsip demikian akhirnya yakni: 1). Policy governance model, 2).
perusahaan mengeluarkan program Penguatan manajemen pelaksanaan, dan
Corporate Social Responsibility (CSR). 3). Penguatan intervensi pemerintah.

17
World Bank (Fox Ward and Howard, 2002:1)
dalam Soemanto Bakdi, Sustainable
Corporation : Implication of the Harmonius
Relationship between the Corporation and
Coomunity, 2006, p. 23.
18
European Union, dalam, Heal, Geoffrey,
“Corporate Social Responsibility: An
Economic and Financial Framework”, Paper
was prepared for presentation at the 2004
Annual Conference of the Monte Paschi Vita,
organized around the topics of corporate
Bagan-2 Hubungan antara Good governance and corporate social
Governance dan Good Corporate responsibility, p. 12
Governance 19
Heal, Geoffrey, “Corporate Social
Responsibility: An Economic and Financial
Bank Dunia mendefiniskan CSR Framework”, Paper was prepared for
sebagai komitmen sektor bisnis untuk presentation at the 2004 Annual Conference
mendukung terciptanya pembangunan of the Monte Paschi Vita, organized around
the topics of corporate governance and
corporate social responsibility, p. 12
20
Hopkins M., dalam, Heal, Geoffrey, Ibid. p.
12

248
E.1. Policy Governance Model kebebasan dasar.22 Karenanya dalam
Policy Governance adalah kasus-kasus jangka pendek memerlukan
keseluruhan sistem berpikir yang usaha kreatif dari pemerintah untuk
dirancang khusus oleh sekelompok menemukan cara-cara legal dan dapat
teman sebaya untuk mengatur, diterima publik. Salah satu taktik
meminjam dari-tapi tidak meniru tersebut adalah penggunaan liberalisasi
manajemen is (a total system of thought "consent agenda atau agenda
designed specifically for governing by a persetujuan" yang secara hukum
group of peers, borrows from—but does diperlukan, tetapi secara konseptual
not mimic—management).21 tidak kontraproduktif. Tantangan dalam
Sehubungan dengan itu Model jangka panjang adalah untuk mendidik
Kebijakan Governance dibangun oleh pemahaman publik, modernisasi hukum,
pemerintah melalui sejumlah teori yang dan menciptakan tradisi baru23.
berkembang di masyarakat terutama Merujuk pada pemikiran tersebut
teori kontrak sosial, kepemimpinan dan di atas, bahwa model policy governance
yang dipimpin, dan manajemen modern. menjadi rujukan yang penting dalam
Model Kebijakan Governance dalam hal perumusan kebijakan di bidang CSR.
ini akan memiliki kekuatan dalam Kalau ditelusuri lebih jauh bahwa
memperjuangkan kepentingan peraturan tentang CSR di Indonesia di
masyarakat dan stakeholder. atur dalam UU No 40 Tahun 2007,
Dalam kaitannya dengan program tentang Perseroaan Terbatas, sangatlah
CSR di Jawa Timur salah satu policy terbatas. Tegasnya belum di atur secara
governance reform yang penting terkait rinci point-point penting dalam tentang
dengan program CSR adalah bagaimana kepentingan masyarakat, stakeholder,
warga negara diberi saluran dan pemerintah dalam memanfaatkan
berpartisipasi dalam policy making, dana CSR. Yang paling memprihatinkan
mendapatkan saluran informasi, dan adalah bahwa dalam pasal 74 ayat 1
menilai pemerintah atas kinerjanya. sampai 3 hanya mengatur yang
Dengan demikian akan terlihat mengharuskan perseroan untuk
pemerintah yang efektif, dan responsive melaksanakan tanggungjawab sosial
terhadap kebutuhan warga. Dalam dalam bentuk program CSR. Bagi
perspektif demokrasi dan pembangunan, Perseroan (Perseroan Terbatas) yang
efektivitas pemerintah harus dilihat tidak menjalankan usaha di bidang dan/atau
hanya dalam hal kekuasaan dan kontrol berkaitan dengan sumber daya alam
melainkan dalam hal kemampuan wajib menjalankan tanggung jawab
pemerintah untuk mencapai dan sosial dan lingkungan, juga cenderung
memfasilitasi tujuan yang ditentukan. menimbulkan multi penafsiran. Padahal
Tujuan tersebut meliputi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
keputusan demokrasi, dukungan bagi menjadi persoalan penting terutama
pertumbuhan ekonomi yang dipimpin adanya komitmen Perseroan untuk
oleh sektor swasta, dan pertahanan berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan

22
21 Bettcher Kim Eric (ed), The CIPE Guide to
Carver John, “A Theory of Governance: The
Governance Reform: Strategic Planning for
Search for Universal Principles‖ Public
Emerging Markets, Center for International
Management Review, Volume 3, Issue 1,
Private Enterprise, 2009, hal 22
Mar. 2001, hal 1
23
Carver John, OpCit, hal 24

249
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi pengelolaan sampah dan air limbah,
Perseroan sendiri, komunitas setempat, riset dan pengembangan lingkungan,
maupun masyarakat pada umumnya). kerjasama dengan energi, yaitu
Peraturan lain yang menyinggung antara lain: konservasi dan
CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 penghematan energi yang dilakukan
tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) oleh perusahaan dalam aktivitasnya.
menyatakan bahwa "Setiap penanam 2. Sumber daya manusia dan
modal berkewajiban melaksanakan pendidikan, antara lain: keamanan
tanggung jawab sosial perusahaan." dan kesehatan karyawan, pendidikan
Meskipun UU ini telah mengatur sanksi- karyawan, kebutuhan keluarga dan
sanksi secara terperinci terhadap badan rekreasi karyawan, menambah dan
usaha atau usaha perseorangan yang memperluas hak-hak karyawan,
mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini usaha untuk mendorong partisipasi,
baru mampu menjangkau investor asing perbaikan pensiun, beasiswa,
dan belum mengatur secara tegas perihal bantuan pada sekolah, pendirian
CSR bagi perusahaan nasional. sekolah, membantu pendidikan
Peraturan tentang CSR yang relatif tinggi, riset dan pengembangan,
lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun pengangkatan pegawai dari
2003 tentang BUMN. UU ini kemudian kelompok miskin, dan peningkatan
dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan karir karyawan.
Menteri Negara BUMN Per- 3. Praktek bisnis yang jujur, antara lain:
05/MBU/2007 yang mengatur mulai dari memperhatikan hak-hak karyawan
besaran dana hingga tatacara wanita, jujur dalam iklan, kredit,
pelaksanaan CSR. Seperti diketahui, service, produk, jaminan, mengontrol
CSR milik BUMN adalah Program kualitas produk, pemerintah,
Kemitraan dan Bina Lingkungan universitas, dan pembangunan lokasi
(PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan rekreasi.
bahwa selain mencari keuntungan, peran 4. Membantu masyarakat lingkungan
BUMN adalah juga memberikan antara lainnya: memanfaatkan tenaga
bimbingan bantuan secara aktif kepada ahli perusahaan dalam mengatasi
pengusaha golongan lemah, koperasi dan masalah sosial di lingkungannya,
masyarakat. Selanjutnya, Permeneg tidak campur tangan dalam struktur
BUMN menjelaskan bahwa sumber dana masyarakat, membangun klinik
PKBL berasal dari penyisihan laba kesehatan, sekolah, rumah ibadah,
bersih perusahaan sebesar maksimal 2 perbaikan desa atau kota, sumbangan
persen yang dapat digunakan untuk kegiatan sosial masyarakat,
Program Kemitraan ataupun Bina perbaikan perumahan desa, bantuan
Lingkungan. dana, perbaikan sarana pengangkutan
Menurut realitas saat ini pasar.
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan 5. Kegiatan seni dan kebudayaan,
dan tanggung jawab sosial kepada antara lain: membantu lembaga seni
lingkungan dan masyarakat secara umum dan budaya, sponsor kegiatan seni
di negara Indonesia, antara lain: dan budaya, penggunaan seni dan
1. Lingkungan hidup, antara lain: budaya dalam iklan, merekrut tenaga
pengawasan terhadap efek polusi, yang berbakat dalam seni dan olah
perbaikan pengrusakan alam, raga.
konservasi alam, keindahan 6. Hubungan dengan pemegang saham,
lingkungan, pengurangan polusi antara lain: sifat keterbukaan direksi
suara, penggunaan tanah, pada semua persero, peningkatan

250
pengungkapan informasi dalam (2002), penulis merumuskan 6 strategi
laporan keuangan, pengungkapan reformasi yang harus dilakukan pada
keterlibatan perusahaan dalam pelaksanaan program CSR di Jawa
kegiatan sosial. Timur diantaranya adalah:
7. Hubungan dengan pemerintah, antara 1) Pada saat melakukan pembangunan
lain: menaati peraturan pemerintah, konsep CSR di tingkat konstituen
membatasi kegiatan lobbying, (constituency building), reform must
mengontrol kegiatan politik be marketed and promoted
perusahaan, membantu lembaga (reformasi CSR perlu untuk
pemerintah sesuai dengan dipasarkan dan dipromosikan).
kemampuan perusahaan, membantu 2) Resources acummodation
secara umumpeningkatan (akomudasi sumberdaya), CSR
kesejahteraan sosial masyarakat, dalam implementasi diantaranya
membantu proyek dan kebijakan adalah manusia, teknikal, material,
pemerintah, meningkatkan dan finansial yang perlu diupayakan
produktivitas sektor informal, dan dialokasikan.
pengembangan dan inovasi 3) Organization design and
manajemen. modification. An introduction of
new task and objectives
Sehubungan dengan kondisi accompanying policy reform will
peraturan tersebut, untuk likely cause modifications in the
mengembangkan program CSR di Jawa implementing organizations
Timur perlu dilakukan reformasi (pengenalan tentang kegiatan dan
kebijakan dalam arti melakukan policy tujuan dari policy reform CSR perlu
reconstruction dalam bentuk policy dimodifikasi pada saat
governance, dengan harapan semua pengorganisasian implementasi).
kepentingan masyarakat dan stakeholder Hal ini dilakukan karena pada saat
dapat dituangkan dalam perumusan ini diperlukan modifikasi
kebijakan tersebut. kepentingan dari beberapa
stakeholder. Reformasi menyangkut
beberapa kepentingan pada lingkup
yang berbeda. Reformasi pada
E.2. Penguatan Manajemen tingkat pelaksanaan memperhatikan
Pelaksanaan kondisi dan kepentingan eksternal
Untuk meningkatkan keberhasilan organsisasi dan bekerjasama, serta
implementasi kebijakan atau program berkomunikasi dengan stakeholder
CSR perlu dilakukan penguatan eksternal organisasi yang terkait
menajemen pelaksaaan dan memanage dengan kebijakan ini.
sumberdaya. Penguatan manajemen 4) Mobilizing resources and actions
pelaksanaan sumberdaya menurut (mobilisasi sumberdaya dan
Brinkerhoff dan Crosby (2002), sangat kegiatan). Mobilisasi sumberdaya,
penting pada saat implementasi dalam reformasi CSR dilakukan di
kebijakan. Menurutnya dalam saat perumusan perencanaan dan
implementasi kebijakan CSR pelaksanaan kegiatan. Termasuk di
membutukan penekananan pada tugas dalamnya mengklarifikasi target dan
strategis, dan pada saat pelaksanaan standar kinerja yang ditentukan, dan
kegiatan dibutuhkan penekanan pada mengendalikan aktivitas.
tugas operasional. Merujuk pada 5) Yang tidak kalah pentingnya dalam
pemikiran Brinkerhoff dan Crosby reformasi kebijakan CSR harus

251
selalu dilakukan pemantauan
capaian (monitoring progress),
dengan demikian akan diketahui
keberhasilan dan ektidak berhasilan.
Reformasi kebijakan selalu
memunculkan dampak (benefit and
impact) yang perlu diketehui
secepatnya, karena itu monitoring
merupakan kegiatan yang penting.
Setelah itu diikuti dengan sekenario
reformasi kebijakan CSR di Jawa
Timur sebagaimana pada tabel-4

252
Tabel-4: Skenario Implementasi Tugas, Strategi Dan Mekanisme
Implementasi Strategi implementasi kegiatan Mekanisme dan sarana
kegiatan implementasi kegiatan
Pembentukan  Meningkatkan kesadaran,  Melakukan dialog
legitimasi mempertanyakan status quo yang tidak kebijakan CSR melalui
penting untuk program CSR workshop
 Mengidentifikasi hal penting reformasi  Membentuk forum dialog
kebijakan CSR antara pemerintah dan
 Menciptakan forum baru untuk diskusi perusahaan
kebijakan CSR  Workshops Stakeholders
 Menciptakan mekanisme untuk yang membahas program
menjembatani kepentingan CSR CSR
 Mengembangkan otoritas manajemen  Pembagian tugas
CSR pelaksanaan program CSR
Pembangunan  Dukungan pada alternative kebijakan  Analisis Stakeholders CSR
konstituen yang dipilih  Mapping kepentingan
 Identifikasi dan memobilisasi politik dan pelaku politik
stakeholders utama CSR terkait CSR
 Mempromosikan dan negosiasi serta  Analisis jaringan CSR
membangun kualisi  Negosiasi dan pembagian
 Memobilisasi atau menentukan peran program CSR
keuntungan stakeholder atas program
CSR
Akumulasi  Identifikasi dan pemahaman terhadap  Melakukan lobi dengan
sumberdaya keuangan baik dari internal maupun donator luar perusahaan
eksternal  Review keuangan Publik
 Negosiasi tentang otoritas kauangan trkait dengan program CSR
dan sumberdaya  Transparansi dalam proses
 Pembangunan partnership dengan anggaran CSR yang
agent pelaksana, NGO, dan kelompok diakses
masyarakat  Melobi - tawar
 Pembentukan dan perumusan  Mengidentifikasi
kapasitas baru CSR keterampilan baru dan
 Pengembangan SDM pelaksana CSR mengembangkan program
pelatihan keterampilan
baru untuk program CSR
Memodifikasi  Pembuatan dan penggantian misi baru  Analsis organisasi
struktur kepada organisasi-organisasi lama atau pelaksana CSR dengan
organisasi organisasi baru bidang CSR pendekatan SWOT
 Membangun kapasitas implementasi  Perbaikan saran organisasi
program CSR atau renovasi yang ada.
 Mengembangkan lingkup batas  Penciptaan tugas ad hoc
hubungan untuk program CSR dan kekuatan menteri CSR
 Membina jaringan dan kemitraan lintas- komisi
 Meningkatkan kerjasama dan  Koordinasi kebijakan, dan
koordinasi antara lembaga pelaksana unit manajemen pelaksana
CSR CSR
 Partnership antara
pemerintah dan private
Memobilisasi • Mengembangkan rencana konkrit,  Penciptaan perencanaan
sumberdaya ekspektasi kinerja, menciptakan dan dan implementasi program
melaksanakan akuntabilitas dan CSR secara partisipatif
dan kegiatan
kegiatan ganda CSR  Lokakarya pemecahan
• pengidentifikasian, menciptakan, dan / masalah CSR secara
atau mengubah insentif pelaksana bersama
 Pemanfaatan tindakan

253
Implementasi Strategi implementasi kegiatan Mekanisme dan sarana
kegiatan implementasi kegiatan
CSR multi partai terhadap
• Melakukan perlawanan terhadap rencana CSR
konflik  Inovatif revolusi terhadap
• Menciptakan koalisi governance dan mekanisme sengketa CSR
melakukan kepatuhan  Penciptaan sistem
• Menyadari pentingnya dan penghargaan untuk kinerja
memobilisasi tindakan untuk dan koneksi kinerja CSR
keberhasilan awal program CSR
 • Mengkomunikasikan kisah sukses
Memonitor  Memposisikan pemantauan dalam  Pemantauan antar unit
dampak kebijakan CSR pada arena politik lembaga
 Membuat analisis terhadap posisi  Melakukan audensi publik
kapasitas  Ulasan kinerja secara rutin
 Menghubungkan program belajar dan instansi pelaksana CSR
operasi CSR  Melibatkan kelompok
 Menetapkan standar kinerja CSR yang pemantau ekstenal
realistis  Evaluasi kebijakan dan
 Menetapkan mekanisme manajerial dampak program CSR
untuk aplikasi pelajaran CSR  Melakukan pengawas
dengan melibatkan
masyarakat sipil melalui
layanan survei
Sumber: Dikembangan dan diadaptasi dari pemikiran Brinkerhoff dan Crosby,
2002, dalam Managing Policy Reform: Concepts and Tools for Decision Makers
in Development and Transitioning Cuntries, Kumarian Press, hal.36-37

254
E.3. Penguatan intervensi pemerintah Kondisi Provinsi Jawa Timur
Model atau pola pelaksanaan merupakan salah satu Provinsi di
pembagian dana CSR yang umum Indonesia yang memiliki sumberdaya
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan atau perusahaan yang banyak dan
di Jawa Timur adalah: potensial. Program CSR serta kemitraan
1. Keterlibatan langsung, perusahaan dan bina lingkungan (PKBL) di Jatim
menjalankan program CSR secara berkisar Rp 3,5 triliun hingga Rp 5
langsung dengan menyelenggarakan triliun per tahun. Jumlah ini lebih tinggi
sendiri kegiatan sosial atau dibandingkan pendapatan asli Jatim yang
menyerahkan sumbangan ke hanya Rp 3,2 triliun per tahun. Dalam
masyarakat tanpa perantara. Untuk rangka untuk memanfaatkan dana ini
menjalankan tugas ini, perusahaan terutama untuk pembangunan bagi
biasanya menugaskan salah satu masyarakat yang termarginalkan atau
pejabat seniornya, seperti corporate tidak disentuh program pembangunan
secretary atau public affair manager dari dana APBD, maka sangat penting
atau menjadi bagian dari tugas kiranya intervensi pemerintah dalm
pejabat public relation. program CSR. Intervensi Pemerintah
2. Melalui yayasan atau organisasi Provinsi Jawa Timur yang penting
sosial milik perusahaan, perusahaan terhadap program CSR menurut hemat
mendirikan yayasan sendiri di bawah penulis diantaranya:
perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi yang lazim 1. Penentuan penerima dana CSR,
dilakukan di negara maju. Disini agar tidak terjadi tumpang tindih
perusahaan menyediakan dana awal, antara program pemerintah yang
dana rutin atau dana abadi yang didanai oleh APBD dan program
dapat digunakan untuk operasional yang didanai oleh CSR. Hingga kini
yayasan. peraturan perundang-undangan yang
3. Bermitra dengan pihak lain, mengatur tentang mekanisme peran
perusahaan menyelenggarakan CSR masing-masing aktor belum
melalui kerjasama dengan ditentukan, penentuan penerima
lembaga/organisasi non pemerintah, program CSR dalam ring (daerah
instansi pemerintah, universitas atau atau wilayah penerima CSR) untuk
media massa, baik dalam mengelola setiap perusahaan yang memberikan
dana maupun dalam melaksanakan dananya. Untuk itu peneliti
kegiatan sosialnya. merumuskan lingkaran penerima
4. Mendukung atau bergabung dalam (ring penerima) terbagi menjadi 3,
suatu konsorium, perusahaan turut yang digambarkan sebagai berikut:
mendirikan, menjadi anggota atau
mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial
tertentu. Pihak konsorsium yang
dipercaya oleh perusahaan-
perusahaan yang mendukungnya
akan secara proaktif mencari
kerjasama dari berbagai kalangan
dan kemudian mengembangkan
program yang telah disepakati.

255
merupakan bukti efisiensi berkeadilan
Ring-1 dalam penggunaan sumber daya alam
yang dipakai perusahaan. Pengusaha
Ring-2 dalam melaksanakan CSR akan
menciptakan ekonomi berkelanjutan bagi
Ring-3 masyarakat sekitar. Dengan demikian
hadirnya program CSR untuk
daerah meminimkan kecemburuan sosial
lain masyarakat di sekitar perusahaan atau
dengan kata lain jangan sampai di daerah
yang berlimpah sumber daya alam tetapi
penduduknya tergolong miskin.
Sementara ini beberapa program
yang ditawarkan Pemprov Jatim untuk
Adapun penjelasan terhadap ring realisasi CSR dan PKBL diprioritaskan
tersebut adalah: pada pelayanan dasar, seperti
1) Ring-1 adalah daerah yang pendidikan, kesehatan, dan pemukiman.
menerima dampak paling besar. Dana CSR dan PKBL tetap berada pada
Daerah yang menjadi prioritas perusahaan, sementara itu Pemrov Jatim
utama ini tidak selalu dekat dengan mengajukan program dan perusahaan
perusahaan, tetapi daerah ini yang melakukan pendanaan. Uang CSR
menjadi jalur utama pengambilan dan PKBL dikelola perusahaan dan
sumber bahan mentah perusahaan. pemprov mengajukan program yang
2) Ring-2 adalah daerah yang menjadi nantinya dibiayai mereka (perusahaan).
tempat pembangunan infrasturktur "Dengan demikian, APBD Pemrov Jatim
pendukung perusahaan, seperti dapat dimanfaatkan untuk program
daerah yang dilintasi saluran air lain,". Beberapa badan usaha dan
bersih dan sarana lainnya. Adanya perusahaan yang mengikuti program
pembangunan sarana ini paling Pemprov Jatim, antara lain Bank Jatim,
tidak menimbulkan dampak fisik Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, PT
dan psikologi. Pertamina, PTPN X, XI dan XII.
3) Ring-3 daerah yang menerima
dampak paling kecil, atau sama 3. Penentuan aktor pelaksana dana
sekali tidak kena dampak negatif CSR.
perusahaan. Sesungguhnya kebijakan yang
pro-masyarakat dan lingkungan seperti
2. Penentuan peruntukan ini sangat dibutuhkan ditengah arus neo-
penggunaan dana CSR. liberalisme seperti sekarang ini,
Sebenarnya program CSR ini walaupun disisi lain, masyarakat juga
merupakan komitmen negara khusus tidak bisa seenaknya melakukan tuntutan
pemerintah Jawa Timur atau bukan kepada perusahaan, apabila harapannya
komitmen individual perusahaan untuk itu berada diluar batas aturan yang
melindungi kepentingan masyarakat. berlaku. Dengan adanya aturan hukum,
Apalagi kondisi perusahaan di Jawa maka perbedaan kepentingan antara para
Timur saat ini cenderung imperialis pihak baik perusahaan dan masyarakat
dibanding dengan negara lain, maka dapat dijembatani secara elegan. Jika
intervensi peruntukan dana dana menjadi kemitraan ini terjalin baik, dapat
penting ditentukan. Pelaksanaan dipastikan bahwa korporasi dan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) masyarakat dapat berhubungan secara

256
co-eksistensial, simbiosis-mutualistik F. Kesimpulan
dan kekeluargaan, sehingga pada Untuk meningkatkan kinerja
gilirannya akan meminimalisir potensi CSR di Provinsi Jawa Timur dengan
munculnya masalah-masalah sosial yang merujuk pada kajian teori dan analisis
belakangan kian tak terkendali. problematika CSR di Jawa Timur
Meski demikian, perlu kehati- terutama dalam pelaksanaan sutainable
hatian agar intervensi dan regulasi development, diperlukan 3 agenda
pemerintah terhadap dunia usaha ini, reformasi, yakni: 1). Policy governance
khususnya terhadap aktualisasi CSR model, model ini dibangun melalui
tidak terjebak pada birokratisasi yang sejumlah teori yang berkembang di
melelahkan dan berbiaya tinggi. masyarakat terutama teori kontrak sosial,
Regulasi yang berlebihan justru kepemimpinan dan yang dipimpin, dan
menimbulkan counter-productive manajemen modern. Model ini juga
terhadap proses demokratisasi yang memiliki kekuatan dalam
tengah terjadi di Indonesia saat ini. memperjuangkan kepentingan
Regulasi dalam konteks ini diperlukan masyarakat dan stakeholder 2).
agar semua komponen berjalan atas Penguatan manajemen pelaksanaan. Pola
dasar rule of law, patuh atas aturan main ini digunakan untuk melakukan
yang jelas, sehingga parameternya pun reformasi saat melaksanakan kegiatan
menjadi jelas. CSR dengan memperhatikan 3 bagian,
Sehubungan dengan itu perlu yakni: implementasi kegiatan, strategi
pemerintah Provinsi Jawa Timur implementasi kegiatan, mekanisme dan
menentukan actor pelaksana program sarana implementasi kegiatan; dan 3).
CSR, dengan harapan untuk dapat Penguatan intervensi pemerintah,
dievaluasi akan keberhasilan dan terutama dalam: penentuan penerima
kegagalan, selain untuk lebih dana CSR; penentuan program dana
memudahkan distribusi penggunaan CSR, dan penentuan aktor pelaksana
dana untuk pelaksanaan program CSR dana CSR.
secara berkelanjutan. Pelaksanaan
program CSR secara konsisten dalam
jangka panjang akan menumbuhkan rasa
keberterimaan masyarakat terhadap
kehadiran perusahaan. Kondisi seperti
itulah yang pada gilirannya dapat
memberikan keuntungan ekonomi-bisnis
kepada perusahaan yang bersangkutan.
Dengan pemahaman seperti itu, dapat
dikatakan bahwa, CSR adalah prasyarat
perusahaan untuk bisa meraih legitimasi
sosiologiskultural yang kuat dari
masyarakatnya. Dalam tataran praktis,
CSR seringkali diinterpretasikan sebagai
pengkaitan antara pengambilan
keputusan dengan nilai-nilai etika,
pemenuhan kaidah-kaidah hukum serta
menghargai martabat manusia,
masyarakat dan lingkungan.

257
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Asif Paryani, Muhammad (2011), http://docs.google.com/viewer?


Bettcher Kim Eric (ed), The CIPE Guide to Governance Reform: Strategic Planning for
Emerging Markets, Center for International Private Enterprise, 2009.
Brinkerhoff dan Crosby, Managing Policy Reform: Concepts and Tools for Decision Makers in
Development and Transitioning Cuntries, Kumarian Press, 2002.
Carver John, “A Theory of Governance: The Search for Universal Principles‖ Public
Management Review, Volume 3, Issue 1, Mar. 2001.
Clarke, T. Theories of corporate governance:The philosophical foundations of corporate
governance (First ed.). Oxon, New York: Routledge, 2004.
Djaelani, Chairul (Asisten II Setdaprov Jatim), materi rapat koordinasi dengan perwakilan
BUMN di Bank Jatim, Rabu (22/4/2011)
Heal, Geoffrey, “Corporate Social Responsibility: An Economic and Financial Framework”,
Paper was prepared for presentation at the 2004 Annual Conference of the Monte
Paschi Vita, organized around the topics of corporate governance and corporate social
responsibility.
Kaufmann, Daniel, Aart Kraay and Pablo Zoido-Lobaton (1999). "Aggregating Govemance
Indicators". World Bank Policy Research Department Working Paper No. 2195.
http://www.worldbank.orq/wbi/governance/pubs/ acgindicators.htm, on “Governance
Matters II updated”, The World Bank Development Research Group and World Bank
Institute Governance, Regulation, and Finance Division, Policy Research Working
Paper 2772, February 2002, worldbank.org/wbi/ governance/pubs/govmatters200l.htm
Kolk Ans, Hong Pan and Van Dolen Willemijn “Corporate Social Responsibility In China: An
Analysis Of Domestic And Foreign Retailers’ Sustainability Dimensions” Business
Strategy and the Environment, Vol. 19, No. 5, pp. 289-303, 2010,
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm? abstract_id= 1180263
Kurniawan, Teguh, The Changing Task of Public Management in Service Provision, 2007,
htt://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id
LAN-BPKP, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta, LAN-RI, 2000, hal 6.
Leal, et. al (2007), “The activity of Natura from the perspective of sustainable development and
of corporate social responsibility”, Universidade Presbiteriana Mackenzie Rua da
Consolação 896, CCSA – Centro de Ciências Sociais e Aplicadas Bairro Consolação -
01302-907 – São Paulo – SP, halaman 1 – 13.
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_ id=1007751
Morimoto R, Ash J, and Hope C,” Corporate Social Responsibiltiy Audit: From Theory To
Practice”, Research Papers in Management Studies, The Judge Institute of
Management University of Cambridge Trumpington Street Cambridge CB2 1AG, UK
www.jims.cam.ac.uk. WP 14/2004, P 18.
Soemanto Bakdi, Sustainable corporation: Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan
Masyarakat, Semen Gresik, Gersik, 2007
Widodo, Joko, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Cetakan ketiga, IKPI, Malang. 2007.
World Bank (Fox Ward and Howard, 2002:1) dalam Soemanto Bakdi, Sustainable Corporation :
Implication of the Harmonius Relationship between the Corporation and Coomunity,
2006.

258

Você também pode gostar