Você está na página 1de 9

Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK DARI LIMBAH MINYAK KELAPA SAWIT


(PALM SLUDGE OIL) DENGAN KATALIS Sn/ZEOLIT

Yudi Yustira1, Rudiyansyah2, Andi H. Alimuddin2, Yopa E. Prawatya3, Nelly Wahyuni2, Thamrin Usman2
1
Program Pascasarjana Kimia, UniversitasTanjungpura, Pontianak
2
Progam Studi Kimia,UniversitasTanjungpura, Pontianak
3
Progam Studi Teknik Industri,UniversitasTanjungpura, Pontianak

Email Korenpondensi: yudi.yustira.031@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan esterifikasi asam lemak dari limbah minyak kelapa sawit (palm crude oil). Pada
proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil) dihasilkan limbah yang
mengandung asam lemak bebas sekitar 10-80%. Esterifikasi asam lemak dari limbah minyak
kelapa sawit sebagai biodiesel dilakukan dengan katalis Sn/zeolit. Beberapa variabel reaksi
seperti persen katalis dan rasio molar sampel-reaktan digunakan untuk optimasi reaksi. Persen
koversi asam lemak sebesar 96,00% diperoleh pada kondisi reaksi 65ºC, 4 jam, rasio molar
sampel-metanol 1:10, dan persen katalis 5% (b/b). Regenerasi katalis dilakukan dengan cara
kalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam. Katalis hasil regenarasi dapat digunakan kembali
dengan nilai persen konversi asam lemak yang diperoleh mencapai 93,28%. Analisa GC-MS
menunjukkan bahwa komposisi metil ester biodiesel yang paling dominan adalah metil elaidat
(35,80%), metil palmitat (32,22%), dan metil stearat (11,09%). Metil ester yang dihasilkan
memiliki indeks bias 1,45 (29,6°C), kerapatan 0,88 g/mL (25°C) dan viskositas 9,28 cSt (25°C).

Kata Kunci: Biodiesel, Esterfikasi, Katalis Sn/Zeolit, Kelapa Sawit, Regenerasi


Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

I. PENDAHULUAN dapat digunakan sebagai katalis asam Lewis


Minyak bumi merupakan sumber energi untuk reaksi esterifikasi dan menunjukkan
yang sangat komersial secara global pada saat aktivitas katalitik yang tinggi, namun tidak dapat
ini. Setiap tahun kebutuhan akan minyak bumi diperoleh kembali karena larut dalam metanol
semakin meningkat, sehingga ketersedian dan gliserol. Untuk mengatasi hal tersebut,
minyak bumi menjadi berkurang. Hal ini perlu logam Sn perlu diembankan pada matriks
diantisipasi dengan pengembangan sumber pendukung. Zeolit digunakan sebagai
energi lain, salah satunya biodiesel (Usman dkk, pengemban untuk mendispersikan logam Sn
2009). Sumber bahan baku minyak nabati yang karena zeolit di dalam sistem metal-supported
tersedia dan paling prospektif dikembangkan catalyst mempunyai aktivitas katalitik yang
sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, tinggi, menyebabkan katalis tidak mudah
khususnya di Kalimantan Barat diantaranya menggumpal, mempunyai porositas yang luas,
kelapa sawit (Elais gueneensis Jacq) karena serta stabil terhadap temperatur tinggi (Khabib,
didukung oleh ketersediaannya yang melimpah. 2013).
Menurut Choo dan Basiron (1987), proses Logam Sn yang diimpregnasi dalam zeolit
pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan telah terbukti mampu mengkonversi asam lemak
limbah minyak kelapa sawit (palm sludge oil) dari limbah minyak kelapa sawit menjadi metil
yang mengandung asam lemak bebas sekitar 10- ester melalui reaksi esterifikasi (Yustira, dkk.,
80%. Limbah tersebut dapat digunakan sebagai 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
sumber asam lemak dalam pembentukan lebih lanjut untuk menentukan kondisi optimum
senyawa metil ester melalui reaksi esterifikasi. reaksi sehingga diperoleh metil ester dalam
Umumnya katalis yang banyak digunakan jumlah yang maksimum melalui pengukuran
dalam reaksi esterifikasi pembuatan biodiesel beberapa variable seperti persen katalis dan rasio
adalah katalis homogen asam, namun katalis molar limbah minyak kelapa sawit dan metanol
homogen sulit untuk dipisahkan dari produk dan produk metil ester yang dihasilkan dianalisa
hasil reaksi, bersifat korosif, menghasilkan sifat fisik dan komponennya. Kemajuan reaksi
limbah yang beracun dan tidak dapat digunakan diikuti dengan mengukur kadar asam lemak
kembali secara berulang untuk reaksi esterifikasi bebas sebelum dan setelah terjadinya reaksi
(Viswanathan, 2007). Katalis heterogen esterifikasi. Katalis sisa dalam reaksi
merupakan salah satu alternatif sebagai diregenerasi kembali untuk mengetahui metode
pengganti katalis homogen yang perlu untuk regenerasi yang sesuai.
dikembangkan, misalnya zeolit (Kusuma dkk.,
2011; Chung et al., 2008, dan Wirasito, dkk., II. METODOLOGI PENELITIAN
2014). Zeolit mampu menjadi katalis asam dan Alat dan Bahan
dapat digunakan sebagai pendukung logam aktif Alat yang digunakan pada penelitian ini
atau sebagai reagen, serta dapat digunakan dalam meliputi ayakan 100 mesh, mesin sieve shaker,
katalis oksida. Kinerja zeolit alam aktif dapat peralatan gelas yang umum dilaboratorium,
ditingkatkan dengan cara mengembankan logam indikator universal, seperangkat alat refluks,
transisi maupun oksida logam transisi (Kusuma, seperangkat alat Gas Chromatography Mass
dkk., 2011 dan Handoko, 2002). Spectrometry (GC-MS) Shimadzu QP2010 Ultra.
Berkenaan dengan peningkatan kinerja Bahan yang digunakan pada penelitian ini
zeolit, senyawaan timah (Sn) menjadi perhatian meliputi akuades (H2O), asam sulfat (H2SO4)
penting karena merupakan salah satu senyawa p.a., diklorometana (CH2Cl2) p.a, etanol
yang borpotensi untuk dikembangkan sebagai (C2H5OH) 95%, indikator phenolphthalein,
katalis heterogen dalam produksi biodiesel. kalium hidroksida (KOH), magnesium sulfat
Cadroso et al. (2008) telah menggunakan SnCl2 anhidrat (MgSO4), metanol (CH3OH) p.a., n-
sebagai katalis dalam reaksi esterifikasi asam heksan (C6H14) p.a., natrium klorida (NaCl), plat
oleat dan menunjukan aktivitas katalitik yang silika G F254, sampel limbah minyak kelapa
sangat mirip dengan H2SO4. Casas et al., (2013) sawit, timah (II) klorida (SnCl2), dan zeolit alam
menyebutkan bahwa beberapa senyawaan timah komersil.
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

Preparasi Material kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid,


Preparasi sampel zeolit alam dilakukan FFA) sampel sebelum dan setelah esterifikasi.
dengan mencuci zeolit dengan H2O sebanyak 3 Untuk mengetahui kondisi optimum katalis,
kali. Zeolit dalam kondisi basah kemudian dilakukan variasi terhadap konsentrasi katalis
dikeringkan dalam oven pada temperature dan rasio molar reaktan. Untuk mengetahui
110°C. Zeolit kemudian digerus hingga halus, konsentrasi optimum katalis, dilakukan
lalu diayak dengan ayakan 100 mesh. Zeolit penentuan konsentrasi optimum katalis dengan
yang lolos ayakan 100 mesh kemudian disebut memvariasikan konsentrasi katalis pasa 1%, 2%,
zeolit hasil preparasi. Sedangkan preparasi 3%, 4%, 5%, dan 6% (b/b). Dan untuk
sampel limbah minyak kelapa sawit dilakukan mengetahui kondisi optimum rasio molar reaktan
dengan ditentukan kadar air dan bilangan asam. pada reaksi esterifikasi dari limbah minyak
kelapa sawit menggunakan katalis Sn/zeolit,
Sintesis Katalis (Yustira, dkk.,2015) dilakukan reaksi dengan variasi rasio molar
Sintesis katalis Sn/zeolit dilakukan dengan sampel dan metanol 1:5; 1:10; 1:15; 1:20 dan
proses pelarutan SnCl2 kedalam H2O dan 1:25. Konsentrasi katalis dan rasio molar
ditambahkan zeolit. Perbandingan massa antara optimum adalah konsentrasi katalis dan rasio
SnCl2 dan zeolit divariasikan dengan molar yang memberikan hasil konversi produk
perbandingan 4:1. Proses pembuatan katalis paling optimal.
dilakukan dalam labu leher tiga dengan
kondenser refluks, termometer, dan pengaduk Regenerasi Katalis
magnet. Proses impregnasi zeolit dengan larutan Regenerasi katalis Sn/zeolit dilakukan
SnCl2 dilakukan pada suhu 60°C selama 2 jam, dengan dua metode regenerasi yang berbeda
kemudian campuran dimasukan kedalam oven yaitu regenerasi A dan regenerasi B. Pada
bersuhu 60°C selama 24 jam. Setelah proses regenerasi A yang mengacu pada metode
impregnasi selesai, katalis Sn/zeolit dipisahkan regenerasi katalis oleh Kondamudi et al. (2011),
dari larutan SnCl2 menggunakan filtrasi vakum. katalis Sn/zeolit yang telah digunakan pada
Katalis yang tertahan di kertas saring kemudian reaksi esterifikasi asam lemak dari limbah
dikeringkan dalam oven bersuhu 105 ± 5°C minyak kelapa sawit diambil dan dicuci dengan
selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan dengan akuades dan n-heksan masing-masing
air. Setelah 24 jam, katalis tersebut kemudian tiga kali untuk menghilangkan pengotor polar
dikalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam. dan non polar yang terserap pada permukaan
katalis. Katalis bekas tersebut kemudian
Esterifikasi Limbah Minyak Kelapa Sawit dikeringkan dalam oven bersuhu 120°C selama
dengan Katalis Sn/Zeolit (Usman dkk.,2009) 24 jam dan dikalsinasi pada suhu 450°C selama
Esterifikasi asam lemak dari limbah minyak 4 jam. Pada regenerasi B yang mengacu pada
kelapa sawit dilakukan dengan mencampurkan metode regenerasi katalis oleh Tadeus (2013),
sampel limbah minyak kelapa sawit dan metanol, katalis Sn/zeolit sisa diambil dan dikalsinasi
serta ditambahkan katalis Sn/zeolit. Reaksi pada suhu 450°C selama 4 jam. Kemudian
dilakukan pada temperatur +65°C sambil diaduk katalis Sn/zeolit yang diregenerasi dengan
dengan pengaduk magnet selama 4 jam. Produk metode A dan metode B tersebut digunakan
hasil esterifikasi disentrifugasi sehingga kembali pada reaksi esterifikasi pada kondisi
dihasilkan 3 lapisan yaitu lapisan katalis optimum.
(bawah), metil ester (tengah) dan metanol sisa
(atas). Produk metil ester dicuci dengan larutan Analisis Produk Esterifikasi Limbah Minyak
NaCl jenuh. Pencucian dilakukan hingga produk Kelapa Sawit
yang dihasilkan menjadi netral dan kemudian Produk metil ester yang telah bebas pelarut
ditambahkan MgSO4 anhidrat. Produk dan sisa katalis kemudian dikarakterisasi sifat
dievaporasi sehingga dihasilkan produk metil fisik (berat jenis, indek bias, kelarutan,
ester yang murni. Selanjutnya ditentukan viskositas). Selanjutnya fase metil ester
persentase konversi produk dengan menentukan diidentifikasi menggunakan GC-MS.
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN kinerja zeolit dalam penggunaannya sebagai


Karakterisasi Sampel katalis setelah diimpregnasikan Sn karena
Sampel limbah minyak sawit secara fisik dengan ukuran partikel yang halus, maka luas
berupa padatan yang bewarna kuning pada suhu permukaannya akan meningkat. Dengan
kamar dan berbau tidak sedap. Hal ini meningkatnya luas permukaan, memungkinkan
dikarenakan asam lemak merupakan hidrokarbon terjadinya kontak reaktan dengan partikel katalis
berantai panjang yang mudah mengalami semakin besar.
oksidasi. Oksidasi terjadi karena adanya kontak Logam Sn yang diimpregnasikan pada zeolit
asam lemak pada sampel limbah minyak kelapa menggunakan larutan SnCl2 dengan rasio Sn dan
sawit tersebut dengan sejumlah oksigen. Asam zeolit adalah 4:1. Menurut Yustira dkk. (2015)
lemak yang mengalami oksidasi akan mengalami bahwa pada perbandingan tersebut jumlah Sn
perubahan warna dan berbau tidak sedap (berbau yang terserap adalah paling besar dengan
tengik) (Sykes, 1989). Sebelum dilakukan reaksi efisiensi penyerapan Sn yang mencapai 90,79%.
esterifikasi terhadap sampel limbah minyak Selain itu, pada perbandingan tersebut juga
kelapa sawit dengan menggunakan katalis memberikan keasaman total katalis dan
Sn/zeolit, terlebih dahulu dilakukan preparasi persentase konversi metil ester yang paling
dan karakterisasi terhadap sampel limbah besar.
minyak kelapa sawit mentah. Karakterisasi Menurut Aziz (2003), semakin tinggi
sampel terdiri atas penentuan kadar air, bilangan konsentrasi katalis, konversi reaksi semakin
asam, kadar asam lemak bebas. Hasil analisis besar. Hal ini disebabkan karena dengan naiknya
dari limbah minyak kelapa sawit dapat dilihat kosentrasi katalis akan semakin menurunkan
pada Tabel 1. energi aktivasi, sehingga meningkatkan jumlah
Tabel 1. molekul yang teraktifkan yang mengakibatkan
Karakterisasi Limbah Minyak Kelapa Sawit kecepatan reaksi menjadi naik.
Karakteristik Jumlah
Kadar Air 2,07%
Bilangan Asam 131,95 g/mol
Kadar asam lemak bebas 60,21%

Reaksi Esterifikasi Limbah Minyak Kelapa


Sawit dengan Katalis Sn/Zeolit
Tingginya kadar asam lemak bebas
menyebabkan sampel limbah minyak kelapa
sawit tersebut bersifat sangat asam sehingga
prosedur yang sesuai dengan sampel limbah
minyak kelapa sawit tersebut dalam proses
pembentukan biodiesel adalah dengan metode
esterifikasi dengan katalis yang juga bersifat
asam yaitu katalis Sn/zeolit yang memiliki Gambar 1. Konversi metil ester dengan variasi
keasaman total 0,54 mmol/g (Yustira dkk., konsentrasi katalis Sn/zeolit
2015). Reaksi esterifikasi dilakukan dengan Gambar diatas menunjukan bahwa
metode refluks yang menggunakan bantuan konsentrasi katalis optimum dalam konversi
pengaduk magnet dan pemanas. Hal ini asam lemak menjadi metil ester dicapai pada
dikarenakan proses refluks dapat mencegah konsentrasi katalis 5% yang memberikan
kemungkinan jumlah metanol yang digunakan persentase konversi metil ester sebesar 96,00%.
saat reaksi berlangsung tidak berkurang sehingga Penambahan konsentrasi katalis yang lebih
volume metanol sebelum dan sesudah reaksi tinggi (6% katalis) justru diperoleh persentase
tetap sama (Wirasito dkk., 2014). Dengan adanya konversi produk yang lebih rendah yaitu 64,97%
proses preparasi, diperoleh zeolit yang halus dan dan juga menyebabkan sebagaian produk metil
homogen. Ukuran partikel mempengaruhi ester yang telah terbentuk dari reaksi esterifikasi
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

menjadi membeku. Hal ini dikarenakan sejumlah


katalis berlebih memberikan kecenderungan
pada pembentukan emulsi sehingga
meningkatkan viskositas dan menimbulkan
terbentuknya gel sebelum waktu reaksi yang
diinginkan tercapai. Hal ini menyulitkan pada
pemisahan, sehingga harus dilakukan pemanasan
campuran metil ester dan secara nyata konversi
metil ester yang dihasilkan akan berkurang.
Reaksi esterifikasi antara asam karboksilat
dan alkohol dengan penambahan katalis asam
akan menghasilkan ester dan air yang Gambar 3. Tahap-tahap reaksi katalis Sn/zeolit
berkesetimbangan (reaksi berjalan bolak
balik/reversible). Meskipun reaksi berjalan Regenerasi Katalis Sn/Zeolit
reversible, reaksi dapat digeser kearah produk Katalis yang digunakan dalam periode
dengan cara memberikan alkohol secara waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya
berlebih. penurunan aktivitas katalis. Penurunan aktivitas
katalis tersebut terjadi karena adanya pengotor
yang terdeposit pada permukaan dan pori-pori
katalis (Trisunaryanti, 2002). Persentase
konversi metil dengan katalis Sn/zeolit A dan
katalis Sn/zeolit B masing-masing adalah
92,37% dan 93,28%. Ini menunjukkan bahwa
metode B lebih efektif untuk meregenerasi
katalis Sn/zeolit sehingga memiliki aktivitas
yang mendekati aktivitas katalis Sn/zeolit baru.
Metode B lebih menguntungkan untuk
digunakan dalam meregenerasi katalis Sn/zeolit,
selain dari hasil persentase konversi metil ester
juga dari segi waktu dan biaya. Hal ini
Gambar 2. Konversi metil ester dengan variasi dikarenakan metode B hanya memerlukan proses
rasio molar reaktan pemanasan didalam tanur untuk menghilangkan
Pada gambar diatas terlihat bahwa rasio mol pengotor. Dari segi warna, katalis Sn/zeolit hasil
reaktan yang optimum yaitu pada 1:10 yang regenerasi memiliki warna yang lebih gelap
mampu menghasilkan persentae konversi metil dibandingkan dengan katalis Sn/zeolit baru. Hal
ester paling tinggi yaitu 96,00%. Hal ini terlihat ini terjadi karena adanya metil ester yang
dengan penambahan jumlah metanol menjadi 15 mengandung karbon yang terperangkap pada
mol justru menurunkan persentase konversi meti katalis dan membentuk arang.
ester menjadi 90,74%. Penurunan persentase
konversi metil ester terus terjadi seiring dengan
bertambahnya jumlah metanol yang direaksikan.
Hal ini terjadi karena jumlah metanol yang
terlalu banyak mengakibatkan reaksi kembali
kereaktan dan mengurangi persentase konversi
metil ester. Tingginya persentase konversi metil (a) (b) (c)
ester pada rasio mol 1:10 tersebut menujukan
bahwa reaksi telah bergeser kearah produk.
Adapun tahapan interaksi katalis Sn/zeolit dalam
reaksi esterifikasi ini adalah pada Gambar 1
(Fogler 2006).
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

Gambar 4. Perbandingan warna katalis Sn/zeolit mengkarakterisasi sifat fisiknya yang meliputi
baru (a), katalis Sn/zeolit A (b), katalis Sn/zeolit indeks bias, kerapatan, viskositas, dan kelarutan.
B (c) Hasil karakterisasi produk metil ester hasil
esterifikasi asam lemak dari limbah minyak
Karakterisasi Metil Ester kelapa sawit ditunjukan dalam Table 2.
Kualitas metil ester yang diperoleh dalam
reaksi esterifikasi ditentukan dengan

Tabel 2. Karakteristik Fisik Produk Metil Ester dengan Katalis Sn/Zeolit


SNI-04-7182-2006 Produk
Karakteristik
Min Maks Metil Ester
Indeks Bias (29,6°C) 1,435 1,450 1,45
Kerapatan 25°C(g/mL) 0,850 0,890 0,88
Viskositas 25°C (Cst) 2,3 6,0 9,28
Kelarutan :
-Air Tidak Larut
-Metanol Larut Sebagian
-Etanol Larut
-Etil Asetat Larut
-Aseton Larut
-Metilen Klorida Larut
-n-heksana Larut
Pengukuran terhadap beberapa sifat fisik ini disebabkan adanya asam lemak dan
tersebut memberikan hasil bahwa indeks bias komponen minyak seperti trigliserida yang
dan kerapatan senyawa metil ester yang belum terkonversi menjadi metil ester. Hal ini
dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi dapat dilihat dari hasil identifikasi dengan
nilai standar. Sedangkan hasil pengukuran kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap produk
viskositas memberikan hasil yang berbeda dari metil ester hasil reaksi esterfikasi limbah minyak
standar yang ditetapkan. Metil ester hasil reaksi kelapa sawit mentah dengan katalis Sn/zeolit
esterifikasi asam lemak dari limbah minyak pada Gambar 5.
kelapa sawit dengan katalis Sn/zeolit memiliki
nilai viskositas yang lebih besar yaitu 9,28 cSt Metil Ester
dibandingkan dengan standar biodiesel yang
ditetapkan (2,3-6,0 cSt). Viskositas merupakan
ukuran dari tahanan aliran suatu fluida yang Asam Lemak,
mengalir dan merupakan salah satu ukuran Trigliserida
kualitas bahan bakar yang penting serta
bergantung pada pada temperatur. Viskositas
yang terlalu rendah menyebabkan pelumasan Gambar 5. Kromatogram KLT metil ester hasil
yang buruk dan cenderung menyebabkan reaksi esterfikasi
kebocoran pada pompa. Viskositas rendah Uji kelarutan metil ester hasil reaksi
memudahkan bahan bakar mengalir dan esterifikasi asam lemak dari limbah minyak
teratomisasi sehingga menguntungkan pada kelapa sawit dengan menggunkaan katalis
putaran mesin yang cepat. Sedangkan viskositas Sn/zeolit terhadap beberapa pelarut polar dan
yang terlalu tinggi menyebabkan asap yang kotor nonpolar menunjukkan bahwa metil ester hasil
karena bahan bakar lambat mengalir dan sulit reaksi esterifikasi bersifat nonpolar. Metil ester
teratomisasi, serta pembakaran yang kurang bersifat nonpolar dikarenakan kepolaran gugus
sempurna yang selanjutnya akan mengakibatkan esternya tertutupi oleh panjangnya rantai karbon
terbentuknya deposit karbon dalam ruang mesin yang bersifat nonpolar.
maupun piston. Viskositas yang melebihi standar
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

Analisa GC-MS dilakukan terhadap kelapa sawit pada kondisi yang terbaik dengan
produk reaksi esterifikasi limbah minyak kelapa kadar FFA terendah sehingga memberikan
sawit dengan katalis Sn/zeolit pada kondisi persentase konversi yang tertinggi. Hasil analisis
optimum. Hal ini bertujuan untuk melihat persen GC-MS berupa kromatogram yang dapat dilihat
konversi dari asam lemak dari limbah minyak pada Gambar 6.

Gambar 6. Kromatogram GC produk reaksi esterifikasi dengan katalis Sn/zeolit


Tabel 3. Perbandingan Komponen Limbah Minyak Kelapa Sawit
dan Produk Reaksi Esterifikasi Limbah Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Sn/Zeolit
Limbah Minyak Kelapa Sawit Produk Reaksi Esterifikasi
Nama Senyawa Luas Area (%) Nama Senyawa Luas Area (%)
Asam kaproat 0,25 Metil kaproat 0,45
Asam kaprilat 0,17 Metil kaprilat 0,28
Asam pelargonat 0,07 Metil pelargonat 0,19
Asam laurat 0,29 Metil laurat 0,41
Asam miristat 2,33 Metil miristat 2,67
Asam pentadekanoat 0,14 Metil pentadekanoat 0,16
Asam palmitoleat 0,21 Metil palmitoleat 0,21
Asam palmitat 35,22 Metil palmitat 32,22
Asam margarat 0,44 Metil margarat 0,46
Asam linoleat 8,33 Metil linoleat 5,61
Asam elaidat 22,81 Metil elaidat 35,80
Asam oleat 13,30 - -
Asam stearat 11,49 Metil stearat 11,09
Asam eikosanoat 0,40 Metil Eikosenoat 0,33
Asam 10-keto stearat 0,79 Metil 10-keto stearat 1,06
Asam arakhidat 1,68 Metil arakhidat 1,78
Berdasarkan hasil analisa GC-MS dapat Sn/zeolit, dimana persen konversi metil ester
diketahui bahwa terdapat 23 senyawa metil ester yang diperoleh adalah sebesar 96,12% dan
pada produk reaksi esterifikasi dengan katalis senyawa ester yang paling dominan adalah metil
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

elaidat (35,80%), metil palmitat (32,22%), dan Transesterification of Acid Vegetable Oils,
metil stearat (11,09%). Bila dibandingkan Fuel Processing Technology., Volume 106,
dengan sampel limbah minyak kelapa sawit pp. 321–325.
sebelum reaksi, kandungan asam lemak terbesar Choo, Y.M., dan Basiron, Y.,1987, Production
pada sampel tersebut adalah asam palmitat of Palm Oil Metil Esters dan its Use as
(35,22%) dan asam elaidat (22,81%) dan asam Diesel Subtitute, Palm Oil Research
oleat (13,30%). Hal ini dapat terjadi karena asam Institute of Malaysia (PORIM).
oleat yang terkandung dalam limbah minyak Chung, K.W., Chang, D.R., dan Park, B.G.,
kelapa sawit berubah menjadi metil elaidat yang 2008, Removal of Fatty Acid in Waste
lebih stabil dibandingkan metil oleat. Frying Oil by Esterification with Methanol
on Zeolite Catalysts, J. Bioresource
IV. KESIMPULAN Technology, 99 : 7438-7443.
Reaksi esterifikasi asam lemak dari limbah Fogler, H.S., 2006, Elements of Chemical
minyak kelapa sawit dengan katalis Sn/zeolit Reaction Engineering, 4th Ed, Pearson
berlansung optimum pada rasio molar sampel Education International, New York.
dan methanol 1:10, dan persen katalis 5% (b/b). Handoko, D.S.P., 2002, Preparasi Katalis
Kondisi tersebut mamapu memberikan persen Cr/Zeolit Melalui Modifikasi Zeolit Alam,
koversi asam lemak sebesar 96,00%. Katalis J. Ilmu Dasar, Volume 3, No. 1, pp. 15-23.
Sn/zeolit juga dapat digunakan kembali dalam Khabib, I., 2013, Studi Deaktivasi dan
reaksi esterikasi dengan nilai persen konversinya Regenerasi Katalis Ni/Za pada Reaksi
hingga 93,28% setelah diregenerasi melalui Perengkahan Polipropilena, Universitas
kalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam. Analisa Negeri Semarang, Fakultas Matematika
GC-MS menunjukkan bahwa komposisi metil dan Ilmu Pengetahuan Alam, Semarang.
ester biodiesel yang paling dominan adalah metil Kondamudi, N., Mohapatra, S. K., Misra, M.,
elaidat (35,80%), metil palmitat (32,22%), dan 2011, Quintinite as a Bifunctional
metil stearat (11,09%). Metil ester yang Heterogeneous Catalyst for Biodiesel
dihasilkan memiliki indeks bias 1,45 (29,6°C), Synthesis, Applied Catalysis A: General,
kerapatan 0,88 g/mL (25°C) dan viskositas 9,28 Volume 393, pp. 36-43.
cSt (25°C). Kusuma, I, R., Hadinoto, P, J., Ayucitra, A., dan
Ismadji, S., 2011, Pemanfaatan Zeolit
UCAPAN TERIMA KASIH Alam sebagai Katalis Murah dalam Proses
Terima kasih kami ucapkan kepada Ditjen Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa
Dikti yang telah mendanai penelitian ini melalui Sawit, Prosiding Seminar Nasional
skim penelitian PENPRINAS MP3EI dengan Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia
Nomor Kontrak 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/II/ 2011, Institut Teknologi Sepuluh
2015. November, Surabaya.
Standar Nasional Indonesia (SNI), 2006,
DAFTAR PUSTAKA Biodiesel, SNI-04-7182-2006
Aziz, I., 2003, Kinetika Reaksi Transesterifikasi Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi., 1989,
Minyak Goreng Bekas, Universitas Islam Analisa Bahan Makanan dan Pertanian,
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Lyberty, Yogyakarta.
Fakultas Sains dan Teknologi, pp. 19-23. Sykes, P., 1989, Penuntun Mekanisme Reaksi
Cardoso, A.L., Neves, S.C.G., dan Silva, M.J.D., Kimia Organik, Penerjemah: Drs. Anton J.
2008, Esterification of Oleic Acid for Hartomo, PT. Gramedia, Jakarta.
Biodiesel Production Catalyzed by SnCl2: Tadeus, A., Silalahi, I.H., Sayekti, E., dan
A Kinetic Investigation, Energies, Volume Sianipar, A., 2013, Karakterisasi Katalis
1, pp. 79-92, ISSN 1424-8220. Zeolit-Ni Regenerasi dan Tanpa
Casas, A., Ramos, M.J., Rodriguez, J.F., dan Regenerasi dalam Reaksi Perengkahan
Perez, A., 2012, Tin Compounds as Lewis Katalitik, Jurnal Kimia Khatulistiwa,
Acid Catalysts for Esterification and Volume 2, No. 1, pp. 24-29.
Seminar Nasional Ke-2 PIPT 2016 Untan Pontianak

Trisunaryanti, W., 2002, Optimasi Waktu dan Trans-Esterification Reaction, Indian


Rasio Katalis/Umpan Pada Proses Institute Of Technology, Madras, Chennai
Perengkahan Katalitik Fraksi Sampah 600-036.
Plastik Menjadi Fraksi Bensin Wirasito, Usman, T., dan Harlia, 2014,
Menggunakan Katalis Cr/Zeolit Alam, Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas
Indonesian Journal of Chemistry, Volume dengan Menggunakan Katalis Zeolit
2, No. 1, pp. 26-34. Termodifikasi Abu Tandan Kosong Kelapa
Usman, T., Ariani, L., Rahmalia, W., dan Advant, Sawit (TKKS), Jurnal Kimia Khatulistiwa,
R., 2009, Esterifikasi Asam Lemak dari Volume 3, No. 1, pp. 32-36.
Limbah Kelapa Sawit (Sludge Oil) Yustira, Y., Usman, T., dan Wahyuni, N., 2015,
Menggunakan Katalis Tawas, Indonesian Sintesis Katalis Sn/Zeolit dan Uji Aktivitas
Journal of Chemistry, 9, No. 3, pp. 474– pada Reaksi Esterifikasi Limbah Minyak
478. Kelapa Sawit (Palm Sludge Oil), Jurnal
Viswanathan, B. dan A.V. Ramaswamy, 2007, Kimia Khatulistiwa, Volume 4, No. 1, pp.
Selection Of Heterogeneous Catalysts For 58-66.

Você também pode gostar