Você está na página 1de 44

POLUSI UDARA DI DKI JAKARTA

Anggota Kelompok:

1. Laras 7. Kezia Ayu


2. Marlev 8. Novira Rosita
3. Endang Setiyowati 9. Riskayanti
4. Hilmi Darmawan 10. Sera Herawati
5. Gabriella 11. Steffi Aprilda
6. Fellycia Aziza 12. Dinah Delima

Universitas Trisakti
Magister Akuntansi
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk dapat memenuhi
tugas Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat sekitar, sehingga masyarakat dapat lebih sadar dengan
masalah polusi udara di Jakarta dan bersama-sama menanggulanginya. Laporan ini
disusun berdasarkan materi yang telah diberikan di dalam kelas Akuntansi Manajemen
oleh tim.
Dalam selesai nya makalah ini, kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat makalah
ini, sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana mestinya.

Jakarta, 26 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5

BAB II KERANGKA TEORI


2.1. Polusi dan Polutan ......................................................................................... 7
2.2.1 Dampak Polusi Udara .............................................................................. 8
2.2.2 Parameter Pencemaran Udara ............................................................... 11
2.3. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) ..................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Objek Penelitian ........................................................................................... 29
3.2 Analisa dan Pembahasan .............................................................................. 29
3.2.1 Kendaraan Bermotor di Jakarta ............................................................. 29
3.2.2 Gangguan Dari Polusi Udara ................................................................ 30
3.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Astra International Tbk. ............... 30
3.4 Pengelolaan CSR pada tahun 2017 ............................................................... 33
3.5 Realisasi Kegiatan CSR PT Astra International ........................................... 35
3.6 Pengelolaan Tanggung Jawab Kepada Konsumen pada Tahun 2017 .......... 35
3.7 Realisasi Kegiatan Tanggung Jawab Konsumen .......................................... 36
3.8 Yayasan-yayasan Grup Astra dan SATU Indonesia Awards ....................... 37

iii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 38
4.2 Saran ............................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat populasi bertumbuh, aktivitas bisnis semakin meluas dan dunia
semakin sempit, jutaan orang semakin mengkhawatirkan kebutuhan yang
kritikal dari orang-orang yang menentukan keberlangsungan hidup masyarakat.
Isu tentang kualitas air dan udara, karsinogen, pemanasan global dan juga
konsumsi berlebihan terhadap sumberdaya yang tidak terbarukan menjadi isu
utama tiap hari di masyarakat. Para pemimpin bisnis pun tampil berbicara
mengenai sustainability development yang berarti pula bagaimana perusahaan
yang menghasilkan barang dan jasa pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Salah satu masalah yang timbul di kota - kota besar yang sedang
berkembang termasuk Jakarta yaitu Pencemaran Lingkungan (Polusi Udara).
Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia mempunyai daya tarik yang
sangat kuat sehingga jumlah penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat
seperti di tahun 2017 mencapai 10,18 juta orang. Dikarenakan Jakarta
merupakan pusat bisnis dan pusat pemerintahan yang cukup padat dan
membutuhkan transportasi yang memadai untuk menunjang aktivitas
perekonomian.
Udara adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di muka
bumi ini karena setiap makhluk khususnya manusia menghirupnya setiap hari.
Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen
esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara
merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20
% Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri
dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara

1
dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila
komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan
gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut,
maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi.
Pencemaran udara atau polusi udara adalah adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan komposisi udara dari
keadaan normalnya. Dengan berubahnya komposisi udara maka terjadi
penurunan kualitas udara tersebut. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar
dan jenis sumber pencemar yang ada, seperti dari kegiatan industri, kegiatan
transportasi, dan lain-lain. Masing-masing sumber pencemaran udara yang
berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemaran
udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar yang digunakan,
teknologi serta pengawasan yang dilakukan. Pencemaran udara akan
memberikan efek negatif bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Efek negatif yang dialami bisa berupa efek secara langsung seperti udara
yang tidak segar atau bau udara yang sangat menyengat dan efek yang dirasakan
secara tidak langsung seperti mengganggu kesehatan pernafasan. Akibatnya
fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya
wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang memiliki riwayat penyakit paru dan
saluran pernapasan menahun. Celakanya, para penderita maupun keluarga tidak
menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara
akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan. Diperkirakan
dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan penyakit paru-paru dan
saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut kini yang
menempati posisi teratas dalam pola penyakit di berbagai wilayah di Indonesia,
tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemaran udara.
Kendaraan bermotor mengeluarkan gas buang yang bisa menurunkan kesehatan
manusia dan makhluk lainnya. Gas buang tersebut berbahaya bagi kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan. Gas buang berbahaya yang dikeluarkan oleh

2
kendaraan bermotor diantaranya : NOx, CO, dan SO2. Masalah lingkungan atau
pencemaran udara semakin menarik untuk sering dipelajari seiring
meningkatnya keterkaitan antara aktivitas bisnis dengan lingkungan.
Lingkungan diakui atau tidak diakui memiliki kontribusi yang cukup besar
dalam mendukung aktivitas bisnis perusahaan, disisi lain, aktivitas bisnis sering
berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Hakikatnya perusahaan yang
berorientasi pada laba menyebabkan penggunaan segala upaya oleh perusahaan
untuk meningkatkan laba demi kelangsungan usaha, masalah timbul ketika
upaya tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan dan perusahaan tidak
mempedulikannya.
Akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran perusahaan
maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari lingkungan.
Pada dasarnya konsep akuntansi lingkungan meliputi beberapa faktor antara lain
biaya konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan uang), keuntungan
konservasi (diukur dengan unit fisik) dan keuntungan ekonomi diukur dari
kegiatan konservasi lingkungan (diukur dalam satuan uang) (Ikhsan, 2008).
Adapun tujuan utama dari akuntansi lingkungan adalah dipatuhinya
perundangan perlindungan lingkungan untuk menemukan efisiensi yang
mengurangi dampak dan biaya lingkungan (Helvegia, 2001).
Konsep akuntansi lingkungan dicetuskan di Eropa sekitar 1970 karena
tekanan dari kalangan non-pemerintah yang menginginkan industri
memperhatikan lingkungan yang dikelola dengan baik, bukan hanya mengambil
Sumber Daya Alam saja. Kemudian tahun 1990 Komite Standar Akuntansi
Internasional (The International Accounting Standards Committee-IASC) yang
bertugas mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi internasional dimana
termasuk akuntansi lingkungan dan audit hak asasi manusia kemudian standar
untuk industri juga semakin berkembang dan asosiasi auditor profesional seperti
The American Institute of Certified Public Auditor (AICPA) mengeluarkan
prinsip-prinsip universal tentang Environmental Audits. Pada tahun 1999 Badan
Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Agency) yang kemudian berubah

3
menjadi Kementrian Lingkungan Hidup mengeluarkan panduan akuntansi
lingkungan pada bulan Mei 2000 dan 2005. Semua perusahaan di Jepang
diwajibkan menerapkan akuntansi lingkungan . (Djogo, 2006 dalam Arfan
Ikhsan, 2008:10).
Laporan keuangan merupakan bagian dari data perusahaan. Data
akuntansi lingkungan tidak hanya digunakan oleh perusahaan atau internal
organisasi lainnya, tetapi digunakan untuk seluruh publik. Ada beberapa alasan
kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan pengadposian akuntansi
lingkungan sebagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain:
1. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus biaya-
biaya lingkungan.
2. Biaya dan manfaat lingkungan mungkin kelihatannya melebihi jumlah
nilai rekening/akun.
3. Memungkinkan pendapatan hasil dari biaya-biaya lingkungan.
4. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin
memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan kebersihan
bisnis perusahaan.
5. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap
produk dari proses lingkungan yang diinginkan
6. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana pelanggan
mengharapkan produk/jasa lingkungan yang bersahabat.
7. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen
lingkungan yang menghendaki aturan untuk beberapa jenis perusahaan.
Oleh karena itu, dengan adanya akuntansi lingkungan dapat meminimalkan
dampak buruk dari perkembangan suatu daerah dan meningkatkan jumlah
informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat
menggunakannya.
Pada saat ini banyak perusahaan sedang berusaha untuk mewujudkan
eco-efficiency yang lebih baik, dimana mereka secara bersamaan meningkatkan

4
produksi barang maupun service mereka dan juga sekaligus mengurangi efek
yang merusak terhadap lingkungan dari produk tersebut.
Selain menjadi isu penting yaitu tentang kesehatan dan implikasi dari
kualitas hidup yang lebih baik, menjadi pertanyaan mengenai bagaimana biaya-
biaya ini diaplikasikan dalam akuntansi managerial? Jawabannya adalah
pengaplikasian biaya perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan atau
bisa juga disebut environmental cost (EC). Environmental cost dicontohkan
seperti pemasangan srubber di saluran pembuangan asap pabrik agar sesuai
dengan peraturan pemerintah, perbaikan proses produksi untuk menghindari
atau mengurangi sejumlah polusi dan membersihkan sungai yang sudah
tercemar. Semua biaya-biaya ini menjadi biaya lingkungan dari perusahaan saat
ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak dari pencemaran polusi udara di Daerah Khusus Ibukota


Jakarta?
2. Bagaimana respon perusahaan produsen kendaraan dalam penelitian
menanggapi dampak pencemaran polusi udara?
3. Apakah program tanggung jawab sosial perusahaan produsen kendaraan
memiliki dampak positif terhadap lingkungan?
4. Bagaimana solusi dalam penanggulangan dampak polusi udara di DKI Jakarta?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dampak dari pencemaran polusi udara pada Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
2. Untuk mengetahui cara menanggulangi pencemaran polusi udara
3. Untuk mengetahui pengaruh dari program tanggung jawab sosial pada
perusahaan.

5
4. Untuk mengetahui solusi penanggulanan dampak yang ditimbulkan polusi
udatra

6
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Polusi dan Polutan

Polusi adalah proses masuknya bahan pencemar (polutan) sebagai akibat


dari kegiatan manusia atau proses alam yang ditemukan di tempat, saat, dan
jumlah yang tidak selayaknya. Polusi atau pencemaran berdasarkan Undang-
Undang Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009 adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makhluk hidup. Polusi dapat berupa berbagai jenis, ada polusi
air, polusi tanah, polusi suara dan polusi udara. Pada makalah ini kami akan
fokus ke masalah polusi udara

2.2 Polusi Udara


Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi
tertentu. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah Nitrogen (78,09 %), Oksigen
(21,94 %), Argon (0,93 %), karbon dioksida (0,032 %), dan lain-lain. Jika ke
dalam udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang berbeda dengan
penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan bahwa udara
tersebut telah tercemar. Berdasarkan uraian tadi, maka yang dimaksud dengan
pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau zat-zat
asing ke udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

7
keadaan normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Banyak sekali bahan-bahan atau zat-zat yang mencemari udara, namun
yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah Karbon
Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Belerang Oksida (SOx),
HidroKarbon (HC), Partikel (Partikulate) dan lain-lain.

Tabel 1. Tabel Jenis Polutan Udara

Jenis Contoh Sumber utama

Oksida-oksida karbon CO, CO2 Pembakaran tak sempurna,


pembakaran

Oksida-oksida nitrogen NO, Pembakaran


NO2,N2O

Oksida sulfur SO Pembakaran bahan bakar


mengandung sulfur

Partikel Debu Aktivitas alam, industri

Volatil Organic CH4 Degradasi limbah pertanian


Compounds
(VOC)

Logam berat Merkuri Pembakaran pada insinerator

2.2.1 Dampak Polusi Udara

Polusi udara memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia


dan lingkungan lainnya seperti tumbuhan, hewan, dan bangunan.

8
Dampak tersebut tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan bagi
manusia tetapi juga bisa menimbulkan kematian dalam jumlah yang
cukup besar. Adanya bahan-bahan tertentu di udara akibat pencemaran
udara menjadi penyebab kematian banyak penduduk, khususnya di
perkotaan. Berat ringannya dampak yang ditimbulkan akan sangat
tergantung pada konsentrasi dan lama seseorang menghirup udara yang
telah tercemar.
Dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara ini tentu saja
merupakan dampak yang bersifat negatif sebagai berikut:
Terjadinya gangguan pernafasan seperti misal gangguan paru-
paru polusi udara sangat mudah sekali menyebabkan datangnya
berbagai penyakit, terutama yang berhubungan dengan paru- paru. Hal
ini karena udara merupakan satu- satunya sarana kita untuk bernafas,
yang diambil dari hidung dan kemudian ke paru- paru. Hal ini tentu saja
akan otomatis berpengaruh pada organ yang bertanggung jawab
terhadap pernafasan, yaitu paru- paru.
Mengganggu kesehatan kulit, sehingga kulit akan nampak
kusam, elastisitas berkurang, penuaan dini, keruput dini, flek hitam,
hingga penyakit kanker kulit.

Menyebabkan kambuhnya penyakit asma, penyakit asma


merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan paru- paru
dan sering timbul ketika menghirup udara yang kotor selama beberapa
waktu.

Menimbulkan penyakit batuk tindak lanjut dari penyakit


pernafasan adalah batuk. Batuk ini akan sering muncul ketika banyak
menghirup udara yang kotor dan tidak steril. Mengganggu pandangan
(misalnya asap kebakaran hutan yang ada di Sumatera), Menimbulkan
stress dan juga cepat memicu emosi

9
Memicu terjadinya hujan asam. Pencemaran udara atau polusi
udara yang terlalu lama akan memicu terjadinya hujan asam ini. proses
terjadinya hujan asam bisa dimulai ketika dana belerang atau sulfur dan
juga nitrogen bereaksi dengan oksigen yang berada di udara. Hal ini
tentu akan memicu timbulnya nitrogen dioksida. Kemudian nitrogen
dioksida ini kemudian bereaksi lagi dengan uap air yang kemudian
membentuk asam nitrat dan juga asam sulfat. Asam nitrat dan juga
asam sulfat inilah yang akan bergejolak dan mengalami kondensasi
membentuk awan yang kemudian turun menjadi hujan. Untuk efek dari
hujan asam ini tidak perlu ditanyakan lagi, ada banyak sekali dampak
yang merugikan dari adanya hujan asam ini.

Menimbulkan terjadinya pemanasan global merupakan dampak


jangka panjang dari adanya polusi udara. Polusi udara dalam kategori
tinggi dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu singkat akan memicu
terjadinya pemanasan global. Hal ini karena kekayaan alam telah
disabotase oleh manusia. Manusia yang telah mengalami kemodernan
zaman akan melakukan berbagai macam aktivitas yang memicu polusi
udara dan hal ini tidak bisa dikurangi. Manusia hanya akan mengontrol
bertambahnya polusi udara dengan beberapa hal yang kecil saja. Dan
tanpa kita sadari ternyata seiring manusia semakin modern justru Bumi
akan semakin terancam keselamatannya.

Polusi udara juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Jadi


makhluk hidup yang merasakan dampak dari polusi udara tidak hanya
manusia dan binatang saja, bahkan tumbuhan pun merasakan
akibatnya. Tanaman yang hidup di lingkungan yang tingkat
pencemarannya lebih tinggi akan mengalami beberapa macam
penyakit. Contoh penyakit yang bisa menyerang tanaman ketika dalam
lingkungan udara yang berpolusi adalah klorosis, nekrosis, dan juga
bintik hitam.

10
2.2.2 Parameter Pencemaran Udara
Berikut adalah beberapa parameter pencemaran udara dan
efeknya terhadap kesehatan:
 Partikulate matter (PM-10)
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap,
debu, dan uap yang terdapat dalam atmosfir, disamping mengganggu
estetika, partikel berukuran kecil dapat terhisap ke dalam sistem
pernapasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernapasan dan
kerusakan paru-paru.
 Karbon Monoksida (CO)
Mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh, menyebabkan kantuk,
dan dapat memperparah penyakit kardiovascular akibat defisiensi
oksigen, CO mengikat hemoglobin sehingga jumlah oksigen dalam
darah berkurang.
 Sulfur Dioksida (SO2)
Meningkatkan resiko penyakit paru-paru dan menimbulkan batuk
pada pemajanan singkat dengan konsentrasi tinggi.
 Nitrogen Oksida (NO)
Meningkatkan total mortalitas, penyakit cardiovascular, mortalitas
pada bayi, serangan asma, dan penyakit paru-paru kronis.
 Timbal (Pb)
Timbal adalah logam berat yang beracun yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak, ginjal, sumsum tulang, dan sistem tubuh yang lain
pada anak-anak. Pada tingkat pajanan yang tinggi Pb dapat
menimbulkan koma, kejang-kejang, dan kematian. Timbal juga
dapat menyebabkan gangguan sistem syaraf, pencernaan dan
hipertensi, dan penurunan IQ pada anak-anak. Peningkatan kadar
timbel darah sebesar 10 -20 ug/dl dapat menurunkan IQ.
 Ozon (O3)

11
Ozon (O3) merupakan pencemar sekunder yang berarti
keberadaannya di udara merupakan hasil reaksi antara pencemar
primer serta komponen lain di udara. Dampak ozon terhadap
kesehatan manusia yaitu :
1. Dengan konsentrasi 0.3 ppm selama 8 jam akan menyebabkan
iritasi pada mata.
2. 0.3 – 1 ppm selama 3 menit s.d. 2 jam akan memberikan reaksi
seperti tercekik, batuk, kelesuan.
3. 1.5 – 2 ppm selama 2 jam akan mengakibatkan sakit dada batuk-
batuk, sakit kepala, kehilangan koordinasi serta sulit ekspresi
dan gerak.

2.3. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai


satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien didasarkan ISPU
diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun
1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Data ISPU di peroleh dari
pengoperasian Stasiun Pemantau Kualitas Udara ambien Otomatis.
Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian stasiun
pemantau kualitas udara ambien secara otomatis dan berkesinambungan.
Indeks Standar Pencemar Udara dapat dipergunakan untuk :

1. bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara ambien di lokasi


tertentu dan pada waktu tertentu;
2. bahan pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pengendalian pencemaran udara.

Parameter ISPU terdiri dari: partikulat (PM10), Karbondioksida (CO),


Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan Ozon (O3). Dari ISPU

12
jumlah hari di Jakarta dalam setahun akan dikelompokkan berdasarkan kualitas
udaranya.

2.4 Biaya Lingkungan (Environmental Cost)

Biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan


yang buruk atau kualitas lingkungan yang buruk yang mungkin terjadi (Hansen dan
Mowen, 2009:413) Secara garis besar pengertian biaya lingkungan diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu (Firma Sulistyowati,1999:104): 3 yaitu:

a. Biaya lingkungan implisit (remedial cost)


Biaya ini tidak terkait secara langsung dengan proses produksi suatu perusahaan,
tetapi merupakan kewajiban perusahaan untuk melakukan perbaikan terhadap
lingkungannya. Yang termasuk dalam biaya lingkungan implisit adalah : biaya
pencemaran tanah, biaya pencemaran air tanah, biaya pencemaran permukaan
air, dan biaya pencemaran gas udara.
b. Biaya lingkungan eksplisit (externalities)

13
Yang tergolong pada biaya ini adalah biaya pengurangan polusi udara, limbah,
kerusakan tanaman, biaya pengobatan, dan lain-lain yang sudah sewajarnya
menjadi tanggung jawab perusahaan.

Dengan ini, maka biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori (Hansen
Mowen, 2009 : 413-415)

a. Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs), yaitu biaya – biaya


untuk aktifitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/ atau sampah
yang dapat merusak lingkungan.

b. Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection cost), adalah biaya – biaya untuk
aktifitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktifitas, lain di
perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak.

c. Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure cost), adalah


biaya – biaya untuk aktifitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah,
tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar.

d. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure), adalah


biaya – biaya untuk aktifitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke
dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal lingkungan juga dapat dibagi menjadi dua
yaitu :

1) biaya kegagalan eksternal yang dapat direalisasi adalah biaya yang dialami dan
dibayar oleh perusahaan.

2) biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan atau biaya sosial


disebabkan oleh perusahaan , tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak diluar
perusahaan.

14
2.5 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.5.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut World Business Council for Sustainable Development mengemukakan


bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi
bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan
keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan


memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan
dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak
memperhitungkan untung atau rugi ekonomisnya.

Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun


1980-an, namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social
Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama
dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005


mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA
bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di
Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan
terbaik mengenai aktivitas CSR. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang,
otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.

Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada


masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa

15
Inggris berarti tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan
Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):

a. Dehumanisasi industri.

Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan
persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,
maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan perampingan
perusahaan telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan
pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan
kerusakan lingkungan yang hebat.

b. Equalisasi hak-hak publik.

Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban
perusahaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh
beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas
(accountability) perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam
kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang
ditimbulkan.

c. Aquariumisasi dunia industri.

Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan
yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis,
dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus,
masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.

d. Feminisasi dunia kerja.

Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan,


bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan
melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya

16
biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau
hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat.
Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan
kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja
bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.

2.5.2. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007


tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal pasal 15,17 & 34.

2.5.3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan yang
lebih komperehensif mengenai lingkup Corporate Social Responsibility (CSR). Sampai
sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai berikut:

1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi


kepentingan masyarakat luas.

Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan
diharapkan terlibat dalam berbai kegiatan yang terutama untuk memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral
perusahaan disini terutama terwujud dalam ikut melakukan kegiatan tertentu bagi
masyarakat.

Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi
mencari keuntungan, melainkan ikut juga memikirkan kebaikan, kemajuan , dan
kesejahteraan masyarakat dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna
bagi masyarakat. Kegiatan sosial tersebut sangat beragam misalnya meminjamkan dana
untuk membangun rumah ibadah, membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam

17
masyarakat (listrik, air, jalan, tempat rekreasi, dsb), melakukam penghijauan, menjaga
sungai dari pencemaran limbah, melakukan pelatihan dengan cuma- cuma, memberi
beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu ekonominya dan lain
sebagainya.

Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan perusahaan dalam berbagai
kegiatan sosial tersebut, yaitu :

a. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat
setempat. Karena itu, wajar mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan
dan kebikan masyrakat tersebut. Keterlibatan sosial merupakan wujud nyata dari
tanggung jawab sosial dan kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari
masyarakat atas kemajuan maysrakat tersebut.

b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola sumber daya alam
yang ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan
tersebut. Demikian pula, sebagai tingkat tertentu masyarakat telah menyiapkan tenaga-
tenaga profesional bagi perusahaan yang berjasa mengembangkan perusahaan tersebut.
Karena itu, keterlibatan sosial merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.

c. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang merugikan kepentingan


masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan mempunyai
kepedulian punya tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian dapat
mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis
tertentu.

d. Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini akan membuat
masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan iklim sosial
dan politik yang lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis
perusahaan tersebut.

2. Keuntungan ekonomis

18
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi mempertahankan kelangsungan
bisnis dan perusahaan yang menyangkut semua orang yang terkait dalam bisnis tersebut.
Setiap pelaku bisnis dan perushaan secara moral dibenarkan untuk mengejar
kepentingan pribadinya yang dalam bisnis dibaca sebagai keuntungan karena hanya
dengan demikian ia dapat mempertahankan kelangsungan bisnis dan perusahaan
tersebut. Maka, mengejar keuntungan tidak lagi dilihat sebagai hal yang egoistis dan
negatif secara moral, melainkan justru dilihat sebagai hal yang moral sangat positif.
Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab
moral dan sosial yang sah dari suatu perusahaan.

3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat

Perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan
keteraturan sosial. Salah satu bentuk dan wujud yang paling nyata dari menjaga
ketertiban dan keteraturan sosial ini sebagai wujud dari tanggung jawab sosial
perusahaan adalah dengan mematuhi aturan hukum yang berlaku karena jika tidak
mematuhi aturan hukum yang berlaku maka ketertiban dan keteraturan masyarakat tidak
akan terwujud.

4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan
dalam kegiatan bisnis suatu perusahaan

Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang
mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu
perusahaan. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung
jawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang punya kepentingan.Artinya
dalam kegiatan bisnisnya suatu perusahaan perlu memperhatikan hak dan kepentingan
pihak-pihak tersebut: konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok, penyalur,
masyarakat setempat, pemerintah dan seterusnya. Tanggung jawab sosial perusahaan
lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial
yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan
tersebut.

19
2.5.5. Argumen yang Menentang dan Mendukung Keterlibatan Sosial Perusahaan

Dari keempat tanggung jawab sosial perusahaan di atas,lingkup pertama


menimbulkan suatu kontroversi yang hebat yang memperlihatkan dua pandangan yang
saling bertentangan antara yang menentang dan mendukung perlunya keterlibatan sosial
sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

Argumen-argumen yang menentang keterlibatan sosial tersebut antara lain :

a. Tujuan Utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya.

Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentangkarena justru


akan menimbulkan ketidakefesienan.Ini berarti tidak relevan dengan kegiatan dan
hakekat bisnis itu sendiri.Fungsi bisnis adalah fungsi ekonomi,bukan fungsi
sosial.Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi bukan kegiatan sosial.Karena itu
keberhasilan suatu bisnis tidak diukur berdasarkan kegiatan sosial, melainkan
berdasarkan kinerja ekonominya,dengan terutama memperhatikan faktor efesiensi
ekonomis.

b. Tujuan yang Terbagi-bagi dan Harapan yang Membingungkan

Keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat ditentukan
oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan
perusahaan. Ini akan terganggu kalau mereka masih harus terlibat dalam berbagai
kegiatan sosial yang akan menimbulkan terpecahnya perhatian meraka.Demikian pula,
sekali perusahaan terlibat dalam kegiatan sosial, semakin banyak tuntutan dan
permintaan akan keterlibatan sosial tersebut yang akan semakin luas dan jauh.Ini akan
melemahkan perusahaan yang harus bersaing ketat dengan saingan-saingannya.

c. Biaya Keterlibatan Sosial

Keterlibatan sosail sebagai wujud dari tanggung jawab perusahaan malah dianggap
memberatkan masyarakat.Alasannya, biaya yang digunakan untuk keterlibatan

20
perusahaan tersebut bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu,melainkan
merupakan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga
barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar.Pada akhirnya yang menanggung biaya
dari keterlibatan sosial perusahaan tersebut adalah masyarakat khususnya konsumen,
dan bukan perusahaan tersebut.Jadi keterlibatan sosial malah memberatkan masyarakat.

d. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial

Para pimpinan perusahaan tidak profesional dalam membuat pilihan dan keputusan
moral.Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi.Karena itu
perusahaan tidak mempunyai tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-
kegiatan sosial tertentu.

Sedangkan Argumen-argumen yang menuntut perlunya keterlibatan sosial perusahaan


tersebut antara lain :

a. Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah

Untuk mendatangkan keuntungan, perusahaan harus peka dan tanggap terhadap


kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah. Misalnya masyarakat tidak
hanya butuh barang dan jasa tertentu, melainkan barang dan jasa dengan mutu yang baik
dan juga yang kompetitif.Demikian pula, masyarakat menuntut agar barang tersebut di
produksi dengan tetap menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah
lingkungan.

b. Terbatasnya Sumber Daya Alam

Bisnis diharapakan untuk tidak hanya mengeksplotasi sumber daya alam yang terbatas
itu demi keuntungan ekonomis, melainkan juga ikut melakukan kegiatan sosial tertentu
yang tertuma bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.Ini juga pada akhirnya
akan berguna bagi perusahaan tersebut karena perusahaan tentu akan sulit bertahan
kalau sumber daya alam terbatas itu habis dieksploitasi tanpa dijaga kelestariannya.

21
c. Lingkungan Sosial yang Lebih Baik

Bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki
lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.Semakin baik lingkungan sosial dengan
sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada.Dengan membantu
memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, jurang kaya dan miskin
akan sedikit diperkecil dan demikian masyarakat sekitar akan lebih menerima kehadiran
perusahaan tersebut.

d. Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan

Jika suatu perusahaan melakukan kegiatan bisnis sampai merugikan hak dan
kepentingan pihak lain(atau masyarakat secara keseluruhan),pemerintah,yang punya
tugas utama melindungi hak dan kepentingan setiap warga.Itu berarti mau tidak mau
pemerintah akan menindak perusahaan tersebut, antara lain dengan mencabut izin
perusahaan tersebut,atau paling kurang membatasi ruang gerak kegiatan bisnis
perusahaan tersebut.

e. Bisnis Mempunyai Sumber-sumber Daya yang Berguna

Perusahaan tidak hanya punya dana, melainkan juga tenaga profesional dalam segala
bidang yang dapat dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan
masyarakat.

f. Keuntungan Jangka Panjang

Argumen ini mau menunjukan bahwa bagi perusahaan, tanggung jawab sosial secara
keseluruhan, termasuk kegiatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial, merupakan
suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan kelangsungan perusahaan itu
dalam jangka waktu panjang.Dengan tanggung jawab dan keterlibatan sosial tercipta
suatu citra yang sangat positif di mata masyarakat mengenai perusahaan itu.Denga
peduli kepada kepentingan masyarakat dan semua pihak terkait, yang mungkin dalam

22
jangka waktu pendek merugikan secara finansial, dalam jangka waktu akan sangat
menguntungkan bagi perusahaan tersebut.

2.5.6. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR

Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti


perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi. Itu
menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.

Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari
bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di
sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik
dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas atau
mengejar profit.

Prinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi,
lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan
mempertimbangkan sampai kedampaknya.

Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost
structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan
ditransformasikan ke harga jual produk. CSR yang benar tidak membebani konsumen.

2.5.7 Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR
yang diterapkan di Indonesia, yaitu :

1. Keterlibatan langsung.

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan


sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

23
Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari
tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di
negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi
yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang
didirikan perusahaan di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio
Tinto (perusahaan pertambangan).

3. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/


organisasi non pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa,
baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa
lembaga sosial/ ornop yang bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR
antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak
Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, instansi-instansi pemerintah (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos), perguruan-perguruan tinggi
(UI, ITB, IPB), media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola
ini lebih berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah
pembangunan’. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama
dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang
disepakati bersama.

24
Menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau
sektor kegiatan. Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu : (1) Pelayanan
sosial; (2) Pendidikan dan penelitian; (3) Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5)
Lingkungan; (6) Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan pariwisata; (8)
Pembangunam prasarana dan perumahan; dan (9) Hukum, advokasi, dan politik.

Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan CSR :

1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan anggaran CSR :

a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang
rendah.

b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki profit tinggi, namun anggaran


CSRnya rendah.

c. Perusahaan Humanis. Perusahaan yang memiliki profit rendah, tapi proporsi anggaran
CSRnya tinggi.

d. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang
tinggi. Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi peluang untuk maju.

2. Berdasarkan tujuan CSR (promosi atau pemberdayaan masyarakat) :

a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan yang jelas.

b. Perusahaan Impresif. CSR diutamakan untuk promosi.

c. Perusahaan Agresif. CSR diutamakan untuk pemberdayaan.

d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan


pemberdayaan karena dipandang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi
kemajuan perusahaan.

I. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

25
Berbagai bentuk implementasi CSR dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak


berbahaya, serta memberikan informasi dan petunjuk yang jelas termasuk infromasi atas
suku cadang dan pelayanan purnajualnya serta informasi lain yang harus diketahui
konsumen.

2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan golongan. Karyawan mendapatkan penghargaan
berdasarkan kompetensi dan hasil penilaian prestasinya.

3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan


hidup, baik di lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang
membutuhkan. Kegiatan terhadap komunitas ini antara lain berupa kegiatan donor darah
dengan melibatkan seluruh karyawan, memberikan bantuan kepada daerah yang terkena
musibah.

4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan da pemeliharaan secara rutin atas
fasilitas dan lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi terkait.gertian Corporate
Social Responsibility (CSR)

2.5.8. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Manfaat CSR bagi Perusahaan

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.

2. Layak mendapatkan social lisence to operate.

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

4. Melebarkan akses sumber.

5. Membentangkan akses menuju market.

26
6. Mereduksi biaya.

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.

10. Peluang mendapatkan penghargaan.

Manfaat CSR bagi Masyarakat

Kegiatan CSR perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat


diantaranya sebagai berikut :

1. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

2. Membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

3. Turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, dengan


menggunakan pekerja yang berasal dari sekitar perusahaan mereka dapat
menyumbangkan kenaikan angka angkatan kerja dengan menciptakan lapangan kerja,
menyediakan pelatihan, menyediakan produk-produk yang disediakan oleh orang-orang
kalangan bawah maka secara langsung akan memberikan dampak kepada golongan
bawah tersebut.

4. Meningkatkan standar pendidikan, dengan memberikan beasiswa kepada yang benar-


benar membutuhkan dan membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan khusunya untuk pendidikan dasar.

5. Penyelesaian masalah lingkungan.

6. Akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat baik secara


ekonomi, kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.

27
7. Meningkatkan standar kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang kesehatan terutama bagi masyarakat sekitarnya. Contohnya, dengan
penyediaan fasilitas air bersih, atau dengan membuka klinik kesehatan yang tidak
berlaku untuk karyawannya saja, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.

Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan
tercipta hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah
sosial, seperti kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan
dan lain sebagainya. Tugas pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya
menjadi lebih ringan dengan adanya partisipasi pihak swasta (perusahaan) melalui
kegiatan CSR. CSR yang dapat berperan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan
sosial adalah CSR yang bersifat communuity development seperti pemberian beasiswa,
pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, pembangunan sarana kesehatan dan lain
sebagainya.

28
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan produsen kendaraan,


yaitu PT. Astra International Tbk. dengan periode observasi tahun 2017. Data
diambil dari www.idx.co.id.

3.2 Analisa dan Pembahasan

3.2.1 Kendaraan Bermotor di Jakarta

Dalam era modernisasi, terutama dikota besar seperti Jakarta,


kepraktisan menjadi salah satu kebiasaan yang tidak dapat dihindari,
sehingga memiliki kendaraan bermotor telah menjadi salah satu
kebutuhan untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Dengan meningkatnya
kepemilikan kendaraan bermotor, maka secara otomatis akan
meningkatkan jumlah asap kendaraan. Padahal asap dari kendaraan
bermotor yang semakin lama semakin meningkat ini menjadi salah satu
penyebab dan penyumbang terbesar dalam pencemaran lingkungan

29
khususnya pencemaran udara. Berikut persentase rumah tangga yang
membeli dan menguasai kendaraan bermotor:
Sumber: BPS, Susenas September 2017
Hasil dari Susenas Modul Ketahanan Sosial 2017 menunjukkan
persentase rumah tangga yang membeli kendaraan bermotor cukup tinggi
yaitu sebesar 69 persen dan yang menguasai sepeda motor, mobil atau
kendaraan bermotor lainnya juga tinggi sebesar membeli sepeda motor,
mobil atau kendaraan motor lainnya juga tinggi sebesar 79,4 %.

3.2.2 Gangguan Dari Polusi Udara

Sumber: BPS, Susenas September 2017


Dari gambar di atas terlihat bahwa 89 persen merasakan ada
gangguan kondisi/kualitas air/udara di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya dan 11 persen. Jadi Polusi Udara yang ada di Jakarta sudah
tercemar.

3.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Astra International Tbk.

Pada tahun 2017, 60 tahun sudah PT Astra International Tbk berkarya bersama
bangsa. Cita-cita Astra sejak awal berdiri tetap tidak berubah, yaitu untuk sejahtera
bersama bangsa. Untuk meraih cita-cita ini, Astra terus mendorong adanya

30
pertumbuhan Indonesia yang berkelanjutan dan berimbang baik dari segi ekonomi,
sosial maupun lingkungan melalui Public Contribution Roadmap.
Public Contribution Roadmap merupakan pilar penyangga keberlanjutan
perusahaan dalam mewujudkan Goal Astra 2020 menjadi kebanggaan bangsa. Pilar ini
juga merupakan upaya pencapaian visi Astra untuk ‘menjadi perusahaan yang memiliki
tanggung jawab sosial serta peduli lingkungan’.
Dengan panduan Public Contribution Roadmap, Astra melaksanakan tanggung
jawab sosial baik dalam pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(LK3) serta 4 pilar Corporate Social Responsibility (CSR) Astra untuk berkontribusi
dalam menysejahterakan masyarakat Indonesia. Program-program tersebut
dilaksanakan oleh Corporate Communications, Social Responsibility & Security
(CCSRS) yang memiliki fungsi strategis untuk menetapkan kebijakan yang memuat
arahan dan target strategis yang kemudian menjadi acuan program CSR Astra.
Astra senantiasa berupaya meminimalkan dampak negatif bisnis bagi
lingkungan, dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Astra juga
berkomitmen pada tanggung jawab sosial untuk mengelola kegiatan usaha yang ramah
lingkungan, sesuai visi Astra untuk “Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung
jawab sosial serta ramah lingkungan”.
Tabel berikut menyajikan pencapaian perkembangan Public Contribution
Roadmap Astra sepanjang tahun 2017:

31
Pada tahun 2017, pelaksanaan program-program LK3 oleh perusahaan Astra
berpedoman pada ketentuan yang dirangkum dalam kebijakan Corporate CSRS, sebagai
berikut:
1. Implementasi Astra Green Company (AGC) dengan minimal peringkat Hijau
dan peringkat Biru untuk kategori manufaktur, pertambangan, dan perkebunan.
2. Mematuhi dan melaksanakan regulasi dan/atau standar di bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) serta penaatan regulasi PROPER (Biru).
3. Implementasi program Behavior Based Safety (BBS) di seluruh perusahaan
Grup Astra dengan berfokus pada penurunan perilaku berisiko (at risk behavior).

32
4. Memperhatikan aspek-aspek kesehatan kerja melalui gerakan masyarakat hidup
sehat (GERMAS) dan pencegahan bahaya NARKOBA di lingkungan kerja.
5. Efisiensi sumber daya alam, energi dan penurunan gas rumah kaca minimal
2,5% per satuan produk dibandingkan dengan tahun 2016 melalui penerapan
Astra Green Energy dengan fokus pada program Sustainable Consumption &
Production.

3.4 Pengelolaan CSR pada tahun 2017

Pada prinsipnya, di mana pun instalasi Astra berada harus memberikan manfaat
bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sesuai dengan butir pertama filosofi Catur
Dharma Astra, yaitu “Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara”.
Melalui Public Contribution Roadmap, manfaat sosial dan lingkungan diwujudkan
melalui 4 pilar CSR Astra, dengan tujuan untuk memberdayakan dan membangun
kemandirian masyarakat agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam menggerakkan
perekonomian lokal dan meningkatkan kesejahteraan Indonesia.
Pada tahun 2017, pelaksanaan program-program tanggung jawab sosial oleh
perusahaan Astra berpedoman pada ketentuan yang dirangkum dalam kebijakan
Corporate CSRS, sebagai berikut:
1. Implementasi Astra Friendly Company (AFC) dengan target minimal bintang 4.
2. Memastikan spektrum penyebaran implementasi program-program CSR Astra
di setiap provinsi.
3. Program CSR yang dilakukan perlu dioptimalkan melalui kerja sama dengan
berbagai pihak seperti: pemerintah daerah, akademisi, asosiasi, komunitas
sosial, dan institusi lainnya agar dampak program semakin luas.

33
4. Pengembangan inovasi program 4 pilar CSR Astra yang sejalan dengan hasil
pemetaan sosial, dampak proses bisnis, dan Public Contribution Roadmap 2020
dengan fokus program pada:
 Pilar Pendidikan, pembinaan dan peningkatan kualitas: - Pendidikan Anak
Usia Dini melalui “Senyum SAPA” (sahabat PAUD Astra), pendidikan
dasar dan menengah baik melalui pembinaan sekolah Adiwiyata maupun
peningkatan mutu pendidikan kejuruan.
 Pengembangan program Indonesia Ayo Aman Berlalu Lintas (IAABL)
melalui pembentukan Pelopor IAABL di masing-masing perusahaan baik
untuk internal maupun eksternal.
 Pilar Kewirausahaan, pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
peningkatan keterampilan wirausaha berbasis ekonomi kreatif, dukungan
pemasaran, penguatan forum “AKU BISA” (Asosiasi Pelaku Usaha Kecil
Binaan Astra) yang berfokus pada masyarakat dan penyandang disabilitas.
• Pilar Lingkungan, pengembangan Astra Forest sebagai area konservasi
(Ruang Terbuka Hijau) dan perlindungan keanekaragaman hayati terpadu
yang berkelanjutan.
 Pilar Kesehatan, implementasi program “Astra KIRANA” (Kesehatan Ibu,
Remaja, dan Anak) dengan sasaran untuk peningkatan status kesehatan ibu,
remaja, dan anak melalui kegiatan promosi pola hidup bersih dan sehat,
perbaikan gizi, Keluarga Berencana dengan penguatan Kader Kesehatan
Astra.
Keempat pilar tersebut dapat pula diimplementasikan melalui pembentukan Kampung
Berseri (Bersih, Sehat, Cerdas & Produktif) Astra di masing-masing wilayah.
Astra telah menggunakan Astra Friendly Company (AFC) yang dikembangkan
sebagai pedoman untuk Grup Astra melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (CSR). Dengan pedoman ini, setiap instalasi Astra dapat menerapkan
program kerja CSR secara sistematis dengan mempertimbangkan pemenuhan hak-hak
pemangku kepentingan.

34
AFC disusun dengan referensi dari berbagai standar atau panduan nasional
maupun internasional. Kriteria AFC terdiri dari sistem manajemen yaitu value, mindset,
dan behavior, implementasi program empat pilar CSR Astra, persepsi masyarakat dan
donasi. Penerapan AFC dilakukan dengan pelaksanaan audit AFC pada instalasi Astra
yang relevan.

3.5 Realisasi Kegiatan CSR PT Astra International

Realisasi kegiatan CSR Astra terfokus pada empat pilar utama, yakni Kesehatan,
Pendidikan, Lingkungan dan Kewirausahaan. Pelaksanaan program CSR dilakukan
dalam berbagai tingkatan, meliputi program di tingkat korporasi yang dirancang oleh
Astra International dan anak perusahaannya, hingga jaringan value chain.
Integrasi keempat pilar utama CSR Astra dapat pula diimplementasikan kepada
masyarakat melalui pembentukan Kampung Berseri (Bersih, Sehat, Cerdas & Produktif)
Astra. Melalui program Kampung Berseri Astra, masyarakat dan perusahaan dapat
berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan
produktif. Sejak tahun 2013, Astra telah membina 72 Kampung Berseri Astra yang
tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Tidak hanya sampai di situ, Astra berkomitmen
untuk mulai membangun 300 desa sejahtera di seluruh Indonesia sejalan dengan
program Nawa Cita pembangunan dan Tujuan Global SDGs.

3.6 Pengelolaan Tanggung Jawab Kepada Konsumen pada Tahun 2017

Astra telah berkembang sebagai konglomerasi bisnis yang terkonsolidasi


pada sebuah perusahaan induk. Astra melayani konsumen dan masyarakat
Indonesia melalui jaringan bisnis dengan kekuatan jangkauan nasional, meliputi
berbagai sektor industri strategis di tanah air, diantaranya otomotif, jasa
keuangan, pertambangan dan alat berat, perkebunan, infrastruktur dan logistik,
teknologi informasi dan properti. Secara umum, pengelolaan tanggung jawab
kepada konsumen bertujuan untuk menangani aspek-aspek terkait produk dan
layanan yang diberikan kepada konsumen, sekaligus memenuhi komitmen Astra

35
dalam mewujudkan filosofi Catur Dharma untuk ‘Memberikan Pelayanan yang
Terbaik kepada Pelanggan’.
Astra menjaga reputasi dan brand value yang kuat dengan berbagai
upaya untuk menghadirkan standar kualitas terbaik dalam menjaga hak-hak
pelanggan. Komitmen Astra dalam menyediakan produk dan layanan diterapkan
sepanjang rantai nilai penjualan, meliputi:
1. Penyediaan produk yang aman untuk digunakan masyarakat serta
memenuhi standar dan peraturan yang berlaku.
2. Memberikan informasi produk yang jelas mengenai cara pemakaian,
pemeliharaan, informasi suku cadang, pembuangan, dan layanan pasca
penjualan sehingga setiap produk Astra dapat dipakai dengan cara yang
aman dan benar sesuai tujuannya.
3. Memberikan pemahaman kepada calon pelanggan maupun pelanggan,
tentang hal-hal yang berkaitan dengan produk melalui kanal-kanal
layanan Astra.

3.7 Realisasi Kegiatan Tanggung Jawab Konsumen

Astra telah memasarkan berbagai merek produk kebanggaan seperti


Astra Life, Asuransi Astra, Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla, Astra
Toyota Calya dan Astra Daihatsu Sigra, GS Astra, TRAC, Menara Astra,
ASPIRA, Shell Helix Astra, dan lain-lain. Penambahan nama Astra di beberapa
merek ini menjadi jaminan kualitas produk dan layanan bagi konsumen, karena
nama Astra telah menjadi brand equity yang diterima dengan baik di Indonesia.
Untuk memberikan layanan dan meningkatkan loyalitas konsumen, Astra
menyediakan layanan komprehensif setiap saat. Konsumen bisa memperoleh
layanan mulai dari konsultasi, penawaran pinjaman, asuransi, hingga layanan
darurat dari solution center produk dan layanan Astra. Layanan komunikasi
kepada pelanggan melalui customer service, hotline service dan email di situs
perusahaan merupakan langkah Astra untuk menjalin hubungan baik dengan
pelanggan. Setiap keluhan diselesaikan sesuai dengan Service Level Agreement

36
paling cepat dalam satu hari dan selambat-lambatnya satu minggu setelah
keluhan pelanggan diterima.
3.8 Yayasan-yayasan Grup Astra dan SATU Indonesia Awards

Program tanggung jawab sosial dan lingkungan juga dilakukan oleh


yayasan-yayasan dalam Grup Astra. Yayasan-yayasan Astra berperan dalam
membangun dan mendukung pendidikan di Indonesia, mencetak tenaga kerja
muda terampil yang dibutuhkan Perusahaan serta membangun keberlanjutan dan
kemandirian masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan UMKM.
SATU Indonesia Awards adalah apresiasi Astra untuk anak bangsa, baik
individu maupun kelompok yang memiliki kepeloporan dan idealisme untuk
berbagi dengan sesama. Sejak tahun 2010, Astra mencari pemuda-pemudi yang
memiliki semangat yang sejalan dengan Astra, senantiasa memberikan manfaat
bagi masyarakat luas di lima bidang: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan,
Wirausaha, dan Teknologi.
Pada 18 Oktober 2017, penganugerahan SATU Indonesia Awards 2017
kembali digelar. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya ditambahkan penerima
apresiasi di tingkat provinsi. Pada pelaksanaan kedelapan kali ini, jumlah
pendaftar kembali melonjak, meningkat 38,15% yaitu sejumlah 3.234 pendaftar
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 2.341 partisipan. Keseluruhan penerima
apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2017 berjumlah 82 orang, yang
terdiri dari penerima apresiasi tingkat nasional maupun provinsi.

37
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah pencemaran udara di Jakarta di sebabkan oleh ulah dari masyarakat


yang ada di Jakarta sendiri. Faktor yang paling banyak menyumbang pencemaran udara
di Jakarta berasal dari aktivitas sehari-hari masyarakat, lebih spesifik lagi adalah berasal
dari asap kendaraan bermotor. Namun hanya perusahaan tertentu yang berusaha
melaksanakan tanggung jawab akibat dari produksi kendaraan bermotor dari perusahaan
tersebut. Masih banyak perusahaan yang tidak bertanggung jawab atas kegiatan yang
dilakukan di ibukota DKI Jakarta.

Kesehatan masyarakat Jakarta menjadi sasaran akibat dari polusi udara. Untuk
mengatasi masalah pencemaran udara perlu berbagai upaya untuk mengatasi masalah
tersebut dari pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup sebagai regulator, agar
dilaksanakan oleh perusahaan lainnya.

4.2 Saran

Untuk mengatasi masalah pencemaran udara perlu adanya kerjasama dari semua
pihak, baik dari pemerintah maupun dari kesadaran masyarakat Jakarta itu sendiri.
Beberapa solusi saran untuk mengatasi pencemaran udara di Jakarta

 Pemerintah, menetapkan peraturan kendaraan bermotor dengan memperketat


kepemilikan kendaraan pribadi, sehingga masyarakat akan lebih memilih naik
transportasi umum. Selain itu menetapkan peraturan tentang pembatasan umur
kendaraan umum yang beroperasi di DKI Jakarta.
 Masyarakat, harus memiliki kesadaran untuk menggunakan transportasi umum,
untuk mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor

38
pribadi. Apabila pemerintah sudah mengatur dengan peraturan tertentu, pasti
membutuhkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan peraturan tersebut.

39
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN


1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12
TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN
UDARA DI DAERAH

www.idx.co.id

www.bps.go.id

40

Você também pode gostar